Cast : Lee Jieun, Xi Luhan, Kim Myungsoo etc.
Genre :
Drama, romance, life.
Length:
Chapter.
Hai-hai author bikin ff chapter lagi, horeee :D Ya udah baca aja yuk !
Jieun adalah
seseorang yang berfikiran realistis, ia mencintai pekerjaannya dan tipe wanita
pekerja keras.
Luhan adalah
seorang manager diperusahaan ayahnya, muda, tampan dan mapan. Ia kekasih dari
Lee Jieun, wanita yang bekerja di perusahaan saingannya.
Mereka saling
mencintai, ya itu sudah tak diragukan lagi. Mereka tinggal satu atap, berbagi
hidup dan melakukan apapun layaknya pasangan pada umumnya. Tapi tidak untuk
masalah pekerjaan, mereka sangat profesional dibidangnya masing-masing.
Luhan
berkali-kali meyakinkan Jieun untuk berhenti menjadi wanita karir dan meminta
menikah dengannya, namun Jieun menolak. Tak sampai disitu, Luhan juga pernah
meminta Jieun untuk pindah ke perusahaannya dan memberikan jabatan yang layak
namun itu juga ditolaknya mentah-mentah. Luhan tahu, Jieun sangat gila
pekerjaan. Bahkan mungkin, Luhan nomor dua jika dibandingkan pekerjaan. Oke,
dan setelah itu ia menyerah, ia tidak pernah lagi memaksakan kehendaknya pada
wanita karir itu. Luhan hanya tidak ingin Jieun menjauh dengan semua
tindakannya yang mungkin bisa merubah pemikiran Jieun.
Luhan masih
memperhatikan wanita itu mondar mandir dihadapannya, membuka lemari, merias
wajah dan terakhir memakai sepatu berhak tingginya.
"Ji, aku
sedang sakit"
"Lalu
?" Jieun, wanita itu hanya memandang Luhan tak mengerti.
"Kau mau
mengacuhkanku ?"
"Oh
ayolah hari ini aku ada meeting sayang"
"Aku
kekasihmu"
"Aku
tahu Luhan" jawab Jieun jengah.
"Aku
membutuhkanmu hari ini saja"
"Jangan
kekanakan" ucap Jieun sembari mengecek penampilannya lagi dicermin.
"Memang
meeting apa ?"
"Meeting
tentang pro- tunggu dulu .. Jangan mengorek informasi dariku Mr.Lu" ucap
Jieun tajam.
Dan namja itu
hanya tersenyum dengan edikan bahu.
"Aah
ketahuan lagi" ucap Luhan pura-pura sedih.
"Ckk
dasar kau ini"
"Hanya
bercanda nyonya Lu, jangan terlalu serius"
"Ny.Lu
?" tanya Jieun mengernyit.
"Ya
Ny.Lu apa ada yang salah ?"
"Aku
bahkan belum menikah denganmu"
"Itu
mudah, mau kah kau menikah denganku ?"
"Lamaranmu
tidak romantis Lu"
"Baiklah
lain kali akan kubuat seromantis mungkin"
Jieun melirik
arlojinya.
"Aku
terlambat, kalau begitu bye sayang, cepat sembuh" dengan kecupan ringan
didahi Luhan, Jieun berjalan tergesa keluar apartment, menyisakan Luhan yang
masih menatapnya sampai sosok wanita yang dicintainya menghilang dibalik pintu.
"Have
nice day my sweetie" gumam Luhan dan kembali manarik selimut tebalnya
hingga menutupi kepalanya.
<<>>
Meeting
adalah kegiatan yang sepertinya sudah mendarah daging dengan seorang Lee Jieun.
Ya, ia wanita yang cakap dalam menyampaikan semua materinya dan terlihat begitu
percaya diri. Cukup membuat karyawan lain iri sekaligus kagum.
Meeting
berakhir dengan tepuk tangan para karyawan juga pemimpin perusahaan yaitu Kim
Myung Bin. Pria paruh baya yang masih berobsesi meningkatkan perusahaannya.
Sosok yang sangat Jieun hormati dan kagumi karena pria tua itu sangat gigih
dalam bekerja. Itu penilaian Jieun dari selama ia bekerja disana.
"Bagus
Jieun" tepuk tuan Kim dibahu Jieun.
"Ah, ne
khamsahamnida presdir" balas Jieun dengan bungkukan kecil.
