Painful Love [Sequel of Give Me a Job]


Oneshoot | Drama | Lee Jieun | Kim Taehyung V BTS | Lee Hyun Woo

Previous Give me a job


Mata itu melebar, terkejut dan tak percaya menjadi satu. Namun Jieun hanya bisa terpaku tanpa tahu apa yang harus ia lakukan. Jantung Jieun memompa lebih cepat tatkala namja itu, ah bukan, maksudnya bocah itu mendekat, memasuki lift yang sama dengannya yang sudah lebih dulu berdiri didalamnya.

Deg Deg Deg..

D dia Taehyung kan?  Tanyanya dalam hati seraya memandang pantulan bocah itu pada dinding lift dihadapannya. Jieun masih memandang pantulan Taehyung hingga.

“Annyeong... Noona” ucap Taehyung namun matanya tak memandang Jieun. Wajahnya lurus kedepan dengan ekspresi datar yang terkesan dingin.

Mendengar sapaan itu, Jieun seketika menoleh.

“A annyeong”

“Kau tampak sehat” balas Taehyung.

“B begitulah, b bagaimana denganmu” Taehyung membuang pandangannya lalu tersenyum miris.

“Kau benar-benar tak punya malu” Jieun menghela nafas. Dilihat dari ucapan dan sikapnya, Taehyung pasti sudah tahu semuanya. Inilah yang harus Jieun terima namun ia sudah menebus kesalahannya kan? Tuhan sudah mengambil adik yang amat ia sayangi dan juga Jieun sudah meminta maaf secara langsung pada ibu Taehyung dan Chanyeol bahkan mendonorkan sumsum tulang belakangnya untuk bocah itu.

“Mianhae” lirih gadis itu.

“Aku akan membuat hidupmu tak tenang mulai sekarang” Jieun mendongak dan saat ia ingin mengucapkan sebuah kalimat, Taehyung keluar tepat seletah pintu lift terbuka.

Ke kenapa dia mengucapkan kalimat seperti itu...

____

“Perkenalkan namanya Kim Taehyung, dia adalah manager baru kita. Meski usianya masih muda, dia bisa diandalkan. Dia lulusan management informaka dari Kanada”

"Woah.."

"Mohon kerjasamanya" ucap Taehyung diakhiri senyum simpul. 

Lagi-lagi Jieun melebarkan matanya, kejutan lagi. Kini, ia mulai mengerti maksud dari ucapan yang terdengar seperti ancaman dari Taehyung saat mereka bertemu di dalam Lift. Tentu saja, Taehyung akan lebih mudah menyiksanya saat bocah- ah tidak, Taehyung bukan anak SMA lagi. Taehyung akan lebih mudah menyiksanya saat ia menjadi atasan Jieun. Jieun tidak percaya ini, lihatlah bahkan kini Taehyung yang dulu sangat manis meski menyebalkan berubah menjadi dingin dan menakutkan. Namja itu menyeringai seraya mencuri pandang terhadap Jieun saat rekan-rekan dan karyawan diruangan itu bertepuk tangan menyambutnya.

Apa yang harus kulakukan sekarang?

Ah.. apa aku mengundurkan diri saja?

Penyambutan kecil sudah berlalu dan kini Taehyung memasuki ruang kerjanya yang memiliki dinding kaca. Ia dapat memantau bawahannya dari sana termasuk mengawasi Jieun yang tampak gelisah sejak melihatnya. Tahun-tahun buruk sudah berlalu dan sejak ia sembuh, ia belajar dengan keras di Kanada. Mencoba melupakan kepahitan dan keterpurukannya akibat berita yang mengegerkan Korea selatan. Taehyung memiliki otak yang cerdas sehingga ia dapat lulus dengan cepat dibanding teman-temannya dan dengan nilai serta kemampuannya ia mencoba magang disebuah perusahaan di Kanada. Sejak saat itu, ia mulai menyelidiki Jieun dan semuanya mulai dari latarbelakang hingga keluarga Jieun. Gadis yang menghianati kepercayaannya. Saat ia tahu keberadaan Jieun, Taehyung mulai mencari cara memasuki perusahaan tempat Jieun bekerja. Dan disinilah dia sekarang. Menjadi manager di divisi Jieun ditempatkan.

