Cast : Lee Jieun [IU], Xi Luhan, Kim Myungsoo, Lim Hana (oc) etc.
Genre :
Drama, Romance, Life.
Length:
Chapter.
Bel
terus menerus berbunyi membuat Jieun yang tengah mabuk merasa terganggu. Mau tak mau
membuatnya bangkit dengan sesekali mengumpat. Dengan langkah sempoyongan ia
beranjak dari kursi didapurnya. Berjalan meski kadang tersandung sesuatu.
"Luhaaaaan
... Berisik tahu !" kembali meracau tak jelas. Jieun pikir itu adalah ulah
Luhan yang tak henti-hentinya memencet bel. Jieun membuka pintunya dan
memandang dengan mata setengah terbuka. Hanya sedikit menyembulkan kepalanya
keluar, Mengernyit memandang namja yang tampak serius berdiri didepannya.
"Siapa
kau ?" tanya Jieun yang justru mendapat tatapan tak mengerti dari sang
namja.
"Jieun-ssi,
apa kau mabuk ?" Ya, memang bau alkohol yang menguar saat Jieun berbicara
begitu tercium dihidung namja itu.
"Pergilaaaah
! Berbahagialah Luhan, aku sudah membebaskanmu !" namja yang ternyata
adalah Myungsoo makin kebingungan dengan racauan Jieun yang malah mengiranya
Luhan.
Ada apa dengan wanita ini ? Apa ia sedang ada
masalah dengan kekasihnya itu ?
Ah iya,
Myungsoo hampir saja lupa maksud kedatangannya kesini. Justru penjelasan
tentang Luhan lah yang ingin sekali ia dengar dari Jieun. Tentang hubungan
rahasia Jieun dengan anak dari perusahaan saingan mereka. Myungsoo hanya ingin
penjelasan lebih detail untuk memenuhi rasa penasarannya.
Hampir saja
Jieun kembali menutup pintunya sebelum akhirnya Myungsoo menahan pintu itu dan
memasuki apartement Jieun.
"Yaaakk
pergilah Luhan !" pekik Jieun yang masih mengira Myungsoo adalah Luhan.
Myungsoo
memandangi apartement Jieun sebelum akhirnya mendudukan diri disofa cream milik
gadis yang tengah mabuk itu.
"Seleramu
bagus juga Jieun-ssi" berkomentar kecil memuji perabotan dan penataan
ruangan yang terlihat elegan namun simpel. Seakan tak memperdulikan Jieun yang
sedang mabuk dan pasti tidak akan menanggapi pujian Myungsoo tentang
apartementnya.
Masih dengan
pandangan seperti orang ngantuk Jieun berjalan menghampiri Myungsoo dan duduk
dihadapannya.
"Luhan pergilah,
aku tidak ingin melihatmu lagi"
"Aku
Myungsoo bukan Luhan" ucap Myungsoo datar.
"Jangan
seperti ini Luhan, pergi saja dan jangan mengaku-ngaku sebagai namja
menyebalkan itu" seketika Myungsoo membelalakan matanya. Memandang Jieun
dengan raut kesal. Kebiasaan yang belum berubah, Jieun benar-benar orang yang
begitu menyebalkan saat ia dalam keadaan mabuk. Sekiranya begitu menurut
Myungsoo.
"Manager
Lee aku benar-benar Kim Myungsoo !"
"Aah
baiklah Luhan aku akan mempercayaimu, bukankah aku memang selalu percaya padamu
?" racau Jieun, lagi-lagi Myungsoo hanya bisa menghela nafas.
"Baiklah
Sebaiknya aku bicarakan saja besok saat kau sudah SADAR" ucap Myungsoo
penuh penekanan diakhir kalimatnya. Beranjak dan berniat keluar dari apartement
Jieun, namun-
"Tapi
aku merindukanmu, Luhan" kini Jieun tepat berdiri dihadapan Myungsoo,
menghalangi namja itu untuk keluar. Jieun tersenyum Seraya memainkan seduktif
dasi Myungsoo. Dan entah sejak kapan jantung Myungsoo jadi memompa lebih cepat.
