Mission of Love [10]

Lee Jieun [IU] | Baekhyun | Nam Joo Hyuk | Dean etc.
School life | Teen | Friendship | Love
PART [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9]

3 hari berlalu dan sejak saat itu Jieun maupun Joohyuk tak pernah lagi bercengkrama dengan Baekhyun. Setiap pagi, Baek selalu berangkat lebih dulu dan pulang sekolah ia akan pergi ke rumah Chan Mi. Jieun benar-benar frustasi menghadapi namja itu. mau sampai kapan Baek marah seperti ini? Jieun tahu dia salah tapi ini terlalu berlebihan bukan?
Mata pelajaran terakhir sudah selesai, beberapa murid sudah bersiap untuk pulang dan keluar kelas sementara Jieun dan Mina masih membereskan buku mereka lalu memasukannya ke dalam tas masing-masing.
“Ji kau akan langsung pulang?”
“Hmm” angguk Jieun.
“Kau mau ikut denganku tidak?”
“Kemana?”
“Aku tertarik dengan club puisi, sepertinya aku akan mendaftar untuk memasukinya”
“Memangnya tingkat dua seperti kita masih bisa mendaftar club? Bukankah harusnya saat kita berada di tingkat satu?”
“Kemarin aku melihat pengumumannya di mading, mereka masih membuka pendaftaran karena anggotanya masih sedikit”
“Ah begitu” 
“Ayo, mau ikut tidak?” ajak Mina sekali lagi.
“Eung, aku kurang begitu tertarik mengikuti ekskul manapun hehe” mendengarnya saja tampak seperti tidak menyenangkan dan membosankan. Mungkin Jieun hanya akan tidur jika benar-benar menjadi anggota club puisi. Jieun punya seleranya sendiri.
“Ah dasar kau ini, ya sudah aku duluan”
“Ne, semangat ya”
“Ne, hwaiting !” ucap Mina dengan kepalan semangat membuat keduanya saling melempar tawa.
Kurasa mood nya sedang bagus, tidak seperti kemarin-kemarin
Jieun menghirup dan menghembuskan nafas lega.
Syukurlah
Oia ngomong-ngomong aku belum pernah mengikuti ekskul apapun sejak masuk SMA
Ah jika saja disini ada ekskul basket untuk perempuan seperti di SMP pasti tidak akan kulewatkan.
Sayangnya tidak ada .. huft
Tidak ada ekskul yang menarik perhatian Jieun kecuali basket namun sayangnya belum ada eskul basket untuk perempuan disekolah SMA nya. jangan salah, meski Jieun tidak terlalu tinggi, ia bisa dibilang jago bermain basket, terutama saat dia SMP. Jieun pernah mengikuti perlombaan tingkat nasional bersama team nya. satu-satunya momen dimana ia merasa ia bisa membanggakan saat itu. tidak seperti sekarang, dulu, Jieun sangat tomboy berbeda dengan sekarang. Ketika mulai memasuki tingkat SMA, ia mulai berubah sedikit demi sedikit menjadi feminim namun tidak mengurangi kegemarannya terhadap basket.
Jieun beranjak keluar kelas dengan memegangi tali tas punggungnya.
“Hoy Lee Jieun !” Jieun membuang nafas saat mendengar kalimat itu. sudah bisa ditebak kan siapa yang memanggilnya.
Jieun mendongak malas memandang ketiga namja yang mulai menghampirinya itu. Jieun memandang Dominic  yang menampakan ekspresi datarnya..
melihatnya saja membuatku merinding
Sebisa mungkin harus jauh-jauh dari namja itu
Ya benar, harus jauh-jauh
“Ikut kami” titah Dean.
“Kemana? Aku mau pulang tahu” Jieun tahu alasannya tidak akan berhasil namun ia tetap saja protes.
“Kau tidak berhak menolak dan simpan saja alasanmu itu”
