Ambition [6]


Cast    : Lee Jieun [IU], Xi Luhan, Kim Myungsoo etc.

Genre : Drama, romance, life.

Length: Chapter.



Oiya mau ralat buat direktur harusnya manager kali ya, sajangnim kan sama kaya direktur. Ah bikin ribet hehe .. sorry jadi sekarang Jieun itu harusnya manager bukan direktur. Satu lagi, karena author udah mulai masuk kuliah lagi jadi mungkin akan agak lama update lanjutan ni ff, udah si itu aja. Happy reading !

----

“Lu luhan” ucap Jieun pelan, menyadari pandangan yang tidak biasa. Ia menarik lengannya yang masih Myungsoo pegang sementara Myungsoo mengernyit tak mengerti dengan situasi ini. Siapa lelaki itu ? kenapa tiba-tiba Jieun melepaskan tangannya yang berniat menolongnya.

Luhan mulai memasuki ruang rawat Jieun dengan pandangan pada Jieun yang seakan meminta penjelasan siapa namja yang memegang tangannya tadi.

“Oh duduklah, dia atasanku, namanya Kim Myungsoo dan sajangnim dia Luhan na namjachinguku” Jieun sedikit kikuk mengucapkan namjachingu. Bukannya apa-apa namun bagaimana jika Myungsoo tahu ia memiliki hubungan dengan perusahaan saingan ayahnya yang baru saja mereka bicarakan. Jieun harap Myungsoo tidak mengetahui siapa Luhan.

Sementara Myungsoo sedikit terkejut. Namjachingu Jieun ? bukankah namja belasan tahun di Mall waku itu namjachingu Jieun ? lalu apa Jieun mempunyai banyak namjachingu ? Aaah kenapa Myungsoo harus memusingkan urusan orang lain seperti ini.

“Tapi mana-“

“Ah simpan pertanyaanmu sajangnim,  saya ingin ke toilet sebentar” sela Jieun sebelum Myungsoo bertanya. Myungsoo menghembuskan nafas. Luhan mulai mendudukan dirinya disofa yang sama yang diduduki Myungsoo.

Hening ..

Namun sedetik kemudian Luhan memulai pembicaraan.

“Jadi Anda atasan Jieun yang bernama Myungsoo ?”

“Benar, apa manager Lee pernah membicarakanku pada anda ?”

“Tentu, ia bilang anda sangat bijaksana”

“Uhuuk” Myungsoo terbatuk kecil “Benarkah ?” tanya Myungsoo dengan raut tak yakin. Sementara Luhan hanya mengangguk kecil dan menyembunyikan tawa kecilnya. Jieun sudah menceritakan seperti apa Kim Myungsoo itu, namja yang membuat Jieun kesal selama dikantor. Jieun menceritakannya saat mereka makan siang waktu itu. Sekarang Luhan tahu seperti apa tampang namja yang selalu membuat Jieun kesal dan uring-uringan. Namun sekarang Luhan sedikit khawatir. lihatlah Myungsoo, menurutnya namja itu lumayan tampan meski terlihat dingin. Bagaimana jika mereka- ah tidak tidak. Luhan ingin membuang semua pikiran buruknya.

Jieun kembali dari toilet, berjalan dengan pelannya dan tertatih dengan tongkat kayu. Kembali duduk keranjangnya dan kini menatap dua namja yang tak jauh dihadapannya.

“Apa yang ingin kau tanyakan tadi sajangnim ?”

“Ah itu, kurasa kau akan menyesal dengan apa yang akan kutanyakan” Jieun dan juga Luhan mengernyit tak mengerti.

“Maksud anda ?”

“Kau bilang tuan Luhan ini namjachingumu lalu siapa namja yang pernah kutemui di Mall waktu itu ?” Kini Luhan sama tajamnya dengan pandangan Myungsoo yang meminta penjelasan pada Jieun.

“Bfftt-“ Jieun menahan tawanya membuat kedua namja itu makin mengerutkan kening tak mengerti. Dimana letak humor dari pertanyaan Myungsoo. Luhan menginginkan penjelasan siapa yang Myungsoo maksud dengan namja lain yang ia temui dan Myungsoo hanya sekedar ingin tahu kenapa Jieun mempunyai dua namjachingu yang berbeda plus berniat membuat Jieun malu dengan membongkar jika Jieun mempunyai namjachingu lain yang lebih muda.

