Ambition [10]


Cast    : Lee Jieun [IU], Xi Luhan, Kim Myungsoo, Lim Hana (oc) etc.

Genre : Sad, romance, life.

Length: Chapter.

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9]

Haaaiii, ah author bingung, ini cerita gini-gini mulu haha, makin ga jelas. Mian klo ga sesuai harapan, ya udah selamat membaca :D
---------------------------------------------------------------------------------------------

Jieun selama dua hari ini tidak berangkat kerja, bangun siang hari dengan apartement yang tak terurus, korden jendela tidak pernah dibukanya, membuat apartemennya terlihat suram dan sumpek. Ia hanya berdiam diri dikamarnya dan keluar saat malam untuk mengisi perut dengan mie instan.

Ia tidak ingin mendengar apapun lagi tentang Luhan yang kini banyak menjadi perbincangan ditelevisi, internet bahkan radio. Anak pewaris Xiao mi Corp itu akan bertunangan, tentu akan banyak yang memperbincangkannya.

Ting Tong Ting Tong

Suara bel apartemennya berbunyi.

Tok Tok

Kini suara bel berganti dengan suara ketukan dipintunya.

“Jieun-ssi !” dan berganti lagi dengan pekikan yang Jieun tahu siapa pemilik suara itu.

“Aku tahu kau didalam, buka pintunya, palli !”

Jieun bangkit dari ranjangnya. Menghembuskan nafas kasarnya saat mendengar begitu ributnya namja bernama Kim Myungsoo itu. Piyama pororo masih melekat ditubuhnya sejak dua hari lalu, rambutnya berantakan tak karuan dan matanya sembab begitu terlihat. Terlihat menyedihkan. Putus dengan Luhan tak sebegitu parah dibandingkan mendengar kabar bahwa lelaki itu akan bertunangan. 

Cklek, Jieun membuka pintu apartementnya.

“Aigoo” itulah ucapan pertama Myungsoo saat Jieun membukakan pintu apartementnya. Memandang Jieun dari atas sampai bawah, lebih mirip gelandangan dari pada seorang manager yang terkenal tegas dikantornya. Menyedihkan.

Namja itu masuk tanpa Jieun persilahkan, membawa bungkusan putih ditangannya dan meletakannya disebuah meja. Sementara ia membuka korden dan membuka jendelanya.

“Apa yang kau lakukan ?” tanya Jieun.

“Kau membutuhkan udara segar, Jieun-ssi. Kau tidak boleh terus-terusan seperti ini”

“...” Jieun hanya diam, ia melangkah lagi menuju kamarnya namun-

“Kau ingin meninggalkan tamu mu sendirian ?” ucap Myungsoo dengan tarikan ditangannya.

“Duduklah, aku tahu kau belum makan” tambah Myungsoo dan Jieun hanya menurut seraya mendudukan dirinya disamping Myungsoo. Sedangkan namja itu sibuk mengeluarkan berbagai makanan yang dibungkus dalam bungkusan yang dibawanya. Berbagai makanan, kini sudah berada dihadapan Jieun. Semangkuk sup daging, Dua Cup jus stroberi dan 2 mangkuk ramen.

“Gomawo”

“Tak perlu sungkan”

“Tapi hentikan semua ini, Myungsoo-ssi”

“Haha, apa yang kau bicarakan, kau memintaku berhenti untuk makan ? aku bahkan belum memulainya”

“Kau tahu betul apa maksud ucapanku” Myungsoo langsung diam. Benar, ia memang tahu apa maksud Jieun. Kenapa wanita suka sekali membuat namja jatuh cinta namun kemudian meminta mereka menjauh ? dan itulah yang kini Myungsoo rasakan.

“Aku tidak akan memaksa lagi, aku akan berada disampingmu hanya untuk menjagamu. Kau tidak perlu khawatir, makanlah yang banyak” ucap Myungsoo dengan acakan kecil dikepala Jieun.

“Aku pergi dulu, dan ingat ! masa cutimu sudah berakhir. Besok kau harus berangkat kerja manager Lee” ucap Myungsoo sebelum keluar dari apartement Jieun. Jieun hanya diam memandangi berbagai makanan yang Myungsoo bawakan untuknya. Menutup mata dan menghembuskan nafas kemudian.

