Mission of Love [18]

PART [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13] [14] [15] [16] [17]
Baekhyun menggerutu pelan saat ia bertemu dengan Joohyuk di pintu belakang rumah Seulgi seraya memberikan bungkusan bubur yang dibelinya pada Joohyuk.
“Hehehe terimakasih ya”
“Ishh kenapa aku yang kau suruh membeli bubur, Kenapa tidak Jieun saja sih?”
“Aku sudah meminta tolong padanya tapi dia bilang dia sedang sibuk jadi kau satu-satunya yang bisa menolongku”
“Lagian kalau tidak bisa memasak kenapa bilang mau memasak sih -_-”
“Aku kan ingin tampak keren didepan Seulgi nuna yang sedang sakit” ucap Joohyuk diakhiri dengan cengiran.
Baekhyun hanya bisa memutar kedua bola matanya malas “Ya sudah aku pulang ya”
“Iya, terimakasih ya Baek”
“Sip” jawab Baek lalu berbalik seraya mengangkat ibu jarinya ke udara. Namja itu keluar dari halaman belakang rumah Seulgi dan kembali berjalan ke halte terdekat. Entah kenapa sesuatu mulai mengganggu pikirannya.
Jieun sibuk? Memang sedang apa sih gadis itu?
______
Ketiga anak muda yang memakai seragam yang sama itu menghembuskan nafas lega. Jieun, Dean dan Zico sudah mengerjakan misi mereka masing-masing. Memberikan pesan untuk saling bertemu pada Sehun, Dominic dan Mina.
“Hah, rasanya seperti menjadi agen rahasia saja” ucap Zico.
“Benar” Dean pun merasakan hal yang sama.
“Puncaknya akan terjadi besok” ujar Jieun membuat kedua namja dihadapannya memandangnya serius.
“Semoga bisa berakhir dengan lancar” harap Dean yang mendapat anggukan dari Jieun dan Zico karena mereka juga mengharapkan hal yang sama.
“Aku masih belum percaya ternyata selama ini kalian sering bertemu diam-diam adalah karena masalah ini” lanjut Zico.
“Memang kau pikir kenapa kita selalu bertemu?” tanya Jieun seraya menunjuk dirinya dan Dean bergantian.
“Ku kira kalian pacaran”
“Uhuuk uhukk..” Dean terbatuk dan hal itu membuat Zico terkikik pelan. Sementara Jieun hanya berekspresi malas.
“Pikiranmu terlalu mengada-ada” ucap Jieun membuat Dean mengernyit seraya menatapnya.
“Mengada-ada?” tanya Dean dengan nada tidak suka.
“Ya maksudnya mana mungkin kita ... haha.. ” Jieun menggeleng “Tidak mungkin” jawaban Jieun malah membuat Dean menjadi kesal.
“IYALAH !..” Jieun dan Zico terkejut saat Dean tiba-tiba memekik tinggi.
“Lagi pula siapa juga yang mau dengan gadis cungkring sepertimu. Kita tidak akan pernah berpacaran, tidak cocok sama sekali” lanjut Dean dengan nada sinisnya.
“Terus kenapa kau terlihat kesal?” tanya Jieun.
“Siapa yang kesal?” 
Jieun dan Zico justru bertukar pandang seraya menahan tawa. Sangat terlihat jika Dean begitu kesal dan elakannya malah membuat mereka berdua ingin tertawa.
“Kau sangat berharap ya padaku?” tanya Jieun seraya mendongakan kepalanya pada Dean yang membuang muka.
“Aaahh suasana ini, sepertinya aku harus pergi, oke kalian bebas, aku pergi. Aku tak ingin mengganggu” Zico bangkit seraya tersenyum simpul dan meninggalkan mereka berdua. Saat Zico tak lagi disana Dean membalas pandangan Jieun lalu mendekatkan wajahnya pada gadis itu.
“Aku memang sangat mengharapkanmu” lirihnya membuat Jieun tertegun. Ia tak menyangka jika Dean akan menjawab candaannya dengan cara seperti itu.
“Y yaa... jangan bercanda” Jieun malah tampak gugup, gadis itu sedikit memundurkan kepalanya dan memandang ke arah lain sementara Dean hanya tersenyum dan kembali ke posisi normal.
“Apa Baekhyun sudah kembali dari Busan?” tanya Dean mengalihkan suasana yang awkward.
Jieun mengangguk “Sudah”
“Bagaimana keadaannya?”
“Cukup membaik tapi entahlah, aku hanya bisa melihat luarnya saja namun dalam hati aku sama sekali tak tahu”
“Bukankah ini kesempatanmu? Yeoja yang Baek sukai sudah tiada, ini kesempatan bagus untuk mengobati hatinya kan” ucap Dean seraya memperhatikan Jieun dengan seksama, dalam hati ia tidak rela namun ia hanya ingin tahu apa yang akan Jieun lakukan pada namja itu. Namja yang Jieun sukai sejak dulu dan bahkan menjadi alasan yang mempertemukan mereka kini sudah sendiri, tak ada halangan lagi bagi Jieun jika gadis itu masih menginginkan Baekhyun.