"Ji
Jieun-ssi ak aku-"
"Ssstt
.." Jieun menempelkan telunjuknya tepat didepan bibir lelaki itu. Jieun
kembali tersenyum dengan mata ngantuknya. Menarik kerah baju Myungsoo hingga
bibir mereka bertemu. Myungsoo kaku, ia justru melebarkan matanya tidak percaya
saat Jieun benar-benar mencium bibirnya sembari menutup mata. Terlihat
menikmati dengan apa yang ia lakukan pada Myungsoo. Berbanding terbalik dengan
Myungsoo yang justru berdebar jantungnya semakin cepat seakan jika dibiarkan
sebentar lagi bisa keluar dari sarangnya. Tubuhnya kaku seperti patung monumen
pahlawan nasional ditaman kota.
“Aaah, joa” ucap Jieun setelah melepas ciuman sepihaknya. Berlalu
begitu saja dan langsung tertidur disofa creamnya. Sedangkan Myungsoo masih
disana, ditempat semula, masih kaku, kaget, terkejut, dan bingung. Pokoknya
berbagai perasaan yang tiba-tiba muncul akibat
ulah Jieun beberapa detik lalu.
“Yaaakk , apa yang baru saja kau lakukan manager LEE !” seakan
nyawanya sudah kembali, tersadar dari mimpi yang membuat raganya hilang entah
kemana. Myungsoo berteriak dengan nada tertinggi yang bisa ia ucapkan. Memutar
tubuhnya dan mengendorkan bahunya saat melihat wanita yang baru saja mencium
bibirnya sudah tergeletak mengenaskan di atas sofa creamnya. Mengelus dada
untuk meredam emosinya.
Aiisshh Jinjja ... !
lalu berjalan mendekati Jieun. Berjongkok dihadapannya, terdiam
sampai beberapa lama seraya memperhatikan wajah polos Jieun.
Menghembuskan nafas pelan kemudian menggeleng cepat.
“Sial .. apa aku mulai menyukaimu ?” gumam Myungsoo pelan. Namun
ia masih disana, belum berniat beranjak dari pemandangan damai itu. ia sadar
Jieun tengah mabuk saat menciumnya barusan, ia sadar ciuman itu untuk Luhan
bukan dirinya tapi mengapa ia tetap berdebar seperti orang bodoh, kenapa ia
jadi mengharapkan sesuatu yang lebih pada Jieun, kenapa ? apa ia benar-benar
sudah menyukai yeoja yang diremehkannya sejak bertemu pertama kali itu ? Myungsoo
tidak ingin percaya semua ini tapi perasaannya benar-benar mulai berubah
seiring semakin ia melihat kepribadian Jieun yang tangguh dan memiliki prinsip.
Bukan seperti yeoja kebanyakan yang hanya bisa merengek kepada orang tua
mereka. Myungsoo benar-benar sudah menyadari perasaannya kali ini, ia tak bisa
lagi menampik jika ia sudah benar-benar telah jatuh pada pesona seorang Lee
Jieun, manager tegas di perusahaan ayahnya.
Myungsoo masih terdiam dengan berbagai pikirannya, menatap wajah
Jieunn tanpa lelah.
“Kau terlihat lebih baik saat tidur”
“Tapi kenapa kau bisa mabuk-mabukan seperti ini ?”
“Apa karena Luhan ?”
“Apa kau berkata jujur saat kau bilang kau sudah berakhir dengan
namja itu ?”
Entah mengapa Myungsoo jadi ingin tahu, rasanya ia mulai perduli
semua tentang Jieun. Myungsoo mengulurkan tangannya, menyingkirkan anak rambut
Jieun yang menghalangi pemandangannya.
