Lee Jieun [IU] | Baekhyun | Nam Joo Hyuk | Dean etc.
School life | Teen | Friendship | Love
School life | Teen | Friendship | Love
3 hari berlalu dan
sejak saat itu Jieun maupun Joohyuk tak pernah lagi bercengkrama dengan
Baekhyun. Setiap pagi, Baek selalu berangkat lebih dulu dan pulang sekolah ia
akan pergi ke rumah Chan Mi. Jieun benar-benar frustasi menghadapi namja itu.
mau sampai kapan Baek marah seperti ini? Jieun tahu dia salah tapi ini terlalu
berlebihan bukan?
Mata pelajaran
terakhir sudah selesai, beberapa murid sudah bersiap untuk pulang dan keluar
kelas sementara Jieun dan Mina masih membereskan buku mereka lalu memasukannya
ke dalam tas masing-masing.
“Ji kau akan langsung
pulang?”
“Hmm” angguk Jieun.
“Kau mau ikut denganku
tidak?”
“Kemana?”
“Aku tertarik dengan
club puisi, sepertinya aku akan mendaftar untuk memasukinya”
“Memangnya tingkat dua
seperti kita masih bisa mendaftar club? Bukankah harusnya saat kita berada di
tingkat satu?”
“Kemarin aku melihat
pengumumannya di mading, mereka masih membuka pendaftaran karena anggotanya
masih sedikit”
“Ah begitu”
“Ayo, mau ikut tidak?”
ajak Mina sekali lagi.
“Eung, aku kurang
begitu tertarik mengikuti ekskul manapun hehe” mendengarnya saja tampak seperti tidak menyenangkan dan membosankan. Mungkin Jieun hanya akan tidur jika benar-benar menjadi anggota club puisi. Jieun punya seleranya sendiri.
“Ah dasar kau ini, ya
sudah aku duluan”
“Ne, semangat ya”
“Ne, hwaiting !” ucap
Mina dengan kepalan semangat membuat keduanya saling melempar tawa.
Kurasa mood nya sedang bagus, tidak seperti kemarin-kemarin
Jieun menghirup dan menghembuskan nafas lega.
Syukurlah
Oia ngomong-ngomong aku belum pernah mengikuti ekskul apapun sejak masuk
SMA
Ah jika saja disini ada ekskul basket untuk perempuan seperti di SMP pasti tidak akan kulewatkan.
Sayangnya tidak ada .. huft
Tidak ada ekskul yang
menarik perhatian Jieun kecuali basket namun sayangnya belum ada eskul basket
untuk perempuan disekolah SMA nya. jangan salah, meski Jieun tidak terlalu
tinggi, ia bisa dibilang jago bermain basket, terutama saat dia SMP. Jieun
pernah mengikuti perlombaan tingkat nasional bersama team nya. satu-satunya
momen dimana ia merasa ia bisa membanggakan saat itu. tidak seperti sekarang,
dulu, Jieun sangat tomboy berbeda dengan sekarang. Ketika mulai memasuki
tingkat SMA, ia mulai berubah sedikit demi sedikit menjadi feminim namun tidak
mengurangi kegemarannya terhadap basket.
Jieun beranjak keluar
kelas dengan memegangi tali tas punggungnya.
“Hoy Lee Jieun !”
Jieun membuang nafas saat mendengar kalimat itu. sudah bisa ditebak kan siapa
yang memanggilnya.
Jieun mendongak malas
memandang ketiga namja yang mulai menghampirinya itu. Jieun memandang
Dominic yang menampakan ekspresi
datarnya..
melihatnya saja membuatku merinding
Sebisa mungkin harus jauh-jauh dari namja itu
Ya benar, harus jauh-jauh
Ya benar, harus jauh-jauh
“Ikut kami” titah
Dean.
“Kemana? Aku mau
pulang tahu” Jieun tahu alasannya tidak akan berhasil namun ia tetap saja
protes.
