Baekhyun menggerutu
pelan saat ia bertemu dengan Joohyuk di pintu belakang rumah Seulgi seraya
memberikan bungkusan bubur yang dibelinya pada Joohyuk.
“Hehehe terimakasih
ya”
“Ishh kenapa aku yang
kau suruh membeli bubur, Kenapa tidak Jieun saja sih?”
“Aku sudah meminta
tolong padanya tapi dia bilang dia sedang sibuk jadi kau satu-satunya yang bisa
menolongku”
“Lagian kalau tidak
bisa memasak kenapa bilang mau memasak sih -_-”
“Aku kan ingin tampak
keren didepan Seulgi nuna yang sedang sakit” ucap Joohyuk diakhiri dengan
cengiran.
Baekhyun hanya bisa
memutar kedua bola matanya malas “Ya sudah aku pulang ya”
“Iya, terimakasih ya
Baek”
“Sip” jawab Baek lalu
berbalik seraya mengangkat ibu jarinya ke udara. Namja itu keluar dari halaman belakang rumah Seulgi dan kembali berjalan ke halte terdekat. Entah kenapa sesuatu mulai
mengganggu pikirannya.
Jieun sibuk? Memang sedang apa sih gadis itu?
______
Ketiga anak muda yang
memakai seragam yang sama itu menghembuskan nafas lega. Jieun, Dean dan Zico
sudah mengerjakan misi mereka masing-masing. Memberikan pesan untuk saling
bertemu pada Sehun, Dominic dan Mina.
“Hah, rasanya seperti
menjadi agen rahasia saja” ucap Zico.
“Benar” Dean pun
merasakan hal yang sama.
“Puncaknya akan terjadi
besok” ujar Jieun membuat kedua namja dihadapannya memandangnya serius.
“Semoga bisa berakhir
dengan lancar” harap Dean yang mendapat anggukan dari Jieun dan Zico karena
mereka juga mengharapkan hal yang sama.
“Aku masih belum
percaya ternyata selama ini kalian sering bertemu diam-diam adalah karena
masalah ini” lanjut Zico.
“Memang kau pikir
kenapa kita selalu bertemu?” tanya Jieun seraya menunjuk dirinya dan Dean
bergantian.
“Ku kira kalian
pacaran”
“Uhuuk uhukk..” Dean
terbatuk dan hal itu membuat Zico terkikik pelan. Sementara Jieun hanya
berekspresi malas.
“Pikiranmu terlalu
mengada-ada” ucap Jieun membuat Dean mengernyit seraya menatapnya.
“Mengada-ada?” tanya
Dean dengan nada tidak suka.
“Ya maksudnya mana
mungkin kita ... haha.. ” Jieun menggeleng “Tidak mungkin” jawaban Jieun malah
membuat Dean menjadi kesal.
“IYALAH !..” Jieun dan
Zico terkejut saat Dean tiba-tiba memekik tinggi.
“Lagi pula siapa juga
yang mau dengan gadis cungkring sepertimu. Kita tidak akan pernah berpacaran,
tidak cocok sama sekali” lanjut Dean dengan nada sinisnya.
“Terus kenapa kau
terlihat kesal?” tanya Jieun.
“Siapa yang kesal?”
Jieun dan Zico justru
bertukar pandang seraya menahan tawa. Sangat terlihat jika Dean begitu kesal dan elakannya malah membuat mereka berdua ingin tertawa.
“Kau sangat berharap
ya padaku?” tanya Jieun seraya mendongakan kepalanya pada Dean yang membuang
muka.
“Aaahh suasana ini,
sepertinya aku harus pergi, oke kalian bebas, aku pergi. Aku tak ingin
mengganggu” Zico bangkit seraya tersenyum simpul dan meninggalkan mereka
berdua. Saat Zico tak lagi disana Dean membalas pandangan Jieun lalu mendekatkan
wajahnya pada gadis itu.
“Aku memang sangat
mengharapkanmu” lirihnya membuat Jieun tertegun. Ia tak menyangka jika Dean
akan menjawab candaannya dengan cara seperti itu.
“Y yaa... jangan
bercanda” Jieun malah tampak gugup, gadis itu sedikit memundurkan kepalanya dan
memandang ke arah lain sementara Dean hanya tersenyum dan kembali ke posisi
normal.
“Apa Baekhyun sudah
kembali dari Busan?” tanya Dean mengalihkan suasana yang awkward.
Jieun mengangguk
“Sudah”
“Bagaimana
keadaannya?”
“Cukup membaik tapi
entahlah, aku hanya bisa melihat luarnya saja namun dalam hati aku sama sekali
tak tahu”
“Bukankah ini
kesempatanmu? Yeoja yang Baek sukai sudah tiada, ini kesempatan bagus untuk
mengobati hatinya kan” ucap Dean seraya memperhatikan Jieun dengan seksama, dalam
hati ia tidak rela namun ia hanya ingin tahu apa yang akan Jieun lakukan pada
namja itu. Namja yang Jieun sukai sejak dulu dan bahkan menjadi alasan yang
mempertemukan mereka kini sudah sendiri, tak ada halangan lagi bagi Jieun jika
gadis itu masih menginginkan Baekhyun.
Jieun menghela nafas.
Jieun menghela nafas.
“Aku
sudah memutuskan sesuatu”
“Memutuskan apa?”
Jieun bangkit “Kau
tidak perlu tahu”
“Yaakk !”
“Makan yuk!”
“Aiishh jawab dulu
pertanyaanku !”
“Tidak mau”
“Aiishh !”