"Maukah
kau menemani pria tua ini makan siang ?"
"Ne ?
Tentu .. Tentu saja presdir, suatu kehormatan bagi saya"
"Hahaha,
kau masih saja kaku. Aku ingin memperkenalkanmu dengan seseorang"
"Siapa
itu presdir ?"
"Kau
akan tahu nanti"
Jieun hanya
mengekori tuan Kim saat orang itu mulai melangkahkan kakinya keluar ruang
meeting.
<<>>
"Aku
baik baik saja eomma" ucap Luhan sedikit tidak bertenaga dalam sambungan
telepon bersama ibunya.
"Pulanglah
sayang, eomma takut sakit mu semakin parah"
"aku
hanya butuh istirahat"
"Kapan
kau akan mengenalkan yeojamu itu secara resmi ?"
"Aisshh
kenapa jadi bertanya tentang Jieun ?"
"Eomma
ingin bertemu dengannya lagi"
"Ia
sibuk eomma, aku bahkan ditinggalkannya walaupun ia tahu aku sakit"
"Kalau
begitu dengarkan saran eomma, eomma punya banyak rekan yang anaknya
cantik-cantik. Kau Mau bertemu jika eomma tawarkan tidak ?"
"Eomma
.." rengek Luhan panjang.
"Ne ne,
eomma akan berhenti. Pulanglah untuk kali ini, ayahmu pasti rindu"
"Ne
baiklah aku akan pulang"
"Eomma
tunggu ya sayang"
"Ne
eomma, ku tutup ya teleponnya"
"Ne
hati-hati menyetirnya ya sayang"
"Ne"
Klik, Luhan
mengakhiri panggilan mereka. Luhan anak lelaki yang sangat Ny.Xi banggakan.
Kadang Terlalu berlebihan pikir Luhan. Ibunya sangat senang mempunyai anak
laki-laki karena kedua kakak Luhan adalah perempuan. Menjadi anak bungsu dan
seorang laki-laki pula menjadi keberuntungan tersendiri bagi Luhan tapi
sekarang ibunya terus saja bertanya kapan Luhan akan mengakhiri masa lajangnya.
Berbeda dengan ibu Luhan, ayah Luhan hanya perduli pada perusahaan, bahkan
obrolannya pada Luhan pasti tidak akan jauh dari perusahaan.
Luhan
beranjak, berjalan menuju dapur dengan sedikit lemas. Tersenyum simpul saat
mendapati segelas susu juga sandwich diatas meja putih bundar disana. Juga ada
secarik kertas disampingnya. Pria itu mengambil nya dan membacanya.
Luhan
sayang cepat sembuh, makanlah agar perutmu tidak krempeng seperti itu :p
Aku
akan pulang cepat , aku janji
Love
u baby , muaccchh :*
Luhan kembali
tersenyum, meletakan kertas itu dan mulai mengambil gelas berisi susu lalu
menengguknya sedikit dan mulai beralih pada sandwich yang terlihat tidak
meyakinkan.
"Gomawo
sarapannya baby" gumam Luhan dan mulai menyantap sandwich buatan Jieun.
Tidak terlalu buruk. Namja itu bahkan tidak tahu kapan Jieun menyiapkan semua
ini untuknya. Bukan sesuatu yang luarbiasa memang, tapi mampu membuat Luhan
tersenyum berkali-kali dan semakin tidak ingin melepaskan yeoja bernama Lee
Jieun.
<<>>
Jieun sudah
duduk dengan kaki dilipat, ia tengah berada direstoran Jepang. Hanya ada dia
dan tuan Kim, lalu siapa orang yang akan dikenalkan kepadanya ?
"Pesanlah
dulu, sepertinya dia akan sedikit terlambat" Jieun mengangguk kecil dan
mulai membuka buku menu dihadapannya. Membaca dan memilih menu apa yang akan
dia makan siang ini. Masakan jepang tidak terlalu menarik dimatanya, ia lebih
menyukai ayam goreng ataupun burger dengan daging dan sayur segar didalamnya.
Ugh, tapi tidak akan terlihat baik jika ia menolak bosnya sendiri kan ?
Akhirnya pilihan Jieun jatuh pada tempura, udang goreng berbalut tepung.
Seraya
menunggu pesanan datang, Jieun juga tuan Kim hanya mengobrol basa-basi tentang
klien ataupun perusahaan.
