Setelah semua perjuangan yang dilewati Jieun. Perjuangan ?
oke sebutlah kejahilan Sehun itu sebuah perjuangan sabar yang harus Jieun
tahan. Akhirnya kini ia sudah sampai di rumah Sehun. Berdiri memandang rumah
mewah itu, dengan dress gold serta make up tipis namun manis melekat
ditubuhnya. Sehun mengulurkan tangannya. Jieun yang bingung memandang namja itu
penuh tanya.
“Kita harus terlihat semeyakinkan mungkin” lirih Sehun
Ah begitu..
Dan Jieun membalas uluran tangan itu. Entah kenapa si pemberani seperti Jieun mulai berdebar. Ia menghirup udara dan menghembuskannya pelan, Jangan lupakan fakta jika Jieun belum pernah berpacaran, apalagi bertemu orangtua pacarnya, bagaimana mungkin ia bertemu orangtua pacarnya sementara dia tak memiliki pacar. Bukan karena tangannya yang melingkar ditangan Sehun. Tidak, hanya saja apa yang harus ia lakukan dan bicarakan nanti ? itu membuat Jieun gelisah. Satu langkah lagi menuju pintu depan, Jieun justru menghentikan langkahnya. Hal itu membuat Sehun menoleh.
Dan Jieun membalas uluran tangan itu. Entah kenapa si pemberani seperti Jieun mulai berdebar. Ia menghirup udara dan menghembuskannya pelan, Jangan lupakan fakta jika Jieun belum pernah berpacaran, apalagi bertemu orangtua pacarnya, bagaimana mungkin ia bertemu orangtua pacarnya sementara dia tak memiliki pacar. Bukan karena tangannya yang melingkar ditangan Sehun. Tidak, hanya saja apa yang harus ia lakukan dan bicarakan nanti ? itu membuat Jieun gelisah. Satu langkah lagi menuju pintu depan, Jieun justru menghentikan langkahnya. Hal itu membuat Sehun menoleh.
“Wae ?”
“Aku tidak bisa melakukan ini” ucap Jieun membuat Sehun
menatap yeoja itu tak percaya. Hey, mereka sudah sampai disana. Apa yang
sebenarnya Jieun katakan ? apa yeoja itu bercanda ? ini bukan waktu yang tepat.
“Michesseo ?” lirih Sehun penuh penekanan. Jieun mendelik
tajam membalas tatapan kesal Sehun. Yeoja itu melepas lingkaran tangannya
ditangan Sehun.
“Aku tidak bisa” ucap Jieun lalu berbalik dan melangkah
menjauh dari pintu depan rumah Sehun.
“Yaaakk !!”
Sh*t, sebenarnya apa
yang gadis itu pikirkan..
Sehun tak mengejar Jieun. Ia justru sibuk dengan kekesalannya
sendiri. Sementara Jieun masih berjalan dengan tempo yang tak bisa dibilang
pelan.
Aku tahu ini hanya
pura-pura tapi bagaimana jika nanti aku justru mempermalukan diriku sendiri?
Aiishh..
Berjalan dengan sepatu berhak tinggi ternyata membuat pergelangan kaki Jieun terasa nyeri.
Aiishh... sepatu ini menghambat saja..
Tanpa Jieun sadari seorang pria paruh baya berpapasan dengannya. Pria itu memperhatikan Jieun seolah ia tengah mengingat-ingat sesuatu.
Aiishh... sepatu ini menghambat saja..
Tanpa Jieun sadari seorang pria paruh baya berpapasan dengannya. Pria itu memperhatikan Jieun seolah ia tengah mengingat-ingat sesuatu.
“Jieun ?” Jieun menghembuskan nafasnya kasar.
Siapa lagi
yang memanggilku !?
Jieun berniat mengabaikannya dengan kembali melangkah namun-
“Jieun ya ?” Membuat ia kembali menghentikan langkahnya dan
dengan terpaksa masih diselimuti perasaan kesal. Gadis itu membalikan tubuhnya. menatapnya dengan ekspresi kesal namun kemudian mengernyit pelan.
“Dokter Oh ?” ucap Jieun heran.