“Sekarang saya jelaskan, namja saat di Mall waktu itu adalah adik saya, Lee Min ki dan bukan namjachingu seperti yang anda kira sajangnim”

“Buahaha” seketika Luhan tertawa namun langsung diam saat Myungsoo meliriknya tak suka. Ia mengerti sekarang, ternyata namja yang dimaksud Myungsoo adalah adik Jieun sendiri.

“Kenapa kau tidak memberitahuku manager Lee ?”

“Anda menyela duluan sebelum saya menjelaskan waktu itu”

Niat untuk mempermalukan Jieun didepan Luhan justru berbalik padanya. Myungsoo merasa malu sekaligus menyesal karena berfikiran jika Jieun mengencani anak dibawah umur seperti perkiraannya.

“Ekhem .. kalau begitu aku pergi dulu, ayah pasti membutuhkanku. Annyeong Luhan-ssi dan manager Lee”

“Ne” Myungsoo membenarkan jasnya sebelum akhirnya memilih beranjak dan pergi. 

Sementara Jieun dan Luhan berpandangan lalu-

“Buahaha .. lihat wajahnya” ucap Luhan.

“Benar, aku puas kali ini” ucap Jieun tak bisa lagi menahan tawanya.

“Hahaha”

Tak henti-hentinya mereka menertawai Myungsoo.

“Diakah orang yang kau ceritakan ?”

“Benar”

“Akhirnya kau bisa membalasnya”

“Benar, aku senang sekali sekarang. Tapi Lu”

“Hmm ?”

“Jangan sampai ia tahu kalau kau anak dari pimpinan Xiao Mi”

“Perusahaan lagi ?”

“Ayolah ini demi kita kebaikan kita semua”

“Baiklah”

_

Satu Minggu berlalu dan Jieun sudah boleh meninggalkan rumah sakit begitu juga Luhan. Kembali ke rutinitas mereka berdua dan kembali tinggal bersama.

“Ada apa ayah memanggilku ?”

“Tinggalkan yeoja bernama Jieun itu” Luhan mendongak dengan raut wajah terkejut. Kenapa ayahnya tiba-tiba seperti ini ? apa mungkin ia sudah tahu siapa Jieun sebenarnya ?

“Ayah sudah tahu”

“Maksud ayah ?”

“Jangan berpura-pura tidak tahu ! dia orang kepercayaan di perusahaan Kim Corp bukan ? kau tahu apa artinya itu ?”

“Aku tidak tahu a ayah”

“Jangan bodoh, Luhan ! dia bisa membahayakan perusahaan kita ! ayah tidak mau tahu kau harus meninggalkannya, beraninya kau tidak memberitahu ayah siapa dia sebenarnya”

“Tapi aku mencintainya ayah”

“Bullshit dengan cinta ! ayah tidak ingin membahayakan perusahaan hanya demi cintamu pada orang yang salah, apa kau tidak berfikir jika mungkin dia mempunyai misi khusus untuk mengorek informasi dari perusahaan kita lewat dirimu ? Hah !?”

“Ta tapi ayah”

“Tinggalkan dia atau ayah akan bertindak” Luhan menghirup udara dalam-dalam dan-

“Aku tidak akan meninggalkannya, ayah harus tahu itu”

“Berani-beraninya kau !”

Luhan beranjak pergi dari hadapan ayahnya. Tak mengindahkan teriakan-teriakan ayahnya yang masih belum selesai berbicara dengan penuh emosi yang meluap-luap.

<<>> 

Jieun menghampiri Luhan yang terduduk didepan televisi namun pikirannya terlihat entah kemana. Menghampiri Luhan dengan dua gelas cokelat panas buatannya.

“Sayang”

“...” Luhan tidak merespon membuat Jieun mengernyit. Sebenarnya apa yang sedang kekasihnya itu pikirkan ? Memilih duduk disampingnya dan meletakan dua gelas yang dibawanya diatas meja.

“Luhan” sekali lagi memanggil pelan kekasihnya yang terlihat tidak biasa dimata Jieun.

“E eoh ? apa ? kenapa Ji ?” Jieun memandang dengan tatapan yang berbeda.

“Ada apa denganmu ?” tanya Jieun dengan mimik muka serius.

“A ah tidak, tidak ada apa-apa denganku”

“Benarkah ?” Luhan mengangguk yakin seraya tersenyum kecil. Jangan sampai Jieun tahu jika ayahnya sudah mengetahui pekerjaan Jieun dan sangat keberatan dengan hubungan mereka.

“Ya sudah, ini minumlah aku membuatkannya untukmu”

“Wa wahh tumben kau membuat cokelat panas, baiklah aku akan mencobanya” Jieun tersenyum simpul seraya masih memandang dengan tatapan lain kearah Luhan.