_____

Hyun Woo memandang Jieun yang sedari tadi memandangi kopi dihadapannya tanpa meminumnya sedikitpun. Ia sudah mengenal Jieun beberapa tahun dan ia tahu jika Jieun bersikap seperti ini pasti gadis itu memiliki masalah yang mengganggu pikirannya.

“Ada apa?”

“...”

“Ji” panggil Hyun Woo dengan sedikit nada yang meninggi.

“O oh?”

“Kau kenapa?” Jieun tersenyum lalu menggeleng.

“Aku tidak apa-apa” setelah pertemuan mereka di lift waktu pertama Jieun melamar pekerjaan ke perusahaan itu, mereka mulai dekat dan kini mereka sudah menjalin hubungan. Jieun percaya jika pertemuan mereka adalah takdir yang tak boleh ia lewatkan.

“Tak apa jika kau tidak ingin menceritakannya tapi apa kau tidak akan meminum kopinya? Kopinya nanti dingin”

“A ah ne” dengan ragu Jieun meraih kopi dihadapannya lalu meminumnya sedikit. Tanpa mereka sadari sepasang mata yang tajam memandangi Jieun dengan eskpresi datar.

Siapa namja itu ?

Taehyung pun menghampiri mereka berdua membuat Jieun sedikit terbatuk karena terkejut dengan kedatangannya.

“O oh, Hyun Woo-ya perkenalkan dia manager baru di divisiku”

“Benarkah?” Hyun Woo beralih memandang Taehyung dengan senyum “Annyeong, saya Lee Hyun Woo dari divisi pengadaan barang, senang bekenalan dengan anda” Taehyung melirik Jieun sekilas lalu membalas sapaan Hyun Woo.

“Annyeong, saya Kim Taehyung manager divisi pemasaran”

“Wah anda terlihat sangat muda, hebat sekali bisa menjadi manager. Duduklah bergabung saja dengan kami” Taehyung hanya tersenyum kecil menanggapi pujian Hyun Woo seraya menduduki kursi kosong disebelah Hyun Woo yang langsung berhadapan dengan Jieun.

“Kuharap aku tak mengganggu kalian”

“Aniya, aniya santai saja” sesekali Taehyung memandangi Jieun seraya menyeringai samar, membuat Jieun menghela nafas dan membuang pandangan ke arah lain. Sementara Hyun Woo asik menjalaskan tentang seluk beluk perusahaan pada Taehyung yang dianggapnya belum tahu apa-apa karena terbilang karyawan baru.

“Kenapa denganmu noona, kau baik-baik saja kan?” Hyun Woo tampak bodoh, kenapa Taehyung memanggil Jieun, noona?

“N noona?” Taehyung tersenyum kecil.

“Ne, kami sudah saling mengenal cukup lama”

“Waah, kau beruntung sekali Ji karena manager mu adalah orang yang dekat denganmu”

Aku tak yakin dengan hal itu ... ucap Jieun dalam hati.

“Bagaimana kalian saling mengenal?” lagi-lagi Taehyung memandang Jieun dengan pandangan sejuta arti.

“Jieun noona adalah kakak dari teman baik ku” bohong Taehyung.

“Ah jadi kau teman almarhum Jimin”

“Ne” ucap Taehyung ringan. Ia tahu, kini ia tahu semuanya tentang Jieun. Tentang Jimin yang meninggal saat ia tersadar setelah operasi.

“B begitu, ah iya Ji, sebentar lagi waktu makan siang berakhir. Aku kembali duluan ya, soalnya ada beberapa laporan yang belum aku selesaikan”

“Ne bye sayang”

“Kalau begitu sampai jumpa lagi Taehyung-ssi” Taehyung membalasnya dengan senyum kecil dan setelah Hyun Woo pergi ekspresinya kembali datar.