“Kau tidak berhak
menolak dan simpan saja alasanmu itu”
“Huft”
“Oia, bawa semua tas
kami ya, budak ku yang manis” ucap Dean seraya melepas tas punggungnya begitu
pula Zico dan Dominic yang terkekeh pelan memandang raut kesal Jieun.
Ah jinjja ~
“Hey kalian gila ya?
Aku ini yeoja masa membawa tas sebanyak ini”
“Gila?” ketiganya
bertukar pandang dan kembali menatap Jieun bersamaan
”Memang, haha” ucap
mereka kompak.
Ah sial -_-
“Sudah jangan banyak
protes” ucap Dominic membuat Jieun terkesiap.
Ketiga namja itu
berjalan memimpin sementara Jieun membawa ketiga tas itu dengan susah payah
seraya mengekori kemana mereka pergi. Tanpa Jieun sadari Dean sempat menoleh
dan memandangnya sejenak sebelum kembali bercanda dengan kedua temannya.
Beberapa menit
kemudian mereka sampai di lapangan luas nan kosong dan dimasing-masing sisi
yang bersebrangan terdapat ring basket.
Untuk apa mereka kemari?
Ah,, aku benar-benar sudah seperti budak sungguhan.
Jieun duduk disalah
satu kursi kayu disisi lapangan sembari menaruh tas-tas yang dibawanya disana.
Sementara ketiga namja itu malah bermain basket.
Jadi mereka kesini untuk main basket
Jieun duduk dalam diam
sembari mengistirahatkan kakinya yang pegal karena membawa beban ketiga tas
namja itu plus tasnya sendiri. sesekali memandang ke arah ketiga namja yang
asik bermain basket.
.
.
“Untuk apa sih
mengajak anak itu kesini” ucap Dominic seraya melempar bola basket kedalam
ring.
“Wae? Bukankah bagus
ada dia disini? Dia bisa kita suruh-suruh” jawab Dean.
“Atau jangan-jangan
kau mulai menyukainya?” tebak Zico.
“Ehey, jangan
bercanda” elak Dean namun mata Dominic menangkap hal lain.
“Wae? Jika kau tidak
menyukainya, kenapa kau tidak memberitahu kami rahasia Jieun yang kau simpan
sampai dia mau menjadi budak selama satu bulan” tambah Dominic, Dan hal itu
mendapat anggukan setuju dari Zico. Benar, Dean tidak memberitahu kedua namja
itu rahasia Jieun yang ada didalam buku diarynya, intinya hanya Dean yang tahu
jika Jieun memiliki perasaan pada Baekhyun. Zico dan Dominic tidak tahu apa-apa
sama sekali tentang hal itu.
“Sekarang aku tanya
pada kalian, siapa yang menemukan diary gadis itu?”
“Tentu saja kau” jawab
Zico.
“Ya sudah, itu berarti
Jieun hanya berurusan denganku, bukan kalian berdua, mengerti?” Zico dan
Dominic saling berpandangan sejenak lalu mengangguk pelan.
Dean merebut bola yang
berada ditangan Zico lalu berlari ke arah ring.
“Kurasa dia
benar-benar menyukai gadis itu” lirih Dominic.
“Tak diragukan lagi,
dia ingin menguasainya seorang diri” balas Zico.
“Aku punya ide” ucap
Dominic.
“Heh? Ide apa?” tanya
Zico kemudian Dominic berbisik pelan membuat kedua namja itu saling melirik
seraya mengulas senyum misterius.
“Yaakk kalian, kenapa
diam saja ! kalian lihat tidak, aku dapat satu poin lagi !” seru Dean bersemangat
saat bolanya berhasil memasuki ring. Mereka taruhan siapa yang kalah harus
mentraktir ramen hari ini.
“Kami tidak lihat !”
koor Zico dan Dominic seraya berlari kecil menghampiri Dean.
“Mwo!?”
“Itu tidak bisa
dihitung karena kami tidak melihatnya, ayo ulang lagi” ucap Dominic lalu meraih
bola yang memantul bebas.
“Aiishh !”
