Cast : Lee Jieun [IU], Xi Luhan, Kim Myungsoo, Lim Hana (oc), etc.
Genre :
Drama, Sad, life.
Length:
Chapter.
Part [1] [2] [3] [4] [5] [6]
Hai hoi, adakah yang menantikan ambition ? Ah akhirnya bisa post juga lanjutannya. Makin seru apa makin ngebosenin ? itu sih gimana penilaian kalian aja. Ya udah selamat membaca :D
Hai hoi, adakah yang menantikan ambition ? Ah akhirnya bisa post juga lanjutannya. Makin seru apa makin ngebosenin ? itu sih gimana penilaian kalian aja. Ya udah selamat membaca :D
Hampir empat
hari berlalu sejak Luhan tinggal di apartement Hana dan menjauhi Jieun. Apa ia
tersiksa ? tentu saja. Ia sangat merindukan Jieun. Senyumnya, tingkahnya juga
semua yang ada pada diri gadisnya itu. Tapi Luhan hanya ingin memberi pelajaran
pada Jieun agar menghargainya sebagai namjachingu, ia marah. Tentu saja, siapa
yang tidak marah saat kekasihmu tidak memberi kabar yang bisa membuatmu cemas
setengah mati. Memikirkan kemungkinan buruk tanpa tahu keadaan yang sebenarnya.
Apalagi Luhan tahu jika Jieun pergi dengan Myungsoo saat itu. Luhan tahu Jieun
tak pernah menyukai namja bernama Kim Myungsoo tapi tetap saja kekhawatiran
tetap menghinggapinya. Mereka satu kantor, selalu bersama, dan berlawanan
jenis. Kemungkinan 99 % saling menyukai adalah hal yang mungkin terjadi.
Tidak
berlebihan jika Luhan memikirkan sampai sejauh itu. Ia hanya namja yang tidak
ingin kehilangan kekasih yang amat ia cintai.
“Pulanglah
jika kau merindukannya” Luhan mendongak menatap Hana yang masih menggunakan
celemek ditubuhnya.
“Kau selalu
tahu apa yang kupikirkan”
“Kita
berteman dari kecil, Lulu”
“Tapi aku tak
pernah tahu apa yang kau pikirkan”
“Karena kau
bodoh”
“Mwo ?”
“Hahaha ..”
Terlalu bodoh untuk menyadari
perasaanku yang sebenarnya. Bisik Hana dalam hati.
<<>>
Jieun masih
berdiri dengan wajah menunduk di depan meja presdir Kim. Ia tak pernah
melakukan kesalahan seperti sekarang sebelumnya. Ia selalu mengerjakan apapun
dengan sempurna namun tidak kali ini. Ia melakukan kesalahan yang cukup
membuatnya kecewa.
“Bagaimana
bisa kau kehilangan dokumen penting itu manager Lee”
“Saya ingat
betul, saya sudah membawanya dari apartement, presdir Kim”
“Tapi mana ?
sekarang tidak ada kan ? dimana dokumen-dokumen itu ?” Jieun hanya bisa
menghela nafas. Ia juga tidak tahu, kenapa bisa hilang. Padahal ia ingat betul
sudah membawanya saat pagi tadi.
“Beri saya
waktu untuk menemukannya presdir”
“Besok adalah
kesempatan terakhir kita, atau investor itu tidak akan membiayai proyek ini”
“Bagaimana
jika saya kerjakan ulang”
“Tidak, mana
mungkin bisa selesai. Cara terbaik adalah menemukan dokumen itu atau kita
benar-benar tidak akan mendapat investor sebaik tuan Park Gong Ja”
“Baiklah,
saya akan berusaha mencarinya dan semoga saja saya memang lupa menyimpannya
disuatu tempat”
“Semoga saja
memang begitu”
“Kalau begitu
saya permisi presdir Kim”
“Hmm”
Jieun pun
keluar dari ruangan presdir Kim dengan raut wajah kusut. Ia benar-benar tak
habis pikir kenapa dokumen yang dibawanya bisa tidak ada. Siapa yang
mengambilnya ? apa ia memang lupa ? tapi- tidak ia sudah membawanya saat
berangkat tadi pagi.