“Dokter Oh ?” ucap Jieun heran.
“Kau sedang apa disini ? kebetulan sekali bertemu” ucap pria
yang dipanggil Jieun Dr.Oh
“A itu aku-” tak mungkin Jieun menjelaskan yang sebenarnya bahwa dia sedang berpura-pura menjadi kekasih seorang namja untuk mengelabuhi orangtuanya.
“Apa kau mengenal Sehun ?” tanya Dr.Oh
Dari mana Dr Oh
mengenal namja itu, Apa mungkin Dr.Oh adalah..
“An-“
“Ne Ayah, dia kekasihku yang kuceritakan itu” ucap Sehun
seraya berjalan ke arah Jieun dan merangkul yeoja itu membuat Dokter Oh tampak
terkejut. Jieun pun dibuatnya terkejut. namja itu selalu saja seenaknya
“Benarkah ?”
Mampus kau Jieun.. batin gadis itu.
“An-“
“Ne tentu saja benar Ayah. Bagaimana, Dia cantik kan ? jadi
batalkan pertunanganku dengan Mirae karena Jieun adalah wanita satu-satunya
yang ada didalam hidupku” lagi-lagi Sehun memotong ucapan Jieun. Membuat Jieun
mendengus pelan. Dan lagi kalimat yang ia ucapakan terdengar menggelikan
ditelinga Jieun.
“Jieun anak yang baik, Ayah sangat setuju kau bersamanya.
Awas saja jika kau menyakitinya” Sehun senang mendengar kesan pertama yang ayahnya
ucapkan terhadap Jieun tapi darimana ayahnya tahu nama Jieun? Perasaan ia belum
mengatakan nama Jieun pada ayahnya. seketika Ia menoleh lalu memandang Jieun
seakan bertanya, dari mana ayah tahu namamu ?
“Kami saling mengenal” ucap Jieun samar pada Sehun namun
Sehun tak mengerti dengan ucapan samar Jieun. Ia tidak tahu jika Jieun dan
ayahnya sudah saling mengenal.
“Ya sudah ayo masuk, jangan hanya berdiri disini tidak baik”
ucap ayah Sehun ramah.
“N ne.. dokter Oh” Sehun kembali dibuat Bingung dari mana
Jieun tahu kalau ayahnya seorang dokter? Sementara Dokter Oh mengangguk kecil
lalu memasuki rumahnya terlebih dahulu menyisakan kedua pasangan gadungan itu
dihalaman rumah. seperginya dokter Oh, Jieun melepaskan tangan Sehun yang masih
bertengger dibahunya.
Perlu diketahui, Dokter Oh adalah dokter yang menangani ibu Jieun dirumah sakit jiwa. Jieun sudah mengenal dokter itu sejak lama. Dokter Oh sudah Jieun anggap sebagai ayah sendiri karena keramahannya. Setiap perkembangan ibunya, Jieun selalu berkonsultasi dengan dokter Oh.
“Aiishh apa kau gila !?” pekik Jieun.
“Kenapa berteriak seperti itu? Oia, apa kau mengenal ayahku ? dan kenapa ayahku
tahu namamu ? apa kalian sudah saling berkenalan tadi ?” Jieun menghela nafas
panjang.
“Ayahmu adalah dokter yang menangani ibuku dirumah sakit,
tahu !”
“Ibumu sakit ?”
“Bukan itu masalahnya bodoh” Jieun sebal sendiri.
“Astaga !” Sepertinya Sehun mulai sadar apa artinya itu.
Jika ayah dan Jieun
sudah saling mengenal kemungkinan ayah tahu ini sebuah kebohongan semakin besar...
“Dasar bodoh” umpat Jieun lagi.
“Kenapa kau tidak bilang kau mengenal ayahku?” Sehun memang
benar-benar tidak tahu menahu ayahnya dan Jieun sudah saling mengenal.
