Mission Of Love [19/End]

PART [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13] [14] [15] [16] [17] [18]


Dean merasa terancam dan seharian ini sebisa mungkin ia selalu mengawasi gerak-gerik Jieun. Ia punya firasat jika gadis itu akan jujur pada Baekhyun hari ini. Melihat gelagat Dean, Zico hanya bisa menghela nafas.
“Katakan saja kau menyukai Jieun, beres kan?” Dean memandang Zico malas.
“Kau pikir gampang apa?”
“Memang sesulit mengerjakan ulangan ya?”
“Aku belum siap”
“Lalu apa kau siap jika mendengar kabar Jieun dan Baek jadian”
“Yaaakk !”
“Siap tidak siap, setidaknya beritahu perasaanmu secepatnya” ucap Zico memberi saran. Dean terdiam seraya memikirkan apa langkah terbaik yang harus ia lakukan.
Dean kembali memandang sekitarnya namun karena ia lengah, Jieun sudah tak lagi berada dalam jangkauannya.
“Kemana Jieun?”
“Sepertinya tadi ke arah rooftop”
“Bersama Baekhyun?” Zico menggeleng karena ia tidak tahu.
“Aiishh, kau sih mengajaku bicara terus” Zico mengernyit heran saat temannya itu menyalahkannya. Sementara Dean bergegas ke arah rooftop.
Disisi lain, dua remaja yang beranjak dewasa yang tak lain adalah Jieun dan Baekhyun duduk dengan saling berhadapan. Melihat sikap Jieun yang tidak seperti biasanya, Baekhyun jadi penasaran sebenarnya apa yang akan Jieun sampaikan padanya.
“Ada apa Ji?” tanya Baek memulai pembicaraan.
“Baek sebenarnya aku ingin berkata jujur” Baekhyun terdiam seraya menanti ucapan Jieun selanjutnya. Jieun menghirup udara dalam-dalam dan menghembuskannya pelan.
“Sebenarnya, aku sudah menyukaimu sejak lama” ucap Jieun sembari memandang permukaan meja dihadapannya. Beberapa detik Jieun terdiam namun karena tak ada tanggapan, ia memberanikan diri untuk menatap Baekhyun yang juga menatap permukaan meja dihadapan mereka dengan raut biasa seolah apa yang Jieun katakan sama sekali tak mengejutkannya.
“Tapi aku tidak akan memintamu membalasnya karena aku sudah bisa mengatasinya. Aku mengatakan ini karena aku ingin bersikap jujur dan tak ada maksud lain” lanjut Jieun membuat Baekhyun beralih menatapnya dengan pandangan sendu.
“Maafkan aku Ji, sebenarnya aku juga sudah tahu tentang perasaanmu” mendengar perkataan Baekhyun, Jieun terkejut. Jadi karena ini Baek terlihat biasa saja, pikirnya.
“Apa? Tapi kenapa..”
“Aku pura-pura tidak tahu untuk menjaga perasaan Joohyuk karena... dia juga dulu menyukaimu” tak ada hal lain lagi yang mampu membuat Jieun kembali terkejut selain mendengar pernyataan Baekhyun.
“..” Gadis itu terdiam, seolah puzzle yang selama ini berantakan mulai tersusun dan membuka pikirannya.
Aku mengerti.. Dulu aku menyukai Baek tapi Baek menjauh karena ia tahu Joohyuk menyukaiku dan Joohyuk bungkam karena melihat sikapku yang berbeda pada Baek. Mungkin Joohyuk sudah bisa menerka aku memiliki perasaan pada Baek. Hal itu membuatnya pun menjauh.
Tapi pertanyaannya apa Baek pernah menyukaiku?
“Bolehkah aku tahu, apa kau pernah menyukaiku sekali saja?” Tanya Jieun hati-hati membuat Baek mengulas senyum simpul.
“Jujur saja, walau hanya sedikit, tentu saja aku pernah menyukaimu. Kita tumbuh dan menghabiskan waktu bersama, hal itu membuat perasaan kita berubah bukan?” Jieun mengangguk.
