Cast : Lee Jieun [IU], Xi Luhan, Kim Myungsoo, Lim Hana (oc) etc.
Genre :
Sad, romance, life.
Length:
Chapter.
---------------------------------------------------------------------------------------------
Jieun selama
dua hari ini tidak berangkat kerja, bangun siang hari dengan apartement yang
tak terurus, korden jendela tidak pernah dibukanya, membuat apartemennya
terlihat suram dan sumpek. Ia hanya berdiam diri dikamarnya dan keluar saat
malam untuk mengisi perut dengan mie instan.
Ia tidak
ingin mendengar apapun lagi tentang Luhan yang kini banyak menjadi perbincangan
ditelevisi, internet bahkan radio. Anak pewaris Xiao mi Corp itu akan
bertunangan, tentu akan banyak yang memperbincangkannya.
Ting Tong
Ting Tong
Suara bel
apartemennya berbunyi.
Tok Tok
Kini suara
bel berganti dengan suara ketukan dipintunya.
“Jieun-ssi !”
dan berganti lagi dengan pekikan yang Jieun tahu siapa pemilik suara itu.
“Aku tahu kau
didalam, buka pintunya, palli !”
Jieun bangkit
dari ranjangnya. Menghembuskan nafas kasarnya saat mendengar begitu ributnya
namja bernama Kim Myungsoo itu. Piyama pororo masih melekat ditubuhnya sejak
dua hari lalu, rambutnya berantakan tak karuan dan matanya sembab begitu
terlihat. Terlihat menyedihkan. Putus dengan Luhan tak sebegitu parah
dibandingkan mendengar kabar bahwa lelaki itu akan bertunangan.
Cklek, Jieun
membuka pintu apartementnya.
“Aigoo”
itulah ucapan pertama Myungsoo saat Jieun membukakan pintu apartementnya. Memandang
Jieun dari atas sampai bawah, lebih mirip gelandangan dari pada seorang manager
yang terkenal tegas dikantornya. Menyedihkan.
Namja itu
masuk tanpa Jieun persilahkan, membawa bungkusan putih ditangannya dan
meletakannya disebuah meja. Sementara ia membuka korden dan membuka jendelanya.
“Apa yang kau
lakukan ?” tanya Jieun.
“Kau
membutuhkan udara segar, Jieun-ssi. Kau tidak boleh terus-terusan seperti ini”
“...” Jieun
hanya diam, ia melangkah lagi menuju kamarnya namun-
“Kau ingin
meninggalkan tamu mu sendirian ?” ucap Myungsoo dengan tarikan ditangannya.
“Duduklah,
aku tahu kau belum makan” tambah Myungsoo dan Jieun hanya menurut seraya
mendudukan dirinya disamping Myungsoo. Sedangkan namja itu sibuk mengeluarkan
berbagai makanan yang dibungkus dalam bungkusan yang dibawanya. Berbagai
makanan, kini sudah berada dihadapan Jieun. Semangkuk sup daging, Dua Cup jus
stroberi dan 2 mangkuk ramen.
“Gomawo”
“Tak perlu
sungkan”
“Tapi hentikan
semua ini, Myungsoo-ssi”
“Haha, apa
yang kau bicarakan, kau memintaku berhenti untuk makan ? aku bahkan belum
memulainya”
“Kau tahu
betul apa maksud ucapanku” Myungsoo langsung diam. Benar, ia memang tahu apa
maksud Jieun. Kenapa wanita suka sekali membuat namja jatuh cinta namun
kemudian meminta mereka menjauh ? dan itulah yang kini Myungsoo rasakan.
“Aku tidak
akan memaksa lagi, aku akan berada disampingmu hanya untuk menjagamu. Kau tidak
perlu khawatir, makanlah yang banyak” ucap Myungsoo dengan acakan kecil
dikepala Jieun.
“Aku pergi
dulu, dan ingat ! masa cutimu sudah berakhir. Besok kau harus berangkat kerja
manager Lee” ucap Myungsoo sebelum keluar dari apartement Jieun. Jieun hanya
diam memandangi berbagai makanan yang Myungsoo bawakan untuknya. Menutup mata
dan menghembuskan nafas kemudian.
Benar, ia
harus menghadapi semuanya, ia bukan wanita lemah. Ia tidak akan seperti ini
lagi, ia sudah dewasa, ia seorang manager dan ia tidak boleh terpuruk terlalu
lama.
