Ambition [8]


Cast    : Lee Jieun [IU], Xi Luhan, Kim Myungsoo, Lim Hana (oc) etc.

Genre : Drama, Romance, Life.

Length: Chapter.

Part [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7



Bel terus menerus berbunyi membuat Jieun yang tengah mabuk merasa terganggu. Mau tak mau membuatnya bangkit dengan sesekali mengumpat. Dengan langkah sempoyongan ia beranjak dari kursi didapurnya. Berjalan meski kadang tersandung sesuatu.

"Luhaaaaan ... Berisik tahu !" kembali meracau tak jelas. Jieun pikir itu adalah ulah Luhan yang tak henti-hentinya memencet bel. Jieun membuka pintunya dan memandang dengan mata setengah terbuka. Hanya sedikit menyembulkan kepalanya keluar, Mengernyit memandang namja yang tampak serius berdiri didepannya.

"Siapa kau ?" tanya Jieun yang justru mendapat tatapan tak mengerti dari sang namja.

"Jieun-ssi, apa kau mabuk ?" Ya, memang bau alkohol yang menguar saat Jieun berbicara begitu tercium dihidung namja itu.

"Pergilaaaah ! Berbahagialah Luhan, aku sudah membebaskanmu !" namja yang ternyata adalah Myungsoo makin kebingungan dengan racauan Jieun yang malah mengiranya Luhan.

Ada apa dengan wanita ini ? Apa ia sedang ada masalah dengan kekasihnya itu ?

Ah iya, Myungsoo hampir saja lupa maksud kedatangannya kesini. Justru penjelasan tentang Luhan lah yang ingin sekali ia dengar dari Jieun. Tentang hubungan rahasia Jieun dengan anak dari perusahaan saingan mereka. Myungsoo hanya ingin penjelasan lebih detail untuk memenuhi rasa penasarannya.

Hampir saja Jieun kembali menutup pintunya sebelum akhirnya Myungsoo menahan pintu itu dan memasuki apartement Jieun.

"Yaaakk pergilah Luhan !" pekik Jieun yang masih mengira Myungsoo adalah Luhan.
Myungsoo memandangi apartement Jieun sebelum akhirnya mendudukan diri disofa cream milik gadis yang tengah mabuk itu.

"Seleramu bagus juga Jieun-ssi" berkomentar kecil memuji perabotan dan penataan ruangan yang terlihat elegan namun simpel. Seakan tak memperdulikan Jieun yang sedang mabuk dan pasti tidak akan menanggapi pujian Myungsoo tentang apartementnya.

Masih dengan pandangan seperti orang ngantuk Jieun berjalan menghampiri Myungsoo dan duduk dihadapannya.

"Luhan pergilah, aku tidak ingin melihatmu lagi"

"Aku Myungsoo bukan Luhan" ucap Myungsoo datar.

"Jangan seperti ini Luhan, pergi saja dan jangan mengaku-ngaku sebagai namja menyebalkan itu" seketika Myungsoo membelalakan matanya. Memandang Jieun dengan raut kesal. Kebiasaan yang belum berubah, Jieun benar-benar orang yang begitu menyebalkan saat ia dalam keadaan mabuk. Sekiranya begitu menurut Myungsoo.

"Manager Lee aku benar-benar Kim Myungsoo !"

"Aah baiklah Luhan aku akan mempercayaimu, bukankah aku memang selalu percaya padamu ?" racau Jieun, lagi-lagi Myungsoo hanya bisa menghela nafas.

"Baiklah Sebaiknya aku bicarakan saja besok saat kau sudah SADAR" ucap Myungsoo penuh penekanan diakhir kalimatnya. Beranjak dan berniat keluar dari apartement Jieun, namun-

"Tapi aku merindukanmu, Luhan" kini Jieun tepat berdiri dihadapan Myungsoo, menghalangi namja itu untuk keluar. Jieun tersenyum Seraya memainkan seduktif dasi Myungsoo. Dan entah sejak kapan jantung Myungsoo jadi memompa lebih cepat.