“Mana kutahu Dokter Oh adalah ayahmu ! hentikan ini semua,
aku tidak ingin membohongi Dokter Oh dan jika dia tahu ini semua bohongan, aku
tidak bisa menyembunyikan wajahku. Hampir setiap hari aku bertemu dengannya
jika mengunjungi ibu” Sehun mengusap dagunya dan justru tersenyum aneh seolah
ia tak memperdulikan ucapan Jieun.
“Tapi Ini bagus, ayah pasti akan lebih setuju jika aku
menjalin hubungan dengan orang yang ia kenal jadi kemungkinan untuk membatalkan
pertunanganku dengan Mirae semakin terbuka lebar.. ya.. ya..ya”
“Mwo ? kenapa kau hanya memikirkan dirimu sendiri !?”
“Issh.. Jangan berteriak-teriak begitu, urat lehermu bisa putus”
PLETAK .. Jieun tak tahan lagi dengan namja itu. ingin sekali
ia menjadikannya samsak sehingga Jieun puas memukulinya.
“Yaaakk !”
“Jangan berteriak-teriak begitu, urat lehermu bisa putus”
ucap Jieun santai meniru gaya ucapan Sehun beberapa detik lalu. Membuat Sehun
menatap malas sembari mengusap kepalanya yang terasa berdenyut.
“Dengar, aku tidak mau melanjutkan sandiwara ini, titik !” ucap
Jieun tegas.
“Kau mau kulaporkan polisi karena tuduhan pelecehan ?” Jieun
melipat tangannya sembari memandang Sehun remeh.
“Ck, setelah kupikir-pikir aku jadi ingin tahu, apa kau punya
bukti bahwa aku melecehkanmu? Hah?”
“...” Sehun tampak berfikir dan diam.
Skak.. Dia pasti tidak memiliki bukti apapun..
Kau memang pintar Jieun, kenapa tidak kau tanyakan hal itu sejak awal batin Jieun.
Kau memang pintar Jieun, kenapa tidak kau tanyakan hal itu sejak awal batin Jieun.
“Aku memang tidak mempunyai bukti” ucap Sehun santai.
Oho.. aku akan menang
kali ini. Batin
Jieun
“Tapi temanku punya karena dia memfoto kita saat kau menarik
ku untuk berciuman” ucap Sehun dengan senyum diakhir. senyum kemenangan yang membuat wajah remeh Jieun berubah datar.
Aiishh -_-
“Bagaimana ? kau ingin tetap tidak mau menurutiku ? siap-siap
saja tidur dengan kecoa dipenjara, oke”
Aiiishh.. lebih baik
berkelangi dengan 10 namja dari pada berurusan dengan namja satu ini
Drrt Drrtt.. bunyi ponsel Jieun seakan menyelamatkannya dari
percakapan maut itu. Jieun menginterupsi, lalu mengangkat panggilan telpon itu.
“Ne Oppa Wae?”
“...”
“Ah itu.. aku sedang bersama teman”
“...”
“Aku bukan anak kecil, aku tak butuh oleh-oleh tapi jika kau
bersikeras belikan aku oleh-oleh yang banyak hehe..” Sehun tertegun, baru kali
ini ia melihat Jieun tersenyum. Wajah dingin Jieun yang selalu ia lihat seolah
runtuh ditelan bumi. Ia tidak menyangka gadis tomboy itu memiliki senyum yang
menawan. Dan Sehun makin penasaran dengan orang yang menelpon Jieun. Apa Jieun
memiliki saudara laki-laki ? ah mungkin itu kakak laki-laki Jieun, pikirnya
“...”
“Hehe.. telpon aku jika kau sudah dibandara, aku akan
menjemputmu”
Pip.. Jieun mematikan telponnya, gadis itu kembali menatap
Sehun. Tatapan mereka bertemu hingga membuat Sehun mengalihkan perhatiannya karena merasa tertangkap basah memperhatikan Jieun.
Ada apa lagi dengan
namja ini ? dia sedikit aneh..
“Jadi ?”
“Tak perlu bertanya lagi kan ? kau selalu mengacamku dengan melaporkanku
ke polisi, apalagi jika bukan menyetujuinya dengan terpaksa” ucap Jieun memberi
penekanan pada kalimat terakhir. Sehun tersenyum senang.