Ia
benar-benar malu saat pertemuan tadi, investor telah hadir namun dokumen
penting itu tidak ada hingga membuat pertemuan ditunda. Sangat terlihat tidak
profesional dan terkesan main-main. Investor sepenting itu, bagaimana jika
Jieun mengacaukan semuanya hanya karena ia menghilangkan dokumen-dokumen yang
amat penting. Ah, presdir Kim pasti tidak akan percaya lagi padanya.
<<>>
“Ya ampun
sudah lama sekali yah” Hana tersenyum seraya mengangguk.
“Benar,
ahjumma. Aku sangat rindu pada ahjumma”
“Ahjumma juga
sangat merindukanmu. Bagaimana ? apa kau sudah bertemu Luhan ?” Hana kembali
mengangguk seraya tersenyum.
“Tentu saja
sudah, ia banyak berubah. Kudengar dia sudah mempunyai yeojachingu ?”
“Benar.
Namanya Jieun, dia gadis yang baik” Hana sedikit tertegun dengan penuturan ibu
Luhan.
“Ahjumma
sudah pernah bertemu dengannya ?”
“Iya, kuharap
kau juga segera bertemu dengannya. Kalian pasti bisa berteman baik”
Apa benar-benar bisa ? aku tak
begitu yakin
“Kudengar
ahjussi Xi tidak menyetujui hubungan itu, apakah benar begitu ?”
“Entahlah.
Kau tahu kan sikap ayah Luhan memang kaku, mungkin karena ia belum pernah
bertemu Jieun secara resmi. Kuharap tidak akan ada yang menghalangi hubungan
Luhan dan Jieun”
“Jadi ahjumma
setuju jika Luhan berhubungan dengan gadis bernama Jieun itu ?”
“Ahjumma
setuju jika demi kebaikan Luhan”
“Ah ahjumma
memang ibu yang baik”
“Ahaha .. kau
akan tahu jika kau sudah jadi ibu karena setiap ibu menginginkan yang terbaik
untuk anak-anaknya”
Dan harapanku adalah menjadi ibu
dari anak-anak Luhan, ucap Hana dalam hati.
Mereka
tersenyum lalu meminum teh yang tersaji diatas meja.
<<>>
Myungsoo
tengah terpaku pada layar komputer dihadapannya. Kini ia semakin giat membaca
tentang bisnis dan mempelajarinya. Menambah wawasan agar ia bisa sehebat Jieun.
Si gadis cerewet yang mulai membuatnya berubah. Namun disela-sela berselancar
di internet ia menemukan sesuatu, Sesuatu yang cukup membuatnya terkejut.
Keningnya mengernyit dengan pandangan heran, seakan tidak percaya dengan apa
yang tengah dilihatnya. Dalam materi semua bisnis muncul beberapa fihur yang
terkenal dalam bidang itu, dan Myungsoo menemukan foto keluarga dari Tuan Xi Lu
Huang, Pemimpin dari perusahaan Xiao Mi yang sudah sejak lama menjadi pesaing
perusahaannya. Namun bukan sosok Lu Huang yang menarik perhatiaannya, tapi
sosok namja tampan yang berdiri disampingnya.
“Bu bukankah
ini Luhan ?” gumam Myungsoo ragu. Namun jika dilihat beberapa kali pun namja
dalam foto itu memang Luhan. Namja yang beberapa waktu lalu berada dirumah
sakit yang sama dengan Jieun, Namja yang gadis itu bilang adalah
namjachingunya.
“Jadi manager
Lee berhubungan dengan anak dari pemimpin perusahaan Xiao Mi yang tak lain
adalah Luhan ?” Myungsoo benar-benar dibuatnya terkejut. Ia benar-benar baru
tahu jika Luhan anak dari pemimpin pesaingnya. Tapi kenapa Jieun tidak pernah
menceritakan apapun padanya ? apa memang Jieun sengaja menyembunyikan ini semua
? Tapi kenapa ? ada banyak spekulasi yang berputar dibenak Myungsoo saat ini.
