Ambition [3]


Cast    : Lee Jieun, Xi Luhan, Kim Myungsoo etc.

Genre : Drama, romance, life.

Length: Chapter.

Part [1] [2]


“Selamat makan” Setelah berdoa, Jieun dan Min Ki menikmati hidangan didepan mereka. Ayam goreng tepung, sup kimchi dan telur dadar buatan adiknya, Lee Min Ki, tersaji rapih diatas meja. Tak lupa dua gelas Jus Mangga yang terlihat menggiurkan.

Drrt drrt

“Noona ponselmu berbunyi” ucap Min ki dengan mulut penuh makanan. 

“Eoh” Jieun mengambil ponsel disaku hoodienya. Menatap layar dan tertera nama Luhan disana. Jieun bangkit dan berjalan menuju ruang tengah.

“Yeoboseyo”

“Sayang kau tidak kesini malam ini ?”

“Mian, ada adiku sekarang”

“Haruskah aku kesana dan memperkenalkan diri ?”

“Tentu, kenapa tidak”

“Jinjja ?”

“Ya, itu jika kau tidak lelah pulang dari kantor dan langsung kesini”

“Demi kau, apapun akan kulakukan”

“Huueek, aku ingin muntah”

“Haha”

“Kau sudah makan ?” tanya Jieun.

“Aku baru saja pulang dari restoran bersama rekan bisnis ku”

“Baguslah jika kau sudah makan”

“Adikmu menyukai apa ?”

“Maksudmu ?” Kenapa Luhan menanyakan hal yang disukai adiknya. anak itu tentu saja menyukai banyak hal seperti wanita cantik, seksi, manis dan- ah kenapa jadi membicarakan ini ? Jieun menggeleng cepat. 

“Aku harus membawa buah tangan kan untuk perkenalan”

“Ah begitu, yang kutahu dia menyukai 2NE1”

“Haha, haruskah aku membawakannya album 2NE1?”

“Jika itu perlu”

“Baiklah, tunggu aku satu jam lagi”

“Oke, bye baby”

“Bye” Jieun memasukan ponselnya kembali kedalam saku dan berjalan kearah adiknya.

“Siapa noona ?” tanya Min ki basa-basi. Namun Jieun mulai terlihat kaku, mengusap tengkuknya dan berkata-

“Lu luhan”

“Luhan ? apa teman noona ?”

“Min ki-ya” Bukannya menjawab Jieun justru mengucapkan nama adiknya lirih.

“Hmm”

“A ada seseorang yang akan kesini”

“Siapa ? kenapa serius sekali haha”

“Yang a akan kesini adalah namjachingu ku”

“Uhhuuk” Min ki terbatuk kecil, kemdudian memandang sang kakaknya tanpa berkedip seakan meminta penjelasan.

“Namjachingu ?” Jieun mengangguk kecil dengan ekspresi canggungnya. 

“Wah wah wah .. haruskah aku memberitahu eomma ?”

“Ja jangan dulu, noona tidak ingin eomma tahu” Sudah Jieun duga, pasti memberitahu ibunyalah yang akan adiknya katakan. 

“Wae ?”

“Noona tidak ingin dirusuhi untuk cepat menikah atau apapun”

“Haha .. tapi setidaknya beritahukan ia juga”

“Baiklah baiklah, tapi tidak sekarang”

“Oke oke, lalu jam berapa namjachingu noona akan datang ?”

“Sekitar satu jam lagi” Min Ki hanya mengangguk pelan seraya beranjak dari kursinya. Jieun kembali makan sedangkan Min Ki mencuci piringnya karena ia sudah selesai makan. 

__

Seraya menunggu Luhan datang, Jieun dan Min Ki sibuk melawan satu sama lain dalam permainan play station dihadapan mereka.

“Yaaak ! ayo lebih cepat” seru Jieun dengan ekspresi menuntut pada layar televisi yang tak akan menghiraukannya. 