“Ahaha..”
Jangan-jangan Jieun memutuskan untuk terus mengejar Baek
Ah baru saja menyukai seorang gadis aku sudah merasa patah hati
_____
Seulgi memandang
Joohyuk takjub saat suapan pertama dari bubur yang ia kira dimasak oleh namjachingunya itu.
“Bilang saja masakanku
enak, nuna” ucap Joohyuk seraya tersenyum.
Seulgi mengangguk
pelan “enak”
“Iya dong siapa dulu
yang mas-”
“Tapi ini seperti
bubur direstoran bibi Lee Young Bae, kau tahu kan? Yang ada diperempatan
sebelum sekolah” sergah Seulgi.
“M masa sih...”
Joohyuk mengusap lehernya gugup.
“Jangan bilang kau
beli disana?” selidik Seulgi.
“Eung.. t tidak k kok”
ucapnya seraya menggelen.
“Terus siapa yang
beli?”
“Baekhyu...n” Joohyuk
malah menjawab dan memelankan suaranya ketika ia sadar ia keceplosan.
“Pffttt..” jawaban
polos Joohyuk malah membuat Seulgi terkekeh.
“Dasar kau ini”
“Mian, sebenarnya aku
tak bisa memasak”
“Gwenchana”
Runtuh sudah pertahananku untuk menjaga jarak denganmu..
“W wae? Kenapa nuna
memandangku seperti itu, jangan marah ya” rajuk Joohyuk.
“Kajima” lirih Seulgi
dengan sorot takut kehilangan yang sungguh-sungguh.
“M mwo?” Joohyuk malah
tampak bingung kenapa Seulgi memperlihatkan ekspresi seperti itu padanya.
Seulgi menggeleng
lemah “Jangan pernah tinggalkan aku seperti lelaki itu”
Joohyuk mendekat dan
meraih tangan mungil Seulgi.
“Aku tidak akan pernah
meninggalkan nuna” jawab Joohyuk tak kalah meyakinkan.
Kenapa dia tiba-tiba bersikap seperti ini?
Seulgi menunduk “Lalu
apa artinya Jieun bagimu?”
Deg.. Joohyuk terkejut
karena tiba-tiba seulgi membicarakan Jieun.
“Apa maksud nuna?”
“Tak apa, jujur saja
apa kau memiliki perasaan pada Jieun?” tanya Seulgi seraya mengangkat wajahnya
dan menatap Joohyuk tepat kedalam matanya.
Rasanya Joohyuk
seperti tertangkap basah oleh orang yang ia kira tak akan pernah tahu.
Joohyuk mengangguk
“Aku memang menyukai Jieun”
Tes, Seulgi tak bisa
membendungnya lagi. Air matanya mulai berjatuhan lebih banyak.
“Tapi itu dulu nuna” lanjut
Joohyuk seraya meraih dagu Seulgi, ia ingin wanita itu tahu jika Joohyuk tak
sedang berdusta.
“Bohong” lirih Seulgi.
“Lihat aku, sungguh
aku memang menyukai Jieun tapi itu dulu sebelum aku bertemu denganmu nuna”
“Tapi sikapmu
mengatakan lain, kau sangat peduli dengan Jieun”
“Aku hanya mencoba
menjaga gadis yang pernah kusukai, tidak lebih. Apalagi itu adalah Jieun, aku
sudah berteman dengannya sejak kecil Nuna, bukan berarti karena aku sudah tak
ada perasaan padanya, aku tidak akan perduli. Justru karena hal itu, aku
merasa aku harus menjadi lebih menjaganya”
“...” Seulgi terdiam,
tak ada lagi pertanyaan yang keluar dari mulutnya namun isakan tangisnya masih
bertahan. Perlahan, Joohyuk meraih gadis itu kedalam pelukannya meski terlihat
canggung.
“Aku akan bersamamu”
“Selalu” tambahnya.
“Percayalah”
"Perasaanku pada Jieun sudah lama berakhir nuna"
"Perasaanku pada Jieun sudah lama berakhir nuna"
Setelah beberapa
menit, tangisan Seulgi mereda. Mereka berdua tenggelam dalam keheningan yang
melegakan, Seulgi masih bersandar lembut dipelukan Joohyuk sementara Joohyuk
merenungi apa yang barusan terjadi. Ini pertama kalinya mereka bertengkar dan
benar-benar membuka diri. Joohyuk jadi berfikir jangan-jangan Seulgi sakit
karena memikirkan hal ini, benar, Sebelumnya seulgi bersikap aneh. ia rasa karena hal itu. Sebagai namjachingu, Joohyuk benar-benar bodoh karena
tidak peka. Ia akan berusaha memperbaiki diri.
Perlahan Seulgi
bangkit, Joohyuk begitu merasa bersalah saat melihat kedua mata gadis itu
sembab.
“Aku akan mencoba
percaya padamu” ucap Seulgi.
“Gomawo” Seulgi
mengangguk pelan.
“Apa masih ada yang
mengganjal? Aku tak ingin nuna sakit karena menyimpan masalah yang mengganggu
pikiranmu”
Seulgi menggeleng lemah.
“Tidak ada lagi, aku
percaya pada apa yang kau katakan”
“Aku janji, aku tidak
akan menyembunyikan apapun lagi darimu” Seulgi mengangguk.
“Dan nuna juga harus
cepat sembuh, aku rindu bertemu denganmu saat istirahat tiba” Seulgi tersenyum
kecil.
“Padahal baru satu
hari aku sakit”
“Tapi kan tetap saja”
rajuk Joohyuk.
