Pukul 9 pagi,
Jieun dan Sehun sudah pergi menuju gedung XX menggunakan mobil Sehun sementara
teman Ji Yoon yang memakai pakaian Jieun juga pergi menggunakan mobil Jieun.
Inilah rencana Ji Yoon agar orang-orang yang mengawasi mereka, mengikuti Jieun
palsu dan Jieun asli tak akan mendapat halangan menuju gedung XX lalu
memberikan dokumen yang berada di sana kepada pengacara Ahn. Untung saja Sehun
menerima permintaan Ji Yoon untuk mengantarkan Jieun hingga misi mereka
berhasil. Namun hal itu malah membuat Sehun makin penasaran. Seberapa penting
kah dokumen-dokumen itu hingga Ji Yoon sampai merencanakan itu semua.
Di
Perjalanan.
“Hey, aku
jadi penasaran sekarang, apa alasan Ji Yoon merencanakan semua ini?” tanya
Sehun.
“Aku justru
sangat penasaran dari kemarin hingga rasanya ingin memukul seseorang”
“Tapi
akhirnya kau malah berciuman dengan seseorang” balas Sehun seraya tertawa geli
saat melihat raut wajah Jieun yang berubah.
“Y yaak,
kenapa kau m membahas itu lagi?” gadis itu tampak salah tingkah.
“Kenapa
rasanya aku tidak percaya kau belum pernah pacaran dengan orang lain ya. Kemarin
kau benar-benar seorang good kisser haha” Rasanya benar-benar menyenangkan saat
meledek Jieun. Membuat gadis itu melirik
tajam dengan gumaman kesal.
“Aku
benar-benar akan memukulku jika begini terus” ancam Jieun.
“Aku siap kok
dipukul... dengan bibirmu hahaha” Sehun tak akan melewatkan kesempatan bagus untuk menggoda gadis itu.
“Yaaakk !”
pekik Jieun dengan kepalan tangan yang sudah melayang disamping kepala Sehun membuat namja itu melirik sekilas lalu merinding sendiri.
“Mian mian,
aku hanya bercanda”
"Cih..” decak Jieun.
Sementara disisi
lain, teman Ji Yoon yang memakai mobil Jieun terus menjauh dari Seoul. Membawa
orang-orang yang membuntutinya tanpa ada rasa curiga.
“Mau kemana
sebenarnya gadis itu?”
“Sudahlah
ikuti saja, jangan sampai bos marah dan malah memecat kita”
“Hey tapi
bukankah ini jalan menuju luar kota?” Orang berpakaian hitam satunya lagi
melihat sekilas plang dijalan.
“Kau benar,
apa sebaiknya kita telpon boss saja?” namja itu mengangguk.
“Lebih baik telpon Boss
sekarang”
"Oke"
"Oke"
“Hallo Bos, gadis itu pergi jauh sampai ke
perbatasan Seoul, apakah kami harus tetap mengikutinya?”
“Apa kalian
yakin dia gadis yang benar?”
“Kami yakin
Boss, dia memakai pakaian yang kemarin dan juga memakai mobil yang sama”
“Coba kalian
dahului mobilnya dan hentikan didepannya sampai dia keluar lalu cek apakah
gadis itu gadis yang benar”
“B baik boss”
namja itu pun mematikan ponselnya.
“Ah aku
memiliki firasat yang buruk” setelah memberitahukan perintah dari sang Boss
kepada temannya. Mereka berdua langsung tanjap gas dan mendahului mobil Jieun yang dipakai Bomi-teman Ji Yoon.
Memberhentikannya lalu keluar dari mobil, membuat teman Ji Yoon kebingungan.
“Omo, kenapa
mereka menghadangku?”
“Apa yang akan mereka lakukan?”
“Kau Keluar
!” teriak salah satu namja berpakaian hitam itu. Kim Bomi, teman Ji Yoon itu
akhirnya menghela nafas lalu membuka pintu mobil Jieun dan berdiri dihadapan
dua namja itu membuat dua namja itu berpandangan sejenak.
“Buka
maskermu” titahnya.
Tenang Bomi, kurasa ini sudah cukup.
Lagi pula aku sudah membawa mereka cukup jauh, mereka tidak akan sempat
mengejar Jieun. Baiklah.
Perlahan Bomi
membuka maskernya dan menampakan wajahnya. Seketika dua namja itu terkejut
karena menyadari Bomi bukanlah Jieun yang harusnya mereka awasi kemanapun.
“Sial !” Bomi
pun tersenyum bangga melihat dua namja itu terkecoh. Dengan terburu-buru dua
namja itu kembali memasuki mobilnya dan memutar balik. Berharap mereka masih dapat
menemukan Jieun.
“Boss, dia
bukan gadis itu !” lapor salah satu namja itu lewat sambungan telepon.
“Mwo !?
Kalian benar-benar bodoh ! Cepat cari Jieun sekarang juga !”
