Dean merasa terancam
dan seharian ini sebisa mungkin ia selalu mengawasi gerak-gerik Jieun. Ia punya
firasat jika gadis itu akan jujur pada Baekhyun hari ini. Melihat gelagat Dean,
Zico hanya bisa menghela nafas.
“Katakan saja kau
menyukai Jieun, beres kan?” Dean memandang Zico malas.
“Kau pikir gampang
apa?”
“Memang sesulit
mengerjakan ulangan ya?”
“Aku belum siap”
“Lalu apa kau siap
jika mendengar kabar Jieun dan Baek jadian”
“Yaaakk !”
“Siap tidak siap,
setidaknya beritahu perasaanmu secepatnya” ucap Zico memberi saran. Dean
terdiam seraya memikirkan apa langkah terbaik yang harus ia lakukan.
Dean kembali memandang
sekitarnya namun karena ia lengah, Jieun sudah tak lagi berada dalam jangkauannya.
“Kemana Jieun?”
“Sepertinya tadi ke
arah rooftop”
“Bersama Baekhyun?”
Zico menggeleng karena ia tidak tahu.
“Aiishh, kau sih
mengajaku bicara terus” Zico mengernyit heran saat temannya itu menyalahkannya.
Sementara Dean bergegas ke arah rooftop.
Disisi lain, dua
remaja yang beranjak dewasa yang tak lain adalah Jieun dan Baekhyun duduk
dengan saling berhadapan. Melihat sikap Jieun yang tidak seperti biasanya,
Baekhyun jadi penasaran sebenarnya apa yang akan Jieun sampaikan padanya.
“Ada apa Ji?” tanya
Baek memulai pembicaraan.
“Baek sebenarnya aku
ingin berkata jujur” Baekhyun terdiam seraya menanti ucapan Jieun selanjutnya.
Jieun menghirup udara dalam-dalam dan menghembuskannya pelan.
“Sebenarnya, aku sudah
menyukaimu sejak lama” ucap Jieun sembari memandang permukaan meja
dihadapannya. Beberapa detik Jieun terdiam namun karena tak ada tanggapan, ia
memberanikan diri untuk menatap Baekhyun yang juga menatap permukaan meja
dihadapan mereka dengan raut biasa seolah apa yang Jieun katakan sama sekali
tak mengejutkannya.
“Tapi aku tidak akan
memintamu membalasnya karena aku sudah bisa mengatasinya. Aku mengatakan ini
karena aku ingin bersikap jujur dan tak ada maksud lain” lanjut Jieun membuat
Baekhyun beralih menatapnya dengan pandangan sendu.
“Maafkan aku Ji, sebenarnya
aku juga sudah tahu tentang perasaanmu” mendengar perkataan Baekhyun, Jieun
terkejut. Jadi karena ini Baek terlihat biasa saja, pikirnya.
“Apa? Tapi kenapa..”
“Aku pura-pura tidak
tahu untuk menjaga perasaan Joohyuk karena... dia juga dulu menyukaimu” tak ada
hal lain lagi yang mampu membuat Jieun kembali terkejut selain mendengar
pernyataan Baekhyun.
“..” Gadis itu
terdiam, seolah puzzle yang selama ini berantakan mulai tersusun dan membuka
pikirannya.
Aku mengerti.. Dulu aku menyukai Baek tapi Baek menjauh karena ia tahu
Joohyuk menyukaiku dan Joohyuk bungkam karena melihat sikapku yang berbeda pada
Baek. Mungkin Joohyuk sudah bisa menerka aku memiliki perasaan pada Baek. Hal
itu membuatnya pun menjauh.
Tapi pertanyaannya apa Baek pernah menyukaiku?
“Bolehkah aku tahu,
apa kau pernah menyukaiku sekali saja?” Tanya Jieun hati-hati membuat Baek
mengulas senyum simpul.
“Jujur saja, walau
hanya sedikit, tentu saja aku pernah menyukaimu. Kita tumbuh dan menghabiskan
waktu bersama, hal itu membuat perasaan kita berubah bukan?” Jieun mengangguk.