“Noona- ani mulai sekarang aku tak perlu memanggilmu noona. Kau, apa dia kekasihmu?” rasanya aneh ketika mendengar Taehyung menggunakan bahasa infomal padanya. Sosok Taehyung yang Jieun kenal dulu seakan hilang tertelan bumi.

“Kenapa kau seperti ini- ani maksudku apa kau bahagia dengan sikapmu yang seperti ini terhadapku?”

“Bayangkan kau berada di posisiku waktu itu noona, bayangkan” ucap Taehyung penuh penekanan. Tampak namja itu memiliki kekecewaan yang besar terhadap Jieun. Tak bisa hilang hanya karena masalah itu sudah berlalu.

“Menyakitkan saat tahu orang yang aku percaya malah menusuku dari belakang. Coba saja kau rasakan, pasti kau akan mengerti kenapa aku seperti ini sekarang” Jieun hanya diam. Ia tak bisa membalas, ia tahu sampai kapanpun ia tahu, ia salah.

“Mianhae” hanya seucap kata maaf. Ratusan kali pun Jieun akan mengulanginya jika perlu.

“Cih..”

“Lalu apa yang harus kulakukan untuk menebus kesalahanku?” Taehyung tersenyum kecut.

“Kau nikmati saja rasa penyesalan itu, aku tahu kau tersiksa melihatku ada disini. Nikmati saja sampai kau benar-benar merasakan kekecewaanku” Taehyung pun bangkit dan meninggalkan Jieun yang kembali terdiam dengan mata mulai berkaca-kaca. Namun langkah Taehyung terhenti, ia kembali memandang Jieun yang kini menunduk sedih. Memandanginya cukup lama namun kembali melangkah menjauh setelahnya.

Entahlah, aku tidak tahu perasaan apa ini. Tak senang rasanya melihatmu bersedih seperti itu.

Jieun bangkit, menghembuskan nafas panjangnya, melangkah dibelakang Taehyung yang kini memasuki lift lalu berbalik. Lagi-lagi pandangan mereka bertemu, memandangnya penuh arti hingga pintu lift tertutup. Tak ada ruang untuk Jieun bersanding dengannya didalam lift.

Aku akan menerimanya, apapun yang akan dia lakukan aku akan menerimanya. Inilah penebusan dosamu Lee Jieun.

____

Sudah hampir tiga kali Jieun mondar-mandir keruangan Taehyung namun laporan yang ia buat belum juga memenuhi keinginan namja itu.

“Ini salah”

“Apa kau sebodoh ini?”

“Kau tahu kan cara membuat laporan?”

“Perbaiki”

“Ini sangat buruk”

“Perbaiki lagi” itulah rentetan ucapan pedas namja itu dan Jieun hanya menurut tanpa protes berarti. Dia tahu Taehyung tengah mengerjainya. Akhirnya setelah merevisi laporan beberapa kali, laporan itu disetujui namun pekerjaan setelah itu kembali menumpuk dimeja Jieun. Tak seperti karyawan lainnya, pekerjaan Jieun tampak lebih banyak dan berat serta deadline yang tak masuk akal. Mana bisa Jieun menyelesaikan semua itu dalam waktu semalam? Taehyung benar-benar berniat membuat Jieun mati kecapean.

“Aku tidak mau tahu, kau harus menyelesaikan malam ini juga dan kirimkan segera ke emailku karena besok kita harus meeting” ucap Taehyung seraya menenteng tas kerja dan beranjak pulang.
Jam menunjukan pukul 11 malam dan Jieun masih berkutat dengan pekerjaannya. Matanya juga pinggangnya benar-benar lelah karena duduk dan memandang layar komputer terlalu lama. Oh dan jangan lupakan kepalanya, seakan berasap dan terasa penat.

Jieun bangkit lalu meregangkan otot-otot tangannya ke atas hingga berbunyi ‘klutuk’. Memandang ke sekeliling yang tampak sepi. Benar-benar dirinya yang lembur seorang diri. Jieun meraih telepon kantor dan mengubungi office boy berniat untuk meminta mereka membuatkannya kopi namun telpon itu tak ada yang menjawab.

“Ah jangan-jangan mereka juga sudah pulang semua” gumamnya dan ia kembali meletakan gagang telepon.