“B baik Boss”
kedua namja itu kalah kabut, juga bingung karena mereka tak tahu kemana Jieun
pergi.
“Habislah
kita”
Kembali ke
Jieun dan Sehun. Setelah mereka mengambil berkas-berkas itu di Gedung XX mereka
langsung menuju pengadilan untuk menyerahkannya pada Pengcara Ahn.
Di dalam
perjalanan
“Kau bisa
membaca berkas-berkas itu untuk menjawab rasa penasaranmu Ji” tanpa Sehun
bilang pun, dari tadi Jieun sudah ingin membukanya dan mengetahui alasan dari
semua ini namun nyatanya Jieun hanya diam tanpa menggerakan tangannya untuk
membuka berkas-berkas itu.
“Wae?”
“Ani, aku
tidak akan membacanya, aku akan memenuhi permintaan Ji Yoon lagipula dia akan
menceritakannya juga saat kita menyelesaikan misi"
“Wah ternyata
kau orang yang bisa diandalkan”
“Eiy tentu
saja” bangga Jieun.
“Tapi kenapa
aku merasa kita seperti agen FBI yang membawa dokumen penting negara ya” cletuk Sehun asal.
“Haha ku kira
hanya aku yang berfikiran seperti itu” suasana tampak lebih santai dengan cletukan namja itu.
Satu jam
kemudian, akhirnya mereka sampai didepan gedung pengadilan. tanpa berlama-lama,
Jieun dan Sehun bergegas menuruni mobil mereka dan mulai melangkahkan kaki
untuk masuk. Namun beberapa namja yang berjumlah 4 orang menghadang mereka.
Siapa mereka? Ah benar, mereka pasti
orang-orang yang mengawasiku dirumah sakit
Tapi, tunggu dulu, wajah mereka berbeda
meski pakaiannya sama.
Mereka bukan orang yang sama tapi aku
yakin mereka komplotan yang sama
“Serahkan
dokumen itu pada kami atau kami akan merebutnya”
“Aku tidak
akan menyerahkannya” ucap Jieun seraya menyerahkan dokumen itu kepada Sehun
sementara ia maju satu langkah didepan Sehun dan bersiap melawan keempat namja
itu.
“J ji, kau
yakin mau melawan mereka?” bisik Sehun.
“Hun
dengarkan aku, saat kuteriakan ‘Sekarang’ kau lari memasuki gedung lalu
serahkan dokumen itu pada pengacara Ahn”
“Yaa, aku bahkan
tidak tahu pengacara bernama Ahn itu”
“Cari saja
pengacara bernama Ahn Dong Woo dilantai dua kantor jaksa, arraseo?”
“Tapi
bagaimana denganmu?”
“Aku bisa
mengatasinya” Jieun kembali memandang tajam keempat namja dihadapannya yang
sudah tidak sabar untuk merebut dokumen itu.
“Sekarang !”
pekik Jieun dan dengan sekuat tenaga Sehun berlari sementara Jieun mulai
menyerang gerombolan namja berpakaian hitam itu.
Bugh,
tendangan Jieun mengenai kepala namja pertama dan ia berputar lalu Bugh Bugh
Jieun meninju perut namja kedua bertubi-tubi. Dua namja berhasil ia lumpuhkan
lalu sembari menyeringai memandang dua namja lagi yang tampak keheranan dengan
kemampuan Jieun. Tanpa berlama-lama Jieun melangkah maju dan melompat lalu
menendang namja ketiga itu tepat dikepala membuat namja itu oleng dan terhuyung
ke tanah. Ah, Jieun kehilangan namja ke empat, namja itu tampak mengejar Sehun, dengan cepat Jieun pun mengejar namja itu dan untungnya belum sempat memasuki pintu pengadilan. Jieun dapat meraih kerah bajunya, menariknya dari belakang hingga namja itu terjungkal lalu dengan sekuat tenaga Jieun mendaratkan bogem mentahnya diwajah mulus itu. awalnya berjalan lancar namun pukulan selanjutnya meleset, membuat Jieun tertendang dan tersungkur.
Tangguh juga yang satu ini ...
Jieun kembali bangkit begitu pula namja itu yang bersiap untuk kembali menyerang. Namun suara sirine polisi menginterupsi perkelahian itu. menyelamatkan Jieun dari kepungan keempat namja asing itu.
Tangguh juga yang satu ini ...
Jieun kembali bangkit begitu pula namja itu yang bersiap untuk kembali menyerang. Namun suara sirine polisi menginterupsi perkelahian itu. menyelamatkan Jieun dari kepungan keempat namja asing itu.
“Angkat
Tangan !” Polisi mendekat dengan senjata api di tangan mereka membuat keempat namja
itu tak berkutik dan terpaksa mengangkat tangan seraya memandang Jieun kesal
sementara Jieun tersenyum puas. Sehun kembali menghampiri Jieun dengan sedikit
berlari setelah menyerahkan dokumen yang ia bawa pada pengacara Ahn.
