PART [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13] [14]
Jieun melambaikan
tangannya sesaat sebelum Sehun benar-benar pergi setelah mengantarnya. Gadis
itu memandang Sehun hingga namja itu tak terlihat lagi. Jieun menghela nafas
lalu memasuki rumahnya.
Apa aku ikuti saja saran Mina..
Apa aku buka hati saja kepada Sehun?
Aku belum terlalu yakin tapi tidak ada salahnya untuk dicoba
Lagi-lagi Jieun hanya
bisa menghela nafas.
Tapi Mina bilang jangan berurusan dengan Sehun lagi
Bagaimana ini?
Apa aku rahasiakan saja semuanya dari Mina?
Drrrt Drrrt.. Ponsel
gadis itu bergetar, membuatnya tersadar dari lamunannya. Ia merogoh tasnya dan
langsung membuka layar kunci ponselnya.
Jieun cepatlah kerumah Chan Mi, keadaannya memburuk
Mwo?
Jieun berbalik dengan
tergesa setelah membaca pesan yang Baekhyun kirimkan padanya. Gadis itu bahkan
berlari menuju halte namun Dean yang kebetulan baru saja tiba di Caffe tempatnya
bekerja melihatnya. Dean menghentikan Jieun membuat gadis itu menatapnya heran.
“Ada apa?” tanya Dean
dengan raut cemasnya saat melihat Jieun tergesa. Jujur saja Jieun ingin
menanyakan bagaimana Dean ada disana tapi bukan itu yang terpenting sekarang.
Ia sedang buru-buru.
“Ada hal yang
mendesak” ucap Jieun seraya hendak pergi.
“Ikut denganku” Namun
Dean malah menarik lengannya.
“Yaak, aku tidak ada
waktu untuk bercanda sekarang” keluh Jieun.
“Aku akan mengantarmu”
“?” Jieun terdiam.
Beberapa menit
kemudian, Jieun melirik ke arah Dean dan motor butut dihadapannya bergantian.
“Kau serius?” tanya
Jieun dengan dahi mengernyit. Entah Dean dapat dari mana motor butut yang ada
didepannya sekarang. Benda itu lebih pantas jika masuk rongsokan.
“Yaakk jangan
meremehkan motor ini meski tidak terlihat meyakinkan yang penting masih bisa
jalan” ucap Dean dengan raut meyakinkan meski sebenarnya ia juga tidak yakin
apa motor itu masih bisa digunakan. Jieun masih memandang Dean dan motor itu
bergantian, ia hanya bisa menghela nafas. Tak ada salahnya dicoba lagi pula ia
juga sedang terburu-buru.
“O oke baiklah, ayo
berangkat” Jieun tak ada waktu untuk berdebat lagi, mau pake motor butut atau
bagus yang penting sekarang ia harus cepat-cepat tiba dirumah Chan Mi
bagaimanapun caranya.
Namun tak
disangka-sangka, motor tua yang kelihatan tidak layak itu bisa juga diajak
ngebut. Dean menembus jalanan yang lumayan ramai dengan lihai membuat Jieun
mengeratkan cengkramannya dijaket namja itu namun perlahan memeluk Dean karena
laju motor makin cepat, diam-diam hal itu membuat Dean tersenyum. Entah dengan
alasan apa namja itu malah tersenyum disaat seperti ini. Bukannya memperlambat,
Dean malah menambah kecepatan laju motor tua itu. membuat Jieun ingin
memukulnya tapi tak berdaya karena takut jatuh.
Setengah jam kemudian,
mereka sampai ditempat tujuan. Begitu Jieun turun dari motor, ia langsung
mencubit pinggang dean seraya memelintirnya membuat namja itu meringis.
“Awwww~”
“Rasakan” ucap Jieun
sinis.
“Yaakk Apa salahku!?”
rutuk Dean tak mengerti. Bukannya berterimakasih karena sudah ia antar malah ia
mendapat sebuah cubitan pedas.