“Good boy” ucapnya mengacak pucuk rambut Jieun.
“Yaiishh..”
“Aku janji apapun yang terjadi setelah pertunanganku
dibatalkan aku yang akan bertanggungjawab dan tak akan melibatkanmu lagi, yang
terpenting sekarang adalah bagaimana meyakinkan ayah agar membatalkan
pertunaganku dengan Mirae”
Aku jadi penasaran
bagaimana sosok Mirae itu..
Apa yeoja itu terlalu
mengerikan sehingga namja ini kukuh untuk membatalkan pertunangannya..
_____
Sudah seperti yang Jieun prediksi. Ia malah semakin tegang
karena salah satu orangtua Sehun adalah orang yang sudah ia kenal lama. Kini
Jieun tengah menikmati makan malam bersama keluarga Sehun. Dr Oh tampak senang
sementara ibu Sehun masih memperhatikan Jieun dengan wajah datarnya. Ia sudah
terlalu menyukai Mirae, menurutnya Mirae adalah wanita yang pas untuk anak
lelakinya.
“Jadi Jieun, sudah berapa lama kau mengenal Sehun ?”
“A i itu.. belum cukup lama dokter”
“Jangan panggil dokter, kita kan bukan sedang dirumah sakit.
Panggil saja ahjussi”
“Ah ne Ahjussi”
“Oia ayah memang ibu Jieun sakit apa ?” Dr Oh melirik Jieun
sekilas.
"Kenapa kau bertanya kepada ayah, bukankah Jieun kekasihmu?"
"Uhhuk.." Namja itu terbatuk kecil, ia melirik Jieun yang sudah khawatir karena takut ketahuan. Sehun berdehem kecil lalu menjawab pertanyaan sang ayah dengan nada dibuat senormal mungkin.
"Ayah ini jangan curigaan seperti itu, Jieun memang kekasihku tapi kami baru mengenal beberapa bulan saja"
“Ah begitu, Ibu Jieun memiliki trauma yang membuatnya berhalusinasi tinggi” jawab Dr Oh, mencoba mencari kata sehalus mungkin agar Jieun tak tersinggung. Ucapan Dr Oh malah membuat Sehun bingung.
"Uhhuk.." Namja itu terbatuk kecil, ia melirik Jieun yang sudah khawatir karena takut ketahuan. Sehun berdehem kecil lalu menjawab pertanyaan sang ayah dengan nada dibuat senormal mungkin.
"Ayah ini jangan curigaan seperti itu, Jieun memang kekasihku tapi kami baru mengenal beberapa bulan saja"
“Ah begitu, Ibu Jieun memiliki trauma yang membuatnya berhalusinasi tinggi” jawab Dr Oh, mencoba mencari kata sehalus mungkin agar Jieun tak tersinggung. Ucapan Dr Oh malah membuat Sehun bingung.
"Makdunya ?" Sehun sama sekali tak mengerti maksud ucapan sang ayah.
“Ibuku mengidap gangguan jiwa” tambah Jieun memperjelas,
gadis itu mengucapkannya seraya memotong steak sapi dengan pisau kecil
ditangannya. Ia tidak ingin menatap mata yang memandangnya kasihan.
“O oh..”
Bodoh, harusnya aku
tidak usah bertanya saja. batin Sehun
“Ahaha steak ini enak sekali ya” tambah namja itu mencoba
mencairkan suasana. Memakan potongan steak nya dengan penuh niat. sementara Ny.Oh menggeleng pelan.
Jadi dia anak orang gila ? Cih yang benar saja..
Jadi dia anak orang gila ? Cih yang benar saja..
Setelah selesai makan malam. Jieun menikmati hidangan pencuci
mulut bersama Ny.Oh. sementara Dr Oh ingin membicarakan sesuatu yang cukup
serius dengan Sehun. Jieun sesekali menatap Ny.Oh yang terus saja menatapnya.
Rasanya canggung
sekali, aku harus mengatakan sesuatu .. tapi apa ?
“A ah.. puding ini enak sekali ahjumma” ucap Jieun diakhiri
dengan senyuman yang dipaksakan. Oke, Jieun tidak bisa berpura-pura manis
melebihi ini.
