Cast : Myungsoo,
Tao, Lee Jieun (IU), Kai, Lee Min Jung (oc) etc.
Length : Twoshoot.
Jieun menghembuskan nafasnya pelan, sudah dua hari Kai belum
juga sadarkan diri. Dia sama sekali tidak menyangka namja yang selalu ketus
padanya bisa berbuat senekad itu. ia tidak menyangka Kai akan menolongnya.
Jieun masih duduk disamping ranjang rumah sakit, menatap
wajah dan mata yang masih terpejam disampingnya.
“Kenapa kau harus melakukan itu bodoh” gumam Jieun yang mungkin
tidak akan didengar Kai.
Myungsoo dan Tao datang membawa bungkusan besar ditangan
mereka, membeli makanan kecil untuk mengisi perut sembari menunggu Kai sadar.
“Bagaimana ? apa sudah sadar ?” tanya Tao, Jieun menggeleng
pelan.
“Hmm .. dia pasti akan sadar, kau tenang saja Jieun-a”
Myungsoo mencoba menghibur Jieun.
“Ne ..”
Suara decitan pintu terbuka mengalihkan ketiga orang
didalamnya, Jieun menoleh begitu pula Myungsoo dan Tao.
“Eonni ..”
“Kenapa kau kesini ?”
“Aku juga ingin menjenguk Kai oppa”
“Oppa ?!” koor ketiga orang itu dengan nada lumayan tinggi.
Min Jung menggaruk kepalanya sembari tersenyum lebar. Ia
mendekat kearah Jieun berada.
“Kenapa kau memanggilnya oppa ?” tanya Jieun penasaran.
“Hehe .. karena kami sudah resmi berpacaran”
“MWO !?” lagi, ketiga orang itu histeris.
“Yaakk kalian berlebihan” sergah Min Jung masih dengan
ekspresi malunya.
“Hey lihat lihat” Tao mengalihkan pembicaraan dan kini semua
mata diruangan itu mengarah pada mata Kai yang mulai bergerak dan perlahan
terbuka.
“Kau sudah sadar Kai-a ?” tanya Jieun. Kai mengangguk lemah.
Matanya beralih pada gadis disampingnya.
“Oppa, neo gwenchana ?” tanya Min Jung dengan ekspresi yang
bisa membuat Tao muntah. Kai kembali mengangguk dan tersenyum. Serasa hanya ada
mereka berdua saja diruangan itu.
“Ehm .. ehmm ..” Jieun berdehem pelan.
“Jadi karena ini kau menolongku ?” tanya Jieun saat mata Kai
kembali mengarah padanya.
“Ne .. Aku menyukai adikmu dan aku juga ingin melindungimu
untuk adikmu, aku ingin kau merestui kami”
“Mwo ?! Yaaakk apa kau sedang bercanda denganku?”” Jieun
memasang ekspresi tak senangnya.
“Ani, tentu saja tidak, Mau kah kau merestui kami ?”
Percakapan serius itu membuat Tao dan Myungsoo memilih diam,
mereka tidak ingin mendapat dampratan Jieun. Mereka cukup menyaksikan saja. Berharap
akan ada pertunjukan seru, berharap Kai sekali lagi babak belur oleh Jieun.
“Merestui kalian sama saja menjerumuskan adik ku, kau tahu” ucap
Jieun dengan nada dingin.
“Aku akan berubah, aku janji tidak akan berjudi atau bermain
wanita lagi” Ucap Kai menyakinkan.
“Eonni dia masih sakit, kau keterlaluan ..” bisik Min Jung
ditelinga kakaknya.
“Diam kau” ujar Jieun tajam pada adiknya.
Jieun kini terdiam memandang tak yakin pada Kai.
“Jadi bagaimana ?” tanya Kai harap-harap cemas.
“Kau yakin aku bisa memegang kata-katamu ?”
Kai mengangguk “Kau bisa membunuhku jika aku melanggar
ucapanku sendiri”
Jieun terdiam, ia masih betah dengan ekspresi datarnya itu.
Namun sedetik kemudian ekspresinya berubah, ia tersenyum dan mengangguk kecil
membuat Kai berbinar.
“Tentu aku merestui kalian .. Tapi ingat jaga adik ku dengan
baik !”
“Hahaha .. ne siap boss !” ucap Kai lantang membuat seluruh
orang diruangan itu tertawa. Sepertinya Myungsoo dan Tao harus kecewa karena
tak ada pertengkaran yang mereka harapkan disana.