“Haha noona kau tidak akan bisa mengejarku” ucap Min ki remeh, melirik kakaknya sekilas dengan pandangan merendahkan. 

“Yaaak ! tunggu saja sampai akhir, kita lihat siapa pemenangnya” ucap Jieun angkuh pada adiknya. 

Sedang seru-serunya mereka bermain, lagi-lagi bunyi ponsel Jieun kembali berbunyi. 

Drrt Drrt

“Aiishh siapa yang menelpon pada saat seperti ini !?” pekik Jieun. Timing yang sangat tidak tepat. Bisakah telepon itu ditunda beberapa jam lagi ? permainan sedang seru-serunya dan ia tidak ingin kalah dari adiknya. 

“Noona jawab sana, siapa tahu itu eomma” Jieun pun beranjak dan meraih ponselnya. Terpaksa meninggalkan permainan balapan mobil itu yang membuatnya kalah oleh sang adik.

“Wooo aku menang !” Jieun melirik sekilas Min Ki dengan pandangan mencibir.

“Yeoboseyo”

“Yeoboseyo chagi” Jieun hafal betul suara itu. 

“Eomma”

“Ne ini eomma, apa Min Ki sudah sampai ?”

“Sudah sejak tadi eomma, apa eomma tidak apa sendirian dirumah ?”

“Tidak apa, jangan khawatir. Bagaimana kabarmu nak ?”

“Aku baik eomma, bagaimana dengan eomma ?”

“Eomma juga baik”

“Jaga adikmu ya, ia bersikeras untuk mengunjungimu sendirian”

“Ia sudah besar, tidak perlu khawatir seperti itu” Jieun tahu, ibunya sangat menyayangi adiknya lebih dari ia menyayangi Jieun. Jieun tahu sejak dulu, ayah lebih menyanginya dan ibu lebih menyayangi Min Ki. Entahlah kenapa mereka bisa seperti itu namun bukan berarti jika ibunya tidak menyayangi Jieun.

“Haha, kau benar, ya sudah kalau begitu. Eomma hanya ingin memastikan, makanlah dengan baik jangan terlalu lelah bekerja” ucap lembut sang ibu. 

“Ne eomma, jaga juga dirimu”

“Ne”

Klik dan sambungan telepon itupun diakhiri oleh ibu Jieun.

Ting Nong, bel berbunyi. Mungkin itu Luhan. Jieun dan Min Ki berpandangan sejenak.

“Mungkin itu dia, noona”

“Mungkin” Jieun berjalan kearah pintu dan membukanya. ternyata benar, Luhan dengan kantung kresek besar berdiri manis didepan pintu.

“Hei”

“Hei, masuklah” Luhan dan Jieun pun memasuki apartement Jieun.

“Oh ini pasti adik mu”

“Ne, perkenalkan namanya Lee Min ki”

“Annyeong, Luhan imnida”

“Min Ki imnida. Oh inikah namja chingu noona ku ?” Luhan hanya tersenyum seraya sedikit melirik Jieun.

“Oh iya, ini aku bawakan kue untuk kalian dan juga untukmu Min ki-ya album terbaru 2NE1”

“Wuaah daebak, gomawo hyung !”

“Cheonma”

“Tapi ini bukan sogokan kan ?” tanya Min Ki dengan mata memicing kearah Luhan.

“Sogokan ? haha te tentu saja bukan” ucap Luhan seraya  mengusap tengkuknya. 

“Yaak Lee min ki !” seru Jieun.

“Gwenchana Jieun-a”

“Duduklah dulu akan kubuatkan teh” Jieun berlalu dan Luhan mulai mendudukan diri.

“Hyung, kau anak keberapa ?” Tanya Min ki. naluri seorang adik laki-laki yang mempunyai saudara perempuan mulai diperlihatkan Min ki. Tak ada yang salah dengan tindakannya kan ? ia tentu harus tahu kakaknya berhubungan dengan namja seperti apa. Apakah memiliki bobot bebet dan bibit yang bagus atau tidak. Oke, pikiran Min ki memang terlalu jauh sekarang. Tapi itu hal yang wajar. 