Seseorang
datang, membungkuk pada tuan Kim sebelum akhirnya duduk disampingnya. Tuan Kim
tampak tersenyum seakan ia sudah menunggu lama akan kedatangan orang itu. Jieun
hanya tersenyum kecil pada orang yang malah sama sekali tak membalas
senyumannya. Wajahnya berubah dingin setelah menyapa ayahnya.
"Kau
ini, kenapa terlambat ?"
"Maaf
ayah, kau tahu kan saat makan siang selalu saja jalanan macet"
"Itu
alasan yang sangat kuno tahu .. Ah iya
aku lupa, kenalkan dia Lee Jieun, karyawan ayah yang paling loyal
diperusahaan"
"Jieun
ini Kim Myungsoo anak bungsuku"
Jieun
mengangguk lalu memperkenalkan diri. Begitu pula Myungsoo.
"Ahaha
kalian terlihat cocok" Myungsoo mengerutkan dahi tak mengerti dan Jieun
juga tak jauh berbeda namun ia segera menutupinya dengan senyuman canggung.
Makanan pun
datang, mereka memulai makan siang itu dengan tenang. Tuan Kim sengaja
memesankan juga untuk Myungsoo sebelumnya sehingga mereka bisa langsung makan
bersama.
"Eum ini
enak sekali presdir"
"Kau
benar, Jieun-ssi, ini adalah salah satu restoran favoritku"
"Haha
jinjja ? Anda memang ahli memilih tempat makan yang enak"
"Ah kau
bisa saja haha" Myungsoo yang melihat hal itu hanya bisa memandang Jieun
jengah.
Dasar
penjilat
"Ah iya
.. Ayah berencana untuk memindahkanmu ke perusahaan pusat"
"Bukankah
ayah yang tidak memperbolehkanku untuk disana, kenapa sekarang berubah ?"
"Kau
sudah terlalu lama memimpin perusahaan cabang dan menurut ayah sekaranglah
waktunya untuk mu pindah sehingga ayah bisa mengawasimu langsung juga
mengajarimu dasar-dasar manajemen"
"Harusnya
dari awal ayah berfikir seperti itu"
Jieun hanya
semakin menunduk, memakan dengan sungkan. Ia merasa seperti orang asing yang
masuk dalam sebuah pertengkaran keluarga. Dilihat dari sikap namja bernama
Myungsoo itu, Jieun bisa melihat bahwa hubungan ayah dam anak dihadapannya
tidak terlalu baik.
"Dan Lee
Jieun ini, yang akan mengajarimu dan membantumu diperusahaan nanti"
Jieun hampir
saja tersedak karena kaget. Ia yang ditunjuk untuk membantu namja menyebalkan
itu ? Oh hari hari Jieun sepertinya tidak akan berjalan baik.
Myungsoo
hanya mengangguk patuh dalam diam. Ia mengambil serbet, membersihkan sedikit
mulutnya dan berpamitan untuk kembali ke kantor.
"Dia itu
memang anak yang keras kepala" ucap tuan Kim saat Myungsoo benar-benar
sudah tak lagi berada disana.
"Apakah
anda tidak salah memilih saya untuk membimbingnya, presdir ?"
"Wae ?
Kurasa kau yang paling cocok karena kalian seumuran, santai saja Jieun-ssi kau
bisa juga memarahinya jika ia bertindak sesukanya"
"Ah ne presdir"
dalam hati Jieun merutuk. Kenapa harus ia ? Tuan Kim masih mempunyai banyak
sekali orang berkompeten dikantor yang bisa mengajari anaknya tapi .. Tapi
kenapa harus DIA !? Hufftt.
<<>>
Jieun sampai
didepan apartement yang ditinggalinya bersama Luhan. Memakirkan Mobilnya dan
mulai berjalan gontai memasuki lift yang akan membawanya ke apartemenya.
Sebenarnya
Jieun juga mempunyai sebuah apartement tak kalah mewah hasil jerih payahnya
sendiri namun tak ditinggalinya, hanya digunakan jika keluarganya dari luar
kota mengunjungi sesekali.
Drrt drrt
Ponsel Jieun
bergetar.
"Hallo"
"Sayang
kau sudah pulang ?"
"Ne, ada
apa ?"
"Ah itu,
aku harus pulang kerumah karena ibu bilang ia merindukanku , kau tak apa kan
jika sendiri ?"
"Ck ck
.. Aku sudah berumur 22 tahun tuan Xi, kau ini berlebihan"
"Haha,
baiklah kalau begitu daah sayang"
"Eits
tunggu dulu"
"Mwo ?
