Frozen Heart [4]


Lee Ji eun / IU | Lee Jun Ki | Oh Sehun etc

Drama | Chapter



Part 1 | 2 | 3


Beberapa mobil mampu mengerem mendadak meski umpatan tak bisa dielakan keluar dari mulut mereka yang ditujukan untuk Jieun. Gadis itu terdiam ditengah jalan lalu menengadah, memandang langit malam nan gelap. Tak ada bintang disana, seakan mengerti perasaan Jieun saat ini. mengeluarkan nafas panjang dan berat. berharap semua masalah yang ada dihidupnya ikut terbang dan menghilang.

Jawab Ayah, apa aku mati saja ?  hanya ada hembusan angin malam, ia tahu pertanyaan dalam hatinya hanya sia-sia saja. Sebuah mobil dengan suara musik yang besar tengah melaju ke arah Jieun. Pengendara didalamnya asik bernyanyi mengikuti lirik lagu yang tengah diputarnya. Mengernyit pelan saat memandang sosok Jieun dari jauh. Seakan ia mengenal orang yang tengah diperhatikannya.

Bukankah itu Jieun?

Pengemudi yang ternyata adalah Sehun langsung menghentikan mobilnya tepat dihadapan Jieun.

Sedang apa gadis itu ditengah jalan?

Apa ia sudah sudah tidak waras ?

Sehun pun keluar dari mobil dan langsung menyeret Jieun kedalam mobilnya. Jieun yang terkejut dengan kedatangan Sehun hanya pasrah ditarik oleh namja itu. Jieun menoleh menghadap Sehun setelah keduanya duduk di jok depan. 

“Yaakk ! apa kau gila?” pekik Sehun. Jieun tampak berantakan, Sehun tahu pasti yeoja itu tengah dilanda masalah. Ia bahkan bisa mencium bau alkohol dalam jarak yang tak terlalu dekat itu. Bukannya menjawab, Jieun malah tersenyum miris dengan setetes air mata yang meluncur begitu saja.

Aigoo, apa ucapan ku salah lagi ? Kenapa malah menangis ?

Sehun yang tak tahu harus berbuat apa, memilih untuk diam dan menyalakan kembali mesin mobilnya karena terdengar beberapa klakson yang tak sabaran dari arah belakang. Sementara Jieun, mulai menunduk sembari menghapus air matanya. Ia benar-benar sedang tak bisa mengontrol dirinya sendiri. Ia bahkan menangis dan memperlihatkan kelemahannya didepan orang yang belum ia kenal betul. Mungkin inilah puncak dari semua kekecewaan yang ia pendam seorang diri. Membuncah tanpa bisa ia atasi lagi. Setelah Sehun mematikan musik dimobilnya, suasana tampak sangat hening. Sesekali ia melirik Jieun yang kini memandang keluar dari balik jendela dalam diam.

Apa yang harus ku lakukan untuk menghiburnya ?

Aiishh .. aku tak pandai mengatasi hal-hal seperti ini

Apa ku ajak saja dia ke Bar? Namun kemudian Sehun menggeleng pelan. Ia merasa idenya bukanlah 
sesuatu yang tepat.

Bodoh, dia bukan wanita labil yang bisa kau ajak ke tempat seperti itu seenaknya

Dan akhirnya Sehun membawa Jieun ke sebuah taman. Sesampainya disana mereka duduk, Sehun yang sebelumnya membeli beberapa minuman kaleng langsung membukanya dan meminumnya.

“Ada apa denganmu?” tanya Sehun memecah keheningan itu. lagi-lagi bukan jawaban yang keluar namun hanya helaan nafas yang terasa lebih berat dari beban apapun.

“Jika kau tidak ingin menceritakannya, tak apa. Aku akan menemanimu saja disini”

Dia benar-benar tampak berbeda dari biasanya, baru kali ini aku melihat dia seperti manusia pada umumnya. Batin Sehun. Dan sama halnya seperti dimobil, suasana disana hanya diisi dengan keheningan. Jieun benar-benar tak mengucapkan sesuatu. Gadis itu hanya diam dengan sesekali menutup matanya. Entah kenapa Sehun rela menemani gadis itu meski disana tampak membosankan tanpa ada perbincangan atau pun sekedar basa-basi. Namun dengan keheningan itu, Sehun dapat memperhatikan Jieun sepuasnya tanpa mendapat amukan dari yeoja itu.