Jieun menghela nafas.
“Aku sudah memutuskan sesuatu”
“Memutuskan apa?”
Jieun bangkit “Kau tidak perlu tahu”
“Yaakk !”
“Makan yuk!”
“Aiishh jawab dulu pertanyaanku !”
“Tidak mau”
“Aiishh !”
“Ahaha..”
Jangan-jangan Jieun memutuskan untuk terus mengejar Baek
Ah baru saja menyukai seorang gadis aku sudah merasa patah hati
_____
Seulgi memandang Joohyuk takjub saat suapan pertama dari bubur yang ia kira dimasak oleh namjachingunya itu.
“Bilang saja masakanku enak, nuna” ucap Joohyuk seraya tersenyum.
Seulgi mengangguk pelan “enak”
“Iya dong siapa dulu yang mas-”
“Tapi ini seperti bubur direstoran bibi Lee Young Bae, kau tahu kan? Yang ada diperempatan sebelum sekolah” sergah Seulgi.
“M masa sih...” Joohyuk mengusap lehernya gugup.
“Jangan bilang kau beli disana?” selidik Seulgi.
“Eung.. t tidak k kok” ucapnya seraya menggelen.
“Terus siapa yang beli?”
“Baekhyu...n” Joohyuk malah menjawab dan memelankan suaranya ketika ia sadar ia keceplosan.
“Pffttt..” jawaban polos Joohyuk malah membuat Seulgi terkekeh.
“Dasar kau ini”
“Mian, sebenarnya aku tak bisa memasak”
“Gwenchana”
Runtuh sudah pertahananku untuk menjaga jarak denganmu..
“W wae? Kenapa nuna memandangku seperti itu, jangan marah ya” rajuk Joohyuk.
“Kajima” lirih Seulgi dengan sorot takut kehilangan yang sungguh-sungguh.
“M mwo?” Joohyuk malah tampak bingung kenapa Seulgi memperlihatkan ekspresi seperti itu padanya.
Seulgi menggeleng lemah “Jangan pernah tinggalkan aku seperti lelaki itu”
Joohyuk mendekat dan meraih tangan mungil Seulgi.
“Aku tidak akan pernah meninggalkan nuna” jawab Joohyuk tak kalah meyakinkan.
Kenapa dia tiba-tiba bersikap seperti ini?
Seulgi menunduk “Lalu apa artinya Jieun bagimu?”
Deg.. Joohyuk terkejut karena tiba-tiba seulgi membicarakan Jieun.
“Apa maksud nuna?”
“Tak apa, jujur saja apa kau memiliki perasaan pada Jieun?” tanya Seulgi seraya mengangkat wajahnya dan menatap Joohyuk tepat kedalam matanya.
Rasanya Joohyuk seperti tertangkap basah oleh orang yang ia kira tak akan pernah tahu.
Joohyuk mengangguk “Aku memang menyukai Jieun”
Tes, Seulgi tak bisa membendungnya lagi. Air matanya mulai berjatuhan lebih banyak.
“Tapi itu dulu nuna” lanjut Joohyuk seraya meraih dagu Seulgi, ia ingin wanita itu tahu jika Joohyuk tak sedang berdusta.
“Bohong” lirih Seulgi.
“Lihat aku, sungguh aku memang menyukai Jieun tapi itu dulu sebelum aku bertemu denganmu nuna”
“Tapi sikapmu mengatakan lain, kau sangat peduli dengan Jieun”
“Aku hanya mencoba menjaga gadis yang pernah kusukai, tidak lebih. Apalagi itu adalah Jieun, aku sudah berteman dengannya sejak kecil Nuna, bukan berarti karena aku sudah tak ada perasaan padanya, aku tidak akan perduli. Justru karena hal itu, aku merasa aku harus menjadi lebih menjaganya”
“...” Seulgi terdiam, tak ada lagi pertanyaan yang keluar dari mulutnya namun isakan tangisnya masih bertahan. Perlahan, Joohyuk meraih gadis itu kedalam pelukannya meski terlihat canggung.
“Aku akan bersamamu”
“Selalu” tambahnya.
“Percayalah”
"Perasaanku pada Jieun sudah lama berakhir nuna"
Setelah beberapa menit, tangisan Seulgi mereda. Mereka berdua tenggelam dalam keheningan yang melegakan, Seulgi masih bersandar lembut dipelukan Joohyuk sementara Joohyuk merenungi apa yang barusan terjadi. Ini pertama kalinya mereka bertengkar dan benar-benar membuka diri. Joohyuk jadi berfikir jangan-jangan Seulgi sakit karena memikirkan hal ini, benar, Sebelumnya seulgi bersikap aneh. ia rasa karena hal itu. Sebagai namjachingu, Joohyuk benar-benar bodoh karena tidak peka. Ia akan berusaha memperbaiki diri.
Perlahan Seulgi bangkit, Joohyuk begitu merasa bersalah saat melihat kedua mata gadis itu sembab.
“Aku akan mencoba percaya padamu” ucap Seulgi.
“Gomawo” Seulgi mengangguk pelan.