Tuh kan kau sudah merasa kehilangan aku tak ada"
"Cih
bukan itu bodoh, apa kau sudah sembuh ? Kau pasti menyetir sendiri ya sekarang
? Harusnya kau menelpon supir pengganti, aku takut terjadi apa-apa
denganmu"
Diam-diam Luhan
tersenyum disebrang sana. Jieun memang terlihat jutek namun sangat perduli
padanya.
"Ne ne
.. Ya ampun, istriku ini cerewet sekali yah. Aku sudah mendingan Kok, kau
jangan khawatir oke"
"Hmm"
"Baiklah
bye, mmuaaacch"
"Mmmuaaaach"
dan Jieun pun mengakhiri panggilan telepon itu.
<<>>
Jieun
menyalakan televisi namun matanya sibuk menatap layar laptop dipangkuannya.
Sibuk mengetikan berbagai kata disana. Sesekali berfikir dan kembali mengetik.
Memakai kacamata baca yang membuat dirinya tampak seperti seorang siswa culun.
Rambutnya ia gulung ke atas, memakai kaos santai dan celana tidur panjang. Jam
menunjukan pukul 9 malam namun Jieun masih belum beranjak dari sana sejak
petang tadi. Mengabaikan rasa lapar yang mulai membuat perutnya berbunyi
krucuk-krucuk.
“Aachh,
akhirnya selesai juga” meregangkan kedua tangannya ke atas kala apa yang
dikerjakannya rampung. Mengitarkan kepalanya memandang betapa sepinya
apartement tanpa Luhan yang selalu saja mempunyai cara untuk mengganggunya.
Memandang jam dan sedikit terkejut bahwa dari tadi perutnya belum diisi apapun.
Berjalan menuju dapur dan membuka lemari pendingin namun-
“Aigoo,
kenapa sama sekali tak ada apapun ?” memilih menutup kembali pintu lemari
pendinginnya.
“Aaaahh aku
lapaar”
“Teganya kau
meninggalkanku tanpa makanan Xi Luhan” gerutu Jieun. Lapar membuatnya sedikit
emosi.
Namun
beberapa detik kemudian Jieun mendengar suara pintu terbuka. Ia menghampirinya
dan sudah tahu siapa lagi jika bukan Luhan.
“Ough ku kira
kau melupakanku” ucap Jieun dengan sedikit rasa kesal.
“Omo, kau
merindukanku eoh ?” Jieun menggeleng tanpa ragu.
“Aku
merindukan masakanmu”
“Aiishh kau
kira aku pembantumu apa ?”
“Hehe ..
aniyo, siapa yang bilang begitu ?”
“Sikapmu yang
bilang begitu”
“Omo, Luhanku
kalau marah imut sekali eoh ?” Ucap Jieun seraya memainkan hidung Luhan.
“Aiiish,
duduklah, aku tahu kau lapar. Tunggu dan jangan mengganggu” Jieun tersenyum
lebar. Hanya pria itu yang sangat tahu semua tentang Jieun. Sedang Luhan sibuk
membongkar bahan masakan yang tadi dibawanya. Memakai celemek dan terlihat
sibuk dengan kegiatan memasaknya. Dunia sudah benar-benar terbalik, Jieun yang
gila kerja dan malah Luhan yang memasak untuk yeoja itu.
Jieun yang
seakan bosan hanya melihat namja itu mondar-mandir didapur, beranjak dan
memandang lebih dekat namja yang terlihat berlipat-lipat lebih keren saat
memasak itu. Membuat Luhan justru risih dengan pandangan Jieun.
“Yaak ! tak
bisakah kau duduk saja ?” Jieun mundur satu langkah, terlampau kaget dengan
teriakan namja imut itu.
“Yaak !
bisakan tidak berteriak ?” balas Jieun tak mau kalah.
“Kau
membuatku tidak bisa berkonsentrasi tahu”
“Benarkah ?”
Jieun mendekat dua langkah. Menampakan wajahnya sedekat mungkin dengan Luhan.
“Ough , a apa
yang kau lakukan ?”
“Hahaha ..
lucu sekali melihatmu gugup. Baiklah aku akan duduk, cepatlah ! aku lapar
sayang”
“Cih, yeoja
itu”
<<>>
Semuanya
selesai, sudah makan, sudah kenyang dan sekarang diisi dengan minum bersama
diberanda apartement mereka. Duduk dengan sepoi angin malam yang berangsur
semakin dingin.