“Huft”
“Oia, bawa semua tas kami ya, budak ku yang manis” ucap Dean seraya melepas tas punggungnya begitu pula Zico dan Dominic yang terkekeh pelan memandang raut kesal Jieun.
Ah jinjja ~
“Hey kalian gila ya? Aku ini yeoja masa membawa tas sebanyak ini”
“Gila?” ketiganya bertukar pandang dan kembali menatap Jieun bersamaan
”Memang, haha” ucap mereka kompak.
Ah sial -_-
“Sudah jangan banyak protes” ucap Dominic membuat Jieun terkesiap.
Ketiga namja itu berjalan memimpin sementara Jieun membawa ketiga tas itu dengan susah payah seraya mengekori kemana mereka pergi. Tanpa Jieun sadari Dean sempat menoleh dan memandangnya sejenak sebelum kembali bercanda dengan kedua temannya.
Beberapa menit kemudian mereka sampai di lapangan luas nan kosong dan dimasing-masing sisi yang bersebrangan terdapat ring basket.
Untuk apa mereka kemari?
Ah,, aku benar-benar sudah seperti budak sungguhan.
Jieun duduk disalah satu kursi kayu disisi lapangan sembari menaruh tas-tas yang dibawanya disana. Sementara ketiga namja itu malah bermain basket.
Jadi mereka kesini untuk main basket
Jieun duduk dalam diam sembari mengistirahatkan kakinya yang pegal karena membawa beban ketiga tas namja itu plus tasnya sendiri. sesekali memandang ke arah ketiga namja yang asik bermain basket.
.
.
“Untuk apa sih mengajak anak itu kesini” ucap Dominic seraya melempar bola basket kedalam ring.
“Wae? Bukankah bagus ada dia disini? Dia bisa kita suruh-suruh” jawab Dean.
“Atau jangan-jangan kau mulai menyukainya?” tebak Zico.
“Ehey, jangan bercanda” elak Dean namun mata Dominic menangkap hal lain.
“Wae? Jika kau tidak menyukainya, kenapa kau tidak memberitahu kami rahasia Jieun yang kau simpan sampai dia mau menjadi budak selama satu bulan” tambah Dominic, Dan hal itu mendapat anggukan setuju dari Zico. Benar, Dean tidak memberitahu kedua namja itu rahasia Jieun yang ada didalam buku diarynya, intinya hanya Dean yang tahu jika Jieun memiliki perasaan pada Baekhyun. Zico dan Dominic tidak tahu apa-apa sama sekali tentang hal itu.
“Sekarang aku tanya pada kalian, siapa yang menemukan diary gadis itu?”
“Tentu saja kau” jawab Zico.
“Ya sudah, itu berarti Jieun hanya berurusan denganku, bukan kalian berdua, mengerti?” Zico dan Dominic saling berpandangan sejenak lalu mengangguk pelan.
Dean merebut bola yang berada ditangan Zico lalu berlari ke arah ring.
“Kurasa dia benar-benar menyukai gadis itu” lirih Dominic.
“Tak diragukan lagi, dia ingin menguasainya seorang diri” balas Zico.
“Aku punya ide” ucap Dominic.
“Heh? Ide apa?” tanya Zico kemudian Dominic berbisik pelan membuat kedua namja itu saling melirik seraya mengulas senyum misterius.
“Yaakk kalian, kenapa diam saja ! kalian lihat tidak, aku dapat satu poin lagi !” seru Dean bersemangat saat bolanya berhasil memasuki ring. Mereka taruhan siapa yang kalah harus mentraktir ramen hari ini.
“Kami tidak lihat !” koor Zico dan Dominic seraya berlari kecil menghampiri Dean.
“Mwo!?”
“Itu tidak bisa dihitung karena kami tidak melihatnya, ayo ulang lagi” ucap Dominic lalu meraih bola yang memantul bebas.
“Aiishh !”
