PART 1 2 3 4 5
BLUG
Jieun
merebahkan punggungnya diatas kasur, ia termenung memikirkan kembali sikap
Sehun yang baru ia tahu. Alasan yang membuat namja itu gila pencitraan, tapi
Jieun baru sadar jika Sehun menghilangkan pencitraannya saat namja itu
berteriak padanya di kantin, didepan banyak orang tepatnya. Jieun tak terlalu
memperhatikan reaksi semua orang yang ada disana saat itu namun ia menduga
banyak yang terkejut dengan sikap Sehun. Mungkin juga ini pertama kalinya
mereka melihat Sehun marah, Sehun yang humble dan ramah seakan sirna dalam
sekejap hanya karena ia menampakan kemarahan pada Jieun.
Jika
Jieun memposisikan diri sebagai Sehun, wajar rasanya jika kita ingin semua
orang menyukai kita namun jika itu berlebihan pasti akan berakibat tidak baik pula.
Apa yang harus kulakukan pada
Sehun? Ini bukan masalah ku sih, tapi kenapa rasa tanggungjawabku merasa aku
harus membantu anak itu?
Hah .. bikin repot saja
Tok
tok tok
Jieun
menoleh pada pintu yang tidak sepenuhnya tertutup, Kang Joon memasuki kamar
Jieun.
“Sedang
apa?” Tanya kakak lelakinya itu.
Jieun
menggeleng pelan lalu bangkit dari posisinya.
“Hanya
sedang berfikir”
“Apa
sih yang sedang mengganggumu? kulihat akhir-akhir ini kau banyak termenung dan
kadang uring-uringan juga” Kang Joon duduk di sisi kasur Jieun sembari bersila.
“Oppa,
apa yang harus kulakukan untuk membantu seorang teman yang gila pencitraan”
“Gila
pencitraan bagaimana maksudmu?”
“Dia
sangat tidak menyukai jika ada orang yang tidak menyukainya, dalam pikirannya,
semua orang harus menyukainya sehingga ia berbuat apapun”
“Eumm..
bagaimana ya, sulit juga rasanya karena aku belum pernah mengalami atau
memiliki teman yang seperti itu Ji”
Jieun
menggaruk kepalanya. Kakak nya juga bingung apalagi dia yang tak tahu apa-apa?
“Tapi
coba kau searching di website, khawatirnya itu juga termasuk gangguan kejiwaan”
“Benar
sih kurasa dia memang gila” ucap Jieun terbayang sikap Sehun yang berubah-ubah
kepadanya.
“Hahaha..
gangguan kejiwaan bukan hanya gila Ji, tapi ngomong-ngomong aku penasaran
dengan teman mu itu, yang kau maksud bukan Somin kan?”
“Aniya..
ini, teman .. baru” Jieun agak sulit mendeskripsikan hubungannya dengan Sehun.
“Ah..
” Jawab Kang Joon.
“Namja?”
Tanya Kang Joon penasaran.
“Ne”
“Ooohhh”
ucap Kang Joon seraya mengangguk-angguk namun Jieun menangkap hal lain dari
reaksi sang kakak.
“Aniya,
bukan seperti yang Oppa pikirkan”
“Haha
aku tak berfikir apapun kok”
Tapi reaksi Oppa mengatakan
segalanya.
-----
Jieun
tengah duduk sembari meminum jus kotak di undakan dekat lapangan. Melihat
pertandingan basket non resmi dari beberapa anak lelaki disekolahnya, Sehun
terlibat didalamnya. Somin menghampiri setelah dirinya menyerahkan tumpukan
kertas ulangan ke kantor guru. Somin memperhatikan Jieun penasaran.
“Wae?”
Tanya Jieun tanpa menoleh dan masih memperhatikan pertandingan basket itu.
“Biasanya kau malas jika ada Sehun disekitarmu, tapi kenapa kau malah memperhatikannya sekarang?”
“Siapa
bilang aku memperhatikannya?” Jieun menoleh.
“Yang
kau lakukan sekarang memang sedang apa?”
“Memperhatikan
pertandingan basket sembari bersantai” jawab Jieun.
“Yang
didalamnya terdapat seorang Sehun” lanjut Somin.
