Ambition [7]


Cast    : Lee Jieun [IU], Xi Luhan, Kim Myungsoo, Lim Hana (oc), etc.

Genre : Drama, Sad, life.

Length: Chapter.

Part [1] [2] [3] [4] [5] [6] 

Hai hoi, adakah yang menantikan ambition ? Ah akhirnya bisa post juga lanjutannya. Makin seru apa makin ngebosenin ? itu sih gimana penilaian kalian aja. Ya udah selamat membaca :D



Hampir empat hari berlalu sejak Luhan tinggal di apartement Hana dan menjauhi Jieun. Apa ia tersiksa ? tentu saja. Ia sangat merindukan Jieun. Senyumnya, tingkahnya juga semua yang ada pada diri gadisnya itu. Tapi Luhan hanya ingin memberi pelajaran pada Jieun agar menghargainya sebagai namjachingu, ia marah. Tentu saja, siapa yang tidak marah saat kekasihmu tidak memberi kabar yang bisa membuatmu cemas setengah mati. Memikirkan kemungkinan buruk tanpa tahu keadaan yang sebenarnya. Apalagi Luhan tahu jika Jieun pergi dengan Myungsoo saat itu. Luhan tahu Jieun tak pernah menyukai namja bernama Kim Myungsoo tapi tetap saja kekhawatiran tetap menghinggapinya. Mereka satu kantor, selalu bersama, dan berlawanan jenis. Kemungkinan 99 % saling menyukai adalah hal yang mungkin terjadi.

Tidak berlebihan jika Luhan memikirkan sampai sejauh itu. Ia hanya namja yang tidak ingin kehilangan kekasih yang amat ia cintai.

“Pulanglah jika kau merindukannya” Luhan mendongak menatap Hana yang masih menggunakan celemek ditubuhnya.

“Kau selalu tahu apa yang kupikirkan”

“Kita berteman dari kecil, Lulu”

“Tapi aku tak pernah tahu apa yang kau pikirkan”

“Karena kau bodoh”

“Mwo ?”

“Hahaha ..”

Terlalu bodoh untuk menyadari perasaanku yang sebenarnya. Bisik Hana dalam hati.

<<>> 

Jieun masih berdiri dengan wajah menunduk di depan meja presdir Kim. Ia tak pernah melakukan kesalahan seperti sekarang sebelumnya. Ia selalu mengerjakan apapun dengan sempurna namun tidak kali ini. Ia melakukan kesalahan yang cukup membuatnya kecewa.

“Bagaimana bisa kau kehilangan dokumen penting itu manager Lee”

“Saya ingat betul, saya sudah membawanya dari apartement, presdir Kim”

“Tapi mana ? sekarang tidak ada kan ? dimana dokumen-dokumen itu ?” Jieun hanya bisa menghela nafas. Ia juga tidak tahu, kenapa bisa hilang. Padahal ia ingat betul sudah membawanya saat pagi tadi.

“Beri saya waktu untuk menemukannya presdir”

“Besok adalah kesempatan terakhir kita, atau investor itu tidak akan membiayai proyek ini”

“Bagaimana jika saya kerjakan ulang”

“Tidak, mana mungkin bisa selesai. Cara terbaik adalah menemukan dokumen itu atau kita benar-benar tidak akan mendapat investor sebaik tuan Park Gong Ja”

“Baiklah, saya akan berusaha mencarinya dan semoga saja saya memang lupa menyimpannya disuatu tempat”

“Semoga saja memang begitu”

“Kalau begitu saya permisi presdir Kim”

“Hmm”

Jieun pun keluar dari ruangan presdir Kim dengan raut wajah kusut. Ia benar-benar tak habis pikir kenapa dokumen yang dibawanya bisa tidak ada. Siapa yang mengambilnya ? apa ia memang lupa ? tapi- tidak ia sudah membawanya saat berangkat tadi pagi.
Ia benar-benar malu saat pertemuan tadi, investor telah hadir namun dokumen penting itu tidak ada hingga membuat pertemuan ditunda. Sangat terlihat tidak profesional dan terkesan main-main. Investor sepenting itu, bagaimana jika Jieun mengacaukan semuanya hanya karena ia menghilangkan dokumen-dokumen yang amat penting. Ah, presdir Kim pasti tidak akan percaya lagi padanya.

