Cast : Lee Jieun, Xi Luhan, Kim Myungsoo etc.
Genre :
Drama, romance, life.
“Selamat makan” Setelah berdoa, Jieun dan Min Ki menikmati hidangan didepan mereka. Ayam goreng tepung, sup kimchi dan telur dadar buatan adiknya, Lee Min Ki, tersaji rapih diatas meja. Tak lupa dua gelas Jus Mangga yang terlihat menggiurkan.
Drrt drrt
“Noona
ponselmu berbunyi” ucap Min ki dengan mulut penuh makanan.
“Eoh” Jieun
mengambil ponsel disaku hoodienya. Menatap layar dan tertera nama Luhan disana.
Jieun bangkit dan berjalan menuju ruang tengah.
“Yeoboseyo”
“Sayang kau
tidak kesini malam ini ?”
“Mian, ada
adiku sekarang”
“Haruskah aku
kesana dan memperkenalkan diri ?”
“Tentu,
kenapa tidak”
“Jinjja ?”
“Ya, itu jika
kau tidak lelah pulang dari kantor dan langsung kesini”
“Demi kau,
apapun akan kulakukan”
“Huueek, aku
ingin muntah”
“Haha”
“Kau sudah
makan ?” tanya Jieun.
“Aku baru
saja pulang dari restoran bersama rekan bisnis ku”
“Baguslah
jika kau sudah makan”
“Adikmu
menyukai apa ?”
“Maksudmu ?” Kenapa Luhan menanyakan hal yang disukai adiknya. anak itu tentu saja menyukai banyak hal seperti wanita cantik, seksi, manis dan- ah kenapa jadi membicarakan ini ? Jieun menggeleng cepat.
“Aku harus
membawa buah tangan kan untuk perkenalan”
“Ah begitu, yang kutahu dia menyukai
2NE1”
“Haha,
haruskah aku membawakannya album 2NE1?”
“Jika itu
perlu”
“Baiklah,
tunggu aku satu jam lagi”
“Oke, bye
baby”
“Bye” Jieun
memasukan ponselnya kembali kedalam saku dan berjalan kearah adiknya.
“Siapa noona
?” tanya Min ki basa-basi. Namun Jieun mulai terlihat kaku, mengusap tengkuknya dan berkata-
“Lu luhan”
“Luhan ? apa
teman noona ?”
“Min ki-ya” Bukannya
menjawab Jieun justru mengucapkan nama adiknya lirih.
“Hmm”
“A ada
seseorang yang akan kesini”
“Siapa ?
kenapa serius sekali haha”
“Yang a akan
kesini adalah namjachingu ku”
“Uhhuuk” Min
ki terbatuk kecil, kemdudian memandang sang kakaknya tanpa berkedip seakan meminta penjelasan.
“Namjachingu
?” Jieun mengangguk kecil dengan ekspresi canggungnya.
“Wah wah wah
.. haruskah aku memberitahu eomma ?”
“Ja jangan
dulu, noona tidak ingin eomma tahu” Sudah Jieun duga, pasti memberitahu ibunyalah yang akan adiknya katakan.
“Wae ?”
“Noona tidak
ingin dirusuhi untuk cepat menikah atau apapun”
“Haha .. tapi
setidaknya beritahukan ia juga”
“Baiklah
baiklah, tapi tidak sekarang”
“Oke oke, lalu
jam berapa namjachingu noona akan datang ?”
“Sekitar satu
jam lagi” Min Ki hanya mengangguk pelan seraya beranjak dari kursinya. Jieun kembali
makan sedangkan Min Ki mencuci piringnya karena ia sudah selesai makan.
__
Seraya
menunggu Luhan datang, Jieun dan Min Ki sibuk melawan satu sama lain dalam
permainan play station dihadapan mereka.
“Yaaak ! ayo
lebih cepat” seru Jieun dengan ekspresi menuntut pada layar televisi yang tak akan menghiraukannya.
“Haha noona
kau tidak akan bisa mengejarku” ucap Min ki remeh, melirik kakaknya sekilas dengan pandangan merendahkan.