Suasana hening sejenak. Ada raut canggung yang tak bisa disembunyikan setelah mengungkapkan kejujuran yang saling ditutupi satu sama lain. Mendengar jawaban Baekhyun membuat hatinya tergelitik. Entah itu artinya apa, meski perasaannya sudah memudar namun Jieun bahagia mendengar jawaban Baekhyun.
“Kuharap kita bisa bersikap seperti biasa setelah aku mengungkapkan perasaanku seperti ini Baek”
“Aku juga mengharapkan hal yang sama dan juga maafkan sikap pengecutku karena tak memperdulikan perasaanmu selama ini”
“Tidak apa, masa-masa itu sudah berlalu lagi pula aku juga sudah bisa mengatasinya” Baekhyun mengangguk.
“Syukurlah” Suasana aneh itu baru kali ini mereka rasakan. Meski berteman cukup lama namun tak bisa dipungkiri rasa canggung itu tetap ada mengetahui fakta yang baru terungkap.
Sementara Dean kelimpungan saat tak mendapati Jieun di rooftop.
Kemana gadis itu..?
Dean kembali menuruni tangga seraya mengedarkan pandangannya ke segala arah, langkahnya terburu, debaran jantungnya mulai tak terkendali. Setelah berkeliling mencari Jieun namun tak ada hasil, namja itu mulai tampak frustasi dan pasrah.
Jieun, kau dimana !? Hatinya berteriak namun langkahnya membawa ia ke ujung lorong yang belum sempat ia periksa.
Apa mungkin mereka di.. perpustakaan?
Tidak, langkah lunglai itu kembali terburu memasuki perpustakaan. Matanya menatap ke segala penjuru diiringi langkah lebar yang tak sabaran dan akhirnya Dean menemukan mereka, namja itu mematung tanpa ekspresi saat menatap mereka berdua saling melempar senyum.
Namun Dean tak ingin tinggal diam, ia mulai menghampiri mereka dan grep. Jieun terkejut karena tiba-tiba Dean datang dan langsung meraih pergelangan tangannya. Raut Baekhyun berubah tak senang dengan tindakan tiba-tiba Dean pada Jieun.
“Ikut aku” ucap Dean dengan kesan dinginnya namun langkahnya terhenti saat Baekhyun meraih tangan Jieun yang lain membuat Kedua namja itu berpandangan tajam.
“Kau pikir apa yang sedang kau lakukan?” Tanya Baek.
“Jangan ikut campur”
“Kau pikir Jieun barang yang bisa seenaknya kau tarik-tarik hah?” sementara itu Jieun mulai risih karena bisikan para siswi yang terganggu dengan pertikaian mereka.
“Dean, kau ini kenapa?” tanya Jieun bingung.
“Jieun, jujur padaku apa kau sudah mengatakan semuanya pada namja ini?” Jieun mengangguk tanpa ragu dan melihat hal itu Dean tersenyum miris.
Aku terlambat...
Cengkraman Dean melemah dan seketika lengan Jieun terbebas. Baekhyun dapat menyimpulkan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Ia memang tidak tahu hubungan mereka sejauh apa namun ia tak menduga jika Dean sudah jatuh hati pada sahabatnya itu.
“Apa sekarang kalian sudah jadian?” tanya Dean dengan pandangan nanar.
“Pfftt..” tawa Baek yang tertahan itu membuat Dean mengernyit begitu pula Jieun.
“Jadi karena itu kau seperti ini.. HA, HAHAHA !” tawa itu lepas membuat Baekhyun benar-benar menjadi pusat perhatian diperpustakaan, membuat raut para pelahap buku perpustakaan memberengut kesal.
Sial  
Dean kembali meraih tangan Jieun dan menariknya keluar perpustakaan, namja itu membawa Jieun ke taman belakang sekolah lalu melepaskan genggamannya dan merosot lalu berjongkok. Jieun masih bertanya-tanya sebenarnya ada apa dengan Dean hingga bersikap aneh seperti ini.
Dean menghembuskan nafas panjang.