“Oh aku anak bungsu dari tiga bersaudara” ucap Luhan diakhiri dengan senyuman. 

“Yaah tidak seru, itu berarti kau tidak mempunyai adik ?”

“Tidak” Luhan menggeleng.

“Kau, apakah kau orang kaya ?”

“Eoh ? haha .. te tentu ku kurasa begitu” jawab Luhan canggung.

“Lee min ki” Jieun mendesis dengan sesekali tatapan tajam saat mendengar pertanyaan adiknya yang berlebihan.

“Ini tehnya” Jieun meletakan secangkir teh dihadapan Luhan.

“Gomawo” Luhan menerima teh nya dan sedikit menyesapnya. Melirik Jieun yang tersenyum kecil dan melirik Min Ki yang masih menatapnya datar.

“Hyung kau itu terlalu tampan untuk noona”

“Haha benarkah ?”

“Ne, lihatlah noona ku terlalu kecil seperti anak SD dan lagi , hidungnya tidak ada”

“Yaaakk !” Jieun memprotes ucapan adiknya.

“Haha justru itu yang aku suka darinya”

“Hyung sebaiknya kau periksakan matamu ke dokter”

“Aiish anak ini benar-benar ..” Baru Jieun akan melayangkan jitakannya, Min Ki berlari menuju kamar melarikan diri.

“Akan kutinggal tapi awas jangan berbuat aneh-aneh” ucap Min Ki.

“Maafkan, dia memang seperti itu” ucap Jieun.

“Gwenchana, dia menyenangkan”

Kini tinggalah mereka berdua diruangan itu. Jieun dan Luhan. Beranjak memilih menuju beranda seraya menikmati pemandangan kota malam hari.

“Bagaimana harimu ?” tanya Luhan seraya membelai rambut Jieun.

“Berat”

“Wae ? apa ada masalah”

“Bukan hanya masalah tapi biang masalah”

Luhan menghembuskan nafas.

“Hariku juga berat”

“Wae ?

“Ayah sepertinya tidak setuju aku berhubungan denganmu” jujur Luhan.

“Apa karena aku dari keluarga biasa ?”

“Molla”

Hening ..

Masing – masing memikirkan entah apa. Memandang dalam diam lampu-lampu diperkotaan, menikmati hembusan angin yang sesekali membuat Jieun mengusap lengannya pelan.

“Menikahlah denganku Ji” ucap Luhan tiba-tiba.

“Luhan”

“Akan kuyakinkan ayah”

“Aku belum berfikir sampai kesana”

“Aku mempunyai semuanya, kau hanya perlu jadi istriku dan tidak perlu bekerja”

Jieun tersenyum miris. “Apa aku terlihat mudah bagimu ?”

Luhan mengernyit “maksudmu ?”

“Aku bisa menghidupi keluarga dan diriku sendiri dengan hasil kerja kerasku, aku tidak membutuhkan uangmu sepeserpun”

“Bu bukan itu maksudku” kenapa Jieun malah berfikir sejauh itu ? tidak tahukah jika Luhan hanya ingin bersama gadis itu dalam ikatan pernikahan ?

“Itu maksudmu, jika memang ayahmu tidak menyetujui hubungan kita, lebih baik ki-”

“Andwae, aku tidak ingin mendengarnya”

“Aku lelah, aku ingin tidur pulanglah sudah malam” Jieun beranjak namun sebuah dekapan kilat dilakukan Luhan, memeluk Jieun dari belakang.

“Maaf maafkan aku jika aku mengatakan sesuatu yang salah, aku benar-benar mencintaimu” Jieun menghembuskan nafasnya pelan.

Aku tahu .. aku tahu itu, tapi cinta bukanlah prioritasku dalam hidup.

Jieun berbalik, menatap manik mata namjanya.

“Aku bukan wanita yang bisa diajak menikah dalam waktu dekat Luhan, aku akan menikah saat Min ki menyelesaikan kuliahnya, apa kau sanggup menunggunya ?”