Yang mendesak untuk mengetahui kebenarannya.
“Harus ada
penjelasan” Myungsoo bangkit dari kursinya, berjalan keluar ruangannya menuju
ruangan gadis yang akan menjawab semua pertanyaan dibenaknya sekarang.
Myungsoo tiba
didepan ruangan Jieun. Semua bawahan Jieun tengah serius bekerja semenjak
Myungsoo memasuki divisi mereka.
“Jin Ri-ssi”
“Y ye
sajangnim ?” Jin Ri yang merasa dipanggil namanya langsung mendongak kearah
Myungsoo yang masih berdiri tegak. Raut wajahnya tampak serius dan galak
membuat gadis itu sedikit was-was.
“Apa manager
Lee ada diruangannya ?”
“Ah itu ..
sekitar 20 menit yang lalu ia baru saja pergi”
“Kemana ?”
“Ia bilang ia
meninggalkan sesuatu yang penting di apartementnya dan kembali untuk
mencarinya”
Myungsoo
terdiam. Sayang sekali padahal ada banyak yang ingin ia bicarakan pada Jieun
sekarang ini. Tanpa sepatah kata lagi, Myungsoo pergi beranjak dari divisi
Jieun kembali keruangannya.
Para bawahan
Jieun terlihat berbisik-bisik setelah kepergian Myungsoo.
“Ada apa ya ?
Kim sajangnim terlihat serius sekali”
“Benar, apa
ia akan memarahi manager Lee lagi ?”
“Entahlah”
“Atau mungkin
ia mulai menyukai manager Lee”
“Ck dasar kau
ini, mana mungkin begitu”
“Ey tapi
mungkin akan menarik jika serigala dan singa bisa berhubungan”
“Hahaha, kau
benar pasti akan menarik”
Semua bisikan
dan keriuhan kecil itu masih berlangsung saat Jieun tak ada disana.
<<>>
Jieun sampai
diapartement yang ia tinggali bersama Luhan. Namun wajah kusutnya yang kacau
berubah cerah saat mengetahui sepatu dari namja yang beberapa hari ini
meninggalkannya berada dirak sepatu dekat pintu. Itu artinya Luhan sudah pulang
?
Serasa beban
berat karena kehilangan dokumen penting terangkat sejenak, tergantikan dengan
kebahagiaan melihat kembali namja yang dirindukannya.
“K kau sudah
pulang ?” Tanya Jieun saat mendapati Luhan.
“...” Luhan
masih sibuk dengan kegiatannya yang membenarkan dasi didepan cermin.
“Lu”
“Aku kemari
hanya karena ingin mengambil dasi ini”
“Kau masih
marah padaku ?” Luhan tidak menjawab, ia
justru berbalik dan berjalan melewati Jieun yang masih memandangi
gerak-geriknya.
“Aku harus
kembali ke kantor” ucap Luhan dingin. Jieun baru saja berbicara namun terhenti saat matanya melihat sesuatu yang tengah dicarinya berada ditas kerja Luhan.
I itu .. bukankah itu dokumen
penting yang kucari ?
Jieun belum
terlalu yakin, namun ia penasaran. Warna map nya sama dan logo diujung belakang
mapnya pun sama. Jieun berjalan menyusul Luhan dan menarik lengannya membuat
namja itu mengernyit dengan raut meminta penjelasan.
“Apa lagi ?
Kau berharap aku akan memaafkanmu dengan mudah ?”
Sreet
Jieun mengambil
tas kerja Luhan paksa dan membukanya, mengambil dokumen yang ia lihat untuk
memastikan apa benar itu miliknya atau bukan. Jieun sempat terperangah, kini
matanya menatap Luhan yang kebingungan dengan tajam.
“Apa ini
caramu menghukum ku ?” ucap Jieun dengan memegang dokumen yang dicarinya
kehadapan Luhan. namun namja itu masih belum mengerti maksud ucapann Jieun.
“A apa
maksudmu ?”