“Sebenarnya ada apa denganmu?” tanya Jieun. Kaki Dean tak kuat lagi menopang berat tubuhnya dan ia mulai duduk diatas rumput hijau taman itu. Namja itu mendongak, menatap Jieun yang masih menampakan raut kebingungan.
“Kau benar-benar ahli membuatku jantungan ya, Lee Jieun”
“Maksudnya?”
“Aku menyukai mu Jieun dan karena itu sejak tadi aku mencarimu, aku mencarimu dengan perasaan was-was karena kupikir kau akan melanjutkan perasaanmu pada Baekhyun. Aku hampir putus asa apalagi saat kau bilang kau sudah mengatakan semuanya pada namja itu. Aku tak perduli lagi, meskipun kau menolak ku aku akan tetap mengatakan hal ini, masa bodoh, aku tak ingin tersiksa seorang diri lagi hanya karena perasaan brengsek ini, Shit !” ini pertama kalinya Dean benar-benar mengatakan semua yang ada dihatinya tanpa ragu.
Jieun masih belum sepenuhnya mencerna kata-kata Dean namun ia tak sebodoh itu untuk mengerti ucapan Dean
“...” Dean menunduk lalu menutup matanya saat Jieun tak menanggapi apapun setelah mendengar kejujuran namja itu.
Syut.. Jieun merosot dan duduk didepan Dean.
“Hey” lirihnya lalu Dean mengangkat wajahnya dan mereka bertemu pandang. Untuk sejenak tak ada lagi kata yang keluar dari mulut keduanya. Entah apa yang mereka pikirkan namun hanya dengan memandang saja rasanya ada yang lain. Rasa yang tak pernah Jieun sadari dengan mudahnya hadir hanya karena sebuah tatapan.
“Kau tahu saat ini jantungku seperti apa?” tanya Jieun namun Dean tetap diam dengan raut bingungnya.
“Tatapanmu itu juga ahli membuatku jantungan, Kwon Hyuk” butuh beberapa detik hingga perlahan bibir namja itu mengembang mendengar ucapan manis Jieun yang terkesan seperti gombalan.
“Tapi sejak kapan?” Jieun menghembuskan nafas lalu memandang langit biru diatasnya.
“Aku tidak tahu.. mungkin sejak dikolam renang” Jieun tidak tahu sejak kapan namun ia mulai menyadarinya belum lama ini. Dan ia ingin memastikannya dengan memandang namja itu.
Dean menutup wajahnya karena terlalu bahagia, ia tersenyum dibalik kedua telapak tangannya. Dan hal itu menurut Jieun terlihat sangat menggemaskan. Ia bisa melihat senyuman manis namja itu dari sela-sela jari tangannya.
“Kau bahagia?” tanya Jieun.
“Bodoh, tak perlu ditanyakan lagi”
“Ah aku tidak suka kau berbicara kasar”
“Mian” Jieun kembali tersenyum saat mendengar ucapan maaf yang begitu cepat terucap dari mulut namja yang sering menindasnya itu. Cinta itu memang bisa membuat gila ya?
Dean menjauhkan telapak tangannya dari wajah dan perlahan ia meraih jari kelingking Jieun lalu saling mengaitkannya. Masa bodoh jika ada yang melihatnya norak, yang pasti saat ini ia sedang sangat bahagia dan tak dapat membendungnya lagi. Senyuman manis terpancar dari wajah masing-masing.
“Kita tidak gila kan?” tanya Jieun.
“Aku tidak yakin” jawab Dean dan mereka kembali tersenyum diiringi tawa kecil.
Disisi lain, Baekhyun mencoba tersenyum saat memperhatikan mereka berdua dari jendela perpustakaan.
Kurasa ini yang namanya karma..
Mana bisa aku bersikap seperti ini..
Tentu saja ini yang terbaik..