Sementara itu, Jieun yang sudah tampak bosan hanya bisa menguap. Hanya bisa duduk tanpa ikut bermain, hal itu begitu membosankan bagi Jieun. Gadis itu memandang jam tangannya lalu menampakan wajahnya yang kebosanan plus mengantuk.
Apa aku pulang saja ya, lagi pula mereka juga tidak akan sadar kan?
Perlahan Jieun bangkit, menepuk pelan rok bagian belakang dan-
“Hoy !” Jieun mendongak saat Dean memanggilnya dan hap. Jieun berhasil menangkap bola basket yang secara mendadak mengarah padanya. Membuat ketiga namja disana tertegun dengan kesigapan Jieun. Dean menegur Jieun karena tahu Dominic melempar bola pada gadis itu saat menyadari Jieun beranjak dari duduknya.
Boleh juga dia ucap Dean dalam hati.
“Mau kemana !?” tanya Zico.
Ah sialan itu pasti sengaja melempar bolanya padaku ... Jieun menyangka Dean yang melemparkan bola itu padanya.
“T tidak kok, aku berdiri karena kaki ku pegal hehe” ucap Jieun dan kembali duduk. Lagi-lagi Jieun menatap Dominic yang menatapnya dingin seakan ingin menerkam. Entah kenapa semenjak mendengar cerita Mina tentang namja itu, Jieun jadi paranoid saat dekat-dekat atau melakukan kontak mata dengan Dominic.
“Hoy, cepat lempar bolanya !” pekik Dean.
Ketika bola dilempar mereka kembali bermain dan Jieun kembali mengutuk keadaannya yang tak bisa pulang padahal ia sudah hampir mati kebosanan.
Sebenarnya kenapa aku disini sih -_-
Mereka benar-benar niat menyiksaku ya..
Ah siapapun tolong aku T.T
Satu jam kemudian, ketiga namja itu kelelahan dan menghampiri tas mereka masing-masing lalu mengambil air mineral didalamnya.
“H hey, aku sudah boleh pulang kan?” tanya Jieun hati-hati namun tidak ada yang menjawab seakan pertanyaan Jieun tak pernah keluar.
Aiishh jinjja, mereka kira aku tembok kali ya -_-
“Yaak Lee Jieun, kau bisa basket juga ya? Tangkapanmu tadi bagus loh” ucap Zico, ia tak bisa menahan kekagumannya saat melihat Jieun begitu sigap menangkap bola yang datang secara tiba-tiba. Kalimat yang tampak seperti pujian itu membuat Jieun heran, begitu pula dengan Dean.
Ada apa dengan namja ini?
Kenapa tiba-tiba...
“L lumayan sih”
“Anak pendek sepertimu? Bisa basket? Haha jangan bercanda” ledek Dominic yang membuat Dean terkekeh namun membuat Jieun merasa diremehkan.
“Memberitahumu juga percuma” jawab Jieun dingin.
“Mwo..” seketika itu Jieun sadar, bahwa harusnya dia tidak cari masalah dengan Dominic.
“Cih, sombong sekali tingkahmu itu” lanjut Dominic.
Ini sudah terlanjur..
“Kau mau bertanding denganku?” tantang Jieun membuat Dominic tertawa remeh.
“Ohoo ini bakal seru” ucap Dean bersemangat.
“Tanding, tanding, tanding” sorak Zico seraya memandang Dominic dan Jieun bergantian.
Detik berikutnya. Jieun dan Dominic sudah berada ditengah lapangan dan saling berhadapan. Sementara Dean berada di tengah dengan bola basket ditangannya.
“Yang memasukan bola ke ring sebanyak tiga kali, dia yang menang”
“Oke” jawab Jieun dan Dominic bersamaan seraya bertatapan tajam satu sama lain.
“Bersiap, 1 2 dan .. 3 !” Dean melempar bola itu ke atas membuat Jieun dan Dominic berebut meraihnya. Dean kembali ke sisi lapangan dan menyaksikan pertandingan kecil itu bersama Zico.