"Ji Jieun-ssi ak aku-"

"Ssstt .." Jieun menempelkan telunjuknya tepat didepan bibir lelaki itu. Jieun kembali tersenyum dengan mata ngantuknya. Menarik kerah baju Myungsoo hingga bibir mereka bertemu. Myungsoo kaku, ia justru melebarkan matanya tidak percaya saat Jieun benar-benar mencium bibirnya sembari menutup mata. Terlihat menikmati dengan apa yang ia lakukan pada Myungsoo. Berbanding terbalik dengan Myungsoo yang justru berdebar jantungnya semakin cepat seakan jika dibiarkan sebentar lagi bisa keluar dari sarangnya. Tubuhnya kaku seperti patung monumen pahlawan nasional ditaman kota.

“Aaah, joa” ucap Jieun setelah melepas ciuman sepihaknya. Berlalu begitu saja dan langsung tertidur disofa creamnya. Sedangkan Myungsoo masih disana, ditempat semula, masih kaku, kaget, terkejut, dan bingung. Pokoknya berbagai perasaan yang tiba-tiba muncul akibat  ulah Jieun beberapa detik lalu.

“Yaaakk , apa yang baru saja kau lakukan manager LEE !” seakan nyawanya sudah kembali, tersadar dari mimpi yang membuat raganya hilang entah kemana. Myungsoo berteriak dengan nada tertinggi yang bisa ia ucapkan. Memutar tubuhnya dan mengendorkan bahunya saat melihat wanita yang baru saja mencium bibirnya sudah tergeletak mengenaskan di atas sofa creamnya. Mengelus dada untuk meredam emosinya.

Aiisshh Jinjja ... !

lalu berjalan mendekati Jieun. Berjongkok dihadapannya, terdiam sampai beberapa lama seraya memperhatikan wajah polos Jieun.

Menghembuskan nafas pelan kemudian menggeleng cepat.

“Sial .. apa aku mulai menyukaimu ?” gumam Myungsoo pelan. Namun ia masih disana, belum berniat beranjak dari pemandangan damai itu. ia sadar Jieun tengah mabuk saat menciumnya barusan, ia sadar ciuman itu untuk Luhan bukan dirinya tapi mengapa ia tetap berdebar seperti orang bodoh, kenapa ia jadi mengharapkan sesuatu yang lebih pada Jieun, kenapa ? apa ia benar-benar sudah menyukai yeoja yang diremehkannya sejak bertemu pertama kali itu ? Myungsoo tidak ingin percaya semua ini tapi perasaannya benar-benar mulai berubah seiring semakin ia melihat kepribadian Jieun yang tangguh dan memiliki prinsip. Bukan seperti yeoja kebanyakan yang hanya bisa merengek kepada orang tua mereka. Myungsoo benar-benar sudah menyadari perasaannya kali ini, ia tak bisa lagi menampik jika ia sudah benar-benar telah jatuh pada pesona seorang Lee Jieun, manager tegas di perusahaan ayahnya.

Myungsoo masih terdiam dengan berbagai pikirannya, menatap wajah Jieunn tanpa lelah.

“Kau terlihat lebih baik saat tidur”

“Tapi kenapa kau bisa mabuk-mabukan seperti ini ?”

“Apa karena Luhan ?”

“Apa kau berkata jujur saat kau bilang kau sudah berakhir dengan namja itu ?”
Entah mengapa Myungsoo jadi ingin tahu, rasanya ia mulai perduli semua tentang Jieun. Myungsoo mengulurkan tangannya, menyingkirkan anak rambut Jieun yang menghalangi pemandangannya.

“Ya, kau wanita terhebat yang pernah kutemui manager Lee” ucap Myungsoo lagi. Ia beranjak, berjalan menuju kamar Jieun untuk mengambil selimut namun kemudian ia kebingungan karena ada dua kamar disana.

“Yang mana kamar gadis itu ?” Akhirnya Myungsoo memilih memasuki kamar yang berada disisi kanannya. Tidak terkunci, dan sepertinya itu benar-benar kamar Jieun dilihat dari perabotan dan alat rias, juga ada beberapa bingkai foto yang berisi Jieun dan keluarganya, Jieun dan adiknya saat kecil juga Jieun dan Luhan. terlihat bahagia, hampir semuanya dihiasi dengan senyuman manis, senyuman yang jarang Jieun perlihatkan saat ia sedang bekerja. Senyuman tulus.

Myungsoo mengambil apa yang ia cari, berjalan keluar dan mulai menyelimuti Jieun.

