Ambition [4]


Cast    : Lee Jieun [IU], Xi Luhan, Kim Myungsoo etc.

Genre : Drama, romance, life.

Length: Chapter.

Part [1] [2] [3]


Jieun bangun dengan kepala pusing dan mual diperutnya.

“Hueekk” mengeluarkan isi perutnya di wastafel berulang kali. Seakan mendapat ingatannya kembali. Jieun membekap mulutnya tidak percaya. Ia ingat sangat ingat.

Flashback

Setelah bernyanyi dan mendapat tepuk tangan juga teriakan dari para karyawannya, Jieun mau tak mau ikut minum juga. Untuk apa kesana jika tidak minum kan ?

Semuanya pulang larut malam, Jieun yang mabuk berjalan senggoyongan menuju mobilnya.

“Kau mabuk” ucap Myungsoo yang entah sejak kapan sudah duduk disamping Jieun dalam mobil. namja itu sepertinya memperhatikan Jieun berulang kali gagal memasukan kunci mobil pada lubangnya.

“Eoh ?” Jieun hanya meracau tanpa sadar.

“Aku akan mengantarkanmu” Myungsoo merebut kunci mobil Jieun dan memindahkan yeoja itu kebelakang, setelah itu ia memasuki kemudi dan menjalankan mobil Jieun. Beruntung Jieun tak tertidur sehingga bisa menyebutkan alamat apartementnya. Sampai didepan gedung apartement Jieun, namja itu memapahnya keluar namun sesuatu terjadi, tiba-tiba Jieun muntah tepat dijas Myungsoo.

“Yaakk ! kau !” Bukan hanya muntah Jieun juga memukul kepala Myungsoo dengan umpatan kasar.

“Rasakan itu bodoh haha”

“Kau ! Benar-benar ..”

Jieun berjalan memasuki gedung apartmennya tanpa merasa bersalah meninggalkan Myungsoo yang masih tak percaya pada kejadian yang baru saja terjadi. Yeoja itu memasuki lift dan berlalu masih dengan sempoyongan.

“Aiisshh yeoja itu !” Myungsoo merutuk kesal, sudah baik ia mengantar Jieun dengan selamat namun apa yang ia dapat, muntahan dan pukulan. Benar-benar yeoja yang tidak bisa diprediksi.

Flashback end

Jieun memukul-mukul kepalanya sendiri.

“Aiishh kau ini, kenapa begitu bodoh Jieun”

“Aiisshh ..”

__

Jieun masih dengan rambut acak-acakan memakan sup tauge buatan Min ki. Adiknya itu memandang Jieun datar.

“Noona kau itu sudah dewasa tapi bukan berarti bisa mabuk-mabukan seperti ini” ceramahnya.

“Mian, noona tidak akan melakukannya lagi” ucap Jieun dan kembali menyuapkan sesendok sup pada mulutnya.

“Dan siapa yang mengantarmu tadi malam ?”

“Bagaimana kau tahu ?”

“Aku melihatnya dari beranda saat aku bersantai disana, dia bukan Luhan Hyung”

“Apa kau tidak ingat, dia namja yang di Mall waktu itu. dia anak bosku”

“Eoh ? benarkah ?” Min ki berusaha mengingat-ngingatnya.

“Tapi bagaimana bisa dia mengantarkanmu, katanya dia menyebalkan” Min Ki selalu penasaran dengan suatu hal dan akan mengoreknya sampai ia puas.

“Molla, aku pusing, bisa tidak jangan berisik !”

“Isshh tidak perlu marah kan” cibir namja itu.

__

Karena hari ini hari Minggu, Jieun hanya bersantai didepan televisi datarnya.

“Noona jalan-jalan yuk”

“Malas ah” Jieun masih pusing bagaimana cara ia minta maaf pada Myungsoo atas prilakunya. Benar-benar memalukan jika membayangkan kecerobohannya tadi malam. Dan yang pasti Myungsoo dipastikan sangat marah padanya, disaat namja itu mulai membaik pada Jieun, Jieun justru merusak semuanya dengan memuntahi dan memukul namja itu. Aissh. Ingin sekali Jieun memutar waktu dan membatalkan prilaku kasarnya.