Benar, ia harus menghadapi semuanya, ia bukan wanita lemah. Ia tidak akan seperti ini lagi, ia sudah dewasa, ia seorang manager dan ia tidak boleh terpuruk terlalu lama.

<<>> 

Kedua keluarga Luhan dan Hana tengah menghadiri perjamuan makan malam guna membicarakan kelanjutan pesta pertunangan yang akan digelar. Para orang tua sibuk berbincang, berbeda dengan Luhan dan Hana yang hanya diam menatap makanan mereka masing-masing dengan raut tidak nafsu.

“Ahjussi ..”

“Eoh, ada apa Luhan-a ?”

“Sebenarnya ada yang ingin aku katakan” Hana mendongak, begitu pula tuan Xi. Keduanya mempunyai firasat buruk tentang apa yang ingin Luhan katakan kepada keluarga Hana.

“Benarkah, apa yang ingin kau katakan ?”

“Aku ingin-“

“Dia ingin pesta yang meriah ayah !” sergah Hana cepat.

“Benarkah ? ternyata Luhan kita benar-benar sudah tidak sabar ya ?”

“Tap-“

“Benar tuan Lim, anaku ini memang namja yang tidak sabaran” timbal tuan Xi. Sementara Ny.Xi hanya memandang anaknya iba. Ia tahu benar apa yang akan Luhan katakan.
Luhan hanya bisa menghela nafas. Ia benar-benar muak, ia berdiri, dan beranjak dari sana.

“Aku ingin mencari udara segar, permisi” ucapnya diakhiri dengan bungkukan kecil dan keluar dari ruangan perjamuan.

“Aku ingin menemani Luhan, permisi” lanjut Hana dan menyusul Luhan.
Hana berlari ke arah Luhan dan mensejajarkan langkahnya disamping namja itu.

“Aku tidak akan membatalkan pertunangan ini” ucap yeoja itu.

“Lakukan apa yang kau suka dan ingat, kita bukan lagi teman”

“Aku tidak berniat lagi untuk menjadi temanmu, aku berniat menjadi wanitamu”

“Mianhanda” ucap Luhan.

“Jangan ucapkan hal itu lagi !”

“Mianhae Hana-ya”

“Tidak, aku tidak ingin mendengarnya” Hana berjalan mendahului Luhan dengan kedua telinga tertutupi telapak tangannya.

<<>> 

Jieun kembali bekerja seperti biasa, namun kali ini ia terlihat banyak melamun dan kadang menyendiri di rooftop kantor. Duduk saat waktu istirahat dengan segelas kopi disampingnya.

Melamun dengan pandangan nan jauh. Ia seperti tidak memiliki nyawa lagi untuk melanjutkan hidup, ia tahu ia sudah berkata bahwa ia harus bangkit tapi nyatanya tidak semudah yang diucapkan. Pikirannya tertuju lagi pada kabar pertunangan Luhan.

“Ada apa denganmu bodoh” lirih Jieun pada dirinya sendiri.

“Luhan .. laki-laki seperti apa kau ini hingga aku menjadi kacau karenamu” Jieun mengusap wajahnya lalu menunduk dalam diam. Ia tak boleh menangis, ini bukan wilayah dimana ia bisa menangis dan menunjukan kelemahannya.

Aku tidak bisa menahannya lagi..

Jieun bangkit, berjalan dengan tergesa hingga lupa membawa kopinya.

“Annyeong Manager L-“ Jinri belum merampungkan sapaannya tapi Jieun seakan tak melihatnya dan tetap berjalan dengan tergesa. Membuat yeoja itu mengernyit.

Mau kemana manager Lee ? Sampai tergesa seperti itu

“Yaak, ada apa dengannya ?” bisik Jeon Myeon pada Jinri.

“Entahlah, manager akhir-akhir ini terlihat banyak pikiran”

“Wah, gosip baru”

Pletaak, Jinri memukul kepala namja itu.

“Aiishh, kenapa malah memukulku !?” rutuk Jeon myeon.

“Kau akan habis jika manager Lee tahu, kau menggosipkannya”

“Ternyata kau setia sekali padanya”

“Setidaknya aku bukan penjilat sepertimu”

“Mwo !?” Dan dua karyawan itu berakhir dengan saling kejar dikoridor kantor.