<><><>
Jieun berjalan santai digelapnya malam ditemani Myungsoo
disampingnya. Min Jung menjaga dirumah sakit dan karena besok adalalah hari
Minggu maka Jieun mengizinkannya sedangkan Tao pamit untuk pulang.
“Ji ..”
“Hmm ..”
“Sebaiknya kau berhenti”
“Berhenti apa maksudmu ?”
“Berhenti berhubungan dengan dunia gangster”
“Aku masih belum memikirkan hal itu ..”
“Aku sangat khawatir padamu, bagaimana jika pisau itu
mengenai mu kemarin ?”
Jieun menghembuskan nafasnya berat. Ia mencoba tersenyum
memandang Myungsoo.
“Bukankah sekarang aku masih selamat ?”
“Tapi bagaimana jika lain kali ..”
“Ani Myungsoo-ya, aku .. “ Jieun memberikan jeda
dikalimatnya, karena ia pun tak terlalu yakin.
“Aku pasti akan baik-baik saja” lanjutnya.
“Aku pasti akan baik-baik saja” lanjutnya.
“Aku bisa membiayai hidup kalian berdua, aku akan rela
melakukannya untuk mu Ji” ucap Myungsoo tulus.
“Maaf Myungsoo-ya aku bukan pengemis, aku masih bisa
membiayai hidup kami sendiri dan lagi pula aku tak bisa membalas perasaanmu.
Aku ingin fokus pada adik ku dulu, aku tidak ingin memikirkan yang lain apalagi
cinta”
“Kau tidak perlu membalas perasaanku, melihatmu sehat saja
sudah membuatku senang”
Jieun tersenyum memandang Myungsoo.
“Ayo kita akhiri percakapan melankolis ini .. lebih baik
kita minum, aku yang traktir” ucap Jieun dan kini mendahului Myungsoo berjalan.
Myungsoo hanya bisa tersenyum melihat wanita itu, wanita
yang mampu menarik hatinya, wanita yang membuatnya kagum karena dengan tegar
menjalani hidup yang bahkan tidak memihak mereka.
<><><>
Semuanya
kembali normal, Kai telah sembuh dan kini ia menjalin hubungan dengan Min Jung
seizin restu Jieun.
"Oppa
.."
"Ne
? "
"Jika
kita menikah nanti, kau Mau anak berapa ?" tanya Min Jung polos, spontan
membuat Kai hampir menyemburkan ramen dimulutnya.
Kai
tersenyum canggung.
"Aku
bahkan belum memikirkannya" jawab Kai dengan garukan ringan dikepalanya.
"Isshh
oppa kau ini .. Kau harus mulai memikirkannya mulai dari sekarang"
“Begitu
ya ? baiklah mungkin aku ingin memiliki 7 anak ..”
“M mwo
? iisshh itu terlalu banyak oppa”
“Haha,
aniya aku hanya bercanda”
“Ck
oppa ini” Min Jung kembali memakan ramennya.
"Min
jung-ah .."
"Hmm
.."
"Kau
yakin akan tetap menyukaiku meski kau sukses nanti? aku hanya brandalan yang
tak punya masa depan"
Min
Jung tersenyum samar.
"Oppa
dengar aku .. Jika aku sukses nanti dan mempunyai banyak uang, aku akan tetap
menyukai mu karena aku sudah berkecukupan dan yang aku butuhkan hanya cinta
lebih banyak darimu .. Tapi jika aku gagal, kau harus mencari uang dengan giat,
karena aku tak bisa menghasilkan uang jika aku tak berhasil"
Kai
mengangguk mengerti.
"Aku
hanya minta satu hal darimu oppa"
"Apa
itu?"
"Tolong
selalu jaga eonni, aku menyayanginya lebih dari nyawaku sendiri .. Aku tak bisa
membayangkan jika tidak ada dia di dunia ini"
Kai
mengangguk "Aku akan menjaganya untukmu"
"Yaksok
?"
"Ne
yaksok"
Mereka
membuat janji kelingking, saling melempar senyum dan kembali memakan ramen yang
tinggal setengah mangkuk.
<><><>
Jieun,
Tao, Myungsoo, Kai dan juga Min Jung saling melempar senyum, kini mereka ditepi
hamparan luas air atau bisa disebut pantai. Jieun sengaja meluangkan waktunya
untuk berlibur bersama teman dan adiknya. Berbekal mobil sewaan yang Tao bawa,
mereka melakukan liburan kecil itu.