“Tak apa Jieun, sebentar lagi juga semuanya selesai dan tinggal dikirim, semangat !” ucapnya menyemangati diri sendiri dan kembali menduduki kursi yang tampak panas karena terlalu lama diduduki.

Pukul 11.40 akhirnya Jieun menyelesaikan semuanya dan ia pun mengirimkan hasilnya ke email Taehyung.  Seakan beban berat sudah hilang dari pundaknya, Jieun pun bangkit seraya membereskan meja kerjanya dan beranjak keluar kantor. Sebelumnya ia tak pernah pulang selarut ini, meskipun lembur paling hanya sampai pukul 10 malam. Gila, ini hari pertama Taehyung menjadi managernya namun Jieun sudah seperti sapi perah. Apa Jieun bisa bertahan? Entahlah.
Jieun menembus jalan Seoul dengan mobilnya, jalanan tampak lebih lengang dibanding jam-jam pulang kantor.

Ning Ning Ning ~ suara ponsel Jieun berbunyi. Jieun meraih hedset dan memasangnya ke telinga kanannya lalu menekan tombol.

“Ji”

“Oh Hyun Woo-ya”

“Kau belum tidur?”

“Aku bahkan baru pulang, sayang”

“Apa? Selarut ini?”

“Banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan sayang”

“Aku merasa ada yang aneh antara kau dan Taehyung. Apa karena namja itu kau uring-uringan siang tadi?”

“A aniya.. ha..ha bagaimana mungkin, kami hanya berteman”

“Benarkah? Lalu kenapa dia memberimu banyak pekerjaan hingga lembur selarut ini, bukankah kalian dekat”

“Kami memang teman tapi didalam pekerjaan tetap harus profesional bukan?” terdengar helaan nafas Hyun Woo dari sebrang sana.

“Kau benar, sepertinya kekhawatiranku tak beralasan” Jieun hanya tersenyum kecut. Faktanya Semua firasat Hyun Woo benar adanya.

“Ya sudah beristirahatlah saat kau sampai dan hati-hati menyetirnya. Selamat malam” lanjut Hyun Woo.

“Ne, selamat malam”

Satu bulan berlalu dan sikap Taehyung semakin menjadi-jadi. Namja itu tak sungkan menyuruh Jieun untuk membuatkannya kopi saat masih banyak office boy tak memiliki kesibukan namun Hyun Woo belum menyadari jika kekasihnya tengah dipermainkan oleh Managernya sendiri.

Jieun meletakan kopi buatannya ke atas meja Taehyung sementara namja itu tampak acuh fokus pada layar komputer dihadapannya. Namun saat Jieun keluar dan duduk dikursi kerjanya, pandangan Taehyung yang semula mengarah pada layar komputer beralih memandang Jieun.

Aku sudah memperlakukannya seburuk yang ku bisa tapi kenapa dia diam saja?

Bodoh, kenapa aku malah merasa menyesal..

Taehyung mengisi waktunya hanya dengan memandangi Jieun dari balik dinding kaca ruangannya. Entah mana yang harus ia prioritaskan, rasa pedulinya atau rasa bencinya terhadap yeoja itu. kepolosannya dulu membuatnya mudah dipermainkan oleh Jieun. Namun Taehyung tak bisa memungkiri bahwa rasa pedulinya belum lah hilang.

Sial.. namja itu menunduk frustasi.

_____

Ulangtahun perusahaan, semuanya berkumpul dengan melepas baju kantor. Bersama, menikmati malam tanpa beban. Semuanya bebas bersenang-senang. Begitu pula Jieun yang sesekali tertawa dalam obrolan ringan bersama Hyun Woo, mampu membuat Taehyung yang berkumpul dengan rekan seprofesinya merasa tak senang. Ia benci melihat tawa wanita itu, tawanya bersama lelaki lain.

“Jinjja?” Hyun Woo mengangguk antusias.

“Haha.. aneh sekali”

“Permisi” Jieun dan Hyun Woo mendongak saat Taehyung menghampiri mereka dengan tiba-tiba.