___

Jieun menghirup udara dalam-dalam, memejamkan mata seraya mengingat semua momen yang pernah terjadi ditempat itu. Benar, kini ia tengah berada diapartement yang pernah ditinggalinya bersama Luhan. Terlihat sedikit berdebu, sepertinya Luhan tak pernah mengunjungi apartement itu lagi sejak mereka putus. Pemikirannya itu semakin membuat Jieun yakin bahwa lelaki itu sudah benar-benar melupakannya. 

Udara dari balkon apartement itu benar-benar mengobati rasa rindu Jieun pada lelaki itu. setidaknya mendatangi apartement itu lagi, sedikit membuat kepalanya tenang dan sadar jika rasa aman juga tenangnya adalah berada disamping namja bernama Xi Luhan. Ribuan kali ia menyesal karena telah memutuskan hubungan mereka. Jieun benar-benar menyesal, harusnya ia tetap berusaha mempertahankan semuanya meskipun rintangan dihadapannya begitu nyata. Memutuskan namja itu malah membuatnya kacau tak karuan seperti ini. 

Apalagi setelah mendengar kabar pertunangannya langsung dari si calon mempelai wanita. Jieun hanya bisa tertawa miris. Ia tampak bodoh, ia sudah memutuskan hubungannya dengan Luhan namun sekarang justru menangis tak henti hanya karena mantan lelakinya akan bertunangan. Tentu Luhan akan bersama wanita lain jika ia tidak lagi dengan Jieun.

Bodoh

Aku bodoh

Tentu akan seperti itu


Memandang yeoja yang kini tengah memejamkan matanya itu mampu membuatnya hanya berdiri terpaku dibalik jendela. Tak tahu harus bereaksi seperti apa, yang jelas ia benar-benar merindukan paras cantik itu, merindukan untuk mendekap tubuh itu lagi, merindukan semua yang pernah ia lakukan pada yeoja itu. Kakinya ingin mendekat namun tidak bisa, ingin menjauh juga tidak bisa.

Semenjak terakhir kali bertemu dengan tak sengaja, akhirnya Luhan bisa melihat Jieun lagi di apartement yang pernah mereka tinggali bersama. Entah ini takdir atau apa, Sedari tadi Luhan tak bisa tenang dan ingin mengunjungi apartement lamanya. Ternyata inilah alasan keresahannya, Jieun juga tengah berada ditempat yang sama. Apa ini takdir ? Luhan pun tidak tahu pasti. Ia hanya mengikuti semua alur yang Tuhan berikan padanya, Jika memang ia ditakdirkan dengan Jieun maka semuanya pasti akan terjadi dan membaik.

Luhan menghembuskan nafas dalam-dalam dan ia pun mulai melangkahkan kakinya. Selangkah demi selangkah dan akhirnya ia sampai didepan Jieun, berdiri dengan  tatapannya pada gadis yang tengah memejamkan mata itu. Memandangnya dalam diam, seakan tak ingin waktu berlalu dengan cepat.

Cinta ini memang sulit

Menggenggam tanganmu saja begitu sulit

Mempertahankanmu juga terasa amat sulit

Tapi aku tidak ingin menyerah

Menyerah hanya akan membuatku menjadi pencundang

Yang tak mampu bertahan apalagi menggapaimu

Aku ingin menyakinkanmu .. Semua pasti bisa

Cahaya terang pasti akan kita temukan

Percayalah .. aku akan menggenggam tanganmu

Percayalah ..

“Bogoshipo Jieun-a” Jieun mendengarnya, suara yang amat ia rindukan. Namun ia tak langsung membuka matanya. Luhan mendekat, duduk dikursi kosong disebelah Jieun. Menghembuskan nafas pelan.

“Banyak yang ingin kutanyakan namun melihatmu disini membuatku begitu senang hingga tak ingin merusak suasana dengan berbagai pertanyaanku” Luhan menoleh dan Jieun masih menutup matanya.

“Aku tahu kau mendengarnya Jieunie”

“Cukup” Jieun membuka matanya, tak berani memandang namja disampingnya yang mungkin saat ini tengah memandangnya.

“Ma matamu, a ada apa, apa kau menangis ?” tanya Luhan khawatir. Begitu terlihat sembab saat Jieun membuka matanya.