Suasana hening
sejenak. Ada raut canggung yang tak bisa disembunyikan setelah mengungkapkan
kejujuran yang saling ditutupi satu sama lain. Mendengar jawaban Baekhyun
membuat hatinya tergelitik. Entah itu artinya apa, meski perasaannya sudah
memudar namun Jieun bahagia mendengar jawaban Baekhyun.
“Kuharap kita bisa
bersikap seperti biasa setelah aku mengungkapkan perasaanku seperti ini Baek”
“Aku juga mengharapkan
hal yang sama dan juga maafkan sikap pengecutku karena tak memperdulikan
perasaanmu selama ini”
“Tidak apa, masa-masa
itu sudah berlalu lagi pula aku juga sudah bisa mengatasinya” Baekhyun
mengangguk.
“Syukurlah” Suasana
aneh itu baru kali ini mereka rasakan. Meski berteman cukup lama namun tak bisa
dipungkiri rasa canggung itu tetap ada mengetahui fakta yang baru terungkap.
Sementara Dean
kelimpungan saat tak mendapati Jieun di rooftop.
Kemana gadis itu..?
Dean kembali menuruni
tangga seraya mengedarkan pandangannya ke segala arah, langkahnya terburu,
debaran jantungnya mulai tak terkendali. Setelah berkeliling mencari Jieun
namun tak ada hasil, namja itu mulai tampak frustasi dan pasrah.
Jieun, kau dimana !? Hatinya berteriak namun langkahnya membawa ia ke ujung lorong yang belum
sempat ia periksa.
Apa mungkin mereka di.. perpustakaan?
Tidak, langkah lunglai
itu kembali terburu memasuki perpustakaan. Matanya menatap ke segala penjuru
diiringi langkah lebar yang tak sabaran dan akhirnya Dean menemukan mereka,
namja itu mematung tanpa ekspresi saat menatap mereka berdua saling melempar
senyum.
Namun Dean tak ingin
tinggal diam, ia mulai menghampiri mereka dan grep. Jieun terkejut karena
tiba-tiba Dean datang dan langsung meraih pergelangan tangannya. Raut Baekhyun
berubah tak senang dengan tindakan tiba-tiba Dean pada Jieun.
“Ikut aku” ucap Dean
dengan kesan dinginnya namun langkahnya terhenti saat Baekhyun meraih tangan
Jieun yang lain membuat Kedua namja itu berpandangan tajam.
“Kau pikir apa yang
sedang kau lakukan?” Tanya Baek.
“Jangan ikut campur”
“Kau pikir Jieun
barang yang bisa seenaknya kau tarik-tarik hah?” sementara itu Jieun mulai
risih karena bisikan para siswi yang terganggu dengan pertikaian mereka.
“Dean, kau ini
kenapa?” tanya Jieun bingung.
“Jieun, jujur padaku
apa kau sudah mengatakan semuanya pada namja ini?” Jieun mengangguk tanpa ragu
dan melihat hal itu Dean tersenyum miris.
Aku terlambat...
Cengkraman Dean melemah
dan seketika lengan Jieun terbebas. Baekhyun dapat menyimpulkan apa yang
sebenarnya sedang terjadi. Ia memang tidak tahu hubungan mereka sejauh apa
namun ia tak menduga jika Dean sudah jatuh hati pada sahabatnya itu.
“Apa sekarang kalian
sudah jadian?” tanya Dean dengan pandangan nanar.
“Pfftt..” tawa Baek
yang tertahan itu membuat Dean mengernyit begitu pula Jieun.
“Jadi karena itu kau
seperti ini.. HA, HAHAHA !” tawa itu lepas membuat Baekhyun benar-benar menjadi
pusat perhatian diperpustakaan, membuat raut para pelahap buku perpustakaan
memberengut kesal.
Sial
Dean kembali meraih
tangan Jieun dan menariknya keluar perpustakaan, namja itu membawa Jieun ke
taman belakang sekolah lalu melepaskan genggamannya dan merosot lalu
berjongkok. Jieun masih bertanya-tanya sebenarnya ada apa dengan Dean hingga
bersikap aneh seperti ini.
Dean menghembuskan
nafas panjang.
“Sebenarnya ada apa
denganmu?” tanya Jieun. Kaki Dean tak kuat lagi menopang berat tubuhnya dan ia
mulai duduk diatas rumput hijau taman itu. Namja itu mendongak, menatap Jieun
yang masih menampakan raut kebingungan.