Baekhyun berbalik, menghembuskan nafas pelan seraya melangkah keluar dari perpustakaan. Jujur ia tidak rela melihat Jieun dan Dean. Hatinya bereaksi terlalu lambat. Mana bisa ia memulai sesuatu yang sudah Jieun akhiri. Mungkin itu adalah hukuman yang Tuhan berikan padanya. Menggantikan posisi Jieun saat cinta gadis itu bertepuk sebelah tangan. Mungkin Tuhan ingin Baek merasakan hal yang sama.
<<>> 
Hari-hari berat dan penuh dengan masalah sudah berlalu, kini mereka semua berkumpul dimeja yang sama. Baek, Joohyuk, Seulgi, Mina, Dominic, Zico dan tak lupa pasangan baru yaitu Jieun dan Dean, sebenarnya ada satu lagi namun Jieun tak yakin orang itu akan datang. Jieun bangkit lalu berdiri diujung meja.
“Ekhem perhatian semuanya, sebenarnya aku sangat senang kalian menerima undanganku untuk makan bersama. Ah rasanya senang sekali kita bisa berkumpul seperti ini. Sekali lagi terimakasih, aku melalui banyak hal bersama kalian semua, rasanya aku ingin menangis disini kalau bisa tapi tenang saja, aku tidak akan melakukannya haha..” Mina bangkit lalu memeluk Jieun.
“Eung.. kau membuatku ingin menangis Ji”
“Ya sudah sebaiknya ayo kita makan !” seru Joohyuk mengakhiri suasana haru biru itu. sementara Jieun dan Mina kembali duduk.
“Selamat makan !” balas semuanya namun derik pintu berbunyi, menampakan orang yang sempat Jieun kira tak akan pernah datang.
“Tega sekali kalian makan tanpa aku” ucap Sehun seraya mendudukan diri disamping Mina yang menatapnya tak percaya.
“Mwo? Kau tidak akan makan? Buatku saja ya” ucapnya seraya menggeser mangkuk Mina membuat gadis itu tersenyum tak percaya.
“Wah berani sekali preman ini datang” ucap Dean membuat Sehun mendongak memandangnya. Suasana kembali tegang saat dua namja itu saling berpandangan namun beberapa detik kemudian Sehun menunduk.
“Maafkan semua kesalahanku” ucapnya tulus, Sehun berganti memandang Jieun.
“Terutama padamu Ji, aku benar-benar minta maaf atas semuanya” Jieun mengangguk.
“Dan kau” Sehun memandang Dominic dengan wajah tegas.
“Aku tidak akan meminta maaf karena membuatmu sekarat” Dominic tersenyum lalu mengangguk.
“Aku mengerti”
“Okeh, ayo lanjutkan sesuatu yang tertunda, mari makan !” lanjut Sehun.
“Selamat makan !” restoran sederhana itu menjadi meriah dengan kehadiran mereka semua. Tak ada hal yang paling membahagian selain hari ini. Jika tidak menahannya mungkin Jieun sudah menangis terisak-isak karena hari ini. 
“Aa~” Jieun menoleh saat Dean mengambil seiris daging dan mengarahkan padanya.
“Am” Dengan senang hati Jieun menerima suapan itu.
“Woohoo~” teriakan heboh dari yang lain membuat Dean dan Jieun tersipu malu.
“Aduh kalau makan yang benar” ucap Jieun seraya mengelap ujung bibir Dean.
“Woohooo~” teriakan heboh itu makin menjadi-jadi. Sementara disebrang meja, Baekhyun tersenyum miris sembari menyumpit beberapa daging sekaligus dan memakannya sekaligus.
_____
Tangan yang saling mengait itu terayun ke depan dan belakang. Sesekali Jieun menutup mata dan merasakan angin segar yang memasuki paru-parunya.
“Aku sangat bersyukur semua ini berakhir dengan indah” ucapnya.
Dean mengangguk “Menurutku Ini lebih dari sekedar berakhir dengan indah, ini akhir yang benar-benar menakjubkan”
“Haha wae?” Dean menoleh, memandang wajah mungil dengan mata berbinar itu.
“Karena aku mendapatkanmu” Jieun tersenyum seraya menunduk namun kembali memandang namja itu. 
“Dasa gombal”
“Aiishh, aku serius !”
