PART 1 2 3 4 5 6
2
hari setelah Jieun menyarankan Sehun untuk pergi ke Psikiater, Sehun meminta
Jieun menemaninya, Sehun tak ingin ayahnya tahu jika memang ada masalah dengan
dirinya. Jieun duduk diruang tunggu sementara Sehun tengah berkonsultasi.
Ah sedang apa sebenarnya aku
disini?
Jieun
bukan tipe orang yang terlalu mengurusi urusan orang lain sebenarnya namun
entah mengapa rasanya ia harus membantu Sehun. Setelah hampir 30 menit, Sehun
keluar dan menghampiri Jieun.
“Bagaimana
kata dokter?” Tanya Jieun.
“Kurasa
aku memang sakit namun bukan sesuatu yang terlalu serius dan masih bisa
diperbaiki dengan terapi”
“Syukurlah,
kuharap semuanya membaik”
“Iya”
“Tapi
kurasa bukankah sebaiknya kau memberitahu ayahmu?” ucap Jieun.
“Kurasa
tidak”
“Wae?”
“Dia
sibuk bekerja, aku tak ingin mengusiknya”
Kurasa hubungannya dengan sang
ayah juga tidak baik
“Jadi
apa aku sudah bisa pulang?”
“Haha
wae? Kurasa aku harus mentraktirmu sesuatu sebagai ucapan terimakasih”
“Itu
tidak perlu Sehun, aku senang bisa membantu”
“Tapi
aku memaksa”
“Haha
baiklah”
Mereka
pun akhirnya sampai di sebuah restoran dan memesan beberapa makanan.
“Jadi
bagaimana tentang pencarianmu soal si pengirim surat misterius?”
“Buntu”
jawab Jieun tak bersemangat.
“Sudah
mencari ke semua kelas?”
“Sudah,
dan tidak ada yang cocok dengan tulisan disurat itu”
“Wah,
aku juga jadi merasa penasaran dengan identitas pengirimnya. Tapi sebenarnya
jika bukan karena surat itu kita tidak mungkin bisa berteman seperti sekarang”
ucap Sehun.
“Benar”
“Dan
Ji”
“Hmm?”
“Aku
sangat menyesal dengan kejadian itu”
“Kejadian
apa?”
“Kejadian
saat aku memaksa untuk menciumu”
Uhukk..
Jieun spontan terbatuk.
“Aku
sungguh-sungguh minta maaf, aku ceroboh dan tidak berfikir panjang” ucap Sehun
sembari menangkupkan kedua tangannya lalu menunduk.
“Arraseo,
aku menerima permintaan maafmu” ucap Jieun lalu berdehem. Ia merasa gugup jika
memikirkannya kembali.
“Jinjja?”
Sehun mendongak.
Jieun
mengangguk lalu kembali melanjutkan makan nya.
“Ini
enak” gumam Jieun.
Bodoh, kenapa malah gugup sih?
Itu bukan ciuman hanya lumatan
kecil
Aigoo.. itu bukan apa-apa!
Sehun
mengantarkan Jieun pulang sampai ke depan rumah.
“Tidak
ingin masuk?” tawar Jieun.
“Kurasa
tidak, aku harus ke suatu tempat setelah ini”
“Arraseo,
gomawo untuk makanan nya”
“Ne,
gomawo sudah menemaniku”
“Ne
dan satu lagi, apa kau mau datang untuk bergabung menonton film bersama di
malam minggu?”
“Berdua?”
Tanya Sehun.
“Aniya”
“Lalu?”
“Aku,
kakak ku dan Somin sering mengadakan movie night saat malam Minggu, jika kau
tak keberatan aku juga ingin mengundangmu untuk bergabung”
“Bolehkah?”
“Tentu
saja”
“Arraseo,
akan kupikirkan dulu”
“Oke,
kabari aku jika kau sudah memikirkannya”
“Ne”
“Bye”
“Bye”
Dari
halaman, Kang Joon memperhatikan sang adik dan namja yang belum ia kenal.