<<>>
Kedua
keluarga Luhan dan Hana tengah menghadiri perjamuan makan malam guna
membicarakan kelanjutan pesta pertunangan yang akan digelar. Para orang tua
sibuk berbincang, berbeda dengan Luhan dan Hana yang hanya diam menatap makanan
mereka masing-masing dengan raut tidak nafsu.
“Ahjussi ..”
“Eoh, ada apa
Luhan-a ?”
“Sebenarnya
ada yang ingin aku katakan” Hana mendongak, begitu pula tuan Xi. Keduanya
mempunyai firasat buruk tentang apa yang ingin Luhan katakan kepada keluarga
Hana.
“Benarkah,
apa yang ingin kau katakan ?”
“Aku ingin-“
“Dia ingin
pesta yang meriah ayah !” sergah Hana cepat.
“Benarkah ?
ternyata Luhan kita benar-benar sudah tidak sabar ya ?”
“Tap-“
“Benar tuan
Lim, anaku ini memang namja yang tidak sabaran” timbal tuan Xi. Sementara Ny.Xi
hanya memandang anaknya iba. Ia tahu benar apa yang akan Luhan katakan.
Luhan hanya
bisa menghela nafas. Ia benar-benar muak, ia berdiri, dan beranjak dari sana.
“Aku ingin
mencari udara segar, permisi” ucapnya diakhiri dengan bungkukan kecil dan
keluar dari ruangan perjamuan.
“Aku ingin
menemani Luhan, permisi” lanjut Hana dan menyusul Luhan.
Hana berlari
ke arah Luhan dan mensejajarkan langkahnya disamping namja itu.
“Aku tidak
akan membatalkan pertunangan ini” ucap yeoja itu.
“Lakukan apa yang
kau suka dan ingat, kita bukan lagi teman”
“Aku tidak
berniat lagi untuk menjadi temanmu, aku berniat menjadi wanitamu”
“Mianhanda”
ucap Luhan.
“Jangan
ucapkan hal itu lagi !”
“Mianhae
Hana-ya”
“Tidak, aku
tidak ingin mendengarnya” Hana berjalan mendahului Luhan dengan kedua telinga
tertutupi telapak tangannya.
<<>>
Jieun kembali
bekerja seperti biasa, namun kali ini ia terlihat banyak melamun dan kadang
menyendiri di rooftop kantor. Duduk saat waktu istirahat dengan segelas kopi
disampingnya.
Melamun
dengan pandangan nan jauh. Ia seperti tidak memiliki nyawa lagi untuk
melanjutkan hidup, ia tahu ia sudah berkata bahwa ia harus bangkit tapi
nyatanya tidak semudah yang diucapkan. Pikirannya tertuju lagi pada kabar
pertunangan Luhan.
“Ada apa
denganmu bodoh” lirih Jieun pada dirinya sendiri.
“Luhan ..
laki-laki seperti apa kau ini hingga aku menjadi kacau karenamu” Jieun mengusap
wajahnya lalu menunduk dalam diam. Ia tak boleh menangis, ini bukan wilayah
dimana ia bisa menangis dan menunjukan kelemahannya.
Aku tidak bisa menahannya lagi..
Jieun
bangkit, berjalan dengan tergesa hingga lupa membawa kopinya.
“Annyeong
Manager L-“ Jinri belum merampungkan sapaannya tapi Jieun seakan tak melihatnya
dan tetap berjalan dengan tergesa. Membuat yeoja itu mengernyit.
Mau kemana manager Lee ? Sampai
tergesa seperti itu
“Yaak, ada
apa dengannya ?” bisik Jeon Myeon pada Jinri.
“Entahlah,
manager akhir-akhir ini terlihat banyak pikiran”
“Wah, gosip
baru”
Pletaak,
Jinri memukul kepala namja itu.
“Aiishh,
kenapa malah memukulku !?” rutuk Jeon myeon.
“Kau akan
habis jika manager Lee tahu, kau menggosipkannya”
“Ternyata kau
setia sekali padanya”
“Setidaknya
aku bukan penjilat sepertimu”
“Mwo !?” Dan
dua karyawan itu berakhir dengan saling kejar dikoridor kantor.