“Wuuuu
...” Min Jung berteriak senang memandang hamparan luas laut. Merasakan hembusan
angin yang menerpa wajahnya. Jieun tersenyum melihatnya, melihat adiknya begitu
gembira saat ini. Ia menggeleng pelan.
“Min
Jung-ah ayo kita kesana” ajak Kai merangkul bahu Min Jung membuat Jieun
memelototkan matanya.
“Yaaakk,
jauhkan tanganmu !”
“Oh
hehe .. sorry” ucap Kai seakan meledek.
“Ck ..
dasar”
Setelah
melihat Kai dan Min Jung pergi berjalan-jalan, Jieun Tao dan Myungsoo kini
membuka alas duduk yang mereka bawa plus makanan kecil yang dibuat Jieun.
“Ji ..”
panggil Tao.
“Hmm
..”
“Ku
dengar ketua geng yang anak buahnya kita pukuli sangat marah” ujar Tao sembari
memakan onigiri buatan Jieun.
“Yang
mana ? kita bukan hanya memukuli satu dua geng kan ?”
“Dua
orang yang kita pukuli disudut jalan waktu itu” jelas Myungsoo kemudian.
“Ah
yang itu .. lalu jika ketua mereka marah kenapa ?” tanya Jieun seakan hal itu
bukanlah sesuatu yang penting.
“Kau
belum tahu ya, ketua mereka itu adalah anggota Yakuza”
“Mau
Yakuza atau Yakuzi aku tak perduli” jawab Jieun acuh.
“Aku
hanya takut terjadi sesuatu yang tidak diingankan padamu, kau harus
berhati-hati Ji” ujar Myungsoo khawatir, Tao mengangguk setuju.
“Hey,
kalian lupa siapa aku ? aku Lee Jieun ketua D’crime terhebat di Gangnam” Jieun
merasa ia bukanlah orang sembarangan yang akan takut dengan kemarahan
seseorang. Ia sudah beberapa kali mengalahkan para ketua geng.
“Ne,
aku tahu tapi berhati-hati juga tak ada salahnya kan?” saran Myungsoo.
“Benar
kata Myungsoo Ji”
“Ne ne
aku akan berhati-hati, kalian puas ?”
“Sangaaat”
ujar Myungsoo dan Tao bersamaan membuat suasana mencair dengan tawa yang
menggema setelahnya. Jieun hanya tersenyum kecil dengan gelengan kepalanya.
Myungsoo
berbisik pada Tao membuat Jieun mengernyit melihatnya.
“Hey
kalian tidak sopan berbisik-bisik didepan orang lain”
Myungsoo
dan Tao bangkit, mereka mengangkat Jieun kearah pantai.
“Yaaa
Yaakk ..”
Byuurr
Myungsoo
dan Tao menceburkan Jieun kedalam air laut. Berlari menjauh saat Jieun memasang
ekspresi kesalnya dan mengejar dua namja yang kini tertawa kencang itu.
Setidaknya hari ini ia menjadi orang pada umumnya, bersenang-senang tanpa harus
bergelut dengan tikaman ataupun hantaman seperti rutinitasnya sehari-hari.
<><><>
Kucuran
air dari shower terus saja membasahi tubuh gadis yang tengah meringkuk
dibawahnya, masih dengan pakaian sekolahnya, ia menangis sembari mengusap-usap
kulitnya kasar. Tangisnya bercampur dengan kucuran air. Berharap semuanya
kembali.
Jieun
berjalan melewati tangga, hari ini ia pulang malam, dengan jaket kulit yang
melekat ditubuhnya, ia melangkah dengan senyum sembari memegangi kantung
plastik berisikan makanan yang ia beli untuk Min Jung. Sup ikan, pasti adiknya
akan sangat senang.
Jieun
membuka pintu namun ia mengernyit saat mendapati flatnya gelap tanpa ada
penerangan yang sepertinya belum dinyalakan.
“Min
Jung-ah kenapa lampunya belum dinyalakan eoh ?” seru Jieun sembari mencari stop
kontak dengan meraba-raba dinding. Setelah menemukan apa yang dicarinya, lampu
menyala dan ia mencari adiknya. Ia ke kamar namun tidak ada Min Jung disana.
Dimana dia ?