“Ada
apa sebenarnya? Apa ada yang belum aku tahu? Dan bukankah terakhir kali kau
sangat marah padanya?” Banyak sekali yang Somin belum ketahui dibalik alasan
perubahan sikap Jieun kepada Sehun. Dirinya haus akan update terbaru tentang
mereka berdua.
Jieun
menoleh “Berhentilah bertanya, akan ku ceritakan jika waktunya sudah tepat
karena alasanku menyangkut sesuatu yang pribadi”
Jieun tidak berniat menceritakan
alasannya kali ini
“Yang
pasti aku akan mulai berteman dengannya sekarang” tambah Jieun.
Somin
mengangguk “Oke, kurasa ini pertanda damai dari kalian berdua”
“Kurasa”
“Movie
night sabtu besok kau akan mengajak Sehun juga?”
“Entahlah,
belum kupikirkan”
Jieun,
Somin dan Kang Joon memiliki ritual tiap malam Minggu yaitu menonton film
bersama. Mereka biasa menghabiskan malam dengan menonton sampai ngantuk, paling
banter 1 film setengah, karena di pertengahan film kedua, biasanya yang masih
bertahan hanya Kang Joon sementara adiknya dan Somin tertidur pulas.
Benar juga, Movie night kurasa
awal yang bagus agar Sehun terbiasa bersosialisasi tanpa ada tekanan
pencitraan. Tapi memangnya dia akan mau? Akan ku coba dulu
“Tapi
ide yang bagus” tambah Jieun
“Mwo?”
“Movie
Night”
“Tapi
pasti akan terasa aneh”
“Wae?”
“Kang
Joon oppa sama sekali belum mengenalnya bukan?”
Benar juga
“Gwenchana”
Beberapa
menit kemudian, Sehun sadar jika Jieun tengah memperhatikannya disisi lapangan,
namja itu pun menghampiri Jieun.
“Hai
Ji”
“Hai”
“Hai
Somin”
“Hoi”
Sehun
duduk disamping Jieun, dirinya terlihat sedikit kelelahan setelah bermain
basket, namja itu mengambil minuman di tangan Jieun lalu menyeruput jus
kotaknya.
“Aiishh
beli sendiri sana” ucap Jieun sembari mencoba mengambil jusnya kembali.
“Jangan
terlalu pelit Jieun” ucap Sehun sembari menjauhkan jus itu dari jangkauan
Jieun.
Jieun
mendengus sebal.
Somin
berdiri.
“Mau
kemana?” Tanya Jieun.
“Aku
pergi saja, aku malas jadi obat nyamuk”
“Yaakk
jangan begitu”
“Aniya,
aniya.. aku pergi dulu ya”
Sebelum
pergi Somin mengangguk pula kearah Sehun tanda berpamitan.
“Ya
ampun anak itu, menyebalkan sekali”
“Bukan
menyebalkan tapi pengertian” Tambah Sehun sembari tersenyum sendiri.
Apa maksudnya itu?
“Eumm
Sehun”
“Hmm?”
“Apakah
aku boleh bertanya sesuatu?”
“Silahkan,
lagi pula aku sudah menceritakan masalahku juga padamu”
“Waktu
itu kau bilang ibu mu pergi kan? Lalu apa sampai sekarang kau belum bertemu
lagi dengannya?”
Sehun
tampak menggeleng “Belum dan tidak akan pernah”
“Memangnya
kau tidak merindukannya?”
“Sejak
ia meninggalkanku saat itu, aku bertekad untuk tidak mau mencari atau
menemuinya lagi”
“Begitu”
“Sehun,
apakah aku boleh menyarankan sesuatu?”
“Tentu
saja”
“Semua
yang kau lakukan sekarang itu karena kejadian ibumu kan? Kepergiannya membuatmu
ingin menjadi seseorang yang lebih baik, kurasa itu bagus namun jika kau
memaksakan dirimu untuk terlihat baik didepan semua orang, itu akan jadi
masalah nantinya.”
“Masalah
bagaimana?”
“Kau
akan merasa tertekan karena tidak mengekspresikan apa yang sebenarnya kau
rasakan dan juga orang akan memanfaatkanmu jika kau terus bersikap baik pada
mereka, akan lebih baik jika kau menjadi dirimu apa adanya”
“Aku
yang sebenarnya, kau pun tidak menyukainya, apalagi jika orang lain tahu”
“Namun
setidaknya ambil sisi baiknya, dengan menjadi dirimu sendiri, kau akan tahu
mana yang benar-benar menganggap mu teman, bukan seseorang yang selalu
bersamamu hanya karena kau baik”
Sehun
menghembuskan nafas seakan beban berat berada dipundaknya.