“Ah noona tidak asik”

“...”

“Yaakk kenapa kau diam terus !”

Buukk .. Jieun melempar bantal kecil berbentuk hati tepat didepan wajah Min Ki. Membuat namja itu geram.

“Yaaakk !”

“Berisik bodoh !

___

Dua namja itu tengah asik bermain basket, Min Ki terus saja mengoceh membuat Jieun tidak betah berlama-lama diapartement mendengar kicauan adiknya dan akhirnya Jieun  menghubungi Luhan untuk keluar menghabiskan waktu ditaman.

“Hyung kalau kau kalah, kau harus meminta nomor ponsel yeoja yang disana itu oke” ucap Min ki dengan lirikan pada yeoja yang seusianya dibawah pohon tak jauh dari lapangan basket. Yeoja berambut pendek dan terlihat tomboy.

“Mwo ? bagaimana jika kakak mu tahu”

“Oh ayolah, aku tidak meminta hyung untuk mengencani yeoja itu juga, hanya minta nomornya dan berikan padaku”

“Aiishh dasar kau ini. Lalu kalau aku menang ?”

“Hyung boleh meminta apapun padaku”

“Oke deal” Dua namja itu bersalaman sebelum akhirnya saling bersiap-siap untuk memulai duel.

Sedangkan Jieun hanya memutar-mutar ponselnya resah, apa yang harus ia katakan untuk meminta maaf pada Myungsoo ? sesekali menggaruk kepalanya yang tidak gatal menyesali perbuatannya tadi malam.

Drrt drrrt

Sebuah panggilan tertera dilayar ponsel Jieun namun tidak bernama.

“Siapa ini” gumam Jieun sebelum menerima telepon itu.

“Yeoboseyo”

“Pasti kau sedang merutuki sikapmu” Jieun menjauhkan ponselnya dan mengernyit. Ia kenal suaranya tapi tidak tahu siapa.

“Nuguya ?”

“Orang yang kau muntahi tadi malam”

“Sajangnim !?” Jieun sedikit meninggikan suaranya karena tak percaya. Dari mana namja itu mengetahui nomor ponselnya.

“Ne”

“Ma maaf sekali lagi saya minta maaf sajangnim, saya benar-benar tidak bermaksud seper-“

“Aku tidak akan memaafkanmu” sela Myungsoo.

“Sajangnim, maafkan sikap buruk saya, harusnya anda memakluminya”

“Aku tidak mau tahu, aku tidak akan memaafkanmu. Bersiap-siap saja, aku tidak akan membuatmu tenang dikantor”

“Ta tap-“

“Hallo, hallo sajangnim ?”

“Aiisshhh” sambungan telepon itu diputus sepihak. Sama sekali tak memberikan Jieun kesempatan. Yeoja itu hanya merutuki dirinya sendiri.

__

“Yaahh, hyung curang” Min Ki menggerutu karena kekalahannya. Berjongkok dengan nafas memburu dan peluh didahinya. Ternyata anggapannya tentang Luhan yang tidak jago basket salah besar. Ia kalah telak 3-0.

“Haha, kau kalah dan kau harus menepati janjimu”

“Ne ne apa yang hyung sekarang inginkan ?”

Luhan tampak berfikir seraya berkacak pinggang.

“Untuk saat ini belum ada, tapi saat aku menagih janji kau harus menepatinya”

“Oke oke” pasrah Min ki. Ugh, nomor ponsel yeoja cute disana hilang sudah, ia tidak bisa berkenalan dengan yeoja Seoul.

“Hey kalian, ayo kita makan !” Seru Jieun, memikirkan tentang sikapnya pada Myungsoo entah mengapa justru membuat cacing-cacing diperutnya kelaparan.