“Min
Jung-ah ?!” Jieun kembali meninggikan suaranya. Berjalan kesana-kemari namun
tak kunjung menemukan adiknya itu.
Jieun
terdiam, ia mendengar sesuatu, suara air.
Oh mungkin dia sedang mandi
Jieun
duduk berniat menunggu adiknya selesai mandi. 2 jam kemudian, Jieun
mengerjapkan matanya, ia ketiduran, matanya memandang jam dinding. Remang namun
masih bisa dilihatnya pukul berapa sekarang.
Jam 11
Jieun
masih mendengar suara kucuran air.
Kenapa lama sekali ? apa yang sedang
Min Jung lakukan ?
Karena
penasaran, Jieun pun berjalan menuju
kamar mandi, ia membuka pintu kamar mandi itu perlahan dan betapa terkejutnya
ia mendapati Min Jung tak sadarkan diri, bersender pada sudut dinding dengan
seragam lengkap dan air masih mengucur dari atas.
“Min
Jung-ah !?!” Jieun histeris dan langsung menghampiri adiknya.
<><><>
Jieun
terus saja memegangi tangan itu, tangan lemah yang belum sadarkan diri.
“Jungie,
ada apa denganmu eoh ?” lirih Jieun dengan pandangan sedih pada adiknya yang
terbaring diranjang rumah sakit. Jieun menoleh saat mendapati tiga temannya
membuka pintu dengan terburu-buru.
“Ji,
ada dengan Min Jung ?” tanya Myungsoo.
“Ada
dengannya hah ?!” seru Kai yang tak bisa mengontrol emosinya. Ia terlalu
terkejut karena Jieun mengabari bahwa Min Jung dirumah sakit padahal kemarin ia
masih baik-baik saja.
“Tenang
dulu Kai-a, kita dengar dulu penjelasan dari Jieun” ujar Tao mencoba
menenangkan.
“Aku
pulang dan aku mencari Min Jung, aku mendengar suara air dan ku kira ia sedang
mandi, aku menunggu tapi setelah aku bangun karena tertidur, suara air dari
kamar mandi masih ada, dan aku mendapati Min Jung pingsan disana” jelas Jieun
tak mampu lagi menahan air bening yang sudah mengumul dipelupuk matanya.
“Pasti
terjadi sesuatu” gumam Tao.
“Entahlah
.. “ Jieun menghela nafas “Akan kubunuh jika ada orang yang menyakitinya”
lanjut Jieun.
“Aniya,
aku yang akan melakukannya jika benar ada orang yang menyakiti Min Jung ku”
ujar Kai dingin.
“Hey
hey .. tenanglah dulu, kita bahkan belum
tahu apa yang terjadi sebenarnya” ucap Myungsoo.
<><><>
“Kalian
berhasil melakukannya ?”
Dua
orang berbaju hitam itu mengangguk dengan seringaian diwajah mereka.
“Haha
.. bagus”
<><><>
“Hey
bangunlah” Tao mencoba membangunkan Jieun, Kai, dan Myungsoo yang tertidur
disekitar ranjang Min Jung.
“Kau
berisik Tao-ya !” ucap Kai kesal. Namun satu persatu mulai membuka matanya.
“Li lihat ini ..” Tao entah mengapa tergugup
dengan secarik kertas ditangannya.
“Yaaakk
kemana Min Jung ?!” seru Jieun setelah benar-benar dapat membuka matanya dan
tak melihat diranjang itu. Jieun berjalan cepat kearah Tao, merebut kertas yang
membuat Tao tergugup. Membacanya dengan seksama.
Eonni, terima kasih .. Eonni maafkan
aku, aku tidak bisa menjadi apa yang kau inginkan, eonni tenang saja,aku akan
pergi dan tidak akan merepotkan eonni lagi .. eonni aku .. aku .. aku sudah
ternoda. Semuanya hancur, cita-cita dan harapan kita sudah hancur. Maafkan aku
eonni .. Aku bahkan jijik dengan diriku sendiri, aku tak bisa lagi hidup
menanggung semua ini .. aku kini hanya seorang sampah yang akan semakin
merepotkan mu eonni ..
Eonni uljimma, jangan sampai kau
menangisi anak kotor ini .. terimalah cinta Myungsoo oppa dan berbahagialah
dengannya, saat kau membaca surat ini, mungkin aku sudah tak ada lagi didunia
ini.