“Apa masih ada yang mengganjal? Aku tak ingin nuna sakit karena menyimpan masalah yang mengganggu pikiranmu”
Seulgi  menggeleng lemah.
“Tidak ada lagi, aku percaya pada apa yang kau katakan”
“Aku janji, aku tidak akan menyembunyikan apapun lagi darimu” Seulgi mengangguk.
“Dan nuna juga harus cepat sembuh, aku rindu bertemu denganmu saat istirahat tiba” Seulgi tersenyum kecil.
“Padahal baru satu hari aku sakit”
“Tapi kan tetap saja” rajuk Joohyuk.
“Arraseo”
Joohyuk melihat jam tangannya.
“Aku ingin lebih lama tapi ini sudah sore aku harus pulang”
Seulgi mengangguk “Hati-hati dijalan”
“Tapi sebelum itu”
“?”
Chup~ tubuh lemas Seulgi seketika membeku ketika Joohyuk menyerangnya dengan sangat tiba-tiba.
“Cepat sembuh nuna” ucap namja itu diakhiri dengan senyum dan usapan lembut dikepala Seulgi.
“Aku pergi, daah”
Bahkan setelah Joohyuk benar-benar menghilang Seulgi masih membeku dengan debaran yang menguat.
Bocah nakal
Sementara Joohyuk langsung bersandar di dinding begitu keluar dari rumah Seulgi seraya memegangi dadanya.
Aigoo, jadi rasanya seperti ini ..
Omo, jantungku rasanya bisa keluar kapan saja
Joohyuk hanya mencoba bersikap keren didepan Seulgi namun sebenarnya ia juga merasa gugup karena melakukan ciuman yang terbilang singkat tadi. Namja itu menghirup dan menghembuskan nafasnya teratur sebelum benar-benar bisa berjalan lagi, namun setelahnya senyuman seakan tak ingin lepas dari wajahnya. Ia merasa bodoh sekaligus bahagia.
_____
Jieun dan Baekhyun saling melirik dengan kernyitan aneh dikening mereka melihat Joohyuk memeluk guling dengan senyuman yang tak henti-hentinya mengembang. Namja itu terlihat seperti orang gila yang baru masuk ke rumah sakit jiwa.
“Ada apa dengannya?” tanya Jieun. Hanya gelengan yang mewakili jawaban Baekhyun.
“Jangan-jangan kau membenturkan kepalanya ke dinding ya?” ucap Jieun penuh curiga.
“Memang kau pikir aku setega itu apa Ji -_-” jawab Baek malas. kejam sekali tuduhan Jieun pada namja sebaik Baek.
“Terus ada apa dengannya?” Baekhyun kembali menggeleng, kenapa Jieun terus bertanya padahal Baek benar-benar tidak tahu.
“Tunggu dulu... tadi siang kan dia bolos dan mengunjungi rumah Seulgi nuna” lanjut Baek.
“Jangan-jangan...” lagi-lagi Baek dan Jieun saling memandang seolah arah pikiran mereka sama.
“Aaaa ! joohyuk ceritakan pada kami apa yang terjadi !?” ucap Jieun histeris seraya menggoncangkan tubuh Joohyuk.
“Benar ! apa yang kalian lakukan !?” tanya Baek frontal membuat Joohyuk memandang mereka berdua bergantian lalu tersenyum penuh arti tanpa mengatakan apa-apa.
“Aaa~ Jinjja !” tindakan Joohyuk malah membuat Jieun dan Baek makin penasaran.
“Beritahu kami cepat !” Jieun terlihat paling rusuh. Ia tak ingin mati penasaran hanya karena hal seperti ini.
Masih dengan senyumannya yang terlihat makin aneh Joohyuk berbicara “Kami sudah melakukannya”
“Jinjja !?” tanya Jieun. “Pakai pengaman tidak?” tanya Jieun lagi, mendengar hal itu Baekhyun menoyor kepala gadis itu.
“Memang kau pikir mereka melakukan apa Ji -_-”
“Y ya.. itu” jawab Jieun ragu-ragu. Gadis itu berfikir terlalu jauh.
“Mereka hanya berciuman” ucap Baek santai, seharusnya dari awal ia sudah bisa menduganya. Melihat gelagat Joohyuk mengingatkan pada dirinya sendiri saat melakukan ciuman pertamanya dengan Chan Mi. Joohyuk dan Jieun memandang Baek takjub
“Dari mana kau tahu?” tanya Jieun dan Joohyuk bersamaan.
“Karena aku sudah berpengalaman hehe..”
“Ah tuh kan, kalian membuatku mengingat Chan Mi lagi” lanjut Baekhyun.
“Ngga usah baper -_-” timpal Jieun.
“Hehe, tidak kok”
Diam-diam Jieun tersenyum karena bersyukur jika Baekhyun sudah tak murung lagi begitu membahas Chan Mi. Obrolan itu berlanjut dengan pertanyaan Jieun yang aneh-aneh pada Joohyuk seperti.
“Bagaimana kalian melakukannya?” “Rasanya bagaimana?” “Seperti ciuman di drama-drama tidak?”