“Jieun benar-benar gadis yang tidak terduga kan?” ucap Zico.
“Eung.. aku tidak yakin”
Dia masih saja menutupinya
“Jika gadis biasa yang dilempar bola seperti tadi pasti sudah terluka, kau tahu kan Dominic tak pernah bercanda, dia serius dalam hal apapun”
“Aku juga tidak menduganya sih”
“Untung kau memperingatkan Jieun tadi, jika tidak...”
“Jika tidak kepalanya pasti sudah diperban” ujar Dean merampungkan ucapan Zico.
“Haha benar”
“Yaa, menurutmu Dominic sudah berubah belum?” tanya Dean dengan raut serius. namja itu memandangi Jieun dan Dominic yang tampak sengit bertanding. entah kenapa ia memiliki firasat yang buruk jika Jieun berada disekitar Dominic. 
“Yaa, percaya saja pada dirinya” ucap Zico seraya menepuk pelan bahu Dean.
Jika bocah itu sudah berubah..
Kenapa tadi melempar bola secepat itu ke arah Jieun?
Dominic, kau sudah berubah kan?
Pertandingan antara Jieun dan Dominic masih berlanjut. Jieun baru mencetak satu skor sementara Dominic sudah dua. Satu skor saja susah payah Jieun dapatkan karena namja itu bermain curang dengan bermain fisik. Sulit dipercaya, bisa-bisanya Dominic bermain fisik melawan seorang gadis seperti Jieun. Ketakutan Jieun hilang, ia tidak perduli apapun lagi. Sebisa mungkin ia menahan untuk tak mencari masalah dengan namja itu tapi Dominic terus saja berbicara seenaknya tentang Jieun, dia tidak bisa membiarkannya.
Plung, bola Dominic masuk membuat Jieun kalah dengan skor 3-1
“Wohooo !” sorak namja itu lalu memandang Jieun seraya menyeringai.
“Cih, menang dari seorang gadis begitu membuatmu senang ya?” ucap Jieun.
“Oh, kau seorang gadis ya? Ku kira bukan” balas Domin, lagi-lagi menampakan seringaiannya.
Ah dasar Menyebalkan..
Mereka kembali ke sisi lapangan.
“Yaaa, nona Lee Jieun, kau membuatku kagum” ucap Zico.
“Hey, aku yang menang”
“Menang karena bermain fisik? Ck ck ck” Dominic memasang wajah datar mendengar komentar dari Zico. sudah menjadi kebiasaan, Dominic memang biasa melakukan itu, hal itu tidak bisa diubah hanya karena ia melawan seorang gadis.
“Kalau kalah ya kalah saja” balas Dominic. “Tapi ku akui kau lumayan juga karena bisa bertahan melawan permainan ku yang keras” tambah namja itu membuat Jieun, Zico dan Dean terkesiap karena tak menyangka Dominic akan mengatakan hal itu.
“Wow wow wow, akhirnya kau menyadarinya juga haha” ucap Zico.
“Diam kau, berisik”
Entah kenapa Jieun tersenyum melihat pertikaian kecil itu. dia merasa bodoh tapi kenyataannya Jieun malah tersenyum. Ini pertama kalinya, ia merasa tidak terintimidasi berada di antara ketiga namja itu. Sedari tadi, Dean tak angkat bicara karena memandang Jieun dalam diam. Sudut bibirnya terangkat begitu melihat Jieun tersenyum.
“Wah ini kesempatan yang langka, bagaimana jika hari ini kita sudahi perbudakan Jieun?” usul Zico.
“Mwo?” koor Dean dan Dominic.
“Jangan bercanda bodoh”
“Wae? Akan lebih baik jika kita berteman saja kan? Lagi pula Jieun bukan gadis biasa, entah kenapa aku mulai menyukainya” lanjut Zico.
“Mwo !?” seru Dean lagi dan dengan suara yang memekakan telinga.