Pasti ada yang disembunyikannya dariku

<<>> 

Pukul 07.14 pagi, Jieun dan Luhan tengah duduk berhadapan disebuah meja makan dengan penampilan dan piyama mereka yang terlihat lusuh. Menyantap roti bakar buatan Luhan dengan mata mengantuk. Rutinitas pagi yang biasa mereka jalani setiap hari. Jieun memakan roti itu seraya memperhatikan Luhan. Sikap Luhan tadi malam masih mengganggu pikirannya. Sekarang pun masih sama, Luhan terlihat sedang memikirkan sesuatu yang Jieun ingin tahu.

Setelah sarapan pagi, mereka bersiap-siap untuk pergi bekerja. Jieun sibuk dengan membuat eye liner dimatanya sedangkan Luhan sibuk mencari kemeja favoritnya.

_

“Sayang”

“Hmm ..”

“Mungkin aku akan pulang telat”

“Wae ?”

“Aku akan keluar kota untuk pertemuan membahas proyek dari kantor”

“Eumm kalau begitu hati-hatilah dijalan”

“Hmm” Jieun mengangguk setelah selesai memakaikan dasi di kerah kemeja Luhan.

“Tunggu dulu, Dengan siapa kau kesana ?”

“Dengan Kim sajangnim”

“Kim ? Maksudmu Kim Myungsoo ?” tanya Luhan dengan sedikit memicing membuat Jieun bingung kenapa reaksi Luhan terlihat berbeda. Jieun hanya mengangguk.

“Andwae”

“W wae ?”

“Kenapa harus dengannya sih ?”

“Presdir yang memintanya”

“Oh Sayang tak tahukah kalau aku tidak suka kau dekat-dekat dengannya ?” Luhan terlihat lucu dimata Jieun saat sedang cemburu seperti itu.

“Aku pun sangat tidak suka tapi apa boleh buat ?” Luhan hanya melipat mukanya. Sangat terlihat ia sedang kesal.

“Aku harus profesional kan ?” tanya Jieun pada Luhan hanya untuk memastikan bahwa ia juga tidak bisa menolak untuk terus berurusan dengan Myungsoo karena tuntutan kerja.

“Ah molla”

“Aigoo .. Luhanku terlihat seperti gadis remaja yang sedang datang bulan” ucap Jieun mencoba mencairkan suasana, terkekeh kecil berharap Luhan tidak lagi marah.

“Geumanhae, sama sekali tidak lucu”

“Oh ayolah, kau akan marah terus hanya karena cemburu pada namja bernama Myungsoo itu ?”

“Siapa yang cemburu padanya !?” elak Luhan.

“Aih mengaku saja”

“Tidak, aku tidak cemburu padanya”

“Iya iya, ya sudah aku berangkat”

“Aku juga akan berangkat”

“Kalau begitu ayo”

“Hanya sampai parkiran ?”

“Tentu saja, kita kan berbeda kantor dan mobil”

“Hufft, kapan aku bisa mengantarmu ke kantor ?”

“Luhan, bagaimana jika ada yang tahu kau anak dari-“

“Ne ne .. sudah jangan kau bahas lagi” Luhan berjalan mendahului Jieun yang masih memakai high heels nya. Sedangkan Jieun hanya bisa menghela nafas namun Sebersit ide muncul dibenak Jieun.

“Aakh ..” suara jeritan kecil Jieun membuat Luhan menoleh dengan raut cemas. Kembali berbalik dan menghampiri Jieun.

“W wae ?” tanyanya. Jieun mendongak, menarik dasi Luhan dan-

Chu~

Mengecup pelan bibir namja itu seraya tersenyum kecil.

“Jangan menjadi namja yang terlalu pecemburu oke” ucap Jieun dan membuat Luhan tersenyum kecil.

“Dasar nakal” ucap Luhan dengan sentilan kecil dihidung Jieun.

<<>> 

Luhan terlihat gelisah, jari-jarinya mengetuk-ngetukan diatas meja kerjanya tak mau diam. Masih memikirkan ucapan ayahnya saat berkata bahwa ia akan bertindak karena Luhan tidak memenuhi permintaannya untuk menjauhi Jieun. Luhan tahu benar, seperti apa watak ayahnya. Tuan Xi pasti serius dengan kata-katanya. Luhan tidak ingin terjadi apa-apa dengan Jieun karena ayahnya.

