Cast : Lee Jieun [IU], Xi Luhan, Kim Myungsoo etc.
Genre :
Drama, romance, life.
Jieun bangun
dengan kepala pusing dan mual diperutnya.
“Hueekk”
mengeluarkan isi perutnya di wastafel berulang kali. Seakan mendapat ingatannya
kembali. Jieun membekap mulutnya tidak percaya. Ia ingat sangat ingat.
Flashback
Setelah
bernyanyi dan mendapat tepuk tangan juga teriakan dari para karyawannya, Jieun
mau tak mau ikut minum juga. Untuk apa kesana jika tidak minum kan ?
Semuanya
pulang larut malam, Jieun yang mabuk berjalan senggoyongan menuju mobilnya.
“Kau mabuk”
ucap Myungsoo yang entah sejak kapan sudah duduk disamping Jieun dalam mobil.
namja itu sepertinya memperhatikan Jieun berulang kali gagal memasukan kunci
mobil pada lubangnya.
“Eoh ?” Jieun
hanya meracau tanpa sadar.
“Aku akan
mengantarkanmu” Myungsoo merebut kunci mobil Jieun dan memindahkan yeoja itu
kebelakang, setelah itu ia memasuki kemudi dan menjalankan mobil Jieun.
Beruntung Jieun tak tertidur sehingga bisa menyebutkan alamat apartementnya.
Sampai didepan gedung apartement Jieun, namja itu memapahnya keluar namun
sesuatu terjadi, tiba-tiba Jieun muntah tepat dijas Myungsoo.
“Yaakk ! kau
!” Bukan hanya muntah Jieun juga memukul kepala Myungsoo dengan umpatan kasar.
“Rasakan itu
bodoh haha”
“Kau !
Benar-benar ..”
Jieun
berjalan memasuki gedung apartmennya tanpa merasa bersalah meninggalkan
Myungsoo yang masih tak percaya pada kejadian yang baru saja terjadi. Yeoja itu
memasuki lift dan berlalu masih dengan sempoyongan.
“Aiisshh
yeoja itu !” Myungsoo merutuk kesal, sudah baik ia mengantar Jieun dengan
selamat namun apa yang ia dapat, muntahan dan pukulan. Benar-benar yeoja yang
tidak bisa diprediksi.
Flashback end
Jieun
memukul-mukul kepalanya sendiri.
“Aiishh kau
ini, kenapa begitu bodoh Jieun”
“Aiisshh ..”
__
Jieun masih
dengan rambut acak-acakan memakan sup tauge buatan Min ki. Adiknya itu
memandang Jieun datar.
“Noona kau
itu sudah dewasa tapi bukan berarti bisa mabuk-mabukan seperti ini” ceramahnya.
“Mian, noona
tidak akan melakukannya lagi” ucap Jieun dan kembali menyuapkan sesendok sup
pada mulutnya.
“Dan siapa
yang mengantarmu tadi malam ?”
“Bagaimana
kau tahu ?”
“Aku
melihatnya dari beranda saat aku bersantai disana, dia bukan Luhan Hyung”
“Apa kau
tidak ingat, dia namja yang di Mall waktu itu. dia anak bosku”
“Eoh ?
benarkah ?” Min ki berusaha mengingat-ngingatnya.
“Tapi
bagaimana bisa dia mengantarkanmu, katanya dia menyebalkan” Min Ki selalu
penasaran dengan suatu hal dan akan mengoreknya sampai ia puas.
“Molla, aku
pusing, bisa tidak jangan berisik !”
“Isshh tidak
perlu marah kan” cibir namja itu.
__
Karena hari
ini hari Minggu, Jieun hanya bersantai didepan televisi datarnya.
“Noona
jalan-jalan yuk”
“Malas ah”
Jieun masih pusing bagaimana cara ia minta maaf pada Myungsoo atas prilakunya.
Benar-benar memalukan jika membayangkan kecerobohannya tadi malam. Dan yang
pasti Myungsoo dipastikan sangat marah padanya, disaat namja itu mulai membaik
pada Jieun, Jieun justru merusak semuanya dengan memuntahi dan memukul namja
itu. Aissh. Ingin sekali Jieun memutar waktu dan membatalkan prilaku kasarnya.