Nuguya? Ucapnya dalam hati.
“Ekhem”
Kang Joon sengaja berdehem saat Jieun lewat.
“Siapa
namja tadi?”
“Teman,
oppa”
“Aku
belum pernah melihatnya”
“Memang”
“Satu
sekolah?”
“Ne”
“Siapa
namanya?”
“Oh
Sehun”
“Ahh”
“Oppa
sedang apa?” Tanya Jieun balik.
“Ah
ini, hanya sedang membereskan tanaman”
“Eum..
oppa?”
“Hmm?”
“Aku
mengajak Sehun untuk bergabung di movie night, oppa tidak keberatan bukan?”
“MWO!?”
Jieun sedikit terkejut dengan reaksi sang kakak.
“Andwae?”
“Bukankah
kau harus meminta izin ku dulu?”
“Wae?
Somin yang menyarankanku untuk mengajaknya juga”
“Aiishh,
kalian berdua benar-benar tidak menganggapku yah”
“Jadi
oppa keberatan?”
“Aniya,
ajak saja, aku ingin mengenalnya juga”
“Ckckck,,
oppa tidak konsisten”
“Berisik,
sudah masuk sana”
“Kenapa
dia jadi marah” dumel Jieun sembari memasuki rumahnya.
----------
“Janji
yah, tidak akan membicarakan ini dengan siapapun?”
Somin
mengangguk mantap. Setelah memikirkan berulang kali, akhirnya Jieun
menceritakan masalah Sehun yang membuat sikapnya berubah pada namja itu.
“Jadi
seperti itu”
Kok rasanya ada yang aneh ucap Somin dalam hati.
“Aku
juga tidak menyangka, rasanya membuatku jadi ingin membantunya”
“Tapi
apa yang membuatmu percaya pada ucapan Sehun?”
“Dia
menangis, bahkan aku melihatnya gemetaran saat panik, memangnya ada orang yang
berbohong sampai segitunya? Dan untuk apa juga dia berbohong padaku”
“Iya
juga sih, jadi kau juga mengantarnya ke dokter?”
Jieun
mengangguk.
“Lalu
bagaimana dengan surat kaleng itu?”
Jieun
menghela nafas “sepertinya aku harus menyerah”
Baguslah..
-------------
Malam
Minggu akhirnya datang, rencana movie night kali ini akan diadakan dirumah
Somin. Gadis itu sibuk menata ruang santai nya dan menyiapkan beberapa snack
pendamping untuk menonton film. Kebetulan kedua orangtua beserta adiknya juga
sedang mengunjungi saudara diluar kota. Sehingga kedatangan Jieun dan juga yang
lain akan sangat membantu agar ia tak merasa kesepian dirumah.
Tok
tok tok
Ah kurasa mereka sudah datang
Somin
sedikit bergegas menuju pintu depan, membuka pintu dan merasa senang saat
melihat Jieun dan juga Kang Joon.
“Sehun
tidak jadi ikut?” Tanya Somin.
“Jadi
kok, kurasa dia akan sedikit terlambat, tapi tenang saja aku sudah mengirim
alamatnya”
“Arraseo,
eh ayo masuk-masuk”
“Wah
apa yang kau bawa Kang Joon oppa?”
“Soju”
“Wuaahh”
“Ini
khusus untuk ku”
“Aiishh..
itu tidak adil”
“Haha
kalian masih dibawah umur, dasar”
Jieun
dan Somin duduk di Sofa, sementara Kang Joon duduk dibawah seraya mulai membuka
satu kaleng soju yang ia bawa.
Drrrt
drrt, ponsel Jieun bergetar, tertera nama Sehun dilayarnya. Ia membuka pesan
namja itu yang mengatakan ia sudah didepan dan meminta Jieun keluar.
“Kemana?”
Tanya Kang Joon.
“Sehun
sudah didepan, dia memintaku menjemputnya, takut salah rumah katanya”
“Em”
Kang Joon mengangguk. Setelah Jieun pergi, Kang Joon mendekati Somin.