“H hey, maksudku, kurasa aku mulai cocok dengan Jieun. Lagi pula, mana boleh menindas seorang gadis terlalu lama. Bagaimana menurutmu Dominic?”
“Eung, itu sih terserah saja”
“Dengar, kalian berdua bisa saja berteman dengan Jieun tapi aku tidak akan membatalkan perjanjian yang sudah disepakati dengan gadis ini” ucap Dean.
“Oke lagi pula sejak awal aku dan Dominic tidak tertarik dengan perjanjian kalian”
Apalagi ini? Ada apa dengan mereka?
Ini terlalu tiba-tiba
Zico yang berubah drastis
Dominic yang tidak protes
Sebenarnya ada apa?
“Terserah” jawab Dean seraya beranjak.
Tapi namja yang satu ini masih sama saja
“Ku anggap itu tanda persetujuan !” pekik Zico dan beralih memandang Jieun yang bingung dengan situasi itu.
“Oke, Jieun, mulai hari ini kita berteman. Ayo lakukan high five denganku” ucap Zico seraya mengangkat telapak tangannya menunggu Jieun menyambutnya.
Tos ! Zico menyerobot melakukan high five saat Jieun terlihat ragu-ragu mengangkat tangannya.
“Oke ! Good !” Zico tampak bersemangat dan jujur saja hal itu membuat Jieun sedikit bernafas lega karena kemungkinan dua namja dihadapannya ini tidak akan menindasnya lagi, meski ia tidak yakin 100 % pada Dominic.
“Hey, ayo lakukan high five juga dengan Jieun” ucap Zico seraya menyenggol lengan Dominic.
“Apa sih, tidak mau !”
“Yaak tunggu aku, kau harus mentraktir kami hari ini !” lanjut Dominic seraya beranjak menyusul Dean.
“Aishh dasar dia ini, tenang saja perlahan-lahan dia pasti bisa menerima mu”
“N ne” jawab Jieun canggung.
______
Blukk... akhirnya Jieun sampai dirumah dan bertemu dengan kasur nyamannya. Benar-benar hari yang melelahkan dan mengejutkan. Kenapa? Karena tiba-tiba salah satu dari ketiga namja yang selalu menindasnya mulai berbaik hati. Meski Jieun tidak tahu apa alasannya, hal itu cukup membuatnya merasa lega. Dan jika dipikirkan lagi, Dominic juga cukup membuatnya terkejut. Jieun tahu namja itu pemarah dan tidak ramah tapi Jieun bisa menangkap sisi baik dari namja itu. hal itu, membuat Jieun meragukan cerita Mina tentang namja itu.
Ah molla, aku akan tetap waspada
Lagi pula sikap mereka juga aneh karena tiba-tiba baik padaku
Ah molla molla
Detik berikutnya Jieun sudah tertidur pulas dengan seragam sekolah masih melekat ditubuhnya.
_______
Joohyuk melepas lelah dengan duduk disisi lapangan bersama anak club basket lainnya. Ia menyeka keringat dengan handuk kecil yang ia bawa.
“Ah panas sekali hari ini” keluh Suho yang juga anggota club basket.
“Benar, lihat, aku juga seperti orang yang habis mandi saja”
“Haha.. kau memang mandi tapi mandi keringat”
“Aish ~”
“Joohyuk-a”
“Eoh?”
“Aku pernah meminta pin bbm Jieun padamu kan? Tapi kenapa kau tidak memberikannya?”
“Jieunnya sendiri yang menolak memberitahu”
“Yaak, kau punya kontaknya kan? Tinggal kirim saja padaku apa susahnya” Joohyuk menoleh.
“W wae? Kenapa melihatku seperti itu?”
“Dia temanku sejak kecil, jangan memaksa jika dia tidak ingin memberikannya, mengerti?”
“Ya ampun kau ini begitu saja marah. Santai saja lagi pula aku juga tidak akan macam-macam”
“Terserah” ucap Joohyuk seraya beranjak.
