Mission of Love [15]


PART [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13] [14]




Jieun melambaikan tangannya sesaat sebelum Sehun benar-benar pergi setelah mengantarnya. Gadis itu memandang Sehun hingga namja itu tak terlihat lagi. Jieun menghela nafas lalu memasuki rumahnya.
Apa aku ikuti saja saran Mina..
Apa aku buka hati saja kepada Sehun?
Aku belum terlalu yakin tapi tidak ada salahnya untuk dicoba
Lagi-lagi Jieun hanya bisa menghela nafas.
Tapi Mina bilang jangan berurusan dengan Sehun lagi
Bagaimana ini?
Apa aku rahasiakan saja semuanya dari Mina?
Drrrt Drrrt.. Ponsel gadis itu bergetar, membuatnya tersadar dari lamunannya. Ia merogoh tasnya dan langsung membuka layar kunci ponselnya.
Jieun cepatlah kerumah Chan Mi, keadaannya memburuk
Mwo?
Jieun berbalik dengan tergesa setelah membaca pesan yang Baekhyun kirimkan padanya. Gadis itu bahkan berlari menuju halte namun Dean yang kebetulan baru saja tiba di Caffe tempatnya bekerja melihatnya. Dean menghentikan Jieun membuat gadis itu menatapnya heran.
“Ada apa?” tanya Dean dengan raut cemasnya saat melihat Jieun tergesa. Jujur saja Jieun ingin menanyakan bagaimana Dean ada disana tapi bukan itu yang terpenting sekarang. Ia sedang buru-buru.
“Ada hal yang mendesak” ucap Jieun seraya hendak pergi.
“Ikut denganku” Namun Dean malah menarik lengannya.
“Yaak, aku tidak ada waktu untuk bercanda sekarang” keluh Jieun.
“Aku akan mengantarmu”
“?” Jieun terdiam.
Beberapa menit kemudian, Jieun melirik ke arah Dean dan motor butut dihadapannya bergantian.
“Kau serius?” tanya Jieun dengan dahi mengernyit. Entah Dean dapat dari mana motor butut yang ada didepannya sekarang. Benda itu lebih pantas jika masuk rongsokan.
“Yaakk jangan meremehkan motor ini meski tidak terlihat meyakinkan yang penting masih bisa jalan” ucap Dean dengan raut meyakinkan meski sebenarnya ia juga tidak yakin apa motor itu masih bisa digunakan. Jieun masih memandang Dean dan motor itu bergantian, ia hanya bisa menghela nafas. Tak ada salahnya dicoba lagi pula ia juga sedang terburu-buru.
“O oke baiklah, ayo berangkat” Jieun tak ada waktu untuk berdebat lagi, mau pake motor butut atau bagus yang penting sekarang ia harus cepat-cepat tiba dirumah Chan Mi bagaimanapun caranya.
Namun tak disangka-sangka, motor tua yang kelihatan tidak layak itu bisa juga diajak ngebut. Dean menembus jalanan yang lumayan ramai dengan lihai membuat Jieun mengeratkan cengkramannya dijaket namja itu namun perlahan memeluk Dean karena laju motor makin cepat, diam-diam hal itu membuat Dean tersenyum. Entah dengan alasan apa namja itu malah tersenyum disaat seperti ini. Bukannya memperlambat, Dean malah menambah kecepatan laju motor tua itu. membuat Jieun ingin memukulnya tapi tak berdaya karena takut jatuh.
Setengah jam kemudian, mereka sampai ditempat tujuan. Begitu Jieun turun dari motor, ia langsung mencubit pinggang dean seraya memelintirnya membuat namja itu meringis.
“Awwww~”
“Rasakan” ucap Jieun sinis.
“Yaakk Apa salahku!?” rutuk Dean tak mengerti. Bukannya berterimakasih karena sudah ia antar malah ia mendapat sebuah cubitan pedas.
“Mengebut seperti orang gila seperti itu, masih tidak sadar? Aigoo..” balas Jieun.
“Yaelah begitu saja marah, anak sepertimu pasti jarang naik motor ya? Yang tadi sih belum ada apa-apanya. Oia ngomong-ngomong Apa aku hanya akan mendapat cubitan tanpa ucapan terimakasih? Aigoo, padahal aku sudah mengantarmu jauh-jauh, Dasar tidak tau terimakasih”
“Cih.. gayamu itu seperti sudah melakukan tugas negara saja” decak Jieun.