“Arraseo”
Joohyuk melihat jam
tangannya.
“Aku ingin lebih lama
tapi ini sudah sore aku harus pulang”
Seulgi mengangguk
“Hati-hati dijalan”
“Tapi sebelum itu”
“?”
Chup~ tubuh lemas
Seulgi seketika membeku ketika Joohyuk menyerangnya dengan sangat tiba-tiba.
“Cepat sembuh nuna”
ucap namja itu diakhiri dengan senyum dan usapan lembut dikepala Seulgi.
“Aku pergi, daah”
Bahkan setelah Joohyuk
benar-benar menghilang Seulgi masih membeku dengan debaran yang menguat.
Bocah nakal
Sementara Joohyuk
langsung bersandar di dinding begitu keluar dari rumah Seulgi seraya memegangi
dadanya.
Aigoo, jadi rasanya seperti ini ..
Omo, jantungku rasanya bisa keluar kapan saja
Joohyuk hanya mencoba
bersikap keren didepan Seulgi namun sebenarnya ia juga merasa gugup karena
melakukan ciuman yang terbilang singkat tadi. Namja itu menghirup dan menghembuskan
nafasnya teratur sebelum benar-benar bisa berjalan lagi, namun setelahnya
senyuman seakan tak ingin lepas dari wajahnya. Ia merasa bodoh sekaligus
bahagia.
_____
Jieun dan Baekhyun
saling melirik dengan kernyitan aneh dikening mereka melihat Joohyuk memeluk
guling dengan senyuman yang tak henti-hentinya mengembang. Namja itu terlihat
seperti orang gila yang baru masuk ke rumah sakit jiwa.
“Ada apa dengannya?”
tanya Jieun. Hanya gelengan yang mewakili jawaban Baekhyun.
“Jangan-jangan kau
membenturkan kepalanya ke dinding ya?” ucap Jieun penuh curiga.
“Memang kau pikir aku
setega itu apa Ji -_-” jawab Baek malas. kejam sekali tuduhan Jieun pada namja sebaik Baek.
“Terus ada apa
dengannya?” Baekhyun kembali menggeleng, kenapa Jieun terus bertanya padahal Baek
benar-benar tidak tahu.
“Tunggu dulu... tadi
siang kan dia bolos dan mengunjungi rumah Seulgi nuna” lanjut Baek.
“Jangan-jangan...”
lagi-lagi Baek dan Jieun saling memandang seolah arah pikiran mereka sama.
“Aaaa ! joohyuk
ceritakan pada kami apa yang terjadi !?” ucap Jieun histeris seraya menggoncangkan
tubuh Joohyuk.
“Benar ! apa yang
kalian lakukan !?” tanya Baek frontal membuat Joohyuk memandang mereka berdua
bergantian lalu tersenyum penuh arti tanpa mengatakan apa-apa.
“Aaa~ Jinjja !”
tindakan Joohyuk malah membuat Jieun dan Baek makin penasaran.
“Beritahu kami cepat
!” Jieun terlihat paling rusuh. Ia tak ingin mati penasaran hanya karena
hal seperti ini.
Masih dengan
senyumannya yang terlihat makin aneh Joohyuk berbicara “Kami sudah
melakukannya”
“Jinjja !?” tanya
Jieun. “Pakai pengaman tidak?” tanya Jieun lagi, mendengar hal itu Baekhyun
menoyor kepala gadis itu.
“Memang kau pikir
mereka melakukan apa Ji -_-”
“Y ya.. itu” jawab
Jieun ragu-ragu. Gadis itu berfikir terlalu jauh.
“Mereka hanya
berciuman” ucap Baek santai, seharusnya dari awal ia sudah bisa menduganya.
Melihat gelagat Joohyuk mengingatkan pada dirinya sendiri saat melakukan
ciuman pertamanya dengan Chan Mi. Joohyuk dan Jieun memandang Baek takjub
“Dari mana kau tahu?”
tanya Jieun dan Joohyuk bersamaan.
“Karena aku sudah
berpengalaman hehe..”
“Ah tuh kan, kalian
membuatku mengingat Chan Mi lagi” lanjut Baekhyun.
“Ngga usah baper -_-”
timpal Jieun.
“Hehe, tidak kok”
Diam-diam Jieun tersenyum karena bersyukur jika Baekhyun sudah tak murung lagi begitu membahas
Chan Mi. Obrolan itu berlanjut dengan pertanyaan Jieun yang aneh-aneh pada
Joohyuk seperti.
“Bagaimana kalian
melakukannya?” “Rasanya bagaimana?” “Seperti ciuman di drama-drama tidak?”
Joohyuk yang bingung
sekaligus malu hanya bisa tersenyum dengan sesekali penjelasan singkat.
Sementara Baekhyun menggeleng pelan melihat tingkah Jieun yang terlihat lebih
heboh dari orang yang sudah berciuman.
“Makanya punya pacar
sono” celetuk Baek.
“Urusi saja urusanmu
sendiri” timpal Jieun dengan wajah dinginnya.
“Wkwkwk.. dasar
jomblo”
“Kau juga jomblo Baek
!”
“Tapi setidaknya aku
sudah pernah pacaran, wueek”
“Aiishh !”
“Jangan sampai kau
jomblo sampai mati”
“Enak saja, Tidak akan !”
Kali ini Joohyuk yang
menggeleng melihat tingkah teman-temannya yang malah ribut sendiri namun
didalam hati kecilnya ia bahagia, setidaknya mereka semua termasuk dirinya
kembali normal lagi.