Chup, “Jangan marah-marah ah” tindakan secepat kilat yang sangat manis bagi Dean.
“Mulai berani ya sekarang, akan ku balas”
“Mwo? jangan dong~” Jieun berlari menjauh menghindari kejaran Dean.
_____
Baekhyun menghela nafas, namja itu berjalan dengan lemas. Angin malam terasa begitu dingin hingga ia merasakan kesendirian yang mampu menusuk lebih dingin dari pada udara malam ini. Kedua tangannya ia masukan kedalam saku hoodie, kepalanya ia tutupi dengan kerpus. Inilah akhir seorang pecundang seperti dirinya.
“P permisi”
“Permisi apa boleh aku bertanya?”
Baekhyun menghentikan langkahnya dan menoleh, ia termangu menatap seorang gadis dengan wajah yang begitu familiar dimatanya. Gadis itu mendekat dan memperlihatkan secarik kertas, mulutnya bergerak namun Baekhyun tak bisa mendengar apa-apa. Angin malam membuat kedua pipinya merona dan rambutnya perlahan tersapu semilir angin. Hidung bangirnya memerah, mata sipitnya membuatnya tampak imut. Dan baekhyun tidak sadar jika saat ini ia tampak seperti byuntae yang memperhatikan setiap detil pesona gadis yang tak sengaja mempersonanya.
Park Chan Mi..
“Hey, kenapa diam saja, aishh apa kau tidak mendengarkanku?” Gadis itu memberengut kesal.
“Apa namamu Park Chan Mi?”
“Hah? Aku Park Chan Young, siapa itu Chan Mi?”
“...” Gadis itu bingung saat Baekhyun malah tersenyum mendengar jawabannya.
_____
“Gomawo” lirih Mina dan hal itu membuat Sehun menoleh.
“Ah aku ini keren sekali ya” Mina mengangguk.
“Kau sangat keren”
“Ahaha.. sudahlah lagi pula aku juga ingin berubah sama sepertimu. Aku tahu ini tidak akan mudah tapi setidaknya aku ingin mencobanya. Aku duluan” Mina mengangguk kemudian tersenyum. Gadis itu memperhatikan Sehun sampai namja itu menghilang dibalik tikungan jalan.
“Loh, kau belum pulang?” Tanya Zico yang baru saja keluar dari restoran disusul Dominic.
“Aku baru mau pulang”
“Bagaimana kalau Dominic mengantarmu? Tidak baik gadis pulang malam sendirian”
“E.. eung t tidak usah” Zico langsung mendapat tatapan kesal dari Dominic karena mengatakan hal itu.
“Ey tidak apa-apa, ya kan Dom?” tanya Zico seolah sengaja. Dominic hanya bisa menghela nafas.
“Iya tidak apa-apa kok” Karena tidak enak pada tawaran itu, Mina terpaksa mengiyakan.  Akhirnya mereka berdua berjalan menuju halte sementara Zico tersenyum penuh arti.
“Ah aku ini memang anak baik” gumamnya sembari berlalu.
Drrtt.. Drrtt.. ponsel Zico bergetar
“Hallo”
“Yaakk ! Kenapa baru kau angkat telponku !?”
“Ah mian, aku baru sempat”
“Cepat kemari dan bawakan aku ice cream kalau tidak aku akan marah”
“Ne~” Pip, telpon itu terputus begitu saja membuat Zico memasang wajah jengah.
Kim Hyuna Gila.. untung seksi kalau tidak sudah ku.. ah molla
_____
Tak ada pembicaraan yang mengiringi langkah Dominic dan Mina. Keheningan itu makin membuat tembok pemisah yang menjulang, tak ada yang berani meruntuhkannya lebih dulu sampai.
Grepp.. kedua tangan Dominic meraih tangan Mina yang hampir jatuh tersandung sesuatu. Posisi itu bertahan beberapa detik dengan tatapan yang tak bisa dihindarkan.
“A ah gomawo” buru-buru gadis itu menegakan tubuhnya dan Dominic pun buru-buru melepas tangannya.