“Jangan bertanya seolah kau tidak tahu” Luhan beranjak dari tempat duduknya, ia bersimpuh didepan Jieun seraya menggenggam kedua tangan gadis yang masih tak mau memandang matanya.

“Lihat aku Ji”

“...”

“A apa kau sudah mendengar kabar pertunangan ku ?”

“Kubilang cukup !” Jieun kembali menangis. Menunduk dengan bahu bergetar.

“Aku senang” Dan dua kata yang ia dengar dari mulut Luhan membuat Jieun menegakan kepalanya dengan pandangan bingung.

Apa !? Dia senang melihatku seperti ini ?

Luhan senang !?

Apa ia senang karena akhirnya bisa membalas semuanya padaku ?

“Aku senang kau seperti ini, itu artinya kau masih mencintaiku”

M mwo ? apa aku tidak salah dengar ?

Ku ku kira dia ..

“Luhan” Luhan justru tampak tersenyum manis, ibu jarinya menghapus air mata Jieun yang menetes.

“Gomawo, karena masih mencintaiku dan tidak berpaling kepada yang lain” tambah Luhan.

“Geumanhae, kau sudah memiliki Lim Hana” ucap Jieun seraya menepis tangan Luhan di pipinya.

“Ji dengar dulu, aku memang berteman dengannya sejak kecil dan harusnya kau sudah bisa menebak kenapa pertunangan ini terjadi, ayah lah yang menjodohkan kami”

“Dia mendatangiku” ucap Jieun.

“Siapa ? apa ayah mendatangimu ? apa yang ia katakan padamu .. Ayah ! dia benar-benar ..”

“Bukan, tapi wanita bernama Lim Hana itu”

“Mwo !? apa yang ia katakan padamu ?”

“Sesuatu yang menyakitkan hingga aku berakhir seperti ini”

“Mian, mianhae”

“Itu bukan salahmu”

“Aku tahu perasaannya padaku yang membuatnya seperti itu”

“Kau menyayanginya ?”

“Aku sudah menganggapnya sebagai adik” Jieun menundukan lagi kepalanya.

“W wae ? apa ucapanku membuatmu marah ?” Tanya Luhan bingung.

Greep

Dengan tiba-tiba Jieun mendongak dan memeluk Luhan dengan segenap hatinya. Tersenyum diwajah sembabnya. Luhan pun membalas pelukan itu, ini adalah hari terbaiknya setelah beberapa bulan lalu putus dengan Jieun. Kedepannya, apapun itu, seberapapun sulitnya itu, mereka akan lebih tegar menghadapinya bersama-sama. Mereka tahu ini belum berakhir.

“Bogoshipo”

“Nado”

“Gomawo”

“Nado”

“Saranghae”

“Nado”

___


“Aku sudah gila”

“Wae ?”

“Karena tengah bersama tunangan orang lain”

“Ji, hentikan. Aku belum sah menjadi tunangan siapa pun” Jieun menghela nafas.  

“Lalu apa yang akan kita lakukan selanjutnya ?” tanya Jieun.

“Kau tidak perlu melakukan apapun, aku akan berusaha untuk membatalkan pertunangan itu. Kau hanya perlu berada disampingku”

“Dan jikapun itu berhasil, masalah selanjutnya adalah restu ayahmu”

“Aku akan keluar dari rumah jika ayah masih tetap tak merestui kita”

“Kau gila, kau adalah pewaris satu-satunya Xiao mi corp”

“Berada jauh darimu sudah cukup membuat ku gila” Jieun tersenyum kecil mendengarnya.

“Jangan khawatir, aku masih mempunyai banyak saudara yang bisa memberikanku pekerjaan” lanjut Luhan.

“Kau tidak akan bisa mundur lagi saat melakukan hal itu”

“Aku tahu, aku tahu apa akibatnya tapi selama itu bersama mu semuanya akan mampu kujalani”

“Cih sok puitis”

“Haha .. Kau lebih melankolis dengan menangisiku sepanjang malam“

“Aww-“ Jieun mencubit pipi Luhan.

“Wae ? bukankah memang benar begitu ?”