Ia penasaran, tindakan apa yang akan ayahnya lakukan untuk memisahkan dirinya dengan Jieun. Yang pasti sesuatu yang tidak diharapkan tapi apa. Haruskah Luhan menunggu sampai ayahnya bertindak ? lalu bagaimana jika ayahnya benar-benar berniat membahayakan kekasihnya itu. Akh, memikirkannya saja membuat kepala Luhan serasa ingin pecah.

Luhan bingung, ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia hanya bisa menghela nafas panjang.

“Sajangnim” Luhan menoleh pada bawahannya yang masuk keruangannya.

“Ada apa ?”

“Ada seseorang yang ingin bertemu dengan anda ?”

“Siapa ? kurasa aku tak mempunyai janji dengan siapapun hari ini”

“Dia bilang anda pasti akan menemuinya” Luhan mengernyit, sebenarnya siapa yang ingin bertemu dengannya ?

“Ya sudah, Suruh dia masuk”

“Ne” bawahannya itu mengangguk seraya membungkuk kecil lalu keluar dari ruangan Luhan.

Terdengar pintu terbuka, menampakan wanita berambut panjang bergelombang dengan mini dress dan blazer hitam dengan bross kupu-kupu yang tampak mencolok. Mata besar, hidung mancung, dan bibir tipis menghiasi wajahnya. Kulit putih susunya terlihat makin bersinar saat terterpa matahari.

“Long time no see, Lulu” ucap yeoja itu dengan senyum manisnya. Luhan mengernyit namun sedetik kemudian matanya melebar.

“Lim Hana ?” Sebuah lengkungan senyum terpatri diwajah wanita yang masih berdiri didepan pintu ruangan Luhan.

<<>> 

Jieun masih memeriksa beberapa dokumen yang ia bawa sedangkan Myungsoo yang bosan memilih memandang keluar jendela mobil yang membawa mereka keluar kota untuk urusan bisnis. Ayahnya tak pernah kehabisan akal untuk membuat ia dan Jieun selalu bersama. Namun entah kenapa ada sedikit rasa senang saat melihat yeoja bawel itu, siapa lagi jika bukan Jieun. Ya memang ia akui, ia sudah banyak belajar dari Jieun tentang bagaimana menjalankan perusahaan yang sedikit banyak mengubah pemikirannya.

“Kau sudah mempersiapkan semuanya ?” tanya Myungsoo memecah keheningan.

“Ne sajangnim”

“Lalu untuk apa kau masih memeriksanya ?”

“Hanya sekedar untuk memastikan”

“Kau orang yang sangat teliti”

“Terima kasih atas pujiannya”

“Cih, aku tidak memujimu. Kau justru terlihat sangat menyeramkan, kau seperti mesin yang setiap waktu bekerja”

“Ini profesional dan bukanlah sesuatu yang menyeramkan sajangnim”

“Ne ne terserah, Lee saem memang selalu benar” Jieun mengernyit, menoleh memandang Myungsoo yang menatapnya balik.

“Kenapa sajangnim memanggil saya Lee saem ?”

“Karena kau seperti guru killer disekolahku dulu”

Aiissh jinjja, namja ini memang benar-benar menyebalkan dan seenaknya sendiri.

“Ahaha ..” Jieun hanya tertawa dengan ekspresi tidak ikhlas, justru terlihat seperti menertawakan lelucon yang sama sekali tidak lucu alias garing. Dan menampilkan ekspresi datarnya seraya kembali memeriksa dokumen yang ada dipangkuannya. Kertas-kertas itu jauh lebih menarik dari pada meladeni namja disampingnya. Jieun hanya akan menambah kerut diwajahnya jika terus meladeni Myungsoo, itu pikirnya.

_

Mereka tiba disebuah restoran dekat pantai yang terlihat sangat biasa, Jieun dan Myungsoo pun turun dari mobil sementara sang sopir meminta izin untuk pergi mencari bensin selama Jieun dan Myungsoo disana karena bensin mobil itu hampir habis.

Myungsoo mengernyit memandang restoran dihadapannya itu.

“Apa tidak ada tempat lain untuk bertemu ? apakah klien kita ini benar-benar orang penting ?”

“Tempat ini belum berkembang dan rencananya memang ia akan menjual tempat ini pada perusahaan kita sajangnim”

“Oh” Myungsoo mengangguk kecil dan mulai kembali menjalankan kakinya memasuki restoran itu.

Mereka bertemu dengan yeoja paruh baya yang terlihat modis, memakai kacamata hitam, lipstik merah menyala dengan anting-anting besar dikedua telinganya. Jujur Jieun justru ingin tertawa melihat pemandangan itu namun ditahannya.

