Letter [7]



PART 1 2 3 4 5 6




2 hari setelah Jieun menyarankan Sehun untuk pergi ke Psikiater, Sehun meminta Jieun menemaninya, Sehun tak ingin ayahnya tahu jika memang ada masalah dengan dirinya. Jieun duduk diruang tunggu sementara Sehun tengah berkonsultasi.

Ah sedang apa sebenarnya aku disini?

Jieun bukan tipe orang yang terlalu mengurusi urusan orang lain sebenarnya namun entah mengapa rasanya ia harus membantu Sehun. Setelah hampir 30 menit, Sehun keluar dan menghampiri Jieun.

“Bagaimana kata dokter?” Tanya Jieun.

“Kurasa aku memang sakit namun bukan sesuatu yang terlalu serius dan masih bisa diperbaiki dengan terapi”

“Syukurlah, kuharap semuanya membaik”

“Iya”

“Tapi kurasa bukankah sebaiknya kau memberitahu ayahmu?” ucap Jieun.

“Kurasa tidak”

“Wae?”

“Dia sibuk bekerja, aku tak ingin mengusiknya”

Kurasa hubungannya dengan sang ayah juga tidak baik

“Jadi apa aku sudah bisa pulang?”

“Haha wae? Kurasa aku harus mentraktirmu sesuatu sebagai ucapan terimakasih”

“Itu tidak perlu Sehun, aku senang bisa membantu”

“Tapi aku memaksa”

“Haha baiklah”

Mereka pun akhirnya sampai di sebuah restoran dan memesan beberapa makanan.

“Jadi bagaimana tentang pencarianmu soal si pengirim surat misterius?”

“Buntu” jawab Jieun tak bersemangat.
“Sudah mencari ke semua kelas?”

“Sudah, dan tidak ada yang cocok dengan tulisan disurat itu”

“Wah, aku juga jadi merasa penasaran dengan identitas pengirimnya. Tapi sebenarnya jika bukan karena surat itu kita tidak mungkin bisa berteman seperti sekarang” ucap Sehun.

“Benar”

“Dan Ji”

“Hmm?”

“Aku sangat menyesal dengan kejadian itu”

“Kejadian apa?”

“Kejadian saat aku memaksa untuk menciumu”

Uhukk.. Jieun spontan terbatuk.

“Aku sungguh-sungguh minta maaf, aku ceroboh dan tidak berfikir panjang” ucap Sehun sembari menangkupkan kedua tangannya lalu menunduk.

“Arraseo, aku menerima permintaan maafmu” ucap Jieun lalu berdehem. Ia merasa gugup jika memikirkannya kembali.

“Jinjja?” Sehun mendongak.

Jieun mengangguk lalu kembali melanjutkan makan nya.

“Ini enak” gumam Jieun.

Bodoh, kenapa malah gugup sih?

Itu bukan ciuman hanya lumatan kecil

Aigoo.. itu bukan apa-apa!

Sehun mengantarkan Jieun pulang sampai ke depan rumah.

“Tidak ingin masuk?” tawar Jieun.

“Kurasa tidak, aku harus ke suatu tempat setelah ini”
“Arraseo, gomawo untuk makanan nya”

“Ne, gomawo sudah menemaniku”

“Ne dan satu lagi, apa kau mau datang untuk bergabung menonton film bersama di malam minggu?”

“Berdua?” Tanya Sehun.

“Aniya”

“Lalu?”

“Aku, kakak ku dan Somin sering mengadakan movie night saat malam Minggu, jika kau tak keberatan aku juga ingin mengundangmu untuk bergabung”

“Bolehkah?”

“Tentu saja”

“Arraseo, akan kupikirkan dulu”

“Oke, kabari aku jika kau sudah memikirkannya”

“Ne”

“Bye”

“Bye”

Dari halaman, Kang Joon memperhatikan sang adik dan namja yang belum ia kenal.

Nuguya? Ucapnya dalam hati.

“Ekhem” Kang Joon sengaja berdehem saat Jieun lewat.

“Siapa namja tadi?”

“Teman, oppa”

“Aku belum pernah melihatnya”

“Memang”

“Satu sekolah?”

“Ne”

“Siapa namanya?”

“Oh Sehun”

“Ahh”

“Oppa sedang apa?” Tanya Jieun balik.

“Ah ini, hanya sedang membereskan tanaman”

“Eum.. oppa?”

“Hmm?”

“Aku mengajak Sehun untuk bergabung di movie night, oppa tidak keberatan bukan?”

“MWO!?” Jieun sedikit terkejut dengan reaksi sang kakak.

“Andwae?”

“Bukankah kau harus meminta izin ku dulu?”

“Wae? Somin yang menyarankanku untuk mengajaknya juga”

“Aiishh, kalian berdua benar-benar tidak menganggapku yah”

“Jadi oppa keberatan?”

“Aniya, ajak saja, aku ingin mengenalnya juga”

“Ckckck,, oppa tidak konsisten”

“Berisik, sudah masuk sana”

“Kenapa dia jadi marah” dumel Jieun sembari memasuki rumahnya.