“A- Aww ahaha a ampun Ji” Kini cubitan itu berganti dengan gelitikan maut yang Jieun lakukan. Namun gelitikan Jieun berhanti saat kedua tangannya digenggam Luhan. pandangan mereka pun bertemu. Perlahan Luhan mendekat, mendekat dan-

Chu ~

Entah mengapa sentuhan itu membuat Jieun meneteskan air mata namun Luhan menghapusnya dengan lembut. Mengecup keningnya lalu turun menuju kedua matanya, Luhan juga mengecup pipi Jieun yang basah karena air mata, dan terakhir bibir yang masih bergetar itu. Semua begitu campur aduk. Perasaan Jieun beberapa bulan kebelakang benar-benar di uji. Dan akhirnya ia yakin bahwa tidak akan ada yang bisa menggantikan Luhan. setelah hari ini ia akan benar-benar meneguhkan hatinya.

___


Embun mulai menuruni bumi, Matahari pun mulai menampakan wajahnya, menghapus gelap yang tak pernah abadi. Inilah yang disebut pagi, bangkitnya semangat baru setelah rasa lelah dan letih menerpa. Sebuah bonus dalam kurun waktu 24 jam.

Disana masih tergeletak gadis manis dan namja yang tak kalah manis. Jieun menguap kecil, menggaruk salah satu pipinya yang gatal, perlahan membuka matanya karena alarm di ponselnya berbunyi, meraba-raba nakas dan akhirnya mendapatkan apa yang ia cari. Menatap layar ponselnya dengan remang. Tertera disana pukul 7 pagi. Jieun kembali memejamkan matanya setelah mematikan alarmnya namun-

“AAAAA ...” memekik tinggi saat menyadari sesuatu. Ia melebarkan matanya selebar-lebarnya. Seakan rasa kantuk yang masih menempel padanya lenyap sudah.

“Ke ke kenapa dress yang kemarin ku ku pakai ada dilantai ?” mempertanyakan apa yang dilihatnya. Jantung Jieun berdebar lebih cepat, perlahan ia membuka selimut yang menutupi tubuhnya, dan-

“AAAAA..” sekali lagi ia memekik, berusaha mengambil nafas dengan rakus. Apa Jieun tidak salah lihat, kenapa ia tak memakai apapun dibalik selimutnya.

Apa yang terjadi semalam ?

Dan demi Tuhan Jieun tengah syok hingga tak ingat apa yang terjadi semalam. Disamping Jieun, Luhan tengah menggeliat dan mengerjapkan matanya.

“Pagi sayang” Jieun menoleh dan-

“LUHAAAAN !” berteriak, kini seakan menjadi hobi baru Jieun dipagi hari.

“Mwo ? Pagi ini benar-benar indah ya” ucap namja itu seraya tersenyum bagai malaikat.

“A ap apa yang terjadi tadi malam ?” tanya Jieun dengan raut cemasnya.

“Kau tahu benar apa yang terjadi” ucap Luhan dengan senyum miringnya.

“Luhan, waeeee ...”

“Molla”

“Ba bagaimana jika .. Ah andwae !” Jieun cemas, kini berbagai kemungkinan mengisi kepalanya.

“Apapun yang akan terjadi aku tidak akan meninggalkanmu” ucap Luhan mencoba menenangkan.

“Kita sudah sepakat untuk tak melakukannya sampai kita menikah” balas Jieun dengan raut wajah menyesalnya.

“Aku terlalu merindukanmu hingga tak bisa berfikir jernih” Jieun hanya bisa menghela nafas. Wajahnya tampak menyesal. Luhan tahu keresahan yang tengah di alami Jieun, ia menarik Jieun agar berbaring disampingnya.

“Jangan khawatir, aku bukan namja yang tak bertanggung jawab”

“Ta tapi-“

“Sssuutt” Luhan membuat Jieun diam, namja itu menenangkan kegelisahan Jieun dengan membelai rambutnya dan mengecup telapak tangan Jieun.

“Ini adalah pagi terindah yang pernah ku temui, wajahmu adalah hal pertama yang terlihat, rambutmu adalah yang pertama kusentuh, aroma mu yang terhirup pertama kali dan matamu yang pertama kali kupandang, semuanya hanya tentang dirimu, gomawo Ji” Jieun hanya bisa menatap Luhan. Tangannya beralih membelai wajah Luhan.