“Ji kau tidak
apa-apa?” tanyanya setelah menghampiri Jieun.
“Aku tidak
apa-apa, kau sudah menyerahkannya?”
“Dia sudah
menyerahkannya padaku” ucap namja yang menghampiri mereka, membuat Jieun dan
Sehun menoleh.
“Saya
pengacara Ahn Dong Woo, tenang saja saya akan segera memproses dokumen-dokumen
itu”
“Ah ne
gamshamnida pengacara Ahn”
“Kalian pasti
Jieun dan Sehun kan? Nona Ji Yoon sudah memberi tahu kalau kalian yang
akan membawa dokumen-dokumen itu kemari”
“Apa boleh
aku mengetahui dokumen apa yang kami bawa?” tanya Jieun.
“Mian, nona
Ji Yoon bilang aku tidak boleh memberitahumu, dia sendiri yang akan
memberitahukannya pada mu Lee Jieun-ssi” Jieun menghela nafas mendengarnya. Ji
Yoon benar-benar konsisten sampai akhir. Oke, Jieun akan mengikutinya.
”Baiklah,
Kalau begitu kami permisi” ucap Jieun
berpamitan.
“Ne hati-hati
dijalan” Meski masih mengganjal tentang alasan dari semua ini, Jieun merasa
lega, seakan beban dipundaknya sudah terangkat setelah berhasil menyelesaikan
misi yang Ji Yoon berikan padanya. Jieun dan Sehun kembali ke rumah sakit. Tak
ada penolakan lagi, Ji Yoon pun akhirnya menceritakan semuanya.
“Tidak
mungkin” lirih Jieun.
“Bukan hanya
itu, Jun Young ahjussi juga yang mengganti obat ibu dirumah sakit. Ibu semakin
parah karena obat yang ia ganti Ji, Kau tahu persis jika ibu sembuh maka Jun
Young ahjussi tidak bisa lagi menjadi wali kita dan mengurus perusahaan. Itu
sebabnya dia ingin membuat ibu tetap sakit”
Jadi ini alasan Junki Oppa terlihat
sangat kacau waktu itu..
Dia pasti juga sulit menerima kenyataan
tentang kejahatan Jun Young Ahjussi
Tapi ini terlalu... mengejutkan..
Tapi ini terlalu... mengejutkan..
“Orang yang
membuat keluarga kita hancur juga Jun Young ahjussi Ji. Dia yang mengatakan
pada ayah kalau eonnie bukan anak kandungnya, mengatakan kalau ibu tengah
mengandungku saat menikah dengan ayah. Itulah kenapa ayah menjadi orang yang
kacau dan akhirnya menyiksa ibu, semua itu karena hasutan dan perkataan racun Jun
Young yang mempengaruhi ayah. padahal ibu sudah berniat dari dulu untuk membuka kebenarannya pada ayah bahwa eonnie bukan anak kandungnya namun Jun Young ahjussi lebih dulu memberitahu ayah soal ini ditambah hasutan-hasutan keji yang membuat ayah termakan ucapannya.” Jieun hanya bisa mendengar penjelasan Ji Yoon tanpa tahu harus bereaksi seperti apa. semua ini terlalu mengejutkan baginya. jadi Ji Yoon bukan darah daging ayahnya? dan-
“Wae? Kenapa
dia melakukan itu pada keluarga kita?”
Ji Yoon
menggeleng “Itulah yang belum eonnie ketahui”
“Sangat tidak
masuk akal. Apa kesalahan keluarga kita pada Jun Young ahjussi sampai ia tega
melakukan ini pada kita” Jieun benar-benar tak habis pikir.
“Kau pasti
sangat kecewa, sama seperti eonnie saat mengetahui ini semua”
“..” Jieun
tak bisa berkata-kata lagi, orang yang sudah ia anggap sebagai pamannya sendiri
malah menjadi penyebab keluarganya hancur. Orang itu bahkan tega membuat Ji
Yoon mendapat luka-luka parah dengan kedok kecelakaan. Terlalu banyak,
benar-benar banyak kejahatan Jun Young yang baru Jieun ketahui sekarang. Ia
pasti tampak seperti gadis bodoh didepan orang itu. Satu orang, hanya karena
satu orang namun keluarga Jieun hancur dibuatnya. Bukan hanya itu, Jun Young
bahkan membuat Jieun takut akan hubungan dan tak mempercayai laki-laki. Semua
yang ada dipikirannya semua laki-laki itu jahat. namja itu membuat ayahnya menjadi orang jahat yang mengakibatkan Jieun trauma untuk memiliki hubungan dengan namja.
“Ibu,
bagaimana dengan keadaan ibu?”
“Aku sudah
memindahkannya, ibu ditempat yang aman sekarang”
Syukurlah..
Jieun ingat
satu hal, Ayah Sehun adalah dokter yang menangani ibunya. Apakah orang itu juga
terlibat ?