<<>> 

“Ya ampun sudah lama sekali yah” Hana tersenyum seraya mengangguk.

“Benar, ahjumma. Aku sangat rindu pada ahjumma”

“Ahjumma juga sangat merindukanmu. Bagaimana ? apa kau sudah bertemu Luhan ?” Hana kembali mengangguk seraya tersenyum.

“Tentu saja sudah, ia banyak berubah. Kudengar dia sudah mempunyai yeojachingu ?”

“Benar. Namanya Jieun, dia gadis yang baik” Hana sedikit tertegun dengan penuturan ibu Luhan.

“Ahjumma sudah pernah bertemu dengannya ?”

“Iya, kuharap kau juga segera bertemu dengannya. Kalian pasti bisa berteman baik”

Apa benar-benar bisa ? aku tak begitu yakin

“Kudengar ahjussi Xi tidak menyetujui hubungan itu, apakah benar begitu ?”

“Entahlah. Kau tahu kan sikap ayah Luhan memang kaku, mungkin karena ia belum pernah bertemu Jieun secara resmi. Kuharap tidak akan ada yang menghalangi hubungan Luhan dan Jieun”

“Jadi ahjumma setuju jika Luhan berhubungan dengan gadis bernama Jieun itu ?”

“Ahjumma setuju jika demi kebaikan Luhan”

“Ah ahjumma memang ibu yang baik”

“Ahaha .. kau akan tahu jika kau sudah jadi ibu karena setiap ibu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya”

Dan harapanku adalah menjadi ibu dari anak-anak Luhan, ucap Hana dalam hati.

Mereka tersenyum lalu meminum teh yang tersaji diatas meja.

<<>> 

Myungsoo tengah terpaku pada layar komputer dihadapannya. Kini ia semakin giat membaca tentang bisnis dan mempelajarinya. Menambah wawasan agar ia bisa sehebat Jieun. Si gadis cerewet yang mulai membuatnya berubah. Namun disela-sela berselancar di internet ia menemukan sesuatu, Sesuatu yang cukup membuatnya terkejut. Keningnya mengernyit dengan pandangan heran, seakan tidak percaya dengan apa yang tengah dilihatnya. Dalam materi semua bisnis muncul beberapa fihur yang terkenal dalam bidang itu, dan Myungsoo menemukan foto keluarga dari Tuan Xi Lu Huang, Pemimpin dari perusahaan Xiao Mi yang sudah sejak lama menjadi pesaing perusahaannya. Namun bukan sosok Lu Huang yang menarik perhatiaannya, tapi sosok namja tampan yang berdiri disampingnya.

“Bu bukankah ini Luhan ?” gumam Myungsoo ragu. Namun jika dilihat beberapa kali pun namja dalam foto itu memang Luhan. Namja yang beberapa waktu lalu berada dirumah sakit yang sama dengan Jieun, Namja yang gadis itu bilang adalah namjachingunya.

“Jadi manager Lee berhubungan dengan anak dari pemimpin perusahaan Xiao Mi yang tak lain adalah Luhan ?” Myungsoo benar-benar dibuatnya terkejut. Ia benar-benar baru tahu jika Luhan anak dari pemimpin pesaingnya. Tapi kenapa Jieun tidak pernah menceritakan apapun padanya ? apa memang Jieun sengaja menyembunyikan ini semua ? Tapi kenapa ? ada banyak spekulasi yang berputar dibenak Myungsoo saat ini. Yang mendesak untuk mengetahui kebenarannya.