“Kau benar-benar ahli
membuatku jantungan ya, Lee Jieun”
“Maksudnya?”
“Aku menyukai mu Jieun
dan karena itu sejak tadi aku mencarimu, aku mencarimu dengan perasaan was-was
karena kupikir kau akan melanjutkan perasaanmu pada Baekhyun. Aku hampir putus
asa apalagi saat kau bilang kau sudah mengatakan semuanya pada namja itu. Aku
tak perduli lagi, meskipun kau menolak ku aku akan tetap mengatakan hal ini,
masa bodoh, aku tak ingin tersiksa seorang diri lagi hanya karena perasaan
brengsek ini, Shit !” ini pertama kalinya Dean benar-benar mengatakan semua
yang ada dihatinya tanpa ragu.
Jieun masih belum
sepenuhnya mencerna kata-kata Dean namun ia tak sebodoh itu untuk mengerti ucapan
Dean
“...” Dean menunduk
lalu menutup matanya saat Jieun tak menanggapi apapun setelah mendengar
kejujuran namja itu.
Syut.. Jieun merosot
dan duduk didepan Dean.
“Hey” lirihnya lalu
Dean mengangkat wajahnya dan mereka bertemu pandang. Untuk sejenak tak ada lagi
kata yang keluar dari mulut keduanya. Entah apa yang mereka pikirkan namun
hanya dengan memandang saja rasanya ada yang lain. Rasa yang tak pernah Jieun
sadari dengan mudahnya hadir hanya karena sebuah tatapan.
“Kau tahu saat ini
jantungku seperti apa?” tanya Jieun namun Dean tetap diam dengan raut
bingungnya.
“Tatapanmu itu juga
ahli membuatku jantungan, Kwon Hyuk” butuh beberapa detik hingga perlahan bibir
namja itu mengembang mendengar ucapan manis Jieun yang terkesan seperti
gombalan.
“Tapi sejak kapan?”
Jieun menghembuskan nafas lalu memandang langit biru diatasnya.
“Aku tidak tahu..
mungkin sejak dikolam renang” Jieun tidak tahu sejak kapan namun ia mulai
menyadarinya belum lama ini. Dan ia ingin memastikannya dengan memandang namja
itu.
Dean menutup wajahnya
karena terlalu bahagia, ia tersenyum dibalik kedua telapak tangannya. Dan hal
itu menurut Jieun terlihat sangat menggemaskan. Ia bisa melihat senyuman manis
namja itu dari sela-sela jari tangannya.
“Kau bahagia?” tanya
Jieun.
“Bodoh, tak perlu
ditanyakan lagi”
“Ah aku tidak suka kau
berbicara kasar”
“Mian” Jieun kembali
tersenyum saat mendengar ucapan maaf yang begitu cepat terucap dari mulut namja
yang sering menindasnya itu. Cinta itu memang bisa membuat gila ya?
Dean menjauhkan telapak
tangannya dari wajah dan perlahan ia meraih jari kelingking Jieun lalu saling
mengaitkannya. Masa bodoh jika ada yang melihatnya norak, yang pasti saat ini
ia sedang sangat bahagia dan tak dapat membendungnya lagi. Senyuman manis
terpancar dari wajah masing-masing.
“Kita tidak gila kan?”
tanya Jieun.
“Aku tidak yakin”
jawab Dean dan mereka kembali tersenyum diiringi tawa kecil.
Disisi lain, Baekhyun
mencoba tersenyum saat memperhatikan mereka berdua dari jendela perpustakaan.
Kurasa ini yang namanya karma..
Mana bisa aku bersikap seperti ini..
Tentu saja ini yang terbaik..
Baekhyun berbalik,
menghembuskan nafas pelan seraya melangkah keluar dari perpustakaan. Jujur ia
tidak rela melihat Jieun dan Dean. Hatinya bereaksi terlalu lambat. Mana bisa
ia memulai sesuatu yang sudah Jieun akhiri. Mungkin itu adalah hukuman yang
Tuhan berikan padanya. Menggantikan posisi Jieun saat cinta gadis itu bertepuk
sebelah tangan. Mungkin Tuhan ingin Baek merasakan hal yang sama.