“Yaaak !
tunggu saja sampai akhir, kita lihat siapa pemenangnya” ucap Jieun angkuh pada adiknya.
Sedang seru-serunya mereka bermain, lagi-lagi bunyi ponsel Jieun kembali berbunyi.
Sedang seru-serunya mereka bermain, lagi-lagi bunyi ponsel Jieun kembali berbunyi.
Drrt Drrt
“Aiishh siapa
yang menelpon pada saat seperti ini !?” pekik Jieun. Timing yang sangat tidak
tepat. Bisakah telepon itu ditunda beberapa jam lagi ? permainan sedang seru-serunya dan ia tidak ingin kalah dari adiknya.
“Noona jawab
sana, siapa tahu itu eomma” Jieun pun beranjak dan meraih ponselnya. Terpaksa
meninggalkan permainan balapan mobil itu yang membuatnya kalah oleh sang adik.
“Wooo aku
menang !” Jieun melirik sekilas Min Ki dengan pandangan mencibir.
“Yeoboseyo”
“Yeoboseyo
chagi” Jieun hafal betul suara itu.
“Eomma”
“Ne ini
eomma, apa Min Ki sudah sampai ?”
“Sudah sejak
tadi eomma, apa eomma tidak apa sendirian dirumah ?”
“Tidak apa,
jangan khawatir. Bagaimana kabarmu nak ?”
“Aku baik
eomma, bagaimana dengan eomma ?”
“Eomma juga
baik”
“Jaga adikmu
ya, ia bersikeras untuk mengunjungimu sendirian”
“Ia sudah
besar, tidak perlu khawatir seperti itu” Jieun tahu, ibunya sangat menyayangi
adiknya lebih dari ia menyayangi Jieun. Jieun tahu sejak dulu, ayah lebih
menyanginya dan ibu lebih menyayangi Min Ki. Entahlah kenapa mereka bisa
seperti itu namun bukan berarti jika ibunya tidak menyayangi Jieun.
“Haha, kau
benar, ya sudah kalau begitu. Eomma hanya ingin memastikan, makanlah dengan
baik jangan terlalu lelah bekerja” ucap lembut sang ibu.
“Ne eomma,
jaga juga dirimu”
“Ne”
Klik dan
sambungan telepon itupun diakhiri oleh ibu Jieun.
Ting Nong,
bel berbunyi. Mungkin itu Luhan. Jieun dan Min Ki berpandangan sejenak.
“Mungkin itu
dia, noona”
“Mungkin”
Jieun berjalan kearah pintu dan membukanya. ternyata benar, Luhan dengan kantung
kresek besar berdiri manis didepan pintu.
“Hei”
“Hei,
masuklah” Luhan dan Jieun pun memasuki apartement Jieun.
“Oh ini pasti
adik mu”
“Ne,
perkenalkan namanya Lee Min ki”
“Annyeong,
Luhan imnida”
“Min Ki
imnida. Oh inikah namja chingu noona ku ?” Luhan hanya tersenyum seraya sedikit
melirik Jieun.
“Oh iya, ini
aku bawakan kue untuk kalian dan juga untukmu Min ki-ya album terbaru 2NE1”
“Wuaah
daebak, gomawo hyung !”
“Cheonma”
“Tapi ini
bukan sogokan kan ?” tanya Min Ki dengan mata memicing kearah Luhan.
“Sogokan ?
haha te tentu saja bukan” ucap Luhan seraya mengusap tengkuknya.
“Yaak Lee min
ki !” seru Jieun.
“Gwenchana
Jieun-a”
“Duduklah
dulu akan kubuatkan teh” Jieun berlalu dan Luhan mulai mendudukan diri.
“Hyung, kau
anak keberapa ?” Tanya Min ki. naluri seorang adik laki-laki yang mempunyai saudara perempuan mulai diperlihatkan Min ki. Tak ada yang salah dengan tindakannya kan ? ia tentu harus tahu kakaknya berhubungan dengan namja seperti apa. Apakah memiliki bobot bebet dan bibit yang bagus atau tidak. Oke, pikiran Min ki memang terlalu jauh sekarang. Tapi itu hal yang wajar.