“Ah noona
tidak asik”
“...”
“Yaakk kenapa
kau diam terus !”
Buukk ..
Jieun melempar bantal kecil berbentuk hati tepat didepan wajah Min Ki. Membuat
namja itu geram.
“Yaaakk !”
“Berisik
bodoh !
___
Dua namja itu
tengah asik bermain basket, Min Ki terus saja mengoceh membuat Jieun tidak
betah berlama-lama diapartement mendengar kicauan adiknya dan akhirnya
Jieun menghubungi Luhan untuk keluar
menghabiskan waktu ditaman.
“Hyung kalau
kau kalah, kau harus meminta nomor ponsel yeoja yang disana itu oke” ucap Min
ki dengan lirikan pada yeoja yang seusianya dibawah pohon tak jauh dari
lapangan basket. Yeoja berambut pendek dan terlihat tomboy.
“Mwo ?
bagaimana jika kakak mu tahu”
“Oh ayolah,
aku tidak meminta hyung untuk mengencani yeoja itu juga, hanya minta nomornya
dan berikan padaku”
“Aiishh dasar
kau ini. Lalu kalau aku menang ?”
“Hyung boleh
meminta apapun padaku”
“Oke deal”
Dua namja itu bersalaman sebelum akhirnya saling bersiap-siap untuk memulai
duel.
Sedangkan
Jieun hanya memutar-mutar ponselnya resah, apa yang harus ia katakan untuk
meminta maaf pada Myungsoo ? sesekali menggaruk kepalanya yang tidak gatal
menyesali perbuatannya tadi malam.
Drrt drrrt
Sebuah
panggilan tertera dilayar ponsel Jieun namun tidak bernama.
“Siapa ini”
gumam Jieun sebelum menerima telepon itu.
“Yeoboseyo”
“Pasti kau
sedang merutuki sikapmu” Jieun menjauhkan ponselnya dan mengernyit. Ia kenal
suaranya tapi tidak tahu siapa.
“Nuguya ?”
“Orang yang
kau muntahi tadi malam”
“Sajangnim
!?” Jieun sedikit meninggikan suaranya karena tak percaya. Dari mana namja itu
mengetahui nomor ponselnya.
“Ne”
“Ma maaf
sekali lagi saya minta maaf sajangnim, saya benar-benar tidak bermaksud seper-“
“Aku tidak
akan memaafkanmu” sela Myungsoo.
“Sajangnim,
maafkan sikap buruk saya, harusnya anda memakluminya”
“Aku tidak
mau tahu, aku tidak akan memaafkanmu. Bersiap-siap saja, aku tidak akan
membuatmu tenang dikantor”
“Ta tap-“
“Hallo, hallo
sajangnim ?”
“Aiisshhh”
sambungan telepon itu diputus sepihak. Sama sekali tak memberikan Jieun
kesempatan. Yeoja itu hanya merutuki dirinya sendiri.
__
“Yaahh, hyung
curang” Min Ki menggerutu karena kekalahannya. Berjongkok dengan nafas memburu
dan peluh didahinya. Ternyata anggapannya tentang Luhan yang tidak jago basket
salah besar. Ia kalah telak 3-0.
“Haha, kau
kalah dan kau harus menepati janjimu”
“Ne ne apa
yang hyung sekarang inginkan ?”
Luhan tampak
berfikir seraya berkacak pinggang.
“Untuk saat
ini belum ada, tapi saat aku menagih janji kau harus menepatinya”
“Oke oke”
pasrah Min ki. Ugh, nomor ponsel yeoja cute disana hilang sudah, ia tidak bisa
berkenalan dengan yeoja Seoul.
“Hey kalian,
ayo kita makan !” Seru Jieun, memikirkan tentang sikapnya pada Myungsoo entah
mengapa justru membuat cacing-cacing diperutnya kelaparan.
Jieun, Min ki
dan Luhan berjalan kaki menelusuri taman, berniat mencari bakso tusuk yang
biasa dijajakan.