Mereka kembali melangkah diiringi keheningan yang nyata hingga sampai di halte dan menunggu bus pun tak ada pembicaraan lagi. Duduk berjauhan seraya mengeratkan jaket masing-masing, sesekali menatap jauh mengecek kehadiran bus. Waktu serasa berjalan lebih lambat namun akhirnya sang penyelamat datang yang tak lain adalah bus, Mina bangkit dan memasukinya. Ia berbalik dan sedikit menunduk untuk berterimakasih pada Dominic. Sementara namja itu baru berlalu saat bus yang membawa Mina pulang benar-benar pergi. Hembusan nafas mulai terdengar.
Ada apa denganku tadi..
_______
Tangan mungil Seulgi membawa anugerah tersendiri bagi Joohyuk, kenapa begitu? Karena ia bisa dengan mudah menggenggamnya dan memasukannya ke dalam saku coatnya. Ada kehangatan yang dapat dibagi selain itu ada tempat lain yang menghangat pula, letaknya jauh didalam organ bernama hati.
Gadis itu berjinggit lalu meletakan telapak tangannya di dahi Joohyuk dengan susah payah membuat namja itu bertanya-tanya.
“Kenapa nuna?”
“Kau tidak sakit”
“Aku memang tidak sakit” jawab Joohyuk dengan gelengan pelan.
“Terus kenapa kau tersenyum terus?” bukannya menjawab, senyuman Joohyuk malah makin lebar.
“Sekarang nuna pintar menggombal ya”
“Sampai kapan kau akan memanggilku nuna?”
“Sampai kau memanggilku oppa”
“Oppa~”
“Ahaha.. rasanya aneh ya mendengar nuna memanggilku seperti itu”
“Aah Oppa”
“Baik hentikan, aku tidak akan memanggilmu nuna lagi”
“Lalu kau akan memanggilku apa?”
“Ahjumma~”
“Aiishh !”
Ahjumma
"Yaaak !"
______
Genggaman itu enggan Dean lepaskan.
“Kau akan menahanku berapa lama lagi? Kita sudah sampai didepan rumah ku loh” ucap Jieun.
“Ah pokoknya tidak akan ku lepas”
“Aigoo, kenapa si sangar yang ku kenal berubah menjadi baby seperti ini?”
“Oh jadi kau lebih menyukai aku yang sangar ya? baiklah” Jieun terbelalak saat Dean mendorong bahunya lembut hingga punggung gadis itu menempel ke dinding.
“Yaa..” protes Jieun dengan suara ditahan.
“Wae?”
“Awas saja jika kau berani macam-macam”
“Awas apa? Memang aku akan berbuat apa padamu?” Dean menyeringai saat Jieun terlihat salah tingkah karena pertanyaannya.
“Ah pokoknya lepas” usaha gadis itu untuk meloloskan diri tak ada hasilnya karena Dean sedang tak main-main. Jieun kembali terkejut saat tiba-tiba Dean mendekatkan wajahnya, begitu dekat sampai membuat jantung gadis itu meronta. Namja itu menatap Jieun dengan raut seriusnya.
“Aku sangat menyukaimu Ji” lirihnya halus namun wajahnya memancarkan keseriusan.
Selama beberapa saat setelah mendengar hal itu, Jieun hanya diam namun kedua matanya masih menatap namja yang juga masih menatapnya. Perlahan Jieun mengembangkan senyumannya.
“Aku juga” jawab Jieun tanpa ragu.
Grep.. Jieun melingkarkan kedua tangannya di tubuh namja itu, memeluknya dengan mata tertutup. Dia merasakan debaran Dean menguat, Jieun bersyukur karena ia pun sama.
Kuharap perasaanku kali ini tidak salah
The End

#Makasih bagi yang udah ngikutin ni ff dari awal nyampe akhir. Mian, klo ngga sesuai harapan. Author mau pamit untuk hiatus sampai dengan waktu yg belom ditentukan. Author pengen nyobain nulis di wattpad dulu :-D Bye,  see u soon. 

Comments

Post a Comment