Ah.. dia benar-benar terlihat menyedihkan

Sebenarnya ada apa sih, kenapa malah membuatku penasaran

Jika saja aku bisa membawanya ke Hotel dan menenangkannya disana

Memeluknya dan mendekapnya.. Haha..

Sehun kembali menggeleng.

Aiishh.. bodoh, apa yang kau pikirkan..

Drrt.. Drrtt.. Ponsel Sehun bergetar, ia mengambil ponselnya dari saku celana lalu memandang layar ponselnya.

Aiishh.. ada apa dengan yeoja ini, kenapa dia menghubungi ku terus

Dilayar ponselnya tertera nama Irene. Namun sehun mengabaikannya, tapi sepertinya wanita itu tak menyerah, ia kembali menghubungi Sehun meski panggilan darinya tak dijawab dan akhirnya Sehun menonaktifkan ponselnya.

Aku akan ganti nomor lagi besok..

Saat ia kembali memadang Jieun, gadis itu sudah menatapnya terlebih dahulu, membuat Sehun terkejut.

“W wae?” tanya Sehun.

“Tolong antarkan aku pulang” Sehun mengangguk.

_____

Jieun menunduk kecil sesampainya dihalaman rumahnya. Sehun yang canggung mengikuti Jieun menunduk kecil.

“Terimakasih” hanya ucapan itu yang Jieun ucapkan sebelum akhirnya keluar dari mobil Sehun. Namja itu bahkan belum menjawab balasan ucapan teriakasih dari Jieun. Sehun memperhatikan Jieun sampai gadis itu memasuki rumahnya. Namja itu tak langsung pergi, diam-diam ia memperhatikan rumah Jieun.

Kurasa dia anak orang berada..

Ah,, memang apa peduliku..

.

.

“Nona kau dari mana saja” Pembantu Jieun terlihat khawatir sekaligus lega saat Jieun tiba dirumah namun Jieun mengabaikannya dengan tetap berjalan menuju kamarnya tanpa menjawab pertanyaannya.

“Nona kau membutuhkan sesuatu ?” Jung Ahjumma tetap bertanya meski Jieun tak menjawabnya. Ji Yoon yang sudah pulang hanya memperhatikan adiknya yang tampak aneh.

Ada apa dengannya.. tanya Ji Yoon dalam hati. Ia merasa khawatir namun ia tak beranjak sedikitpun dari sofa depan televisi. Tak berapa lama ponselnya berdering.

“Hallo”

“...”

“Mwo? Kenapa bisa seperti ini?”

“....”

Tangan kanan Ji Yoon terasa lemas setelah mendengar kabar dari orang suruhannya.

Apa karena ini, Jieun tampak kacau ?

Bukankah ini aneh, ibu baik-baik saja sebelumnya..

Ji Yoon kembali menempelkan ponselnya ke telinga.

“Selidiki semua orang yang mengunjungi ibu dan selidiki juga dokternya, kurasa ada yang membuat ibu jadi seperti itu”

“...”

_____

Perlahan Ji Yoon membuka pintu kamar Jieun dengan membawa segelas susu cokelat hangat. Ia tahu Jieun suka meminumnya di kala ia sedang bad mood. Ji Yoon berdehem kecil membuat Jieun yang tengah berbaring di ranjang membalikan tubuhnya. Memandang Ji Yoon dalam diam.

“Minumlah, aku membawakan mu susu coklat hangat” ucap Ji Yoon dengan sikap canggung, karena jujur saja sudah lama ia tak bersikap baik pada adiknya itu. karena merasa atmosfer disana kurang nyaman, Ji Yoon pun berniat keluar dari kamar Jieun.

“Tetaplah acuh padaku, mulai sekarang aku juga akan melakukan hal yang sama” ucap Jieun sebelum Ji Yoon benar-benar meninggalkan kamarnya. Ji Yoon berbalik, namun Jieun juga kembali membalikan tubuhnya memunggungi sang kakak.

Jieun..

Ji Yoon menghela nafas kecil lalu keluar dari kamar Jieun dengan langkah lesu.

Aku memusuhimu karena ada hal yang harus aku selidiki Ji..

Ini demi kebaikanmu, Jika aku tampak tak perduli dengan keluarga ini maka Lee Jun Young tidak akan mengawasiku sehingga aku bisa menyelidiki semuanya termasuk dugaanku bahwa Jun Young lah dalang dari semua keretakan keluarga kita.