<<>>
“Setelah pulang
sekolah oke” ucap Jieun dengan nada serius.
“Ok” jawab Zico dan
Dean berbarengan. Mereka kembali ke kelas masing-masing pagi itu. mengikuti
pelajaran seperti biasa. Sesekali Jieun melihat gelagat Mina yang terlihat gelisah.
“Ada apa denganmu?”
tanya Jieun basa-basi padahal ia tahu kenapa Mina seperti itu.
“Kemarin aku pendapat
sebuah pesan”
“Dari siapa?”
“Sehun, dia mengajak
ku bertemu. Setelah mendengar ceritamu tentang tindakannya waktu itu aku jadi
malas untuk bertemu dengannya”
“Temui saja,
barangkali ada sesuatu yang penting. Tindakannya padaku waktu itu urusan kami
berdua, tidak ada hubungannya denganmu”
“Tapi tetap saja
tindakannya membuatku marah, berani sekali dia melakukan itu padamu padahal dia
tahu kau temanku”
“Sudahlah lagi pula
aku juga sudah melupakannya”
“Tapi aku ragu untuk
bertemu dengannya, aku ingin memintamu untuk menemaniku tapi aku tahu itu tidak
mungkin”
“Mian, aku sudah ada
janji pulang sekolah nanti. Memang apa yang kau ragukan?”
“Jika memang Sehun
ingin bertemu denganku kenapa tidak menghubungiku secara langsung tapi malah
lewat pesan kertas seperti ini dan lagi, kenapa dia meminta bertemu disebuah
gedung kosong, perasaanku jadi tidak enak”
Bodoh, kenapa aku tidak memikirkannya..
Aku harus meyakinkan Mina untuk tetap datang jika tidak ini semua bisa
gagal..
“Gwenchana, jika ada
apa-apa hubungi saja aku atau aktifkan selalu gps diponselmu agar aku bisa
melacaknya”
“Haha.. kau seperti
detektif saja tapi untuk jaga-jaga, aku akan melakukannya” Jieun mengangguk
seraya tersenyum.
Pelajaran ketiga,
keempat dan kelima akhirnya selesai. semua siswa bersiap pulang begitu
mendengar bel terakhir tanda berakhirnya aktivitas belajar mengajar disekolah.
Zico, Jieun dan Dean pun langsung berkumpul dan berangkat menuju lokasi yang
bertempat digedung kosong. Begitu sampai mereka langsung memposisikan diri
ditempat yang paling mudah untuk mengawasi.
“Masih ada satu jam
lagi sebelum mereka semua datang” ujar Dean seraya memandang jam tangannya.
“Aku jadi deg-degan”
lirih Jieun dan Zico mengangguk karena merasakan hal yang sama.
Sekitar satu jam
kemudian, Sehun terlihat sampai terlebih dahulu, ia datang sembari menyeret tongkat base ball ditangannya membuat Jieun,Dean dan Zico yang tengah mengawasinya
terbelalak.
“Gila, kenapa anak itu
membawa pemukul base ball?” bisik Jieun.
“Aku sudah menduganya
sih, mendapat kabar dari Dominic langsung dalam pesan yang kita kirimkan pasti
membuatnya bersemangat. Ia tak perlu susah mencari-cari Dominic lagi, ini
kesempatan langka” Jawab Dean.
“Bagaimana jika
Dominic dihabisi olehnya” lirih Zico
“Kan ada kita yang
mengawasi” jawab Jieun.
Tak lama Dominic
datang dan langsung berhadapan dengan Sehun.
“Ternyata nyalimu besar
juga memberanikan diri datang menemuiku” ucap Sehun dengan pandangan tajamnya.
Bukankah dia yang memintaku kesini? Ucap Dominic dalam hati.
Ah terserah..
“Sebenarnya apa yang
ingin kau katakan padaku?”
“Cih.. Jangan berlagak
polos baj*ngan !”
“Apa ini masih tentang
Youngki?”
“Memang kau pikir
masalah kita apa lagi hah !”
“Ini sudah lama
berlalu dan aku akui aku salah, aku menyesal tapi aku harus bagaimana !? aku
tak bisa membuatnya hidup lagi hanya dengan penyesalanku !”
Bugh.. Sehun
melayangkan pemukul ditangannya ke kaki Dominic hingga namja itu merintih dan
membungkuk.
“Ck ck ck.. mudah
sekali kau mengatakan kau menyesal, apa kau tahu dia mati karenamu, hah!?”
Sehun berjalan pelan mengitari Dominic yang kesakitan karena kakinya dihantam
benda keras lagi.
“Aku benar-benar
menyesal ! Aku tak pernah mengira bahwa apa yang kulakukan pada Youngki akan
berakhir dengan kematiannya”
Bugh.. “Kau bilang
menyesal?” Bugh.. “Kematian harus dibalas kematian” ada sorot yang tak bisa
dikendalikan dimata Sehun.
Benar seperti dugaan
Dean, Dominic sama sekali tak melawan meski Sehun memukulinya berkali-kali.
Dominic tak lagi bisa berdiri tegak, perut, kaki dan wajahnya mulai berwarna
kebiru-biruan akibat pukulan Sehun.
Perlahan Dominic
memandang Sehun “Kau bisa memukuliku hingga mati hari ini”
“Oh, dengan senang
hati” Sehun melempar tongkat ditangannya dan ia melangkah maju lalu melayangkan
bogem mentahnya diperut Dominic hingga namja itu muntah darah, tidak puas
dengan itu Sehun membenturkan dengkulnya ke kepala Dominic. Sehun menjenggut rambut Dominic lalu mendongakan wajahnya.