“Kalian
kenapa begitu berkeringat, Iyuuuh” komentar Jieun.
“Noona mana
ada yang main basket tidak berkeringat” bela Min Ki.
“Meski
berkeringat aku masih tetap tampan kan sayang”
“Huuueekk”
koor Jieun dan adiknya.
“Aiisshh
kalian ini” Luhan berpura-pura kesal namun kemudian mereka saling melempar
senyum.
__
Duduk bersila
masih ditaman dengan rerumputan lembut yang biasa digunakan untuk bersantai
seraya memakan bakso tusuk ditangan mereka.
“Eumm...
kenapa ini enak sekali” gumam Jieun tak jelas karena mulutnya penuh dengan
makanan yang belum ditelan.
“Itu karena
kita memakannya bersama-sama” jawab Luhan.
“salah hyung,
itu karena kita sedang lapar jadi apapun enak”
“Hahaha ..”
Min ki memang selalu bisa membawa suasana ceria.
“Ji bagaimana
dengan rencana kita untuk mengunjungi makam ayahmu ?”
“Mungkin lain
kali saja, Min ki disini, tidak mungkin kita meninggalkannya sendirian”
“Oh bagaimana
jika noona dan hyung kemakam ayah saat aku pulang saja sekalian mengantarkanku”
usul Min Ki.
“Tentu” balas
Jieun.
“Ide bagus” sahut
Luhan.
<<>>
Tuan Xi
tengah memperhatikan beberapa foto yang diambil orang bayarannya. Orang
bayarannya untuk mengawasi anak bungsunya. Disana ada foto Luhan tengah bersama
Jieun dan juga seorang namja lagi.
“Rasanya aku
pernah melihat yeoja ini tapi dimana..” gumam namja paruh baya itu. ia hafal
wajah Jieun tapi dimana, ia bahkan belum pernah bertemu dengannya secara
langsung tapi kenapa wajahnya tidak asing. Ia hanya penasaran dengan yeoja yang
dikencani anaknya.
“Dia seorang
yeoja kalangan biasa yang ayahnya telah meninggal” lapor namja berpakaian serba
hitam yang masih menunduk hormat dihadapan ayah Luhan.
“Lalu ?”
“Ibunya
tinggal dikota bernama Pyok Jang”
“Adiknya sekarang
kelas tiga, yeoja itu tulang punggung keluarganya”
“Dimana ia
bekerja ?”
“Dia bekerja
diperusahaan Kim Corp sebagai direktur divisi perencanaan proyek”
“MWO !?” jadi
anaknya mengencani karyawan perusahaan saingan mereka ? ayah Luhan terlihat meremas
foto yang diambil secara diam-diam itu. Benar, tuan Xi pernah melihat Jieun
saat menghadiri pesta yang dihadiri oleh berbagai pimpinan perusahaan dan
disana ia pernah melihat Jieun mendampingi tuan Kim selaku pimpinan Kim Corp.
Itu artinya wanita itu orang
kepercayaan Kim Myung Bin.
“Terus awasi
mereka” ucapnya dingin. Pria dihadapan tuan Xi membungkuk sebelum akhirnya
keluar ruangan.
<<>>
Jieun
menghembuskan nafas sebelum akhirnya memantapkan diri memasuki ruangan Kim
Myungsoo. Mengetuk pintu tiga kali dengan jantung berdebar. Ia tahu Myungsoo
sudah memberikan pernyataan bahwa ia tidak akan memaafkan Jieun soal malam itu
tapi bukan Jieun jika ia menyerah begitu saja, kalian tahu kan Jieun bahkan
bisa membujuk para investor dengan begitu kerasnya. Jika hanya seorang Kim
Myungsoo itu terlalu mudah baginya. Mungkin.
“Masuk” Jieun
mulai membuka pintu dengan pelan, menatap namja yang duduk dikursi itu tanpa
mengalihkan pandangannya pada layar laptopnya.
“Sajangnim”
Myungsoo mendongak dan betapa moodnya berubah saat mengetahui bahwa itu Jieun.