___
Jieun
menghirup udara dalam-dalam, memejamkan mata seraya mengingat semua momen yang
pernah terjadi ditempat itu. Benar, kini ia tengah berada diapartement yang
pernah ditinggalinya bersama Luhan. Terlihat sedikit berdebu, sepertinya Luhan
tak pernah mengunjungi apartement itu lagi sejak mereka putus. Pemikirannya itu
semakin membuat Jieun yakin bahwa lelaki itu sudah benar-benar
melupakannya.
Udara dari
balkon apartement itu benar-benar mengobati rasa rindu Jieun pada lelaki itu.
setidaknya mendatangi apartement itu lagi, sedikit membuat kepalanya tenang dan
sadar jika rasa aman juga tenangnya adalah berada disamping namja bernama Xi
Luhan. Ribuan kali ia menyesal karena telah memutuskan hubungan mereka. Jieun
benar-benar menyesal, harusnya ia tetap berusaha mempertahankan semuanya
meskipun rintangan dihadapannya begitu nyata. Memutuskan namja itu malah
membuatnya kacau tak karuan seperti ini.
Apalagi setelah mendengar kabar
pertunangannya langsung dari si calon mempelai wanita. Jieun hanya bisa tertawa
miris. Ia tampak bodoh, ia sudah memutuskan hubungannya dengan Luhan namun
sekarang justru menangis tak henti hanya karena mantan lelakinya akan
bertunangan. Tentu Luhan akan bersama wanita lain jika ia tidak lagi dengan
Jieun.
Bodoh
Aku bodoh
Tentu akan seperti itu
Memandang
yeoja yang kini tengah memejamkan matanya itu mampu membuatnya hanya berdiri
terpaku dibalik jendela. Tak tahu harus bereaksi seperti apa, yang jelas ia
benar-benar merindukan paras cantik itu, merindukan untuk mendekap tubuh itu
lagi, merindukan semua yang pernah ia lakukan pada yeoja itu. Kakinya ingin
mendekat namun tidak bisa, ingin menjauh juga tidak bisa.
Semenjak
terakhir kali bertemu dengan tak sengaja, akhirnya Luhan bisa melihat Jieun
lagi di apartement yang pernah mereka tinggali bersama. Entah ini takdir atau
apa, Sedari tadi Luhan tak bisa tenang dan ingin mengunjungi apartement
lamanya. Ternyata inilah alasan keresahannya, Jieun juga tengah berada ditempat
yang sama. Apa ini takdir ? Luhan pun tidak tahu pasti. Ia hanya mengikuti
semua alur yang Tuhan berikan padanya, Jika memang ia ditakdirkan dengan Jieun
maka semuanya pasti akan terjadi dan membaik.
Luhan
menghembuskan nafas dalam-dalam dan ia pun mulai melangkahkan kakinya.
Selangkah demi selangkah dan akhirnya ia sampai didepan Jieun, berdiri
dengan tatapannya pada gadis yang tengah
memejamkan mata itu. Memandangnya dalam diam, seakan tak ingin waktu berlalu
dengan cepat.
Cinta ini memang sulit
Menggenggam tanganmu saja begitu
sulit
Mempertahankanmu juga terasa amat
sulit
Tapi aku tidak ingin menyerah
Menyerah hanya akan membuatku
menjadi pencundang
Yang tak mampu bertahan apalagi
menggapaimu
Aku ingin menyakinkanmu .. Semua
pasti bisa
Cahaya terang pasti akan kita
temukan
Percayalah .. aku akan menggenggam
tanganmu
Percayalah ..
“Bogoshipo
Jieun-a” Jieun mendengarnya, suara yang amat ia rindukan. Namun ia tak langsung
membuka matanya. Luhan mendekat, duduk dikursi kosong disebelah Jieun. Menghembuskan
nafas pelan.
“Banyak yang
ingin kutanyakan namun melihatmu disini membuatku begitu senang hingga tak
ingin merusak suasana dengan berbagai pertanyaanku” Luhan menoleh dan Jieun
masih menutup matanya.
“Aku tahu kau
mendengarnya Jieunie”
“Cukup” Jieun
membuka matanya, tak berani memandang namja disampingnya yang mungkin saat ini
tengah memandangnya.
“Ma matamu, a
ada apa, apa kau menangis ?” tanya Luhan khawatir. Begitu terlihat sembab saat
Jieun membuka matanya.
“Jangan
bertanya seolah kau tidak tahu” Luhan beranjak dari tempat duduknya, ia
bersimpuh didepan Jieun seraya menggenggam kedua tangan gadis yang masih tak
mau memandang matanya.