"Ini untuk Youngki" ucapnya dan Bugh.. ia tak segan memukul wajah tak berdaya itu. Sehun meregangkan tangannya sejenak. wajah bengisnya puas melihat keadaan Dominic. Dendamnya sudah menumpuk selama beberapa tahun dan inilah hari ia mengeluarkan semuanya pada bajing*n yang membuat sahabat karibnya meninggal sia-sia.
"Ini untuk Youngki" ucapnya dan Bugh.. ia tak segan memukul wajah tak berdaya itu. Sehun meregangkan tangannya sejenak. wajah bengisnya puas melihat keadaan Dominic. Dendamnya sudah menumpuk selama beberapa tahun dan inilah hari ia mengeluarkan semuanya pada bajing*n yang membuat sahabat karibnya meninggal sia-sia.
“Bagaimana ini?” tanya
Zico khawatir
“Harusnya sekarang
Mina sudah datang” ucap Jieun yang mulai tampak khawatir namun kekhawatirannya
mereda saat dari jauh Mina mulai hadir dan berlari ke arah Dominic dan Sehun
begitu melihat Sehun memukuli namja itu meski tanpa perlawanan.
“Sehun” ucap Mina
membuat Sehun dan Dominic memandang ke arah gadis itu. Dalam hati Dominic bertanya-tanya kenapa Mina ada disana dan lagi, gadis itu mengenal Sehun.
“Untuk apa kau
disini?” tanya Sehun dengan kernyitan didahinya.
“Apa yang sedang kau
lakukan !?” pekik Mina begitu melihat kondisi Dominic yang tak berdaya.
“Aku sedang
memabalaskan dendam Youngki”
“Jangan gila ! katakan
padaku apa Youngki pernah memintamu melakukan hal ini, HAH !?”
“Kau yang gila ! Apa
kau hanya akan diam saja melihat kematian kekasihmu sia-sia sementara orang
yang membuatnya meninggal hidup dengan tenang ! HAH !?”
Percakapan singkat itu
membuat Dominic melebarkan matanya, ia baru sadar jika Mina adalah kekasih
Youngki dan ia baru tahu hari ini. Penyesalan yang amat dalam merambat kedalam
hatinya.
“Jangan perdulikan
dia, bunuh saja aku” lirih Dominic seraya meraih kaki Sehun membuat Sehun
menyeringai remeh.
“Akan kukabulkan”
Bug.. Bugh Bugh..
“Sehun, hentikan !”
pekik Mina namun Sehun tak mau berhenti. Seolah ucapan gadis itu dianggap angin lalu. Mina menangis seraya
memohon pada Sehun untuk menghentikan semua itu.
“Sehun, Kumohon !”
Dominic benar-benar
sudah tergeletak dilantai gedung kosong itu, nafasnya tersengal-sengal. Sehun
menjauh dan meraih kembali tongkat yang sebelumnya ia lempar. Disaat itulah
Jieun memberikan instruksi.
“Kita keluar sekarang”
mereka bertiga menghapiri Dominic sementara Zico dan Dean menghalau Sehun.
Mina dan Sehun tampak terkejut dengan kedatangan mereka bertiga.
“Brengsek! Kenapa
kalian disini !? Jangan menghalangiku !” pekik Sehun.
“Hiks cukup Sehun”
Mina berangsut berlutut seraya menangis. Bukan seperti ini, bukan ini yang ia
inginkan. jika Dominic mati semua ini tak akan ada akhirnya.
“Sehun apa kau belum
puas? Dominic sudah menyesali perbuatannya, kenapa kau begini terus?” ucap
Jieun.
“Jieun jangan ikut
campur, ini bukan urusanmu, jal*ng !”
Bugh.. tanpa diduga,
Dean memukul Sehun karena namja itu tak terima Jieun dimaki.
“Kau ingin berkelahi?
Berkelahi saja denganku, brengsek!” Sehun tak menolak, ia pun menerima
tantangan Dean dan dua namja yang tak saling memiliki urusan itu pun berkelahi.
Sementara Jieun dan Zico menghampiri Dominic yang sudah sangat mengenaskan. Dominic
sudah tak sadarkan diri, tubuh dan wajahnya dipenuhi lebam, pelipis dan ujung
bibirnya mengeluarkan darah. Jieun memeriksa denyut nadi Dominic dan gadis itu
membelalakan matanya seraya memandang Zico.
“Nadinya melemah”
“Mwo !?” Zico pun
langsung menggendong Dominic ke punggungnya, ia bersama Jieun langsung menuju
rumah sakit. Sementara Mina yang masih terisak bangkit dan berdiri diantara
Dean dan Sehun membuat Sehun menghentikan tinjunya.
“Ku bilang hentikan
Sehun” lirih Mina.
“Minggir” ancam Sehun
namun Mina tak beranjak sedikitpun.
“Ku bilang Minggir !”
“Apa salah Dean padamu
!”
Sehun sadar Dean tak
punya salah padanya namun ia tak tahu kemana lagi ia harus melampiaskan kekecewaan
atas kepergian Youngki yang masih belum bisa ia terima meski sudah berlalu.
“AARRGGHHH !” Sehun
berteriak sekencang yang ia bisa. Tubuhnya merosot dan berjongkok seraya
mengusap wajahnya gusar.