“Oh Taehyung-ssi, ayo bergabung bersama kami”

“Ah ani, aku hanya meminta izin untuk berbicara dengan Jieun sebentar”

“Oh? N ne silahkan” seakan tak memandang Hyun Woo sebagai kekasih yeoja itu, Taehyung meraih pergelangan Jieun dan membawanya menjauh dari pesta. Namja itu membawa Jieun ke ruangan yang lebih lengang dan menyudutkannya di dinding. Memandang Jieun tajam membuat Jieun tak mengerti.

“Apa lagi sekarang?” tanya Jieun.

“Kau.. benar-benar membuatku marah”

Apa maksudnya?

“Ak-“

“Diamlah, aku muak mendengar ucapanmu. Dengar, dengarkan saja aku, lihat saja aku dan jangan memperhatikan yang lainnya” Jieun makin tak mengerti apa maksud Taehyung. Yang pasti namja itu kini memajukan wajahnya, membuat Jieun melebarkan mata dan tak tahu harus berbuat apa. Pelan tapi pasti, wajahnya semakin mendekat.

“Aku tak menyangka kau bisa menjadi orang seburuk ini” ucap Jieun dan seketika Taehyung berhenti namun jarak wajah mereka berdua masih tetap dekat.

“Apa kau sadar siapa yang membuatku seperti ini”

“Kau hanya mencari alasan, sebanyak apapun aku menjelaskan kau akan tetap menyalahkanku karena kau takut menghadapi kenyataan” Perlahan Taehyung tersenyum, tersenyum miris. Apa yang dikatakan Jieun sangat tepat.

“Jika aku mau, aku bisa menyalahkanmu karena kematian Jimin, aku tak bisa menemaninya disaat-saat terakhir karena aku menunggu operasimu. Aku terpuruk karena kematiannya, tentu saja, tapi aku tak bertahan dilubang hitam itu. aku tahu aku salah, aku mengakuinya, aku mencoba menebus kesalahanku dengan datang ke Kanada, aku melakukan tes untukmu, aku meminta maaf pada Ny.Seung, aku tahu itu tidak akan cukup tapi aku tak pernah mengeluh dengan apa yang kau lakukan selama ini. Kau memperlakukanku seenaknya hanya karena kau atasanku tapi aku diam kan?” akhirnya Jieun memiliki kesempatan untuk mengeluarkan unek-uneknya.

“Noona” Jieun kaget saat Taehyung memanggilnya noona seperti dulu.

“Apakah aku harus meminta maaf kepadamu karena kematian adik mu?”

“...” Jieun membisu. Tentu saja jawabannya adalah tidak. Itu bukan salah Taehyung. Jieun juga sama, Jieun juga hanya beralasan untuk membela diri. Takut menghadapi kenyataan sama seperti Taehyung.

“Jawab !” teriak Taehyung seraya memukul tembok disamping kepala Jieun dengan kepalan tangannya. Jantung Jieun memompa lebih cepat, ia takut melihat kemarahan Taehyung. Jieun hendak pergi namun lagi-lagi ia ditahan dan tanpa permisi Taehyung memaksa menciumnya. Jieun berusaha menolak, ia mengeluarkan kekuatannya untuk menolak skinship yang tak ia kehendaki itu namun kekuatan Taehyung lebih mendominasi. Namja itu meraih lengan Jieun yang menghalanginya dan akhirnya ia dapat mencium Jieun meski gadis itu tetap menolaknya. Tak disangka-sangka, Taehyung tertarik ke belakang saat Hyun Woo memergoki perbuatannya.

Bugh.. Bugh.. bogem mentah Hyun Woo langsung mengenai wajah Taehyung. Tak tinggal diam, Taehyung pun membalas pukulan itu.

“Hentikan !” pekik Jieun membuat kedua namja itu saling berpandangan penuh emosi. Dengan sigap Hyun Woo meraih lengan Jieun dan membawanya dengan tergesa meninggalkan Taehyung yang masih memandangi mereka seraya menyeka darah segar yang merembes keluar dari pipinya.

____

Jieun menghambur memeluk Hyun Woo begitu mereka sampai diruangan yang berbeda.