“Bagaimana
kabar eomonim ?” tanya Jieun.
“Dia baik,
dia ingin sekali bertemu denganmu lagi”
“Eumm,
mungkin kalau ada waktu aku akan menemuinya lagi. Dan bagaimana kabar ayahmu ?”
“Dia bahkan
tak tahu jika aku pulang tadi. Kau tahu kan ia sibuk, sekalipun ia tahu aku
dirumah, ia pasti hanya akan membicarakan perusahaan dan bisnis”
“Sepertinya
ayahmu menyeramkan sekali ya” Jieun sama sekali belum pernah bertemu secara
langsung dengan ayah Luhan, namun sering melihat ditelevisi dan majalah bisnis.
Ya, ayah Luhan terkenal dengan pebisnis yang cukup disegani.
“Bukan
menyeramkan, dia hanya terlalu berambisi dan melupakan kalau ia mempunyai anak”
Luhan terlihat sedikit menunduk, menatap kepulan dari kopinya yang mulai
berkurang. Jieun perlahan meraih tangan dingin namja itu dan menggenggamnya.
“Tetap saja
ia ayahmu dan tak akan ada yang berubah dengan hal itu”
“Tentu saja,
lagi pula siapa bilang ia akan jadi tukang kebunku haha”
“Aiishh, anak
ini aku serius bodoh !”
“Haha, ne
tentu saja, seburuk apapun ayahku, dia tetap ayahku, orang tua yang membuatku
berada didunia ini”
Jieun
mengangguk pelan. Entah mengapa pembicaraan ini membuatnya mengingat mendiang
ayahnya. Benar, Jieun sudah tidak mempunyai ayah sejak ia lulus SMA, ayah yang
begitu membuatnya semangat untuk mendapatkan beasiswa dan menjadi orang sukses.
Ayah yang selelah apapun akan tetap tersenyum saat Jieun menyambutnya dirumah.
Sosok yang membuat Jieun bisa begitu kerasnya bekerja dan sampai pada posisi
sekarang ini. Ibu Jieun tinggal diluar kota dengan satu adik laki-lakinya yang
kini masih sekolah menengah atas. Rencananya mereka akan pindah ke Seoul saat adik
Jieun lulus SMA, menyusul sang kakak yang kini sudah mempunyai pekerjaan yang
layak.
Luhan yang
melihat Jieun melamun, perlahan mengecup pelan punggung tangan Jieun yang
membuat wanita itu menoleh.
“Kau
merindukan ayahmu ?” Jieun tersenyum kecil dan mengangguk.
“Ouh
sini-sini biar kupeluk” Luhan menarik pelan lengan Jieun membuat yeoja itu
mendekat dan jatuh dalam pelukannya. Sumpah demi apapun, Jieun suka jika pria
itu memeluknya.
Banyak yang ia rasakan, seakan bukan hanya sebagai kekasih,
pelukan Luhan juga mengingatkannya dengan pelukan ayahnya. Hangat dan nyaman.
Namja itu membelai pelan surai Jieun. Seakan tahu apa yang tengah yeojanya itu
rasakan. Lampu-lampu gemerlap kota Seoul membuat suasana itu semakin romantis
dan menenangkan.
“Merasa lebih
baik ?” Jieun mengangguk tanpa membuka mulutnya.
“Kau ingin
kita mengunjungi makam nya”
“Aku sibuk”
“Heol, kau
bahkan tidak bisa meluangkan sedikit waktumu untuk ayahmu sendiri”
“Baiklah-baiklah,
bagaimana jika hari Minggu besok”
“Tentu,
dengan senang hati”
“Gomawo”
“Cheonma”
To Be
Continue
Waaaaahhhhh, so sweet banget luhan sama iu ><… cepet di update part 2 nya kaaaaaaa ^^
ReplyDeletesatu kata 'OK' ;)
DeleteHoel, daebak!!!! HanU couple ada lagi,, gomawo authornim, part 2 ditunggu banget yaw ��
ReplyDelete;p sip d tunggu aja.
Deletewahhhh HanU couple suka banget sama couple ini
ReplyDeleteditunggu chap 2 nya ya thor kalo bisa jangan lama2 ya thor heheeh
#maksa
Sip, d tunggu aja
DeleteMakasih udh komen ;)