“AARGGHH
..”Jieun histeris dengan linangan air mata yang turun deras dari matanya,
berlari keluar ruangan rumah sakit dengan tergesa dan linglung. Tanpa
memperdulikan teriakan Tao dan yang lainnya. Jieun berlari dengan jalan tak
tahu arah, meneriakan nama adiknya, ia tak perduli lagi dengan tatapan
orang-orang padanya.
Kai dan
Myungsoo membaca kertas yang membuat Jieun histeris sedangkan Tao mengejar
Jieun, membelalakan matanya tatkala mengetahui hal yang terjadi pada Min Jung
sampai gadis itu berada dirumah sakit. Sebab dari semua pertanyaan mereka
semalam. Kai meremas kertas ditangannya penuh emosi, ia melemparnya kasar.
Bajingan, siapa yang melakukan ini pada
Min Jung ku !!
“Min
Jung-ah !!”
“Jungie
!!”
“Lee
Min Jung !!”
Berbagai
sapaan terhadap adiknya Jieun suarakan, berlari dengan keputusasaan dan
linangan bulir-bulir air mata yang tak ingin berhenti mengalir. Jieun masih
berlari, menuruni beberapa anak tangga dengan tak sabaran, berharap ia masih
bisa menemukan adiknya. Berharap tak ada hal buruk terjadi. Jieun menembus
orang-orang yang kebanyakan berbaju putih, masih mencari keberadaan adiknya,
sungguh, Jieun tak ingin kehilangan adiknya. Namun seketika tubuhnya terdiam
melihat apa yang tengah dicarinya, ia menemukan Min Jung tengah berlari ..
berlari ke tengah jalan ?!
BRAAKK
“Andweee
... !!” Jieun merosot di pinggir jalan saat mendapati tubuh adiknya terpental
jauh dengan darah mulai keluar dari kepala dan mulutnya.
Jieun
berlari, menerobos jalanan yang penuh kendaraan berlalu lalang, dengan nekad
menghampiri tubuh remuk itu. tubuh dari seseorang yang paling disayanginya
didunia ini, ia merengkuhnya pelan.
“Eo
eonni .. “ Min Jung tergagap dengan nafas yang mulai menipis, dengan air mata
yang mulai tercampur darah.
“Aniya
aniya aniya .. jangan berbicara lagi” ucap Jieun dengan mata sembab dan terisak
pelan.
“Siapa
? siapa yang melakukan ini ?! eoh ? hmm ?” Jieun berseru namun melirih menatap
Min Jung masih dengan wajah kacau dan tercampur amarah.
Bukannya
menjawab Min Jung justru tersenyum diwajah yang mulai memucat.
“Eonni
, sarang-saranghae ..” Min Jung menutup mata untuk selama-lamanya. Jieun
kembali histeris meneriakan nama adiknya. Menangis penuh penyesalan. Penyesalan
mengapa ia tak bisa menjaga adiknya, penyesalan kenapa ini semua bisa terjadi
pada adiknya, penyesalan kenapa tak ia saja yang mati dan menderita. Semuanya
seakan kembali terputar dibenak Jieun.
Senyum
manis itu ..
Tawa
yang membuat nya juga ikut tertawa ..
Raut
sedih itu yang membuat Jieun ingin sekali menggantinya dengan senyuman
Ekspresi
senang itu .. ekspresi saat mereka bercanda bersama.
“ANDWEEE
...” berteriak berharap rasa sakit itu hilang dan berharap agar adiknya hidup
kembali.
Jalanan
mulai ramai dengan orang-orang disekeliling tempat yang baru saja merenggut
nyawa satu manusia. Tao membeku, baru kali ini ia gemetar melihat orang mati,
Min Jung sudah ia anggap seperti adiknya sendiri, namun sekarang ia melihat
gadis itu sudah tak bernyawa.
<><><>
Sepi
itu kini terasa sangat menyiksa, memasuki setiap celah hati Jieun, hanya dapat
hidup tanpa ada hasrat lagi untuk hidup. Seperti manekin tak bernyawa.
Memandang kosong pada gundukan tanah yang masih basah. Gerimis seakan ikut
berbela sungkawa. Awan hitam seakan mengerti perasaan yang menyelimuti hati
seorang Lee Jieun. Berteriak sekeras apapun, menangis sekencang apapun tak akan
membuat adiknya hadir kembali, adik yang sangat Jieun banggakan, adik dan orang
satu-satunya didunia ini yang Jieun punya. Hanya bisa berjanji ia akan
menemukan orang yang dengan tega melakukan semua itu pada adiknya yang sama
sekali tak tahu apapun.