Sementara itu, Jieun
yang sudah tampak bosan hanya bisa menguap. Hanya bisa duduk tanpa ikut
bermain, hal itu begitu membosankan bagi Jieun. Gadis itu memandang jam
tangannya lalu menampakan wajahnya yang kebosanan plus mengantuk.
Apa aku pulang saja ya, lagi pula mereka juga tidak akan sadar kan?
Perlahan Jieun
bangkit, menepuk pelan rok bagian belakang dan-
“Hoy !” Jieun
mendongak saat Dean memanggilnya dan hap. Jieun berhasil menangkap bola basket
yang secara mendadak mengarah padanya. Membuat ketiga namja disana tertegun
dengan kesigapan Jieun. Dean menegur Jieun karena tahu Dominic melempar bola pada
gadis itu saat menyadari Jieun beranjak dari duduknya.
Boleh juga dia ucap Dean dalam hati.
“Mau kemana !?” tanya
Zico.
Ah sialan itu pasti sengaja melempar bolanya padaku ... Jieun menyangka Dean yang melemparkan
bola itu padanya.
“T tidak kok, aku berdiri
karena kaki ku pegal hehe” ucap Jieun dan kembali duduk. Lagi-lagi Jieun
menatap Dominic yang menatapnya dingin seakan ingin menerkam. Entah kenapa
semenjak mendengar cerita Mina tentang namja itu, Jieun jadi paranoid saat
dekat-dekat atau melakukan kontak mata dengan Dominic.
“Hoy, cepat lempar
bolanya !” pekik Dean.
Ketika bola dilempar
mereka kembali bermain dan Jieun kembali mengutuk keadaannya yang tak bisa
pulang padahal ia sudah hampir mati kebosanan.
Sebenarnya kenapa aku disini sih -_-
Mereka benar-benar niat menyiksaku ya..
Ah siapapun tolong aku T.T
Satu jam kemudian,
ketiga namja itu kelelahan dan menghampiri tas mereka masing-masing lalu
mengambil air mineral didalamnya.
“H hey, aku sudah
boleh pulang kan?” tanya Jieun hati-hati namun tidak ada yang menjawab seakan
pertanyaan Jieun tak pernah keluar.
Aiishh jinjja, mereka kira aku tembok kali ya -_-
“Yaak Lee Jieun, kau
bisa basket juga ya? Tangkapanmu tadi bagus loh” ucap Zico, ia tak bisa menahan
kekagumannya saat melihat Jieun begitu sigap menangkap bola yang datang secara
tiba-tiba. Kalimat yang tampak seperti pujian itu membuat Jieun heran, begitu
pula dengan Dean.
Ada apa dengan namja ini?
Kenapa tiba-tiba...
“L lumayan sih”
“Anak pendek
sepertimu? Bisa basket? Haha jangan bercanda” ledek Dominic yang membuat Dean
terkekeh namun membuat Jieun merasa diremehkan.
“Memberitahumu juga
percuma” jawab Jieun dingin.
“Mwo..” seketika itu
Jieun sadar, bahwa harusnya dia tidak cari masalah dengan Dominic.
“Cih, sombong sekali
tingkahmu itu” lanjut Dominic.
Ini sudah terlanjur..
“Kau mau bertanding
denganku?” tantang Jieun membuat Dominic tertawa remeh.
“Ohoo ini bakal seru”
ucap Dean bersemangat.
“Tanding, tanding,
tanding” sorak Zico seraya memandang Dominic dan Jieun bergantian.
Detik berikutnya.
Jieun dan Dominic sudah berada ditengah lapangan dan saling berhadapan.
Sementara Dean berada di tengah dengan bola basket ditangannya.
“Yang memasukan bola
ke ring sebanyak tiga kali, dia yang menang”
“Oke” jawab Jieun dan
Dominic bersamaan seraya bertatapan tajam satu sama lain.
“Bersiap, 1 2 dan .. 3
!” Dean melempar bola itu ke atas membuat Jieun dan Dominic berebut meraihnya.
Dean kembali ke sisi lapangan dan menyaksikan pertandingan kecil itu bersama
Zico.