Satu jam waktu yang cukup untuk mendengar berbagai penjelasan dari sang pemilik tempat itu dan menandatangi perjanjian. Mereka pun berlanjut untuk meninjau lokasi dan melihat-lihat.

“Ini tempat yang cocok untuk membuat resort bukan ? kalian tidak akan rugi membeli tempat ini” ucap yeoja itu terlihat meyakinkan.

“Maaf Nyonya tapi kenapa anda berniat menjualnya jika mengetahui tempat ini memiliki investasi yang bagus ?”

“Aaah, sebenarnya ini adalah warisan orang tuaku dan aku berniat menjualnya agar bisa dibagi rata dengan saudara-saudara ku” Jieun mengangguk mengerti. Kembali mengalihkan pandangannya dan melihat-lihat.

Tempat ini memang benar-benar indah, aku seperti berada dipulau Jeju saat melihatnya. Jika membangun resort pasti akan mendapat prospek yang bagus.

Pertemuan hari ini pun berakhir. Jieun dan Myungsoo masih memandangi hamparan luas tanah dekat laut itu.

“Tempat ini akan memiliki nilai tinggi jika kita mengembangkannya, saya yakin” ucap Jieun.

“Benar, kurasa juga begitu, pemandangan ini benar-benar cocok untuk membuat sebuah resort”

“Dan kita beruntung karena harga tempat ini tidak terlalu mahal”

“Benar. Tempat ini akan bernilai 2 kali lipat dari harga yang kita beli jika berhasil dikembangkan”

“Mungkin bisa juga lebih sajangnim, Sepertinya anda sudah belajar banyak sajangnim"

"Tentu, aku orang yang cepat menyerap sesuatu"

Cih tapi kau orang yang tidak bisa dipuji

"Dan semua itu berkat dirimu juga" tambah Myungsoo.

Jieun mengernyit, apa Myungsoo tak salah ? Akhirnya dia mengakuinya juga. Ada sedikit rasa senang terbersit dihati Jieun. Seperti guru yang senang karena muridnya mendapat nilai bagus. Tak elak membuat Jieun sedikit tersenyum kecil.

Rintik-rintik air hujan mulai turun dan membuat dua orang yang masih menatap jauh hamparan Laut itu bertemu pandang.

"Aiish kenapa harus hujan" rutuk Myungsoo.

Myungsoo dan Jieun pun sedikit berlari menyelamatkan diri dari hujan menuju restoran pertama yang mereka kunjungi ditempat itu. Duduk dengan teh hangat yang mengepul Seraya menatap dalam diam rintik rintik hujan yang semakin deras.

Jieun mengernyit saat melihat Myungsoo kebingungan merogohi saku jasnya dan terakhir merogoh saku celana panjang berbahab kain yang dipakainya.

"Ada apa sajangnim ?"

"Ponselku, dimana ponselku ?"

"Tidak ada ? Mungkin anda lupa sajangnim"

"Aah benar, pasti tertinggal dimobil. Aku hanya ingin menelpon supir itu, kenapa lama sekali"

"Anda bisa memakai ponsel saya" Jieun membuka tasnya dan mengeluarkan ponselnya lalu menyerahkan pada Myungsoo. Namja itu berniat menghubungi si supir untuk cepat menjemput mereka.

<<>> 

"Hujan" lirih yeoja itu saat memandang keluar dari balik jendela Caffe.

"Jadi bagaimana kabarmu Lim Hana ?" gadis berparas mungil itu mengalihkan perhatiannya dari hujan dan kembali memandang Luhan.

"Aku baik, kau lihat sendiri kan aku tumbuh menjadi wanita yang cantik"

"Haha, kau tidak berubah. Lalu kenapa kau kembali ?"

"Kau tidak senang teman lamamu ini kembali ? Hmm ?" ucap yeoja bernama Hana dengan raut kesal yang mengada-ada.

"Aniyo bukan begitu, aku hanya penasaran"

"Aku dipindah tugaskan kesini"

"Jadi kau akan di Korea berapa lama ?"

"Entahlah, Belum bisa dipastikan"

"Tapi aku senang bisa melihatmu lagi"

"Aku juga"

Amat sangat senang,Lulu. Lanjut Hana dalam hati.

Lim Hana adalah teman masa kecil Luhan yang sempat akan dijodohkan dengannya karena hubungan baik antar kedua keluarga namun semua itu batal saat keluarga Hana pindah ke China. Ayah Luhan dan ayah Hana mempunyai hubungan baik entah itu sebagai rekan bisnis maupun persahabatan. Dan kini mereka bertemu kembali dikorea setelah hampir 10 tahun lamanya.