“Apa dokter
Oh terlibat dengan obat palsu itu?” Ji Yoon menggeleng.
“Dia tidak
tahu, dokter Oh bahkan terlihat sangat menyesal saat memeriksa obat itu dan
mengetahui fakta bahwa obat itu bukan resep yang diberikannya. orang yang
menukar obat itu adalah salah satu suster dirumah sakit itu. Tapi kenapa kau
menanyakan itu?”
“Dokter Oh
adalah ayah Sehun, aku hanya ingin memastikannya”
“Jeongmal?
Kalian benar-benar ditakdirkan berjodoh haha” Jieun sama sekali tidak ingin
tertawa. Ia tahu Ji Yoon hanya berusaha menghiburnya. ini bukan saatnya untuk tertawa.
“Eonnie”
“Hmm?”
“Bolehkah aku
memelukmu?”
“Tentu saja,
kemarilah” Jieun bangkit lalu memeluk Ji Yoon.
“Kuharap
penderitaan kita benar-benar sudah berakhir dan aku tidak akan meragukan Tuhan
lagi tentang rencananya karena kali ini dia sudah mengabulkan harapan-harapanku
yang ku kira tidak akan terwujud” Ji Yoon mengusap punggung Jieun dengan mata
yang mulai berkaca-kaca entah sejak kapan.
“Ini
benar-benar sudah berakhir Ji, tenanglah” Jieun mengangguk didalam pelukan Ji
Yoon. Ia mencoba tersenyum meski matanya juga berkaca-kaca.
Setelah
Dokumen-dokumen itu diperiksa, Lee Jun Young resmi ditahan. Namja itu bahkan
menyewa 3 pengacara sekaligus untuk membelanya namun karena bukti-bukti yang
kuat membuatnya tak berkutik dan dihukum seumur hidup atas tuduhan penggelapan
dana perusahaan, Penyuapan pajak, dan Percobaan pembunuhan karena menukar obat
Ny.Lee. sementara penyebab kecelakaan Ji Yoon tidak memiliki bukti yang kuat.
Namun Ji Yoon tidak mempermasalahkannya karena hukuman yang namja itu terima
sudah lebih dari cukup.
Setelah Jun Young diberi putusan hukuman, Jieun dan Ji
Yoon keluar dari ruang sidang.
Kedua yeoja bersaudara itu saling melempar senyum kecil setelah Jun Young
mendapat hukumannya. Melupakan fakta bahwa Junki juga berada dipersidangan yang
sama dengan raut wajah yang sulit untuk
diartikan.
“Tolong
maafkan kesalahan ayahku” ucap Junki saat melihat mereka berdua membuat kedua
yeoja itu menoleh. Perlahan Junki membungkuk 90 derajat.
“O opa”
“Kami sudah
memaafkannya, kau tidak perlu berbuat seperti ini” perlahan Junki menegakan
kembali tubuhnya. Dengan senyum yang ditahan ia mengucapkan terimakasih atas
pengertian Ji Yoon.
“Kalian
tenang saja Aku sudah mengundurkan diri dari Lee Inc dan lusa aku akan pergi ke
Belanda, aku tidak akan muncul lagi dihadapan kalian”
“O oppa wae?”
“Aku terlalu
malu menatap wajah kalian, Aboeji benar-benar membuatku tak pantas berhubungan
dengan kalian”
“Ini bukan
salahmu Junki-ssi, kami memang sangat kecewa dengan Jun Young ahjussi tapi kau
tak memiliki kesalahan pada keluargaku. Kau tak perlu berlebihan seperti ini”
“E eonnie
benar Oppa, kenapa kau harus pergi” Junki kembali tersenyum meski raut wajahnya
terlihat sedih.
“Ini
keputusanku, jangan salah paham aku pergi ke Belanda karena mendapat tawaran
pekerjaan yang bagus dari seorang teman” namja itu beralasan.
“Bohong” ucap
Jieun datar.
“Baiklah,
kami menghargai keputusanmu” sergah Ji Yoon.
“Kalau
begitu, aku pamit” Junki dan Ji Yoon saling membungkuk kecil dan Junki pun
berlalu dari hadapan mereka sementara Jieun tak bisa menutupi kesedihannya saat
mengetahui namja itu akan pergi. bahkan Junki tak meliriknya sama sekali. kenapa namja itu begitu tega dan dingin terhadapnya?
“Eonnie wae?
Kau sangat jahat pada Junki Oppa”
“Jieun
dengar, kita harus menghormati keputusan orang lain. Meski kita mencegahnya pun
harga diri Junki tak akan mau mendengar ucapan kita. Bagaimana jika kau berada
di posisi Junki sekarang? Orang yang sangat kau percayai yaitu ayahnya adalah
penyebab keluarga kita- teman dekatnya hancur, kau pasti ingin pergi sejauh mungkin”
“...” Jieun
membisu, perlahan ia memandang Junki yang semakin jauh berjalan dengan mata
berkaca-kaca.