Andai kau mengerti Ji..

Tunggulah hingga kakak mengetahui semuanya dan membuktikan kebusukan Jun Young

Aku yakin Jun Ki juga mengetahui rencana busuk ayahnya..

<<>> 

Jiyeon, Seon Mi dan Chanyeol saling melempar pandangan saat melihat Jieun hanya mengaduk-aduk makanannya seraya memandangnya dalam diam. Mereka tengah dikantin karena mata kuliah pertama dosennya tidak hadir.

“Sssut, ada apa lagi dengannya?” bisik Jiyeon pada Seon Mi dan gadis berswiter hijau itu menggeleng pelan.

“Sebaiknya salah satu dari kalian, tanyakan padanya” usul Chanyeol membuat Jiyeon mendelik.

“Kau saja jika berani”

“Aiiishh..” Jieun mengangkat kepalanya dan sontak ketiga teman-teman nya langsung menegakan kepalanya yang semula berdempet karena berbisik-bisik. Ketiga orang itu tampak lucu, seperti kumpulan pinguin yang kepergok mencuri ikan.

“J ji.. kau kenapa ?” tanya Jiyeon

“Apa ada masalah ?” Tanya Seon Mi

“Berbagilah pada kami Ji, kau tahu kami bukan orang lain untukmu” ucap Chanyeol. Melihat teman-temannya yang tampak perduli dan baik, Jieun hanya mampu memberikan senyum kecil namun hal itu malah membuat ketiga temannya makin khawatir.

“Jangan diam saja, katakanlah sesuatu” tambah Jiyeon.

“Aku tidak apa-apa. Oia aku pergi dulu ya” ucap Jieun lalu berdiri.

“Kau mau kemana Ji?” tanya Seon Mi.

“Aku ingin tidur diperpustakaan”

“Tap-” Chanyeol mengurungkan ucapannya saat Jieun pergi begitu saja meninggalkan mereka tanpa menunggu ucapannya selesai.

“Aiishh dia selalu saja begitu, apa dia tidak menganggap kita teman?” sebal Jiyeon. Mendengar hal itu Seon Mi menyenggol lengan Jiyeon.

“Mengertilah dia sekali saja, kau tahu kan dia memang orang seperti itu”

“Aku tidak marah hanya saja aku gemas, kenapa begitu sulit berbagi kesulitan dengan kita”

“Ya sudahlah sayang,, yang penting kita selalu berada disampingnya” balas Chanyeol.

“Benar, apa yang dikatakan si kuda ini” timpal Seon Mi.

“Yaakk kenapa kau memanggilku kuda!?” rutuk Chanyeol. 

“Karena gigimu seperti kuda saat tertawa.. Hahaha”

“Hahah benar, oopps!” Bukannya membela, Jiyeon justru ikut menertawakan kekasihnya.

“Aiishh kalian ini !”

____

Jieun berakhir disebuah perpustakaan, ia menduduki kursi paling pojok karena disana terlihat sepi. Seperti yang sudah ia katakan pada teman-temannya, ia pun  mulai menundukan kepala diatas tangan yang sudah terlipat diatas meja. Jieun bukan ingin tidur, ia hanya butuh suasana hening yang mampu menenangkan pikirannya.

Sehun dan Baekhyun tengah meminum Jus disebuah kafetaria dekat kampus karena mereka tak kebagian tempat saat mereka mendatangi kantin kampus. Mereka kira hanya kelas mereka yang bebas karena tak ada dosen ternyata semua kelas juga memang dosennya tak hadir karena tengah diadakan rapat entah untuk apa.

“Bagaimana, apa pertunanganmu sudah dibatalkan?” tanya Baek, Sehun hanya menghela nafas.

“Belum”

“Ahaha kenapa ? bukankah kau sudah membawa Jieun ke rumahmu dan memperkenalkannya pada bibi dan paman ?”

“Ayah sama sekali tak ada masalah dengan Jieun tapi ibu terlihat belum menyetujui hubunganku dengan Jieun jadi dia bersikeras untuk tetap melanjutkan pertunangan itu”

“Dan sepertinya aku memilih partner yang salah”tambah Sehun.

“Maksudmu ?”

“Ayah dan Jieun saling mengenal, bisa mati kalau ayah tahu kami hanya berpura-pura. Kurasa Jieun juga sudah memiliki banyak masalah sendiri. Tadi malam aku melihatnya berdiri ditengah jalan”

“Hah !? Apa yang dia lakukan ditengah jalan ?”