“Harus ada penjelasan” Myungsoo bangkit dari kursinya, berjalan keluar ruangannya menuju ruangan gadis yang akan menjawab semua pertanyaan dibenaknya sekarang.
Myungsoo tiba didepan ruangan Jieun. Semua bawahan Jieun tengah serius bekerja semenjak Myungsoo memasuki divisi mereka.

“Jin Ri-ssi”

“Y ye sajangnim ?” Jin Ri yang merasa dipanggil namanya langsung mendongak kearah Myungsoo yang masih berdiri tegak. Raut wajahnya tampak serius dan galak membuat gadis itu sedikit was-was.

“Apa manager Lee ada diruangannya ?”

“Ah itu .. sekitar 20 menit yang lalu ia baru saja pergi”

“Kemana ?”

“Ia bilang ia meninggalkan sesuatu yang penting di apartementnya dan kembali untuk mencarinya”

Myungsoo terdiam. Sayang sekali padahal ada banyak yang ingin ia bicarakan pada Jieun sekarang ini. Tanpa sepatah kata lagi, Myungsoo pergi beranjak dari divisi Jieun kembali keruangannya.

Para bawahan Jieun terlihat berbisik-bisik setelah kepergian Myungsoo.

“Ada apa ya ? Kim sajangnim terlihat serius sekali”

“Benar, apa ia akan memarahi manager Lee lagi ?”

“Entahlah”

“Atau mungkin ia mulai menyukai manager Lee”

“Ck dasar kau ini, mana mungkin begitu”

“Ey tapi mungkin akan menarik jika serigala dan singa bisa berhubungan”

“Hahaha, kau benar pasti akan menarik”

Semua bisikan dan keriuhan kecil itu masih berlangsung saat Jieun tak ada disana.

<<>> 

Jieun sampai diapartement yang ia tinggali bersama Luhan. Namun wajah kusutnya yang kacau berubah cerah saat mengetahui sepatu dari namja yang beberapa hari ini meninggalkannya berada dirak sepatu dekat pintu. Itu artinya Luhan sudah pulang ?
Serasa beban berat karena kehilangan dokumen penting terangkat sejenak, tergantikan dengan kebahagiaan melihat kembali namja yang dirindukannya.

“K kau sudah pulang ?” Tanya Jieun saat mendapati Luhan.

“...” Luhan masih sibuk dengan kegiatannya yang membenarkan dasi didepan cermin.

“Lu”

“Aku kemari hanya karena ingin mengambil dasi ini”

“Kau masih marah padaku ?” Luhan tidak menjawab,  ia justru berbalik dan berjalan melewati Jieun yang masih memandangi gerak-geriknya.

“Aku harus kembali ke kantor” ucap Luhan dingin. Jieun baru saja berbicara namun terhenti saat matanya melihat sesuatu yang tengah dicarinya berada ditas kerja Luhan.

I itu .. bukankah itu dokumen penting yang kucari ?

Jieun belum terlalu yakin, namun ia penasaran. Warna map nya sama dan logo diujung belakang mapnya pun sama. Jieun berjalan menyusul Luhan dan menarik lengannya membuat namja itu mengernyit dengan raut meminta penjelasan.

“Apa lagi ? Kau berharap aku akan memaafkanmu dengan mudah ?”

Sreet

Jieun mengambil tas kerja Luhan paksa dan membukanya, mengambil dokumen yang ia lihat untuk memastikan apa benar itu miliknya atau bukan. Jieun sempat terperangah, kini matanya menatap Luhan yang kebingungan dengan tajam.

“Apa ini caramu menghukum ku ?” ucap Jieun dengan memegang dokumen yang dicarinya kehadapan Luhan. namun namja itu masih belum mengerti maksud ucapann Jieun.

“A apa maksudmu ?”

“Aku tidak menyangka Lu, kau bisa sepicik ini hanya karena kau marah padaku”

“Jieun sebenarnya apa yang sedang kau bicarakan ?”