“Jadi ibumu sakit jiwa ya?” tanya Ny.Oh tanpa basa basi. ada nada merendahkan dalam kalimat yang diucapkannya. Bagaimana mungkin ia membiarkan anaknya berhubungan dengan gadis yang ibunya gila ?
“Ne” jawab Jieun lirih.
“Apa pekerjaan ayahmu ?”
“Ayah sudah lama meninggal ahjumma” Entah mengapa moodnya berubah menjadi buruk dengan pertanyaan-pertanyaan Ny.Oh yang
terkesan tidak menyukai dirinya dan keluarganya.
“Oooh.. apa kau bekerja untuk membiayai hidupmu ?”
“Ani, ayah masih memiliki beberapa aset untuk menghidupi
anak-anaknya”
“Eum” angguk Ny.Oh seolah tak percaya lalu menengguk air putih disebelah tangan
kanannya. Sementara Jieun semakin menundukan kepalanya namun tak menghabiskan
puding dihadapannya. Tidak ada lagi selera makan.
Sehun dan Dr Oh duduk disebuah kursi tepi kolam renang.
“Sehun, ayah harap kau memacari Jieun bukan hanya untuk
membatalkan pertunanganmu saja”
“T tentu saja tidak ayah. Aku hanya ingin ayah tahu, aku
sudah memiliki wanita pilihanku sendiri, itulah alasan aku menolak keras
pertunangan ini. Aku benar-benar menyukai Jieun, ayah. Sungguh”
“Jieun adalah anak yang malang. Ibunya mengalami gangguan
jiwa dan ayahnya telah meninggal. Jika kau memang seorang laki-laki jangan
pernah menyakiti anak itu. ayah akan sangat kecewa jika kau menyakiti Jieun,
arra ?” Sehun diam sejenak, memandang sang ayah. Ada raut keseriusan disana.
Dan satu hal lagi yang ia tahu tentang Jieun.
Ternyata gadis tomboy
itu memiliki nasib yang kelam ..
Aiishh kata-kata ayah
terdengar serius..
“A aku mengerti ayah”
_____
“Aku akan mengantarmu pulang” Jieun menoleh
“Sejak kapan kau jadi baik seperti ini ?”
“Aku yang membawamu kesini tentu saja aku juga yang harus
mengantarmu pulang, jangan ge-er”
“Ch.. jangan seperti ini karena kau kasihan padaku, aku tahu
kau pasti merasa kasihan karena tahu ibuku sakit jiwa kan?” Sehun terdiam namun kemudian membalas pandangan Jieun.
“Kau harus bisa membedakan kasihan dan simpati Ji” ucap Sehun, tak ada nada mengejek atau pun gurauan disana. Entah
kenapa ucapan Sehun kali ini membuat Jieun membisu dan berfikir dalam diam.
“Kau tidak perlu mengantarku, aku harus ke bandara dulu”
“Apa kau akan menjemput orang yang tadi menelpomu ?” Jieun
mengangguk.
“Dia pasti kakak laki-laki mu”
“Bukan, dia hany-“ Jieun mendelik.
“Jangan banyak tanya, ingat kita tidak sedekat itu”
“Ne ne” jawab Sehun malas. Namja itu menghentikan taksi lalu Jieun masuk dan
membawanya berlalu. Sehun menghembuskan nafas pelan.
Namja itu bukan
kakaknya, lalu siapa ? Ku kira Jieun tak memiliki teman dekat seorang namja..
bahkan Jieun dapat dibuat tertawa dengan mudahnya..
Ah molla, yang pasti
pertunanganku akan dibatalkan hihi..
_____
Jieun menunggu dengan sabar dipintu kedatangan. Jujur saja
tidak ada Jun Ki selama beberapa hari ini membuatnya bosan. Dari kejauhan namja
yang ia tunggu akhirnya datang, melambai kecil pada Jieun membuat gadis itu
menampakan senyum.
