Frozen Heart [3]


Lee Ji eun / IU | Lee Jun Ki | Oh Sehun etc


Drama | Chapter

Part 1 | 2

Setelah semua perjuangan yang dilewati Jieun. Perjuangan ? oke sebutlah kejahilan Sehun itu sebuah perjuangan sabar yang harus Jieun tahan. Akhirnya kini ia sudah sampai di rumah Sehun. Berdiri memandang rumah mewah itu, dengan dress gold serta make up tipis namun manis melekat ditubuhnya. Sehun mengulurkan tangannya. Jieun yang bingung memandang namja itu penuh tanya.

“Kita harus terlihat semeyakinkan mungkin” lirih Sehun

Ah begitu.. 

Dan Jieun membalas uluran tangan itu. Entah kenapa si pemberani seperti Jieun mulai berdebar. Ia menghirup udara dan menghembuskannya pelan, Jangan lupakan fakta jika Jieun belum pernah berpacaran, apalagi bertemu orangtua pacarnya, bagaimana mungkin ia bertemu orangtua pacarnya sementara dia tak memiliki pacar. Bukan karena tangannya yang melingkar ditangan Sehun. Tidak, hanya saja apa yang harus ia lakukan dan bicarakan nanti ? itu membuat Jieun gelisah. Satu langkah lagi menuju pintu depan, Jieun justru menghentikan langkahnya. Hal itu membuat Sehun menoleh.

“Wae ?”

“Aku tidak bisa melakukan ini” ucap Jieun membuat Sehun menatap yeoja itu tak percaya. Hey, mereka sudah sampai disana. Apa yang sebenarnya Jieun katakan ? apa yeoja itu bercanda ? ini bukan waktu yang tepat.

“Michesseo ?” lirih Sehun penuh penekanan. Jieun mendelik tajam membalas tatapan kesal Sehun. Yeoja itu melepas lingkaran tangannya ditangan Sehun.

“Aku tidak bisa” ucap Jieun lalu berbalik dan melangkah menjauh dari pintu depan rumah Sehun.

“Yaaakk !!”

Sh*t, sebenarnya apa yang gadis itu pikirkan..

Sehun tak mengejar Jieun. Ia justru sibuk dengan kekesalannya sendiri. Sementara Jieun masih berjalan dengan tempo yang tak bisa dibilang pelan.

Aku tahu ini hanya pura-pura tapi bagaimana jika nanti aku justru mempermalukan diriku sendiri?

Aiishh..  

Berjalan dengan sepatu berhak tinggi ternyata membuat pergelangan kaki Jieun terasa nyeri. 

Aiishh... sepatu ini menghambat saja..

Tanpa Jieun sadari seorang pria paruh baya berpapasan dengannya. Pria itu memperhatikan Jieun seolah ia tengah mengingat-ingat sesuatu. 

“Jieun ?” Jieun menghembuskan nafasnya kasar.

Siapa lagi yang memanggilku !? Jieun berniat mengabaikannya dengan kembali melangkah namun-

“Jieun ya ?” Membuat ia kembali menghentikan langkahnya dan dengan terpaksa masih diselimuti perasaan kesal. Gadis itu membalikan tubuhnya. menatapnya dengan ekspresi kesal namun kemudian mengernyit pelan. 

“Dokter Oh ?” ucap Jieun heran. 

“Kau sedang apa disini ? kebetulan sekali bertemu” ucap pria yang dipanggil Jieun Dr.Oh

“A itu aku-” tak mungkin Jieun menjelaskan yang sebenarnya bahwa dia sedang berpura-pura menjadi kekasih seorang namja untuk mengelabuhi orangtuanya. 

“Apa kau mengenal Sehun ?” tanya Dr.Oh

Dari mana Dr Oh mengenal namja itu, Apa mungkin Dr.Oh adalah..

“An-“

“Ne Ayah, dia kekasihku yang kuceritakan itu” ucap Sehun seraya berjalan ke arah Jieun dan merangkul yeoja itu membuat Dokter Oh tampak terkejut. Jieun pun dibuatnya terkejut. namja itu selalu saja seenaknya

“Benarkah ?”

Mampus kau Jieun.. batin gadis itu.