“Mengebut seperti
orang gila seperti itu, masih tidak sadar? Aigoo..” balas Jieun.
“Yaelah begitu saja
marah, anak sepertimu pasti jarang naik motor ya? Yang tadi sih belum ada
apa-apanya. Oia ngomong-ngomong Apa aku hanya akan mendapat cubitan tanpa
ucapan terimakasih? Aigoo, padahal aku sudah mengantarmu jauh-jauh, Dasar tidak
tau terimakasih”
“Cih.. gayamu itu
seperti sudah melakukan tugas negara saja” decak Jieun.
“Ya ampun, kau ini
benar-benar tidak tahu terimakas-”
“Ye ye Gamsahamnida”
potong Jieun seraya membungkuk namun ekspresinya mencibir membuat Dean tersenyum
diam-diam.
“Oia ngomong-ngomong
ini rumah siapa?” tambah Dean.
“Ya ampun aku sampai
lupa tujuanku” ucap Jieun sembari menepuk dahinya. Gadis itu berlalu tanpa
menjawab pertanyaan Dean.
“Y yaakk, kau belum
menjawab pertanyaanku”
“Kau pulang saja !
Lain kali akan ku beri tahu, Gomawo !” ucap Jieun seraya memasuki rumah dengan
gerbang yang sudah terbuka itu menyisakan Dean yang masih bertanya-tanya. Namun
tanpa niat berlama-lama disana, Dean pun berlalu karena bisa-bisa ia ditegur
bosnya akibat terlalu lama mangkir dari pekerjaan.
Jieun mengetuk pintu
dan Joohyuk yang membukannya.
“Kau sudah disini?”
tanya Jieun dan namja itu mengangguk.
“Bagaimana keadaan
Chan Mi?”
“Kau lihat saja
sendiri”
Mereka menuju kamar
Chan Mi dan begitu sampai disana, Jieun melihat Chan Mi tengah diinfus seraya
terbaring lemah, Baekhyun duduk disamping ranjangnya sembari memegang tangan
gadis itu seolah tak ingin melepaskannya lagi. Pemandangan itu membuat hati
Jieun campur aduk, ia bersedih atas apa yang terjadi pada Chan Mi, ia juga
sedih karena melihat momen Baek dan Chan Mi saat ini. Jieun hanya bisa menghela
nafas. Perlahan Joohyuk menepuk pelan bahu Jieun membuat gadis itu menatapnya.
“Masuklah” Jieun
mengangguk.
Chan Mi berusaha
tersenyum saat menyadari kehadiran Jieun, Jieun pun membalas senyuman itu.
melihat Chan Mi yang masih bisa tersenyum diwajah pucatnya membuat Jieun ingin
sekali menangis. Jieun saja sesedih ini, lalu bagaimana Baekhyun bisa setenang
itu? Jieun yakin namja itu tengah menahan diri didepan Chan Mi.
Jieun duduk disalah
satu sisi ranjang Chan Mi, ia pun menggenggam tangannya yang lain.
“Chan Mi-ya” Jieun tak
tahu harus berkata apa. Tak ada yang bisa ia pikirkan begitu melihat gadis itu.
“Gomawo karena sudah
mau datang”
“Kau ini kenapa, tentu
saja aku akan datang kapanpun kau menginginkannya” Chan Mi menoleh kearah
Baekhyun.
“Bisakah aku berbicara
berdua saja dengan Jieun?” ucap gadis itu lemah. Baek dan Joohyuk sempat
berpandangan sejenak namun kemudian menuruti ucapan Chan Mi dan keluar dari
kamar gadis itu menyisakan dua gadis yang kini saling berpandangan.
“Ada apa Chan Mi-ya? Apa
ada sesuatu yang ingin kau bicarakan denganku?”