Jieun, Min ki dan Luhan berjalan kaki menelusuri taman, berniat mencari bakso tusuk yang biasa dijajakan.

“Kalian kenapa begitu berkeringat, Iyuuuh” komentar Jieun.

“Noona mana ada yang main basket tidak berkeringat” bela Min Ki.

“Meski berkeringat aku masih tetap tampan kan sayang”

“Huuueekk” koor Jieun dan adiknya.

“Aiisshh kalian ini” Luhan berpura-pura kesal namun kemudian mereka saling melempar senyum.

__

Duduk bersila masih ditaman dengan rerumputan lembut yang biasa digunakan untuk bersantai seraya memakan bakso tusuk ditangan mereka.

“Eumm... kenapa ini enak sekali” gumam Jieun tak jelas karena mulutnya penuh dengan makanan yang belum ditelan.

“Itu karena kita memakannya bersama-sama” jawab Luhan.

“salah hyung, itu karena kita sedang lapar jadi apapun enak”

“Hahaha ..” Min ki memang selalu bisa membawa suasana ceria.

“Ji bagaimana dengan rencana kita untuk mengunjungi makam ayahmu ?”

“Mungkin lain kali saja, Min ki disini, tidak mungkin kita meninggalkannya sendirian”

“Oh bagaimana jika noona dan hyung kemakam ayah saat aku pulang saja sekalian mengantarkanku” usul Min Ki.

“Tentu” balas Jieun.

“Ide bagus” sahut Luhan.

<<>> 

Tuan Xi tengah memperhatikan beberapa foto yang diambil orang bayarannya. Orang bayarannya untuk mengawasi anak bungsunya. Disana ada foto Luhan tengah bersama Jieun dan juga seorang namja lagi.

“Rasanya aku pernah melihat yeoja ini tapi dimana..” gumam namja paruh baya itu. ia hafal wajah Jieun tapi dimana, ia bahkan belum pernah bertemu dengannya secara langsung tapi kenapa wajahnya tidak asing. Ia hanya penasaran dengan yeoja yang dikencani anaknya.

“Dia seorang yeoja kalangan biasa yang ayahnya telah meninggal” lapor namja berpakaian serba hitam yang masih menunduk hormat dihadapan ayah Luhan.

“Lalu ?”

“Ibunya tinggal dikota bernama Pyok Jang”

“Adiknya sekarang kelas tiga, yeoja itu tulang punggung keluarganya”

“Dimana ia bekerja ?”

“Dia bekerja diperusahaan Kim Corp sebagai direktur divisi perencanaan proyek”

“MWO !?” jadi anaknya mengencani karyawan perusahaan saingan mereka ? ayah Luhan terlihat meremas foto yang diambil secara diam-diam itu. Benar, tuan Xi pernah melihat Jieun saat menghadiri pesta yang dihadiri oleh berbagai pimpinan perusahaan dan disana ia pernah melihat Jieun mendampingi tuan Kim selaku pimpinan Kim Corp.

Itu artinya wanita itu orang kepercayaan Kim Myung Bin.

“Terus awasi mereka” ucapnya dingin. Pria dihadapan tuan Xi membungkuk sebelum akhirnya keluar ruangan.

<<>> 

Jieun menghembuskan nafas sebelum akhirnya memantapkan diri memasuki ruangan Kim Myungsoo. Mengetuk pintu tiga kali dengan jantung berdebar. Ia tahu Myungsoo sudah memberikan pernyataan bahwa ia tidak akan memaafkan Jieun soal malam itu tapi bukan Jieun jika ia menyerah begitu saja, kalian tahu kan Jieun bahkan bisa membujuk para investor dengan begitu kerasnya. Jika hanya seorang Kim Myungsoo itu terlalu mudah baginya. Mungkin.

“Masuk” Jieun mulai membuka pintu dengan pelan, menatap namja yang duduk dikursi itu tanpa mengalihkan pandangannya pada layar laptopnya.

“Sajangnim” Myungsoo mendongak dan betapa moodnya berubah saat mengetahui bahwa itu Jieun.