“Ya ampun, kau ini benar-benar tidak tahu terimakas-”
“Ye ye Gamsahamnida” potong Jieun seraya membungkuk namun ekspresinya mencibir membuat Dean tersenyum diam-diam.
“Oia ngomong-ngomong ini rumah siapa?” tambah Dean.
“Ya ampun aku sampai lupa tujuanku” ucap Jieun sembari menepuk dahinya. Gadis itu berlalu tanpa menjawab pertanyaan Dean.
“Y yaakk, kau belum menjawab pertanyaanku”
“Kau pulang saja ! Lain kali akan ku beri tahu, Gomawo !” ucap Jieun seraya memasuki rumah dengan gerbang yang sudah terbuka itu menyisakan Dean yang masih bertanya-tanya. Namun tanpa niat berlama-lama disana, Dean pun berlalu karena bisa-bisa ia ditegur bosnya akibat terlalu lama mangkir dari pekerjaan.
Jieun mengetuk pintu dan Joohyuk yang membukannya.
“Kau sudah disini?” tanya Jieun dan namja itu mengangguk.
“Bagaimana keadaan Chan Mi?”
“Kau lihat saja sendiri”
Mereka menuju kamar Chan Mi dan begitu sampai disana, Jieun melihat Chan Mi tengah diinfus seraya terbaring lemah, Baekhyun duduk disamping ranjangnya sembari memegang tangan gadis itu seolah tak ingin melepaskannya lagi. Pemandangan itu membuat hati Jieun campur aduk, ia bersedih atas apa yang terjadi pada Chan Mi, ia juga sedih karena melihat momen Baek dan Chan Mi saat ini. Jieun hanya bisa menghela nafas. Perlahan Joohyuk menepuk pelan bahu Jieun membuat gadis itu menatapnya.
“Masuklah” Jieun mengangguk.
Chan Mi berusaha tersenyum saat menyadari kehadiran Jieun, Jieun pun membalas senyuman itu. melihat Chan Mi yang masih bisa tersenyum diwajah pucatnya membuat Jieun ingin sekali menangis. Jieun saja sesedih ini, lalu bagaimana Baekhyun bisa setenang itu? Jieun yakin namja itu tengah menahan diri didepan Chan Mi.
Jieun duduk disalah satu sisi ranjang Chan Mi, ia pun menggenggam tangannya yang lain.
“Chan Mi-ya” Jieun tak tahu harus berkata apa. Tak ada yang bisa ia pikirkan begitu melihat gadis itu.
“Gomawo karena sudah mau datang”
“Kau ini kenapa, tentu saja aku akan datang kapanpun kau menginginkannya” Chan Mi menoleh kearah Baekhyun.
“Bisakah aku berbicara berdua saja dengan Jieun?” ucap gadis itu lemah. Baek dan Joohyuk sempat berpandangan sejenak namun kemudian menuruti ucapan Chan Mi dan keluar dari kamar gadis itu menyisakan dua gadis yang kini saling berpandangan.
“Ada apa Chan Mi-ya? Apa ada sesuatu yang ingin kau bicarakan denganku?”
“Seperti yang kau lihat Ji, waktuku mungkin kurang dari perkiraan dokter. Sekarang saja aku sudah selemah ini, mungkin waktuku tidak akan lama lagi-”
“Sssuutt.. kenapa kau berbicara sembarangan seperti itu, aku ini memang bukan dokter tapi aku masih percaya keajaiban selama kau berusaha tegar, aku percaya penyakit apapun akan sembuh”
“Aniya” Chan Mi menggeleng seraya tersenyum miris. Jieun sadar ucapannya terdengar seperti angan-angan yang tak akan pernah terwujud tapi setidaknya ia ingin sekali menghibur gadis itu.
“Bukan penyakitku yang kini kukhawatirkan tapi ada hal lain. Aku mengkhawatirkan Baek, bisakah kau menjaga Baekhyun saat aku sudah tidak ada?” Jieun terkejut mendengarnya.
“A apa maksudmu?” sekali lagi, Chan Mi kembali tersenyum.
“Aku tahu kau menyukainya”
Deg.. Dari mana dia tahu..
“T tapi dari mana kau tahu?”
“Tak penting dari mana aku tahu. Baek pasti akan sangat hancur saat aku sudah tidak ada, harus ada seseorang disampingnya dan membuatnya tegar sampai ia benar-benar melupakanku dan melanjutkan hidupnya. Apa kau bersedia berada disampingnya menggantikanku?”