“Seperti yang kau
lihat Ji, waktuku mungkin kurang dari perkiraan dokter. Sekarang saja aku sudah
selemah ini, mungkin waktuku tidak akan lama lagi-”
“Sssuutt.. kenapa kau
berbicara sembarangan seperti itu, aku ini memang bukan dokter tapi aku masih
percaya keajaiban selama kau berusaha tegar, aku percaya penyakit apapun akan
sembuh”
“Aniya” Chan Mi
menggeleng seraya tersenyum miris. Jieun sadar ucapannya terdengar seperti
angan-angan yang tak akan pernah terwujud tapi setidaknya ia ingin sekali
menghibur gadis itu.
“Bukan penyakitku yang
kini kukhawatirkan tapi ada hal lain. Aku mengkhawatirkan Baek, bisakah kau menjaga
Baekhyun saat aku sudah tidak ada?” Jieun terkejut mendengarnya.
“A apa maksudmu?”
sekali lagi, Chan Mi kembali tersenyum.
“Aku tahu kau
menyukainya”
Deg.. Dari mana dia tahu..
“T tapi dari mana kau
tahu?”
“Tak penting dari mana
aku tahu. Baek pasti akan sangat hancur saat aku sudah tidak ada, harus ada
seseorang disampingnya dan membuatnya tegar sampai ia benar-benar melupakanku
dan melanjutkan hidupnya. Apa kau bersedia berada disampingnya menggantikanku?”
Mata Jieun
berkaca-kaca “Tidak ada yang bisa menggantikanmu dihati Baekhyun apalagi aku
hanya dia anggap sebagai teman, hanya teman Chan Mi-ya tapi jika kau ingin aku
menjaganya, tak perlu kau minta pun aku pasti akan berada disampingnya karena
kami adalah sahabat namun aku belum yakin untuk menggantikan posisimu dihatinya”
“Gwenchana, aku tak
akan memaksamu. Aku hanya ingin meminta kau akan berada disampingnya saat
hal-hal buruk terjadi padanya, aku tidak ingin dia sendirian”
“Tak usah khawatir,
aku dan Joohyuk akan selalu ada disampingnya apapun yang terjadi”
“Syukurlah, kini aku
bisa merasa tenang” Jieun tersenyum seraya mengangguk, saat air mata Jieun
jatuh saat itu pula Chan Mi menutup matanya perlahan dan tangan yang Jieun
genggam pun mulai mendingin. Jieun menangis sesenggukan setelah menyadari jika
Chan Mi sudah meninggal. Baek, Joohyuk dan orangtua Chan Mi memasuki kamar saat
mendengar tangis Jieun dan sadar apa
yang sudah terjadi. Suasana hening berubah menjadi penuh haru dan kesedihan.
Jieun tak menyangka jika Chan Mi akan pergi secepat ini. Tak ada yang bisa
Jieun lakukan selain menangis keras melihat gadis manis itu berbaring tak
bernyawa dihadapannya.
__
Cuaca tampak mendung,
semua orang berpakaian serba hitam mengelilingi pemakaman yang masih baru.
orangtua, kerabat dan teman-teman Chan Mi bergantian menabur bunga sebagai
tanda perpisahan yang terakhir. Satu persatu kerumunan itu memudar menyisakan
Baekhyun yang tampak tidak ikhlas karena kepergian pujaan hatinya. Jieun hanya
bisa terpaku melihat kepedihan namja yang ia cintai.
Tes.. satu persatu
tetesan hujan turun, menggantikan tangisan orang yang berduka atas kematian
Chan Mi. Jieun masih diam bergeming, begitu pula Baekhyun yang terisak hingga
berlutut disamping makam Chan Mi. Perlahan Joohyuk memayungi Jieun membuat
gadis itu menoleh.
“Kau menangis untuk
siapa Ji?” tanya namja itu seolah tahu isi hati Jieun. Gadis itu bahkan tak
sadar air matanya keluar begitu saja.
