Letter [6]



PART 1 2 3 4 5



BLUG

Jieun merebahkan punggungnya diatas kasur, ia termenung memikirkan kembali sikap Sehun yang baru ia tahu. Alasan yang membuat namja itu gila pencitraan, tapi Jieun baru sadar jika Sehun menghilangkan pencitraannya saat namja itu berteriak padanya di kantin, didepan banyak orang tepatnya. Jieun tak terlalu memperhatikan reaksi semua orang yang ada disana saat itu namun ia menduga banyak yang terkejut dengan sikap Sehun. Mungkin juga ini pertama kalinya mereka melihat Sehun marah, Sehun yang humble dan ramah seakan sirna dalam sekejap hanya karena ia menampakan kemarahan pada Jieun.

Jika Jieun memposisikan diri sebagai Sehun, wajar rasanya jika kita ingin semua orang menyukai kita namun jika itu berlebihan pasti akan berakibat tidak baik pula.

Apa yang harus kulakukan pada Sehun? Ini bukan masalah ku sih, tapi kenapa rasa tanggungjawabku merasa aku harus membantu anak itu?

Hah .. bikin repot saja

Tok tok tok

Jieun menoleh pada pintu yang tidak sepenuhnya tertutup, Kang Joon memasuki kamar Jieun.

“Sedang apa?” Tanya kakak lelakinya itu.

Jieun menggeleng pelan lalu bangkit dari posisinya.

“Hanya sedang berfikir”

“Apa sih yang sedang mengganggumu? kulihat akhir-akhir ini kau banyak termenung dan kadang uring-uringan juga” Kang Joon duduk di sisi kasur Jieun sembari bersila.

“Oppa, apa yang harus kulakukan untuk membantu seorang teman yang gila pencitraan”

“Gila pencitraan bagaimana maksudmu?”

“Dia sangat tidak menyukai jika ada orang yang tidak menyukainya, dalam pikirannya, semua orang harus menyukainya sehingga ia berbuat apapun”

“Eumm.. bagaimana ya, sulit juga rasanya karena aku belum pernah mengalami atau memiliki teman yang seperti itu Ji”

Jieun menggaruk kepalanya. Kakak nya juga bingung apalagi dia yang tak tahu apa-apa?

“Tapi coba kau searching di website, khawatirnya itu juga termasuk gangguan kejiwaan”

“Benar sih kurasa dia memang gila” ucap Jieun terbayang sikap Sehun yang berubah-ubah kepadanya.

“Hahaha.. gangguan kejiwaan bukan hanya gila Ji, tapi ngomong-ngomong aku penasaran dengan teman mu itu, yang kau maksud bukan Somin kan?”

“Aniya.. ini, teman .. baru” Jieun agak sulit mendeskripsikan hubungannya dengan Sehun.

“Ah.. ” Jawab Kang Joon.

“Namja?” Tanya Kang Joon penasaran.

“Ne”

“Ooohhh” ucap Kang Joon seraya mengangguk-angguk namun Jieun menangkap hal lain dari reaksi sang kakak.

“Aniya, bukan seperti yang Oppa pikirkan”

“Haha aku tak berfikir apapun kok”

Tapi reaksi Oppa mengatakan segalanya.

-----
Jieun tengah duduk sembari meminum jus kotak di undakan dekat lapangan. Melihat pertandingan basket non resmi dari beberapa anak lelaki disekolahnya, Sehun terlibat didalamnya. Somin menghampiri setelah dirinya menyerahkan tumpukan kertas ulangan ke kantor guru. Somin memperhatikan Jieun penasaran.

“Wae?” Tanya Jieun tanpa menoleh dan masih memperhatikan pertandingan basket itu.

“Biasanya kau malas jika ada Sehun disekitarmu, tapi kenapa kau malah memperhatikannya sekarang?”

“Siapa bilang aku memperhatikannya?” Jieun menoleh.

“Yang kau lakukan sekarang memang sedang apa?”

“Memperhatikan pertandingan basket sembari bersantai” jawab Jieun.

“Yang didalamnya terdapat seorang Sehun” lanjut Somin.