“Oh aku anak
bungsu dari tiga bersaudara” ucap Luhan diakhiri dengan senyuman.
“Yaah tidak
seru, itu berarti kau tidak mempunyai adik ?”
“Tidak” Luhan
menggeleng.
“Kau, apakah
kau orang kaya ?”
“Eoh ? haha
.. te tentu ku kurasa begitu” jawab Luhan canggung.
“Lee min ki”
Jieun mendesis dengan sesekali tatapan tajam saat mendengar pertanyaan adiknya
yang berlebihan.
“Ini tehnya” Jieun
meletakan secangkir teh dihadapan Luhan.
“Gomawo”
Luhan menerima teh nya dan sedikit menyesapnya. Melirik Jieun yang tersenyum
kecil dan melirik Min Ki yang masih menatapnya datar.
“Hyung kau
itu terlalu tampan untuk noona”
“Haha
benarkah ?”
“Ne, lihatlah
noona ku terlalu kecil seperti anak SD dan lagi , hidungnya tidak ada”
“Yaaakk !”
Jieun memprotes ucapan adiknya.
“Haha justru
itu yang aku suka darinya”
“Hyung
sebaiknya kau periksakan matamu ke dokter”
“Aiish anak
ini benar-benar ..” Baru Jieun akan melayangkan jitakannya, Min Ki berlari
menuju kamar melarikan diri.
“Akan
kutinggal tapi awas jangan berbuat aneh-aneh” ucap Min Ki.
“Maafkan, dia
memang seperti itu” ucap Jieun.
“Gwenchana,
dia menyenangkan”
Kini
tinggalah mereka berdua diruangan itu. Jieun dan Luhan. Beranjak memilih menuju
beranda seraya menikmati pemandangan kota malam hari.
“Bagaimana
harimu ?” tanya Luhan seraya membelai rambut Jieun.
“Berat”
“Wae ? apa
ada masalah”
“Bukan hanya
masalah tapi biang masalah”
Luhan
menghembuskan nafas.
“Hariku juga
berat”
“Wae ?
“Ayah
sepertinya tidak setuju aku berhubungan denganmu” jujur Luhan.
“Apa karena
aku dari keluarga biasa ?”
“Molla”
Hening ..
Masing –
masing memikirkan entah apa. Memandang dalam diam lampu-lampu diperkotaan,
menikmati hembusan angin yang sesekali membuat Jieun mengusap lengannya pelan.
“Menikahlah
denganku Ji” ucap Luhan tiba-tiba.
“Luhan”
“Akan
kuyakinkan ayah”
“Aku belum
berfikir sampai kesana”
“Aku
mempunyai semuanya, kau hanya perlu jadi istriku dan tidak perlu bekerja”
Jieun
tersenyum miris. “Apa aku terlihat mudah bagimu ?”
Luhan
mengernyit “maksudmu ?”
“Aku bisa menghidupi
keluarga dan diriku sendiri dengan hasil kerja kerasku, aku tidak membutuhkan
uangmu sepeserpun”
“Bu bukan itu
maksudku” kenapa Jieun malah berfikir sejauh itu ? tidak tahukah jika Luhan
hanya ingin bersama gadis itu dalam ikatan pernikahan ?
“Itu
maksudmu, jika memang ayahmu tidak menyetujui hubungan kita, lebih baik ki-”
“Andwae, aku
tidak ingin mendengarnya”
“Aku lelah,
aku ingin tidur pulanglah sudah malam” Jieun beranjak namun sebuah dekapan
kilat dilakukan Luhan, memeluk Jieun dari belakang.
“Maaf maafkan
aku jika aku mengatakan sesuatu yang salah, aku benar-benar mencintaimu” Jieun
menghembuskan nafasnya pelan.
Aku tahu .. aku tahu itu, tapi
cinta bukanlah prioritasku dalam hidup.
Jieun
berbalik, menatap manik mata namjanya.
“Aku bukan
wanita yang bisa diajak menikah dalam waktu dekat Luhan, aku akan menikah saat
Min ki menyelesaikan kuliahnya, apa kau sanggup menunggunya ?”