“Aku tidak
menyangka Lu, kau bisa sepicik ini hanya karena kau marah padaku”
“Jieun
sebenarnya apa yang sedang kau bicarakan ?”
“Dokumen ini
bagaimana bisa ada ditas kerjamu ?”
“Itu dokumen
yang kucari”
“Tapi ini
dokumen ku !”
“Be benarkah
?” Luhan mengambil dokumen yang masih berada ditangan Jieun. Membukanya dan
melihat-lihat untuk memastikan apakah itu dokumen miliknya.
“Ba bagaimana
bisa, dokumen ini ada dimeja kerjaku dan warnanya pun sama dengan dokumen yang
kucari” gumam Luhan setelah melihat isinya dan ternyata bukan dokumen miliknya.
“Kau memang
sepicik ayahmu Lu” ucap Jieun seraya merebut dokumen itu kembali, beranjak dari
sana dengan amarah dan kekecewaan terhadap namja yang dirindukannya. Sedangkan
Luhan hanya bisa terdiam memandang Jieun, mencoba menjelaskan namun mulutnya termangu seakan
masih bingung dengan situasi ini.
“Jadi Jieun
kira aku mengambil dokumen penting miliknya ?” gumam Luhan setelah kepergian
Jieun. Pikirannya mulai mengarah pada satu orang. Yang tak mungkin akan salah
lagi. Orang yang sejak awal menentang hubungannya dengan Jieun apalagi semenjak
ia tahu Jieun bekerja untuk Kim Myung Bin pemimpin Kim Corp.
“Ini pasti
ulah ayah” Luhan mengepalkan tangannya geram.
<<>>
Setelah
menemukan apa yang dicarinya, Jieun kembali kekantor dengan perasaan campur
aduk. Antara tidak percaya, marah, kecewa dan heran. Bagaimana bisa Luhan
mengambil dokumen miliknya, apa memang tujuan Luhan mendekatinya adalah untuk
mengorek informasi dari Jieun tentang Kim Corp ? Apa benar memang begitu ? Jieun
benar-benar tidak bisa percaya jika memang kenyataannya seperti itu.
Jieun hanya
bisa menghela nafas kasar. Emosinya memuncak membuat ia menginjak gas Mobilnya
dalam. Membuatnya melesat bak angin dijalanan Seoul. Seakan bayang-bayang
kematian yang mungkin menimpanya hanya gurauan anak-anak.
Jieun
benar-benar tak habis pikir. Ia kira lelaki itu benar-benar baik dan tulus
mencintainya tapi apa ? Luhan sama saja dengan ayahnya yang ambisius dan licik.
Melakukan jalan pintas untuk tetap mempertahankan kejayaan perusahaannya.
Jieun
menyerahkan dokumen yang membuka kedok namjanya itu ke Presdir Kim, membuat
lelaki paruh baya itu lega dan mulai kembali melunak pada Jieun.
"Syukurlah
kau menemukannya"
"Maafkan
atas kecerobohan saya presdir"
"Kau
salah satu karyawan ku yang bisa dipercaya, jadi kali ini aku maafkan. Jangan
sampai kau mengulanginya lagi, kau hampir membuat lelaki tua ini jantungan
Jieun" Jieun hanya kembali membungkuk meminta maaf.
"Ya
sudah, kau bisa kembali keruanganmu"
"Ne"
Jieun keluar
ruangan presdir Kim dengan sedikit kelegaan dihatinya. Namun masih banyak
masalah yang berputar dipikirannya.
Jieun
berjalan kekiri namun ada yang menghalangi nya, ia kekanan dan masih tetap
sama. Membuang nafas kasar dengan segala kekesalan yang mengendap dihatinya
saat ini. Mendongak dengan tatapan setajam mungkin pada orang yang
berani-beraninya membuat ia semakin kesal.
"O,
sajangnim ?" merubah pandangan tajam itu kala seorang namja dengan
pandangan tak kalah tajam menusuk matanya.
"Ikut
aku"
"Kemana
?"
"Ikut
sekarang jika tidak ingin dipecat"
Mwoya, memang dia pikir dia siapa
bisa memecatku seenaknya.