“Lihat aku
Ji”
“...”
“A apa kau
sudah mendengar kabar pertunangan ku ?”
“Kubilang
cukup !” Jieun kembali menangis. Menunduk dengan bahu bergetar.
“Aku senang”
Dan dua kata yang ia dengar dari mulut Luhan membuat Jieun menegakan kepalanya
dengan pandangan bingung.
Apa !? Dia senang melihatku
seperti ini ?
Luhan senang !?
Apa ia senang karena akhirnya bisa
membalas semuanya padaku ?
“Aku senang
kau seperti ini, itu artinya kau masih mencintaiku”
M mwo ? apa aku tidak salah dengar
?
Ku ku kira dia ..
“Luhan” Luhan
justru tampak tersenyum manis, ibu jarinya menghapus air mata Jieun yang
menetes.
“Gomawo,
karena masih mencintaiku dan tidak berpaling kepada yang lain” tambah Luhan.
“Geumanhae,
kau sudah memiliki Lim Hana” ucap Jieun seraya menepis tangan Luhan di pipinya.
“Ji dengar
dulu, aku memang berteman dengannya sejak kecil dan harusnya kau sudah bisa
menebak kenapa pertunangan ini terjadi, ayah lah yang menjodohkan kami”
“Dia
mendatangiku” ucap Jieun.
“Siapa ? apa
ayah mendatangimu ? apa yang ia katakan padamu .. Ayah ! dia benar-benar ..”
“Bukan, tapi
wanita bernama Lim Hana itu”
“Mwo !? apa
yang ia katakan padamu ?”
“Sesuatu yang
menyakitkan hingga aku berakhir seperti ini”
“Mian,
mianhae”
“Itu bukan
salahmu”
“Aku tahu
perasaannya padaku yang membuatnya seperti itu”
“Kau
menyayanginya ?”
“Aku sudah
menganggapnya sebagai adik” Jieun menundukan lagi kepalanya.
“W wae ? apa
ucapanku membuatmu marah ?” Tanya Luhan bingung.
Greep
Dengan
tiba-tiba Jieun mendongak dan memeluk Luhan dengan segenap hatinya. Tersenyum
diwajah sembabnya. Luhan pun membalas pelukan itu, ini adalah hari terbaiknya
setelah beberapa bulan lalu putus dengan Jieun. Kedepannya, apapun itu,
seberapapun sulitnya itu, mereka akan lebih tegar menghadapinya bersama-sama.
Mereka tahu ini belum berakhir.
“Bogoshipo”
“Nado”
“Gomawo”
“Nado”
“Saranghae”
“Nado”
___
“Aku sudah
gila”
“Wae ?”
“Karena
tengah bersama tunangan orang lain”
“Ji,
hentikan. Aku belum sah menjadi tunangan siapa pun” Jieun menghela nafas.
“Lalu apa
yang akan kita lakukan selanjutnya ?” tanya Jieun.
“Kau tidak
perlu melakukan apapun, aku akan berusaha untuk membatalkan pertunangan itu.
Kau hanya perlu berada disampingku”
“Dan jikapun
itu berhasil, masalah selanjutnya adalah restu ayahmu”
“Aku akan
keluar dari rumah jika ayah masih tetap tak merestui kita”
“Kau gila,
kau adalah pewaris satu-satunya Xiao mi corp”
“Berada jauh
darimu sudah cukup membuat ku gila” Jieun tersenyum kecil mendengarnya.
“Jangan
khawatir, aku masih mempunyai banyak saudara yang bisa memberikanku pekerjaan”
lanjut Luhan.
“Kau tidak
akan bisa mundur lagi saat melakukan hal itu”
“Aku tahu,
aku tahu apa akibatnya tapi selama itu bersama mu semuanya akan mampu kujalani”
“Cih sok
puitis”
“Haha .. Kau
lebih melankolis dengan menangisiku sepanjang malam“
“Aww-“ Jieun
mencubit pipi Luhan.
“Wae ?
bukankah memang benar begitu ?”
“A- Aww ahaha
a ampun Ji” Kini cubitan itu berganti dengan gelitikan maut yang Jieun lakukan.