“Entahlah, yang pasti ia tampak kacau. Setelah aku tanya pada ayah, aku tahu jawabannya. Mungkin dia seperti itu karena kondisi ibunya mulai tak terkendali lagi”

“Memang ibunya kenapa ?”

“Ibunya dirawat dirumah sakit jiwa”

“Omo, aku benar-benar baru tahu. Tapi tunggu dulu, bagaimana kau bisa tahu dari ayahmu? apa mungkin paman yang merawat ibu Jieun?” Sehun mengangguk membernarkan.

“Waahh, takdir yang aneh”

“Ini hanya kebetulan bukan takdir” jawab Sehun acuh seraya meminum jusnya.

“Mungkin kau dikirim Tuhan untuk melindunginya” ucap Baek dan sebuah  jitakan mendarat didahinya.

“Jangan bicara sembarangan”

“Aiishh sakit tahu !” ucap Baek seraya mengelus jidat mulusnya. Entah kenapa jujur saja Sehun mulai khawatir dengan keadaan Jieun.

_____

“Ck ck ck,, jadi ini yang dilakukan anak teladan di perpustakaan?” Jieun mendongak menatap sumber suara.

“Oppa ? sedang apa kau disini?” Jun Ki tampak berdiri dihadapan meja Jieun.

“Untuk apa kau memiliki ponsel tapi tak menjawab pesan dan telponku? Kau pikir aku tidak khawatir?” Jieun menghela nafas. Setelah mabuk di warung kaki lima, ia memang mematikan ponselnya sampai pagi. setelah mengabaikan pesan dan panggilan Jun Ki,  ia bahkan tak memberi kabar sama sekali pada namja itu.

“Mian” Jun Ki memarik kursi dihadapan Jieun dan duduk disana.

“Tadi malam aku kerumahmu dan Ahjumma bilang kau belum pulang, maka dari itu aku mencarimu sampai tengah malam tapi kemudian Ahjumma menghubungiku bahwa kau sudah pulang. Kemana saja kau tadi malam?”

“Kondisi ibu memburuk, aku tidak bisa lagi menghadapi semua ini Oppa” ucap Jieun seraya menelungkupkan lagi wajahnya.

“Aku sudah mendengar dari dokter Oh tentang keadaan Ny.Lee, tabahlah Ji, dokter pasti akan melakukan yang terbaik untuknya” Jieun kembali mendongak.

“Kenapa Tuhan selalu mematahkan harapanku disaat yang tidak tepat Oppa? aku hanya... aku lelah dengan semua ini. aku hanya meminta sedikit, sedikit saja kebahagiaan dan kebahagiaan itu datang dari kondisi ibu yang membaik tapi sekarang.. hufft.. aku benar-benar lelah. Kurasa takdir sangat senang mempermainkan hidupku” Jun Ki memandang iba gadis itu. 

"Lalu apa yang kau inginkan sekarang? kau akan mengabaikan ibumu dengan kondisinya yang semakin memburuk, kau akan membiarkannya begitu saja?"

"Aku tidak tahu, aku hanya lelah tapi untuk mengabaikannya mana mungkin aku bisa melakukannya" Jun Ki tersenyum simpul.

“Anak baik.. Bersemangatlah!” ucap Jun Ki penuh semangat seraya mengacak pucuk kepala Jieun. Tampak dari jauh, Sehun memperhatikan mereka berdua. Awalnya ia khawatir dengan Jieun dan mencari Jieun lalu teman-temannya bilang Jieun ada diperpustakaan, Sehun pun menyusulnya namun langkahnya terhenti saat melihat seorang namja tengah menghampiri Jieun. Memperhatikannya tanpa niat untuk mendekat.

Apa dia namja yang menelpon Jieun saat itu?

Ah.. apa juga peduliku, baguslah aku tak perlu khawatir memikirkan gadis itu jika dia sudah ada yang menghibur..

“Ah bagaimana jika ku traktir takoyaki mau tidak?” tanya Jun Ki. Jieun menggeleng pelan.

“Tinggalkan saja aku dan kembalilah ke kantor Oppa” jawab gadis itu tak bersemangat.

“Mana bisa aku meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini” Jieun mengela nafas.