“Ada apa sebenarnya? Apa ada yang belum aku tahu? Dan bukankah terakhir kali kau sangat marah padanya?” Banyak sekali yang Somin belum ketahui dibalik alasan perubahan sikap Jieun kepada Sehun. Dirinya haus akan update terbaru tentang mereka berdua.

Jieun menoleh “Berhentilah bertanya, akan ku ceritakan jika waktunya sudah tepat karena alasanku menyangkut sesuatu yang pribadi”

Jieun tidak berniat menceritakan alasannya kali ini

“Yang pasti aku akan mulai berteman dengannya sekarang” tambah Jieun.

Somin mengangguk “Oke, kurasa ini pertanda damai dari kalian berdua”

“Kurasa”

“Movie night sabtu besok kau akan mengajak Sehun juga?”

“Entahlah, belum kupikirkan”

Jieun, Somin dan Kang Joon memiliki ritual tiap malam Minggu yaitu menonton film bersama. Mereka biasa menghabiskan malam dengan menonton sampai ngantuk, paling banter 1 film setengah, karena di pertengahan film kedua, biasanya yang masih bertahan hanya Kang Joon sementara adiknya dan Somin tertidur pulas. 

Benar juga, Movie night kurasa awal yang bagus agar Sehun terbiasa bersosialisasi tanpa ada tekanan pencitraan. Tapi memangnya dia akan mau? Akan ku coba dulu

“Tapi ide yang bagus” tambah Jieun

“Mwo?”

“Movie Night”

“Tapi pasti akan terasa aneh”

“Wae?”

“Kang Joon oppa sama sekali belum mengenalnya bukan?”

Benar juga

“Gwenchana”

Beberapa menit kemudian, Sehun sadar jika Jieun tengah memperhatikannya disisi lapangan, namja itu pun menghampiri Jieun.

“Hai Ji”

“Hai”

“Hai Somin”

“Hoi”

Sehun duduk disamping Jieun, dirinya terlihat sedikit kelelahan setelah bermain basket, namja itu mengambil minuman di tangan Jieun lalu menyeruput jus kotaknya.

“Aiishh beli sendiri sana” ucap Jieun sembari mencoba mengambil jusnya kembali.

“Jangan terlalu pelit Jieun” ucap Sehun sembari menjauhkan jus itu dari jangkauan Jieun.

Jieun mendengus sebal.

Somin berdiri.

“Mau kemana?” Tanya Jieun.

“Aku pergi saja, aku malas jadi obat nyamuk”

“Yaakk jangan begitu”

“Aniya, aniya.. aku pergi dulu ya”

Sebelum pergi Somin mengangguk pula kearah Sehun tanda berpamitan.

“Ya ampun anak itu, menyebalkan sekali”

“Bukan menyebalkan tapi pengertian” Tambah Sehun sembari tersenyum sendiri.

Apa maksudnya itu?

“Eumm Sehun”

“Hmm?”

“Apakah aku boleh bertanya sesuatu?”

“Silahkan, lagi pula aku sudah menceritakan masalahku juga padamu”

“Waktu itu kau bilang ibu mu pergi kan? Lalu apa sampai sekarang kau belum bertemu lagi dengannya?”

Sehun tampak menggeleng “Belum dan tidak akan pernah”

“Memangnya kau tidak merindukannya?”

“Sejak ia meninggalkanku saat itu, aku bertekad untuk tidak mau mencari atau menemuinya lagi”

“Begitu”

“Sehun, apakah aku boleh menyarankan sesuatu?”

“Tentu saja”

“Semua yang kau lakukan sekarang itu karena kejadian ibumu kan? Kepergiannya membuatmu ingin menjadi seseorang yang lebih baik, kurasa itu bagus namun jika kau memaksakan dirimu untuk terlihat baik didepan semua orang, itu akan jadi masalah nantinya.”

“Masalah bagaimana?”