“Sudah, ayo
kita pulang” ucap Ji Yoon seraya menepuk bahu Jieun sesaat lalu berjalan
mendahuluinya. Sementara Jieun masih tetap diam dengan air mata mulai meluncur
bebas. kilas balik tentang persahabatannya dengan Junki mulai kembali berputar dari mulai ketika Junki mengajarinya berenang, namja itu dengan sabar mengajari Jieun kecil berenang hingga membuat gadis itu tak takut air. menertawakan Junki yang berteriak bermain flying fox karena takut ketinggian, surprise hadiah ulang tahun paling berkesan karena Jieun mendapat tiket konser Band favoritnya dari Junki. bahkan menghiburnya saat Jieun melihat ayahnya memukuli ibunya. entahlah, ada jutaan kenangan berharga yang Jieun habiskan bersama namja itu.
Kenapa begitu menyakitkan?
Dia adalah namja yang melindungkui sejak
kecil bahkan hingga sekarang
Kenapa kau begitu jahat Lee Jieun?
Jika Jun Young ahjussi adalah iblis maka
Junki Oppa adalah malaikat yang dikirimkaNya untukmu Ji.
Jieun makin
terisak, ia menghapus air matanya tapi yang ada air matanya semakin deras.
“Jangan
menangis lagi” sebuah sapu tangan hadir dihadapan Jieun, membuat yeoja itu
menoleh, bukannya mengambil sapu tangan itu ia malah memeluk namja pemilik sapu
tangan yang tak lain adalah Sehun. Sedari tadi Sehun memperhatikan mereka
diujung koridor, mendengar dan menyaksikan semuanya. Awalnya dia ingin
menghadiri persidangan terakhir itu namun ia terlambat dan saat memasuki gedung
pengadilan, persidangan itu sudah selesai. ia menghentikan langkahnya saat
hendak menghampiri Jieun begitu mengetahui Junki berbicara dengan mereka.
Apa mungkin Jieun menyukai namja itu dan
dia baru menyadarinya sekarang?
“Kejar dia
jika kau menyukainya” lirih Sehun. Jieun tampak menggeleng.
“Dia sudah
seperti saudara bagiku, kami berbagi dan tumbuh bersama sejak kecil. Rasanya menyakitkan melihatnya
seperti itu. aku merasa menjadi orang paling kejam karena membiarkannya seperti
itu dan tak dapat menghiburnya karena akulah sumber kesedihannya. Apa yang
harus kulakukan Sehun?”
Sehun pun
tahu, pasti sangat menyedihkan berada di posisi Junki sekarang. Disatu sisi dia
tak ingin meningalkan Jieun namun disisi lain ayahnya lah yang membuat Jieun
terluka, yang membuat harga dirinya jatuh.
“Katakan hal
itu padanya” Jieun mendongak.
“Katakan apa
maksudmu?”
“Katakan saja
apa yang ada di dalam hati mu tentang Junki. Setidaknya jika ia tetap ingin
pergi, kau sudah menjelaskan
bahwa ia sangat penting bagimu meski kalian tidak menjadi pasangan” Jieun terdiam,
memikirkan nasehat Sehun kepadanya. Gadis itu kembali memandang namja yang
berdiri dihadapannya.
“Arraseo”
Sehun tersenyum kecil seraya mengangguk kecil. Jieun pun lekas menyusul Junki,
untuk berbicara pada namja itu. Sehun menghela nafas pelan melihat kepergian
Jieun. Sehun tak pernah berbesar hati merelakan wanita yang ia sukai menemui
namja lain tapi kali ini, ia pun bingung kenapa ia malah menyarankan Jieun
untuk berbicara dengan namja itu. Sehun menunduk dan tersenyum kecil.
Kau sudah menjadi namja yang gentle Oh
Sehun ucapnya dalam
hati memuji dirinya sendiri.
_______
Jieun
memandang Junki yang duduk dihadapannya, menyeruput kopinya dan tak membalas
pandangannya. Sikap namja itu hanya bisa membuat Jieun menghela nafas. Mereka
sangat dekat bukan? Tapi kenapa rasanya kali ini, Jieun duduk bersama
orang asing?
“Aku tahu
Oppa akan tetap pergi tapi aku ingin membujukmu untuk sekali lagi”
“Itu hanya
akan sia-sia Ji”
“Arra, tapi
apa hubungan pertemanan kita selama ini tidak berarti apa-apa bagimu Oppa?”
“Kenapa kau
mengatakan itu Ji, justru karena kita sangat dekat. Semua ini terasa
berat bagiku”
“Tapi bukan
kau yang membuat kesalahan, maaf jika aku tak mengerti perasaanmu tapi aku
tidak ingin Oppa pergi. Oppa tak perlu melakukan itu. Aku memang sangat kecewa
pada Jun Young Ahjussi tapi tak ada sedikitpun perasaanku untuk menyalahkanmu
Oppa”
“Kau belum
tahu semuanya”
“A apa maksud
Oppa”
“Aku tahu
ayah berencana menyelakai Ji Yoon tapi aku malah tak melakukan apa-apa” Jieun
memandang Junki dengan rasa tak percaya. Benarkah apa yang dikatakan namja itu?