Jieun pun
terpaksa mengikuti Myungsoo yang kini sudah berjalan mendahuluinya.
Ada apa lagi dengan namja itu, ia
benar-benar bisa berubah dengan cepat. Satu waktu meminta ku menjadi teman tapi
satu waktu membuatku tampak seperti musuh. Aish Jinja, aku benar-benar lelah.
Jieun dan
Myungsoo tiba ditaman kecil yang ada dikantor itu. Dengan melipat tangan
didepan dada, Jieun masih menunggu dengan pandangan datar kearah Myungsoo. Apa
lagi sekarang ? Apa namja itu kembali ingin mencari masalah dengannya ? Jieun
benar-benar sudah muak bersikap baik dan sopan pada orang yang tidak bisa
diajak baik-baik seperti Myungsoo. Ia tak lagi harus membungkuk hormat, ia
benar-benar sedang banyak masalah sekarang dan namja itu terlihat akan menambah
masalahnya.
"Aku
sudah tahu"
"Apa yang
sudah sajangnim tahu"
"Luhan"
hanya dengan menyebut nama itu Jieun seakan berubah, pandangan datar dan
lipatan tangannya bereaksi.
"Apa
maksud sajangnim?"
"Kau
tahu apa maksudku, bagaimana bisa kau menjalin hubungan dengan anak dari
pesaing tempat kau bekerja ? Apa memang kau mata-mata dari perusahaan mereka
?"
"Benar,
Luhan memang anak dari tuan Xi Lu Huang"
"Lalu
kenapa kau menyembunyikannya ?"
"Kami
hanya menjalin hubungan asmara bukan seperti yang sajangnim pikirkan"
"Apa kau
pikir aku bodoh ?"
"Sajangnim
maaf jika aku mengatakan hal ini, bisakah kita menunda ini semua ? Aku
benar-benar banyak pikiran saat ini. Dan kau juga tidak perlu khawatir, aku dan
Luhan baru saja berpisah"
"W wae ?
Bagaimana bisa kalian berpisah" Myungsoo tampak sedikit terkejut.
"Aku
janji akan menjelaskan semuanya nanti" Jieun beranjak pergi meninggalkan
Myungsoo yang masih menatapnya dengan pandangan sulit diartikan.
<<>>
"Ayah
!"
"Apakah
kau tidak punya sopan santun Xi Luhan !?" tuan Xi benar-benar marah saat
tiba-tiba anak bungsunya datang Seraya menggebrak meja. Apakah tidak bisa
mengetuk pintu terlebih dahulu?
"Apa
yang telah ayah lakukan!?" suara itu masih meninggi. Luhan seakan tidak
perduli jika ia sedang berhadapan dengan orang terpandang sekaligus ayahnya
itu.
"Apa
maksudmu ?"
"Jangan
pura-pura ayah, apakah ayah yang membuat Jieun salah paham karena dokumen itu
?"
Tuan Xi
tersenyum kecil yang justru membuat Luhan geram. Jika tidak ingat namja
dihadapannya adalah ayahnya, mungkin ia sudah memberikan pukulan diwajah tuan
Xi.
"Lihat
kan, wanita itu tidak mencintaimu, jika ia mencintai mu maka ia akan percaya
dengan semua yang kau ucapkan. Dia hanya mencintai pekerjaannya Luhan"
Luhan membisu, ucapan ayahnya memang tidak salah. Harusnya memang Jieun tidak
begitu saja percaya bahwa Luhan sengaja mengambil dokumen itu. Mereka
berhubungan sudah cukup lama tapi kenapa Jieun bisa berfikiran jika Luhan ingin
mencuri dokumen penting itu ?
Luhan menatap
ayahnya kembali.
"Ini
bukan salah Jieun, ini salah ayah. Aku tahu ayah sudah melakukan semua hal
picik ini. Ayah tidak benar-benar peduli padaku, ayah hanya perduli dengan
perusahaan !" Masih dengan amarah, Luhan memutuskan untuk pergi dari
hadapan ayahnya. Berdebat dengan ayahnya hanya akan membuatnya semakin kesal
dan emosi.