“Gwencahana?” tanya Hyun Woo cemas.

“Aku tahu ada apa-apa dengan kalian berdua. Kau masih ingin merahasiakannya?” Jieun menghela nafas, ia mengendurkan rengkuhannya dan memandang Hyun Woo seraya berfikir, haruskah ia menceritakan semuanya pada namja itu?

“Mwo? Kau masih tidak mau mengatakan hubungan kalian?”

“Baiklah aku akan menceritakannya” akhirnya Jieunpun menceritakan semuanya pada Hyun Woo. Tentang dirinya yang berubah menjadi pengangguran beberapa tahun lalu dan akhirnya menerima tawaran sebuah penyelidikan yang bisa membuatnya bekerja kembali. Namun hal itu malah membuat penyesalan dalam hidup Jieun.

“J jadi dia anak mentri Myung? dan kau yang menyelidiki scandal itu?” Jieun mengangguk

“Tapi ini tak bisa dibiarkan, kau harus mengundurkan diri dari perusahaan. Lama-lama dia bisa berbahaya Ji” Jieun menggeleng.

“Ani dia bukan anak yang seperti itu, dia anak yang baik dan aku percaya dia bisa berubah menjadi Taehyung yang dulu” Jieun memandang kepada Hyun Woo dengan tatapan meyakinkan.

“Tidak bisa, kau harus mengundurkan diri, tenang saja, aku akan mencari pekerjaan lain untukmu. Apa kau tidak lihat perbuatannya tadi padamu? Sebagai kekasihmu, aku tak mungkin membiarkannya begitu saja”

“Ini bukan masalah pekerjaan, aku hanya ingin menyelesaikannya sendiri. Aku tak boleh lari dari masalah seperti itu. Mengertilah Hyun Woo-ya, jebal” Hyun Woo menghela nafas, seperti biasa, sangat sulit meyakinkan yeoja itu. ia tak pernah menang beradu pendapat dengannya.

“Baiklah untuk kali ini saja tapi jika dia macam-macam lagi padamu, aku tak akan tinggal diam” Jieun tersenyum kecil seraya kembali memeluk namja itu.

“Gomawo” Hyun Woo membalas pelukan itu meski kekawatirannya masih belum padam. Tangannya tak henti mengusap lembut kepala Jieun.

***

Jieun tertegun saat melihat lebam diwajah Taehyung. Ia tahu pasti itu akibat pukulan Hyun Woo tadi malam. Jieun hanya bisa menghela nafas. Taehyung memasuki ruangannya begitu sampai dikantor, tak seperti biasanya. Namja itu tak lagi memandangi Jieun dengan sinis. Melihat lebam diwajah Taehyung, Jieun merasa kasihan. Jieun merasa Taehyung tak pantas lagi terluka karenanya, dia harus cepat menyelesaikan masalah diantara mereka tapi bagaimana caranya?

Jieun tak bisa tinggal diam, ia pun beranjak dari kursi kerjanya dan menuju apotek untuk membeli obat yang akan ia berikan pada Taehyung. Setelah beberapa menit ia kembali dengan sebungkus obat ditangannya, ia mengetuk pintu ruangan Taehyung lalu memasukinya, Taehyung tampak terkejut dengan kedatangan Jieun yang tiba-tiba.

“Ada apa?” tanya namja itu dengan sikap dinginnya. Mencoba membuang keterkejutannya beberapa detik lalu.

Jieun melangkah mendekat lalu meletakan obat itu dihadapan Taehyung “obat ini akan meredakan nyeri diwajahmu” ucapnya. Taehyung memandang sekilas obat itu lalu kini memandang Jieun yang masih memandangi wajahnya. Taehyung pun bangkit, sedikit membuat Jieun memandangnya heran. Lagi-lagi namja itu memojokan Jieun di dinding kaca ruangannya. Untung saja sekarang kantor sedang sepi karena bertepatan dengan waktu makan siang sehingga tak ada yang melihat tindakan namja itu.

“Kau tidak takut padaku? Aku bisa melakukan apapun padamu” ucap Taehyung dengan mimik muka serius.