“Jaljayo manager Lee” Entah niat dari mana atau siapa yang menyuruhnya, Myungsoo mendaratkan kecupan dikening Jieun. Membuat yeoja itu sedikit melenguh kecil. Sadar atau tidak Myungsoo mengembangkan senyumnya saat melihat hal itu.

Akhirnya Myungsoo pun berjalan keluar apartement Jieun. Malam ini membuatnya sedikit berbunga-bunga dan tersenyum seperti orang bodoh tengah kasmaran.

<<>> 

Hana masih membisu setelah mendengar pengakuan Luhan bahwa namja itu sudah tahu ia menyukainya sejak dulu. Tapi kenapa baru sekarang namja itu mengatakannya dan apa maksud dari  semua ini ?

"Kau Mau menikah denganku ?" tanya Luhan, yang lagi-lagi membuat Hana terkejut.

"Kau tahu, kau makin menyakitiku Luhan" gumam Hana. Hanya wanita bodoh yang percaya ucapan Luhan yang kini sedang patah hati dan rapuh.

"Bukankah ini yang kau inginkan ?"

"Tidak dengan apa yang sedang kau alami hingga mengatakan ucapan ngawur seperti ini" ucap Hana, beranjak dari sisi Luhan dengan Raut wajah kesal. Luhan anggap Hana itu apa ? Berbicara omong kosong akibat putus dengan Jieun dan membuatnya semakin sakit hati. Hana memang menyukai Luhan tapi bukan seperti ini juga cara menanggapi perasaannya. Luhan anggap perasaan Hana hanya seperti omong kosong yang tidak berarti hingga bisa dibodohi dengan ucapan tak tulus Luhan ?

Luhan menatap Hana sampai hilang dibalik kamarnya. Apa ia keterlaluan ? Menanyakan hal yang tidak benar-benar ingin ia katakan ? Hana benar, Luhan berkata seperti itu hanya karena pikirannya sedang kacau dan mengucapkan sesuatu tanpa memikirkan apapun.
Luhan hanya bisa mengacak rambutnya gusar. Beranjak dengan mantel tipis yang membalut tubuhnya. Meninggalkan apartement Hana meski malam semakin larut.

__

Luhan sampai, sampai ditempat yang hingar bingar saat malam menjelang. Apalagi jika bukan Bar. Hanya minuman beralkohol yang mungkin bisa membuang semua beban dikepalanya. Melupakan sejenak dan menikmati malam dengan mabuk-mabukan. Luhan jarang sekali mengunjungi tempat-tempat seperti ini tapi untuk kali ini saja ia sangat ingin melepas semuanya disini.

Luhan duduk disalah satu kursi dimeja dengan barterder yang beraksi meracik minuman.

"Vodka" ucap Luhan pada bartender yang menghampirinya. Matanya bergerilya memandangi setiap sudut Bar yang dikunjunginya. Menghela nafas merasa tidak ada yang menarik, bagaimana bisa ada yang lebih menarik dibanding Lee Jieun ?

Namun tak jauh dari sana, salah satu pria dari gerombolannya memandang kearah Luhan. Memandang agak lebih lama untuk memastikan bahwa Luhan adalah orang yang dikenalnya.

Pria yang tak lain adalah Myungsoo itu pun beranjak dari kumpulan teman-temannya yang lain. Menghampiri Luhan kemudian duduk disampingnya.

“Kau disini ?” ucap Myungsoo yang membuat Luhan menoleh dan entah mengapa tatapannya sama sekali tidak terlihat seperti orang yang ingin bertemu dengan seseorang yang lain. Intinya Luhan tidak ingin bertemu siapapun malam ini apalagi namja bernama Kim Myungsoo. Namja ini yang membuat ia bertengkar dengan Jieun meski bukan namja ini yang membuat mereka berpisah.

“Kau ada masalah dengan manager Lee ?” tanya Myungsoo lagi.

“Bukan urusanmu, Myungsoo-ssi” ucap Luhan seraya memandang datar deretan botol minuman dirak bar itu. Myungsoo yang tahu suasananya sedang tidak nyaman berusaha agar tidak tersinggung dengan ucapan Luhan. Namun tidak dipungkiri bahwa ia sedikit geram dengan sikap Luhan yang seperti itu.

“Apa kalian benar-benar putus ?” Luhan kembali mendelik.

“Apa yang Jieun katakan padamu ?” Apa Jieun benar-benar dekat dengan namja itu hingga Myungsoo tahu kabar perpisahan mereka secepat ini ?