Luhan tahu,
pasti ayahnya menyuruh orang untuk memindahkan dokumen Jieun ke meja kerjanya
agar Luhan membawanya dan Jieun akan mengira Luhan sengaja mengambil dokumen
miliknya itu. Dan bodohnya Luhan masuk pada perangkap itu, ayahnya meminta
Luhan untuk mengambil dokumen dengan warna map yang sama saat itu juga.
Bodoh ! Kenapa aku tidak memeriksa
dokumen itu dulu.
Wajar jika
Luhan tidak memeriksa dokumen itu karena memang dokumen itu ada dimeja kerjanya
dan dengan warna yang sama yang ingin ia ambil.
<<>>
Kini Jieun
tak pernah lagi pulang ke apartment yang ditinggalinya bersama Luhan. Ia tidak
mengangkat panggilan telefon dari namja itu, tidak membalas belasan pesan yang
Luhan kirimkan padanya. Kekecewaan benar-benar sudah merasuki kepercayaannya
pada Luhan.
Jieun memang
masih belum bisa percaya dengan semua kejadian ini tapi jelas-jelas ia melihat
dokumen miliknya berada di tas kerja Luhan. Kenapa bisa begitu ? Apa memang
benar-benar tidak sengaja ? Tapi bisakan Luhan memeriksanya dulu untuk
memastikan dokumen itu miliknya atau bukan ?
Jieun hanya
bisa menghela nafas.
Udara dingin
menembus kulit, tapi Jieun masih bergelut dengan berbagai pikiran yang masih
belum lelah berputar diotaknya. Berjalan gontai menuju apartement miliknya yang
lama tidak pernah didatanginya lagi semenjak terakhir kali Min Ki
mengunjunginya. Dari kejauhan ia melihat sesosok namja yang berdiri didepan
pintu apartementnya. Dan Jieun tahu siapa itu. Lagi-lagi hanya bisa
menghembuskan nafasnya pelan. Berdiam diri sejenak memperhatikan sesosok namja
yang ternyata Luhan, terlihat kedinginan namun masih berdiri tanpa lelah
menunggu kedatangannya.
Tidak, mana mungkin namja sebaik
Luhan melakukan ini semua. Hanya orang bodoh yang percaya jika ia berniat
mengambil dokumen itu dariku.
Jieun
menghampiri Luhan yang dibalas dengan tatapan berbinar dari sang namja.
“Ji, aku bisa
menjelaskan ini semua. Tolong dengarkan aku” berbicara dengan nada
sungguh-sungguh yang bisa terlihat dari matanya. Meraih kedua tangan Jieun dan
menggenggamnya erat. Jieun menyukainya, aliran hangat dari namja terhangat yang
pernah ia kenal. Jieun hanya diam seraya masih menatap namja yang dirindukannya
itu tanpa ekspresi.
Dari dulu aku memang tidak pernah
bisa menjadi wanita yang membahagiakanmu.
“Dengar, ayah
lah dalang dari semua ini. Aku yakin orang suruhan ayah yang memindahkan
dokumen mu ke meja kerjaku sehingga aku bisa mengira aku mengambil dokumen
milik ku sendiri, dan bodohnya aku tid-“
“Lu”
penjelasan panjang Luhan terhenti dengan panggilan lirih yang diucapkan Jieun.
“Y ya ? kau
percaya padaku kan ?” Jieun tersenyum seraya mengangguk pelan.
“Aku percaya,
maafkan aku karena tidak mempercayaimu” ucapan itu terdengar tulus dan jujur.
Kalimat yang ditunggu-tunggu oleh Luhan akhirnya bisa ia dengar dari gadis yang
amat ia cintai.