----------
“Janji yah, tidak akan membicarakan ini dengan siapapun?”
Somin mengangguk mantap. Setelah memikirkan berulang kali, akhirnya Jieun menceritakan masalah Sehun yang membuat sikapnya berubah pada namja itu.
“Jadi seperti itu”

Kok rasanya ada yang aneh ucap Somin dalam hati.

“Aku juga tidak menyangka, rasanya membuatku jadi ingin membantunya”

“Tapi apa yang membuatmu percaya pada ucapan Sehun?”

“Dia menangis, bahkan aku melihatnya gemetaran saat panik, memangnya ada orang yang berbohong sampai segitunya? Dan untuk apa juga dia berbohong padaku”

“Iya juga sih, jadi kau juga mengantarnya ke dokter?”

Jieun mengangguk.

“Lalu bagaimana dengan surat kaleng itu?”

Jieun menghela nafas “sepertinya aku harus menyerah”

Baguslah..

-------------

Malam Minggu akhirnya datang, rencana movie night kali ini akan diadakan dirumah Somin. Gadis itu sibuk menata ruang santai nya dan menyiapkan beberapa snack pendamping untuk menonton film. Kebetulan kedua orangtua beserta adiknya juga sedang mengunjungi saudara diluar kota. Sehingga kedatangan Jieun dan juga yang lain akan sangat membantu agar ia tak merasa kesepian dirumah.

Tok tok tok

Ah kurasa mereka sudah datang

Somin sedikit bergegas menuju pintu depan, membuka pintu dan merasa senang saat melihat Jieun dan juga Kang Joon.

“Sehun tidak jadi ikut?” Tanya Somin.

“Jadi kok, kurasa dia akan sedikit terlambat, tapi tenang saja aku sudah mengirim alamatnya”

“Arraseo, eh ayo masuk-masuk”

“Wah apa yang kau bawa Kang Joon oppa?”

“Soju”

“Wuaahh”

“Ini khusus untuk ku”

“Aiishh.. itu tidak adil”

“Haha kalian masih dibawah umur, dasar”

Jieun dan Somin duduk di Sofa, sementara Kang Joon duduk dibawah seraya mulai membuka satu kaleng soju yang ia bawa.

Drrrt drrt, ponsel Jieun bergetar, tertera nama Sehun dilayarnya. Ia membuka pesan namja itu yang mengatakan ia sudah didepan dan meminta Jieun keluar.

“Kemana?” Tanya Kang Joon.

“Sehun sudah didepan, dia memintaku menjemputnya, takut salah rumah katanya”

“Em” Kang Joon mengangguk. Setelah Jieun pergi, Kang Joon mendekati Somin.

“Somin-a, apa Jieun sudah begitu dekat dengan namja bernama Sehun itu?”

“Eumm.. kurasa begitu Oppa”

“Sejak kapan?”

“Belum lama kok, namun ceritanya cukup panjang”

“Namja seperti apa Sehun itu?”

“Aku juga belum terlalu mengenalnya”

“Begitu ya?”

Somin mengangguk, ia tidak mungkin menceritakan alasan Jieun berteman dengan Sehun. Dari depan terdengar pintu di buka dan langkah kaki itu semakin dekat. Jieun sampai dan Sehun dibelakangnya.

“Annyeong, Somin, Annyeong kakaknya Jieun”

“Annyeong, duduklah Sehun, jangan merasa sungkan duduk saja dimanapun kau mau” ucap Somin.
“Annyeong, kenalkan namaku Seo Kang Joon”

“Ah ne Hyung, salam kenal juga saya Oh Sehun”

“Duduk saja disini” ucap Kang Joon sembari menepuk tempat disebelahnya. Sehun pun menuruti ucapan Kang Jook dan mulai duduk disebelahnya. Sementara Jieun mulai berdiri dan berjalan kearah depan.

“Oke, sudah siap ya”

“SIAPPP!” pekik Somin dan Kang Joon seraya mengangkat kedua tangan mereka, Sehun yang belum terbiasa, sedikit merasa terkejut dan bingung.

“Pertama aku akan matikan lampu”

“Wohoo!”

“Kedua, karena malam ini aku yang pilih filmnya maka akan kupilih film horror”

“Wohoooo!”

“Baiklah, mari kita mulai!”

“Yeee!!”

Intro film yang menyeramkan pun dimulai, layarnya berkedip-kedip didalam ruangan tanpa penerang itu membuat keempat  orang didalamnya bersemangat namun hening. Jieun mencondongkan tubuhnya dan berbisik pada Sehun.

“Kau tidak takut kan?”

“Haha.. tidak kok”

“Jangan sampai pipis dicelana yah wkwk”

“Itu berlebihan Ji”

“Wa wa wuaaa.. lihat lihat hantunya keluar” ucap Somin heboh sembari mengguncang-guncangkan bahu Kang Joon dari belakang.

“Aiishh diamlah, kau malah membuatku kaget Somin-a”

Melihat hal itu, Sehun dan Jieun tertawa kecil.

“AARRGGGHHHH”

“….”

“ARRRGGHH”

“….”