“Aku benar-benar ingin sendiri, ku mohon pergilah”

“Baiklah-baiklah, Oppa akan pergi tapi jaga dirimu dan jangan pernah mematikan ponselmu, arra?” Jieun mengangguk dan Jun Ki mulai berlalu.

Sehun yang masih berada diperpustakaan memandang Jun Ki yang sudah pergi. Perlahan ia menyelipkan kembali buku yang ia ambil dari salah satu rak yang ada disana dan berjalan menuju meja Jieun. Sesampainya disana, namja itu berdehem kecil namun Jieun tampak tak bergeming. Yeoja itu masih diam seraya menelungkupkan wajahnya diatas meja.

“Hey apa kau tidur?” Perlahan Jieun mendongak lesu, setelah melihat wajah Sehun ia kembali menelungkupkan wajahnya.

Aiishh.. dasar bocah ini..

“Eum.. ku lihat kau tadi bersama seseorang, siapa dia?” tanya Sehun seraya menduduki kursi dihadapan Jieun.

“Tolong pergilah, aku benar-benar sedang tidak mood” ucap Jieun tanpa menegakan wajahnya. Sehun mengerucut sesaat mendengar penolakan Jieun. Tapi ia tidak akan usil kali ini karena ia tahu Jieun tengah mengalami sebuah masalah.

“Apa kau sedih karena kondisi ibumu?”

Dari mana dia tahu? Jieun kembali mendongak dan menatap Sehun curiga.

“Ah itu.. aku mendengar kondisi ibumu memburuk dari ayahku” tambah Sehun seakan mengerti arti pandangan Jieun.

“Kau sudah tahu masalahku jadi sekarang pergilah”

“Apa kau selalu seperti ini ?” Jieun memejamkan mata sejenak lalu membukanya. Dan gadis itu mulai menundukan kepalanya.

“Ku mohon pergilah”. Jieun meminta dengan sangat. Dia sedang tidak mood melakukan apapun. Bahkan hanya untuk berdebat dengan Sehun ia tak berselera kali ini.

“Tidak mau” ucap Sehun lalu berdiri, namja itu meraih pergelangan tangan kiri Jieun lalu menariknya paksa.

“Ikut aku” lanjutnya.

“Sehun kau ingin mati?” geram Jieun.

“Aku tidak ingin mati tapi aku ingin membantumu”

“Aku tahu kau sedang tidak mood melakukan apapun jadi jangan lakukan apapun, kau cukup diam dan menurutiku kali ini”  tambah Sehun. Tanpa menunggu jawaban Jieun namja itu mulai menarik lagi lengan mungil Jieun dan berjalan menuju mobilnya. Ia membawa Jieun dengan mobilnya tanpa Jieun tahu akan dibawa kemana. Beruntung tak ada penolakan lagi dari Jieun, ia terlalu malas berdebat lagi dengan Sehun yang menurutnya keras kepala. Mobil itu mulai melaju, Sehun sengaja membuka jendela mobilnya agar Jieun menghirup udara segar. Berharap pikiran Jieun jauh lebih baik. Dan 15 menit kemudian Jieun memang sudah mulai merasakannya, menatap dunia luar dari mobil yang melaju memang membawa efek menenangkan. Ia akui ia mulai merasa lebih baik. Sama sekali Tak ada percakapan disana namun Sehun tersenyum kecil saat ekor matanya melihat Jieun sedikit menyembulkan kepalanya agar terkena angin.

Sekitar 30 menit kemudian, Mobil Sehun berhenti disebuah pantai yang tampak sepi dari biasanya. Tanpa harus Sehun minta, Jieun keluar dari mobil dengan sendirinya dan menatap hamparan laut luas dihadapannya.

“Ku harap kau merasa lebih baik” ucap Sehun setelah keluar dari mobil dan menghampiri Jieun.

.

.


“Kau tahu? harapan terbesar ku sejak ayah meninggal hanya ingin ibu sembuh...” mata bulat Jieun mulai berkaca-kaca.

“Aku tidak tahu alasannya, sunggguh aku tidak tahu alasannya kenapa masalah mulai datang pada keluarga kami. Dulu ayah sangat menyayangi ibu namun kemudian dia berubah. Ayah yang ku banggakan berubah menjadi orang lain. Dia seperti seseorang yang berubah menjadi monster..” dan tes, air mata itu mulai jatuh.