“Somin-a,
apa Jieun sudah begitu dekat dengan namja bernama Sehun itu?”
“Eumm..
kurasa begitu Oppa”
“Sejak
kapan?”
“Belum
lama kok, namun ceritanya cukup panjang”
“Namja
seperti apa Sehun itu?”
“Aku
juga belum terlalu mengenalnya”
“Begitu
ya?”
Somin
mengangguk, ia tidak mungkin menceritakan alasan Jieun berteman dengan Sehun.
Dari depan terdengar pintu di buka dan langkah kaki itu semakin dekat. Jieun
sampai dan Sehun dibelakangnya.
“Annyeong,
Somin, Annyeong kakaknya Jieun”
“Annyeong,
duduklah Sehun, jangan merasa sungkan duduk saja dimanapun kau mau” ucap Somin.
“Annyeong,
kenalkan namaku Seo Kang Joon”
“Ah
ne Hyung, salam kenal juga saya Oh Sehun”
“Duduk
saja disini” ucap Kang Joon sembari menepuk tempat disebelahnya. Sehun pun
menuruti ucapan Kang Jook dan mulai duduk disebelahnya. Sementara Jieun mulai
berdiri dan berjalan kearah depan.
“Oke,
sudah siap ya”
“SIAPPP!”
pekik Somin dan Kang Joon seraya mengangkat kedua tangan mereka, Sehun yang
belum terbiasa, sedikit merasa terkejut dan bingung.
“Pertama
aku akan matikan lampu”
“Wohoo!”
“Kedua,
karena malam ini aku yang pilih filmnya maka akan kupilih film horror”
“Wohoooo!”
“Baiklah,
mari kita mulai!”
“Yeee!!”
Intro
film yang menyeramkan pun dimulai, layarnya berkedip-kedip didalam ruangan
tanpa penerang itu membuat keempat orang
didalamnya bersemangat namun hening. Jieun mencondongkan tubuhnya dan berbisik
pada Sehun.
“Kau
tidak takut kan?”
“Haha..
tidak kok”
“Jangan
sampai pipis dicelana yah wkwk”
“Itu
berlebihan Ji”
“Wa
wa wuaaa.. lihat lihat hantunya keluar” ucap Somin heboh sembari
mengguncang-guncangkan bahu Kang Joon dari belakang.
“Aiishh
diamlah, kau malah membuatku kaget Somin-a”
Melihat
hal itu, Sehun dan Jieun tertawa kecil.
“AARRGGGHHHH”
“….”
“ARRRGGHH”
“….”
“ARRGGHHH”
The
End
Semua
menghela nafas saat filmnya sudah berakhir, rasanya lebih melelahkan jika
menonton film horror, serasa tenaga ikut terkuras. Lampu kembali menyala dan
jam menunjukan pukul 12.30 malam.
“Filmnya
cukup menyenangkan” Ucap Sehun.
“Betul
betul, lumayan seru” balas Somin
“Tapi
bukankah agak menggantung?” ucap Kang Joon.
“Benar,
seakan kita sebagai penonton yang harus memecahkannya”
“Iya-iya,
membingungkan” balas Somin.
“Mau
satu film lagi?” Tanya Jieun.
“Kurasa
sudah malam Ji, lagi pula ini pertama kalinya Sehun bergabung, kurasa tak baik
jika ia pulang terlalu malam” ucap Somin.
“Somin
benar, baiklah, ayo kita pulang Sehun-ssi” ucap Kang Joon
“Ne
Hyung, lalu bagaimana denganmu Ji?” Tanya Sehun.
“Ah, aku
akan menginap disini menemani Somin”
“Ah
arraseo”
Sebelum
pulang, mereka semua membereskan ruang santai itu, ada yang mengumpulkan
sampah, menyapu dan mencuci piring. Jieun mengumpulkan piring dan gelas lalu
membawanya ke dapur berniat mencucinya, Sehun mengekori Jieun dan membantu
membilas setelah Jieun mencuci peralatan kotor itu.