“An-“

“Ne tentu saja benar Ayah. Bagaimana, Dia cantik kan ? jadi batalkan pertunanganku dengan Mirae karena Jieun adalah wanita satu-satunya yang ada didalam hidupku” lagi-lagi Sehun memotong ucapan Jieun. Membuat Jieun mendengus pelan. Dan lagi kalimat yang ia ucapakan terdengar menggelikan ditelinga Jieun.

“Jieun anak yang baik, Ayah sangat setuju kau bersamanya. Awas saja jika kau menyakitinya” Sehun senang mendengar kesan pertama yang ayahnya ucapkan terhadap Jieun tapi darimana ayahnya tahu nama Jieun? Perasaan ia belum mengatakan nama Jieun pada ayahnya. seketika Ia menoleh lalu memandang Jieun seakan bertanya, dari mana ayah tahu namamu ?

“Kami saling mengenal” ucap Jieun samar pada Sehun namun Sehun tak mengerti dengan ucapan samar Jieun. Ia tidak tahu jika Jieun dan ayahnya sudah saling mengenal.

“Ya sudah ayo masuk, jangan hanya berdiri disini tidak baik” ucap ayah Sehun ramah.

“N ne.. dokter Oh” Sehun kembali dibuat Bingung dari mana Jieun tahu kalau ayahnya seorang dokter? Sementara Dokter Oh mengangguk kecil lalu memasuki rumahnya terlebih dahulu menyisakan kedua pasangan gadungan itu dihalaman rumah. seperginya dokter Oh, Jieun melepaskan tangan Sehun yang masih bertengger dibahunya.

Perlu diketahui, Dokter Oh adalah dokter yang menangani ibu Jieun dirumah sakit jiwa. Jieun sudah mengenal dokter itu sejak lama. Dokter Oh sudah Jieun anggap sebagai ayah sendiri karena keramahannya. Setiap perkembangan ibunya, Jieun selalu berkonsultasi dengan dokter Oh.

“Aiishh apa kau gila !?” pekik Jieun.

“Kenapa berteriak seperti itu? Oia, apa kau mengenal ayahku ? dan kenapa ayahku tahu namamu ? apa kalian sudah saling berkenalan tadi ?” Jieun menghela nafas panjang.

“Ayahmu adalah dokter yang menangani ibuku dirumah sakit, tahu !”

“Ibumu sakit ?”

“Bukan itu masalahnya bodoh” Jieun sebal sendiri.

“Astaga !” Sepertinya Sehun mulai sadar apa artinya itu.

Jika ayah dan Jieun sudah saling mengenal kemungkinan ayah tahu ini sebuah kebohongan semakin besar...

“Dasar bodoh” umpat Jieun lagi.

“Kenapa kau tidak bilang kau mengenal ayahku?” Sehun memang benar-benar tidak tahu menahu ayahnya dan Jieun sudah saling mengenal. 

“Mana kutahu Dokter Oh adalah ayahmu ! hentikan ini semua, aku tidak ingin membohongi Dokter Oh dan jika dia tahu ini semua bohongan, aku tidak bisa menyembunyikan wajahku. Hampir setiap hari aku bertemu dengannya jika mengunjungi ibu” Sehun mengusap dagunya dan justru tersenyum aneh seolah ia tak memperdulikan ucapan Jieun.

“Tapi Ini bagus, ayah pasti akan lebih setuju jika aku menjalin hubungan dengan orang yang ia kenal jadi kemungkinan untuk membatalkan pertunanganku dengan Mirae semakin terbuka lebar.. ya.. ya..ya”

“Mwo ? kenapa kau hanya memikirkan dirimu sendiri !?”

“Issh.. Jangan berteriak-teriak begitu, urat lehermu bisa putus”

PLETAK .. Jieun tak tahan lagi dengan namja itu. ingin sekali ia menjadikannya samsak sehingga Jieun puas memukulinya.

“Yaaakk !”

“Jangan berteriak-teriak begitu, urat lehermu bisa putus” ucap Jieun santai meniru gaya ucapan Sehun beberapa detik lalu. Membuat Sehun menatap malas sembari mengusap kepalanya yang terasa berdenyut.

“Dengar, aku tidak mau melanjutkan sandiwara ini, titik !” ucap Jieun tegas.

“Kau mau kulaporkan polisi karena tuduhan pelecehan ?” Jieun melipat tangannya sembari memandang Sehun remeh.

“Ck, setelah kupikir-pikir aku jadi ingin tahu, apa kau punya bukti bahwa aku melecehkanmu? Hah?”

“...” Sehun tampak berfikir dan diam.

Skak.. Dia pasti tidak memiliki bukti apapun..

Kau memang pintar Jieun, kenapa tidak kau tanyakan hal itu sejak awal  batin Jieun.

“Aku memang tidak mempunyai bukti” ucap Sehun santai.

Oho.. aku akan menang kali ini. Batin Jieun

“Tapi temanku punya karena dia memfoto kita saat kau menarik ku untuk berciuman” ucap Sehun dengan senyum diakhir. senyum kemenangan yang membuat wajah remeh Jieun berubah datar.

Aiishh -_-

“Bagaimana ? kau ingin tetap tidak mau menurutiku ? siap-siap saja tidur dengan kecoa dipenjara, oke”

Aiiishh.. lebih baik berkelangi dengan 10 namja dari pada berurusan dengan namja satu ini

Drrt Drrtt.. bunyi ponsel Jieun seakan menyelamatkannya dari percakapan maut itu. Jieun menginterupsi, lalu mengangkat panggilan telpon itu.

“Ne Oppa Wae?”

“...”

“Ah itu.. aku sedang bersama teman”

“...”

“Aku bukan anak kecil, aku tak butuh oleh-oleh tapi jika kau bersikeras belikan aku oleh-oleh yang banyak hehe..” Sehun tertegun, baru kali ini ia melihat Jieun tersenyum. Wajah dingin Jieun yang selalu ia lihat seolah runtuh ditelan bumi. Ia tidak menyangka gadis tomboy itu memiliki senyum yang menawan. Dan Sehun makin penasaran dengan orang yang menelpon Jieun. Apa Jieun memiliki saudara laki-laki ? ah mungkin itu kakak laki-laki Jieun, pikirnya

“...”

“Hehe.. telpon aku jika kau sudah dibandara, aku akan menjemputmu”

Pip.. Jieun mematikan telponnya, gadis itu kembali menatap Sehun. Tatapan mereka bertemu hingga membuat Sehun mengalihkan perhatiannya karena merasa tertangkap basah memperhatikan Jieun.

Ada apa lagi dengan namja ini ? dia sedikit aneh..

“Jadi ?”

“Tak perlu bertanya lagi kan ? kau selalu mengacamku dengan melaporkanku ke polisi, apalagi jika bukan menyetujuinya dengan terpaksa” ucap Jieun memberi penekanan pada kalimat terakhir. Sehun tersenyum senang.

“Good boy” ucapnya mengacak pucuk rambut Jieun.

“Yaiishh..”

“Aku janji apapun yang terjadi setelah pertunanganku dibatalkan aku yang akan bertanggungjawab dan tak akan melibatkanmu lagi, yang terpenting sekarang adalah bagaimana meyakinkan ayah agar membatalkan pertunaganku dengan Mirae”

Aku jadi penasaran bagaimana sosok Mirae itu..

Apa yeoja itu terlalu mengerikan sehingga namja ini kukuh untuk membatalkan pertunangannya..

_____

Sudah seperti yang Jieun prediksi. Ia malah semakin tegang karena salah satu orangtua Sehun adalah orang yang sudah ia kenal lama. Kini Jieun tengah menikmati makan malam bersama keluarga Sehun. Dr Oh tampak senang sementara ibu Sehun masih memperhatikan Jieun dengan wajah datarnya. Ia sudah terlalu menyukai Mirae, menurutnya Mirae adalah wanita yang pas untuk anak lelakinya. 

“Jadi Jieun, sudah berapa lama kau mengenal Sehun ?”

“A i itu.. belum cukup lama dokter”

“Jangan panggil dokter, kita kan bukan sedang dirumah sakit. Panggil saja ahjussi”

“Ah ne Ahjussi”

“Oia ayah memang ibu Jieun sakit apa ?” Dr Oh melirik Jieun sekilas.

"Kenapa kau bertanya kepada ayah, bukankah Jieun kekasihmu?"

"Uhhuk.." Namja itu terbatuk kecil, ia melirik Jieun yang sudah khawatir karena takut ketahuan. Sehun berdehem kecil lalu menjawab pertanyaan sang ayah dengan nada dibuat senormal mungkin.

"Ayah ini jangan curigaan seperti itu, Jieun memang kekasihku tapi kami baru mengenal beberapa bulan saja"

“Ah begitu, Ibu Jieun memiliki trauma yang membuatnya berhalusinasi tinggi” jawab Dr Oh, mencoba mencari kata sehalus mungkin agar Jieun tak tersinggung. Ucapan Dr Oh malah membuat Sehun bingung.

"Makdunya ?" Sehun sama sekali tak mengerti maksud ucapan sang ayah. 

“Ibuku mengidap gangguan jiwa” tambah Jieun memperjelas, gadis itu mengucapkannya seraya memotong steak sapi dengan pisau kecil ditangannya. Ia tidak ingin menatap mata yang memandangnya kasihan.

“O oh..”

Bodoh, harusnya aku tidak usah bertanya saja. batin Sehun

“Ahaha steak ini enak sekali ya” tambah namja itu mencoba mencairkan suasana. Memakan potongan steak nya dengan penuh niat. sementara Ny.Oh menggeleng pelan. 

Jadi dia anak orang gila ? Cih yang benar saja..

Setelah selesai makan malam. Jieun menikmati hidangan pencuci mulut bersama Ny.Oh. sementara Dr Oh ingin membicarakan sesuatu yang cukup serius dengan Sehun. Jieun sesekali menatap Ny.Oh yang terus saja menatapnya.

Rasanya canggung sekali, aku harus mengatakan sesuatu .. tapi apa ?

“A ah.. puding ini enak sekali ahjumma” ucap Jieun diakhiri dengan senyuman yang dipaksakan. Oke, Jieun tidak bisa berpura-pura manis melebihi ini.

“Jadi ibumu sakit jiwa ya?” tanya Ny.Oh tanpa basa basi. ada nada merendahkan dalam kalimat yang diucapkannya. Bagaimana mungkin ia membiarkan anaknya berhubungan dengan gadis yang ibunya gila ?

“Ne” jawab Jieun lirih.

“Apa pekerjaan ayahmu ?”

“Ayah sudah lama meninggal ahjumma” Entah mengapa moodnya berubah menjadi buruk dengan pertanyaan-pertanyaan Ny.Oh yang terkesan tidak menyukai dirinya dan keluarganya.

“Oooh.. apa kau bekerja untuk membiayai hidupmu ?”

“Ani, ayah masih memiliki beberapa aset untuk menghidupi anak-anaknya”

“Eum” angguk Ny.Oh seolah tak percaya lalu menengguk air putih disebelah tangan kanannya. Sementara Jieun semakin menundukan kepalanya namun tak menghabiskan puding dihadapannya. Tidak ada lagi selera makan.

Sehun dan Dr Oh duduk disebuah kursi tepi kolam renang.

“Sehun, ayah harap kau memacari Jieun bukan hanya untuk membatalkan pertunanganmu saja”

“T tentu saja tidak ayah. Aku hanya ingin ayah tahu, aku sudah memiliki wanita pilihanku sendiri, itulah alasan aku menolak keras pertunangan ini. Aku benar-benar menyukai Jieun, ayah. Sungguh”

“Jieun adalah anak yang malang. Ibunya mengalami gangguan jiwa dan ayahnya telah meninggal. Jika kau memang seorang laki-laki jangan pernah menyakiti anak itu. ayah akan sangat kecewa jika kau menyakiti Jieun, arra ?” Sehun diam sejenak, memandang sang ayah. Ada raut keseriusan disana. Dan satu hal lagi yang ia tahu tentang Jieun.

Ternyata gadis tomboy itu memiliki nasib yang kelam ..

Aiishh kata-kata ayah terdengar serius..

“A aku mengerti ayah”

_____

“Aku akan mengantarmu pulang” Jieun menoleh

“Sejak kapan kau jadi baik seperti ini ?”

“Aku yang membawamu kesini tentu saja aku juga yang harus mengantarmu pulang, jangan ge-er”

“Ch.. jangan seperti ini karena kau kasihan padaku, aku tahu kau pasti merasa kasihan karena tahu ibuku sakit jiwa kan?” Sehun terdiam namun kemudian membalas pandangan Jieun.

“Kau harus bisa membedakan kasihan dan simpati Ji” ucap Sehun, tak ada nada mengejek atau pun gurauan disana. Entah kenapa ucapan Sehun kali ini membuat Jieun membisu dan berfikir dalam diam.

“Kau tidak perlu mengantarku, aku harus ke bandara dulu”

“Apa kau akan menjemput orang yang tadi menelpomu ?” Jieun mengangguk.

“Dia pasti kakak laki-laki mu”

“Bukan, dia hany-“ Jieun mendelik.

“Jangan banyak tanya, ingat kita tidak sedekat itu”

“Ne ne” jawab Sehun malas. Namja itu menghentikan taksi lalu Jieun masuk dan membawanya berlalu. Sehun menghembuskan nafas pelan. 

Namja itu bukan kakaknya, lalu siapa ? Ku kira Jieun tak memiliki teman dekat seorang namja.. bahkan Jieun dapat dibuat tertawa dengan mudahnya..

Ah molla, yang pasti pertunanganku akan dibatalkan hihi..

_____

Jieun menunggu dengan sabar dipintu kedatangan. Jujur saja tidak ada Jun Ki selama beberapa hari ini membuatnya bosan. Dari kejauhan namja yang ia tunggu akhirnya datang, melambai kecil pada Jieun membuat gadis itu menampakan senyum.

“Ya ampun kau tak perlu repo....t” Jun Ki memandang Jieun dari atas sampai bawah. tumben sekali gadis itu berpakaian feminim seperti sekarang. Rasanya terlalu berlebihan jika Jieun berdandan hanya karena untuk menjemputnya ke bandara. Jun Ki tahu benar, Jieun bukan gadis seperti itu. tapi jujur saja, gadis itu terlihat sedikit berbeda.

“Wae Oppa ?”

“Pfftt.. ada apa dengan penampilanmu ?” bukan memuji Jun Ki justru menertawakan penampilan Jieun.

“Ini spesial untuk menyambut kedatanganmu Oppa” ucap Jieun seraya ber-aegyo ria.

“Jinjja ?” Jun Ki akan sangat tersanjung jika memang benar.

"Pfftt.. tentu saja tidak!”

“Lalu kenapa kau berpakaian seperti ini, tidak biasanya” Jun Ki cukup penasaran dengan alasan kenapa Jieun berpakaian feminim seperti sekarang.

“Ceritanya panjang”

“Ceritakan”

“Ya ampun Oppa, ayo pulang saja aku sudah lelah”

“Lelah ? memang kau dari mana ?”

“Aigoo.. kenapa kau bisa membuat namja secerewet ini Tuhan”

“Ahaha..” 

<<>> 

Setelah mata kuliah berakhir. Seon Mi meminta Jieun untuk menemaninya berbelanja.

“Ayolah Jieun sekali saja” bujuk gadis itu pada Jieun. Jieun ingin sekali menolak karena dua hari kebelakang ia tak mengunjungi ibunya disebabkan sibuk mengerjakan tugas yang mulai berdatangan.

“Kenapa tidak dengan Jiyeon saja”

“Kau tahu kan semenjak berpacaran dengan Chanyeol, mereka asik sendiri, menyebalkan. Jangan-jangan kau juga berniat mengabaikanku karena sudah punya pacar ya ?”

“Ani bukan begitu tapi-”

“Oke baiklah, pertemanan kita memang sudah tak ada artinya. Dulu, kita beremmpat selalu kompak tapi sekarang untuk memintamu menemaniku saja tidak bis-”

“Arra arra, aku akan menemanimu” sergah Jieun. Ia malas mendengar celotehan Seon Mi yang dipastikan tidak akan berhenti sebelum Jieun menyetujui ajakannya.

“Yeayy!”
.
.
.

Setelah lelah berkeliling supermarket, Seon Mi dan Jieun berakhir disebuah taman sembari menyesap jus yang mereka beli. Hampir dua jam lebih, Seon Mi berkeliling dan Jieun dengan terpaksa mengekorinya kemanapun namun gadis itu tak membeli apapun. Hal itu membuat Jieun sebal. Alasan yang Seon Mi berikan adalah karena jaket yang ia cari sudah tidak ada dan gadis itu tak menginginkan jaket selain yang ia inginkan. Karena tak mendapat jaket yang ia inginkan, Seon Mi malah membeli beberapa makanan.

“Katanya mau diet” sindir Jieun membuat Seon Mi meringis kecil.

“Jieun, kau tahu kan camilan ini tidak selalu ada. Susah tau mencarinya, dan mumpung ada diskon juga hehe” jawab Seon Mi membela diri. 

“Ck dasar kau ini"

"Oia Ji, aku masih penasaran dengan hubunganmu dan namja itu” Jieun menoleh.

“Maksudmu Sehun ?" Seon Mi mengangguk "Kami hanya main-main”

“Maksudmu ?” Jieun menghela nafas. Akhirnya gadis itu menceritakan semuanya pada Seon Mi kenapa ia bisa menjadi kekasih gadungan Sehun.

“Ck ck ck kurang ajar sekali namja itu, dia memanfaatkanmu Ji”

“Gwenchana, akan ku urus sendiri. Oia dan satu lagi jangan bilang pada Jiyeon dan Chanyeol soal ini, mereka kan tidak bisa menjaga rahasia”

“Oke, tenang saja”

“Gomawo, Yasudah aku pergi ya”

“Eh kenapa buru-buru aku masih cape tahu”

“Aku ingin mengunjungi ibu, kau bisa pulang sendiri kan?”

“O oh.. baiklah, salam dari ku untuk Lee Ahjumma” Jieun mengangguk dan meninggalkan Seon Mi yang masih meminum jus stroberinya ditaman.

Awas saja jika namja bernama Sehun itu menyakiti Jieun.. aku tidak akan tinggal diam

Malang sekali nasib temanku yang satu ini.. Seon Mi beranjak setelah minumannya habis.

­­_______

Dengan sup ikan yang tadi ia beli dikedai dekat supermarket, Jieun berjalan menuju ruang inap ibunya. Ia tahu, sejak dulu ibunya sangat menyukai sup ikan. Jieun hanya mampu membeli, lain kali ia ingin membuatkan makanan kesukaan ibunya itu dengan tangannya sendiri meski ia tahu ia tak bisa memasak. Yang penting Jieun sudah memiliki niat kan? hihi.

“Maaf Nona tapi hari ini Ny.Lee tak bisa ditemui” langkah Jieun terhenti saat suster yang merawat ibunya berpapasan di lorong rumah sakit.

“Wae ?”

“Dia terus saja berteriak”

Mwo?

“Tenang saja aku akan menenangkannya”

“Tapi-“ Jieun tak memperdulikan apa yang suster itu bilang. Ia tetap melangkahkan kakinya ke ruang inap ibunya. Langkahnya berhenti saat memandang ibunya terikat diatas ranjangnya dari balik kaca pintu.

Kenapa mereka sampai mengikat ibu..

Jieun memutar kenop pintu lalu berjalan pelan kearah ibunya.

“ARRRGGHH.. JAHANAM PERGI KAU DARI SINI”

Deg.. Kenapa ibu jadi seperti ini ?

“I ibu, ini aku” lirih Jieun.

“AAHHH.. PERGI KUBILANG!” ucap Ny.Lee memekik tinggi seraya meronta-ronta. Melihat sang ibu yang satu Minggu lalu baik-baik saja dan sekarang seperti ini membuat Jieun bingung sekaligus sedih.

“I ibu kumohon jangan seperti ini. Li lihat aku membawa sup ikan untuk ibu” mata Jieun mulai berkaca-kaca. Ny.Lee tak pernah marah seperti ini apalagi sampai mengumpat seperti ini pada Jieun sebelumnya. Jieun tak merasa ia berbuat salah lalu kenapa ibunya jadi seperti itu ?

“AAAARGGHH MATI SAJA KAU !”

Sebuah tangan mendarat dibahu Jieun membuat gadis itu menoleh.

“D dokter Oh, kenapa ibu jadi seperti ini, ku kira dia akan membaik”

“Sebaiknya kita bicara diluar Ji” Dr Oh menggiring Jieun keluar dan duduk dikursi tunggu yang berjajar dikoridor rumah sakit.

“Aku tidak tahu kenapa, padahal sebelumnya kondisi ibumu semakin membaik. Jika terus begini kami terpaksa mengurungnya di ruang isolasi Ji dan menambah dosis obatnya”

“M mwo..”

“Tenang saja, Dokter akan melakukan yang terbaik” Dokter Oh bangkit, mengusap pelan bahu Jieun dan kembali memeriksa pasien lainnya. Jieun terdiam, perlahan ia menunduk sembari menghela nafas.

Kenapa kau tak pernah memberiku kebahagiaan barang sedetik, Tuhan..

Apa harapan agar ibu sembuh, terlalu sulit untuk dikabulkan..

Akhirnya air mata Jieun jatuh juga meski tak deras namun didalam hatinya ia amat sedih. Tak ada suara tangisan, tak ada isakan, Jieun menahan semuanya didalam hati. Tapi air mata itu tetap jatuh tanpa bisa ia kendalikan. Membasahi lutut dan sepatunya. Tak ada tempat untuk berbagi, kakak yang ia miliki bahkan mengacuhkannya. Jieun tahu masih ada Jun Ki dan teman-temannya yang selalu siap untuk mendengarkan semua keluh kesahnya tapi mereka semua hanya orang lain yang tak memiliki ikatan apapun dengan Jieun. Yang tak bisa Jieun mintai tolong kapanpun karena ada batas yang harus ia jaga. Jieun tak ingin merepotkan siapapun dengan masalah keluarganya. Satu-satunya orang yang Jieun harapkan hanya kakaknya. Ia ingin berbagi apapun dengan sang kakak namun sepertinya itu juga harapan yang sukar untuk terjadi. Jieun masih duduk menunduk di kursi itu sampai Sup ikan yang dibawanya menjadi dingin. Ia ingin berteriak namun tidak bisa, hanya air mata yang berjatuhan lah yang bisa menjelaskan kondisinya saat ini.

______

Jieun tahu dirinya adalah peminum yang buruk namun tetap saja soju dihadapannya ia habiskan. Sudah ada 3 botol soju yang kosong dimejanya. Ia minum-minum seorang diri disebuah warung kaki lima tak jauh dari rumah sakit ibunya dirawat. Ponselnya berdering beberapa kali namun ia tak menjawab. Panggilan telepon yang berasal dari Jun Ki hampir belasan tanpa ada yang Jieun jawab. Gadis itu sudah sempoyongan namun masih meminum soju dari gelas kecil dihadapannya. Ia mengambil uangnya dari saku dan meletakannya diatas meja, Jieun bangkit meski pandangannya sudah mulai kabur. Ia berjalan meninggalkan warung itu, entah kemana ia berjalan. Langkah lah yang membawanya. Dengan sesekali terhuyung, ia berjalan tak tentu arah.

“Nona belum pulang tuan”

“Aku sudah menelponnya tapi tidak diangkat” karena khawatir, Jun Ki pergi kerumah Jieun namun pembantunya bilang Jieun belum pulang.

Kemana lagi bocah itu, ini sudah cukup malam..

“Kalau begitu aku akan mencarinya dulu ahjumma”

“Ne” Jun Ki bergegas menuju mobilnya dan tempat pertama yang akan ia datangi adalah rumah sakit ibu Jieun. Mungkin gadis itu ada disana.

Setelah berjalan tak tentu arah, kini Jieun berdiri dengan tatapan kosong ditepi jalan, memandang berbagai cahaya yang bergerak yang tak lain berasal dari lampu-lampu mobil yang lalu lalang. Perlahan ia melangkahkan kakinya menyebrangi jalan yang penuh dengan mobil berlalu-lalang. beberapa orang yang melihat hal itu hanya bisa berbisik satu sama lain dengan berbagai pandangan
sejuta makna. 

Diiiiinnnn !

“Yaakk apa kau gila !?” umpat salah satu pengendara, untung saja ia masih bisa mengerem mobilnya. Namun Jieun tak menghiraukannya, ia masih saja berjalan tanpa takut hal yang buruk menimpanya. Apa lagi yang ia khawatirkan, semua hal buruk sudah menghampiri hidupnya sejak ayahnya memukuli sang ibu. Sejak saat itu hidupnya berubah, rumah bukan lagi tempat yang tenang dan menenangkan. Dan semua masalah itu berlanjut sampai sekarang. Jieun ingin menyalahkan sang ayah namun tak berguna lagi karena sang ayah sudah tiada. Ia ingin berteriak dan mengeluarkan seluruh kekesalan yang mengendap dihatinya pada sang ayah namun apalah gunanya jika sang ayah sudah tak ada lagi. Pergi jauh meninggalkan semua masalah yang diperbuatnya.

Apa aku mati saja...

To Be Continued~





Comments

  1. kekny oppa cm sekedar kk jieun y?
    sis bs buatin yg junki lead gak
    skrg kn lg jaman moonlovers kn
    Ko malah sehun coupleny--maaf g selera :)

    ReplyDelete

Post a Comment