“Ya, kau wanita terhebat yang pernah kutemui manager Lee” ucap
Myungsoo lagi. Ia beranjak, berjalan menuju kamar Jieun untuk mengambil selimut
namun kemudian ia kebingungan karena ada dua kamar disana.
“Yang mana kamar gadis itu ?” Akhirnya Myungsoo memilih memasuki
kamar yang berada disisi kanannya. Tidak terkunci, dan sepertinya itu
benar-benar kamar Jieun dilihat dari perabotan dan alat rias, juga ada beberapa
bingkai foto yang berisi Jieun dan keluarganya, Jieun dan adiknya saat kecil
juga Jieun dan Luhan. terlihat bahagia, hampir semuanya dihiasi dengan senyuman
manis, senyuman yang jarang Jieun perlihatkan saat ia sedang bekerja. Senyuman
tulus.
Myungsoo mengambil apa yang ia cari, berjalan keluar dan mulai
menyelimuti Jieun.
“Jaljayo manager Lee” Entah niat dari mana atau siapa yang
menyuruhnya, Myungsoo mendaratkan kecupan dikening Jieun. Membuat yeoja itu
sedikit melenguh kecil. Sadar atau tidak Myungsoo mengembangkan senyumnya saat
melihat hal itu.
Akhirnya Myungsoo pun berjalan keluar apartement Jieun. Malam ini
membuatnya sedikit berbunga-bunga dan tersenyum seperti orang bodoh tengah
kasmaran.
<<>>
Hana masih
membisu setelah mendengar pengakuan Luhan bahwa namja itu sudah tahu ia
menyukainya sejak dulu. Tapi kenapa baru sekarang namja itu mengatakannya dan
apa maksud dari semua ini ?
"Kau Mau
menikah denganku ?" tanya Luhan, yang lagi-lagi membuat Hana terkejut.
"Kau
tahu, kau makin menyakitiku Luhan" gumam Hana. Hanya wanita bodoh yang
percaya ucapan Luhan yang kini sedang patah hati dan rapuh.
"Bukankah
ini yang kau inginkan ?"
"Tidak
dengan apa yang sedang kau alami hingga mengatakan ucapan ngawur seperti
ini" ucap Hana, beranjak dari sisi Luhan dengan Raut wajah kesal. Luhan
anggap Hana itu apa ? Berbicara omong kosong akibat putus dengan Jieun dan
membuatnya semakin sakit hati. Hana memang menyukai Luhan tapi bukan seperti
ini juga cara menanggapi perasaannya. Luhan anggap perasaan Hana hanya seperti
omong kosong yang tidak berarti hingga bisa dibodohi dengan ucapan tak tulus
Luhan ?
Luhan menatap
Hana sampai hilang dibalik kamarnya. Apa ia keterlaluan ? Menanyakan hal yang
tidak benar-benar ingin ia katakan ? Hana benar, Luhan berkata seperti itu
hanya karena pikirannya sedang kacau dan mengucapkan sesuatu tanpa memikirkan
apapun.
Luhan hanya
bisa mengacak rambutnya gusar. Beranjak dengan mantel tipis yang membalut
tubuhnya. Meninggalkan apartement Hana meski malam semakin larut.
__
Luhan sampai,
sampai ditempat yang hingar bingar saat malam menjelang. Apalagi jika bukan
Bar. Hanya minuman beralkohol yang mungkin bisa membuang semua beban
dikepalanya. Melupakan sejenak dan menikmati malam dengan mabuk-mabukan. Luhan
jarang sekali mengunjungi tempat-tempat seperti ini tapi untuk kali ini saja ia
sangat ingin melepas semuanya disini.
Luhan duduk
disalah satu kursi dimeja dengan barterder yang beraksi meracik minuman.
"Vodka"
ucap Luhan pada bartender yang menghampirinya. Matanya bergerilya memandangi
setiap sudut Bar yang dikunjunginya. Menghela nafas merasa tidak ada yang
menarik, bagaimana bisa ada yang lebih menarik dibanding Lee Jieun ?