“K kenapa..”
“Karena dia
ayahku ! Orang yang kau benci dan menyelakai keluargamu adalah ayahku !” pekik
Junki tak tertahan, sangat terlihat ia mengeluarkan semua keresahannya.
Akhirnya semuanya membuncah menyisakan kepahitan yang melegakan. walau bagaimanapun orang jahat itu, penjahat bagi keluarga Jieun itu adalah ayahnya. ayah yang selalu ia banggakan, ayah yang sudah membesarkan dirinya sejak kecil tanpa isteri.
“Karena dia
ayahku Ji” lanjut Junki lirih “ini bukan hanya tentang persahabatan kita. Aku
juga benar-benar bingung harus melakukan apa. Yang ada dipikiranku saat ini
adalah menenangkan diri, dan caraku untuk menenangkan diri adalah pergi jauh darimu” Jieun dibuatnya bungkam. Tentu saja, jika ia diposisi
Junki pasti sangat berat menerima semua ini. Junki pasti bingung karena berada
diantara Jieun dan ayahnya.
“Aku mengerti
Oppa” ucap Jieun mencoba untuk mengerti perasaan dan keadaan yang Junki alami. Tak
ada lagi yang bisa ia katakan, seberapa besar usahanya untuk mempertahankan
Junki disisinya hanya akan berakhir sia-sia. Jieun memang selalu begitu,
kini ia merasa sangat egois jika tetap pada pendiriannya untuk mencegah Junki
pergi.
“Selamat
tinggal” ucap Junki lalu bangkit dan meninggalkan Jieun tanpa basa-basi lagi.
Namja itu bahkan tak menoleh sedikitpun. Niatnya untuk pergi bisa goyah jika ia
terlalu lama bersama Jieun. Sementara Jieun memandang nanar sosok Junki yang
mulai menghilang dari pandangannya.
Ku harap kau hidup dengan baik, Oppa
Ku harap kita tidak pernah bertemu lagi, Ji
***
Ku harap kau hidup dengan baik, Oppa
Ku harap kita tidak pernah bertemu lagi, Ji
***
5 Tahun
kemudian
Sejak saat itu, Jieun tak pernah bertemu dengan Junki. satu bulan sekali Jieun mengunjungi Jun Young ahjussi, ia mencoba berbesar hati. setidaknya Jieun bisa membalas kebaikan Junki dengan mengunjungi ayahnya seraya membawakannya makanan meski Jun Young ahjussi belum pernah menyentuh makanan apapun yang Jieun bawakan untuknya hingga suatu hari namja yang biasanya diam mulai mengucapkan sebuah alasan mengapa ia menghancurkan keluarga Jieun.
"Aku benci melihat keluarga kalian bahagia" alasan gila yang hanya bisa diucapkan seorang psikopat. namun setelah Jieun menyelidiki latar belakang Jun Young ia tahu penyebabnya. Jun Young adalah anak dari keluarga miskin yang broken home dan saat ia menikah, istrinya meninggalkannya untuk pergi bersama laki-laki lain. meninggalkan dirinya dan juga anak lelaki bernama Junki. menyisakan kepedihan hingga membuat hatinya geram saat melihat keluarga Jieun bahagia lalu berhasrat menghancurkan dan mengambil alih hartanya.
Jieun shock, tentu saja, karena ia mengetahui alasan inti dari semua kepedihan yang menimpa keluarganya. namun tak ada yang berubah, setiap bulan ia tetap mengunjungi Lee Jun Young sembari membawakan makanan kesukaannya mengabaikan semua kejahatan yang dilakukan namja itu. hingga suatu hari Jieun melihat lelaki yang mulai beruban itu menangis dihadapannya dalam diam seraya menatap makanan yang Jieun bawakan.
"Mian... Mianhae Jieun-a" lirihnya seraya tertunduk, air mata tak hentinya mengalir. Jieun hanya diam seraya memandang datar.
"Jadilah ayah yang baik untuk Junki Oppa" ucap Jieun seraya meletakan sebuah sapu tangan kusam yang pernah Junki berikan saat Jieun kecil menangis karena melihat ayahnya memukuli sang ibu.
_____
Sejak saat itu, Jieun tak pernah bertemu dengan Junki. satu bulan sekali Jieun mengunjungi Jun Young ahjussi, ia mencoba berbesar hati. setidaknya Jieun bisa membalas kebaikan Junki dengan mengunjungi ayahnya seraya membawakannya makanan meski Jun Young ahjussi belum pernah menyentuh makanan apapun yang Jieun bawakan untuknya hingga suatu hari namja yang biasanya diam mulai mengucapkan sebuah alasan mengapa ia menghancurkan keluarga Jieun.