“Dokumen ini bagaimana bisa ada ditas kerjamu ?”

“Itu dokumen yang kucari”

“Tapi ini dokumen ku !”

“Be benarkah ?” Luhan mengambil dokumen yang masih berada ditangan Jieun. Membukanya dan melihat-lihat untuk memastikan apakah itu dokumen miliknya.

“Ba bagaimana bisa, dokumen ini ada dimeja kerjaku dan warnanya pun sama dengan dokumen yang kucari” gumam Luhan setelah melihat isinya dan ternyata bukan dokumen miliknya.

“Kau memang sepicik ayahmu Lu” ucap Jieun seraya merebut dokumen itu kembali, beranjak dari sana dengan amarah dan kekecewaan terhadap namja yang dirindukannya. Sedangkan Luhan hanya bisa terdiam memandang Jieun, mencoba  menjelaskan namun mulutnya termangu seakan masih bingung dengan situasi ini.

“Jadi Jieun kira aku mengambil dokumen penting miliknya ?” gumam Luhan setelah kepergian Jieun. Pikirannya mulai mengarah pada satu orang. Yang tak mungkin akan salah lagi. Orang yang sejak awal menentang hubungannya dengan Jieun apalagi semenjak ia tahu Jieun bekerja untuk Kim Myung Bin pemimpin Kim Corp.

“Ini pasti ulah ayah” Luhan mengepalkan tangannya geram.

<<>> 

Setelah menemukan apa yang dicarinya, Jieun kembali kekantor dengan perasaan campur aduk. Antara tidak percaya, marah, kecewa dan heran. Bagaimana bisa Luhan mengambil dokumen miliknya, apa memang tujuan Luhan mendekatinya adalah untuk mengorek informasi dari Jieun tentang Kim Corp ? Apa benar memang begitu ? Jieun benar-benar tidak bisa percaya jika memang kenyataannya seperti itu.

Jieun hanya bisa menghela nafas kasar. Emosinya memuncak membuat ia menginjak gas Mobilnya dalam. Membuatnya melesat bak angin dijalanan Seoul. Seakan bayang-bayang kematian yang mungkin menimpanya hanya gurauan anak-anak.

Jieun benar-benar tak habis pikir. Ia kira lelaki itu benar-benar baik dan tulus mencintainya tapi apa ? Luhan sama saja dengan ayahnya yang ambisius dan licik. Melakukan jalan pintas untuk tetap mempertahankan kejayaan perusahaannya.

Jieun menyerahkan dokumen yang membuka kedok namjanya itu ke Presdir Kim, membuat lelaki paruh baya itu lega dan mulai kembali melunak pada Jieun.

"Syukurlah kau menemukannya"

"Maafkan atas kecerobohan saya presdir"

"Kau salah satu karyawan ku yang bisa dipercaya, jadi kali ini aku maafkan. Jangan sampai kau mengulanginya lagi, kau hampir membuat lelaki tua ini jantungan Jieun" Jieun hanya kembali membungkuk meminta maaf.

"Ya sudah, kau bisa kembali keruanganmu"

"Ne"

Jieun keluar ruangan presdir Kim dengan sedikit kelegaan dihatinya. Namun masih banyak masalah yang berputar dipikirannya.

Jieun berjalan kekiri namun ada yang menghalangi nya, ia kekanan dan masih tetap sama. Membuang nafas kasar dengan segala kekesalan yang mengendap dihatinya saat ini. Mendongak dengan tatapan setajam mungkin pada orang yang berani-beraninya membuat ia semakin kesal.

"O, sajangnim ?" merubah pandangan tajam itu kala seorang namja dengan pandangan tak kalah tajam menusuk matanya.

"Ikut aku"

"Kemana ?"

"Ikut sekarang jika tidak ingin dipecat"

Mwoya, memang dia pikir dia siapa bisa memecatku seenaknya.