Namun gelitikan Jieun berhanti saat kedua tangannya digenggam Luhan. pandangan
mereka pun bertemu. Perlahan Luhan mendekat, mendekat dan-
Chu ~
Entah mengapa
sentuhan itu membuat Jieun meneteskan air mata namun Luhan menghapusnya dengan
lembut. Mengecup keningnya lalu turun menuju kedua matanya, Luhan juga mengecup
pipi Jieun yang basah karena air mata, dan terakhir bibir yang masih bergetar
itu. Semua begitu campur aduk. Perasaan Jieun beberapa bulan kebelakang
benar-benar di uji. Dan akhirnya ia yakin bahwa tidak akan ada yang bisa
menggantikan Luhan. setelah hari ini ia akan benar-benar meneguhkan hatinya.
___
Embun mulai
menuruni bumi, Matahari pun mulai menampakan wajahnya, menghapus gelap yang tak
pernah abadi. Inilah yang disebut pagi, bangkitnya semangat baru setelah rasa
lelah dan letih menerpa. Sebuah bonus dalam kurun waktu 24 jam.
Disana masih
tergeletak gadis manis dan namja yang tak kalah manis. Jieun menguap kecil,
menggaruk salah satu pipinya yang gatal, perlahan membuka matanya karena alarm
di ponselnya berbunyi, meraba-raba nakas dan akhirnya mendapatkan apa yang ia
cari. Menatap layar ponselnya dengan remang. Tertera disana pukul 7 pagi. Jieun
kembali memejamkan matanya setelah mematikan alarmnya namun-
“AAAAA ...”
memekik tinggi saat menyadari sesuatu. Ia melebarkan matanya selebar-lebarnya.
Seakan rasa kantuk yang masih menempel padanya lenyap sudah.
“Ke ke kenapa
dress yang kemarin ku ku pakai ada dilantai ?” mempertanyakan apa yang
dilihatnya. Jantung Jieun berdebar lebih cepat, perlahan ia membuka selimut
yang menutupi tubuhnya, dan-
“AAAAA..”
sekali lagi ia memekik, berusaha mengambil nafas dengan rakus. Apa Jieun tidak
salah lihat, kenapa ia tak memakai apapun dibalik selimutnya.
Apa yang terjadi semalam ?
Dan demi
Tuhan Jieun tengah syok hingga tak ingat apa yang terjadi semalam. Disamping
Jieun, Luhan tengah menggeliat dan mengerjapkan matanya.
“Pagi sayang”
Jieun menoleh dan-
“LUHAAAAN !” berteriak,
kini seakan menjadi hobi baru Jieun dipagi hari.
“Mwo ? Pagi
ini benar-benar indah ya” ucap namja itu seraya tersenyum bagai malaikat.
“A ap apa
yang terjadi tadi malam ?” tanya Jieun dengan raut cemasnya.
“Kau tahu
benar apa yang terjadi” ucap Luhan dengan senyum miringnya.
“Luhan,
waeeee ...”
“Molla”
“Ba bagaimana
jika .. Ah andwae !” Jieun cemas, kini berbagai kemungkinan mengisi kepalanya.
“Apapun yang
akan terjadi aku tidak akan meninggalkanmu” ucap Luhan mencoba menenangkan.
“Kita sudah
sepakat untuk tak melakukannya sampai kita menikah” balas Jieun dengan raut
wajah menyesalnya.
“Aku terlalu
merindukanmu hingga tak bisa berfikir jernih” Jieun hanya bisa menghela nafas.
Wajahnya tampak menyesal. Luhan tahu keresahan yang tengah di alami Jieun, ia
menarik Jieun agar berbaring disampingnya.
“Jangan
khawatir, aku bukan namja yang tak bertanggung jawab”
“Ta tapi-“
“Sssuutt”
Luhan membuat Jieun diam, namja itu menenangkan kegelisahan Jieun dengan
membelai rambutnya dan mengecup telapak tangan Jieun.
“Ini adalah
pagi terindah yang pernah ku temui, wajahmu adalah hal pertama yang terlihat,
rambutmu adalah yang pertama kusentuh, aroma mu yang terhirup pertama kali dan
matamu yang pertama kali kupandang, semuanya hanya tentang dirimu, gomawo Ji”
Jieun hanya bisa menatap Luhan. Tangannya beralih membelai wajah Luhan.
“Cheonma,
jauh dilubuk hatiku, aku jauh lebih bahagia, aku hanya sedikit syok”
“Gwenchana,
tapi ngomong-ngomong tubuhmu tak seindah yang kubayangkan”
“Yaaakk !”