“Jangan dilihat lagi,
biarkan Baek sendiri dan biarkan rasa sakitmu beristirahat” entah sejak kapan,
Jieun merasa selemah ini hanya karena melihat Baekhyun menangisi orang yang
amat dicintainya.
<<>>
Jieun mengernyit saat Joohyuk menunggunya
seorang diri.
“Kemana Baek?”
“Dia ke Busan katanya
untuk menenangkan diri”
“Ah begitu”
“Wae? Kau juga mau
menenangkan diri?” tanya Joohyuk namun Jieun hanya menghela nafas.
“Aku tidak tahu
sebesar apa aku menyukai namja itu. Saat melihatnya terpuruk dimakam Chan Mi,
rasanya seakan-akan langit benar-benar runtuh menimpa tubuhku” Joohyuk hanya
bisa terdiam.
Kau benar-benar menyukainya sebesar itu Ji?
“Berjanjilah bahwa kau
akan mengungkapkan perasaanmu suatu saat nanti Ji, aku tidak ingin kau menyesal”
“W wae? Kenapa tiba-tiba
kau berbicara seperti itu? aku sudah pernah bilang kan-”
“Arra, tapi
bersikaplah egois sedikit saja, ikuti saja kata hatimu dan jangan perdulikan
persahabatan kita, setidaknya kau akan tahu kebenarannya jika kau sudah
mengatakannya pada Baekhyun. Aku tidak ingin melihatmu menyesal suatu hari
nanti karena perasaanmu sendiri. Aku percaya entah apa yang akan terjadi, kita
masih bisa berteman bahkan setelah waktu tersulit pun”
Kenapa dia tiba-tiba berbicara seperti itu..
____
“AAAARRGGHHHH.....!”
“Yaaakk !”
Jieun terperanjat saat
teriakan pelepasannya diganggu seseorang yang tak ia duga. Awalnya Jieun
berniat pergi ke rooftop gedung sekolahnya untuk berteriak sesuka hati. Mencoba
mengeluarkan semua yang mengganjal dihatinya namun tak disangka disana ada
orang lain yang tak lain adalah Dominic.
“Berisik tahu, kenapa
berteriak-teriak tak jelas seperti itu sih”
“Jangan memulai
perdebatan denganku, aku sedang tidak mood dan sekarang aku hanya ingin
berteriak”
Jieun kembali
bersiap-siap untuk berteriak “Aa-” Namun mulutnya yang menganga disumpali
lolipop oleh Dominic.
“Makan itu dan jangan berisik,
aku sedang ingin bersantai disini” ucapnya seraya kembali berbaring dikursi
kayu yang hanya ada satu-satunya disana. Jieun mendengus sebal namun kemudian mulai
mengemut lolipop yang sudah terlanjur masuk mulut. Sayangkan kalau dibuang?
Jieun menghela nafas
seraya memandang Dominic yang memejamkan matanya.
“Wae?” namja itu
tiba-tiba bertanya membuat Jieun kaget.
“A apanya?” tanya
balik Jieun.
“Apa kau sedang ada
masalah?”
“Masalahku benar-benar
banyak sampai aku bingung harus menyelesaikan yang mana dulu” ucap Jieun seolah
menyindir Dominic karena salah satu masalah Jieun berhubungan dengan namja itu,
namun percuma saja karena namja itu tak bakal tahu.
“Setidaknya mulailah selesaikan
satu persatu atau kau akan benar-benar gila dibuatnya”
Tumben ucapannya benar
“Arra”
“Pergi dari sini jika
sudah selesai”
“Kau pikir rooftop ini
milik nenek moyangmu apa?”
“Mwo?” Dominic membuka
mata dan menatap tajam Jieun membuat gadis itu menciut.
“A aku hanya bercanda
hehe.. aku akan pergi saat sudah merasa baikan, kau beristirahatlah dengan
tenang”
“Cih.. kau pikir aku
sudah mati apa” rutuk namja itu. Dominic mulai kembali menutup matanya seolah ia
mencoba mendapatkan ketenangannya lagi.