<<>>
Hari-hari berat dan
penuh dengan masalah sudah berlalu, kini mereka semua berkumpul dimeja yang
sama. Baek, Joohyuk, Seulgi, Mina, Dominic, Zico dan tak lupa pasangan baru
yaitu Jieun dan Dean, sebenarnya ada satu lagi namun Jieun tak yakin orang itu
akan datang. Jieun bangkit lalu berdiri diujung meja.
“Ekhem perhatian
semuanya, sebenarnya aku sangat senang kalian menerima undanganku untuk makan
bersama. Ah rasanya senang sekali kita bisa berkumpul seperti ini. Sekali lagi
terimakasih, aku melalui banyak hal bersama kalian semua, rasanya aku ingin
menangis disini kalau bisa tapi tenang saja, aku tidak akan melakukannya
haha..” Mina bangkit lalu memeluk Jieun.
“Eung.. kau membuatku
ingin menangis Ji”
“Ya sudah sebaiknya
ayo kita makan !” seru Joohyuk mengakhiri suasana haru biru itu. sementara
Jieun dan Mina kembali duduk.
“Selamat makan !”
balas semuanya namun derik pintu berbunyi, menampakan orang yang sempat Jieun
kira tak akan pernah datang.
“Tega sekali kalian
makan tanpa aku” ucap Sehun seraya mendudukan diri disamping Mina yang
menatapnya tak percaya.
“Mwo? Kau tidak akan
makan? Buatku saja ya” ucapnya seraya menggeser mangkuk Mina membuat gadis itu
tersenyum tak percaya.
“Wah berani sekali
preman ini datang” ucap Dean membuat Sehun mendongak memandangnya. Suasana
kembali tegang saat dua namja itu saling berpandangan namun beberapa detik
kemudian Sehun menunduk.
“Maafkan semua
kesalahanku” ucapnya tulus, Sehun berganti memandang Jieun.
“Terutama padamu Ji,
aku benar-benar minta maaf atas semuanya” Jieun mengangguk.
“Dan kau” Sehun
memandang Dominic dengan wajah tegas.
“Aku tidak akan meminta
maaf karena membuatmu sekarat” Dominic tersenyum lalu mengangguk.
“Aku mengerti”
“Okeh, ayo lanjutkan
sesuatu yang tertunda, mari makan !” lanjut Sehun.
“Selamat makan !”
restoran sederhana itu menjadi meriah dengan kehadiran mereka semua. Tak ada
hal yang paling membahagian selain hari ini. Jika tidak menahannya mungkin
Jieun sudah menangis terisak-isak karena hari ini.
“Aa~” Jieun menoleh
saat Dean mengambil seiris daging dan mengarahkan padanya.
“Am” Dengan senang
hati Jieun menerima suapan itu.
“Woohoo~” teriakan
heboh dari yang lain membuat Dean dan Jieun tersipu malu.
“Aduh kalau makan yang
benar” ucap Jieun seraya mengelap ujung bibir Dean.
“Woohooo~” teriakan
heboh itu makin menjadi-jadi. Sementara disebrang meja, Baekhyun tersenyum
miris sembari menyumpit beberapa daging sekaligus dan memakannya sekaligus.
_____
Tangan yang saling
mengait itu terayun ke depan dan belakang. Sesekali Jieun menutup mata dan
merasakan angin segar yang memasuki paru-parunya.
“Aku sangat bersyukur
semua ini berakhir dengan indah” ucapnya.
Dean mengangguk
“Menurutku Ini lebih dari sekedar berakhir dengan indah, ini akhir yang
benar-benar menakjubkan”
“Haha wae?” Dean
menoleh, memandang wajah mungil dengan mata berbinar itu.
“Karena aku
mendapatkanmu” Jieun tersenyum seraya menunduk namun kembali memandang namja
itu.
“Dasa gombal”
“Aiishh, aku serius !”
Chup, “Jangan
marah-marah ah” tindakan secepat kilat yang sangat manis bagi Dean.
“Mulai berani ya
sekarang, akan ku balas”
“Mwo? jangan dong~”
Jieun berlari menjauh menghindari kejaran Dean.