Namun tak
jauh dari sana, salah satu pria dari gerombolannya memandang kearah Luhan.
Memandang agak lebih lama untuk memastikan bahwa Luhan adalah orang yang
dikenalnya.
Pria yang tak
lain adalah Myungsoo itu pun beranjak dari kumpulan teman-temannya yang lain.
Menghampiri Luhan kemudian duduk disampingnya.
“Kau disini
?” ucap Myungsoo yang membuat Luhan menoleh dan entah mengapa tatapannya sama
sekali tidak terlihat seperti orang yang ingin bertemu dengan seseorang yang
lain. Intinya Luhan tidak ingin bertemu siapapun malam ini apalagi namja
bernama Kim Myungsoo. Namja ini yang membuat ia bertengkar dengan Jieun meski
bukan namja ini yang membuat mereka berpisah.
“Kau ada
masalah dengan manager Lee ?” tanya Myungsoo lagi.
“Bukan
urusanmu, Myungsoo-ssi” ucap Luhan seraya memandang datar deretan botol minuman
dirak bar itu. Myungsoo yang tahu suasananya sedang tidak nyaman berusaha agar
tidak tersinggung dengan ucapan Luhan. Namun tidak dipungkiri bahwa ia sedikit
geram dengan sikap Luhan yang seperti itu.
“Apa kalian
benar-benar putus ?” Luhan kembali mendelik.
“Apa yang
Jieun katakan padamu ?” Apa Jieun benar-benar dekat dengan namja itu hingga
Myungsoo tahu kabar perpisahan mereka secepat ini ?
“Tidak banyak
tapi cukup membuatku tahu” ucap Myungsoo acuh.
“Apa kau
menyukainya ?” tanya Luhan. pertanyaan yang sudah Myungsoo ketahui jawabannya
itu tidak terlalu membuat Myungsoo terkejut. Namja itu justru tersenyum kecil.
“Bagaimana
jika jawabannya iya” tangan Luhan mengepal, rahangnya mengeras dan tatapannya
bagai api yang siap menyambar.
“MWO !?”
Luhan bangkit dan langsung memberikan sebuah pukulan di wajah Myungsoo membuat
namja itu mendelik tajam.
“Bukankah
kalian sudah putus, lalu apa masalahmu !?” pekik Myungsoo tak terima dipukul
seenaknya saja oleh Luhan. ia pun mulai berdiri dan menatap kesal kearah Luhan.
“Brengsek kau
!” ucap Luhan dan lagi-lagi melayangkan pukulannya namun Myungsoo tak bisa lagi
tinggal diam, ia menahan kepalan Luhan dan memukulnya diwajah. Seketika
pertikaian itu mendapat perhatian dari semua pengunjung Bar. Tak berlangsung
lama, Security pun mulai mendatangi Luhan dan Myungsoo. Melerai perkelahian
yang membuat kegaduhan para pengunjung.
___
Luhan memukul
stir mobilnya, amarah dan rasa yang ingin meledak-ledak masih menghampirinya.
Apalagi setelah tahu jika namja bernama Kim Myungsoo itu memang benar-benar
menyukai kekasihnya. Oke ralat, mantan kekasih yang masih Luhan harapkan.
Menatap
wajahnya sendiri dicermin. Sedikit lebam karena pukulan Myungsoo.
“Sudah kuduga
akan seperti ini, namja itu mana mungkin tidak menyukai wanita semenarik Jieun”
gumam Luhan seraya memajukan mobilnya mulai keluar dari parkiran Bar.
Luhan
menembus jalanan Seoul yang mulai jarang kendaraan, ia melajukannya dengan
kecepatan yang tak terkendali. Memarkinkan mobilnya dipinggir sungai Han. Duduk
dalam diam didepan mobilnya seraya meminum sekaleng soju.
“Tidak Ji,
kenapa harus berakhir seperti ini” Luhan menghela nafas, menenggak minuman
ditangannya lagi. Memandang hamparan sungai Han yang gelap dan hanya terlihat
hingar bingar lampu kota.