Mata Jieun berkaca-kaca “Tidak ada yang bisa menggantikanmu dihati Baekhyun apalagi aku hanya dia anggap sebagai teman, hanya teman Chan Mi-ya tapi jika kau ingin aku menjaganya, tak perlu kau minta pun aku pasti akan berada disampingnya karena kami adalah sahabat namun aku belum yakin untuk menggantikan posisimu dihatinya”
“Gwenchana, aku tak akan memaksamu. Aku hanya ingin meminta kau akan berada disampingnya saat hal-hal buruk terjadi padanya, aku tidak ingin dia sendirian”
“Tak usah khawatir, aku dan Joohyuk akan selalu ada disampingnya apapun yang terjadi”
“Syukurlah, kini aku bisa merasa tenang” Jieun tersenyum seraya mengangguk, saat air mata Jieun jatuh saat itu pula Chan Mi menutup matanya perlahan dan tangan yang Jieun genggam pun mulai mendingin. Jieun menangis sesenggukan setelah menyadari jika Chan Mi sudah meninggal. Baek, Joohyuk dan orangtua Chan Mi memasuki kamar saat mendengar tangis Jieun dan  sadar apa yang sudah terjadi. Suasana hening berubah menjadi penuh haru dan kesedihan. Jieun tak menyangka jika Chan Mi akan pergi secepat ini. Tak ada yang bisa Jieun lakukan selain menangis keras melihat gadis manis itu berbaring tak bernyawa dihadapannya.
__
Cuaca tampak mendung, semua orang berpakaian serba hitam mengelilingi pemakaman yang masih baru. orangtua, kerabat dan teman-teman Chan Mi bergantian menabur bunga sebagai tanda perpisahan yang terakhir. Satu persatu kerumunan itu memudar menyisakan Baekhyun yang tampak tidak ikhlas karena kepergian pujaan hatinya. Jieun hanya bisa terpaku melihat kepedihan namja yang ia cintai.
Tes.. satu persatu tetesan hujan turun, menggantikan tangisan orang yang berduka atas kematian Chan Mi. Jieun masih diam bergeming, begitu pula Baekhyun yang terisak hingga berlutut disamping makam Chan Mi. Perlahan Joohyuk memayungi Jieun membuat gadis itu menoleh.
“Kau menangis untuk siapa Ji?” tanya namja itu seolah tahu isi hati Jieun. Gadis itu bahkan tak sadar air matanya keluar begitu saja.
“Jangan dilihat lagi, biarkan Baek sendiri dan biarkan rasa sakitmu beristirahat” entah sejak kapan, Jieun merasa selemah ini hanya karena melihat Baekhyun menangisi orang yang amat dicintainya.
<<>> 
 Jieun mengernyit saat Joohyuk menunggunya seorang diri.
“Kemana Baek?”
“Dia ke Busan katanya untuk menenangkan diri”
“Ah begitu”
“Wae? Kau juga mau menenangkan diri?” tanya Joohyuk namun Jieun hanya menghela nafas.
“Aku tidak tahu sebesar apa aku menyukai namja itu. Saat melihatnya terpuruk dimakam Chan Mi, rasanya seakan-akan langit benar-benar runtuh menimpa tubuhku” Joohyuk hanya bisa terdiam.
Kau benar-benar menyukainya sebesar itu Ji?
“Berjanjilah bahwa kau akan mengungkapkan perasaanmu suatu saat nanti Ji, aku tidak ingin kau menyesal”
“W wae? Kenapa tiba-tiba kau berbicara seperti itu? aku sudah pernah bilang kan-”
“Arra, tapi bersikaplah egois sedikit saja, ikuti saja kata hatimu dan jangan perdulikan persahabatan kita, setidaknya kau akan tahu kebenarannya jika kau sudah mengatakannya pada Baekhyun. Aku tidak ingin melihatmu menyesal suatu hari nanti karena perasaanmu sendiri. Aku percaya entah apa yang akan terjadi, kita masih bisa berteman bahkan setelah waktu tersulit pun”
Kenapa dia tiba-tiba berbicara seperti itu..
____
“AAAARRGGHHHH.....!”
“Yaaakk !”
Jieun terperanjat saat teriakan pelepasannya diganggu seseorang yang tak ia duga. Awalnya Jieun berniat pergi ke rooftop gedung sekolahnya untuk berteriak sesuka hati. Mencoba mengeluarkan semua yang mengganjal dihatinya namun tak disangka disana ada orang lain yang tak lain adalah Dominic.