“Ya ampun kau tak perlu repo....t” Jun Ki memandang Jieun
dari atas sampai bawah. tumben sekali gadis itu berpakaian feminim seperti
sekarang. Rasanya terlalu berlebihan jika Jieun berdandan hanya karena untuk menjemputnya ke bandara. Jun Ki tahu benar, Jieun bukan gadis seperti itu. tapi
jujur saja, gadis itu terlihat sedikit berbeda.
“Wae Oppa ?”
“Pfftt.. ada apa dengan penampilanmu ?” bukan memuji Jun Ki
justru menertawakan penampilan Jieun.
“Ini spesial untuk menyambut kedatanganmu Oppa” ucap Jieun seraya ber-aegyo ria.
“Jinjja ?” Jun Ki akan sangat tersanjung jika memang benar.
"Pfftt.. tentu saja tidak!”
“Lalu kenapa kau berpakaian seperti ini, tidak biasanya” Jun Ki cukup penasaran dengan alasan kenapa Jieun berpakaian feminim seperti sekarang.
“Ceritanya panjang”
“Ceritakan”
“Ya ampun Oppa, ayo pulang saja aku sudah lelah”
“Lelah ? memang kau dari mana ?”
“Aigoo.. kenapa kau bisa membuat namja secerewet ini Tuhan”
“Ahaha..”
<<>>
Setelah mata kuliah berakhir. Seon Mi meminta Jieun untuk
menemaninya berbelanja.
“Ayolah Jieun sekali saja” bujuk gadis itu pada Jieun. Jieun
ingin sekali menolak karena dua hari kebelakang ia tak mengunjungi ibunya
disebabkan sibuk mengerjakan tugas yang mulai berdatangan.
“Kenapa tidak dengan Jiyeon saja”
“Kau tahu kan semenjak berpacaran dengan Chanyeol, mereka
asik sendiri, menyebalkan. Jangan-jangan kau juga berniat mengabaikanku karena
sudah punya pacar ya ?”
“Ani bukan begitu tapi-”
“Oke baiklah, pertemanan kita memang sudah tak ada artinya.
Dulu, kita beremmpat selalu kompak tapi sekarang untuk memintamu menemaniku saja tidak bis-”
“Arra arra, aku akan menemanimu” sergah Jieun. Ia malas
mendengar celotehan Seon Mi yang dipastikan tidak akan berhenti sebelum Jieun
menyetujui ajakannya.
“Yeayy!”
.
.
.
Setelah lelah berkeliling supermarket, Seon Mi dan Jieun
berakhir disebuah taman sembari menyesap jus yang mereka beli. Hampir dua jam
lebih, Seon Mi berkeliling dan Jieun dengan terpaksa mengekorinya kemanapun
namun gadis itu tak membeli apapun. Hal itu membuat Jieun sebal. Alasan yang
Seon Mi berikan adalah karena jaket yang ia cari sudah tidak ada dan gadis itu
tak menginginkan jaket selain yang ia inginkan. Karena tak mendapat jaket yang
ia inginkan, Seon Mi malah membeli beberapa makanan.
“Katanya mau diet” sindir Jieun membuat Seon Mi meringis
kecil.
“Jieun, kau tahu kan camilan ini tidak selalu ada. Susah tau
mencarinya, dan mumpung ada diskon juga hehe” jawab Seon Mi membela diri.
“Ck dasar kau ini"
"Oia Ji, aku masih penasaran dengan hubunganmu dan namja itu” Jieun menoleh.
"Oia Ji, aku masih penasaran dengan hubunganmu dan namja itu” Jieun menoleh.
“Maksudmu Sehun ?" Seon Mi mengangguk "Kami hanya main-main”
“Maksudmu ?” Jieun menghela nafas. Akhirnya gadis itu
menceritakan semuanya pada Seon Mi kenapa ia bisa menjadi kekasih gadungan
Sehun.
“Ck ck ck kurang ajar sekali namja itu, dia memanfaatkanmu Ji”
“Gwenchana, akan ku urus sendiri. Oia dan satu lagi jangan
bilang pada Jiyeon dan Chanyeol soal ini, mereka kan tidak bisa menjaga rahasia”
“Oke, tenang saja”
“Gomawo, Yasudah aku pergi ya”
“Eh kenapa buru-buru aku masih cape tahu”
“Aku ingin mengunjungi ibu, kau bisa pulang sendiri kan?”