“Kapanpun,
kapanpun itu aku akan tetap menunggumu”
Jieun memeluk
namja itu dan lagi-lagi hanya bisa menghembuskan nafas.
__
Jieun
mengecup pelan bibir Luhan sebelum namja itu keluar dari pintu apartemennya.
“Daah”
“Dah”
Dan pintu pun
tertutup.
“Wooww” sebuah
suara membuat Jieun berbalik dan mendapati Min Ki tengah menatap layar
ponselnya.
“Yaakk apa
kau memfotonya !?” pekik Jieun.
“Hehe .. ini
bukti yang bagus untuk memberitahu eomma”
“Yaak cepat
hapus !”
“Aniyo” Kakak
adik itupun saling berkejaran layaknya tom and jerry.
<<>>
“Apa ini !?”
Luhan hanya tertunduk dihadapan ayahnya.
“Kau
dikalahkan lagi oleh Kim Corp hah !?”
“Ayah itu
hanya proyek kecil”
“Kau selalu
saja meremehkan, besar ataupun kecil kita tidak boleh kalah dari Kim Corp kau tahu !”
“Ne”
__
“Bagus
Jieun-ssi karenamu kita mendapatkan proyek yang kita mau”
“Bukan hanya
saya presdir, semua staf saya juga membantu”
“Tapi tetap
saja kau yang mewakili pertemuan itu” Jieun hanya tersenyum.
“Kalau begitu
saya permisi”
“Ne” Presdir
Kim masih tersenyum seraya melihat dokumen-dokumen perjanjian yang telah
ditandatangani klien yang Jieun tangani.
__
Jieun masih
tersenyam-senyum atas pujian yang ia dapat dari presdir Kim.
“Kau, ikut
aku” Tiba-tiba Myungsoo menghadang Jieun dan memintanya untuk mengikutinya.
“Maaf ?”
“Ikut
sekarang” Myungsoo menekankan. Jieun mengernyit namun kemudian ia mengikuti
langkah besar Myungsoo. Namja itu sepertinya akan membawa Jieun ke taman
belakang.
Beberapa menit kemudian, mereka pun sampai.
“Ada apa
sajangnim ?”
“Kenapa kau
merubah laporan yang kusarankan untuk ditandatangani dengan klien ?”
“Karena saya
rasa, alasan anda untuk mengajak kerja sama terlalu terus terang”
“Maksudmu ?”
“Sekarang
saya jelaskan, dalam kerja sama bukan hanya untuk mengambil sebuah keuntungan
seberapa besar kita mendapat laba, ya tidak perlu dijelaskanpun memang itu
tujuan utama kita namun ada hal lain yang perlu ditekankan agar klien mau
bekerja sama dengan kita, misalkan dengan kerja sama kita bisa saling
memperkuat usaha masing-masing, dengan bekerja sama kita bisa mempunyai peluang
lebih besar untuk mengalahkan pesaing, ini bukan hanya tentang keuntungan
seberapa besar kita mendapatkan laba dari rekan kerja sama kita sajangnim, apa anda paham ?” Myungsoo tampak terdiam, seakan menyerap dan memikirkan semua
kata-kata Jieun.
“Maka dari
itu saya sedikit merubah laporan yang disarankan sajangnim, maaf jika itu
membuat anda tersinggung” lanjut Jieun dengan bungkukukan kecil.
Myungsoo
berbalik, meninggalkan Jieun tanpa sepatah katapun.
Tumben tidak memakiku, ada apa
dengannya ?
Jieun
mengedikan bahu dan kembali keruang kerjanya.
__
Myungsoo
bersandar dikursi kerjanya, masih memikirkan penjelasan Jieun tadi.
Yeoja bodoh itu .. ternyata bisa
diandalkan juga.
Tapi aku belum sepenuhnya mengerti
maksud dari perkataannya.
<<>>
Tok tok tok
“Masuk”
“Direktur
Lee”
“Ya ?”