“Oh
Syukurlah, aku begitu tersiksa karena semua ini” bisik Luhan setelah merengkuh
Jieun dalam dekapannya. Menyalurkan semua perasaan lega yang dialaminya saat
ini. Tak ada momen yang paling membahagiakan selain mendengar ucapan kepercayaan
Jieun padanya. Demi apapun juga mana mungkin ia berniat buruk apalagi sampai
berbuat curang dengan mengambil dokumen Jieun yang notebennya adalah pesaing
dari perusahaan ayahnya. Tidak ada secuil pun pikiran untuk melakukan hal itu.
Jika perlu ia akan menentang dengan keras apabila ayahnya meminta ia melakukan
itu.
“Tapi maaf,
mungkin kita memang harus mengakhiri semua ini” bagai tertimpa batu dihamparan
emas. Seketika Luhan melepas dekapannya dan beralih memandang Jieun tak
mengerti. Baru sedetik lalu ia amat bahagia bagai terbang ke awan namun ucapan
Jieun begitu membuatnya terpuruk kembali kedaratan.
“Ji, a apa
maksudmu ?” wajah lelah bercampur sedih yang ditunjukan Jieun benar-benar
membuat Luhan mendapat perasaan yang tidak enak.
“Aku lelah,
kau tahu, ayahmu tidak setuju dengan hubungan kita dan sejak dulu aku tidak
pernah bisa membahagiakanmu. Kita tidak sejalan dan begitu banyak perbedaan.
Aku merasa aku hanya jarum yang terus menusukmu. Kau namja yang begitu baik dan
tidak pantas mendapat yeoja seperti ku. Aku benar-benar ingin melihatmu bahagia
dan sepertinya aku tidak pernah bisa membuatnya terwujud jika kau bersamaku Lu”
“Ji..”
“Dengarkan
aku dulu, aku sangat sangat dan akan selalu mencintaimu. Kau adalah namja yang
benar-benar membuatku merasakan cinta tapi aku merasa aku hanya bisa memberikan
kekecewaan padamu, aku merasa seperti seorang idola yang tidak bisa memberikan
cinta yang sesungguhnya pada fans mereka”
“Aku lelah,
aku lelah membuatmu kecewa Lu” tambah Jieun.
“Tidak, ada
apa denganmu Ji ? kenapa kau berkata seperti itu eoh ?”
“Mian” Jieun
beranjak memasuki apartementnya menyisakan Luhan yang masih memandangnya dengan
raut sedih. Begitu sampai didalam apartmentnya Jieun merosot dibalik pintu.
Menghembuskan nafas seraya terdiam dengan pandangan kosong.
Apa aku sudah melakukan hal yang
benar, hanya kali ini aku benar-benar bingung dengan keputusan yang sudah
kuambil.
Luhan masih
berdiri didepan pintu apartement Jieun yang sudah tertutup rapat. Wajahnya
muram dengan pandangan sendu. Apa Jieun benar-benar serius dengan ucapannya ?
kenapa Jieun mengakhiri hubungan ini jika ia memang mencintai dan mempercayai
Luhan ?
“AAARRGGH
...”
“JI APA KAU
TAHU JIKA AKU BENAR-BENAR MENCINTAIMU EOH ?! APA KAU PIKIR AKU MAIN-MAIN HAH
?!”
“KENAPA KAU
MELAKUKAN INI PADAKU ? Ji JAWAB AKU !” Luhan berteriak didepan pintu apartement
Jieun. Entahlah, ia merasa seperti pecundang saat ini. Hal konyol apa ini semua
?
Jieun hanya
bisa menenggelamkan kepalanya dilutut. Memejamkan matanya saat teriakan Luhan
sampai di kedua telinganya. Tak jauh berbeda, Luhan pun merosot dan duduk
bersender didepan pintu apartement Jieun dengan berjuta kekecewaan dihatinya.
Termenung dengan pandangan kosong seperti orang mendapat gangguan jiwa.
1 menit
berlalu
1 jam
2 jam
Dan Luhan
masih terduduk didepan pintu apartement Jieun tanpa berniat beranjak
sedikitpun. Ia tampak seperti orang bodoh. Dan ia akan semakin bodoh jika
benar-benar berpisah dengan Jieun. Udara dingin tak bisa lagi menembus hatinya
yang kini memanas tak karuan.