“Tidak banyak tapi cukup membuatku tahu” ucap Myungsoo acuh.

“Apa kau menyukainya ?” tanya Luhan. pertanyaan yang sudah Myungsoo ketahui jawabannya itu tidak terlalu membuat Myungsoo terkejut. Namja itu justru tersenyum kecil.

“Bagaimana jika jawabannya iya” tangan Luhan mengepal, rahangnya mengeras dan tatapannya bagai api yang siap menyambar.

“MWO !?” Luhan bangkit dan langsung memberikan sebuah pukulan di wajah Myungsoo membuat namja itu mendelik tajam.

“Bukankah kalian sudah putus, lalu apa masalahmu !?” pekik Myungsoo tak terima dipukul seenaknya saja oleh Luhan. ia pun mulai berdiri dan menatap kesal kearah Luhan.

“Brengsek kau !” ucap Luhan dan lagi-lagi melayangkan pukulannya namun Myungsoo tak bisa lagi tinggal diam, ia menahan kepalan Luhan dan memukulnya diwajah. Seketika pertikaian itu mendapat perhatian dari semua pengunjung Bar. Tak berlangsung lama, Security pun mulai mendatangi Luhan dan Myungsoo. Melerai perkelahian yang membuat kegaduhan para pengunjung.

___

Luhan memukul stir mobilnya, amarah dan rasa yang ingin meledak-ledak masih menghampirinya. Apalagi setelah tahu jika namja bernama Kim Myungsoo itu memang benar-benar menyukai kekasihnya. Oke ralat, mantan kekasih yang masih Luhan harapkan.
Menatap wajahnya sendiri dicermin. Sedikit lebam karena pukulan Myungsoo.

“Sudah kuduga akan seperti ini, namja itu mana mungkin tidak menyukai wanita semenarik Jieun” gumam Luhan seraya memajukan mobilnya mulai keluar dari parkiran Bar.

Luhan menembus jalanan Seoul yang mulai jarang kendaraan, ia melajukannya dengan kecepatan yang tak terkendali. Memarkinkan mobilnya dipinggir sungai Han. Duduk dalam diam didepan mobilnya seraya meminum sekaleng soju.

“Tidak Ji, kenapa harus berakhir seperti ini” Luhan menghela nafas, menenggak minuman ditangannya lagi. Memandang hamparan sungai Han yang gelap dan hanya terlihat hingar bingar lampu kota.

Apa yang sebenarnya ada dalam pikiranmu ..

Luhan tidak akan menangis, hatinya lebih menyiratkan kepahitan dibandingkan dengan tangisan saat ini.

<<>> 

Sejak saat itu Luhan memilih untuk bekerja dengan rajin dan giat agar bisa mengalahkan Kim Corp. Entah mengapa ia merasa ia harus menjatuhkan perusahaan dimana Kim Myungsoo bekerja itu. Seakan susul menyusul, prestasi Kim Corp dan Xiao Mi makin ketat. Media masa gencar memberitakan saingan yang begitu terlihat antar kedua perusahaan besar itu. Kadang setiap Minggu saham dari masing-masing perusahaan saling berkejaran.

“Kita kalah tender manager Lee” lapor sang bawahan. Jieun hanya terdiam dengan wajah mengeras.

“Kau sudah bangkit rupanya Xi Luhan” terselip senyum tipis menghiasi wajah Jieun. Namun senyuman itu pergi saat pintu ruangan Jieun kembali terbuka setelah bawahannya melaporkan kekalahan mereka.

“Jieun-a”

“Tolong panggil aku dengan formal Kim Sajangnim” Myungsoo hanya bisa memutar matanya malas, ia mulai duduk dan menyenderkan punggungnya disofa.

“Sampai kapan kau akan menggantung perasaan atasanmu ini ?”

Ya, setelah insiden ciuman beberapa bulan lalu. Jieun benar-benar merasa menyesal dan meminta maaf namun ia justru mendapat ungkapan cinta dari mulut Myungsoo. Terkejut ? itu pasti. Namja yang benar-benar suka membullynya itu bagaimana bisa berpindah haluan menjadi menyukainya ? Jieun bahkan tidak bisa begitu saja percaya apakah ia sedang bermimpi atau tidak. Jieun benar-benar tak habis pikir saat itu.