“Ini bukan dirimu, Taehyung yang dulu tidak seper-”

“Aku bukan Taehyung yang dulu !” Jieun terkesiap saat lagi-lagi namja itu memekik tinggi sama seperti semalam.

“Sampai kapan kau akan seperti ini? Kau ingin melihat aku mati baru kau puas eoh?” entah kenapa Taehyung merasakan amarah saat memandang kedua iris Jieun namun ia tak bisa berbuat lebih jauh untuk menyakiti yeoja itu. benci dan cinta, ia merasakan keduanya terhadap Jieun.

“Aku tak ingin melihatmu mati” Jieun tak menyangka Taehyung akan mengucapkan hal itu.

“Putuskan hubunganmu dengan namja itu”

“A apa maksudmu-”

“Kau mengetahuinya Jieun, kau tahu dari dulu aku menyukaimu tapi kau selalu saja menganggapku anak kecil”

“M mwo?”

“Putuskan Lee Hyun Woo dan datanglah kepadaku, kau harus mengobatinya, mengobati luka yang kau timbulkan dengan tanganmu sendiri”

“Aku tidak bi-”

“Tidak ada penolakan” tekan Taehyung.

“B baiklah” Taehyung tersenyum penuh kemenangan mendengarnya.

____

“Apa kau gila Ji !?” Hyun Woo tak percaya dengan apa yang barusan Jieun katakan padanya. Putus? Kenapa tiba-tiba sekali? Mereka hampir tak memiliki masalah satu sama lain. Hubungan mereka benar-benar baik-baik saja. lalu kenapa hanya karena Taehyung Jieun sampai memutuskan hubungan mereka? Hyun Woo tak habis pikir.

“Aku harus menebus kesalahanku”

“Masih banyak cara lain, banyak Ji ! kau tak perlu mengakhiri hubungan kita hanya karena bocah gila itu”

“Anak itu seperti ini karena aku !”

“Aku benar-benar tak mengerti cara berfikirmu, terserah, aku tak akan mempedulikan apapun lagi. Lakukan saja apa yang kau mau” Hyun Woo melangkah pergi meninggalkan Jieun sendirian diatap gedung perusahaan. Seakan percuma, apapun yang akan ia katakan hanya dianggap angin lalu, tak pernah didengarkan. Hyun Woo tahu Jieun orang yang keras kepala tapi ia tak pernah menyangka gadis itu dapat melakukan semua ini. Mengorbankan hubungan mereka hanya karena ingin menebus dosanya pada Taehyung. Lalu bagaimana dengan perasaan Hyun Woo, apa Jieun tak pernah memikirkan perasaannya barang sejenak?

Pelan tapi pasti, air mata yang sudah mengumpul disudut matanya pada akhirnya jatuh juga. Jieun tak pernah berfikir hubungannya dengan Hyun Woo bisa berakhir seperti ini tapi ia tak bisa mengabaikan masalahnya yang sampai saat ini belum selesai. ia akan menyelesaikannya dulu, baru ia akan mengejar cintanya. Masalahnya dengan Taehyung benar-benar harus bisa ia selesaikan.

***

3 bulan berlalu sejak Jieun mengakhiri hubungannya dengan Hyun Woo. Dan disinilah dia sekarang, duduk menonton televisi dengan Taehyung yang menyandarkan kepala dipangkuannya. Benar, mereka menjalin hubungan.

Taehyung merasa bosan dengan apa yang ia tonton, ia pun berbalik dan menatap Jieun yang tengah melamun. Memandang lurus dengan tatapan kosong.

Tidak mungkin.. ini bukan sesuatu yang kurencanakan..

Bukan seperti ini.. kenapa perasaanku pada Hyun Woo mulai memudar

Apa karena Taehyung selalu ada disisiku?

Sejak Jieun menjalin hubungan dengan Taehyung, namja itu tak lagi memperlakukan Jieun dengan buruk. Justru berbanding 180 derajat, namja itu menjadi sosok yang baik, lebih baik dari Taehyung yang dulu. Taehyung menjadi namja yang perhatian, penyayang dan juga kadang bisa bersikap romantis. Menjaga Jieun layaknya harta yang paling berharga yang ia miliki.  