“Jieun benar-benar
gadis yang tidak terduga kan?” ucap Zico.
“Eung.. aku tidak
yakin”
Dia masih saja menutupinya
“Jika gadis biasa yang
dilempar bola seperti tadi pasti sudah terluka, kau tahu kan Dominic tak pernah
bercanda, dia serius dalam hal apapun”
“Aku juga tidak
menduganya sih”
“Untung kau
memperingatkan Jieun tadi, jika tidak...”
“Jika tidak kepalanya
pasti sudah diperban” ujar Dean merampungkan ucapan Zico.
“Haha benar”
“Yaa, menurutmu
Dominic sudah berubah belum?” tanya Dean dengan raut serius. namja itu memandangi Jieun dan Dominic yang tampak sengit bertanding. entah kenapa ia memiliki firasat yang buruk jika Jieun berada disekitar Dominic.
“Yaa, percaya saja
pada dirinya” ucap Zico seraya menepuk pelan bahu Dean.
Jika bocah itu sudah berubah..
Kenapa tadi melempar bola secepat itu ke arah Jieun?
Dominic, kau sudah berubah kan?
Pertandingan antara
Jieun dan Dominic masih berlanjut. Jieun baru mencetak satu skor sementara
Dominic sudah dua. Satu skor saja susah payah Jieun dapatkan karena namja itu
bermain curang dengan bermain fisik. Sulit dipercaya, bisa-bisanya Dominic
bermain fisik melawan seorang gadis seperti Jieun. Ketakutan Jieun hilang, ia
tidak perduli apapun lagi. Sebisa mungkin ia menahan untuk tak mencari masalah
dengan namja itu tapi Dominic terus saja berbicara seenaknya tentang Jieun, dia
tidak bisa membiarkannya.
Plung, bola Dominic
masuk membuat Jieun kalah dengan skor 3-1
“Wohooo !” sorak namja
itu lalu memandang Jieun seraya menyeringai.
“Cih, menang dari
seorang gadis begitu membuatmu senang ya?” ucap Jieun.
“Oh, kau seorang gadis
ya? Ku kira bukan” balas Domin, lagi-lagi menampakan seringaiannya.
Ah dasar Menyebalkan..
Mereka kembali ke sisi
lapangan.
“Yaaa, nona Lee Jieun,
kau membuatku kagum” ucap Zico.
“Hey, aku yang menang”
“Menang karena bermain
fisik? Ck ck ck” Dominic memasang wajah datar mendengar komentar dari Zico.
sudah menjadi kebiasaan, Dominic memang biasa melakukan itu, hal itu tidak bisa
diubah hanya karena ia melawan seorang gadis.
“Kalau kalah ya kalah
saja” balas Dominic. “Tapi ku akui kau lumayan juga karena bisa bertahan
melawan permainan ku yang keras” tambah namja itu membuat Jieun, Zico dan Dean
terkesiap karena tak menyangka Dominic akan mengatakan hal itu.
“Wow wow wow, akhirnya
kau menyadarinya juga haha” ucap Zico.
“Diam kau, berisik”
Entah kenapa Jieun
tersenyum melihat pertikaian kecil itu. dia merasa bodoh tapi kenyataannya
Jieun malah tersenyum. Ini pertama kalinya, ia merasa tidak terintimidasi
berada di antara ketiga namja itu. Sedari tadi, Dean tak angkat bicara karena
memandang Jieun dalam diam. Sudut bibirnya terangkat begitu melihat Jieun
tersenyum.
“Wah ini kesempatan
yang langka, bagaimana jika hari ini kita sudahi perbudakan Jieun?” usul Zico.
“Mwo?” koor Dean dan
Dominic.
“Jangan bercanda
bodoh”
“Wae? Akan lebih baik
jika kita berteman saja kan? Lagi pula Jieun bukan gadis biasa, entah kenapa
aku mulai menyukainya” lanjut Zico.
“Mwo !?” seru Dean
lagi dan dengan suara yang memekakan telinga.