"Jadi, ceritakan padaku tentangmu selama dikorea ?"

"Yah, tidak ada yang berubah. Eomma yang perhatian, Appa yang sibuk dan eonni-eonniku yang juga sibuk sendiri. Tapi sekarang aku tinggal bersama yeojachinguku, kau pasti akan menyukainya saat bertemu dengannya" ucap Luhan dengan pancaran mata berbinar.

Yeojachingu ?

"Kalian tinggal bersama ?" Luhan mengangguk dengan senyum kecilnya.

"Seperti apa dia ?"

"Ia cantik dan mungil sepertimu, juga pekerja keras"

"Daebak, aku ingin bertemu dengannya"

"Tapi ayah menentang hubungan kami" wajah Luhan berubah muram.

"Kenapa ?" Luhan hanya bisa menghembuskan nafas.

"Ceritanya panjang" ada gurat kacau yang Hana lihat dari wajah namja dihadapannya itu. 

Dan pertemuan Luhan dengan teman masa kecilnya berakhir dengan curhatan-curhatan tentang apa yang ia alami semenjak Hana tidak tinggal lagi di Korea.

<<>> 

Ini bencana

Jieun duduk disudut ruangan yang tak cukup besar dengan selimut tebal yang sedikit kumal ditubuhnya. Sementara namja itu menguasai kasur lantai yang memang hanya ada satu diruangan yang sama. Bagaimana kedua orang itu bisa berakhir disana ?

Myungsoo yang meminjam ponsel dari Jieun berniat untuk menelpon sang supir yang mereka nantikan ternyata kehabisan baterai saat suara sang supir baru berucap sepenggal. Membuat keduanya tak punya jalan lain selain menunggu direstoran itu sampai restoran itu tutup namun sang supir tidak kinjung datang. Terpaksa Jieun bertanya pada sang pemilik restoran, adakah penginapan didekat sana yang bisa mereka gunakan dan sipemilik restoran menjawab jika tidak ada penginapan disekitar sana. Melihat Jieun dan Myungsoo yang iba, si pemelik restoran menawarkan mereka untuk menginap disalah satu kamar dirumahnya dan berakhir lah keduanya diruangan kecil dengan dinding kayu itu.

"Sajangnim"

"Mwo ? Jangan harap aku akan kasihan dan menawarkanmu untuk tidur dikasur ini"

"Ada kecoa dikepalamu"

"Ya yaak, mana mana, Aaaa .. Singkirkan dariku"

Jieun justru terkekeh melihat Myungsoo yang langsung menggeliat dengan teriakannya yang seperti gadis remaja mendapati jerawat diwajah mereka akibat memakan kacang.

"Aku hanya bercanda" ucap Jieun kemudian. Membuat Myungsoo yang menggelinjang tak karuan langsung terdiam dan menatap Jieun tak senang.

"Kau ! Dasar menyebalkan. Bisa-bisanya disaat seperti ini mengerjaiku"

"Pasti ini pertama kalinya sajangnim tidur ditempat seperti ini"

"Jangan Sok tahu"

"Dulu, saya bahkan pernah semalaman tidak tidur hanya karena kamar saya bocor dibeberapa bagian, terdapat banyak mangkuk yang menampung tiap tetesan"

Myungsoo tiba-tiba terdiam, masih memperhatikan Jieun berbicara dengan sendirinya.

"Tapi ayah memeluk saya sepanjang malam dan membacakan cerita meski ia tahu saya tidak bisa tidur karena kamar yang bocor"

"Ayahmu pasti orang yang sangat baik" timpal Myungsoo. Entah mengapa ada perasaan aneh saat melihat Jieun membicarakan sesuatu tentang keluarganya. Seakan hilang semua imej tegas dan tegar yang ada dalam diri gadis itu, pikir Myungsoo.

"Dia ayah terhebat bagi saya sajangnim. Dulu, saya juga pernah begitu marah saat Min ki, adik saya dilempari roti berjamur karena terus memandangi toko roti tanpa pernah membelinya. Sejak itu saya bertekad untuk menjadi orang yang berhasil dan memberikan apapun yang keluarga saya inginkan dengan jerih payah saya sendiri. Semuanya cukup terbayar sekarang, saya cukup bangga karena bisa sampai menjadi seperti sekarang"
Perkataan Jieun membuat Myungsoo sedikit sadar. Ia hanya secuil kerikil jika dibandingkan dengan Jieun. Ia belum pernah berjuang sebegitu kerasnya seperti Jieun demi keinginannya. Myungsoo hanya bisa merasa kesal saat ayahnya tak memberikan jabatan diperusahaan pusat ketika Myungsoo begitu menginginkannya tanpa perjuangan yang berarti. Tapi Jieun berjuang dari nol untuk bisa seperti sekarang.