“Cheonma, jauh dilubuk hatiku, aku jauh lebih bahagia, aku hanya sedikit syok”

“Gwenchana, tapi ngomong-ngomong tubuhmu tak seindah yang kubayangkan”

“Yaaakk !”

“Ahaha .. kau bahkan memiliki tahi lalat dipinggulmu”

“AAAA ..  geumanhae !” Luhan rindu menggoda Jieun seperti ini, melihat ekspresinya sangat mengobati semua yang telah ia lewati. Seakan hidup dan matinya berada ditangan gadis itu.

___

Mereka sarapan dalam diam, meski sedari tadi pandangan Luhan tak pernah berpaling pada Jieun sementara Jieun hanya menunduk memakan makanannya tanpa berani menatap Luhan. Kejadian semalam membuatnya malu untuk menatap namja itu juga rasa kekhawatiran yang masih belum sepenuhnya pergi dari pikirannya.

Luhan tersenyum. Ada niat lagi untuk menggoda wanitanya itu.

“Yaak !” Jieun mendongak ragu.

“W wae ?”

“Kau masih malu ?”

“A aniyo”

“Lalu kenapa menunduk terus seperti itu ?”

“A aku .. aku hanya ingin saja” bela Jieun. Kenapa Jieun berubah menjadi gugup seperti ini ? Tidak seperti biasanya.

“Lihat, bahkan sekarang wajahmu merona” Jieun menutup matanya.

“Luhan !”

“Mwo ? kau senang sekali berteriak semenjak semalam”

“Luhaaan !”

“Hahaha ..”

___

Jieun memasangkan dasi untuk Luhan.

“Tunggu hingga aku kembali, apapun yang terjadi tunggu saja, arraso ?” Jieun mengangguk.

“Jangan lihat, baca atau pun melihat televisi jika itu tentang pertunanganku” Jieun kembali mengangguk.

“Jika aku tak bisa kau hubungi ataupun tak membalas pesanmu, jangan cemas”

“Mana mungkin aku tidak cemas”

“Ji ..”

“Baiklah-baiklah” Luhan menghembuskan nafasnya.

“Akan kulakukan apapun untuk membatalkan pertunangan itu”

“Selesai” ucap Jieun saat berhasil memasangkan dasi dikerah kemeja namjanya.

“Jangan hubungi Myungsoo”

“Dialah namja yang berada disampingku saat aku jauh darimu”

“Baiklah, kau boleh menganggapnya malaikat mu tapi tidak untuk menggantikanku”

“Kau tidak tergantikan” Luhan mengulas sebuah senyuman. Ia menempelkan dahinya dengan dahi Jieun.

“Jangan pergi lagi”

“Tidak akan”

“Cukup berada disampingku apapun yang terjadi” Jieun mengangguk kecil.

“Saranghae”

“Saranghae” dan Luhan mengakhirinya dengan sebuah kecupan didahi Jieun.

<<>> 

Lelah setelah membersihkan seluruh ruangan di apartement mereka, Jieun akhirnya bisa melepas lelah dengan duduk di balkon yang membuatnya nyaman dengan semilir angin. Untung ini hari Minggu jadi ia tak perlu khawatir dengan pekerjaan.

Jieun mengambil ponsel yang berada disaku bajunya. Menyalakannya dan deretan pesan yang langsung muncul begitu ia menyalakan ponselnya kembali.

From Myungsoo

Ji, kau dimana ?

Kenapa tidak kembali ke kantor ?

Kau dimana Ji ?

Apa terjadi sesuatu ?

Ji ..

Manager Lee ..


Seperti itulah beberapa pesan yang Myungsoo kirim padanya. Benar, kemarin saat ia pergi dari kantor saat waktu makan siang, ia tidak kembali lagi ke kantor dan tak memberikan kabar pada siapapun. Jieun menghela nafas. Ia menimbulkan satu masalah baru, yaitu Myungsoo. Lelaki sombong yang kini menyukainya. Jieun tak bisa membiarkan ini semakin jauh. Myungsoo pasti akan terluka saat tahu ia sudah kembali pada Luhan.

Aku harus memberitahukannya secara baik-baik

Tapi bagaimana caranya ..

Jieun menghembuskan nafasnya pelan.