Jieun pun terpaksa mengikuti Myungsoo yang kini sudah berjalan mendahuluinya.

Ada apa lagi dengan namja itu, ia benar-benar bisa berubah dengan cepat. Satu waktu meminta ku menjadi teman tapi satu waktu membuatku tampak seperti musuh. Aish Jinja, aku benar-benar lelah.

Jieun dan Myungsoo tiba ditaman kecil yang ada dikantor itu. Dengan melipat tangan didepan dada, Jieun masih menunggu dengan pandangan datar kearah Myungsoo. Apa lagi sekarang ? Apa namja itu kembali ingin mencari masalah dengannya ? Jieun benar-benar sudah muak bersikap baik dan sopan pada orang yang tidak bisa diajak baik-baik seperti Myungsoo. Ia tak lagi harus membungkuk hormat, ia benar-benar sedang banyak masalah sekarang dan namja itu terlihat akan menambah masalahnya.

"Aku sudah tahu"

"Apa yang sudah sajangnim tahu"

"Luhan" hanya dengan menyebut nama itu Jieun seakan berubah, pandangan datar dan lipatan tangannya bereaksi.

"Apa maksud sajangnim?"

"Kau tahu apa maksudku, bagaimana bisa kau menjalin hubungan dengan anak dari pesaing tempat kau bekerja ? Apa memang kau mata-mata dari perusahaan mereka ?"

"Benar, Luhan memang anak dari tuan Xi Lu Huang"

"Lalu kenapa kau menyembunyikannya ?"

"Kami hanya menjalin hubungan asmara bukan seperti yang sajangnim pikirkan"

"Apa kau pikir aku bodoh ?"

"Sajangnim maaf jika aku mengatakan hal ini, bisakah kita menunda ini semua ? Aku benar-benar banyak pikiran saat ini. Dan kau juga tidak perlu khawatir, aku dan Luhan baru saja berpisah"

"W wae ? Bagaimana bisa kalian berpisah" Myungsoo tampak sedikit terkejut.

"Aku janji akan menjelaskan semuanya nanti" Jieun beranjak pergi meninggalkan Myungsoo yang masih menatapnya dengan pandangan sulit diartikan.

<<>> 

"Ayah !"

"Apakah kau tidak punya sopan santun Xi Luhan !?" tuan Xi benar-benar marah saat tiba-tiba anak bungsunya datang Seraya menggebrak meja. Apakah tidak bisa mengetuk pintu terlebih dahulu?

"Apa yang telah ayah lakukan!?" suara itu masih meninggi. Luhan seakan tidak perduli jika ia sedang berhadapan dengan orang terpandang sekaligus ayahnya itu.

"Apa maksudmu ?"

"Jangan pura-pura ayah, apakah ayah yang membuat Jieun salah paham karena dokumen itu ?"

Tuan Xi tersenyum kecil yang justru membuat Luhan geram. Jika tidak ingat namja dihadapannya adalah ayahnya, mungkin ia sudah memberikan pukulan diwajah tuan Xi.

"Lihat kan, wanita itu tidak mencintaimu, jika ia mencintai mu maka ia akan percaya dengan semua yang kau ucapkan. Dia hanya mencintai pekerjaannya Luhan" Luhan membisu, ucapan ayahnya memang tidak salah. Harusnya memang Jieun tidak begitu saja percaya bahwa Luhan sengaja mengambil dokumen itu. Mereka berhubungan sudah cukup lama tapi kenapa Jieun bisa berfikiran jika Luhan ingin mencuri dokumen penting itu ?

Luhan menatap ayahnya kembali.

"Ini bukan salah Jieun, ini salah ayah. Aku tahu ayah sudah melakukan semua hal picik ini. Ayah tidak benar-benar peduli padaku, ayah hanya perduli dengan perusahaan !" Masih dengan amarah, Luhan memutuskan untuk pergi dari hadapan ayahnya. Berdebat dengan ayahnya hanya akan membuatnya semakin kesal dan emosi.