Sekarang Myungsoo tahu kenapa Jieun begitu keras bekerja. Kenapa begitu terlihat berambisi, mungkin bukan ambisi tapi semangat yang kuat. Seperti dorongan yang kuat yang membuatmu menginginkan pembuktian yang bisa kau raih secara maksimal.

"Manager Lee"

"Ya ? Ah maaf jika saya justru menceritakan hal yang tidak ingin anda dengar, saya hanya terbawa suasana"

"Tidak apa, cerita mu justru sangat menarik untuk didengar. Ah iya soal Min ki, aku sangat menyesal mengatakan kalau kau memiliki hubungan dengannya" Jieun sedikit tersenyum dan menjawab-

“Gwenchana sajangnim”

“Tapi aku benar-benar tidak tahu waktu itu jika ia ternyata adikmu”

“Kami memang tidak terlalu mirip, dia mirip ibu dan aku mirip ayah” Myungsoo mengangguk kecil.

“Sudah malam sebaiknya kita tidur”

“Ne”

Disisi lain Luhan justru dibuatnya gelisah dengan tidak pulangnya Jieun. Kemana Jieun, berulang kali ia menghubungi keponselnya tapi tidak tersambung. Apa mungkin ia pulang keapartementnya ? Tapi kenapa sama sekali tidak memberi kabar pada Luhan. Tak tahukah Jieun jika Luhan sangat mencemaskannya.

Luhan yang bosan mondar-mandir didepan televisi Seraya menghubungi Jieun akhirnya menyerah. Ia duduk disofa, waktu menunjukan pukul 10 malam, baiklah tidak ada cara lain selain menunggu Jieun. Luhan masih menunggu sampai ia tertidur disofa dengan televisi menyala.

__

Hana menyesap wine ditangannya Seraya memandangi bingkai foto berisi anak perempuan dan anak laki-laki tersenyum ceria. Pandangannya menyiratkan sesuatu.

"Lulu, kenapa kau bisa berpaling dariku ? Tak tahukah kau kalau aku sangat menyukaimu sejak dulu ?" gumamnya pada foto yang dipandanginya. Foto yang tak lain adalah dirinya dan Luhan saat mereka kecil. Hana sangat senang kembali ke Korea hanya karena satu hal, yaitu Luhan.

Dulu ia sangat senang saat mendengar bahwa mereka akan dijodohkan tapi sangat amat sedih bahwa mereka harus berpisah karena kepindahannya ke China. Andai semua itu tidak terjadi mungkin sekarang ia sudah menyandang sebagai tunangan Luhan. Teman sekaligus namja yang ia sukai. Ia tahu Luhan hanya menganggapnya teman biasa, tapi perasaan Hana jauh berbeda. Ada benih-benih cinta yang mulai membesar saat ia tumbuh bersama Luhan.

"Tapi siapa itu Jieun ?"

"Kau terlihat sangat menyukainya saat membicarakannya"

<<>> 

Jieun menggeliat kecil saat matanya mulai terbangun. Menguap kecil dengan garukan ringan dikepalanya yang gatal. Mengernyit saat menyadari sesuatu.

"Ke kenapa aku bisa ada disini ?" gumamnya. Ya, Jieun tidur diatas kasur lantai satu-satunya dikamar itu. Matanya menatap Myungsoo yang meringkuk tidak beralaskan apapun, hanya tidur diatas lantai kayu kamar itu.

"Apa mungkin ..."

Tak lama Myungsoo pun menggeliat dan bangun.

"Kau sudah bangun ?" tanyanya pada Jieun.

"Ne sajangnim, tapi kenapa aku bisa ada disini ?"

"Aku yang memindahkanmu, aku tidak tega melihatmu meringkuk disana dan tidak perlu berterima kasih"

Ternyata kau punya simpati juga

"Ah gamsahamnida sajangnim"

"Manager Lee "

"Ya ?"

"Bisakah kita memanggil nama jika diluar kantor"

"Ah tapi kenapa sajangnim ?"

"Tidak, aku hanya ingin berteman denganmu"

Ke kenapa dengannya ? Apa tidur ditempat seperti ini membuat otaknya konslet ?