“Ahaha .. kau
bahkan memiliki tahi lalat dipinggulmu”
“AAAA .. geumanhae !” Luhan rindu menggoda Jieun
seperti ini, melihat ekspresinya sangat mengobati semua yang telah ia lewati.
Seakan hidup dan matinya berada ditangan gadis itu.
___
Mereka sarapan
dalam diam, meski sedari tadi pandangan Luhan tak pernah berpaling pada Jieun
sementara Jieun hanya menunduk memakan makanannya tanpa berani menatap Luhan.
Kejadian semalam membuatnya malu untuk menatap namja itu juga rasa kekhawatiran
yang masih belum sepenuhnya pergi dari pikirannya.
Luhan
tersenyum. Ada niat lagi untuk menggoda wanitanya itu.
“Yaak !”
Jieun mendongak ragu.
“W wae ?”
“Kau masih
malu ?”
“A aniyo”
“Lalu kenapa
menunduk terus seperti itu ?”
“A aku .. aku
hanya ingin saja” bela Jieun. Kenapa Jieun berubah menjadi gugup seperti ini ? Tidak
seperti biasanya.
“Lihat,
bahkan sekarang wajahmu merona” Jieun menutup matanya.
“Luhan !”
“Mwo ? kau
senang sekali berteriak semenjak semalam”
“Luhaaan !”
“Hahaha ..”
___
Jieun
memasangkan dasi untuk Luhan.
“Tunggu
hingga aku kembali, apapun yang terjadi tunggu saja, arraso ?” Jieun
mengangguk.
“Jangan lihat,
baca atau pun melihat televisi jika itu tentang pertunanganku” Jieun kembali
mengangguk.
“Jika aku tak
bisa kau hubungi ataupun tak membalas pesanmu, jangan cemas”
“Mana mungkin
aku tidak cemas”
“Ji ..”
“Baiklah-baiklah”
Luhan menghembuskan nafasnya.
“Akan
kulakukan apapun untuk membatalkan pertunangan itu”
“Selesai”
ucap Jieun saat berhasil memasangkan dasi dikerah kemeja namjanya.
“Jangan
hubungi Myungsoo”
“Dialah namja
yang berada disampingku saat aku jauh darimu”
“Baiklah, kau
boleh menganggapnya malaikat mu tapi tidak untuk menggantikanku”
“Kau tidak
tergantikan” Luhan mengulas sebuah senyuman. Ia menempelkan dahinya dengan dahi
Jieun.
“Jangan pergi
lagi”
“Tidak akan”
“Cukup berada
disampingku apapun yang terjadi” Jieun mengangguk kecil.
“Saranghae”
“Saranghae”
dan Luhan mengakhirinya dengan sebuah kecupan didahi Jieun.
<<>>
Lelah setelah
membersihkan seluruh ruangan di apartement mereka, Jieun akhirnya bisa melepas
lelah dengan duduk di balkon yang membuatnya nyaman dengan semilir angin.
Untung ini hari Minggu jadi ia tak perlu khawatir dengan pekerjaan.
Jieun
mengambil ponsel yang berada disaku bajunya. Menyalakannya dan deretan pesan
yang langsung muncul begitu ia menyalakan ponselnya kembali.
From Myungsoo
Ji, kau dimana ?
Kenapa tidak kembali ke kantor ?
Kau dimana Ji ?
Apa terjadi sesuatu ?
Ji ..
Manager Lee ..
Seperti
itulah beberapa pesan yang Myungsoo kirim padanya. Benar, kemarin saat ia pergi
dari kantor saat waktu makan siang, ia tidak kembali lagi ke kantor dan tak
memberikan kabar pada siapapun. Jieun menghela nafas. Ia menimbulkan satu
masalah baru, yaitu Myungsoo. Lelaki sombong yang kini menyukainya. Jieun tak bisa
membiarkan ini semakin jauh. Myungsoo pasti akan terluka saat tahu ia sudah
kembali pada Luhan.
Aku harus memberitahukannya secara
baik-baik
Tapi bagaimana caranya ..
Jieun
menghembuskan nafasnya pelan.
“Kenapa
begitu banyak masalah”
___
“Kau ?” Hana
mengernyit saat membuka pintu apartementnya dan Luhan tengah berdiri disana.