“Myungsoo-ssi akan lebih baik jika kau seperti dulu”

“Apa kau masih memikirkan Luhan, hah ?” ada raut sinis dari pertanyaan yang diajukan Myungsoo. Ini sudah beberapa bulan sejak mereka putus tapi Myungsoo masih melihat Jieun kadang termenung seakan pikirannya melayang entah kemana.

Jieun menghembuskan nafas. Menatap jam ditangannya.

“Bukankah ini waktu makan siang ? ayo kita makan” ucap Jieun seraya beranjak dari kursi empuknya. Meninggalkan Myungsoo yang masih terduduk dengan sesekali melirik kepergian Jieun. Jieun hanya ingin menghindar, iya Myungsoo tahu itu. Dan itu berarti jika Jieun masih mengharapkan Luhan. tapi kenapa memilih memutuskan hubungan mereka ? apa ini gara-gara Myungsoo sudah tahu siapa itu Luhan ? tidak, mana mungkin Jieun memutuskan hubungannya dengan Luhan hanya karena alasan itu.

__

“Bagus Luhan, bagus ! Akhirnya kita memenangkan tender itu” ucap tuan Xi dengan raut wajah bahagia dihadapan sang anak. Luhan hanya tersenyum kecil.

Ini bukan untukmu ayah, aku hanya ingin memberitahu namja itu jika aku bisa mengalahkannya.

Hana datang memasuki ruangan Luhan yang juga ada tuan Xi disitu.

“Oh Hana sudah datang”

“Annyeong paman”

“Sini, sinilah aku ingin mengumumkan sesuatu pada kalian” Luhan dan Hana berpandangan sejenak. Seakan apa yang sedang mereka pikirkan adalah sesuatu yang sama.

“Apa yang ingin ayah umumkan pada kami ?”

“Ayah ingin menjodohkan kalian kembali”

“MWO !?” Luhan memekik dengan nada yang lumayan tinggi. Berbeda dengan Hana yang hanya memandang bingung kearah tuan Xi. Haruskah ia senang ? tapi mana mungkin ia senang jika tahu Luhan sudah menambatkan hatinya pada orang lain dan tak akan mudah menggantikan posisi itu dengan dirinya. Tapi ucapan tuan Xi memberikan secercah cahaya untuknya.

“Tidak ayah tidak ! kenapa kau menjodohkan kami lagi, kami sudah dewasa bukan seperti dulu yang masih kanak-kanak”

“Bisakah kau tidak membantah !”

“Tapi bukankah beberapa bulan ini aku telah berbuat seperti yang kau mau, aku memenangkan tender, aku bekerja lebih giat dan sekarang apa aku tak boleh menolak dengan usulan gila ayah !”

“Luhan !”

Hana yang melihat situasinya semakin memanas memilih menghampiri Luhan.

“Luhan tenanglah, jangan seperti ini dia ayahmu” ucap Hana lembut.

“Ayah tidak mau tahu kau harus tetap menyetujuinya !”

“Ayah !” Tuan Xi beranjak dari tempat duduknya dan keluar dari ruangan Luhan dengan langkah besar.

“Hana bilang padaku kenapa ayah selalu memaksakan kehendaknya terhadapku ? apa masih kurang dengan hasil kerja kerasku beberapa bulan terakhir ini untuk perusahaan?”

“Dia hanya berfikir untuk kebaikan mu Luhan”

“Tapi belum tentu apa yang difikirkan akan selalu berdampak baik untukku”

“Ne ne sudahlah, kau ingin kita makan ?” Luhan terdiam namun tak berapa lama ia mengangguk dan mulai bangkit dari kursinya.

<<>> 

“Kenapa harus disini ?” tanya Jieun seraya memandang Myungsoo malas. Jieun sangat tidak ingin jika hatinya kembali melankolis dengan tempat atau apapun yang mengingatkannya pada Luhan. Jieun sadar ternyata melepaskan Luhan dari sisinya justru membuatnya semakin lelah, lelah dengan hatinya yang tidak dapat dikendalikannya. Memikirkan namja itu terus menerus, bekerja sesibuk apapun Jieun selalu diganggu dengan bayangan Luhan disetiap selanya. Jieun hanya bisa menghela nafas pelan.

“Wae ? restoran ini makanannya enak-enak loh manager Lee” ucap Myungsoo dengan membaca beberapa menu yang ditawarkan.