"Aku benci melihat keluarga kalian bahagia" alasan gila yang hanya bisa diucapkan seorang psikopat. namun setelah Jieun menyelidiki latar belakang Jun Young ia tahu penyebabnya. Jun Young adalah anak dari keluarga miskin yang broken home dan saat ia menikah, istrinya meninggalkannya untuk pergi bersama laki-laki lain. meninggalkan dirinya dan juga anak lelaki bernama Junki. menyisakan kepedihan hingga membuat hatinya geram saat melihat keluarga Jieun bahagia lalu berhasrat menghancurkan dan mengambil alih hartanya.
Jieun shock, tentu saja, karena ia mengetahui alasan inti dari semua kepedihan yang menimpa keluarganya. namun tak ada yang berubah, setiap bulan ia tetap mengunjungi Lee Jun Young sembari membawakan makanan kesukaannya mengabaikan semua kejahatan yang dilakukan namja itu. hingga suatu hari Jieun melihat lelaki yang mulai beruban itu menangis dihadapannya dalam diam seraya menatap makanan yang Jieun bawakan.
"Mian... Mianhae Jieun-a" lirihnya seraya tertunduk, air mata tak hentinya mengalir. Jieun hanya diam seraya memandang datar.
"Jadilah ayah yang baik untuk Junki Oppa" ucap Jieun seraya meletakan sebuah sapu tangan kusam yang pernah Junki berikan saat Jieun kecil menangis karena melihat ayahnya memukuli sang ibu.
_____
Jieun dan
Sehun tampak santai duduk dikursi dekat sungai Han, dengan dua cup coffee yang
masih mengepul ditangan masing-masing.
“Aaahh
cuacanya benar-benar bagus” ujar Sehun seraya memandang langit sore yang menyuguhkan
warna jingga nan mempesona. Jieun tersenyum kecil lalu menyeruput kopinya. Kembali
mendongak setelah cairan kental hitam itu merasuki indra perasanya. Memandang langit
yang sama dengan namja disebelahnya.
“Benar-benar bagus
untuk jomblo seperti kita” timpal gadis itu. membuat Sehun tersenyum lalu
menoleh kearah gadis itu. benar, mereka masih single, tak ada kemajuan apa-apa
setelah kepergian Junki. Namun beberapa fakta membuat mereka sadar sehingga
memilih untuk tak menjalin hubungan. Tepatnya, Sehun sadar jika hati Jieun
terbagi menjadi dua yaitu untuknya dan untuk Junki. Hal itulah yang menjadi
alasan Sehun untuk tak menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih dengan Jieun. ia takut cinta tulusnya lagi-lagi terkecewakan. lebih baik Ia menunggu, menunggu hingga Jieun tak memiliki ruang lagi untuk namja
itu. kini, ia sudah lebih bisa berbesar hati. Jieun meyakinkan Sehun bahwa
cintanya lebih besar untuk namja itu namun Sehun menyadari kenyataannya. Sehun
tak ingin separuh, Sehun ingin semua hati Jieun untuknya. Ia rela menunggu, itu
bukan suatu masalah untuknya.
Jieun
menghembuskan nafas.
“Rasanya
benar-benar melelahkan digantung seperti ini olehmu” ucapnya lalu menatap Sehun
yang masih menatapnya.
“Aku tak bisa
menerima hati yang separuhnya untuk orang lain” Jieun menunduk lalu
tersenyum.
Selalu kata-kata yang sama.. sejak 5 tahun terakhir..
Jieun meletakan kopinya lalu bangkit dan berdiri memandang sunset dihadapannya.
“AKU AKAN
MENJOMBLO SEUMUR HIDUP JIKA SEHUN TAK MENERIMAKU” teriaknya hingga orang-orang
disekitar mereka memandanginya heran.
“Y yaaak..”
Sehun meraih tangan Jieun dan menariknya untuk kembali duduk.
“Apa kau
sudah gila?” Jieun lagi-lagi tersenyum.
“Ini sudah
lima tahun berlalu Hun-a, kita benar-benar sudah dewasa dan berubah. Lihat aku
sekarang? Aku yang kekanakan dan boyish sudah berubah menjadi wanita karir yang
feminim dan bahkan memakai sepatuh high heels setiap hari. Kau juga, kau sudah
menjadi seorang insinyur hebat dan membuktikan pada ayahmu bahwa kau juga bisa
menjadi sukses, begitu juga hatiku. Kini 100 % semuanya hanya untukmu” Jieun
lelah dengan sikap Sehun yang berubah. Dulu, dulu namja itu yang selalu
mengejar dan menggodanya di setiap kesempatan. Namun sekarang keadaan berbalik
180 derajat. Jieun suka Sehun yang dulu yang kekanakan dan slengean dibanding
dengan Sehun yang bijaksana dan benar-benar terlihat seperti lelaki dewasa
seperti ini.