“Kau tidak bersama
Dean dan Zico?”
“Kami bukan anak TK
yang harus selalu bersama-sama”
“Haha..”
“Jangan tertawa” Jieun
langsung menutup mulutnya, memang tak ada raut humor namun entah kenapa Jieun
bisa tertawa hanya karena ucapan datar namja itu.
Gadis itu tersenyum,
dan hal itu membuatnya merasa baikan ditambah lagi ia mendapat sesuatu yang
manis dimulutnya. Sungguh orang yang tak terduga, pikir Jieun tentang namja
itu.
Jieun berbalik,
kembali memandangi kota dari atas sana. Gadis itu memejamkan mata seraya
menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya.
Tuhan, kuharap semua masalahku bisa ku selesaikan
Aku tahu ini tidak mudah
Cinta dan persahabatan, aku tahu semua itu tak akan mudah
Aku hanya bisa berharap yang terbaik
Aku tidak akan tahu bagaimana akhirnya
Tapi, Kumohon, berikan aku akhir yang indah
Meski hal itu sulit, aku mohon, berikan akhir yang baik untuk semuanya
Perlahan Dominic
membuka matanya dan memandang ke arah Jieun.
Kuharap apapun masalahmu, semuanya dapat kau atasi
<<>>
3 hari berlalu dan
Baekhyun masih belum kembali. Jujur saja Jieun cemas, pesan dan panggilan yang
ia lakukan tak ada satupun yang dibalas begitupun pesan dan panggilan dari
Joohyuk.
“Apa tidak sebaiknya
kita menyusulnya?” usul Jieun.
“Biarkan anak itu
menenangkan diri Ji, jangan terlalu cemas”
“Bagaimana aku tidak
cemas jika pesan dan panggilan kita tidak ada yang dibalas”
“Iya sih, tapi bisakah
kita sabar dan membiarkan Baek sendiri dulu? Dia pasti membutuhkan lebih banyak
waktu, lagi pula dia kan dirumah saudaranya dibusan, dia tidak akan seorang
diri disana”
“Tapi tetap saja..”
“Sudah, jangan terlalu
dipikirkan. Oia kau bilang hari ini kau akan bertemu Sehun lagi” Jieun
mengangguk.
“Dia benar-benar namja
yang pantang menyerah, dia terus saja berusaha mendekatiku”
“Coba saja, mungkin
hal itu akan baik buatmu mengalihkan perhatian dari Baek”
Jieun mengangguk “Aku
juga berpikiran sama”
“Tapi dia itu namja
yang baik kan?”
“Aku belum terlalu
yakin, Oia ngomong-ngomong bagaimana hubunganmu dengan Seulgi Eonnie?” tanpa
menjawab apapun, Joohyuk menunjukan cincin pasangan yang ia pakai.
“Daebak, kalian sudah
jadian?”
“Hehe..”
“Uwooh, bagaimana
bisa? Kau ini ya, seperti maling saja tiba-tiba sudah jadian tanpa pernah
menceritakan apapun lagi padaku”
“Masa maling si, Ji
-__- perumpamaan mu itu loh. Yah ini cukup sulit tapi akhirnya aku bisa
meyakinkannya”
“Wah aku ikut senang”
“Gomawo, ini juga
semuanya berawal karena bantuan mu dan Baek”
“Ehe tidak usah
berterimakasih cukup traktir aku nonton film Beauty and The Beast sebagai
balasan”
“Haha.. baiklah”
Setelah waktu
istirahat berakhir, murid-murid kembali ke kelas masing-masing begitupula
Jieun. Entah kenapa pelajaran saat ini membuatnya bosan dan ngantuk, sesekali
ia mencoret-coret tak jelas buku tulis dihadapannya. Namun ia sadar jika semua
coretannya bertuliskan nama Baekhyun.
Ah apa yang terjadi denganku..