Joohyuk yang bingung sekaligus malu hanya bisa tersenyum dengan sesekali penjelasan singkat. Sementara Baekhyun menggeleng pelan melihat tingkah Jieun yang terlihat lebih heboh dari orang yang sudah berciuman.
“Makanya punya pacar sono” celetuk Baek.
“Urusi saja urusanmu sendiri” timpal Jieun dengan wajah dinginnya.
“Wkwkwk.. dasar jomblo”
“Kau juga jomblo Baek !”
“Tapi setidaknya aku sudah pernah pacaran, wueek”
“Aiishh !”
“Jangan sampai kau jomblo sampai mati”
“Enak saja, Tidak akan !”
Kali ini Joohyuk yang menggeleng melihat tingkah teman-temannya yang malah ribut sendiri namun didalam hati kecilnya ia bahagia, setidaknya mereka semua termasuk dirinya kembali normal lagi.
<<>> 
“Setelah pulang sekolah oke” ucap Jieun dengan nada serius.
“Ok” jawab Zico dan Dean berbarengan. Mereka kembali ke kelas masing-masing pagi itu. mengikuti pelajaran seperti biasa. Sesekali Jieun melihat gelagat Mina yang terlihat gelisah.
“Ada apa denganmu?” tanya Jieun basa-basi padahal ia tahu kenapa Mina seperti itu.
“Kemarin aku pendapat sebuah pesan”
“Dari siapa?”
“Sehun, dia mengajak ku bertemu. Setelah mendengar ceritamu tentang tindakannya waktu itu aku jadi malas untuk bertemu dengannya”
“Temui saja, barangkali ada sesuatu yang penting. Tindakannya padaku waktu itu urusan kami berdua, tidak ada hubungannya denganmu”
“Tapi tetap saja tindakannya membuatku marah, berani sekali dia melakukan itu padamu padahal dia tahu kau temanku”
“Sudahlah lagi pula aku juga sudah melupakannya”
“Tapi aku ragu untuk bertemu dengannya, aku ingin memintamu untuk menemaniku tapi aku tahu itu tidak mungkin”
“Mian, aku sudah ada janji pulang sekolah nanti. Memang apa yang kau ragukan?”
“Jika memang Sehun ingin bertemu denganku kenapa tidak menghubungiku secara langsung tapi malah lewat pesan kertas seperti ini dan lagi, kenapa dia meminta bertemu disebuah gedung kosong, perasaanku jadi tidak enak”
Bodoh, kenapa aku tidak memikirkannya..
Aku harus meyakinkan Mina untuk tetap datang jika tidak ini semua bisa gagal..
“Gwenchana, jika ada apa-apa hubungi saja aku atau aktifkan selalu gps diponselmu agar aku bisa melacaknya”
“Haha.. kau seperti detektif saja tapi untuk jaga-jaga, aku akan melakukannya” Jieun mengangguk seraya tersenyum.
Pelajaran ketiga, keempat dan kelima akhirnya selesai. semua siswa bersiap pulang begitu mendengar bel terakhir tanda berakhirnya aktivitas belajar mengajar disekolah. Zico, Jieun dan Dean pun langsung berkumpul dan berangkat menuju lokasi yang bertempat digedung kosong. Begitu sampai mereka langsung memposisikan diri ditempat yang paling mudah untuk mengawasi.
“Masih ada satu jam lagi sebelum mereka semua datang” ujar Dean seraya memandang jam tangannya.
“Aku jadi deg-degan” lirih Jieun dan Zico mengangguk karena merasakan hal yang sama.
Sekitar satu jam kemudian, Sehun terlihat sampai terlebih dahulu, ia datang sembari menyeret tongkat base ball ditangannya membuat Jieun,Dean dan Zico yang tengah mengawasinya terbelalak.
“Gila, kenapa anak itu membawa pemukul base ball?” bisik Jieun.
“Aku sudah menduganya sih, mendapat kabar dari Dominic langsung dalam pesan yang kita kirimkan pasti membuatnya bersemangat. Ia tak perlu susah mencari-cari Dominic lagi, ini kesempatan langka” Jawab Dean.
“Bagaimana jika Dominic dihabisi olehnya” lirih Zico
“Kan ada kita yang mengawasi” jawab Jieun.
Tak lama Dominic datang dan langsung berhadapan dengan Sehun.
“Ternyata nyalimu besar juga memberanikan diri datang menemuiku” ucap Sehun dengan pandangan tajamnya.
Bukankah dia yang memintaku kesini? Ucap Dominic dalam hati.
Ah terserah..
“Sebenarnya apa yang ingin kau katakan padaku?”
“Cih.. Jangan berlagak polos baj*ngan !”
“Apa ini masih tentang Youngki?”
“Memang kau pikir masalah kita apa lagi hah !”
“Ini sudah lama berlalu dan aku akui aku salah, aku menyesal tapi aku harus bagaimana !? aku tak bisa membuatnya hidup lagi hanya dengan penyesalanku !”
Bugh.. Sehun melayangkan pemukul ditangannya ke kaki Dominic hingga namja itu merintih dan membungkuk.