Jieun terlihat
frustasi saat namja itu masih terlihat tenang tanpa berniat menimpali curahan
hati Jieun yang ia rasakan saat ini.
“Jika kau
seperti ini terus aku akan mencari Junki Oppa dan menikahi-” Jieun terkejut
saat tiba-tiba namja itu menarik pinggangnya hingga ia terseret semakin dekat.
“Nya” lanjut
Jieun lirih dengan debaran jantung yang mulai menguat. Entah mengapa tatapan itu
mengingatkannya pada Sehun lima tahun lalu. Sehun yang slengean dan kekanakan
namun mampu membuat hati es nya berdebar.
“Ucapkan
sekali lagi dan kau akan tahu akibatnya” lirih Sehun tegas masih dengan pandangan tajamnya. Lihatlah, kini bahkan Sehun sudah
lebih berani mengancam Jieun. Namja itu tak takut lagi jika Jieun bisa saja
memukulnya tiba-tiba. tentu saja, karena kini Sehun sudah memiliki keahlian karate lebih tinggi di banding Jieun. banyak yang terjadi selama lima tahun ke belakang.
“Jika.. ”
Jieun baru mengucapkan satu kata namun tindakan Sehun malah membuatnya makin
berdebar. Namja itu memajukan wajahnya satu centi lebih dekat dengan wajah
Jieun. Tak terelakan lagi, tatapan keduanya bertemu. Namun Jieun belum
menyerah. Ia tak boleh kalah hanya karena pandangan dan ancaman mengintimidasi
dari namja itu.
“Jika kau
seperti ini terus aku akan-” ucap Jieun cepat dan malah.
Deg.. Posisi
Sehun benar-benar berani, bibir mereka benar-benar dekat dan namja itu sudah
memiringkan wajahnya bersiap untuk meluncur, tinggal menunggu Jieun
merampungkan kalimat yang ia ucapkan tadi dan gadis itu tahu apa yang akan
terjadi dengannya. Ia bahkan bisa merasakan nafas Sehun diwajanya. Lagi-lagi
tatapan mereka kembali bertemu. gemuruh debaran jantung tak lagi bisa terkendali. Satu menit kemudian Jieun menutup mata
lalu memundurkan wajahnya dan berucap.
“Baiklah aku
menyerah, kau puas !” pekik Jieun didepan Sehun, membuat namja itu tersenyum
penuh kemenangan.
“Baiklah aku
juga menyerah” Jieun memicing.
“Eoh?”
“Kurasa ini
saatnya, harus ada kemajuan diantara kita. Aku juga lelah berpura-pura bijaksana
dengan semua ini. Aku sudah cukup memberimu waktu dan kurasa semuanya berhasil.
Tentang rasa untuk Junki sudah tidak ada, Semoga ucapanmu benar”
Jieun
menghela nafas lalu meraih lengan namja itu lalu menggenggamnya lembut.
“Lima tahun
sudah sangat cukup, kau tak perlu khawatir, aku bukan gadis yang akan mengecewakan
cinta tulus mu, aku bukan dia. Aku tak akan pernah melakukannya” Jieun tahu apa
alasan Sehun sebenarnya melakukan ini semua. Namja itu pasti takut jika Jieun mengecewakan
rasa cintanya yang murni seperti gadis itu. gadis yang sempat membuat Sehun
menjadi namja brengsek.
Sehun meraih
genggaman Jieun ditangannya. Mengusapnya dan mengalirkan kehangatan.
“Arraseo”
lima tahun sangat cukup bagi Sehun untuk percaya pada Jieun dan cukup bagi
Jieun untuk melupakan rasa penyesalan yang ternyata cinta pada Junki.
“Jadi?” Sehun
tersenyum
“Jadi hari
ini adalah hari jadi kita” jawab Sehun memutar perkataan yang sama.
“Finally”
lirih Jieun seraya menghambur memeluk namja itu.
The End
#Haiiii author disini, makasih yang udah ngikutin ni ff dari awal. mian kalo ending nya kurang memuaskan para pembaca. kalo ada pertanyaan atau cuma sekedar komen boleh kok, ga usah malu. sampai ketemu lagi di ff-ff berikutnya ya.. muach :*
Yeayyy akhirnya! Team jieun sehun!!!!!!!! O(≧∇≦)O
ReplyDeleteWkwk ga bosen2 sama couple sehun iu apa ya ?
DeleteGood job author-nim, sampai bertemu di karya-karya selanjutnya. Ditunggu!! Semoga author-nim buat yang DeanxJieun #Kode hehe
ReplyDeleteMakasih-makasih :*
ReplyDeleteDeanxIU ya.. hmm oke akan dipertimbangkan hehe
Iya author-nim, pengen DeanxIU, terus Dean-nya bad boy gitu, rated juga gapapa wkwk #otakyadong
Delete