“Youngki sudah tenang
diatas sana, jangan membuatnya khawatir dengan tingkahmu itu. Aku tahu, kau
masih belum bisa menerima kepergiannya, aku tahu. Aku juga merasakan hal yang
sama Sehun ! bukan hanya kau, aku juga begitu kehilangan dia !”
“ARRGGHH.. SIAL*N”
Sehun pun sadar, jika ia benar-benar membunuh Dominic kekecewaannya tidak akan
terobati.
“Kumohon relakan
kematian Youngki, biarkan ia tenang diatas sana. Kita semua memiliki kenangan
yang indah, jangan rusak itu dengan dendam dihatimu” ucap Mina lagi.
"Semudah itu kau merelakan kematian Youngki, hah?" tanya Sehun seraya mendongak memandang Mina.
"Kau pikir hal itu mudah !? Kau pikir siapa yang paling sakit saat tahu kekasihnya bunuh diri, HAH !?" tangis Mina kembali pecah.
"Aku menjenguknya setiap hari, merawatnya disetiap waktu luangku lalu keesokan harinya aku mendapati dia sudah tiada, kau pikir itu mudah?"
"Semua kenangan masa mudaku diisi olehnya, kau pikir aku bisa menjalani hidup dengan tenang setelah kepergiaannya?"
"Lalu kenapa kau melarangku membalas kematiannya?"
"Tanyakan pada hatimu, apa itu jalan yang terbaik?" Sehun terdiam. ada pergulatan didalam hatinya. tak mudah memang berbesar hati diantara himpitan ambisinya untuk membalas dendam.
Sehun bangkit "BANGS*T !!" masih dengan makian yang seolah jalan satu-satunya mengekpresikan kekecewaannya, namja itu berlalu tanpa mengatakan apapun lagi setelahnya, ia menendang tongkat yang sebelumnya ia bawa. Mina hanya bisa menghela nafas. Beberapa saat kemudian Gadis itu berbalik “Apa ini rencanamu?” tanyanya pada Dean.
"Semudah itu kau merelakan kematian Youngki, hah?" tanya Sehun seraya mendongak memandang Mina.
"Kau pikir hal itu mudah !? Kau pikir siapa yang paling sakit saat tahu kekasihnya bunuh diri, HAH !?" tangis Mina kembali pecah.
"Aku menjenguknya setiap hari, merawatnya disetiap waktu luangku lalu keesokan harinya aku mendapati dia sudah tiada, kau pikir itu mudah?"
"Semua kenangan masa mudaku diisi olehnya, kau pikir aku bisa menjalani hidup dengan tenang setelah kepergiaannya?"
"Lalu kenapa kau melarangku membalas kematiannya?"
"Tanyakan pada hatimu, apa itu jalan yang terbaik?" Sehun terdiam. ada pergulatan didalam hatinya. tak mudah memang berbesar hati diantara himpitan ambisinya untuk membalas dendam.
Sehun bangkit "BANGS*T !!" masih dengan makian yang seolah jalan satu-satunya mengekpresikan kekecewaannya, namja itu berlalu tanpa mengatakan apapun lagi setelahnya, ia menendang tongkat yang sebelumnya ia bawa. Mina hanya bisa menghela nafas. Beberapa saat kemudian Gadis itu berbalik “Apa ini rencanamu?” tanyanya pada Dean.
“I ini rencana Jieun”
“Gomawo” Dean
tertegun, ia kira Mina akan marah karena mereka mencampuri urusannya.
Dean mengangguk
canggung.
“Sebaiknya sekarang
kita ke rumah sakit” Mina mengangguk.
Sesampainya dirumah
sakit, Jieun menghampiri Mina dan langsung memeluknya.
“Maafkan aku jika aku
lancang mencampuri masalahmu” bisiknya.
“Ani, justru dengan
begini aku berharap semuanya membaik. Terimakasih Jieun” Jieun melepaskan
pelukannya.
“Bagaimana dengan
Sehun?” Tanya Jieun.
“Dia tak mengatakan
apapun tapi sepertinya dia tak akan melanjutkan semua ini”
“Semoga saja”
“Bagaimana keadaan
Dominic?”
“Belum ada kepastian”
“Apa yang akan kita
jelaskan pada keluarganya?”
“Aku sudah memiliki
alasan, tenang saja”
Setelah tiga hari
dirawat akhirnya Dominic sadar, setiap pulang sekolah. Jieun, Zico, Dean dan
Mina datang menjenguknya. Begitu sadar, Dominic meminta semuanya keluar kamar
kecuali Mina, ia ingin meminta maaf secara pribadi pada gadis itu.
“Kau pantas
membenciku”
“..” Mina hanya bisa
diam.
“Penyesalan tidak akan
cukup menebus semuanya, harusnya aku mati saja”
“Aku tidak tahu harus
berkata apa” timpal Mina karena jujur ia tidak tahu harus bersikap bagaimana.
Tak mudah untuk bersikap bijak, ia tak ingin membalas dendam bukan berarti ia
memaafkan perbuatan Dominic pada mendiang kekasihnya.
“Kau tidak perlu
mengatakan apapun, berada didekatku saja mungkin begitu sulit bagimu. Maafkan
aku, maafkan aku Oh Mina, aku benar-benar menyesal. Jika aku bisa bertukar nyawa dengan
Youngki, aku akan melakukannya sekarang juga” ada sorot kesungguhan dalam
kata-kata yang Dominic ungkapkan.
“Melihat penyesalanmu
sedikit mengobati rasa sakitku, ini tidak mudah diungkapkan tapi aku senang kau
menyesal. Kau berhak hidup dengan memikul penyesalan itu”
“Aku tahu”
______
Setelah menjenguk
Dominic, semuanya kembali pulang.