“Hana-ya”
“Mwo ? Kau
ingin memohon lagi padaku untuk membatalkan pertunangan itu ?” tanya Hana sinis
dengan pandangan tajamnya.
“Aniya” jawab
Luhan. Hana kembali mengernyit.
“Lalu untuk
apa kau kesini, kau sendiri yang bilang bahwa kita bukan lagi teman”
“Aku hanya ..
ingin mengajakmu jalan-jalan”
Hah ..? Jalan-jalan ?
Hana makin
memandang Luhan aneh, kebingungan kini menghinggapi yeoja dengan rambut
bergelombang itu.
Apa lagi yang ia rencanakan ?
“Shireo” Hana
menolak mentah-mentah ajakan Luhan.
“Wae ? aku
hanya ingin kita memiliki waktu yang indah dan melupakan sejenak semua
permasalahan”
“Wae ? kenapa
aku harus menyetujui usulanmu ?” Luhan hanya tersenyum tanpa menjawab
pertanyaan Hana. Hana diam seraya memandang Luhan yang masih bertahan dengan
senyuman kecil diwajahnya itu.
“Baiklah”
Hana akhirnya menyetujui ajakan Luhan. Yeoja itu menerima meski dengan hati
penuh pertanyaan. Kenapa tiba-tiba Luhan mengajaknya keluar bersama disaat
seperti ini ? Hana tidak akan tahu jika ia tidak mengikuti rencana Luhan. Yeoja
itupun memasuki kembali apartementnya untuk bersiap-siap, dibalik rasa
penasarannya Hana senang, akhirnya ia memiliki waktu berdua bersama namja yang
selama ini ia cintai.
___
Luhan
mengajak Hana ke taman bermain yang dulu sering mereka kunjungi saat masih
kecil, Luhan menggenggam tangan Hana membuat yeoja itu terkejut sekaligus
bingung, memandang Luhan yang kini hanya tersenyum seraya menariknya untuk
kembali berjalan-jalan.
“Kau ingat ?
dulu aku sangat takut untuk naik kora-kora” ucap Luhan memulai pembicaraan.
“Ya, aku
sangat ingat dan karena itu aku selalu mengejekmu hingga menangis”
“Hahaha,
benar. Tapi pada akhirnya kau akan membelikanku permen besar agar aku
memaafkanmu” Hana mengangguk. Luhan mengajak Hana untuk bernostalgia. Masa
kecil mereka begitu menyenangkan untuk dibicarakan kembali.
“Sebenarnya
apa maksud ini semua Lu ?”
“Ey ayolah,
kita nikmati dulu waktu yang menyenangkan ini, jangan terlalu berfikiran buruk,
arraso ?” Hana diam namun kemudian ia mengangguk, membuat Luhan tersenyum
kecil. Mereka kembali berjalan, disepanjang jalan Hana mengulas senyum saat
melihat tangannya digenggam Luhan. Baginya hal itu seperti mimpi, inikah
rasanya berkencan dengan orang yang benar-benar kau sukai ?
Rasa benci,
sakit dan bersalah serasa hilang dari hidupnya, hanya beberapa detik saja Luhan
mampu membuat perasaan itu hilang dan tergantikan rasa bahagia yang belum
pernah Hana rasakan. Hatinya bergemuruh, seolah musim semi melingkupi hatinya.
Namun tiba-tiba, Hana mengeratkan genggamannya saat melihat sesuatu, berhenti
berjalan membuat Luhan menoleh padanya.
“Wae ?”
“A ada badut”
ucap Hana dengan suara gemetar dan wajah pucat. Luhan menoleh dan benar,
beberapa meter dari mereka ada badut mickey mouse yang menurut beberapa orang
sangat lucu namun berbeda bagi Hana. Yeoja itu sangat takut dan phobia terhadap
badut.
“Hahaha ..”
Luhan mengacak pucuk kepala Hana.
“Kau masih
takut dengan badut ?” Hana mengangguk takut.
“Hei, Om Badut,
kemarilah !” pekik Luhan pada badut itu yang membuat Hana melebarkan matanya
tak percaya.
“Yaak ! mi
micheosseo !”
“Tenanglah”
Makin dekat badut itu, makin erat pula genggaman tangan Hana pada Luhan, yeoja
itu mengerut dibalik punggung Luhan.
“Lulu, kau
gila” bisik Hana. Luhan hanya tersenyum.