Jieun menutup bukunya
dan mulai menggigiti ujung bolpoin yang ia pegang.
Oia, aku masih penasaran kenapa hari itu Dean ada disekitar rumahku
Ah dan pakaiannya.. aku merasa pernah melihat seragam yang dipakainya
Tunggu dulu.. aku tahu
Itu artinya dia bekerja di Caffe Owl
Iya benar, seragam yang dipakainya adalah seragama karyawan Caffe Owl
Sejak kapan dia bekerja disana?
Tapi aku tidak melihatnya saat aku dan Sehun ketemuan disana
Ah.. masa bodoh, memang apa urusannya denganku
Lagi pula kenapa dia belum menghubungiku sih..
Aku benar-benar ingin cepat menyelesaikan masalah Mina tentang kematian
Youngki
“Lee Jieun”
“Hey, kau dipanggil
guru tuh” bisik Mina seraya menyenggol gadis itu dengan sikunya.
“Oh?”
“Lee Jieun tolong
jelaskan apa yang baru saja saya jelaskan”
“Hah?”
“Kau tidak dengar apa
yang ibu ucapkan?”
“M maaf bu”
“Makanya jangan
melamun !”
“N ne”
Mina hanya bisa
menggeleng pelan saat Jieun dimarahi gurunya.
____
Jieun hanya diam saat
Sehun berbicara tentang banyak hal. Seperti yang sudah direncanakan, mereka
kembali bertemu dan makan malam bersama disebuah restoran cepat saji. Namun kali
ini Jieun benar-benar tak bisa fokus seakan ia tak bisa mendengar apapun yang
namja itu ucapkan.
“Sehun-ssi” ucap Jieun
memotong ucapan Sehun.
“Hmm?”
“Bisakah kita tidak
bertemu lagi?”
“M mwo? Tapi kenapa? Apa
aku berbuat salah padamu?” Sehun cukup terkejut dengan ucapan Jieun yang
tiba-tiba. Jieun menghela nafas.
“Tidak, justru aku
yang tak ingin berbuat salah padamu”
“Apa maksudmu?”
“Mianhae” Jieun
beranjak dari kursinya dan meninggalkan Sehun begitu saja. Entah apa yang Jieun
pikirkan hingga ia berbuat seperti itu, Jieun sudah berfikir belasan kali, ia
tidak akan menambah masalah hanya karena ingin mengalihkan perasaannya dari
Baekhyun. Ini tidak benar, maka dari itu Jieun menghentikannya selagi bisa.
Grep.. tanpa Jieun
duga, Sehun malah mengikutinya dan menarik lengannya lalu membawanya ke tempat
sepi.
“Yaak, kau pikir kau
siapa sampai bisa berbuat seperti ini padaku?” Sehun tampak marah dan Jieun
menganggap hal itu wajar.
“Sehun-ssi Mianhae,
aku tak bermaksud buruk padamu”
“Apa kau merasa kau
ini cantik hah? Yeoja sepertimu bisa kudapatkan dengan mudah diluaran sana”
Kenapa dia berbicara seperti itu?
“Sehun-ssi aku tahu
kau sedang marah-”
“Yaaakk ! jangan
menyelaku !” pekik Sehun hingga membuat Jieun langsung terdiam sekaligus
terkejut. Entah hanya perasaannya atau bukan, ia baru melihat Sehun yang
seperti itu. Jauh berbeda dari Sehun yang beberapa hari ini mendekatinya dengan
cara yang manis.
“Wae? Kau takut
padaku?” tanya Sehun dengan seringaian diakhir kalimatnya.
Ternyata ucapan Mina benar, dia namja yang berbahaya..
Bagaimana ini..
Kenapa sama sekali tidak ada orang yang lewat sih..
“Jadi ini dirimu yang
sebenarnya?” Jieun dan Sehun menoleh pada namja yang hadir diantara mereka.
Joohyuk-a..