Apa yang sebenarnya ada dalam
pikiranmu ..
Luhan tidak
akan menangis, hatinya lebih menyiratkan kepahitan dibandingkan dengan tangisan
saat ini.
<<>>
Sejak saat
itu Luhan memilih untuk bekerja dengan rajin dan giat agar bisa mengalahkan Kim
Corp. Entah mengapa ia merasa ia harus menjatuhkan perusahaan dimana Kim Myungsoo
bekerja itu. Seakan susul menyusul, prestasi Kim Corp dan Xiao Mi makin ketat.
Media masa gencar memberitakan saingan yang begitu terlihat antar kedua
perusahaan besar itu. Kadang setiap Minggu saham dari masing-masing perusahaan
saling berkejaran.
“Kita kalah
tender manager Lee” lapor sang bawahan. Jieun hanya terdiam dengan wajah
mengeras.
“Kau sudah
bangkit rupanya Xi Luhan” terselip senyum tipis menghiasi wajah Jieun. Namun senyuman itu pergi saat pintu ruangan
Jieun kembali terbuka setelah bawahannya melaporkan kekalahan mereka.
“Jieun-a”
“Tolong
panggil aku dengan formal Kim Sajangnim” Myungsoo hanya bisa memutar matanya
malas, ia mulai duduk dan menyenderkan punggungnya disofa.
“Sampai kapan
kau akan menggantung perasaan atasanmu ini ?”
Ya, setelah
insiden ciuman beberapa bulan lalu. Jieun benar-benar merasa menyesal dan
meminta maaf namun ia justru mendapat ungkapan cinta dari mulut Myungsoo.
Terkejut ? itu pasti. Namja yang benar-benar suka membullynya itu bagaimana
bisa berpindah haluan menjadi menyukainya ? Jieun bahkan tidak bisa begitu saja
percaya apakah ia sedang bermimpi atau tidak. Jieun benar-benar tak habis pikir
saat itu.
“Myungsoo-ssi
akan lebih baik jika kau seperti dulu”
“Apa kau
masih memikirkan Luhan, hah ?” ada raut sinis dari pertanyaan yang diajukan
Myungsoo. Ini sudah beberapa bulan sejak mereka putus tapi Myungsoo masih
melihat Jieun kadang termenung seakan pikirannya melayang entah kemana.
Jieun
menghembuskan nafas. Menatap jam ditangannya.
“Bukankah ini
waktu makan siang ? ayo kita makan” ucap Jieun seraya beranjak dari kursi
empuknya. Meninggalkan Myungsoo yang masih terduduk dengan sesekali melirik
kepergian Jieun. Jieun hanya ingin menghindar, iya Myungsoo tahu itu. Dan itu
berarti jika Jieun masih mengharapkan Luhan. tapi kenapa memilih memutuskan
hubungan mereka ? apa ini gara-gara Myungsoo sudah tahu siapa itu Luhan ?
tidak, mana mungkin Jieun memutuskan hubungannya dengan Luhan hanya karena
alasan itu.
__
“Bagus Luhan,
bagus ! Akhirnya kita memenangkan tender itu” ucap tuan Xi dengan raut wajah
bahagia dihadapan sang anak. Luhan hanya tersenyum kecil.
Ini bukan untukmu ayah, aku hanya
ingin memberitahu namja itu jika aku bisa mengalahkannya.
Hana datang
memasuki ruangan Luhan yang juga ada tuan Xi disitu.
“Oh Hana
sudah datang”
“Annyeong
paman”
“Sini,
sinilah aku ingin mengumumkan sesuatu pada kalian” Luhan dan Hana berpandangan
sejenak. Seakan apa yang sedang mereka pikirkan adalah sesuatu yang sama.
“Apa yang
ingin ayah umumkan pada kami ?”