“Ck ck ck.. mudah sekali kau mengatakan kau menyesal, apa kau tahu dia mati karenamu, hah!?” Sehun berjalan pelan mengitari Dominic yang kesakitan karena kakinya dihantam benda keras lagi.
“Aku benar-benar menyesal ! Aku tak pernah mengira bahwa apa yang kulakukan pada Youngki akan berakhir dengan kematiannya”
Bugh.. “Kau bilang menyesal?” Bugh.. “Kematian harus dibalas kematian” ada sorot yang tak bisa dikendalikan dimata Sehun.
Benar seperti dugaan Dean, Dominic sama sekali tak melawan meski Sehun memukulinya berkali-kali. Dominic tak lagi bisa berdiri tegak, perut, kaki dan wajahnya mulai berwarna kebiru-biruan akibat pukulan Sehun.
Perlahan Dominic memandang Sehun “Kau bisa memukuliku hingga mati hari ini”
“Oh, dengan senang hati” Sehun melempar tongkat ditangannya dan ia melangkah maju lalu melayangkan bogem mentahnya diperut Dominic hingga namja itu muntah darah, tidak puas dengan itu Sehun membenturkan dengkulnya ke kepala Dominic. Sehun menjenggut rambut Dominic lalu mendongakan wajahnya. 
"Ini untuk Youngki" ucapnya dan Bugh.. ia tak segan memukul wajah tak berdaya itu. Sehun meregangkan tangannya sejenak. wajah bengisnya puas melihat keadaan Dominic. Dendamnya sudah menumpuk selama beberapa tahun dan inilah hari ia mengeluarkan semuanya pada bajing*n yang membuat sahabat karibnya meninggal sia-sia.
“Bagaimana ini?” tanya Zico khawatir
“Harusnya sekarang Mina sudah datang” ucap Jieun yang mulai tampak khawatir namun kekhawatirannya mereda saat dari jauh Mina mulai hadir dan berlari ke arah Dominic dan Sehun begitu melihat Sehun memukuli namja itu meski tanpa perlawanan.
“Sehun” ucap Mina membuat Sehun dan Dominic memandang ke arah gadis itu. Dalam hati Dominic bertanya-tanya kenapa Mina ada disana dan lagi, gadis itu mengenal Sehun.
“Untuk apa kau disini?” tanya Sehun dengan kernyitan didahinya.
“Apa yang sedang kau lakukan !?” pekik Mina begitu melihat kondisi Dominic yang tak berdaya.
“Aku sedang memabalaskan dendam Youngki”
“Jangan gila ! katakan padaku apa Youngki pernah memintamu melakukan hal ini, HAH !?”
“Kau yang gila ! Apa kau hanya akan diam saja melihat kematian kekasihmu sia-sia sementara orang yang membuatnya meninggal hidup dengan tenang ! HAH !?”
Percakapan singkat itu membuat Dominic melebarkan matanya, ia baru sadar jika Mina adalah kekasih Youngki dan ia baru tahu hari ini. Penyesalan yang amat dalam merambat kedalam hatinya.
“Jangan perdulikan dia, bunuh saja aku” lirih Dominic seraya meraih kaki Sehun membuat Sehun menyeringai remeh.
“Akan kukabulkan”
Bug.. Bugh Bugh..
“Sehun, hentikan !” pekik Mina namun Sehun tak mau berhenti. Seolah ucapan gadis itu dianggap angin lalu. Mina menangis seraya memohon pada Sehun untuk menghentikan semua itu.
“Sehun, Kumohon !”
Dominic benar-benar sudah tergeletak dilantai gedung kosong itu, nafasnya tersengal-sengal. Sehun menjauh dan meraih kembali tongkat yang sebelumnya ia lempar. Disaat itulah Jieun memberikan instruksi.
“Kita keluar sekarang” mereka bertiga menghapiri Dominic sementara Zico dan Dean menghalau Sehun. Mina dan Sehun tampak terkejut dengan kedatangan mereka bertiga.
“Brengsek! Kenapa kalian disini !? Jangan menghalangiku !” pekik Sehun.
“Hiks cukup Sehun” Mina berangsut berlutut seraya menangis. Bukan seperti ini, bukan ini yang ia inginkan. jika Dominic mati semua ini tak akan ada akhirnya.
“Sehun apa kau belum puas? Dominic sudah menyesali perbuatannya, kenapa kau begini terus?” ucap Jieun.
“Jieun jangan ikut campur, ini bukan urusanmu, jal*ng !”
Bugh.. tanpa diduga, Dean memukul Sehun karena namja itu tak terima Jieun dimaki.
“Kau ingin berkelahi? Berkelahi saja denganku, brengsek!” Sehun tak menolak, ia pun menerima tantangan Dean dan dua namja yang tak saling memiliki urusan itu pun berkelahi. Sementara Jieun dan Zico menghampiri Dominic yang sudah sangat mengenaskan. Dominic sudah tak sadarkan diri, tubuh dan wajahnya dipenuhi lebam, pelipis dan ujung bibirnya mengeluarkan darah. Jieun memeriksa denyut nadi Dominic dan gadis itu membelalakan matanya seraya memandang Zico.