“Sepulang bekerja,
rencananya kami semua akan pergi merayakan proyek yang telah berhasil anda
menangkan itu, apakah anda mau ikut bergabung ?” ucap Joon Myeon, namja yang
pernah dan sering membuat Jieun naik darah karena kelalaiannya namun diluar itu
Jieun sama sekali tidak membenci namja itu, Jieun hanya kadang-kadang gemas
dengan kecerobohan dan kebodohan Joon Myeon.
“Eoh tentu”
“Baiklah,
mungkin hanya itu saja saya permisi”
“Ne”
__
“Eoh
sajangnim kau juga disini ?” Jieun tak menyangka jika para bawahannya juga
mengundang Myungsoo.
“Ne, wae ?
apa aku tidak boleh diperayaan ini juga ?”
“Aniyo,
jangan terlalu sensitif begitu”
“Direktur Lee
minumlah” Joon Myeon menuangkan soju pada gelas Jieun.
“Ah ne
..” Belum sempat Jieun meminum sojunya,
Myungsoo merebutnya dan menegaknya sampai habis membuat para bawahan Jieun dan
Jieun menatapnya aneh.
“Kau tidak
ingin menuangkannya untuk ku ?” tanya Myungsoo pada Joon Myeon.
“O eoh te
tentu sajangnim”
Cho Jin ri,
karyawati Jieun tengah bernyanyi dengan beberapa rekannya yang lain. Berjoged
tak karuan dengan alkohol yang sudah mempengaruhi kesadaran mereka.
“Jadi
Jieun-ssi”
“Ne sajangnim
?”
“Ma maukah
kau mengajari ku tentang bisnis ?”
“Ne ?” Jieun
tak salah dengar kan ?
Tumben kau sopan, apa ia sudah
mabuk ?
“Itu jika kau
tidak keberatan”
“Te tentu
sajangnim, saya mempunyai banyak buku tentang bisnis dan bisa dijadikan
referensi bagi anda”
“Baguslah”
Jieun hanya mengangguk ragu.
“Sekarang
kita minta direktur terhormat kita untuk bernyanyi” Seru Jin ri.
“Wooo
Direktur Lee ayolah” seru seseorang diujung sana yang sudah benar-benar mabuk
jika tidak mana mungkin ia berani meminta atasannya itu untuk bernyanyi.
“Direktur
Lee, Direktur Lee, Direktur Lee” koor semuanya. Jieun hanya memandang bingung.
Bernyanyi ? oh ia tidak bisa melakukan hal itu.
“Direktur
Lee, Direktur Lee” Myungsoo ikut menyemangati dengan senyuman aneh. Jieun
menatapnya tak yakin seolah berkata ‘jangan bercanda sajangnim, aku tidak bisa
bernyanyi’
“Cepatlah
semuanya menunggu” tambah Myungsoo. Dan akhrinya Jieun maju dan memegang mike
yang diberikan Jin ri. Menatap tak yakin pada semua orang disana. Sedikit
tegang namun perlahan mulai membuka mulutnya untuk bernyanyi.
Jieun
menyanyikan lagu Love u dari Howl, salah satu soundtrack dari drama BBF yang
disukainya. Semua karyawannya termasuk Myungsoo mulai terbawa suasana dan
menggoyangkan sedikit badan mereka mengikuti irama lagu yang sendu. Suara Jieun
ternyata tak seburuk yang dipikirnya.
Entah mengapa
pandangan Myungsoo tak ingin beralih, suara manis dan wajah Jieun membuatnya
tak bisa melepaskan pandangannya.
__
“Noona, Yaak
apa kau mabuk ?” Min Ki mendapati kakaknya pulang dengan bau alkohol.
“Ayo kita
bernyanyi !” igau Jieun. Min Ki memapah kakaknya dan membawa ke kamar. Melepas
sepatu juga mantel ditubuhnya.
“Noona kau
ini ..”
To be
Continue
Ji Eun ngertiin perasaannya Luhan dong, kasihan tau Luhan nya di nomer dua in mulu ��
ReplyDeleteIya nanti disampein ke Jieun :p
DeleteMakasih komenannya :)