“Aku tak pernah lagi melihat sosok hangat ayah yang selalu menyayangi ibu, dan aku masih bertanya kenapa semua itu bisa terjadi. sejak dulu aku ingin tahu kenapa semua ini bisa terjadi..” Sehun paling tidak bisa melihat yeoja menangis. Tangannya melayang ragu, ia ingin menepuk bahu Jieun dan menenangkannya namun ia hanya bisa mengurungkan niatnya.

“Apa yang salah dengan ibu hingga ayah tak bosan menyiksanya setiap waktu sampai ibu menjadi gila, aku benar-benar tidak tahu alasannya. Ibu pun tak pernah membicarakan sesuatu tentang hal ini” Seakan melupakan bahwa dirinya menganggap Sehun sebagai orang asing, Jieun malah membicarakan masalah keluarganya dengan begitu terbuka tanpa ada sesuatu yang menghalangi lagi. Ia sudah tak perduli pada imej dan harga diri yang ia jaga selama ini.

Jadi itu alasan ibunya menjadi gila..

Aku tak pernah tahu dia sanggup menghadapi semua ini..

Dan cerita tentang keluarganya benar-benar menyedihkan. Ku kira hanya di drama-drama saja.

Sehun mengambil sapu tangan dari saku kemejanya. Memberikan pada Jieun yang sudah terisak dengan mata merah.

“Aku tidak tahu harus bilang apa. Kurasa kau hebat bisa melalui itu semua sampai sekarang jadi tetaplah seperti itu Ji, pertahankan kekuatan dan ketabahan itu” Jieun menerima sapu tangan yang Sehun berikan padanya dan mulai menyeka air mata dipipi.

“Entah mengapa aku menceritakan semua ini padamu...” terdengar suara sruuttt saat Jieun menyeka cairan dari dalam hidungnya membuat Sehun memandang geli.

“Tapi yang pasti terimakasih untuk semuanya” lanjut Jieun seraya memberikan kembali sapu tangan yang Sehun berikan.

“U untuk mu saja” ucap Sehun seraya memundurkan kepalanya.

“Aku senang bisa membantu” tambah Sehun.

“Bagaimana jika mulai sekarang kita berteman?”

Woh.. gadis ini  tidak bercanda kan?

“Kau serius?” Jieun mengangguk kecil dengan satu tarikan senyum dibibirnya.

.

.

“O oke mulai sekarang kita berteman”

<<>>

Ji Yoon tengah berdiri disebuah makam yang tampak tak terawat. Tertera disana nama Jung Song Joo. Dia mendapat telpon dari orang suruhannya. Dan Ji Yoon mendapat fakta baru bahwa dia bukan anak dari ayah Jieun. Ibunya menikah dengan ayah Jieun saat mengandung dirinya. Itu artinya Jieun dan dirinya saudara beda ayah satu ibu. Dan ayahnya yang asli sudah meninggal beberapa tahun silam.

Apa mungkin ayah tahu soal ini dan mulai menyiksa ibu karena tahu aku bukan darah dagingnya?

Tapi ibu tak pernah mengatakan apapun padaku soal ini..

Ji Yoon membungkuk dan mulai menaruh rangkaian bunga lili yang dibawanya ke atas makam ayah kandungnya.

Aku tidak mengenalmu ..

Aku bahkan tak tahu wajahmu seperti apa..

Tapi aku bersyukur aku sudah mengetahui kenyataan yang sebenarnya meski sudah sangat terlambat..

Beristirahatlah dengan tenang Ayah..

____

“Ahaha.. tenang saja, semuanya pasti akan berjalan sesuai rencanaku” ucap Jun Young saat menghadiri rapat kecil yang ia adakan diruangannya dengan para pemegang saham terbesar perusahaan Lee Inc.

“Aku pastikan perusahaan ini jatuh ke tanganku” tambahnya bangga.

“Bagaimana jika nona Lee Jieun tahu hal ini?”

“Dia hanya anak ingusan yang tak akan perduli dengan perusahaan, lagi pula dia sangat dekat dengan anak ku, aku akan menjodohkan mereka berdua sehingga perusahaan ini akan semakin dekat berada digenggamanku”

“Kau melupakan seseorang, masih ada nona Lee Ji Yoon”

“Apalagi anak itu, dia hanya bisa hura-hura dan menghabuskan uang ayahnya. Tak ada yang perlu kita khawatirkan tentang anak itu”

“Anda sangat cerdas tuan Lee”

“Ahaha kau bisa saja, mari kita bersulang”

To Be Continue~


Comments