“Kau”

“Mau apa lagi kesini ?” Jieun masih menunduk.

“Aku ingin meminta maaf”

“Kau sudah tahu kan apa jawabanku”

“Aku akan tetap meminta maaf meski kau tidak akan memaafkanku”

“Dan ini” Jieun meletakan dua buah buku tebal dimeja Myungsoo.

“Apa itu ?”

“Ini adalah buku yang anda minta, buku tentang bisnis dan manajemen, ini buku yang saya sangat anjurkan, disana banyak pelajaran penting yang sudah saya garis bawahi” jelas Jieun. Myungsoo hanya menatap buku itu datar.

“Saya permisi” tanpa berniat berlama-lama disana, Jieun permisi keluar ruangan.

“Tunggu dulu”

“Ne ?”

“Gomawo untuk bukunya tapi ingat aku belum memaafkanmu”

“Ne sama-sama dan akan saya ingat itu”

“Keluarlah”

<<>> 

Luhan tengah bercengkrama dengan ibunya, ia pulang karena begitu bosan di apartement tanpa Jieun. Sebenarnya kapan Min Ki pulang ? maafkan jika Luhan egois, ia tidak betah berlama-lama tanpa Jieun.

“Ibu apakah noona ada dirumah ?”

“Kau tahu kan ia tidak bisa sedetik saja diam dirumah, memangnya kenapa ?”

“Aniyo, hanya bertanya saja”

“Tumben kau pulang sayang”

“Oh apa eomma tidak suka anakmu ini pulang ?”

“Haha aniyo bukan begitu, Bagaimana kabar Jieun ?”

“Dia baik”

“Kapan eomma bisa bertemu dengannya lagi ?”

“Sudah kubilang ia sibuk eomma”

“Oke oke, tapi sesekali ajaklah ia makan malam dirumah supaya ayah mu juga mengenalnya”

Aku tidak yakin ayah akan menyukai Jieun

“Ne” Luhan mengangguk mengiyakan.

<<>> 

Myungsoo yang mulai bosan dengan pekerjaannya, meraih buku tebal pemberian Jieun. Membuka halaman pertamanya, membaca seraya menyandarkan punggungnya pada kursi. Membaca dengan seksama namun ia sulit mengerti maksud dari apa yang dibacanya. Seperti ini jugalah saat ia kuliah bisnis dan manajemen, pintar dalam ujian namun tidak bisa mengaplikasikannya saat didunia kerja. Apa karena ini ayahnya sulit mempercayakan perusahaan padanya ? Mungkin juga.

Menempatkannya diperusahaan cabangnya yang kecil disudut kota. Mengurusi urusan kecil, menangani hal-hal sepele yang terjadi disana. Myungsoo merasa diremehkan tanpa tahu maksud ayahnya melakukan hal itu. Untuk apa ia lelah-lelah kuliah tapi saat ia lulus ia justru ditempatkan disebuah perusahaan cabang kecil milik ayahnya. Ia sangat menginginkan bisa menjabat sebagai presdir seperti ayahnya, dipandang sebagai orang terhormat, disegani sebagai pebisnis yang handal, dan juga berwibawa.

Myungsoo yang sedikit pusing dengan yang dibacanya memilih untuk menelpon Jieun agar yeoja itu sedikit menjelaskan yang ia baca menjadi lebih mudah dimengerti.

“Iya hallo”

“Keruanganku sekarang”

“Tapi sajangnim aku sed-“

“Sekarang !” Jieun sedikit menjauhkan telepon itu dari telinganya mendengar teriakan Myungsoo. Menutup sebal telepon yang ada diruangannya itu.

“Kenapa direktur Lee ?”

“Kita lanjutkan nanti, sajangnim memanggilku”

“Ne” Jin ri yang tengah mendiskusikan sebuah laporan dengan Jieun hanya bisa mengangguk seraya memandang Jieun beranjak keluar ruangan.