_____
Baekhyun menghela
nafas, namja itu berjalan dengan lemas. Angin malam terasa begitu dingin hingga
ia merasakan kesendirian yang mampu menusuk lebih dingin dari pada udara malam
ini. Kedua tangannya ia masukan kedalam saku hoodie, kepalanya ia tutupi dengan
kerpus. Inilah akhir seorang pecundang seperti dirinya.
“P permisi”
“Permisi apa boleh aku
bertanya?”
Baekhyun menghentikan
langkahnya dan menoleh, ia termangu menatap seorang gadis dengan wajah yang
begitu familiar dimatanya. Gadis itu mendekat dan memperlihatkan secarik
kertas, mulutnya bergerak namun Baekhyun tak bisa mendengar apa-apa. Angin
malam membuat kedua pipinya merona dan rambutnya perlahan tersapu semilir
angin. Hidung bangirnya memerah, mata sipitnya membuatnya tampak imut. Dan
baekhyun tidak sadar jika saat ini ia tampak seperti byuntae yang memperhatikan
setiap detil pesona gadis yang tak sengaja mempersonanya.
Park Chan Mi..
“Hey, kenapa diam
saja, aishh apa kau tidak mendengarkanku?” Gadis itu memberengut kesal.
“Apa namamu Park Chan
Mi?”
“Hah? Aku Park Chan
Young, siapa itu Chan Mi?”
“...” Gadis itu
bingung saat Baekhyun malah tersenyum mendengar jawabannya.
_____
“Gomawo” lirih Mina
dan hal itu membuat Sehun menoleh.
“Ah aku ini keren
sekali ya” Mina mengangguk.
“Kau sangat keren”
“Ahaha.. sudahlah lagi
pula aku juga ingin berubah sama sepertimu. Aku tahu ini tidak akan mudah tapi
setidaknya aku ingin mencobanya. Aku duluan” Mina mengangguk kemudian
tersenyum. Gadis itu memperhatikan Sehun sampai namja itu menghilang dibalik
tikungan jalan.
“Loh, kau belum
pulang?” Tanya Zico yang baru saja keluar dari restoran disusul Dominic.
“Aku baru mau pulang”
“Bagaimana kalau Dominic
mengantarmu? Tidak baik gadis pulang malam sendirian”
“E.. eung t tidak
usah” Zico langsung mendapat tatapan kesal dari Dominic karena mengatakan hal
itu.
“Ey tidak apa-apa, ya
kan Dom?” tanya Zico seolah sengaja. Dominic hanya bisa menghela nafas.
“Iya tidak apa-apa
kok” Karena tidak enak pada tawaran itu, Mina terpaksa mengiyakan. Akhirnya mereka berdua berjalan menuju halte
sementara Zico tersenyum penuh arti.
“Ah aku ini memang
anak baik” gumamnya sembari berlalu.
Drrtt.. Drrtt.. ponsel
Zico bergetar
“Hallo”
“Yaakk ! Kenapa baru
kau angkat telponku !?”
“Ah mian, aku baru
sempat”
“Cepat kemari dan
bawakan aku ice cream kalau tidak aku akan marah”
“Ne~” Pip, telpon itu
terputus begitu saja membuat Zico memasang wajah jengah.
Kim Hyuna Gila.. untung seksi kalau tidak sudah ku.. ah molla
_____
Tak ada pembicaraan
yang mengiringi langkah Dominic dan Mina. Keheningan itu makin membuat tembok
pemisah yang menjulang, tak ada yang berani meruntuhkannya lebih dulu sampai.
Grepp.. kedua tangan
Dominic meraih tangan Mina yang hampir jatuh tersandung sesuatu. Posisi itu
bertahan beberapa detik dengan tatapan yang tak bisa dihindarkan.
“A ah gomawo”
buru-buru gadis itu menegakan tubuhnya dan Dominic pun buru-buru melepas
tangannya.
Mereka kembali
melangkah diiringi keheningan yang nyata hingga sampai di halte dan menunggu
bus pun tak ada pembicaraan lagi. Duduk berjauhan seraya mengeratkan jaket
masing-masing, sesekali menatap jauh mengecek kehadiran bus. Waktu serasa
berjalan lebih lambat namun akhirnya sang penyelamat datang yang tak lain
adalah bus, Mina bangkit dan memasukinya. Ia berbalik dan sedikit menunduk
untuk berterimakasih pada Dominic. Sementara namja itu baru berlalu saat bus
yang membawa Mina pulang benar-benar pergi. Hembusan nafas mulai terdengar.