“Ayah ingin
menjodohkan kalian kembali”
“MWO !?” Luhan
memekik dengan nada yang lumayan tinggi. Berbeda dengan Hana yang hanya
memandang bingung kearah tuan Xi. Haruskah ia senang ? tapi mana mungkin ia
senang jika tahu Luhan sudah menambatkan hatinya pada orang lain dan tak akan
mudah menggantikan posisi itu dengan dirinya. Tapi ucapan tuan Xi memberikan
secercah cahaya untuknya.
“Tidak ayah
tidak ! kenapa kau menjodohkan kami lagi, kami sudah dewasa bukan seperti dulu
yang masih kanak-kanak”
“Bisakah kau
tidak membantah !”
“Tapi
bukankah beberapa bulan ini aku telah berbuat seperti yang kau mau, aku
memenangkan tender, aku bekerja lebih giat dan sekarang apa aku tak boleh
menolak dengan usulan gila ayah !”
“Luhan !”
Hana yang
melihat situasinya semakin memanas memilih menghampiri Luhan.
“Luhan
tenanglah, jangan seperti ini dia ayahmu” ucap Hana lembut.
“Ayah tidak
mau tahu kau harus tetap menyetujuinya !”
“Ayah !” Tuan
Xi beranjak dari tempat duduknya dan keluar dari ruangan Luhan dengan langkah
besar.
“Hana bilang
padaku kenapa ayah selalu memaksakan kehendaknya terhadapku ? apa masih kurang
dengan hasil kerja kerasku beberapa bulan terakhir ini untuk perusahaan?”
“Dia hanya
berfikir untuk kebaikan mu Luhan”
“Tapi belum
tentu apa yang difikirkan akan selalu berdampak baik untukku”
“Ne ne
sudahlah, kau ingin kita makan ?” Luhan terdiam namun tak berapa lama ia mengangguk
dan mulai bangkit dari kursinya.
<<>>
“Kenapa harus
disini ?” tanya Jieun seraya memandang Myungsoo malas. Jieun sangat tidak ingin
jika hatinya kembali melankolis dengan tempat atau apapun yang mengingatkannya
pada Luhan. Jieun sadar ternyata melepaskan Luhan dari sisinya justru
membuatnya semakin lelah, lelah dengan hatinya yang tidak dapat
dikendalikannya. Memikirkan namja itu terus menerus, bekerja sesibuk apapun Jieun
selalu diganggu dengan bayangan Luhan disetiap selanya. Jieun hanya bisa
menghela nafas pelan.
“Wae ?
restoran ini makanannya enak-enak loh manager Lee” ucap Myungsoo dengan membaca
beberapa menu yang ditawarkan.
Aku tahu, sangat tahu karena
restoran ini menyimpan banyak kenangan dengan Luhan. apa kabarnya namja itu
sekarang ? Lagi-lagi
Jieun hanya bisa menghela nafas lesu.
Bahkan Jieun
masih ingat dengan tawa Luhan yang lucu karena percakapan mereka kala itu.
Restoran yang tidak Jieun kunjungi lagi semenjak putus dengan Luhan. Dan hari
ini semua kenangan itu terbayang kembali dibenak Jieun.
Luhan sudah
menjadi lelaki yang berbeda, ia lebih kuat dan giat bekerja setelah Jieun
meninggalkannya. Bukankah itu kabar baik, Jieun tahu karena ia juga sering
melihat Luhan dibeberapa media yang mengulaskan tentang bisnis. Jieun bersyukur
karena Luhan menjadi lebih baik. Itu artinya tidak sia-sia ia meninggalkan
namja itu.
"Jieun-a,
pesanlah sesuatu" ucap Myungsoo yang lagi-lagi membuat Jieun jengah. Namja
itu suka sekali memanggilnya dengan panggilan akrab seperti itu membuatnya
kadang tak nyaman.
"Ne"
Beberapa
menit setelah mereka memesan, pesanan pun datang. Myungsoo terlihat menikmati
hidangannya berbeda dengan Jieun yang hanya makan dengan tidak bersemangat.