“Ku bilang
tenang dan sekarang buka matamu”
“Yaaak !”
“Ppalli, atau
kutinggal kau sekarang juga” ancam Luhan.
“Andwae ! Ba
baiklah” Dengan debaran jantung yang entah sejak kapan mulai makin bergemuruh,
Hana memberanikan diri membuka matanya dan-
“AAAA ..”
“HANA !
Tenang“ Hana seketika diam, badannya kaku didepan badut yang kini
melenggak-lenggokan kepalanya lucu.
“Pegang
tangannya” pinta Luhan.
“...”
“Hana, dia
hanya badut kau tidak perlu takut” lanjut Luhan. Hana memandang Luhan tak yakin. Dan Luhan
hanya mengangguk pelan seolah berkata ‘tidak papa’. Perlahan Hana mulai mengulurkan tangan kanannya, dengan
sedikit keraguan ia mulai menyentuh bulu-bulu halus dari kostum yang dipakai
bagut dihadapannya.
“See ? Kau
tidak akan mati hanya karena badut” ucap Luhan dan setelahnya, ketakutan dan
kerguan Hana terhadap badut meluntur meski wajah gadis cantik itu tak bisa
bohong, masih terlihat tegang namun mencoba menguatkan diri.
___
Luhan hanya
tersenyum seraya memandang Hana dari kejauhan yang tengah bercengkrama serta
berfoto bersama badut Mickey mouse yang sebelumnya sangat ia takuti.
Hana, kau benar-benar sudah
kuanggap menjadi adiku sendiri, dari dulu dan sampai saat ini perasaanku
benar-benar tak bisa berubah. Ku harap permohonanku setelah ini bisa terkabul.
Hana dan
Luhan memiliki waktu yang begitu menyenangkan, Hana seakan lupa jika mereka
tengah bermusuhan sejak Luhan mengungkapkan kalau mereka bukan lagi teman.
Bernostalgia merupakan hal yang sangat menyenangkan karena bisa membuat mereka
kembali mengenang masa-masa kecil yang begitu polos tanpa kepalsuan sama
sekali. Membeli permen kapas, mengunjungi teater boneka yang sering mereka
kunjungi dulu, tertawa bersama saat hal lucu teringat.
Dan hari
berakhir dengan dua gelas bubble ice yang tersaji dihadapan masing-masing.
Minuman masa kecil yang masih mereka sukai hingga sekarang.
“Gomawo” ucap
Hana yang membuat Luhan memandangnya.
“Aku
benar-benar merasa bahagia hari ini, sekali lagi gomawo” lanjut Hana. Luhan
hanya tersenyum seraya mengangguk kecil. Mereka diam, hanya memandang senja
yang mengeluarkan warna khasnya dari balik jendela caffe yang berada di tepi
danau taman bermain itu.
“Aku sangat
mencintai gadis itu” ucap Luhan tanpa mengalihkan pandangannya dari langit yang
mulai berwarna jingga. Hana hanya diam.
“Aku
benar-benar memohon padamu Hana-ya”
“Aku tidak
bisa” jawab Hana.
“Aku sudah
menganggapmu sebagai adiku sendiri”
“Bukan itu
yang ku mau”
“Perasaan
tidak bisa dipaksakan Hana”
“Aku tahu”
jawab Hana dan kembali menyeruput bubble ice nya. Luhan menghembuskan nafas
kasar.
“Aku menyerah
padamu, lakukan apa yang kau sukai. Tujuanku mengajakmu jalan-jalan hanya untuk
membuka matamu jika kita sudah berteman sejak kecil dan perasaanku benar-benar
tidak bisa berubah bahkan sampai sekarang, kau akan menjadi teman terdekat yang
sudah kuanggap sebagai adiku sendiri tapi sadarlah jika aku bukan diciptakan
untuk menjadi lelakimu” Luhan beranjak dari kursinya, meninggalkan Hana yang
kini memandang punggung namja itu menjauh. Menatap Luhan pergi dengan pandangan
berjuta arti.
To Be
Contonued ~
Hooooooooooo!!!!!!!!!! LOVE YOU thor!!!!! Akhirrnya jieun luhan balikan :')
ReplyDeleteLov U too Haha .. iya nih author jg kasian klo Jieun uring2an mulu :p
DeleteNextttttttt thor
ReplyDeleteOkaaaaayy :D
Delete