“Berisik tahu, kenapa berteriak-teriak tak jelas seperti itu sih”
“Jangan memulai perdebatan denganku, aku sedang tidak mood dan sekarang aku hanya ingin berteriak”
Jieun kembali bersiap-siap untuk berteriak “Aa-” Namun mulutnya yang menganga disumpali lolipop oleh Dominic.
“Makan itu dan jangan berisik, aku sedang ingin bersantai disini” ucapnya seraya kembali berbaring dikursi kayu yang hanya ada satu-satunya disana. Jieun mendengus sebal namun kemudian mulai mengemut lolipop yang sudah terlanjur masuk mulut. Sayangkan kalau dibuang?
Jieun menghela nafas seraya memandang Dominic yang memejamkan matanya.
“Wae?” namja itu tiba-tiba bertanya membuat Jieun kaget.
“A apanya?” tanya balik Jieun.
“Apa kau sedang ada masalah?”
“Masalahku benar-benar banyak sampai aku bingung harus menyelesaikan yang mana dulu” ucap Jieun seolah menyindir Dominic karena salah satu masalah Jieun berhubungan dengan namja itu, namun percuma saja karena namja itu tak bakal tahu.
“Setidaknya mulailah selesaikan satu persatu atau kau akan benar-benar gila dibuatnya”
Tumben ucapannya benar
“Arra”
“Pergi dari sini jika sudah selesai”
“Kau pikir rooftop ini milik nenek moyangmu apa?”
“Mwo?” Dominic membuka mata dan menatap tajam Jieun membuat gadis itu menciut.
“A aku hanya bercanda hehe.. aku akan pergi saat sudah merasa baikan, kau beristirahatlah dengan tenang”
“Cih.. kau pikir aku sudah mati apa” rutuk namja itu. Dominic mulai kembali menutup matanya seolah ia mencoba mendapatkan ketenangannya lagi.
“Kau tidak bersama Dean dan Zico?”
“Kami bukan anak TK yang harus selalu bersama-sama”
“Haha..”
“Jangan tertawa” Jieun langsung menutup mulutnya, memang tak ada raut humor namun entah kenapa Jieun bisa tertawa hanya karena ucapan datar namja itu.
Gadis itu tersenyum, dan hal itu membuatnya merasa baikan ditambah lagi ia mendapat sesuatu yang manis dimulutnya. Sungguh orang yang tak terduga, pikir Jieun tentang namja itu.
Jieun berbalik, kembali memandangi kota dari atas sana. Gadis itu memejamkan mata seraya menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya.
Tuhan, kuharap semua masalahku bisa ku selesaikan
Aku tahu ini tidak mudah
Cinta dan persahabatan, aku tahu semua itu tak akan mudah
Aku hanya bisa berharap yang terbaik
Aku tidak akan tahu bagaimana akhirnya
Tapi, Kumohon, berikan aku akhir yang indah
Meski hal itu sulit, aku mohon, berikan akhir yang baik untuk semuanya
Perlahan Dominic membuka matanya dan memandang ke arah Jieun.
Kuharap apapun masalahmu, semuanya dapat kau atasi
<<>> 
3 hari berlalu dan Baekhyun masih belum kembali. Jujur saja Jieun cemas, pesan dan panggilan yang ia lakukan tak ada satupun yang dibalas begitupun pesan dan panggilan dari Joohyuk.
“Apa tidak sebaiknya kita menyusulnya?” usul Jieun.
“Biarkan anak itu menenangkan diri Ji, jangan terlalu cemas”
“Bagaimana aku tidak cemas jika pesan dan panggilan kita tidak ada yang dibalas”
“Iya sih, tapi bisakah kita sabar dan membiarkan Baek sendiri dulu? Dia pasti membutuhkan lebih banyak waktu, lagi pula dia kan dirumah saudaranya dibusan, dia tidak akan seorang diri disana”
“Tapi tetap saja..”
“Sudah, jangan terlalu dipikirkan. Oia kau bilang hari ini kau akan bertemu Sehun lagi” Jieun mengangguk.
“Dia benar-benar namja yang pantang menyerah, dia terus saja berusaha mendekatiku”
“Coba saja, mungkin hal itu akan baik buatmu mengalihkan perhatian dari Baek”
Jieun mengangguk “Aku juga berpikiran sama”
“Tapi dia itu namja yang baik kan?”