“Kau akan merasa tertekan karena tidak mengekspresikan apa yang sebenarnya kau rasakan dan juga orang akan memanfaatkanmu jika kau terus bersikap baik pada mereka, akan lebih baik jika kau menjadi dirimu apa adanya”

“Aku yang sebenarnya, kau pun tidak menyukainya, apalagi jika orang lain tahu”

“Namun setidaknya ambil sisi baiknya, dengan menjadi dirimu sendiri, kau akan tahu mana yang benar-benar menganggap mu teman, bukan seseorang yang selalu bersamamu hanya karena kau baik”

Sehun menghembuskan nafas seakan beban berat berada dipundaknya.

“Aku hanya belum siap menerima reaksi dari orang-orang jika aku tidak ramah, jika aku marah, atau jika aku tidak menjadi apa yang seperti mereka harapkan”

“Aku tahu itu tidak mudah, tapi cobalah berusaha, itu untuk kebaikanmu juga. Mencoba menjadi lebih baik oke, tapi menjadi palsu bukan solusi untuk mencoba menjadi lebih baik”

“Arraseo, gomawo Jieun-a”

“Sama-sama”

Tampak dari kejauhan, beberapa teman lelaki Sehun melambai dan berteriak mengatakan 

“Sehun, bolanya simpan olehmu ya!”

“Oke!” Balas Sehun.

“Oh iya, aku mendapat 2 voucher ice cream di kantin, kau mau?” Tanya Sehun.

“Tentu saja”

“Kajja”

Sebelum menuju kantin, Jieun dan Sehun menuju ruang penyimpanan alat olahraga.

“Haha.. tenang saja, dia tidak akan menolak, dia itu orang yang mudah”

“Yaak jahat sekali kau menganggap Sehun orang yang mudah”

“Nyatanya memang seperti itu”

“Menyebalkan memang, dia seakan-akan bersikap seperti itu agar semua yeoja menyukainya”

Obrolan itu terdengar dari lorong sekolah saat Jieun dan Sehun memasuki ruang penyimpanan. Dari obrolan yang terdengar, sudah dipastikan jika Sehun adalah objek yang tengah dibicarakan. Jieun memandang Sehun yang seakan menahan amarahnya.

“See? Dibelakang, mereka menganggapmu seperti itu” ucap Jieun.

Tangan kanan Sehun mengepal keras, namun sedetik kemudian Sehun berjongkok dan menutup kedua telinganya sembari menunduk.

“Apa yang kulakukan?” gumam Sehun

Jieun justru terlihat bingung. Sehun mendongak menatap Jieun.

“Apa aku berbuat salah pada mereka Ji?”

“Kenapa mereka membicarakanku seperti itu?”

“Yang harus kulakukan adalah berbuat lebih baik”

Kenapa dia berfikir seperti itu? Kukira dia akan marah dan memukuli mereka.

“Sehun”

“Bagaimana jika mereka menjauhiku Ji?”

“Ba bagaimana ini Ji?” Sehun terlihat panic dan frustasi.

“Ba bagainama jika aku dijauhi semua orang”

“Sehun tenang”

“Apa semua orang akan menjauhiku?”

“Ji.. bagaimana ini?”

“OH SEHUN!” pekik Jieun membuat Sehun terdiam sembari memandang Jieun.

“Itu bukan salahmu, tapi mereka yang salah, kenapa kau malah menyalahkan dirimu sendiri? Tenanglah”

Jieun berjongkok dan mengusap punggung Sehun menenangkan namja itu.

Kemana anak tengil yang suka menggangguku itu? Sehun yang seperti ini justru membuatku makin mengasihaninya.

“Tenanglah dulu, jika pun semua orang menjauhimu, ada aku disini, aku tidak akan kemana-mana”

“Ini lah yang kubicarakan tadi, orang akan memanfaatkanmu dan bahkan merendahkanmu jika kau terlalu baik, berbuat baik, ramah dan humble tidak salah Sehun namun semua ada porsinya” tambah Jieun.

“Lalu apa yang harus kulakukan sekarang?”

“Kurasa kau harus konsultasi ke psikiater”

“Kau akan membantuku kan?”

Jieun mengangguk “Tentu saja”


To Be Continued~



Comments

Post a Comment