Ada apa denganku tadi..
_______
Tangan mungil Seulgi
membawa anugerah tersendiri bagi Joohyuk, kenapa begitu? Karena ia bisa dengan
mudah menggenggamnya dan memasukannya ke dalam saku coatnya. Ada kehangatan
yang dapat dibagi selain itu ada tempat lain yang menghangat pula, letaknya
jauh didalam organ bernama hati.
Gadis itu berjinggit
lalu meletakan telapak tangannya di dahi Joohyuk dengan susah payah membuat
namja itu bertanya-tanya.
“Kenapa nuna?”
“Kau tidak sakit”
“Aku memang tidak
sakit” jawab Joohyuk dengan gelengan pelan.
“Terus kenapa kau
tersenyum terus?” bukannya menjawab, senyuman Joohyuk malah makin lebar.
“Sekarang nuna pintar
menggombal ya”
“Sampai kapan kau akan
memanggilku nuna?”
“Sampai kau
memanggilku oppa”
“Oppa~”
“Ahaha.. rasanya aneh
ya mendengar nuna memanggilku seperti itu”
“Aah Oppa”
“Baik hentikan, aku
tidak akan memanggilmu nuna lagi”
“Lalu kau akan
memanggilku apa?”
“Ahjumma~”
“Aiishh !”
“Ahjumma”
"Yaaak !"
"Yaaak !"
______
Genggaman itu enggan
Dean lepaskan.
“Kau akan menahanku
berapa lama lagi? Kita sudah sampai didepan rumah ku loh” ucap Jieun.
“Ah pokoknya tidak
akan ku lepas”
“Aigoo, kenapa si
sangar yang ku kenal berubah menjadi baby seperti ini?”
“Oh jadi kau lebih
menyukai aku yang sangar ya? baiklah” Jieun terbelalak saat Dean mendorong
bahunya lembut hingga punggung gadis itu menempel ke dinding.
“Yaa..” protes Jieun
dengan suara ditahan.
“Wae?”
“Awas saja jika kau
berani macam-macam”
“Awas apa? Memang aku
akan berbuat apa padamu?” Dean menyeringai saat Jieun terlihat salah tingkah
karena pertanyaannya.
“Ah pokoknya lepas”
usaha gadis itu untuk meloloskan diri tak ada hasilnya karena Dean sedang tak
main-main. Jieun kembali terkejut saat tiba-tiba Dean mendekatkan wajahnya,
begitu dekat sampai membuat jantung gadis itu meronta. Namja itu menatap Jieun
dengan raut seriusnya.
“Aku sangat menyukaimu
Ji” lirihnya halus namun wajahnya memancarkan keseriusan.
Selama beberapa saat
setelah mendengar hal itu, Jieun hanya diam namun kedua matanya masih menatap
namja yang juga masih menatapnya. Perlahan Jieun mengembangkan senyumannya.
“Aku juga” jawab Jieun
tanpa ragu.
Grep.. Jieun
melingkarkan kedua tangannya di tubuh namja itu, memeluknya dengan mata
tertutup. Dia merasakan debaran Dean menguat, Jieun bersyukur karena ia pun
sama.
Kuharap perasaanku kali ini tidak salah
The End
#Makasih bagi yang udah ngikutin ni ff dari awal nyampe akhir. Mian, klo ngga sesuai harapan. Author mau pamit untuk hiatus sampai dengan waktu yg belom ditentukan. Author pengen nyobain nulis di wattpad dulu :-D Bye, see u soon.
#Makasih bagi yang udah ngikutin ni ff dari awal nyampe akhir. Mian, klo ngga sesuai harapan. Author mau pamit untuk hiatus sampai dengan waktu yg belom ditentukan. Author pengen nyobain nulis di wattpad dulu :-D Bye, see u soon.
finally :'))) happy end! ^o^
ReplyDeleteeh tapi gak stop nulis disini kan thor?
ReplyDeleteplis say no..
Eumm, belom tau
DeleteNama akun wattpad nya apa thoor?
ReplyDelete@RoZzmaDandelion
Delete