Didalam bus Jieun
menghela nafas
“Ini sudah berakhir
kan?”
“Mungkin” jawab Dean.
“Tapi aku masih
penasaran dengan Sehun, jangan-jangan dia masih memiliki ambisi untuk membalas
dendam”
“Kurasa tidak”
“Wae?”
“Dari yang kulihat,
Sehun pun sadar jika kematian Youngki bukan sepenuhnya salah Dominic”
Jieun mengangguk “Aku
setuju dengan hal itu”
“Tapi memang secara
tidak langsung kematiannya karena Dominic” Jieun kembali mengangguk.
“Aaah... setidaknya
satu masalah sudah teratasi” Dean memandang penasaran.
“Memang gadis
seumuranmu memiliki berapa masalah sih?”
“Ahehe, kau kan tahu
sendiri”
Dean tertegun “apa kau berencana mengatakan perasaanmu pada Baek?”
“Molla, yang pasti aku
harus menyelesaikannya juga kan?”
Dean terdiam namun
perlahan ia mengangguk seraya mencoba menyunggingkan senyum.
Lalu bagaimana rencanamu untuk menyelesaikannya Ji?
Ketika bus mengerem
ketika itu pula Jieun tersurung hingga tubuh gadis itu menabrak tubuh Dean.
Perlu diingat mereka berdiri karena tak kebagian tempat duduk. Sore hari adalah
jam pulang kerja, otomatis kendaraanpun bisa penuh tiba-tiba.
Keduanya termangu, saling memandang dan
bertahan beberapa saat. Karena bus penuh, meski Jieun menjauh tetap saja jarak
tubuh mereka masih terbilang dekat. Kecanggungan pun mulai mendera keduanya.
Aiishh kenapa harus sepenuh ini sih? Rutuk Jieun dalam hati.
Lagi-lagi saat bus
mengerem Jieun kembali terhuyung namun kali ini Dean mendekap pinggang Jieun
membuat Jieun terkejut dan keduanya kembali berpandangan. Ketika bus kembali
melaju normal Jieun mencoba menjauh namun dekapan Dean tak mau melepaskannya.
Menimbulkan tanya dibenak Jieun. Ia ingin meminta Dean melepaskan tangannya
dipinggang gadis itu namun Jieun hanya bisa diam sembari bingung dengan detak
jantungnya yang tiba-tiba melaju. Gadis itu mengalihkan perhatiannya namun
ketika ia kembali memandang Dean, namja itu masih memandangnya intens.
Kenapa aku risih dengan pandangannya itu..
Disetiap halte yang terlewati ada saja yang naik, membuat bus makin penuh sesak. hal itu membuat jarak Jieun dan Dean makin dekat bahkan bisa dibilang menghimpit. Jieun bahkan bisa mendengar detak jantung namja itu.
Jieun malah salah fokus saat ia melihat leher jenjang Dean dengan tulang selangka yang menonjol dari balik seragam namja itu.
Ya ampun disaat seperti ini, apa yang kau pikirkan Jieun
Perlahan Jieun menelan salivanya, kerongkongannya terasa tandus.
Disetiap halte yang terlewati ada saja yang naik, membuat bus makin penuh sesak. hal itu membuat jarak Jieun dan Dean makin dekat bahkan bisa dibilang menghimpit. Jieun bahkan bisa mendengar detak jantung namja itu.
Jieun malah salah fokus saat ia melihat leher jenjang Dean dengan tulang selangka yang menonjol dari balik seragam namja itu.
Ya ampun disaat seperti ini, apa yang kau pikirkan Jieun
Perlahan Jieun menelan salivanya, kerongkongannya terasa tandus.
Akhirnya bus berhenti
dihalte komplek rumah Jieun. Gadis itu bisa bernafas lega.
“A aku duluan ya”
ucapnya gugup
“O oh” tak berbeda
jauh, Deanpun tak kalah gugup.
Setelah turun dari
bus, Jieun menyentuh dadanya.
Jangan bilang kalau aku..
A.. andwae! Jieun menggeleng cepat dan melangkahkan kakinya lebar-lebar agar cepat sampai dirumah.
A.. andwae! Jieun menggeleng cepat dan melangkahkan kakinya lebar-lebar agar cepat sampai dirumah.
Malam harinya, Jieun
kembali berkumpul bersama dua teman prianya. Sedari tadi gadis itu hanya
berguling-guling tak jelas dikasur Baekhyun membuat dua namja itu penasaran.
“Sekarang giliranmu
ya?” tanya Baek.
“Hah? Maksudnya?”
“Kemarin Joohyuk yang
aneh, sekarang kau”
“A aku? Memang aku
kenapa?”
“Ya mana aku tahu Ji
-_-” ucap Baek seraya menggeleng heran. Justru ia yang lebih ingin tahu ada apa
dengan Jieun.
“Aku tidak apa-apa
kok”
“Oia Ji, kudengar
Dominic masuk rumah sakit ya?” Jieun mengangguk.
“Kenapa?”
“Dia memiliki masalah
dimasa lalunya, itu yang mengakibatkan dia seperti itu”
“Kau tahu masalah apa
itu?” Jieun mengangguk.
“Ceritakan pada kami
Ji” ucap Joohyuk penuh minat.
“Eyy, aku bukan biang
gossip”
“Kau bukan biang
gossip tapi kau leluhurnya biang gossip” ucap Baek membenarkan.