“Nadinya melemah”
“Mwo !?” Zico pun langsung menggendong Dominic ke punggungnya, ia bersama Jieun langsung menuju rumah sakit. Sementara Mina yang masih terisak bangkit dan berdiri diantara Dean dan Sehun membuat Sehun menghentikan tinjunya.
“Ku bilang hentikan Sehun” lirih Mina.
“Minggir” ancam Sehun namun Mina tak beranjak sedikitpun.
“Ku bilang Minggir !”
“Apa salah Dean padamu !”
Sehun sadar Dean tak punya salah padanya namun ia tak tahu kemana lagi ia harus melampiaskan kekecewaan atas kepergian Youngki yang masih belum bisa ia terima meski sudah berlalu.
“AARRGGHHH !” Sehun berteriak sekencang yang ia bisa. Tubuhnya merosot dan berjongkok seraya mengusap wajahnya gusar.
“Youngki sudah tenang diatas sana, jangan membuatnya khawatir dengan tingkahmu itu. Aku tahu, kau masih belum bisa menerima kepergiannya, aku tahu. Aku juga merasakan hal yang sama Sehun ! bukan hanya kau, aku juga begitu kehilangan dia !”
“ARRGGHH.. SIAL*N” Sehun pun sadar, jika ia benar-benar membunuh Dominic kekecewaannya tidak akan terobati.
“Kumohon relakan kematian Youngki, biarkan ia tenang diatas sana. Kita semua memiliki kenangan yang indah, jangan rusak itu dengan dendam dihatimu” ucap Mina lagi. 
"Semudah itu kau merelakan kematian Youngki, hah?" tanya Sehun seraya mendongak memandang Mina. 
"Kau pikir hal itu mudah !? Kau pikir siapa yang paling sakit saat tahu kekasihnya bunuh diri, HAH !?" tangis Mina kembali pecah. 
"Aku menjenguknya setiap hari, merawatnya disetiap waktu luangku lalu keesokan harinya aku mendapati dia sudah tiada, kau pikir itu mudah?"
"Semua kenangan masa mudaku diisi olehnya, kau pikir aku bisa menjalani hidup dengan tenang setelah kepergiaannya?"
"Lalu kenapa kau melarangku membalas kematiannya?"
"Tanyakan pada hatimu, apa itu jalan yang terbaik?" Sehun terdiam. ada pergulatan didalam hatinya. tak mudah memang berbesar hati diantara himpitan ambisinya untuk membalas dendam. 
Sehun bangkit "BANGS*T !!" masih dengan makian yang seolah jalan satu-satunya mengekpresikan kekecewaannya, namja itu berlalu tanpa mengatakan apapun lagi setelahnya, ia menendang tongkat yang sebelumnya ia bawa. Mina hanya bisa menghela nafas. Beberapa saat kemudian Gadis itu berbalik “Apa ini rencanamu?” tanyanya pada Dean.
“I ini rencana Jieun”
“Gomawo” Dean tertegun, ia kira Mina akan marah karena mereka mencampuri urusannya.
Dean mengangguk canggung.
“Sebaiknya sekarang kita ke rumah sakit” Mina mengangguk.
Sesampainya dirumah sakit, Jieun menghampiri Mina dan langsung memeluknya.
“Maafkan aku jika aku lancang mencampuri masalahmu” bisiknya.
“Ani, justru dengan begini aku berharap semuanya membaik. Terimakasih Jieun” Jieun melepaskan pelukannya.
“Bagaimana dengan Sehun?” Tanya Jieun.
“Dia tak mengatakan apapun tapi sepertinya dia tak akan melanjutkan semua ini”
“Semoga saja”
“Bagaimana keadaan Dominic?”
“Belum ada kepastian”
“Apa yang akan kita jelaskan pada keluarganya?”
“Aku sudah memiliki alasan, tenang saja”
Setelah tiga hari dirawat akhirnya Dominic sadar, setiap pulang sekolah. Jieun, Zico, Dean dan Mina datang menjenguknya. Begitu sadar, Dominic meminta semuanya keluar kamar kecuali Mina, ia ingin meminta maaf secara pribadi pada gadis itu.
“Kau pantas membenciku”
“..” Mina hanya bisa diam.
“Penyesalan tidak akan cukup menebus semuanya, harusnya aku mati saja”
“Aku tidak tahu harus berkata apa” timpal Mina karena jujur ia tidak tahu harus bersikap bagaimana. Tak mudah untuk bersikap bijak, ia tak ingin membalas dendam bukan berarti ia memaafkan perbuatan Dominic pada mendiang kekasihnya.
“Kau tidak perlu mengatakan apapun, berada didekatku saja mungkin begitu sulit bagimu. Maafkan aku, maafkan aku Oh Mina, aku benar-benar menyesal. Jika aku bisa bertukar nyawa dengan Youngki, aku akan melakukannya sekarang juga” ada sorot kesungguhan dalam kata-kata yang Dominic ungkapkan.
“Melihat penyesalanmu sedikit mengobati rasa sakitku, ini tidak mudah diungkapkan tapi aku senang kau menyesal. Kau berhak hidup dengan memikul penyesalan itu”
“Aku tahu”
______
Setelah menjenguk Dominic, semuanya kembali pulang.