“Kau”
“Mau apa lagi
kesini ?” Jieun masih menunduk.
“Aku ingin
meminta maaf”
“Kau sudah
tahu kan apa jawabanku”
“Aku akan
tetap meminta maaf meski kau tidak akan memaafkanku”
“Dan ini”
Jieun meletakan dua buah buku tebal dimeja Myungsoo.
“Apa itu ?”
“Ini adalah
buku yang anda minta, buku tentang bisnis dan manajemen, ini buku yang saya
sangat anjurkan, disana banyak pelajaran penting yang sudah saya garis bawahi”
jelas Jieun. Myungsoo hanya menatap buku itu datar.
“Saya
permisi” tanpa berniat berlama-lama disana, Jieun permisi keluar ruangan.
“Tunggu dulu”
“Ne ?”
“Gomawo untuk
bukunya tapi ingat aku belum memaafkanmu”
“Ne sama-sama
dan akan saya ingat itu”
“Keluarlah”
<<>>
Luhan tengah
bercengkrama dengan ibunya, ia pulang karena begitu bosan di apartement tanpa
Jieun. Sebenarnya kapan Min Ki pulang ? maafkan jika Luhan egois, ia tidak
betah berlama-lama tanpa Jieun.
“Ibu apakah
noona ada dirumah ?”
“Kau tahu kan
ia tidak bisa sedetik saja diam dirumah, memangnya kenapa ?”
“Aniyo, hanya
bertanya saja”
“Tumben kau
pulang sayang”
“Oh apa eomma
tidak suka anakmu ini pulang ?”
“Haha aniyo
bukan begitu, Bagaimana kabar Jieun ?”
“Dia baik”
“Kapan eomma
bisa bertemu dengannya lagi ?”
“Sudah
kubilang ia sibuk eomma”
“Oke oke,
tapi sesekali ajaklah ia makan malam dirumah supaya ayah mu juga mengenalnya”
Aku tidak yakin ayah akan menyukai
Jieun
“Ne” Luhan
mengangguk mengiyakan.
<<>>
Myungsoo yang
mulai bosan dengan pekerjaannya, meraih buku tebal pemberian Jieun. Membuka
halaman pertamanya, membaca seraya menyandarkan punggungnya pada kursi. Membaca
dengan seksama namun ia sulit mengerti maksud dari apa yang dibacanya. Seperti
ini jugalah saat ia kuliah bisnis dan manajemen, pintar dalam ujian namun tidak
bisa mengaplikasikannya saat didunia kerja. Apa karena ini ayahnya sulit
mempercayakan perusahaan padanya ? Mungkin juga.
Menempatkannya
diperusahaan cabangnya yang kecil disudut kota. Mengurusi urusan kecil,
menangani hal-hal sepele yang terjadi disana. Myungsoo merasa diremehkan tanpa
tahu maksud ayahnya melakukan hal itu. Untuk apa ia lelah-lelah kuliah tapi
saat ia lulus ia justru ditempatkan disebuah perusahaan cabang kecil milik
ayahnya. Ia sangat menginginkan bisa menjabat sebagai presdir seperti ayahnya,
dipandang sebagai orang terhormat, disegani sebagai pebisnis yang handal, dan
juga berwibawa.
Myungsoo yang
sedikit pusing dengan yang dibacanya memilih untuk menelpon Jieun agar yeoja
itu sedikit menjelaskan yang ia baca menjadi lebih mudah dimengerti.
“Iya hallo”
“Keruanganku
sekarang”
“Tapi
sajangnim aku sed-“
“Sekarang !”
Jieun sedikit menjauhkan telepon itu dari telinganya mendengar teriakan
Myungsoo. Menutup sebal telepon yang ada diruangannya itu.
“Kenapa
direktur Lee ?”
“Kita lanjutkan
nanti, sajangnim memanggilku”
“Ne” Jin ri
yang tengah mendiskusikan sebuah laporan dengan Jieun hanya bisa mengangguk
seraya memandang Jieun beranjak keluar ruangan.
__
“Ada apa
sajangnim ?”