“Kenapa begitu banyak masalah”

___


“Kau ?” Hana mengernyit saat membuka pintu apartementnya dan Luhan tengah berdiri disana.

“Hana-ya”

“Mwo ? Kau ingin memohon lagi padaku untuk membatalkan pertunangan itu ?” tanya Hana sinis dengan pandangan tajamnya.

“Aniya” jawab Luhan. Hana kembali mengernyit.

“Lalu untuk apa kau kesini, kau sendiri yang bilang bahwa kita bukan lagi teman”

“Aku hanya .. ingin mengajakmu jalan-jalan”

Hah ..? Jalan-jalan ?

Hana makin memandang Luhan aneh, kebingungan kini menghinggapi yeoja dengan rambut bergelombang itu.

Apa lagi yang ia rencanakan ?

“Shireo” Hana menolak mentah-mentah ajakan Luhan.

“Wae ? aku hanya ingin kita memiliki waktu yang indah dan melupakan sejenak semua permasalahan”

“Wae ? kenapa aku harus menyetujui usulanmu ?” Luhan hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan Hana. Hana diam seraya memandang Luhan yang masih bertahan dengan senyuman kecil diwajahnya itu.

“Baiklah” Hana akhirnya menyetujui ajakan Luhan. Yeoja itu menerima meski dengan hati penuh pertanyaan. Kenapa tiba-tiba Luhan mengajaknya keluar bersama disaat seperti ini ? Hana tidak akan tahu jika ia tidak mengikuti rencana Luhan. Yeoja itupun memasuki kembali apartementnya untuk bersiap-siap, dibalik rasa penasarannya Hana senang, akhirnya ia memiliki waktu berdua bersama namja yang selama ini ia cintai.

___


Luhan mengajak Hana ke taman bermain yang dulu sering mereka kunjungi saat masih kecil, Luhan menggenggam tangan Hana membuat yeoja itu terkejut sekaligus bingung, memandang Luhan yang kini hanya tersenyum seraya menariknya untuk kembali berjalan-jalan.

“Kau ingat ? dulu aku sangat takut untuk naik kora-kora” ucap Luhan memulai pembicaraan.

“Ya, aku sangat ingat dan karena itu aku selalu mengejekmu hingga menangis”

“Hahaha, benar. Tapi pada akhirnya kau akan membelikanku permen besar agar aku memaafkanmu” Hana mengangguk. Luhan mengajak Hana untuk bernostalgia. Masa kecil mereka begitu menyenangkan untuk dibicarakan kembali.

“Sebenarnya apa maksud ini semua Lu ?”

“Ey ayolah, kita nikmati dulu waktu yang menyenangkan ini, jangan terlalu berfikiran buruk, arraso ?” Hana diam namun kemudian ia mengangguk, membuat Luhan tersenyum kecil. Mereka kembali berjalan, disepanjang jalan Hana mengulas senyum saat melihat tangannya digenggam Luhan. Baginya hal itu seperti mimpi, inikah rasanya berkencan dengan orang yang benar-benar kau sukai ?  

Rasa benci, sakit dan bersalah serasa hilang dari hidupnya, hanya beberapa detik saja Luhan mampu membuat perasaan itu hilang dan tergantikan rasa bahagia yang belum pernah Hana rasakan. Hatinya bergemuruh, seolah musim semi melingkupi hatinya. Namun tiba-tiba, Hana mengeratkan genggamannya saat melihat sesuatu, berhenti berjalan membuat Luhan menoleh padanya.

“Wae ?”

“A ada badut” ucap Hana dengan suara gemetar dan wajah pucat. Luhan menoleh dan benar, beberapa meter dari mereka ada badut mickey mouse yang menurut beberapa orang sangat lucu namun berbeda bagi Hana. Yeoja itu sangat takut dan phobia terhadap badut.

“Hahaha ..” Luhan mengacak pucuk kepala Hana.

“Kau masih takut dengan badut ?” Hana mengangguk takut.

“Hei, Om Badut, kemarilah !” pekik Luhan pada badut itu yang membuat Hana melebarkan matanya tak percaya.

“Yaak ! mi micheosseo !”

“Tenanglah” Makin dekat badut itu, makin erat pula genggaman tangan Hana pada Luhan, yeoja itu mengerut dibalik punggung Luhan.