“Aku belum terlalu yakin, Oia ngomong-ngomong bagaimana hubunganmu dengan Seulgi Eonnie?” tanpa menjawab apapun, Joohyuk menunjukan cincin pasangan yang ia pakai.
“Daebak, kalian sudah jadian?”
“Hehe..”
“Uwooh, bagaimana bisa? Kau ini ya, seperti maling saja tiba-tiba sudah jadian tanpa pernah menceritakan apapun lagi padaku”
“Masa maling si, Ji -__- perumpamaan mu itu loh. Yah ini cukup sulit tapi akhirnya aku bisa meyakinkannya”
“Wah aku ikut senang”
“Gomawo, ini juga semuanya berawal karena bantuan mu dan Baek”
“Ehe tidak usah berterimakasih cukup traktir aku nonton film Beauty and The Beast sebagai balasan”
“Haha.. baiklah”
Setelah waktu istirahat berakhir, murid-murid kembali ke kelas masing-masing begitupula Jieun. Entah kenapa pelajaran saat ini membuatnya bosan dan ngantuk, sesekali ia mencoret-coret tak jelas buku tulis dihadapannya. Namun ia sadar jika semua coretannya bertuliskan nama Baekhyun.
Ah apa yang terjadi denganku..
Jieun menutup bukunya dan mulai menggigiti ujung bolpoin yang ia pegang.
Oia, aku masih penasaran kenapa hari itu Dean ada disekitar rumahku
Ah dan pakaiannya.. aku merasa pernah melihat seragam yang dipakainya
Tunggu dulu.. aku tahu
Itu artinya dia bekerja di Caffe Owl
Iya benar, seragam yang dipakainya adalah seragama karyawan Caffe Owl
Sejak kapan dia bekerja disana?
Tapi aku tidak melihatnya saat aku dan Sehun ketemuan disana
Ah.. masa bodoh, memang apa urusannya denganku
Lagi pula kenapa dia belum menghubungiku sih..
Aku benar-benar ingin cepat menyelesaikan masalah Mina tentang kematian Youngki
“Lee Jieun”
“Hey, kau dipanggil guru tuh” bisik Mina seraya menyenggol gadis itu dengan sikunya.
“Oh?”
“Lee Jieun tolong jelaskan apa yang baru saja saya jelaskan”
“Hah?”
“Kau tidak dengar apa yang ibu ucapkan?”
“M maaf bu”
“Makanya jangan melamun !”
“N ne”
Mina hanya bisa menggeleng pelan saat Jieun dimarahi gurunya.
____
Jieun hanya diam saat Sehun berbicara tentang banyak hal. Seperti yang sudah direncanakan, mereka kembali bertemu dan makan malam bersama disebuah restoran cepat saji. Namun kali ini Jieun benar-benar tak bisa fokus seakan ia tak bisa mendengar apapun yang namja itu ucapkan.
“Sehun-ssi” ucap Jieun memotong ucapan Sehun.
“Hmm?”
“Bisakah kita tidak bertemu lagi?”
“M mwo? Tapi kenapa? Apa aku berbuat salah padamu?” Sehun cukup terkejut dengan ucapan Jieun yang tiba-tiba. Jieun menghela nafas.
“Tidak, justru aku yang tak ingin berbuat salah padamu”
“Apa maksudmu?”
“Mianhae” Jieun beranjak dari kursinya dan meninggalkan Sehun begitu saja. Entah apa yang Jieun pikirkan hingga ia berbuat seperti itu, Jieun sudah berfikir belasan kali, ia tidak akan menambah masalah hanya karena ingin mengalihkan perasaannya dari Baekhyun. Ini tidak benar, maka dari itu Jieun menghentikannya selagi bisa.
Grep.. tanpa Jieun duga, Sehun malah mengikutinya dan menarik lengannya lalu membawanya ke tempat sepi.
“Yaak, kau pikir kau siapa sampai bisa berbuat seperti ini padaku?” Sehun tampak marah dan Jieun menganggap hal itu wajar.
“Sehun-ssi Mianhae, aku tak bermaksud buruk padamu”
“Apa kau merasa kau ini cantik hah? Yeoja sepertimu bisa kudapatkan dengan mudah diluaran sana”
Kenapa dia berbicara seperti itu?
“Sehun-ssi aku tahu kau sedang marah-”
“Yaaakk ! jangan menyelaku !” pekik Sehun hingga membuat Jieun langsung terdiam sekaligus terkejut. Entah hanya perasaannya atau bukan, ia baru melihat Sehun yang seperti itu. Jauh berbeda dari Sehun yang beberapa hari ini mendekatinya dengan cara yang manis.