“Ck baiklah kalau
kalian memaksa, jadi begini...”
“Siapa yang memaksa
-_-” gumam Baek namun tetap saja ia penasaran dengan cerita Jieun. Jieun pun
menceritakan semuanya sampai kejadian hari ini.
“Tumben kau punya
inisiatif untuk membantu orang lain” ucap Baek setelah mendengar semua cerita
Jieun.
“Ini adalah tuntutan
hati seseorang yang bertanggungjawab sepertiku”
“Cih..”
“Aku bangga padamu Ji”
Joohyuk justru memuji temannya itu.
“Ah gomawo~” Jieun merasa tersanjung.
“Kau ini ceroboh,
bagaimana jika kau yang celaka?” Baek malah mengkhawatirkan Jieun namun terkesan tersamarkan.
“Aku tidak apa-apa
Baek”
“Jangan berbuat bodoh
seperti itu lagi”
“Aku membantu orang
lain, bukan berbuat hal bodoh”
“Aku tahu tapi-”
“Eheeyy kenapa kalian
malah bertengkar” Joohyuk menengahi.
“Dia sih membuat
moodku jadi buruk” ucap Jieun seraya mengarahkan wajahnya pada Baek.
“Kau saja yang
gegabah, sok-sok an membantu tanpa memikirkan resikonya” balas Baek.
“Aiishh ! kubilang
sudah”
“Arraseo, Mian” Jieun
melirik kaget saat Baekhyun meminta maaf duluan.
“Tumben” gumamnya.
Jieun membalas jabatan tangan Baekhyun dan mereka kembali akur.
“Cepat sekali
baikannya” lirih Joohyuk.
“Kita kan sahabat !”
koor Jieun dan Baek. “Cih..” membuat Joohyuk mencibir lalu tersenyum heran.
<<>>
Rutinitas berlanjut,
namun pagi ini terlihat mendung dan benar saja, ketika Jieun,Joohyuk dan Baek
turun dari bus, hujan mulai turun. Sayangnya Jieun tak membawa payung, hal itu
membuat Baek menawarkan diri untuk berbagi payung dengan Jieun karena payungnya
lebih besar dari pada milik Joohyuk. Entah kenapa perjalanan menuju sekolah
dibawah guyuran hujan itu terasa aneh bagi Jieun. Tak ada obrolan lagi, hanya
keheningan yang tertimpa suara hujan.
Apakah ini waktunya untuk berbicara jujur pada Baek?
Jieun menoleh
memandang sisi tubuh Baek yang sedikit basah karena payung yang namja itu
pegang lebih condong ke arahnya.
“Baek, bahu kananmu
basah”
“Gwenchana”
Suasana kembali
hening..
“Lain kali bawa payung
dan jaket, sekarang mulai musim hujan” Jieun hanya bisa mengangguk.
Dari jauh tampak Dean
memperhatikan mereka berdua, ia berjalan makin cepat dibawah payung hitam yang
dipegangnya.
“Baek, sebenarnya ada
yang ingin ku katakan..”
“Eung? Bicara saja,
kau ini terlihat serius sekali haha” Jieun menghirup udara dalam-dalam lalu menghembuskannya pelan. mengumpulkan keberanian untuk mengawali kejujuran yang begitu sulit diungkapkan.
“Ekhem..Sebenarnya aku sudah
lam-”
“Pagi Jieun !” suara
Dean yang tiba-tiba muncul membuat Jieun dan Baek sedikit kaget.
“O oh pagi” jawab
Jieun.
“Mau berbagi payung
denganku?”
“Kau tidak lihat dia
berbagi payung denganku?” timpal Baek datar membuat Dean menghela nafas kasar.
“Aku tidak berbicara
padamu” jawab Dean tak kalah datar.
“Hey, kalian. Bisa ngga
sih akur satu hari saja?”
“Tidak bisa” jawab
keduanya bersamaan.
“Nah itu bisa”
“Aiishh.. moodku jadi
buruk” racau Baek.
“Ya sudah pergi sana”
ucap Dean.
“Ya sudah, ayo Jieun”
Baekhyun mempercepat langkahnya seraya menggiring Jieun dengan cara merangkul
bahu gadis itu.
“Aiish.. dasar anak
setan” lirih Dean.
Jangan-jangan tadi Jieun berniat jujur tentang perasaannya, untung aku
datang tepat waktu.
To Be Continued~
#Haiiii mian lama update nya T.T Author ngga bakal banyak alasan karena emang banyak alasannnya hehe. See You Soon :-* jangan lupa komentar ya
Lanjut thooor, makin pnasaran aja...duh lama mnunggunya
ReplyDeleteTapi terpuas kan, ditunggu update nya ya? gomawo
Hehe.. Ngga tau kapan lagi update nya. Tunggu aja 😂
DeleteThor dean sama jieun aja donk aku ikhlas ridho 😂😂😂 makasih udh update 😘😘😘 semangat thor jaga kesehatan
ReplyDeleteHehe .. Tunggu aja gmn nanti 😁😁
Deletesiap, makasih support nya 😘😘
lanjuut authornim~ iudean moment nya dilebihin dikit boleh thor >.<? kkk~ Btw aku enjoy banget cerita ini.. aku terus support authornim
ReplyDeleteauthornim hwaiting!
Ahehe siap,, makasih udh suka & supportnya 😊
DeleteTanda-tanda nih :3 Dean \^^/ Semangat!!
ReplyDeleteNext thor, aku tunggu chapter selanjutnya, gemes sendiri baca chap ini, ><
Fighting ^^/