“Kapanpun, kapanpun itu aku akan tetap menunggumu”

Jieun memeluk namja itu dan lagi-lagi hanya bisa menghembuskan nafas.

__

Jieun mengecup pelan bibir Luhan sebelum namja itu keluar dari pintu apartemennya.

“Daah”

“Dah”

Dan pintu pun tertutup.

“Wooww” sebuah suara membuat Jieun berbalik dan mendapati Min Ki tengah menatap layar ponselnya.

“Yaakk apa kau memfotonya !?” pekik Jieun.

“Hehe .. ini bukti yang bagus untuk memberitahu eomma”

“Yaak cepat hapus !”

“Aniyo” Kakak adik itupun saling berkejaran layaknya tom and jerry.

<<>> 

“Apa ini !?” Luhan hanya tertunduk dihadapan ayahnya.

“Kau dikalahkan lagi oleh Kim Corp hah !?”

“Ayah itu hanya proyek kecil”

“Kau selalu saja meremehkan, besar ataupun kecil kita tidak boleh kalah dari Kim Corp kau tahu !”

“Ne”

__

“Bagus Jieun-ssi karenamu kita mendapatkan proyek yang kita mau”

“Bukan hanya saya presdir, semua staf saya juga membantu”

“Tapi tetap saja kau yang mewakili pertemuan itu” Jieun hanya tersenyum.

“Kalau begitu saya permisi”

“Ne” Presdir Kim masih tersenyum seraya melihat dokumen-dokumen perjanjian yang telah ditandatangani klien yang Jieun tangani.

__

Jieun masih tersenyam-senyum atas pujian yang ia dapat dari presdir Kim.

“Kau, ikut aku” Tiba-tiba Myungsoo menghadang Jieun dan memintanya untuk mengikutinya.

“Maaf ?”

“Ikut sekarang” Myungsoo menekankan. Jieun mengernyit namun kemudian ia mengikuti langkah besar Myungsoo. Namja itu sepertinya akan membawa Jieun ke taman belakang. 

Beberapa menit kemudian, mereka pun sampai.

“Ada apa sajangnim ?”

“Kenapa kau merubah laporan yang kusarankan untuk ditandatangani dengan klien ?”

“Karena saya rasa, alasan anda untuk mengajak kerja sama terlalu terus terang”

“Maksudmu ?”

“Sekarang saya jelaskan, dalam kerja sama bukan hanya untuk mengambil sebuah keuntungan seberapa besar kita mendapat laba, ya tidak perlu dijelaskanpun memang itu tujuan utama kita namun ada hal lain yang perlu ditekankan agar klien mau bekerja sama dengan kita, misalkan dengan kerja sama kita bisa saling memperkuat usaha masing-masing, dengan bekerja sama kita bisa mempunyai peluang lebih besar untuk mengalahkan pesaing, ini bukan hanya tentang keuntungan seberapa besar kita mendapatkan laba dari rekan kerja sama kita sajangnim, apa anda paham ?” Myungsoo tampak terdiam, seakan menyerap dan memikirkan semua kata-kata Jieun.

“Maka dari itu saya sedikit merubah laporan yang disarankan sajangnim, maaf jika itu membuat anda tersinggung” lanjut Jieun dengan bungkukukan kecil. 

Myungsoo berbalik, meninggalkan Jieun tanpa sepatah katapun.

Tumben tidak memakiku, ada apa dengannya ?

Jieun mengedikan bahu dan kembali keruang kerjanya.

__

Myungsoo bersandar dikursi kerjanya, masih memikirkan penjelasan Jieun tadi.

Yeoja bodoh itu .. ternyata bisa diandalkan juga.

Tapi aku belum sepenuhnya mengerti maksud dari perkataannya.

<<>> 

Tok tok tok

“Masuk”

“Direktur Lee”

“Ya ?”