“Lulu, kau gila” bisik Hana. Luhan hanya tersenyum.

“Ku bilang tenang dan sekarang buka matamu”

“Yaaak !”

“Ppalli, atau kutinggal kau sekarang juga” ancam Luhan.

“Andwae ! Ba baiklah” Dengan debaran jantung yang entah sejak kapan mulai makin bergemuruh, Hana memberanikan diri membuka matanya dan-

“AAAA ..”

“HANA ! Tenang“ Hana seketika diam, badannya kaku didepan badut yang kini melenggak-lenggokan kepalanya lucu.

“Pegang tangannya” pinta Luhan.

“...”

“Hana, dia hanya badut kau tidak perlu takut” lanjut Luhan.  Hana memandang Luhan tak yakin. Dan Luhan hanya mengangguk pelan seolah berkata ‘tidak papa’. Perlahan Hana  mulai mengulurkan tangan kanannya, dengan sedikit keraguan ia mulai menyentuh bulu-bulu halus dari kostum yang dipakai bagut dihadapannya.

“See ? Kau tidak akan mati hanya karena badut” ucap Luhan dan setelahnya, ketakutan dan kerguan Hana terhadap badut meluntur meski wajah gadis cantik itu tak bisa bohong, masih terlihat tegang namun mencoba menguatkan diri.

___


Luhan hanya tersenyum seraya memandang Hana dari kejauhan yang tengah bercengkrama serta berfoto bersama badut Mickey mouse yang sebelumnya sangat ia takuti.

Hana, kau benar-benar sudah kuanggap menjadi adiku sendiri, dari dulu dan sampai saat ini perasaanku benar-benar tak bisa berubah. Ku harap permohonanku setelah ini bisa terkabul.

Hana dan Luhan memiliki waktu yang begitu menyenangkan, Hana seakan lupa jika mereka tengah bermusuhan sejak Luhan mengungkapkan kalau mereka bukan lagi teman. Bernostalgia merupakan hal yang sangat menyenangkan karena bisa membuat mereka kembali mengenang masa-masa kecil yang begitu polos tanpa kepalsuan sama sekali. Membeli permen kapas, mengunjungi teater boneka yang sering mereka kunjungi dulu, tertawa bersama saat hal lucu teringat.

Dan hari berakhir dengan dua gelas bubble ice yang tersaji dihadapan masing-masing. Minuman masa kecil yang masih mereka sukai hingga sekarang.

“Gomawo” ucap Hana yang membuat Luhan memandangnya.

“Aku benar-benar merasa bahagia hari ini, sekali lagi gomawo” lanjut Hana. Luhan hanya tersenyum seraya mengangguk kecil. Mereka diam, hanya memandang senja yang mengeluarkan warna khasnya dari balik jendela caffe yang berada di tepi danau taman bermain itu.

“Aku sangat mencintai gadis itu” ucap Luhan tanpa mengalihkan pandangannya dari langit yang mulai berwarna jingga. Hana hanya diam.

“Aku benar-benar memohon padamu Hana-ya”

“Aku tidak bisa” jawab Hana.

“Aku sudah menganggapmu sebagai adiku sendiri”

“Bukan itu yang ku mau”

“Perasaan tidak bisa dipaksakan Hana”

“Aku tahu” jawab Hana dan kembali menyeruput bubble ice nya. Luhan menghembuskan nafas kasar.

“Aku menyerah padamu, lakukan apa yang kau sukai. Tujuanku mengajakmu jalan-jalan hanya untuk membuka matamu jika kita sudah berteman sejak kecil dan perasaanku benar-benar tidak bisa berubah bahkan sampai sekarang, kau akan menjadi teman terdekat yang sudah kuanggap sebagai adiku sendiri tapi sadarlah jika aku bukan diciptakan untuk menjadi lelakimu” Luhan beranjak dari kursinya, meninggalkan Hana yang kini memandang punggung namja itu menjauh. Menatap Luhan pergi dengan pandangan berjuta arti.


To Be Contonued ~

Comments

  1. Hooooooooooo!!!!!!!!!! LOVE YOU thor!!!!! Akhirrnya jieun luhan balikan :')

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lov U too Haha .. iya nih author jg kasian klo Jieun uring2an mulu :p

      Delete

Post a Comment