Aku tahu, sangat tahu karena restoran ini menyimpan banyak kenangan dengan Luhan. apa kabarnya namja itu sekarang ? Lagi-lagi Jieun hanya bisa menghela nafas lesu.

Bahkan Jieun masih ingat dengan tawa Luhan yang lucu karena percakapan mereka kala itu. Restoran yang tidak Jieun kunjungi lagi semenjak putus dengan Luhan. Dan hari ini semua kenangan itu terbayang kembali dibenak Jieun.

Luhan sudah menjadi lelaki yang berbeda, ia lebih kuat dan giat bekerja setelah Jieun meninggalkannya. Bukankah itu kabar baik, Jieun tahu karena ia juga sering melihat Luhan dibeberapa media yang mengulaskan tentang bisnis. Jieun bersyukur karena Luhan menjadi lebih baik. Itu artinya tidak sia-sia ia meninggalkan namja itu.

"Jieun-a, pesanlah sesuatu" ucap Myungsoo yang lagi-lagi membuat Jieun jengah. Namja itu suka sekali memanggilnya dengan panggilan akrab seperti itu membuatnya kadang tak nyaman.

"Ne"

Beberapa menit setelah mereka memesan, pesanan pun datang. Myungsoo terlihat menikmati hidangannya berbeda dengan Jieun yang hanya makan dengan tidak bersemangat. Dulu, ia sangat lahap jika makan direstoran itu bersama Luhan. Ah lagi-lagi ia memikirkan namja itu. Myungsoo mendongak, menatap Jieun yang terlihat tidak senang dengan ajakannya ke restoran itu, yeoja itu bahkan sudah menunjukan keengganan saat mereka mulai masuk kedalam restoran itu. kenapa lagi sekarang ? Myungsoo hanya ingin membuat Jieun senang, tapi sepertinya ia gagal karena mengajak Jieun ke restoran itu. tapi kenapa ?

“Sebenarnya ada apa denganmu ? kau tidak suka makan siang dengan ku ? baiklah sekarang aku akan pergi dan meninggalkanmu disini” ucap Myungsoo dingin, ia mengelap mulutnya sebentar sebelum bangkit dari kursinya. Jieun mendongak.

Ada apa dengan namja ini ?

“Aku hanya sedang banyak pikiran Myungsoo-ssi, maaf jika sikapku menyinggung mu. Kumohon duduklah kembali dan habiskan makananmu” Dengan kesal Myungsoo kembali duduk namun ia tak mengucapkan sepatah katapun. Ia makan dengan tenang tapi terlihat kesal dengan sikap Jieun.

__

Disisi lain, Luhan dan Hana pun memasuki restoran yang sama. Luhan tidak sadar jika itu restoran favoritnya dengan Jieun dulu, rasa kesal karena pertikaian dengan ayahnya membuat ia tak begitu memperhatikan kemana Hana membawanya.

Luhan sadar saat ia mulai menduduki salah satu meja restoran itu.

"Kenapa kau membawaku kesini ?" Hana memandang Luhan bingung.

"Memangnya kenapa ? Kudengar restoran ini terkenal dan temanku sendiri yang merekomendasikannya"

“Sebaiknya kita pergi saja, aku tidak mau makan disini”

“Tapi aku sudah memesan meja”

“Batalkan saja”

“Oh ayolah Lu, ada apa denganmu ? apa pertengkaranmu dan ayahmu kini berpindah padaku ?” Hana menatap kesal namja disampingnya.

“Pergilah .. aku akan tetap makan disini, Sendirian” tambah Hana dingin, ia tak mau lagi menatap Luhan saat ia mulai mendudukan diri dan sibuk membaca daftar menu. Luhan tidak mendengar keluh kesah yang tengah Hana ucapkan semenjak perhatiaannya teralihkan pada yeoja yang tak jauh dari mejanya. Yeoja yang ia rindukan, lama tak melihatnya, Luhan ingin sekali menghampirinya tapi disana ada Myungsoo. Si brengsek yang pasti sudah mendekati mantan kekasihnya. Luhan jadi penasaran, apakah kini Jieun dan Myungsoo sudah menjalin sebuah hubungan ? tidak, jangan sampai itu terjadi. Sampai kapanpun Luhan tidak akan rela melihat Jieun bersama lelaki lain apalagi dengan Myungsoo.