“Aku
hanya belum siap menerima reaksi dari orang-orang jika aku tidak ramah, jika
aku marah, atau jika aku tidak menjadi apa yang seperti mereka harapkan”
“Aku
tahu itu tidak mudah, tapi cobalah berusaha, itu untuk kebaikanmu juga. Mencoba
menjadi lebih baik oke, tapi menjadi palsu bukan solusi untuk mencoba menjadi
lebih baik”
“Arraseo,
gomawo Jieun-a”
“Sama-sama”
Tampak
dari kejauhan, beberapa teman lelaki Sehun melambai dan berteriak mengatakan
“Sehun, bolanya simpan olehmu ya!”
“Sehun, bolanya simpan olehmu ya!”
“Oke!”
Balas Sehun.
“Oh
iya, aku mendapat 2 voucher ice cream di kantin, kau mau?” Tanya Sehun.
“Tentu
saja”
“Kajja”
Sebelum
menuju kantin, Jieun dan Sehun menuju ruang penyimpanan alat olahraga.
“Haha.. tenang saja, dia tidak akan menolak, dia itu orang yang mudah”
“Haha.. tenang saja, dia tidak akan menolak, dia itu orang yang mudah”
“Yaak
jahat sekali kau menganggap Sehun orang yang mudah”
“Nyatanya
memang seperti itu”
“Menyebalkan
memang, dia seakan-akan bersikap seperti itu agar semua yeoja menyukainya”
Obrolan
itu terdengar dari lorong sekolah saat Jieun dan Sehun memasuki ruang
penyimpanan. Dari obrolan yang terdengar, sudah dipastikan jika Sehun adalah
objek yang tengah dibicarakan. Jieun memandang Sehun yang seakan menahan
amarahnya.
“See?
Dibelakang, mereka menganggapmu seperti itu” ucap Jieun.
Tangan
kanan Sehun mengepal keras, namun sedetik kemudian Sehun berjongkok dan menutup
kedua telinganya sembari menunduk.
“Apa
yang kulakukan?” gumam Sehun
Jieun
justru terlihat bingung. Sehun mendongak menatap Jieun.
“Apa
aku berbuat salah pada mereka Ji?”
“Kenapa
mereka membicarakanku seperti itu?”
“Yang
harus kulakukan adalah berbuat lebih baik”
Kenapa dia berfikir seperti itu? Kukira
dia akan marah dan memukuli mereka.
“Sehun”
“Bagaimana
jika mereka menjauhiku Ji?”
“Ba
bagaimana ini Ji?” Sehun terlihat panic dan frustasi.
“Ba
bagainama jika aku dijauhi semua orang”
“Sehun
tenang”
“Apa
semua orang akan menjauhiku?”
“Ji..
bagaimana ini?”
“OH
SEHUN!” pekik Jieun membuat Sehun terdiam sembari memandang Jieun.
“Itu
bukan salahmu, tapi mereka yang salah, kenapa kau malah menyalahkan dirimu
sendiri? Tenanglah”
Jieun
berjongkok dan mengusap punggung Sehun menenangkan namja itu.
Kemana anak tengil yang suka menggangguku
itu? Sehun yang seperti ini justru membuatku makin mengasihaninya.
“Tenanglah
dulu, jika pun semua orang menjauhimu, ada aku disini, aku tidak akan
kemana-mana”
“Ini
lah yang kubicarakan tadi, orang akan memanfaatkanmu dan bahkan merendahkanmu
jika kau terlalu baik, berbuat baik, ramah dan humble tidak salah Sehun namun
semua ada porsinya” tambah Jieun.
“Lalu
apa yang harus kulakukan sekarang?”
“Kurasa
kau harus konsultasi ke psikiater”
“Kau
akan membantuku kan?”
Jieun
mengangguk “Tentu saja”
To Be Continued~
Hai min, welcome back :D ditunggu kelanjutannya
ReplyDeleteHalo, makasih ya, selamat membaca
Delete