“H hey, maksudku,
kurasa aku mulai cocok dengan Jieun. Lagi pula, mana boleh menindas seorang
gadis terlalu lama. Bagaimana menurutmu Dominic?”
“Eung, itu sih
terserah saja”
“Dengar, kalian berdua
bisa saja berteman dengan Jieun tapi aku tidak akan membatalkan perjanjian yang
sudah disepakati dengan gadis ini” ucap Dean.
“Oke lagi pula sejak
awal aku dan Dominic tidak tertarik dengan perjanjian kalian”
Apalagi ini? Ada apa dengan mereka?
Ini terlalu tiba-tiba
Zico yang berubah drastis
Dominic yang tidak protes
Sebenarnya ada apa?
“Terserah” jawab Dean
seraya beranjak.
Tapi namja yang satu ini masih sama saja
“Ku anggap itu tanda
persetujuan !” pekik Zico dan beralih memandang Jieun yang bingung dengan
situasi itu.
“Oke, Jieun, mulai hari
ini kita berteman. Ayo lakukan high five denganku” ucap Zico seraya mengangkat
telapak tangannya menunggu Jieun menyambutnya.
Tos ! Zico menyerobot
melakukan high five saat Jieun terlihat ragu-ragu mengangkat tangannya.
“Oke ! Good !” Zico
tampak bersemangat dan jujur saja hal itu membuat Jieun sedikit bernafas lega
karena kemungkinan dua namja dihadapannya ini tidak akan menindasnya lagi,
meski ia tidak yakin 100 % pada Dominic.
“Hey, ayo lakukan high
five juga dengan Jieun” ucap Zico seraya menyenggol lengan Dominic.
“Apa sih, tidak mau !”
“Yaak tunggu aku, kau
harus mentraktir kami hari ini !” lanjut Dominic seraya beranjak menyusul Dean.
“Aishh dasar dia ini,
tenang saja perlahan-lahan dia pasti bisa menerima mu”
“N ne” jawab Jieun
canggung.
______
Blukk... akhirnya
Jieun sampai dirumah dan bertemu dengan kasur nyamannya. Benar-benar hari yang
melelahkan dan mengejutkan. Kenapa? Karena tiba-tiba salah satu dari ketiga
namja yang selalu menindasnya mulai berbaik hati. Meski Jieun tidak tahu apa alasannya,
hal itu cukup membuatnya merasa lega. Dan jika dipikirkan lagi, Dominic juga
cukup membuatnya terkejut. Jieun tahu namja itu pemarah dan tidak ramah tapi
Jieun bisa menangkap sisi baik dari namja itu. hal itu, membuat Jieun meragukan
cerita Mina tentang namja itu.
Ah molla, aku akan tetap waspada
Lagi pula sikap mereka juga aneh karena tiba-tiba baik padaku
Ah molla molla
Detik berikutnya Jieun
sudah tertidur pulas dengan seragam sekolah masih melekat ditubuhnya.
_______
Joohyuk melepas lelah
dengan duduk disisi lapangan bersama anak club basket lainnya. Ia menyeka
keringat dengan handuk kecil yang ia bawa.
“Ah panas sekali hari
ini” keluh Suho yang juga anggota club basket.
“Benar, lihat, aku
juga seperti orang yang habis mandi saja”
“Haha.. kau memang
mandi tapi mandi keringat”
“Aish ~”
“Joohyuk-a”
“Eoh?”
“Aku pernah meminta
pin bbm Jieun padamu kan? Tapi kenapa kau tidak memberikannya?”
“Jieunnya sendiri yang
menolak memberitahu”
“Yaak, kau punya
kontaknya kan? Tinggal kirim saja padaku apa susahnya” Joohyuk menoleh.
“W wae? Kenapa
melihatku seperti itu?”
“Dia temanku sejak
kecil, jangan memaksa jika dia tidak ingin memberikannya, mengerti?”
“Ya ampun kau ini
begitu saja marah. Santai saja lagi pula aku juga tidak akan macam-macam”
“Terserah” ucap
Joohyuk seraya beranjak.