Jieun pun
tidak bisa tidur, bagaimana mungkin ia bisa tidur setelah memutuskan untuk
mengakhiri hubungan dengan namja yang begitu dicintainya. Jieun sudah dalam
keadaan mabuk setelah beberapa kaleng soju berserakan dimejanya. Terisak dan
tertawa karena tingkah bodohnya sendiri.
“Hiks, Luhan
.. jangan pergi”
“Hahaha,
berbahagialah dengan yeoja lain Sayang hiks .. hiks ..” Jieun mulai terpengaruh
dengan apa yang ia minum. Meracau tak karuan seorang diri.
<<>>
“Luhan ?” Kening Hana berkerut saat mendapati Luhan didepan pintu
apartmentnya dengan wajah lusuh dan terlihat kacau.
Ada apa lagi dengannya ?
“Ma masuklah” ucap Hana. Luhan berlalu dari hadapannya dan mulai
memasuki apartement Hana tanpa sepatah katapun keluar dari mulutnya membuat
Hana hanya bisa menghembuskan nafasnya kecil.
Pasti ada masalah lagi
Wanita itu benar-benar .. Aku
ingin sekali melihat wanita yang bernama Jieun itu.
Luhan mendudukan diri disofa putih milik Hana dan Hana berjalan
menuju dapur untuk membuat segelas susu cokelat favorit Luhan. Berharap bisa
membuat Luhan lebih segar.
__
“Ini, minumlah” ucap Hana seraya duduk diseberang Luhan yang masih
diam seperti orang bisu.
“Kau kenapa lagi hah ?”
“...” Luhan masih diam, kini matanya menatap segelas susu cokelat
dihadapannya.
“Luhan jawab aku” Hana benar-benar tidak bisa melihat namja itu
hanya diam tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Bukannya menjawab, Luhan justru
meraih segelas susu cokelat buatan Hana dan meminumnya sedikit.
“Kau selalu tahu apa yang aku sukai” ucap Luhan. lagi-lagi membuat
Hana hanya bisa menghembuskan nafas pelan. Bukan itu yang ingin ia dengar.
“Ada apa denganmu Luhan ? Tolong jangan seperti ini, kau membuatku
sedih Lulu”
“Dia memutuskan hubungan kami” Hana masih menatap dengan pandangan
lurus.
“Dia bilang dia mencintaiku, dia bilang dia mendapatkan cinta yang
sesungguhnya dariku, lalu untuk apa jika akhirnya ia memutuskannya”
Hana melihat keputusasaan memancar dari mata Luhan. Ia belum
pernah melihat namja itu sedih sampai seperti ini. Hana beranjak dari sofanya,
berjalan menuju Luhan dan duduk disampingnya. Menarik pelan kepala Luhan untuk
menyenderkan dibahunya. Membelai rambutnya seperti seorang ibu yang menidurkan
anaknya.
“Kau tahu, kadang cinta itu tak selalu manis, tak selalu bahagia,
kadang cinta itu pahit dan menyakitkan tapi apapun yang kau rasakan kau tidak
akan bisa menghindari apa yang namanya cinta” ucap Hana.
“Hana-ya ..”
“Hmm ..”
“Apa aku begitu menyakitimu selama ini ?” Hana mengerutkan kening,
tak mengerti apa maksud dari perkataan temannya itu.
“Apa maksudmu ?”
“Aku tahu, tahu sejak dulu kau menyukaiku”
Entah harus senang atau sedih, yang pasti ucapan namja itu
benar-benar membuatnya terkejut. Jadi selama ini Luhan tahu bahwa ia menyukainya
? Tapi kenapa Luhan bersikap seolah mereka memang benar-benar hanya sebatas
teman.
To Be Continue
Haaaaaaaa please jieun sama luhan kemana putus :'( bikin balikan lagi pleaseeeee
ReplyDeleteTunggu aja kelanjutannya oke
DeleteHaaa,jangan sampai ji eun sama luhan putus :' ditunggu kelanjutannya :')) endingnya pasti ji eun sama luhan kan?
ReplyDelete