Dulu, ia sangat lahap jika makan direstoran itu bersama Luhan. Ah lagi-lagi ia
memikirkan namja itu. Myungsoo mendongak, menatap Jieun yang terlihat tidak
senang dengan ajakannya ke restoran itu, yeoja itu bahkan sudah menunjukan
keengganan saat mereka mulai masuk kedalam restoran itu. kenapa lagi sekarang ?
Myungsoo hanya ingin membuat Jieun senang, tapi sepertinya ia gagal karena
mengajak Jieun ke restoran itu. tapi kenapa ?
“Sebenarnya
ada apa denganmu ? kau tidak suka makan siang dengan ku ? baiklah sekarang aku
akan pergi dan meninggalkanmu disini” ucap Myungsoo dingin, ia mengelap
mulutnya sebentar sebelum bangkit dari kursinya. Jieun mendongak.
Ada apa dengan namja ini ?
“Aku hanya
sedang banyak pikiran Myungsoo-ssi, maaf jika sikapku menyinggung mu. Kumohon
duduklah kembali dan habiskan makananmu” Dengan kesal Myungsoo kembali duduk
namun ia tak mengucapkan sepatah katapun. Ia makan dengan tenang tapi terlihat
kesal dengan sikap Jieun.
__
Disisi lain,
Luhan dan Hana pun memasuki restoran yang sama. Luhan tidak sadar jika itu
restoran favoritnya dengan Jieun dulu, rasa kesal karena pertikaian dengan
ayahnya membuat ia tak begitu memperhatikan kemana Hana membawanya.
Luhan sadar
saat ia mulai menduduki salah satu meja restoran itu.
"Kenapa
kau membawaku kesini ?" Hana memandang Luhan bingung.
"Memangnya
kenapa ? Kudengar restoran ini terkenal dan temanku sendiri yang
merekomendasikannya"
“Sebaiknya
kita pergi saja, aku tidak mau makan disini”
“Tapi aku
sudah memesan meja”
“Batalkan
saja”
“Oh ayolah
Lu, ada apa denganmu ? apa pertengkaranmu dan ayahmu kini berpindah padaku ?”
Hana menatap kesal namja disampingnya.
“Pergilah ..
aku akan tetap makan disini, Sendirian” tambah Hana dingin, ia tak mau lagi
menatap Luhan saat ia mulai mendudukan diri dan sibuk membaca daftar menu. Luhan
tidak mendengar keluh kesah yang tengah Hana ucapkan semenjak perhatiaannya
teralihkan pada yeoja yang tak jauh dari mejanya. Yeoja yang ia rindukan, lama
tak melihatnya, Luhan ingin sekali menghampirinya tapi disana ada Myungsoo. Si
brengsek yang pasti sudah mendekati mantan kekasihnya. Luhan jadi penasaran,
apakah kini Jieun dan Myungsoo sudah menjalin sebuah hubungan ? tidak, jangan
sampai itu terjadi. Sampai kapanpun Luhan tidak akan rela melihat Jieun bersama
lelaki lain apalagi dengan Myungsoo.
Hana
mendongak kearah Luhan yang justru tak memperhatikannya, masih berdiri didepan
meja mereka dengan pandangan jauh.
“Yaak !”
pekikan Hana justru membuat beberapa pasang mata tertuju kearah mereka, begitu
pula Jieun dan Myungsoo. Mata Jieun dan Luhan pun bertemu, entahlah apa yang
mereka berdua rasakan yang pasti tatapan keduanya tak mau lepas. Tanpa kata,
diam seakan lebih baik.
Hana yang
memperhatikan hal itu pun mengikuti arah pandang Luhan dan terlihatlah disana,
seorang wanita cantik yang juga tengah menatap Luhan.
Apa wanita itu yang namanya Jieun
?
Benarkah dugaanku ?
Apa karena ini Luhan tidak ingin
makan disini ?