“O oh.. baiklah, salam dari ku untuk Lee Ahjumma” Jieun
mengangguk dan meninggalkan Seon Mi yang masih meminum jus stroberinya ditaman.
Awas saja jika namja
bernama Sehun itu menyakiti Jieun.. aku tidak akan tinggal diam
Malang sekali nasib
temanku yang satu ini.. Seon Mi beranjak setelah minumannya habis.
_______
Dengan sup ikan yang tadi ia beli dikedai dekat supermarket,
Jieun berjalan menuju ruang inap ibunya. Ia tahu, sejak dulu ibunya sangat
menyukai sup ikan. Jieun hanya mampu membeli, lain kali ia ingin membuatkan
makanan kesukaan ibunya itu dengan tangannya sendiri meski ia tahu ia tak bisa
memasak. Yang penting Jieun sudah memiliki niat kan? hihi.
“Maaf Nona tapi hari ini Ny.Lee tak bisa ditemui” langkah
Jieun terhenti saat suster yang merawat ibunya berpapasan di lorong rumah
sakit.
“Wae ?”
“Dia terus saja berteriak”
Mwo?
“Tenang saja aku akan menenangkannya”
“Tapi-“ Jieun tak memperdulikan apa yang suster itu bilang.
Ia tetap melangkahkan kakinya ke ruang inap ibunya. Langkahnya berhenti saat
memandang ibunya terikat diatas ranjangnya dari balik kaca pintu.
Kenapa mereka sampai
mengikat ibu..
Jieun memutar kenop pintu lalu berjalan pelan kearah ibunya.
“ARRRGGHH.. JAHANAM PERGI KAU DARI SINI”
Deg.. Kenapa ibu jadi seperti ini ?
Deg.. Kenapa ibu jadi seperti ini ?
“I ibu, ini aku” lirih Jieun.
“AAHHH.. PERGI KUBILANG!” ucap Ny.Lee memekik tinggi seraya
meronta-ronta. Melihat sang ibu yang satu Minggu lalu baik-baik saja dan sekarang
seperti ini membuat Jieun bingung sekaligus sedih.
“I ibu kumohon jangan seperti ini. Li lihat aku membawa sup
ikan untuk ibu” mata Jieun mulai berkaca-kaca. Ny.Lee tak pernah marah seperti ini apalagi sampai mengumpat seperti ini pada Jieun sebelumnya. Jieun tak merasa ia berbuat salah lalu kenapa ibunya jadi seperti itu ?
“AAAARGGHH MATI SAJA KAU !”
Sebuah tangan mendarat dibahu Jieun membuat gadis itu
menoleh.
“D dokter Oh, kenapa ibu jadi seperti ini, ku kira dia akan
membaik”
“Sebaiknya kita bicara diluar Ji” Dr Oh menggiring Jieun
keluar dan duduk dikursi tunggu yang berjajar dikoridor rumah sakit.
“Aku tidak tahu kenapa, padahal sebelumnya kondisi ibumu
semakin membaik. Jika terus begini kami terpaksa mengurungnya di ruang isolasi
Ji dan menambah dosis obatnya”
“M mwo..”
“Tenang saja, Dokter akan melakukan yang terbaik” Dokter
Oh bangkit, mengusap pelan bahu Jieun dan kembali memeriksa pasien lainnya. Jieun
terdiam, perlahan ia menunduk sembari menghela nafas.
Kenapa kau tak pernah
memberiku kebahagiaan barang sedetik, Tuhan..
Apa harapan agar ibu sembuh,
terlalu sulit untuk dikabulkan..