Didalam bus Jieun menghela nafas
“Ini sudah berakhir kan?”
“Mungkin” jawab Dean.
“Tapi aku masih penasaran dengan Sehun, jangan-jangan dia masih memiliki ambisi untuk membalas dendam”
“Kurasa tidak”
“Wae?”
“Dari yang kulihat, Sehun pun sadar jika kematian Youngki bukan sepenuhnya salah Dominic”
Jieun mengangguk “Aku setuju dengan hal itu”
“Tapi memang secara tidak langsung kematiannya karena Dominic” Jieun kembali mengangguk.
“Aaah... setidaknya satu masalah sudah teratasi” Dean memandang penasaran.
“Memang gadis seumuranmu memiliki berapa masalah sih?”
“Ahehe, kau kan tahu sendiri”
Dean tertegun “apa kau berencana mengatakan perasaanmu pada Baek?”
“Molla, yang pasti aku harus menyelesaikannya juga kan?”
Dean terdiam namun perlahan ia mengangguk seraya mencoba menyunggingkan senyum.
Lalu bagaimana rencanamu untuk menyelesaikannya Ji?
Ketika bus mengerem ketika itu pula Jieun tersurung hingga tubuh gadis itu menabrak tubuh Dean. Perlu diingat mereka berdiri karena tak kebagian tempat duduk. Sore hari adalah jam pulang kerja, otomatis kendaraanpun bisa penuh tiba-tiba.
 Keduanya termangu, saling memandang dan bertahan beberapa saat. Karena bus penuh, meski Jieun menjauh tetap saja jarak tubuh mereka masih terbilang dekat. Kecanggungan pun mulai mendera keduanya.
Aiishh kenapa harus sepenuh ini sih? Rutuk Jieun dalam hati.
Lagi-lagi saat bus mengerem Jieun kembali terhuyung namun kali ini Dean mendekap pinggang Jieun membuat Jieun terkejut dan keduanya kembali berpandangan. Ketika bus kembali melaju normal Jieun mencoba menjauh namun dekapan Dean tak mau melepaskannya. Menimbulkan tanya dibenak Jieun. Ia ingin meminta Dean melepaskan tangannya dipinggang gadis itu namun Jieun hanya bisa diam sembari bingung dengan detak jantungnya yang tiba-tiba melaju. Gadis itu mengalihkan perhatiannya namun ketika ia kembali memandang Dean, namja itu masih memandangnya intens.
Kenapa aku risih dengan pandangannya itu..
Disetiap halte yang terlewati ada saja yang naik, membuat bus makin penuh sesak. hal itu membuat jarak Jieun dan Dean makin dekat bahkan bisa dibilang menghimpit. Jieun bahkan bisa mendengar detak jantung namja itu. 
Jieun malah salah fokus saat ia melihat leher jenjang Dean dengan tulang selangka yang menonjol dari balik seragam namja itu. 
Ya ampun disaat seperti ini, apa yang kau pikirkan Jieun
Perlahan Jieun menelan salivanya, kerongkongannya terasa tandus.
Akhirnya bus berhenti dihalte komplek rumah Jieun. Gadis itu bisa bernafas lega. 
“A aku duluan ya” ucapnya gugup
“O oh” tak berbeda jauh, Deanpun tak kalah gugup.
Setelah turun dari bus, Jieun menyentuh dadanya.
Jangan bilang kalau aku.. 
A.. andwae! Jieun menggeleng cepat dan melangkahkan kakinya lebar-lebar agar cepat sampai dirumah.
Malam harinya, Jieun kembali berkumpul bersama dua teman prianya. Sedari tadi gadis itu hanya berguling-guling tak jelas dikasur Baekhyun membuat dua namja itu penasaran.
“Sekarang giliranmu ya?” tanya Baek.
“Hah? Maksudnya?”
“Kemarin Joohyuk yang aneh, sekarang kau”
“A aku? Memang aku kenapa?”
“Ya mana aku tahu Ji -_-” ucap Baek seraya menggeleng heran. Justru ia yang lebih ingin tahu ada apa dengan Jieun.
“Aku tidak apa-apa kok”
“Oia Ji, kudengar Dominic masuk rumah sakit ya?” Jieun mengangguk.
“Kenapa?”
“Dia memiliki masalah dimasa lalunya, itu yang mengakibatkan dia seperti itu”
“Kau tahu masalah apa itu?” Jieun mengangguk.
“Ceritakan pada kami Ji” ucap Joohyuk penuh minat.
“Eyy, aku bukan biang gossip”
“Kau bukan biang gossip tapi kau leluhurnya biang gossip” ucap Baek membenarkan.
“Ck baiklah kalau kalian memaksa, jadi begini...”
“Siapa yang memaksa -_-” gumam Baek namun tetap saja ia penasaran dengan cerita Jieun. Jieun pun menceritakan semuanya sampai kejadian hari ini.
“Tumben kau punya inisiatif untuk membantu orang lain” ucap Baek setelah mendengar semua cerita Jieun.