“Apa yang sedang kau pikirkan?” tanya Taehyung seraya sesekali memainkan rambut Jieun yang menjuntai.

“Eoh?” Jieun menggeleng pelan.

“Kau tahu? Mungkin ini saatnya aku melepaskanmu” Jieun tak mengerti dengan ucapan Taehyung.

“A apa maksudmu Taehyung-a”

“Sudah cukup, 3 bulan saja sudah cukup bagiku mendapat cintamu. Sekarang kau bisa pergi dan kembali bersama orang yang benar-benar kau cintai”

“...” disaat Jieun bimbang tentang hatinya, Taehyung malah berbicara seperti, namja itu malah melepaskannya setelah membuat hatinya terombang-ambing menentukan arah.

“Aku tahu noona melakukan semua ini karena ingin menebus kesalahanmu padaku. Tenang saja, aku sudah memaafkan semuanya. Semua ini sudah cukup bagiku, aku tak bisa egois terus menerus. Kali ini aku akan melepaskanmu, jika kau mau aku tak akan menampakan wajahku lagi dihadapanmu. Aku akan mengundurkan diri dari perusahaan dan kembali ke Kanada”

Mwoya, apa dia pikir aku ini tak punya hati.. ?

“Lee Hyun Woo pasti masih menunggumu dan masih membuka hatinya untuk noona. Kembalilah padanya dan jangan pernah memikirkan kesalahanmu padaku, aku benar-benar sudah memaafkan kau, Chanyeol-ssi dan semua yang terlibat dengan berita scandal itu-” tes, tetesan air mata yang jatuh membasahi wajah Taehyung membuatnya mendongak dan memandang Jieun dengan raut bingung.

“W wae?”

“Aku ini kau anggap apa Taehyung? Seenaknya saja datang dan pergi sesuka hati. Apa kau tak pernah memikirkan perasaanku?”

“J justru karena aku memikirkan perasaanmu-”

“Apa kau bodoh? Setelah 3 bulan bersama, apa kau belum menyadarinya?” Taehyung bangkit dan duduk disamping Jieun.

“A apa maksud noona?”

“Bodoh, aku menyukaimu !” pekik Jieun seraya menampakan wajahnya yang basah karena air mata.

“M mwo?”

J jadi dia menangis karena menyukaiku?

Taehyung belum sepenuhnya percaya dengan apa yang barusan ia dengar. Melihat reaksi Taehyung yang lambat, Jieun pun mendekatkan wajahnya dan menyatukan bibir mereka. Mengalirkan perasaannya dan meyakinkan Taehyung bahwa ia sedang tidak berpura-pura atau sekedar menebus dosa karena kesalahannya. Ini benar-benar nyata, bukan untuk alasan apapun. Jieun mencium namja itu hanya karena ingin menunjukan perasaan yang sebenarnya. Perlahan Taehyung membalas pangutan lemah itu. menerima cinta Jieun yang tak pernah ia bayangkan.

Aku tak pernah berfikir bahwa kita bisa berakhir seperti ini. Seperti sifat manusia, semuanya dapat berubah dan terbalik, kita tak pernah bisa menduga bagaimana takdir memainkan peranannya –Lee Jieun

Aku tak pernah berfikir bahwa cintaku terbalaskan seindah ini. Sebuah perjalanan dan rasa sakit yang panjang hingga kami bertemu dibawah jutaan bintang yang memancarkan cahayanya –Kim Taehyung


The End




Comments

  1. Wuiiihhhh akhirnya di buat sequel juga.. .. Bagus deh taehyung ketemu jieun juga
    Btw, Authornim punya akun wattpad gak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wattpad y? Ada kayanya tp jarang di buka si hehe

      Delete
  2. Happy ending... yeeee... horeeee... thanks authornim.....

    ReplyDelete
  3. yeee ^^/ konfliknya asik thor, ditunggu karya karya selanjutnya,semangat!

    ReplyDelete

Post a Comment