"Ah tentu, tentu saja sajang- eh Myungsoo-ssi" Myungsoo sedikit menyunggingkan senyum.

Daebak, baru kali ini aku melihat si es ini tersenyum.

"Kalau begitu ayo kita pulang Jieun-ssi" Jieun mengangguk lalu membereskan kasur lantai dan berniat berpamitan sekaligus berterima kasih pada orang yang memperbolehkan mereka menginap.

__

Luhan terbangun saat mendengar suara pintu terbuka, ia memandang jam dindingnya dan menyadari bahwa hari sudah pagi. Dan ia tertidur disofa sejak malam tadi karena menunggu Jieun.

Tampaklah gadis yang ia tunggu itu masuk Seraya sesekali memijat tengkuknya.

"Dari mana kau semalaman Ji ?" Jieun mendongak, menatap namjanya yang terlihat kusut.

"Ah sayang, akan kujelaskan nanti, sekarang aku hanya ingin mandi dan makan dulu, akan kujawab nanti oke" Luhan membuang nafasnya kasar. Beranjak dan berjalan kearah Jieun lalu menarik lengannya membuat Jieun memandangnya heran.

"Kau punya ponsel kan ? Apa sulitnya mengabariku ? Apa begitu sulit untuk memberi kabar padaku tentang keadaanmu , tak tahukah kau jika aku mencemaskanmu semalaman eoh ?"

Jieun diam seribu bahasa. Menyadari Raut kecemasan dari sang kekasih.

"Apa kau terjebak karena mobil bocor dan ponselmu hilang sampai kau tidak bisa mengabariku ? Eoh ?" lanjut Luhan. Dia mencemaskan Jieun luar biasa tapi Jieun terlihat biasa-biasa saja dengan raut muka tidak bersalah.

Jieun mendekat, meraih lengan Luhan yang memegangnya. Menggenggam tangannya lembut.

"Maaf jika aku membuat mu cemas sayang tapi aku benar-benar sedang lelah, aku akan menjelaskannya nanti eoh" ucap Jieun lembut. Meminta pengertian namja dihadapannya. 

"Kau memang tidak pernah menghargaiku sejak dulu" ucap Luhan geram, ia menghempaskan lengan Jieun dan beranjak pergi dengan menyambar kunci Mobilnya. Membuat Jieun hanya bisa menatapnya diam Seraya menghembuskan nafas kasar.

"Sial" gumamnya.

<<>> 

Luhan tidak pulang keapartement  tiga hari setelah pertengkarannya dengan Jieun. Ia tinggal diapartement Hana karena jika ia pulang kerumah pasti ayahnya akan membicarakan tentang Jieun.

"Sebenarnya ada apa dengan kalian ?"

"Hanya pertikaian kecil"

"Kenapa tidak pulang kerumahmu, kenapa malah keapartement ku"

"Ayolah Hana-ya, otaku sedang kacau, tidak bisakah kau tidak banyak bertanya"

Melihatmu seperti ini karena wanita itu entah mengapa membuatku kesal. Apa kau benar-benar serius dengannya ?

Sehebat apa wanita itu sampai membuatmu seperti ini.

<<>> 

Jieun memakan makanannya dengan tidak bernafsu, menyeruput kecil jusnya yang masih penuh. Kemana Luhan ? Apa ia masih marah padanya hingga tak pulang keapartement mereka.

Tak menampik kalau Jieun merindukan namja itu karena tiga hari tak bertemu dan tidak ada kabar. Tega sekali Luhan melakukan itu padanya. Bahkan pesannya pun tidak ada yang dibalas satupun.

"Manager Lee ?" Jieun tersadar dari lamunannya saat sebuah panggilan didengarnya. Mendongak pada namja dihadapannya.

"Oh sajangnim?"

"Boleh aku duduk disini ?"

"Tentu, tentu saja" ucap Jieun dengan senyum kecil.

"Kau terlihat banyak pikiran, ada apa ?"

"Ah gwenchana hanya masalah kecil sajangnim"

"Oh" Myungsoo mulai memakan makanan yang dibawanya tadi dan Jieun kembali termenung.

<<>> 

“Kau sudah melakukannya ?”

“Ya presdir Xi” Namja paruh baya itu tersenyum seraya menyenderkan punggungnya. Sedikit memiringkan wajahnya seraya memandang keluar jendela. Seakan menerawang jauh.

Apa yang direncanakan Ayah Luhan ? apa mungkin ia sudah merencanakan sesuatu untuk memisahkan anaknya dengan gadis bernama Jieun itu ?

To be continued

Comments

Post a Comment