Setelah mandi dan
berganti pakaian, Joohyuk beranjak pulang namun saat melewati kedai Seulgi ia
memutuskan untuk mampir dulu.
“Wah kau datang?”
Joohyuk menggaguk seraya tersenyum.
“Aku pesan 1 porsi
tteokboki noona”
“Oke, tunggu sebentar
ya”
Ah rasanya hanya
memandang orang yang kau sukai saja, semua rasa lelah dan gelisah terasa
terangkat dan hilang ditelan bumi. Meski Joohyuk sadar, belum ada kemajuan lagi
dalam hubungannya dengan Seulgi, tapi tak apa, ia tetap menikmati prosesnya.
“Tteokboki datang”
Seulgi meletakan sepiring tteokboki ke hadapan Joohyuk lalu menarik kursi
dihadapan namja itu dan mendudukinya.
“Kelihatannya enak”
lirih Joohyuk lalu menusuk salah satu irisan tteokboki dengan garpu dan
memakannya.
“Akhir-akhir ini aku
jarang melihat kalian bertiga bersama-sama, apa ada masalah?”
“Kalian bertiga?”
Seulgi mengangguk “iya
kalian bertiga, kau, Jieun dan Baekhyun”
“Ah itu.. ada sedikit
kesalahpahaman antara kami dan Baekhyun. Ceritanya panjang noona”
“Benarkah? Ku kira
kalian baik-baik saja. tapi aneh, kok didalam camera ku yang Jieun pinjam saat
festival ada foto Baekhyun ya”
“M mwo?”
“Ada satu foto
Baekhyun berada dalam festival dibawah lampion. Bukankah saat itu Jieun
harusnya ke rumah sakit karena sakit perut?”
Aiish bodoh nya Jieun sampai meninggalkan jejak
“I itu, mungkin mereka
kembali saat Jieun merasa baikan dengan perutnya”
“Atau mungkin Jieun
memotonya sebelum dia sakit perut”
“Ahaha benar !”
Untunglah..
“Tapi didalam foto
itu, sepertinya Jieun diam-diam memfoto Baekhyun dan Baekhyun seakan tidak
sadar Jieun tengah memfotonya”
Heh?
“Ah mereka memang
sering seperti itu noona, sama-sama narsis dan gila camera haha apalagi si Baek
memang pintar berpose jadi terlihat seperti tidak disengaja”
“Ahaha mungkin juga”
Aku jadi penasaran dengan fotonya
Joohyuk tahu benar,
Baekhyun sama sekali tidak bisa berpose alami saat tengah di foto. Namja itu
paling hanya tersenyum canggung dengan badan kaku jika difoto. Jika hasil
fotonya terlihat alami Itu berarti kemungkinan besar Jieun memang memoto Baek
diam-diam.
“Apa aku boleh melihat
fotonya noona?”
“Ah, cameraku berada
dirumah, nanti malam aku kirimkan lewat email bagaimana?”
“Oke, aku tunggu”
“Ya sudah, masih
banyak pekerjaan didapur, noona tinggal dulu”
“Ne ~”
Seulgi beranjak dan
menyisakan Joohyuk yang masih memakan tteokboki yang tersisa sembari berfikir
tentang foto Baekhyun.
Atau jangan-jangan Jieun...
To Be Continue~
yayayayayayaaaa ;~; ending part yg bikin greget ;A; apalagi kalo tiba² dominic yg suka sama jieun duh tambah greget kkk ��
ReplyDeletesemangat thorrrrr
bukan greget tp makin ruwet haha
DeleteSip, Semangat !
Senyum senyum sndri bacanya,,,, aq jdi pengen dominic yg suka sama jieun,,,
ReplyDeleteFighting thorr
Senyum senyum sndri bacanya..... ku berharap dominic suka samajieun......
ReplyDeletejangan kelamaan senyum2 sendirinya, nanti yg liat mikir aneh2 hehe *peace
DeleteDominic suka Jieun? liat aja nanti kelanjutannya :)