“Ini adalah tuntutan hati seseorang yang bertanggungjawab sepertiku”
“Cih..”
“Aku bangga padamu Ji” Joohyuk justru memuji temannya itu.
“Ah gomawo~” Jieun merasa tersanjung.
“Kau ini ceroboh, bagaimana jika kau yang celaka?” Baek malah mengkhawatirkan Jieun namun terkesan tersamarkan.
“Aku tidak apa-apa Baek”
“Jangan berbuat bodoh seperti itu lagi”
“Aku membantu orang lain, bukan berbuat hal bodoh”
“Aku tahu tapi-”
“Eheeyy kenapa kalian malah bertengkar” Joohyuk menengahi.
“Dia sih membuat moodku jadi buruk” ucap Jieun seraya mengarahkan wajahnya pada Baek.
“Kau saja yang gegabah, sok-sok an membantu tanpa memikirkan resikonya” balas Baek.
“Aiishh ! kubilang sudah”
“Arraseo, Mian” Jieun melirik kaget saat Baekhyun meminta maaf duluan.
“Tumben” gumamnya. Jieun membalas jabatan tangan Baekhyun dan mereka kembali akur.
“Cepat sekali baikannya” lirih Joohyuk.
“Kita kan sahabat !” koor Jieun dan Baek. “Cih..” membuat Joohyuk mencibir lalu tersenyum heran.
<<>> 
Rutinitas berlanjut, namun pagi ini terlihat mendung dan benar saja, ketika Jieun,Joohyuk dan Baek turun dari bus, hujan mulai turun. Sayangnya Jieun tak membawa payung, hal itu membuat Baek menawarkan diri untuk berbagi payung dengan Jieun karena payungnya lebih besar dari pada milik Joohyuk. Entah kenapa perjalanan menuju sekolah dibawah guyuran hujan itu terasa aneh bagi Jieun. Tak ada obrolan lagi, hanya keheningan yang tertimpa suara hujan.
Apakah ini waktunya untuk berbicara jujur pada Baek?
Jieun menoleh memandang sisi tubuh Baek yang sedikit basah karena payung yang namja itu pegang lebih condong ke arahnya.
“Baek, bahu kananmu basah”
“Gwenchana”
Suasana kembali hening..
“Lain kali bawa payung dan jaket, sekarang mulai musim hujan” Jieun hanya bisa mengangguk.
Dari jauh tampak Dean memperhatikan mereka berdua, ia berjalan makin cepat dibawah payung hitam yang dipegangnya.
“Baek, sebenarnya ada yang ingin ku katakan..”
“Eung? Bicara saja, kau ini terlihat serius sekali haha” Jieun menghirup udara dalam-dalam lalu menghembuskannya pelan. mengumpulkan keberanian untuk mengawali kejujuran yang begitu sulit diungkapkan.
“Ekhem..Sebenarnya aku sudah lam-”
“Pagi Jieun !” suara Dean yang tiba-tiba muncul membuat Jieun dan Baek sedikit kaget.
“O oh pagi” jawab Jieun.
“Mau berbagi payung denganku?”
“Kau tidak lihat dia berbagi payung denganku?” timpal Baek datar membuat Dean menghela nafas kasar.
“Aku tidak berbicara padamu” jawab Dean tak kalah datar.
“Hey, kalian. Bisa ngga sih akur satu hari saja?”
“Tidak bisa” jawab keduanya bersamaan.
“Nah itu bisa”
“Aiishh.. moodku jadi buruk” racau Baek.
“Ya sudah pergi sana” ucap Dean.
“Ya sudah, ayo Jieun” Baekhyun mempercepat langkahnya seraya menggiring Jieun dengan cara merangkul bahu gadis itu.
“Aiish.. dasar anak setan” lirih Dean.
Jangan-jangan tadi Jieun berniat jujur tentang perasaannya, untung aku datang tepat waktu.

To Be Continued~


#Haiiii mian lama update nya T.T Author ngga bakal banyak alasan karena emang banyak alasannnya hehe. See You Soon :-* jangan lupa komentar ya


Comments

  1. Lanjut thooor, makin pnasaran aja...duh lama mnunggunya
    Tapi terpuas kan, ditunggu update nya ya? gomawo

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe.. Ngga tau kapan lagi update nya. Tunggu aja 😂

      Delete
  2. Thor dean sama jieun aja donk aku ikhlas ridho 😂😂😂 makasih udh update 😘😘😘 semangat thor jaga kesehatan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe .. Tunggu aja gmn nanti 😁😁
      siap, makasih support nya 😘😘

      Delete
  3. lanjuut authornim~ iudean moment nya dilebihin dikit boleh thor >.<? kkk~ Btw aku enjoy banget cerita ini.. aku terus support authornim
    authornim hwaiting!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ahehe siap,, makasih udh suka & supportnya 😊

      Delete
  4. Tanda-tanda nih :3 Dean \^^/ Semangat!!
    Next thor, aku tunggu chapter selanjutnya, gemes sendiri baca chap ini, ><
    Fighting ^^/

    ReplyDelete

Post a Comment