Akhirnya air mata Jieun jatuh juga meski tak deras namun
didalam hatinya ia amat sedih. Tak ada suara tangisan, tak ada isakan, Jieun
menahan semuanya didalam hati. Tapi air mata itu tetap jatuh tanpa bisa ia
kendalikan. Membasahi lutut dan sepatunya. Tak ada tempat untuk berbagi, kakak
yang ia miliki bahkan mengacuhkannya. Jieun tahu masih ada Jun Ki dan
teman-temannya yang selalu siap untuk mendengarkan semua keluh kesahnya tapi mereka
semua hanya orang lain yang tak memiliki ikatan apapun dengan Jieun. Yang tak
bisa Jieun mintai tolong kapanpun karena ada batas yang harus ia jaga. Jieun
tak ingin merepotkan siapapun dengan masalah keluarganya. Satu-satunya orang
yang Jieun harapkan hanya kakaknya. Ia ingin berbagi apapun dengan sang kakak
namun sepertinya itu juga harapan yang sukar untuk terjadi. Jieun masih duduk menunduk di kursi itu sampai Sup ikan yang dibawanya menjadi dingin. Ia ingin berteriak namun tidak bisa, hanya air mata yang berjatuhan lah yang bisa menjelaskan kondisinya saat ini.
______
Jieun tahu dirinya adalah peminum yang buruk namun tetap saja
soju dihadapannya ia habiskan. Sudah ada 3 botol soju yang kosong dimejanya. Ia
minum-minum seorang diri disebuah warung kaki lima tak jauh dari rumah sakit
ibunya dirawat. Ponselnya berdering beberapa kali namun ia tak menjawab. Panggilan
telepon yang berasal dari Jun Ki hampir belasan tanpa ada yang Jieun jawab. Gadis itu sudah sempoyongan namun masih
meminum soju dari gelas kecil dihadapannya. Ia mengambil uangnya dari saku dan
meletakannya diatas meja, Jieun bangkit meski pandangannya sudah mulai kabur. Ia
berjalan meninggalkan warung itu, entah kemana ia berjalan. Langkah lah yang
membawanya. Dengan sesekali terhuyung, ia berjalan tak tentu arah.
“Nona belum pulang tuan”
“Aku sudah menelponnya tapi tidak diangkat” karena khawatir,
Jun Ki pergi kerumah Jieun namun pembantunya bilang Jieun belum pulang.
Kemana lagi bocah itu,
ini sudah cukup malam..
“Kalau begitu aku akan mencarinya dulu ahjumma”
“Ne” Jun Ki bergegas menuju mobilnya dan tempat pertama yang
akan ia datangi adalah rumah sakit ibu Jieun. Mungkin gadis itu ada disana.
Setelah berjalan tak tentu arah, kini Jieun berdiri dengan tatapan kosong ditepi jalan, memandang
berbagai cahaya yang bergerak yang tak lain berasal dari lampu-lampu mobil yang lalu lalang.
Perlahan ia melangkahkan kakinya menyebrangi jalan yang penuh dengan mobil
berlalu-lalang. beberapa orang yang melihat hal itu hanya bisa berbisik satu sama lain dengan berbagai pandangan
sejuta makna.
Diiiiinnnn !
“Yaakk apa kau gila !?” umpat salah satu pengendara, untung
saja ia masih bisa mengerem mobilnya. Namun Jieun tak menghiraukannya, ia masih
saja berjalan tanpa takut hal yang buruk menimpanya. Apa lagi yang ia
khawatirkan, semua hal buruk sudah menghampiri hidupnya sejak ayahnya memukuli
sang ibu. Sejak saat itu hidupnya berubah, rumah bukan lagi tempat yang tenang
dan menenangkan. Dan semua masalah itu berlanjut sampai sekarang. Jieun ingin
menyalahkan sang ayah namun tak berguna lagi karena sang ayah sudah tiada. Ia ingin
berteriak dan mengeluarkan seluruh kekesalan yang mengendap dihatinya pada sang
ayah namun apalah gunanya jika sang ayah sudah tak ada lagi. Pergi jauh
meninggalkan semua masalah yang diperbuatnya.
Apa aku mati saja...
To Be Continued~
kekny oppa cm sekedar kk jieun y?
ReplyDeletesis bs buatin yg junki lead gak
skrg kn lg jaman moonlovers kn
Ko malah sehun coupleny--maaf g selera :)
Klo ga selera jgn dibaca say :)
Delete