“ARRGGHHH”

The End

Semua menghela nafas saat filmnya sudah berakhir, rasanya lebih melelahkan jika menonton film horror, serasa tenaga ikut terkuras. Lampu kembali menyala dan jam menunjukan pukul 12.30 malam.

“Filmnya cukup menyenangkan” Ucap Sehun.

“Betul betul, lumayan seru” balas Somin

“Tapi bukankah agak menggantung?” ucap Kang Joon.

“Benar, seakan kita sebagai penonton yang harus memecahkannya”

“Iya-iya, membingungkan” balas Somin.

“Mau satu film lagi?” Tanya Jieun.

“Kurasa sudah malam Ji, lagi pula ini pertama kalinya Sehun bergabung, kurasa tak baik jika ia pulang terlalu malam” ucap Somin.

“Somin benar, baiklah, ayo kita pulang Sehun-ssi” ucap Kang Joon

“Ne Hyung, lalu bagaimana denganmu Ji?” Tanya Sehun.

“Ah, aku akan menginap disini menemani Somin”

“Ah arraseo”

Sebelum pulang, mereka semua membereskan ruang santai itu, ada yang mengumpulkan sampah, menyapu dan mencuci piring. Jieun mengumpulkan piring dan gelas lalu membawanya ke dapur berniat mencucinya, Sehun mengekori Jieun dan membantu membilas setelah Jieun mencuci peralatan kotor itu.

“Jadi bagaimana?”

“Cukup menyenangkan”

“Syukurlah”

“Kau boleh bergabung untuk seterusnya jika memang berminat”

“Terimakasih sudah mengajak ku”

“Ah itu bukan sesuatu yang special”

“Ekhem” Kang Joon memasuki dapur dan berdehem membuat Jieun dan Sehun terdiam.

“Ji, oppa pulang ya”

Jieun berbalik “Ah ne Oppa, hati-hati ya” Kang Joon mengangguk.

“Kau tidak pulang Sehun-ssi?”

“Kurasa aku harus menyelesaikan ini dulu hyung”

“Kalau begitu aku duluan”

“Ne oppa”

“Ne Hyung”

Setelah berpamitan pada Jieun, Sehun dan Somin, Kang Joon pulang lebih dulu. Sementara Sehun membereskan sisa bilasannya kemudian mengeringkan tangan dan berpamitan pada Somin, Jieun mengantar Sehun ke depan.

“Apakah ayahmu tidak akan marah jika kau pulang selarut ini? Kau sudah izin kan?” Tanya Jieun saat mereka memakai sepatu.

“Dia tidak akan memperdulikanku” jawab Sehun asal.

Mwoya.. dia seperti itu lagi saat membahas ayahnya.

Sesampainya di halaman, Sehun menghentikan langkahnya lalu meraih tangan Jieun membuat gadis itu bertanya-tanya.

“Lee Ji Eun”

“Wae? Apa ada yang tertinggal?”

Sehun menggeleng.

“Aku ingin bertanya, apa kau mau menjadi kekasihku?”

“M mwo?”

“Kurasa kita sudah cukup mengenal, aku tahu, pertemuan kita berawal dari kesalahan namun kau selalu muncul di kepalaku akhir-akhir ini, kurasa aku menyukaimu Lee Jieun”

“Bukankah ini terlalu cepat?”

“Cepat atau lambat, kurasa bukan masalah”

Jieun melepas genggaman Sehun “changkaman”

“Jika kau butuh waktu, aku bisa menunggu jawaban dari mu”

“Tapi Sehun-a..”

“Jangan jawab sekarang jika kau belum yakin, aku akan menunggu”

“Bye, aku pulang ya” Sehun berlalu namun sebelumnya ia mengacak pucuk kepala Jieun sembari menampakan senyum mautnya. Sementara, Jieun hanya termangu, semua rasa seolah jadi satu.

----------

“DAEBAK” Somin membungkam mulutnya tak percaya. Dia tidak menyangka jika Sehun menembak Jieun didepan rumahnya.

“Apa yang harus kujawab Somin-a?”

“Kenapa Tanya padaku, Tanya pada dirimu sendiri”

“Ah, aku tak mengerti”

“Kau menyukainya tidak?”

“Molla”

“Aiishh.. yakinkan dulu perasaanmu padanya”

“Aku berteman dengannya hanya karena aku ingin membantunya, bukan untuk maksud lain atau karena menyukainya”

“Aku mengerti namun biasanya rasa suka mulai muncul seiring berjalannya waktu, menurutmu ada tidak perasaan seperti itu untuk Sehun?”


Yang jelas, Jieun berdebar saat mengingat ciumannya dengan Sehun meski awalnya memang membuat kesal. Apakah itu cukup membuktikan bahwa Jieun menyukai namja itu? 

To Be Continued



Comments

  1. Wah aku pertama komen nih.. hehee di tunggu kelanjutannya

    ReplyDelete
  2. Ayolah terima cintanya sehun. Readers sudah menanti banget ini loh. Buat author semoga ini tetap d lanjutin ya..

    ReplyDelete
  3. Selalu suka dengan cerita iu dan sehun yang dibuat author Satu ini 😍

    ReplyDelete

Post a Comment