Luhan tahu, pasti ayahnya menyuruh orang untuk memindahkan dokumen Jieun ke meja kerjanya agar Luhan membawanya dan Jieun akan mengira Luhan sengaja mengambil dokumen miliknya itu. Dan bodohnya Luhan masuk pada perangkap itu, ayahnya meminta Luhan untuk mengambil dokumen dengan warna map yang sama saat itu juga.

Bodoh ! Kenapa aku tidak memeriksa dokumen itu dulu.

Wajar jika Luhan tidak memeriksa dokumen itu karena memang dokumen itu ada dimeja kerjanya dan dengan warna yang sama yang ingin ia ambil.

<<>> 

Kini Jieun tak pernah lagi pulang ke apartment yang ditinggalinya bersama Luhan. Ia tidak mengangkat panggilan telefon dari namja itu, tidak membalas belasan pesan yang Luhan kirimkan padanya. Kekecewaan benar-benar sudah merasuki kepercayaannya pada Luhan.
Jieun memang masih belum bisa percaya dengan semua kejadian ini tapi jelas-jelas ia melihat dokumen miliknya berada di tas kerja Luhan. Kenapa bisa begitu ? Apa memang benar-benar tidak sengaja ? Tapi bisakan Luhan memeriksanya dulu untuk memastikan dokumen itu miliknya atau bukan ?

Jieun hanya bisa menghela nafas.

Udara dingin menembus kulit, tapi Jieun masih bergelut dengan berbagai pikiran yang masih belum lelah berputar diotaknya. Berjalan gontai menuju apartement miliknya yang lama tidak pernah didatanginya lagi semenjak terakhir kali Min Ki mengunjunginya. Dari kejauhan ia melihat sesosok namja yang berdiri didepan pintu apartementnya. Dan Jieun tahu siapa itu. Lagi-lagi hanya bisa menghembuskan nafasnya pelan. Berdiam diri sejenak memperhatikan sesosok namja yang ternyata Luhan, terlihat kedinginan namun masih berdiri tanpa lelah menunggu kedatangannya.

Tidak, mana mungkin namja sebaik Luhan melakukan ini semua. Hanya orang bodoh yang percaya jika ia berniat mengambil dokumen itu dariku.

Jieun menghampiri Luhan yang dibalas dengan tatapan berbinar dari sang namja.

“Ji, aku bisa menjelaskan ini semua. Tolong dengarkan aku” berbicara dengan nada sungguh-sungguh yang bisa terlihat dari matanya. Meraih kedua tangan Jieun dan menggenggamnya erat. Jieun menyukainya, aliran hangat dari namja terhangat yang pernah ia kenal. Jieun hanya diam seraya masih menatap namja yang dirindukannya itu tanpa ekspresi. 

Dari dulu aku memang tidak pernah bisa menjadi wanita yang membahagiakanmu.

“Dengar, ayah lah dalang dari semua ini. Aku yakin orang suruhan ayah yang memindahkan dokumen mu ke meja kerjaku sehingga aku bisa mengira aku mengambil dokumen milik ku sendiri, dan bodohnya aku tid-“

“Lu” penjelasan panjang Luhan terhenti dengan panggilan lirih yang diucapkan Jieun.

“Y ya ? kau percaya padaku kan ?” Jieun tersenyum seraya mengangguk pelan.

“Aku percaya, maafkan aku karena tidak mempercayaimu” ucapan itu terdengar tulus dan jujur. Kalimat yang ditunggu-tunggu oleh Luhan akhirnya bisa ia dengar dari gadis yang amat ia cintai.