Myungsoo pun
geram memperhatikan keduanya saling pandang. Pikirannya tak jauh berbeda dengan
Hana. Sekarang ia tahu alasan Jieun tak menyukai ajakannya makan direstoran
itu.
Namja itu lagi ..
Bisakah ia pergi ke neraka saja !
“Aku sudah
selesai makan ayo kita pergi” ucap Myungsoo yang secara tak langsung membuat
perhatian Jieun teralihkan dari Luhan.
“Eoh ?”
“Ayo kita
pergi” ucap Myungsoo lagi.
“Ba baiklah” Jieun
pun beranjak namun sekali lagi ia memandang kearah Luhan namun namja itu sudah
duduk dikursinya seraya terlihat berbicara dengan gadis dihadapannya.
Siapa wanita itu ?
Sial, kenapa ini terasa
menyakitkan ..
“Cepatlah
Jieun-a” Myungsoo tidak ingin melihat hal seperti ini lagi, ia benar-benar
benci melihat Jieun kembali bertemu Luhan.
__
“Dia Jieun ?”
“Iya”
“Dan lelaki
itu ?”
“Dia
Myungsoo” Luhan benar-benar enggan menyebut namja itu, namja yang mengakui
menyukai Jieun dimalam Luhan putus dengan Jieun. Ingin sekali Luhan memberikan
pukulan lagi pada namja itu.
“Dan apa
hubungan mereka ?” seketika Luhan mendongak menatap mata Hana tajam.
“Bisakah kau
diam ? diam dan mulailah memesan sesuatu” Hana mengedikan bahunya dan kembali
membaca daftar menu.
Kenapa harus marah aku kan hanya
ingin tahu, ugh !
Ah tapi sekarang aku tahu seperti
apa tampang wanita bernama Lee Jieun itu
Apa hebatnya dia ?
Bagaimana bisa Luhan begitu
tertarik pada yeoja itu ?
<<>>
Tok tok tok
“Masuk” ucap
Jieun tanpa mengalihkan pandangannya dari komputer.
“Manager Lee”
“Ada apa ?”
“Presdir Kim
memintaku untuk menyerahkan ini padamu” Nampak Joon myeon menyerahkan sebuah
undangan berwarna campuran gold dan hitam kearah Jieun.
“Apa ini ?”
“Itu undangan
untuk menghadiri sebuah pesta berkaitan dengan bisnis, Presdir berhalangan
hadir dan ia meminta anda untuk menghadirinya bersama Kim sajangnim”
Ouh, Presdir selalu punya cara
untuk mendekatkanku dengan namja menyebalkan itu.
“Baiklah, kau
boleh pergi” Joon myeon membungkukan badan sebelum akhirnya meninggalkan
ruangan Jieun. Jieun mengambil undangan itu, menatapnya dengan pandangan
seperti seseorang yang sedang berfikir. Membolak-balikan undangannya
dijari-jemari mungilnya. Tiba-tiba ponselnya berdering. Ia mendapat sebuah
pesan.
From :
Arrogant Myungnim
Kau sudah mendapat undangannya ?
kau pasti sangat senang bisa pergi denganku
“Cih namja
ini percaya diri sekali” Jieun melanjutkan membaca pesan yang berasal dari
Myungsoo itu.
Pestanya malam kamis, dan jangan
sampai lupa hal itu, ini pesta penting. Kau akan banyak bertemu pebisnis
tersohor. Berdandanlah secantik mungkin seperti biasanya. Bye my tiger manager.
“Seenaknya
saja memanggilku macan” gerutu Jieun. Ia meletakan ponselnya dan kembali
mengerjakan pekerjaan yang belum terselesaikan di komputernya.
To Be
Continued
Kapan jieun sama luhan balikannya? :(
ReplyDeleteSabar, pasti akan ada waktunya :p
DeleteNext eonnie jgn lama2 hehe LIU😍
ReplyDeleteOkeeee :D
Delete