“Jadi
bagaimana?”
“Cukup
menyenangkan”
“Syukurlah”
“Kau
boleh bergabung untuk seterusnya jika memang berminat”
“Terimakasih
sudah mengajak ku”
“Ah
itu bukan sesuatu yang special”
“Ekhem”
Kang Joon memasuki dapur dan berdehem membuat Jieun dan Sehun terdiam.
“Ji,
oppa pulang ya”
Jieun
berbalik “Ah ne Oppa, hati-hati ya” Kang Joon mengangguk.
“Kau
tidak pulang Sehun-ssi?”
“Kurasa
aku harus menyelesaikan ini dulu hyung”
“Kalau
begitu aku duluan”
“Ne
oppa”
“Ne
Hyung”
Setelah
berpamitan pada Jieun, Sehun dan Somin, Kang Joon pulang lebih dulu. Sementara
Sehun membereskan sisa bilasannya kemudian mengeringkan tangan dan berpamitan
pada Somin, Jieun mengantar Sehun ke depan.
“Apakah
ayahmu tidak akan marah jika kau pulang selarut ini? Kau sudah izin kan?” Tanya
Jieun saat mereka memakai sepatu.
“Dia
tidak akan memperdulikanku” jawab Sehun asal.
Mwoya.. dia seperti itu lagi saat
membahas ayahnya.
Sesampainya
di halaman, Sehun menghentikan langkahnya lalu meraih tangan Jieun membuat
gadis itu bertanya-tanya.
“Lee
Ji Eun”
“Wae?
Apa ada yang tertinggal?”
Sehun
menggeleng.
“Aku
ingin bertanya, apa kau mau menjadi kekasihku?”
“M
mwo?”
“Kurasa
kita sudah cukup mengenal, aku tahu, pertemuan kita berawal dari kesalahan
namun kau selalu muncul di kepalaku akhir-akhir ini, kurasa aku menyukaimu Lee
Jieun”
“Bukankah
ini terlalu cepat?”
“Cepat
atau lambat, kurasa bukan masalah”
Jieun
melepas genggaman Sehun “changkaman”
“Jika
kau butuh waktu, aku bisa menunggu jawaban dari mu”
“Tapi
Sehun-a..”
“Jangan
jawab sekarang jika kau belum yakin, aku akan menunggu”
“Bye,
aku pulang ya” Sehun berlalu namun sebelumnya ia mengacak pucuk kepala Jieun
sembari menampakan senyum mautnya. Sementara, Jieun hanya termangu, semua rasa
seolah jadi satu.
----------
“DAEBAK”
Somin membungkam mulutnya tak percaya. Dia tidak menyangka jika Sehun menembak
Jieun didepan rumahnya.
“Apa
yang harus kujawab Somin-a?”
“Kenapa
Tanya padaku, Tanya pada dirimu sendiri”
“Ah,
aku tak mengerti”
“Kau
menyukainya tidak?”
“Molla”
“Aiishh..
yakinkan dulu perasaanmu padanya”
“Aku
berteman dengannya hanya karena aku ingin membantunya, bukan untuk maksud lain
atau karena menyukainya”
“Aku
mengerti namun biasanya rasa suka mulai muncul seiring berjalannya waktu,
menurutmu ada tidak perasaan seperti itu untuk Sehun?”
Yang
jelas, Jieun berdebar saat mengingat ciumannya dengan Sehun meski awalnya
memang membuat kesal. Apakah itu cukup membuktikan bahwa Jieun menyukai namja
itu?
To Be Continued
Wah aku pertama komen nih.. hehee di tunggu kelanjutannya
ReplyDeleteAyolah terima cintanya sehun. Readers sudah menanti banget ini loh. Buat author semoga ini tetap d lanjutin ya..
ReplyDeleteSelalu suka dengan cerita iu dan sehun yang dibuat author Satu ini 😍
ReplyDeleteDitunggu kelanjutannya
ReplyDelete