“Wae? Kau takut padaku?” tanya Sehun dengan seringaian diakhir kalimatnya.
Ternyata ucapan Mina benar, dia namja yang berbahaya..
Bagaimana ini..
Kenapa sama sekali tidak ada orang yang lewat sih..
“Jadi ini dirimu yang sebenarnya?” Jieun dan Sehun menoleh pada namja yang hadir diantara mereka.
Joohyuk-a..
Joohyuk bergegas maju dan mencengkram kerah baju Sehun lalu memukulnya dengan keras hingga namja itu tersungkur. Sehun mendelik marah ke arah Joohyuk seraya mengelus pipi mulusnya yang berubah lebam.
“Sial, Siapa kau !? Jangan ikut campur !?”
“Beraninya kau macam-macam dengan Jieun !” tanpa menjawab pertanyaan Sehun, Joohyuk kembali menghampiri namja itu dan berniat memukulnya namun Sehun bisa menghindar.
“Aigoo, jadi kau pacarnya yah? Yeoja murahan seperti dia sih mudah bagiku”
“Mwo !?” Joohyuk kembali mengarahkan tinjunya namun Jieun menghentikannya.
“Stop ! sudah, jangan hiraukan dia lebih baik kita pergi” ucap Jieun seraya menarik lengan Joohyuk meninggalkan Sehun yang masih menatap kepergian Jieun dengan kebencian. Ia tidak menyangka yeoja seperti Jieun bisa menolaknya, padahal sebelumnya ia tak pernah sekali pun ditolak seorang gadis. Entah kenapa hal itu membuatnya geram.
.
.
“Gwenchana?” tanya Joohyuk dan Jieun mengangguk
“Untung kau datang diwaktu yang tepat”
“Aku sengaja mengikuti kalian, Mian”
“Kenapa meminta maaf saat kau sudah menyelamatkanku, aku malah bersyukur karenanya”
“Kau pasti kaget ya?”
“Sangat, dia benar-benar berbeda. Sebelum aku membuatnya marah, dia namja yang benar-benar manis, aku tidak menyangka sama sekali”
“Tak apa, setidaknya kini kau sudah tahu dan mendapat pelajaran agar bisa berhati-hati”
“Eung” Jieun mengangguk.
“Sebaiknya sekarang kita pulang” Joohyuk mengernyit saat tangan mungil Jieun mencengkram jaketnya.
“Wae?” tanya namja itu.
“Tunggu dulu, rasanya kaki ku masih lemas” Jieun merosot dan berjongkok ditrotoar, hal itu menarik perhatian para pengguna jalan. Joohyuk tahu mungkin Jieun masih syok. Tanpa Jieun duga, Joohyuk merendahkan tubuhnya dan berjongkok dihadapan jieun.
“Naik ke punggungku”
“M mwo”
“Ppalli”
Tanpa penolakan yang berarti, Jieun berangsur menaiki punggung Joohyuk dan jujur saja ia sedikit tak menduga, kawannya itu akan menawarkan diri untuk menggendongnya. Sedikit memalukan tapi tak ada solusi lain, kaki Jieun memang benar-benar lemas. Ini pertama kalinya Jieun berada dipunggung namja tinggi itu. Jieun terdiam begitu pula Joohyuk.
“Gomawo” lirih Jieun.
“Eung..” Joohyuk bergumam dan hanya itu. suasana kembali hening.
Aku merasa aneh...
Aku benar-benar merasa aneh..
Ya ampun Jieun, kau ini kenapa sih..
To Be Continued~

#Mian klo ada typo ya.. makasih udh baca :) Oia kasih tau klo ada typo, saran dan kritik ditunggu. Mungkin part selanjutnya udh end.

Comments

  1. Huaaaa kok end?:(:(:(:(:(:(:(:(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Belom pasti end sih tp ga tau deh gmn nanti, tunggu aja y :)

      Delete
  2. Yahh... 2 part lagi dehh... ne ne ne ne *aegyo* ~(^.^)~

    ReplyDelete
  3. Nida nggak papa kok thor kalo di chap 16 udah end *berkacakaca* :') tapi bikin yang lebih banyak lagi lho thor :3 kan udah aku semangatin terus hahaha, fighting thor! ^^9

    ReplyDelete
    Replies
    1. haha ngga ko, kayanya masih belum bisa end

      Delete

Post a Comment