Joohyuk bergegas maju
dan mencengkram kerah baju Sehun lalu memukulnya dengan keras hingga namja itu
tersungkur. Sehun mendelik marah ke arah Joohyuk seraya mengelus pipi mulusnya
yang berubah lebam.
“Sial, Siapa kau !? Jangan
ikut campur !?”
“Beraninya kau
macam-macam dengan Jieun !” tanpa menjawab pertanyaan Sehun, Joohyuk kembali
menghampiri namja itu dan berniat memukulnya namun Sehun bisa menghindar.
“Aigoo, jadi kau
pacarnya yah? Yeoja murahan seperti dia sih mudah bagiku”
“Mwo !?” Joohyuk
kembali mengarahkan tinjunya namun Jieun menghentikannya.
“Stop ! sudah, jangan
hiraukan dia lebih baik kita pergi” ucap Jieun seraya menarik lengan Joohyuk
meninggalkan Sehun yang masih menatap kepergian Jieun dengan kebencian. Ia tidak
menyangka yeoja seperti Jieun bisa menolaknya, padahal sebelumnya ia tak pernah
sekali pun ditolak seorang gadis. Entah kenapa hal itu membuatnya geram.
.
.
“Gwenchana?” tanya
Joohyuk dan Jieun mengangguk
“Untung kau datang
diwaktu yang tepat”
“Aku sengaja mengikuti
kalian, Mian”
“Kenapa meminta maaf
saat kau sudah menyelamatkanku, aku malah bersyukur karenanya”
“Kau pasti kaget ya?”
“Sangat, dia
benar-benar berbeda. Sebelum aku membuatnya marah, dia namja yang benar-benar
manis, aku tidak menyangka sama sekali”
“Tak apa, setidaknya
kini kau sudah tahu dan mendapat pelajaran agar bisa berhati-hati”
“Eung” Jieun
mengangguk.
“Sebaiknya sekarang kita pulang” Joohyuk mengernyit saat tangan mungil Jieun mencengkram jaketnya.
“Wae?” tanya namja itu.
“Tunggu dulu, rasanya
kaki ku masih lemas” Jieun merosot dan berjongkok ditrotoar, hal itu menarik
perhatian para pengguna jalan. Joohyuk tahu mungkin Jieun masih syok. Tanpa Jieun
duga, Joohyuk merendahkan tubuhnya dan berjongkok dihadapan jieun.
“Naik ke punggungku”
“M mwo”
“Ppalli”
Tanpa penolakan yang berarti, Jieun
berangsur menaiki punggung Joohyuk dan jujur saja ia sedikit tak menduga,
kawannya itu akan menawarkan diri untuk menggendongnya. Sedikit memalukan tapi
tak ada solusi lain, kaki Jieun memang benar-benar lemas. Ini pertama kalinya
Jieun berada dipunggung namja tinggi itu. Jieun terdiam begitu pula Joohyuk.
“Gomawo” lirih Jieun.
“Eung..” Joohyuk
bergumam dan hanya itu. suasana kembali hening.
Aku merasa aneh...
Aku benar-benar merasa aneh..
Ya ampun Jieun, kau ini kenapa sih..
To Be Continued~
#Mian klo ada typo ya.. makasih udh baca :) Oia kasih tau klo ada typo, saran dan kritik ditunggu. Mungkin part selanjutnya udh end.
Huaaaa kok end?:(:(:(:(:(:(:(:(
ReplyDeleteBelom pasti end sih tp ga tau deh gmn nanti, tunggu aja y :)
DeleteYahh... 2 part lagi dehh... ne ne ne ne *aegyo* ~(^.^)~
ReplyDeleteNeee~ ^^
DeleteNida nggak papa kok thor kalo di chap 16 udah end *berkacakaca* :') tapi bikin yang lebih banyak lagi lho thor :3 kan udah aku semangatin terus hahaha, fighting thor! ^^9
ReplyDeletehaha ngga ko, kayanya masih belum bisa end
Delete