Tangan kekar
itu masih mengusap-usap pelan penuh simpati dibahu Jieun. Kim Myungsoo tahu
betapa hancurnya Jieun saat ini. Ia tahu Jieun diam namun tidak dengan
perasaannya yang menangis pilu. Ia tahu Jieun tetaplah wanita yang rapuh dan
menderita.
Sedangkan
Kai tak henti-hentinya meneteskan air mata meski berkali-kali mengusapnya kasar
namun tetap saja kembali membasahi pipinya. menatap makam dari yeoja yang belum
lama mengisi hatinya, yeoja yang dengan polos menerima dirinya yang berandalan.
Yeoja yang dengan lugu menanyakan masa depan mereka selanjutnya. Yeoja yang
dengan bodoh berjanji tidak akan meninggalkan Kai meskipun ia sudah sukses.
Yeoja yang dengan manis memakan ramen dengan lahap dihadapannya. Yeoja yang
dengan bodoh menerima cintainya.
Aku berjanji akan membunuh pelakunya
Min Jung ku .. Akan kucari meski keujung neraka sekalipun !
Sama
seperti ketiga orang disampingnya, Tao juga sangat sedih kehilangan gadis yang
ia anggap sudah seperti adik sendiri.
<><><>
Sejak
adiknya meninggal, Jieun juga seakan tak peduli dengan hidupnya lagi. Ia sering
pulang malam, minuman-minuman sampai mabuk dan mengonsumsi narkoba untuk
membuatnya sejenak melupakan hidupnya yang perih. Bahkan Myungsoo pun tak dapat
mencegah Jieun berbuat seperti itu. Sejak saat itu Jieun keluar dari D’crime.
Meninggalkan kegiatan yang berhubungan dengan pertikaian dan aktivitas
gangster. Ia sebatangkara sekarang, mencari banyak uangpun tak akan ada gunanya
lagi.
Jieun
berjalan sempoyongan, bersenandung tak jelas digelapnya malam yang mulai
ditinggalkan para manusia. Udara dingin menusuk kulitnya, lolongan anjing
jalanan menemani langkahnya.
“Na ..
na ..na.. naaahhh” Jieun bernyanyi tanpa perduli nada. Menendang apapun yang
menghalangi langkahnya.
“Haaaahhh
.. “ berteriak disepinya malam dan entah
sampai kapan ia bisa menghilangkan adiknya dari pikirannya.
Pria
hitam dengan topi bundar tersenyum puas dengan pemandangan dihadapannya.
“Heyy
kau .. minggir minggir” Jieun meracau tak jelas pada orang yang menghalangi
jalannya. Alkohol selalu sukses membuatnya mabuk sampai seperti ini.
Lagi,
seringaian itu tercipta.
“Yaakk
apa kau tuli oeh ?!” lagi, Jieun berteriak masih dengan kesadarannya yang belum
seutuhnya kembali.
“Apa
kau ingin menyusul adikmu ?”
Jieun
seketika membeku, ia mengerjapkan matanya berharap penglihatannya bisa menjadi
jelas. Hanya beberapa kalimat yang diucapkan orang itu mampu membuatnya sadar.
Orang itu mungkinkah ...
“KAU
?!”
Jlebb
Jieun
memegangi perutnya, ia memandang perut itu dengan pisau yang sudah tertancap
disana. Mengangkat telapak tangannya yang kini dipenuhi darah merah.
“Kau
salah jika mengira akan menang melawan Yakuza”
Bisik
pria itu, dan berlalu meninggalkan Jieun yang mulai merosot, terkulai lemas tak
berdaya.
Eonni menyusulmu Min Jung-ah
Selamat tinggal D’crime
Aku mencintaimu Kim Myungsoo
Dan
nafas itu terhenti, melayang menyisakan jasad yang tergeletak digelapnya malam.
Sama gelapnya dengan hidup yang Jieun jalani.
The end
~
NOOOOOOOOOOOOOOO,,,Knapa mesti sad ending T_T
ReplyDeleteKlo happy end terus gak seru Dong hehe ..
Deletealurnya daebak~ endingnya daebak walaupun sad ending (y)
ReplyDeleteOke makasih, kritiknya juga boleh kok
Delete