Setelah mandi dan berganti pakaian, Joohyuk beranjak pulang namun saat melewati kedai Seulgi ia memutuskan untuk mampir dulu.
“Wah kau datang?” Joohyuk menggaguk seraya tersenyum.
“Aku pesan 1 porsi tteokboki noona”
“Oke, tunggu sebentar ya”
Ah rasanya hanya memandang orang yang kau sukai saja, semua rasa lelah dan gelisah terasa terangkat dan hilang ditelan bumi. Meski Joohyuk sadar, belum ada kemajuan lagi dalam hubungannya dengan Seulgi, tapi tak apa, ia tetap menikmati prosesnya.
“Tteokboki datang” Seulgi meletakan sepiring tteokboki ke hadapan Joohyuk lalu menarik kursi dihadapan namja itu dan mendudukinya.
“Kelihatannya enak” lirih Joohyuk lalu menusuk salah satu irisan tteokboki dengan garpu dan memakannya.
“Akhir-akhir ini aku jarang melihat kalian bertiga bersama-sama, apa ada masalah?”
“Kalian bertiga?”
Seulgi mengangguk “iya kalian bertiga, kau, Jieun dan Baekhyun”
“Ah itu.. ada sedikit kesalahpahaman antara kami dan Baekhyun. Ceritanya panjang noona”
“Benarkah? Ku kira kalian baik-baik saja. tapi aneh, kok didalam camera ku yang Jieun pinjam saat festival ada foto Baekhyun ya”
“M mwo?”
“Ada satu foto Baekhyun berada dalam festival dibawah lampion. Bukankah saat itu Jieun harusnya ke rumah sakit karena sakit perut?”
Aiish bodoh nya Jieun sampai meninggalkan jejak
“I itu, mungkin mereka kembali saat Jieun merasa baikan dengan perutnya”
“Atau mungkin Jieun memotonya sebelum dia sakit perut”
“Ahaha benar !”
Untunglah..
“Tapi didalam foto itu, sepertinya Jieun diam-diam memfoto Baekhyun dan Baekhyun seakan tidak sadar Jieun tengah memfotonya”
Heh?
“Ah mereka memang sering seperti itu noona, sama-sama narsis dan gila camera haha apalagi si Baek memang pintar berpose jadi terlihat seperti tidak disengaja”
“Ahaha mungkin juga”
Aku jadi penasaran dengan fotonya
Joohyuk tahu benar, Baekhyun sama sekali tidak bisa berpose alami saat tengah di foto. Namja itu paling hanya tersenyum canggung dengan badan kaku jika difoto. Jika hasil fotonya terlihat alami Itu berarti kemungkinan besar Jieun memang memoto Baek diam-diam.
“Apa aku boleh melihat fotonya noona?”
“Ah, cameraku berada dirumah, nanti malam aku kirimkan lewat email bagaimana?”
“Oke, aku tunggu”
“Ya sudah, masih banyak pekerjaan didapur, noona tinggal dulu”
“Ne ~”
Seulgi beranjak dan menyisakan Joohyuk yang masih memakan tteokboki yang tersisa sembari berfikir tentang foto Baekhyun.
Atau jangan-jangan Jieun...
To Be Continue~


Comments

  1. yayayayayayaaaa ;~; ending part yg bikin greget ;A; apalagi kalo tiba² dominic yg suka sama jieun duh tambah greget kkk ��
    semangat thorrrrr

    ReplyDelete
    Replies
    1. bukan greget tp makin ruwet haha
      Sip, Semangat !

      Delete
  2. Senyum senyum sndri bacanya,,,, aq jdi pengen dominic yg suka sama jieun,,,

    Fighting thorr

    ReplyDelete
  3. Senyum senyum sndri bacanya..... ku berharap dominic suka samajieun......

    ReplyDelete
    Replies
    1. jangan kelamaan senyum2 sendirinya, nanti yg liat mikir aneh2 hehe *peace
      Dominic suka Jieun? liat aja nanti kelanjutannya :)

      Delete

Post a Comment