“Sepulang bekerja, rencananya kami semua akan pergi merayakan proyek yang telah berhasil anda menangkan itu, apakah anda mau ikut bergabung ?” ucap Joon Myeon, namja yang pernah dan sering membuat Jieun naik darah karena kelalaiannya namun diluar itu Jieun sama sekali tidak membenci namja itu, Jieun hanya kadang-kadang gemas dengan kecerobohan dan kebodohan Joon Myeon.

“Eoh tentu”

“Baiklah, mungkin hanya itu saja saya permisi”

“Ne”

__

“Eoh sajangnim kau juga disini ?” Jieun tak menyangka jika para bawahannya juga mengundang Myungsoo.

“Ne, wae ? apa aku tidak boleh diperayaan ini juga ?”

“Aniyo, jangan terlalu sensitif begitu”

“Direktur Lee minumlah” Joon Myeon menuangkan soju pada gelas Jieun.

“Ah ne ..”  Belum sempat Jieun meminum sojunya, Myungsoo merebutnya dan menegaknya sampai habis membuat para bawahan Jieun dan Jieun menatapnya aneh.

“Kau tidak ingin menuangkannya untuk ku ?” tanya Myungsoo pada Joon Myeon.

“O eoh te tentu sajangnim”

Cho Jin ri, karyawati Jieun tengah bernyanyi dengan beberapa rekannya yang lain. Berjoged tak karuan dengan alkohol yang sudah mempengaruhi kesadaran mereka.

“Jadi Jieun-ssi”

“Ne sajangnim ?”

“Ma maukah kau mengajari ku tentang bisnis ?”

“Ne ?” Jieun tak salah dengar kan ?

Tumben kau sopan, apa ia sudah mabuk ?

“Itu jika kau tidak keberatan”

“Te tentu sajangnim, saya mempunyai banyak buku tentang bisnis dan bisa dijadikan referensi bagi anda”

“Baguslah” Jieun hanya mengangguk ragu.

“Sekarang kita minta direktur terhormat kita untuk bernyanyi” Seru Jin ri.

“Wooo Direktur Lee ayolah” seru seseorang diujung sana yang sudah benar-benar mabuk jika tidak mana mungkin ia berani meminta atasannya itu untuk bernyanyi.

“Direktur Lee, Direktur Lee, Direktur Lee” koor semuanya. Jieun hanya memandang bingung. Bernyanyi ? oh ia tidak bisa melakukan hal itu.

“Direktur Lee, Direktur Lee” Myungsoo ikut menyemangati dengan senyuman aneh. Jieun menatapnya tak yakin seolah berkata ‘jangan bercanda sajangnim, aku tidak bisa bernyanyi’

“Cepatlah semuanya menunggu” tambah Myungsoo. Dan akhrinya Jieun maju dan memegang mike yang diberikan Jin ri. Menatap tak yakin pada semua orang disana. Sedikit tegang namun perlahan mulai membuka mulutnya untuk bernyanyi.

Jieun menyanyikan lagu Love u dari Howl, salah satu soundtrack dari drama BBF yang disukainya. Semua karyawannya termasuk Myungsoo mulai terbawa suasana dan menggoyangkan sedikit badan mereka mengikuti irama lagu yang sendu. Suara Jieun ternyata tak seburuk yang dipikirnya.

Entah mengapa pandangan Myungsoo tak ingin beralih, suara manis dan wajah Jieun membuatnya tak bisa melepaskan pandangannya.

__

“Noona, Yaak apa kau mabuk ?” Min Ki mendapati kakaknya pulang dengan bau alkohol.

“Ayo kita bernyanyi !” igau Jieun. Min Ki memapah kakaknya dan membawa ke kamar. Melepas sepatu juga mantel ditubuhnya.

“Noona kau ini ..” 


To be Continue 

Comments

  1. Ji Eun ngertiin perasaannya Luhan dong, kasihan tau Luhan nya di nomer dua in mulu ��

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya nanti disampein ke Jieun :p
      Makasih komenannya :)

      Delete

Post a Comment