Oneshoot | Drama | Lee Jieun | Kim Taehyung V BTS | Lee Hyun Woo
Previous Give me a job
Mata itu
melebar, terkejut dan tak percaya menjadi satu. Namun Jieun hanya bisa terpaku
tanpa tahu apa yang harus ia lakukan. