Lee Ji eun / IU | Lee Jun Ki | Oh Sehun etc
Drama | Chapter
Termenung,
menatap sang ibu dari balik pintu kamar inap. Selalu seperti itu, Jieun hanya
bisa menghela nafas dan mengasihani keluarganya terutama sang ibu yang tak
kunjung sembuh dari gangguan jiwa yang merenggut kewarasannya. Tak lagi ada air
mata yang keluar dari matanya. Tak ada yang tersisa untuk menangisi apapun
lagi. Perlahan tangan mungil itu memutar kenop pintu kamar inap sang ibu.
Tersenyum saat sang ibu menoleh.
“Sayangku
cepat masuk, sebelum ayahmu marah” ucap ibu Jieun dengan gerakan menarik lengan
Jieun dan Jieun hanya bisa tersenyum dalam kepedihannya melihat sang ibu.
“Ibu apa kau
sudah minum obat ?” ibu Jieun menggeleng cepat, badannya menjauh seakan tidak
ingin pil pahit itu masuk kedalam tubuhnya. Membekap mulutnya sendiri.
“Ibu ayolah
minum obatnya demi aku” rayu Jieun penuh kelembutan. Ia menarik pelan tangan
sang ibu yang tergantung bebas.
“Aku tidak
ingin meminumnya” ucap sang ibu seraya berkaca-kaca.
“Ibu akan
melakukan apapun demi aku kan ? jadi sekarang minum obatnya atau aku akan
marah” perlahan bungkaman itu mulai terlepas dan seakan dengan berat hati, ibu
Jieun menuruti permintaan sang anak. Setelah meminum obat, ibu Jieun mendekap
tangan kanan Jieun erat.
“Pergilah
sebelum ayahmu datang, dia pasti akan memukuli ibu lagi” ucap sang ibu dengan
sedikit berbisik. Jieun mengangguk.
“Baiklah,
besok aku datang lagi. Istirahatlah Bu” ibu Jieun mengangguk cepat, melepaskan
dekapannya lalu melambai pada Jieun yang mulai melangkah keluar.
Drrt Drrt
Sesampainya
diluar kamar inap, ponsel Jieun berbunyi.
“Hallo”
“Jieun aku
sudah menunggumu diluar”
“Ya ampun
oppa tidak perlu repot-repot”
“Apanya yang
merepotkan, tentu saja tidak. Oia bagaimana kalau kita makan diluar”
“Terserah
kau saja”
“Aiishh anak
ini, baiklah cepat keluar sebelum tubuhku berkarat karena menunggumu” Jieun tersenyum
kecil mendengar ucapan Jun Ki.
“Ok”
Bagi Jieun,
Jun Ki sudah seperti kakak laki-lakinya yang selalu ada saat ia susah maupun
senang. Malaikat pelindung yang diberikan Tuhan didalam kekacauan keluarganya.
Jieun
menghampiri mobil yang sudah sangat ia hafal. Siapa lagi jika bukan mobil Jun
Ki. Menarik kenop pintu mobil dan duduk disamping namja yang tersenyum cerah.
“Ah kau lama
sekali, perutku sudah kelaparan dari tadi” keluh namja itu sesampainya Jieun
disana.
“Kenapa
tidak makan duluan saja, kau merepotkan dirimu sendiri Oppa”
“Aiishh anak
ini tidak pernah berkata dengan benar. Baiklah sekarang kau mau makan dimana ?”
Jieun tampak berfikir.
“Bagaimana
kalau direstoran daging panggang Suk Jong ?”
“Aaah kenapa
kau suka sekali makan disana, aku tidak suka makanan yang terlalu pedas”
“Ya sudah
kalau begitu jangan mengajaku makan bersama”
“Baiklah-baiklah,
ayo kita kesana”
“Yes” ucap
Jieun dengan raut gembira sementara Jun Ki hanya melirik malas.
Beberapa
hidangan sudah tersaji apik dihadapan Jieun dan Junki. Hidangan yang didominasi
dengan rasa pedas. Tak perlu menunggu lama, Jieun mulai mengambil sumpit
disamping mangkuk berisi nasi.
“Selamat
makan” ucapnya dengan mata tertutup. Mata itu kembali terbuka dan tangan
lincahnya mulai menyumpitkan beberapa daging sapi panggang yang sudah diiris.
Terlihat menggiurkan terutama bagi Jieun yang sudah kelaparan karena sepulang
mengajar karate ia belum makan apapun. Berbeda 180 derajat dengan Jieun, Junki
justru terlihat bingung memilih makanan dengan kadar rasa pedas rendah. Jangan
sampai ia sakit perut lagi karena makan makanan pedas yang amat Jieun sukai.
“Oppa, kau
tidak makan ?” Junki memandang Jieun jengah.
“Aku sedang
memilih makanan yang tidak terlalu pedas tahu”
“Ahaha..
pesan bubur saja bagaimana ?” bisa-bisanya Jieun meledek disaat seperti ini.
“Kau
mengejek ku ?”
“Ne” jawab
Jieun terus terang.
“Yaiishhh..”
“Hehe.. mian
mian, bagaimana kalau kupesankan sup abalon kesukaanmu tanpa rasa pedas tentunya”
“Ide bagus”
“Pesan
sendiri sana”
“Yaakk !” Junki
memang selalu menjadi bahan ledekan Jieun setiap waktu.
“Ahaha..
oke-oke tunggu, aku akan memesannya” Jieun pun mulai mengangkat tangannya. Menghirup
udara dalam-dalam lalu-
“PERMISI
AHJUMMA, AKU PESAN SUP ABALON TANPA LADA SATU, CEPAT YA !” Pekik Jieun hingga
membuat beberapa pengunjung lain memandangnya.
“Ne !” Balas
sang pelayan dari arah dapur.
“Yaa.. kau
ini memalukan sekali, kau ini yeoja jangan berteriak seperti itu”
“Itu adalah
cara tercepat Oppa”
“Ck ck ck”
Namja itu hanya bisa menggeleng pelan.
Setelah
perut terisi, Junki mengantar Jieun kerumahnya. Didalam perjalanan mereka
berdua fokus pada pikiran masing-masing. Junki dengan jalan dihadapannya dan
Jieun dengan pemandangan diluar jendela mobil yang ia perhatikan dalam diam.
“Jieun”
“Eoh ?”
“Dua Minggu
kedepan aku ada perjalanan bisnis ke Paris, apa kau mau ikut ?”
“Untuk apa
aku ikut Oppa, aku hanya akan merepotkanmu”
“Oppa hanya
merasa kau butuh liburan. Kau itu terlalu monoton, apa kau tidak bosan ?”
“Monoton ?”
“Eum.. kau
masih muda jadi nikmatilah hidupmu. Jangan menjadi orang yang terlalu kaku”
“Apa yang
bisa kunikmati sementara ibuku menjadi pasien rumah sakit jiwa Oppa” Junki
menghela nafas pasrah. Jieun itu terlalu keras kepala. Nasehat yang selalu
Junki berikan kadang sama sekali tak Jieun dengarkan. Gadis itu hanya bertindak
sesuai pendiriannya.
“Oke mian,
jadi apa kau mau ikut denganku ke Paris ? tawaran masih terbuka”
“Eum kurasa
tidak”
“Kau yakin ?
kau pasti merindukanku 2 Minggu kedepan”
“Ck..
percaya diri sekali Oppa ini”
“Haha.. awas
saja jika kau menelponku karena terlalu merindukanku”
“Tidak akan”
“Kita
buktikan saja nanti”
“Cih.. kau
terlalu berharap Oppa” Junki melirik raut kesal itu sesaat sebelum akhirnya
tersenyum kecil.
<<>>
Menari
diantara kerumunan orang yang melakukan hal yang sama. Namja berperawakan
tinggi itu mengangkat tinggi-tinggi kedua tangannya. Menganggukan kepalanya
berulang kali saat musik yang berdentum-dentum terdengar keras. Menatap wanita
berpakaian minim dihadapannya dengan tatapan menggoda. Sedikit senyum
menyeringai ia tampakan. Sang wanita pun menampakan senyum, senyum malu
sekaligus girang karena namja setampan itu mendekatinya.
____
Jieun
mengelap rambutnya yang basah, setelah ia mandi badannya terasa lebih segar. Ia
keluar kamar dan menuju lantai bawah dimana ruang tamu dan dapur berada.
“Ahjumma,
dimana kau ?” pekik Jieun mencari pembantu nya sembari menuruni anak tangga.
“Ada apa
nona ?” Dengan cepat sang pembantu berlari kehadapan Jieun.
“Tolong
buatkan aku teh”
“Baiklah,
saya akan mengantarkannya ke kamar nona” Jieun mengangguk kecil dan kembali ke
kamarnya namun ia kembali berbalik.
“Apa Ji Yoon
belum pulang ?”
“Ah itu..
saya belum melihatnya tiga hari ini”
“Aiishh
kemana saja dia” gerutu Jieun.
“Saya kurang
tahu nona” Jieun hanya bisa menghembuskan nafas panjang.
Dia selalu seperti ini.. dan aku juga
selalu menghawatirkannya..
Ingin sekali aku menghajarnya agar ia
bisa berubah menjadi lebih baik..
Jika saja dia adik dan aku kakaknya..
Huft..
Jieun sampai
dikamarnya, perlahan ia membuka jendela besar yang mengarah ke jalan. Hembusan
angin malam sedikit membuatnya tenang dan nyaman. Sembari menunggu teh nya
siap, ia duduk disisi jendela dan memandang langit gelap namun tak berhiaskan
bintang.
Aku bosan Tuhan, aku ingin ibu
sembuh..
Apakah harapanku akan terkabul ?
apakah ibu bisa sembuh.. ?
Dan.. kenapa aku malah merindukan
ayah..
Lelaki itu memang selalu kasar pada
ibu tapi tidak dengan anak-anaknya.
Kenapa aku malah merindukannya..
“Masa bodoh”
umpat Jieun saat dirasa kepalanya mulai kembali memanas memikirkan semua yang
terjadi pada hidupnya.
Drrt Drrt..
Jieun
mengalihkan perhatian pada ponselnya yang bergetar. Beranjak mengambil ponsel
merah marun miliknya dan menekan tombol terima tanpa melihat siapa yang
menelponnya.
“Hallo” ucap
Jieun malas. Ia sedang tak bersemangat meski hanya untuk berbicara ditelepon.
“Jieun !”
gadis itu sedikit menjauhkan ponselnya saat pekikan itu mengganggu telinganya.
“Wae ?”
“Ayo kita ke
Club”
“Untuk apa ?
aku malas”
“Yaakk ini
demi merayakan hari jadi Jiyeon dan Chanyeol” Jieun mengernyit.
“Apa
maksudmu ?”
“Mereka baru
saja jadian, jadi jangan menolak kali ini oke ? kami akan segera menjemputmu
jadi bersiap-siaplah”
“Tap-”
Tuut tut tut
..
“Aiishh
jeongmal” keluh Jieun saat sambungan telepon itu terputus bahkan sebelum ia
merampungkan ucapannya.
Tok tok tok
“Masuk” sang
pembantu membawa teh yang Jieun inginkan plus camilan kecil disampingnya.
“Terimakasih
ahjumma”
“Sama-sama
nona. Oia apa nona tidak akan makan malam ?” Jieun menggeleng.
“Aku sudah
makan bersama Jun Ki oppa”
“Ah begitu,
apa ada yang nona inginkan lagi”
“Kurasa
tidak ahjumma”
“Baiklah kalau
begitu saya permisi” Jieun mengangguk, ia mengulurkan tangannya untuk mengambil
cangkir berisi teh hangat itu. menyesapnya. Cairan itu memasuki tenggorokan dan
membuat perutnya hangat. Ia berjalan sembari memegang cangkir teh nya. Membuka lemari
pakaian yang bisa dibilang besar.
Apa yang harus kupakai ?
____
Musik EDM
langsung menyapa begitu Jieun dan teman-temannya memasuki sebuah bar yang
dipenuhi para penjelajah malam. Seon Mi mengangguk-angguk menikmatinya, yeoja
itu merangkul pundak Jieun seraya mencari tempat duduk yang nyaman. Sementara
Jieun terlihat malas dengan suasana itu. wajahnya sedatar tembok yang kaku.
Meliarkan pandangannya dan yang ia lihat hanya para perempuan berpakaian minim
serta lelaki mabuk yang mulai bertingkah aneh.
“Hey ayo
kita duduk disana” ucap Jiyeon yang berjalan didepan Jieun. Keempat anak itu
pun mulai menghampiri meja yang kosong dan duduk melingkar.
“Waah, aku
sangat siap untuk malam ini, Woo !” pekik Seon Mi.
“Jieun ada
dengan wajahmu, apa kau tidak senang melihat kami Jadian ?” tanya Chanyeol.
“Jangan
pedulikan aku, aku hanya sedang tidak mood tapi aku sangat sangat bahagia
dengan berita kalian jadian, sungguh” Jieun mencoba meyakinkan meski moodnya
tidak meyakinkan.
“Ck..
wajahmu bahkan sangat datar saat mengatakannya” balas Jiyeon. Gadis itu tahu
Jieun memang kadang menyebalkan tanpa tahu apa alasannya. Tapi ayolah, ini
adalah hari bahagianya. Setidaknya Jieun harus mengerti hal itu.
“Kau kan
tahu aku memang begini” ucap Jieun sembari menyandarkan punggungnya.
“Hey hey
sudahlah, kita disini untuk bersenang-senang kan” Seon Mi mencoba menengahi.
“Baiklah
sebaiknya kita mulai menari saja” ucap Chanyeol sembari mengulurkan tangannya
kearah Jiyeon. Membuat gadis itu tersenyum manis dan menerima uluran tangan
Chanyeol. Beranjak dan mulai kelantai dansa bergabung dengan banyaknya
pengunjung lain yang asik dengan musik apapun yang diperdengarkan.
“Jieun kau
ingin minum apa ?”
“Apa saja”
“Ya sudah
aku memesan minuman dulu”
“Eoh” Seon
Mi beranjak dan tersisa Jieun yang duduk seorang diri disana. Hanya mengedarkan
pandangannya, memandang segala keramaian namun entah mengapa hal itu tak
mempengaruhi moodnya. Tak menyadari jika sepasang mata memperhatikannya.
Memperhatikan dengan rasa geli dan penasaran. Kenapa merasa geli memandang
Jieun ? mungkin karena hanya Jieun wanita yang tak memakai dress melainkan
memakai hoodie dan jeans serta sepatu sport ke tempat seperti ini. Hal itulah
yang kini dirasakan namja berperawakan tinggi bernama Oh Sehun. Dan hal itu
malah membuatnya penasaran karena melihat Jieun hanya berdiam diri disofa bar. Gadis
berpakaian minim yang tengah menari bersamanya tidak lagi menarik dimatanya. Sedetik
kemudian Jieun juga memandang kearah Sehun membuat namja itu tersenyum
kege-eran. Jieun mulai beranjak dari tempat duduknya dan berjalan kearah Sehun
membuat namja itu yakin jika Jieun juga merasa tertarik dengannya. Seakan ada
slow motion saat Jieun berjalan kearahnya membuat Sehun makin tertarik dan
tergoda dengan yeoja yang berpakaian tidak pada tempatnya itu.
“Ha-“
Setengah sapaan yang belum sempat Sehun rampungkan itu terhalang dengan ucapan
lain yang bersumber dari gadis yang Sehun perhatikan.
“Eonni !?” Jieun
memekik tinggi saat melihat sang kakak tengah asik menari di Bar yang juga ia
kunjungi.
Eonni ? Sehun tengah kebingungan, ia kira
gadis itu akan menghampirinya. Gadis berpakaian minim didepan Jieun tampak
risih dan memandang malas kehadapan Jieun.
“Sial sekali
bertemu denganmu disini” gumam yeoja yang Jieun panggil Eonnie.
“Ayo pulang”
ucap Jieun seraya menarik lengan kakaknya.
Jadi
mereka kakak beradik ..
“Apa
urusanmu !?” ucap wanita berpakaian minim itu yang ternyata adalah Ji Yoon,
kakak perempuan Jieun. Ji Yoon menghempaskan genggaman Jieun ditangannya.
“Aiishh
pulanglah, kemana saja kau tiga hari ini ?!”
“Kubilang
apa urusanmu !? Aiishh..” sebelum Jieun sempat menariknya lagi, Ji Yoon
meninggalkan Jieun. Menerjang kerumunan orang yang juga tengah asik menari.
“Yaaakk mau
kemana kau !?”
“Jangan
ganggu aku !” balas Ji Yoon semakin menjauh membuat Jieun menghela nafas dengan
mencoba sabar meski tangannya sudah mengepal. Sementara Sehun masih menari
dengan sesekali memperhatikan Jieun.
“Dia kakak
mu ?” tanya Sehun kepada Jieun, namun Jieun hanya melirik tanpa berkata apapun.
Gadis itu kembali menuju kursinya dengan raut kesal.
Aiishh.. yeoja itu, aku diabaikannya
-_- ucap Sehun dalam
hati
Jieun duduk
dengan kekawatiran dan kekesalan yang bercampur jadi satu. Kakaknya itu semakin
hari semakin gila saja. Dengan sigap Jieun menyambar botol minuman yang ada
dimeja, botol yang sudah Seon Mi pesan.
“Kau, dari
mana saja ?” tanya Seon Mi, bukannya menjawab Jieun malah menengguk minuman itu
langsung dari botolnya.
“Y yaak..
mana boleh langsung meminum sebanyak itu !?” pekik Seon Mi. Jieun masih
menengguknya hingga tersisa setengahnya. Meletakannya diatas meja sampai
berbunyi dentuman keras. Seon Mi tampak khawatir, ia tahu Jieun tidak bisa
minum banyak.
“Seon Mi-ya”
“O oh ?”
“Ayo kita
menari”
“Sekarang ?”
Jieun mengangguk.
“Ini yang
aku tunggu” ucap Seon Mi ceria. tanpa menunggu lama, dua gadis itu mulai
memasuki lantai dansa dan menari dengan gerakan random. Awalnya Seon Mi dan
Jieun saling berhadapan, namun seiring berjalannya waktu, Seon Mi sudah jauh
dan menari dengan seorang namja. Sementara Jieun sendirian, namun ia tak
perduli, ia masih menari, bahkan melepas ikatan rambutnya, menggelengkan kepala
bagai rocker dan sesekali berteriak keras. Sehun yang masih memperhatikan Jieun
sedari tadi terkekeh geli melihatnya.
“Woy apa
yang sedang kau perhatikan ?” Tanya Kai, teman Sehun yang kini juga duduk
bersamanya.
“Apalagi
jika bukan wanita” ucap Sehun dengan sedikit seringaiannya.
“Ck ck ck..
sepertinya kau akan mengeluarkan taringmu lagi malam ini”
“Kau pikir
aku vampir apa” ucap Sehun dengan sedikit lirikan.
“Hahaha
bukankah kau memang vampir ? Vampir pemburu wanita”
“Terserah
kau saja” Sehun mengambil gelas berisi wine lalu menengguknya, ia berdiri dan mulai
kembali kelantai dansa, tanpa disangka-sangka ia menghampiri Jieun. Menari didepannya,
membuat Jieun menghentikan tariannya. Memandang Sehun dengan sedikit
sempoyongan. Sepertinya alkohol mulai mempengaruhi kesadaran gadis itu.
“Neo, nuguya
?” tanya Jieun dengan sesekali terhuyung.
“A aku.. aku
Sehun”
“Sehun
nuguya ?” Jieun masih bertanya. Tampaknya gadis itu mulai mabuk.
“A-“
“Ah masa
bodoh, ayo kita menari. Wooo !”Pekik Jieun dan kembali menari begitu juga
Sehun.
Dia gadis yang aneh.. haha masa bodoh
!
<<>>
Jieun
menggeliat pelan, kepalanya terasa pusing. Sinar matahari mengganggu tidur
nyenyaknya. Jieun mengerjapkan matanya dan rasa mual mulai membuat perutnya
bergolak. Gadis itupun bangkit dan langsung berlari kearah closet. Memuntahkan
isi perutnya berkali-kali. Setelah dirasa cukup, Jieun bangkit, ia berjalan
lunglai sembari memandang jam dinding yang tergantung kaku.
“Eungh”
Jieun menekan kepalanya. Menggaruk wajahnya sesekali.
Kenapa aku ini ? apa aku mabuk tadi
malam ?
Jieun
benar-benar tak ingat kejadian semalam. Hanya sebuah dugaan saja yang terlintas
dikepalanya. Jika ia muntah itu artinya tadi malam ia mabuk. Ah Jieun lupa,
jika ia adalah peminum yang buruk, hal itu membuatnya mudah mabuk meski alkohol
yang ditenggaknya tak seberapa.
“Aiishh..
kenapa juga aku harus mabuk” Jieun mengoceh sendiri dengan apa yang ia lakukan
tadi malam. Jieun mulai keluar kamar dan menuju lantai bawah. sesampainya di
dapur ia duduk sembari meminum sebotol air mineral yang ia ambil dari lemari
pendingin.
“Auh apa
nona mabuk tadi malam ?” tanya Jung ahjumma karena ia mencium alkohol saat
melewati Jieun.
“Ne ahjumma,
bisakah kau membuatkanku sup ?”
“Tentu, tapi
tidak biasanya kau mabuk nona”
“Aku melihat
eonni, aku memintanya pulang dan ia malah menghindariku”
“Apa nona Ji
Yoon baik-baik saja ?”
“Dia
terlihat sehat”
“Syukurlah,
dan kuharap kau tidak mabuk-mabukan lagi nona”
“Aku juga
tidak ingin seperti ini lagi ahjumma”
_____
Byuuurr
“Y yeobo”
Namja yang
tengah tidur dengan tenang itu langsung gelapan begitu segelas air membasahi
wajahnya.
“Ja jangan
terlalu keras padanya”
“Diamlah”
namja bernama Sehun itu mulai membuka matanya, berniat marah kepada orang yang
mengguyurnya namun setelah melihat sang ayah yang dengan garang berdiri
disamping ranjangnya, ia mengurungkan niatnya. Sehun memiliki firasat buruk
dengan kehadiran sang ayah.
“A ayah”
lirih namja itu.
“Apa hanya
mabuk yang ada dipikiranmu Oh Sehun !?” pekikan itu sudah Sehun duga.
“Ayolah
ayah, santai saja, namanya juga anak muda”
“Yaaakk ..
kau itu sudah terlalu tua untuk main-main Sehun !” bahkan ibu Sehun yang juga
ada disana ikut kaget dengan pekikan suaminya.
“Aiishh..”
Sehun menggerutu. Paginya yang tenang hilang sudah.
“Mwo ? kau
bilang apa ? Aiishh..? dimana tatak rama mu Sehun !?” Sehun hanya melirik
malas.
“Kau tahu
kenapa ayah marah hah ? bukan hanya masalah kau mabuk-mabukan lagi tapi karena
pihak kampus memberitahukan pada ayah bahwa kau di Drop Out karena jarang masuk dan beberapa kesalahan yang tak bisa
ditolerir. Kenapa bisa-bisanya aku memiliki anak sepertimu, Ouh kau pandai
membuat ayahmu ini uring-uringan karena ulahmu itu”
“Mian” ucap
Sehun tanpa beban.
“Aiishh anak
ini, kau kira semuanya bisa selesai dengan kata maaf hah !?” jika saja ibu
Sehun tak mencegah suaminya, sudah bisa ditebak namja itu pasti mendapat
pukulan dari ayahnya. Tuan Oh menghirup udara dalam-dalam dan mengeluarkannya
perlahan. Menghadapi Sehun memang membutuhkan kesabaran lebih.
“Ayah tidak
mau tahu, kali ini ayah memberikan kesempatan sekali lagi dan kau harus
benar-benar serius mengejar S1 mu. Jika kau kembali di drop out dari kampus yang ayah pilihkan, semua fasilitas mu dicabut
dan kau akan kukirimkan ke desa untuk tinggal bersama nenekmu disana”
“M mwo ?
mana bisa ayah melakukan itu”
“Tentu saja
ayah bisa, ayah tak pernah main-main dengan ucapan ayah” Sehun mendengus pelan
mendengarnya. Setelah puas memarahi anaknya, tuan Oh meninggalkan kamar
anaknya. Sementara Sehun mulai gusar.
Namja itu menggerakan kaki dan tangannya menendang udara, ia hanya sedang
mengeluarkan kekesalannya. Terlihat kekanakan memang tapi itulah Sehun.
_____
Sehun
akhirnya sampai di universitas barunya. Disana Baekhyun sudah menunggu,
Baekhyun adalah sepupu Sehun yang kini berkuliah diuniversitas yang akan Sehun
masuki. Tak menunggu waktu lama, kedua namja itu langsung mengurus semua yang
dibutuhkan untuk kepindahan Sehun kesana. Setelah selesai mengurus semuanya,
dua namja itu mampir ke kantin kampus. Melepaskan rasa lapar dan haus dengan
memesan beberapa makanan ringan dan dua minuman.
“Hun apa kau
tidak lelah pindah-pindah kampus seperti ini, kau pikir berapa usiamu” oceh
Baekhyun. Sehun tahu jika namja itu bermulut wanita. Suka mengoceh dan cerewet.
“Sudahlah,
jangan seperti ayah. aku bosan mendengarnya” ucap Sehun acuh. Sesekali ia
memandangi yeoja yang lewat.
“Yeoja
disini lumayan juga” tambah Sehun seraya memasukan keripik kentang kedalam
mulutnya.
“Aiishh
namja ini, kau bahkan belum ada sehari disini. Pikirkan saja kuliahmu, kau
harus lulus atau kau berakhir didesa menjadi petani seperti nenek”
“Y yyakk,
bagaimana kau bisa tahu ?”
“Paman yang
memberitahuku, haha.. apa itu benar ?”
“Ck.. ayah
memang beraninya mengancam saja”
“Tapi coba
saja kau memberontak lagi dan buktikan apakah ancaman paman benar atau tidak”
“Jujur saja
aku mulai takut jika kali ini ayah tidak main-main”
“Haha..
ternyata si playboy Sehun mulai takut dengan ancaman ayahnya”
“Yaakk
bisakah kau diam ?”
“Pftt”
Sarjana Teknik, Ah apa aku bisa
mendapat gelar itu..
Melihat coding saja membuatku
pusing.. aiihh..
Disela-sela
lamunannya, Sehun tampak mulai tertarik dengan yeoja yang terlihat dari
belakang. Dari postur tubuhnya ia merasa tak asing. Saat benar-benar melihat
wajahnya, Sehun sadar jika yeoja yang ia perhatikan adalah yeoja yang tadi
malam menari bersamanya di Bar. Yeoja bernama Jieun.
“Bagaimana
dengan kabar Mir-“ pertanyaan Baekhyun berhenti saat melihat Sehun seperti
sedang memperhatikan sesuatu. Baekhyun pun menoleh memandang kearah apa yang
tengah Sehun perhatikan.
“Kau
mengenal Jieun ?”
“Tadi malam
kami bertemu di sebuah Bar”
“Jeongmal ?”
Sehun mengangguk.
“Apa dia
sudah punya kekasih?”
Uhuuk..
pertanyaan Sehun membuat Baekhyun terbatuk kecil.
“Apa kau
menyukainya ? Jangan bodoh”
“Maksudmu ?
Apa salahnya menyukai gadis itu ?”
Apa Baekhyun menyukai Jieun ?
“Kudengar
dia tidak menyukai namja”
Mwo ? Dahi Sehun mengenyit seakan tidak
percaya dengan apa yang Baekhyun katakan.
Sehun masih
memandang gadis itu, memperhatikannya hingga ia keluar dari kantin.
Dia tidak menyukai namja ?
Tapi tadi malam dia..
Entah apa
yang membuat Sehun justru menyeringai, seakan ada sesuatu yang ia pikirkan.
“Dia
mengambil jurusan apa ?”
“Sama
sepertimu, Sistem Informasi”
Nice !
_______
Setelah
mendengar semua penjelasan Baekhyun tentang Jieun. Entah kenapa Sehun
tertantang untuk mendekati yeoja itu. Kini ia pun berdiri dipintu masuk Club
Karate yang katanya ketuanya adalah gadis bertubuh mungil yang menari
bersamanya tadi malam itu. Satu fakta lagi yang membuat Sehun makin penasaran
dengan sosok Jieun. Bagaimana bisa gadis mungil seperti Jieun jadi ketua karate
? sulit dipercaya.
“Hyaaak !”
Jieun berdiri didepan sebuah barisan junior nya di club karate.
“Hyaaak !”
sesuai ucapan Jieun, gerakan demi gerakan berubah pada setiap pekikan Jieun
yang berulang.
Daebak ! batin Sehun.
Jieun
menoleh saat salah satu juniornya memberikan isyarat bahwa ada seseorang yang
tengah memperhatikan mereka didekat pintu. Tanpa berlama-lama, Jieun mulai
menghampiri Sehun. Jieun belum sadar jika Sehun adalah namja yang tadi malam
menari bersamanya.
“Siapa kau
?”
“Ey masa
tidak ingat padaku” ucap Sehun sembari menggerakan alisnya naik turun.
“Aku tak ada
waktu untuk bermain-main dan aku benar-benar tidak mengen-“
“Kau ingat
tadi malam kau datang ke Bar kan ?”
B bagaimana dia bisa tahu ?
“Aku Sehun,
namja yang- ah bagaimana menjelaskannya ya” Sehun merengkuh tubuhnya sendiri
dengan kedua tangannya.
Memang apa yang aku lakukan padanya ?
1 detik
5 detik
Aigoo... Jieun melebarkan kedua matanya saat
ingatannya tentang tadi malam mulai tampak jelas. Ia memandang Sehun dengan
kedua matanya yang melebar.
Apa aku sudah gila !
“Kau sudah
mengingatnya ?” tanya Sehun dengan seringaian kecil. Jieun memegang bibirnya.
Kenapa aku harus menciumnya !?
To Be
Continued
#Oke reader kalian menang, ini emang ga bisa di Oneshoot-in -_- Tapi Horeee ! udah bisa ngpost Chap 1. Gimana ? kasih saran, masukan, pandangan, atau kritik kalian dikolom komentar ya :) See Ya !
finally yang ditunggu tunggu keluar jugaaa....huwaaa sweeet banget... gak sabar debgan updatean selanjutnya thanks thor
ReplyDeleteSweet ? hihi sebelah mananya yang sweet ?
DeleteIya, d tunggu ya updatean selanjutnya :D
Wahhh ff nya seru thor..
ReplyDeleteHidupnya jieun ksian bnget ya,, hnya junki yg prhatian sma dia trus ktemu cwok macam sehun lgi yg playboy..penasaran bgamana kelanjutannya,,dua org dgn kehidupan berbeda yg perlahan2 brubah:-)
Ditunggu kelanjutan ff nya author, fighting!!:-D
Nb: banyakin perannya baekhyun dong:-)
Klo kehidupan Jieun normal2 aja ga ada serunya ath hihi..
DeletePeran baek dibanyakin ? okelah gmn nanti
Ok, d tunggu ya fighting
ini tokoh utama cowok sp sih?
ReplyDeletekeliatanny sehun... :(
aku pengen junki leadnya😢😢😢
ReplyDeleteSeru.
ReplyDeleteSehunIU ya harus