__

“Ada apa sajangnim ?”

“Kau bisa menjelaskan isi buku ini ?”

“Kenapa anda tidak membacanya ?”

“Aku sudah melakukannya tapi membuatku pusing. Sekarang jelaskan saja dengan bahasa yang mudah dimengerti dan jangan banyak bertanya”

“Oh Ne baiklah”

Dasar bodoh, aku masih punya banyak urusan tahu ! jika saja kau bukan anak presdir sudah kupecat kau.

Jieun dengan sabar menjelaskan setiap kata yang mempunyai makna, seperti seorang guru ia menjelaskan dengan baik pada Myungsoo yang sesekali mengerutkan keningnya tak mengerti. Meminta Jieun untuk mengulanginya beberapa kali. Jieun beberapa kali menghembuskan nafas atas permintaan Myungsoo itu.

“Menurut H.B. Siswanto, manajemen adalah seni dan ilmu dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemotivasian, dan pengendalian terhadap orang dan mekanisme kerja untuk mencapai tujuan.” Jelas Jieun.

“Artinya ?”

“Kau sebagai pimpinan harus tahu dimana waktu untuk memperlihatkan ketegasan dan juga relationship dengan karyawanmu. Misalnya begini, saat kau makan siang dan karyawanmu lewat, ajaklah untuk makan bersama hanya untuk sekedar mengobrol dan mengakrabkan diri tapi saat jam kerja sudah dimulai kau harus tegas sebagai pimpinan mereka.Ya bisa dibilang kau harus tahu kondisi dan situasi bagaimana kau membawa diri. Jadi tidak membuat karyawan stress saat kau selalu galak atau terlalu santai saat kau terlihat seperti teman. Karyawan harus mempunyai pandangan bahwa pimpinan mereka tegas namun juga mempunyai sisi bersahabat. Paham ?”

“Tentu saja paham, kau pikir aku bodoh” Jieun mendengus kecil dan kembali menjelaskan lembaran dibuku yang dipegangnya.

Cklek, pintu ruangan Myungsoo terdengar terbuka, menampakan sosok berwibawa yang sangat Jieun hormati.

“Oh Presdir” Jieun membungkuk kecil saat melihat siapa yang memasuki ruangan Myungsoo. Tampak Presdir Kim tersenyum melihat Jieun dan juga anaknya.

“Bagus sekali, apa kalian sedang belajar ?”

“Begitulah, ada beberapa yang sajangnim tidak mengerti dan meminta bantuanku” jelas Jieun.

“Haha bagus bagus, teruskan Jieun-ssi”

“Ah ye” jawab Jieun dan Presdir kembali keluar ruangan.

“Sekarang apa anda mempunyai pertanyaan sajangnim ?”

“Untuk yang tadi, bukankah sebagai pemimpin harus terlihat kejam oleh karyawannya agar ia dihormati dan disegani ?”

Dia benar-benar bodoh, pantas saja ayahnya mengirimnya ke perusahaan cabang.

“Ini perusahaan bukan sebuah gangster yang pemimpinnya harus ditakuti. Kita membutuhkan kesetiaan para karyawan. Jika anda memperlakukan mereka secara baik meskipun mereka ditawari pekerjaan dengan gaji lebih tinggi, kemungkinan besar mereka akan tetap setia kepada anda. Dan untuk masalah dihormati, mereka akan melihat apakah anda sebagai pemimpin layak dihormati atau tidak tercermin dari pembawaan anda saat memimpin” Jelas Jieun dengan mimik muka serius. Myungsoo hanya bisa mengangguk-angguk kecil.

“Oke cukup untuk hari ini, kau lumayan membantu”

Lumayan kau bilang !? dia benar-benar belum memaafkanku karena insiden waktu itu.

“Baguslah jika saya memang membantu”

“Kau boleh pergi, aku akan menghubungimu lagi jika dibutuhkan”

“Ne” membungkuk kecil sebelum akhirnya keluar ruangan.

To Be continue 

Comments