Hana mendongak kearah Luhan yang justru tak memperhatikannya, masih berdiri didepan meja mereka dengan pandangan jauh.

“Yaak !” pekikan Hana justru membuat beberapa pasang mata tertuju kearah mereka, begitu pula Jieun dan Myungsoo. Mata Jieun dan Luhan pun bertemu, entahlah apa yang mereka berdua rasakan yang pasti tatapan keduanya tak mau lepas. Tanpa kata, diam seakan lebih baik.

Hana yang memperhatikan hal itu pun mengikuti arah pandang Luhan dan terlihatlah disana, seorang wanita cantik yang juga tengah menatap Luhan.

Apa wanita itu yang namanya Jieun ?

Benarkah dugaanku ?

Apa karena ini Luhan tidak ingin makan disini ?

Myungsoo pun geram memperhatikan keduanya saling pandang. Pikirannya tak jauh berbeda dengan Hana. Sekarang ia tahu alasan Jieun tak menyukai ajakannya makan direstoran itu.

Namja itu lagi ..

Bisakah ia pergi ke neraka saja !

“Aku sudah selesai makan ayo kita pergi” ucap Myungsoo yang secara tak langsung membuat perhatian Jieun teralihkan dari Luhan.

“Eoh ?”

“Ayo kita pergi” ucap Myungsoo lagi.

“Ba baiklah” Jieun pun beranjak namun sekali lagi ia memandang kearah Luhan namun namja itu sudah duduk dikursinya seraya terlihat berbicara dengan gadis dihadapannya.

Siapa wanita itu ?

Sial, kenapa ini terasa menyakitkan ..

“Cepatlah Jieun-a” Myungsoo tidak ingin melihat hal seperti ini lagi, ia benar-benar benci melihat Jieun kembali bertemu Luhan.

__

“Dia Jieun ?”

“Iya”

“Dan lelaki itu ?”

“Dia Myungsoo” Luhan benar-benar enggan menyebut namja itu, namja yang mengakui menyukai Jieun dimalam Luhan putus dengan Jieun. Ingin sekali Luhan memberikan pukulan lagi pada namja itu.

“Dan apa hubungan mereka ?” seketika Luhan mendongak menatap mata Hana tajam.

“Bisakah kau diam ? diam dan mulailah memesan sesuatu” Hana mengedikan bahunya dan kembali membaca daftar menu.

Kenapa harus marah aku kan hanya ingin tahu, ugh !

Ah tapi sekarang aku tahu seperti apa tampang wanita bernama Lee Jieun itu

Apa hebatnya dia ?

Bagaimana bisa Luhan begitu tertarik pada yeoja itu ?

<<>> 

Tok tok tok

“Masuk” ucap Jieun tanpa mengalihkan pandangannya dari komputer.

“Manager Lee”

“Ada apa ?”

“Presdir Kim memintaku untuk menyerahkan ini padamu” Nampak Joon myeon menyerahkan sebuah undangan berwarna campuran gold dan hitam kearah Jieun.

“Apa ini ?”

“Itu undangan untuk menghadiri sebuah pesta berkaitan dengan bisnis, Presdir berhalangan hadir dan ia meminta anda untuk menghadirinya bersama Kim sajangnim”

Ouh, Presdir selalu punya cara untuk mendekatkanku dengan namja menyebalkan itu.

“Baiklah, kau boleh pergi” Joon myeon membungkukan badan sebelum akhirnya meninggalkan ruangan Jieun. Jieun mengambil undangan itu, menatapnya dengan pandangan seperti seseorang yang sedang berfikir. Membolak-balikan undangannya dijari-jemari mungilnya. Tiba-tiba ponselnya berdering. Ia mendapat sebuah pesan.

From : Arrogant Myungnim

Kau sudah mendapat undangannya ? kau pasti sangat senang bisa pergi denganku

“Cih namja ini percaya diri sekali” Jieun melanjutkan membaca pesan yang berasal dari Myungsoo itu.

Pestanya malam kamis, dan jangan sampai lupa hal itu, ini pesta penting. Kau akan banyak bertemu pebisnis tersohor. Berdandanlah secantik mungkin seperti biasanya. Bye my tiger manager.

“Seenaknya saja memanggilku macan” gerutu Jieun. Ia meletakan ponselnya dan kembali mengerjakan pekerjaan yang belum terselesaikan di komputernya.

To Be Continued 

Comments

Post a Comment