“Oh Syukurlah, aku begitu tersiksa karena semua ini” bisik Luhan setelah merengkuh Jieun dalam dekapannya. Menyalurkan semua perasaan lega yang dialaminya saat ini. Tak ada momen yang paling membahagiakan selain mendengar ucapan kepercayaan Jieun padanya. Demi apapun juga mana mungkin ia berniat buruk apalagi sampai berbuat curang dengan mengambil dokumen Jieun yang notebennya adalah pesaing dari perusahaan ayahnya. Tidak ada secuil pun pikiran untuk melakukan hal itu. Jika perlu ia akan menentang dengan keras apabila ayahnya meminta ia melakukan itu.

“Tapi maaf, mungkin kita memang harus mengakhiri semua ini” bagai tertimpa batu dihamparan emas. Seketika Luhan melepas dekapannya dan beralih memandang Jieun tak mengerti. Baru sedetik lalu ia amat bahagia bagai terbang ke awan namun ucapan Jieun begitu membuatnya terpuruk kembali kedaratan.

“Ji, a apa maksudmu ?” wajah lelah bercampur sedih yang ditunjukan Jieun benar-benar membuat Luhan mendapat perasaan yang tidak enak.

“Aku lelah, kau tahu, ayahmu tidak setuju dengan hubungan kita dan sejak dulu aku tidak pernah bisa membahagiakanmu. Kita tidak sejalan dan begitu banyak perbedaan. Aku merasa aku hanya jarum yang terus menusukmu. Kau namja yang begitu baik dan tidak pantas mendapat yeoja seperti ku. Aku benar-benar ingin melihatmu bahagia dan sepertinya aku tidak pernah bisa membuatnya terwujud jika kau bersamaku Lu”

“Ji..”

“Dengarkan aku dulu, aku sangat sangat dan akan selalu mencintaimu. Kau adalah namja yang benar-benar membuatku merasakan cinta tapi aku merasa aku hanya bisa memberikan kekecewaan padamu, aku merasa seperti seorang idola yang tidak bisa memberikan cinta yang sesungguhnya pada fans mereka”

“Aku lelah, aku lelah membuatmu kecewa Lu” tambah Jieun.

“Tidak, ada apa denganmu Ji ? kenapa kau berkata seperti itu eoh ?”

“Mian” Jieun beranjak memasuki apartementnya menyisakan Luhan yang masih memandangnya dengan raut sedih. Begitu sampai didalam apartmentnya Jieun merosot dibalik pintu. Menghembuskan nafas seraya terdiam dengan pandangan kosong.

Apa aku sudah melakukan hal yang benar, hanya kali ini aku benar-benar bingung dengan keputusan yang sudah kuambil.

Luhan masih berdiri didepan pintu apartement Jieun yang sudah tertutup rapat. Wajahnya muram dengan pandangan sendu. Apa Jieun benar-benar serius dengan ucapannya ? kenapa Jieun mengakhiri hubungan ini jika ia memang mencintai dan mempercayai Luhan ?

“AAARRGGH ...”

“JI APA KAU TAHU JIKA AKU BENAR-BENAR MENCINTAIMU EOH ?! APA KAU PIKIR AKU MAIN-MAIN HAH ?!”

“KENAPA KAU MELAKUKAN INI PADAKU ? Ji JAWAB AKU !” Luhan berteriak didepan pintu apartement Jieun. Entahlah, ia merasa seperti pecundang saat ini. Hal konyol apa ini semua ?

Jieun hanya bisa menenggelamkan kepalanya dilutut. Memejamkan matanya saat teriakan Luhan sampai di kedua telinganya. Tak jauh berbeda, Luhan pun merosot dan duduk bersender didepan pintu apartement Jieun dengan berjuta kekecewaan dihatinya. Termenung dengan pandangan kosong seperti orang mendapat gangguan jiwa.

1 menit berlalu

1 jam

2 jam

Dan Luhan masih terduduk didepan pintu apartement Jieun tanpa berniat beranjak sedikitpun. Ia tampak seperti orang bodoh. Dan ia akan semakin bodoh jika benar-benar berpisah dengan Jieun. Udara dingin tak bisa lagi menembus hatinya yang kini memanas tak karuan.