“Kau bisa
menjelaskan isi buku ini ?”
“Kenapa anda
tidak membacanya ?”
“Aku sudah
melakukannya tapi membuatku pusing. Sekarang jelaskan saja dengan bahasa yang
mudah dimengerti dan jangan banyak bertanya”
“Oh Ne
baiklah”
Dasar bodoh, aku masih punya
banyak urusan tahu ! jika saja kau bukan anak presdir sudah kupecat kau.
Jieun dengan
sabar menjelaskan setiap kata yang mempunyai makna, seperti seorang guru ia
menjelaskan dengan baik pada Myungsoo yang sesekali mengerutkan keningnya tak
mengerti. Meminta Jieun untuk mengulanginya beberapa kali. Jieun beberapa kali
menghembuskan nafas atas permintaan Myungsoo itu.
“Menurut H.B.
Siswanto, manajemen adalah seni dan ilmu dalam perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pemotivasian, dan pengendalian terhadap orang dan
mekanisme kerja untuk mencapai tujuan.” Jelas Jieun.
“Artinya
?”
“Kau
sebagai pimpinan harus tahu dimana waktu untuk memperlihatkan ketegasan dan
juga relationship dengan karyawanmu. Misalnya begini, saat kau makan siang dan
karyawanmu lewat, ajaklah untuk makan bersama hanya untuk sekedar mengobrol dan
mengakrabkan diri tapi saat jam kerja sudah dimulai kau harus tegas sebagai
pimpinan mereka.Ya bisa dibilang kau harus tahu kondisi dan situasi bagaimana
kau membawa diri. Jadi tidak membuat karyawan stress saat kau selalu galak atau
terlalu santai saat kau terlihat seperti teman. Karyawan harus mempunyai
pandangan bahwa pimpinan mereka tegas namun juga mempunyai sisi bersahabat. Paham
?”
“Tentu
saja paham, kau pikir aku bodoh” Jieun mendengus kecil dan kembali menjelaskan
lembaran dibuku yang dipegangnya.
Cklek,
pintu ruangan Myungsoo terdengar terbuka, menampakan sosok berwibawa yang
sangat Jieun hormati.
“Oh
Presdir” Jieun membungkuk kecil saat melihat siapa yang memasuki ruangan
Myungsoo. Tampak Presdir Kim tersenyum melihat Jieun dan juga anaknya.
“Bagus
sekali, apa kalian sedang belajar ?”
“Begitulah,
ada beberapa yang sajangnim tidak mengerti dan meminta bantuanku” jelas Jieun.
“Haha
bagus bagus, teruskan Jieun-ssi”
“Ah
ye” jawab Jieun dan Presdir kembali keluar ruangan.
“Sekarang
apa anda mempunyai pertanyaan sajangnim ?”
“Untuk
yang tadi, bukankah sebagai pemimpin harus terlihat kejam oleh karyawannya agar
ia dihormati dan disegani ?”
Dia benar-benar bodoh, pantas saja
ayahnya mengirimnya ke perusahaan cabang.
“Ini
perusahaan bukan sebuah gangster yang pemimpinnya harus ditakuti. Kita
membutuhkan kesetiaan para karyawan. Jika anda memperlakukan mereka secara baik
meskipun mereka ditawari pekerjaan dengan gaji lebih tinggi, kemungkinan besar mereka
akan tetap setia kepada anda. Dan untuk masalah dihormati, mereka akan melihat
apakah anda sebagai pemimpin layak dihormati atau tidak tercermin dari
pembawaan anda saat memimpin” Jelas Jieun dengan mimik muka serius. Myungsoo hanya
bisa mengangguk-angguk kecil.
“Oke
cukup untuk hari ini, kau lumayan membantu”
Lumayan kau bilang !? dia benar-benar
belum memaafkanku karena insiden waktu itu.
“Baguslah
jika saya memang membantu”
“Kau
boleh pergi, aku akan menghubungimu lagi jika dibutuhkan”
“Ne”
membungkuk kecil sebelum akhirnya keluar ruangan.
To
Be continue
Comments
Post a Comment