Jieun pun tidak bisa tidur, bagaimana mungkin ia bisa tidur setelah memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan namja yang begitu dicintainya. Jieun sudah dalam keadaan mabuk setelah beberapa kaleng soju berserakan dimejanya. Terisak dan tertawa karena tingkah bodohnya sendiri.

“Hiks, Luhan .. jangan pergi”

“Hahaha, berbahagialah dengan yeoja lain Sayang hiks .. hiks ..” Jieun mulai terpengaruh dengan apa yang ia minum. Meracau tak karuan seorang diri.

<<>> 

“Luhan ?” Kening Hana berkerut saat mendapati Luhan didepan pintu apartmentnya dengan wajah lusuh dan terlihat kacau.  

Ada apa lagi dengannya ?

“Ma masuklah” ucap Hana. Luhan berlalu dari hadapannya dan mulai memasuki apartement Hana tanpa sepatah katapun keluar dari mulutnya membuat Hana hanya bisa menghembuskan nafasnya kecil.

Pasti ada masalah lagi

Wanita itu benar-benar .. Aku ingin sekali melihat wanita yang bernama Jieun itu.

Luhan mendudukan diri disofa putih milik Hana dan Hana berjalan menuju dapur untuk membuat segelas susu cokelat favorit Luhan. Berharap bisa membuat Luhan lebih segar.

__

“Ini, minumlah” ucap Hana seraya duduk diseberang Luhan yang masih diam seperti orang bisu.

“Kau kenapa lagi hah ?”

“...” Luhan masih diam, kini matanya menatap segelas susu cokelat dihadapannya.

“Luhan jawab aku” Hana benar-benar tidak bisa melihat namja itu hanya diam tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Bukannya menjawab, Luhan justru meraih segelas susu cokelat buatan Hana dan meminumnya sedikit.

“Kau selalu tahu apa yang aku sukai” ucap Luhan. lagi-lagi membuat Hana hanya bisa menghembuskan nafas pelan. Bukan itu yang ingin ia dengar.

“Ada apa denganmu Luhan ? Tolong jangan seperti ini, kau membuatku sedih Lulu”

“Dia memutuskan hubungan kami” Hana masih menatap dengan pandangan lurus.

“Dia bilang dia mencintaiku, dia bilang dia mendapatkan cinta yang sesungguhnya dariku, lalu untuk apa jika akhirnya ia memutuskannya”

Hana melihat keputusasaan memancar dari mata Luhan. Ia belum pernah melihat namja itu sedih sampai seperti ini. Hana beranjak dari sofanya, berjalan menuju Luhan dan duduk disampingnya. Menarik pelan kepala Luhan untuk menyenderkan dibahunya. Membelai rambutnya seperti seorang ibu yang menidurkan anaknya.

“Kau tahu, kadang cinta itu tak selalu manis, tak selalu bahagia, kadang cinta itu pahit dan menyakitkan tapi apapun yang kau rasakan kau tidak akan bisa menghindari apa yang namanya cinta” ucap Hana.

“Hana-ya ..”

“Hmm ..”

“Apa aku begitu menyakitimu selama ini ?” Hana mengerutkan kening, tak mengerti apa maksud dari perkataan temannya itu.

“Apa maksudmu ?”

“Aku tahu, tahu sejak dulu kau menyukaiku”

Entah harus senang atau sedih, yang pasti ucapan namja itu benar-benar membuatnya terkejut. Jadi selama ini Luhan tahu bahwa ia menyukainya ? Tapi kenapa Luhan bersikap seolah mereka memang benar-benar hanya sebatas teman.


To Be Continue 

Comments

  1. Haaaaaaaa please jieun sama luhan kemana putus :'( bikin balikan lagi pleaseeeee

    ReplyDelete
  2. Haaa,jangan sampai ji eun sama luhan putus :' ditunggu kelanjutannya :')) endingnya pasti ji eun sama luhan kan?

    ReplyDelete

Post a Comment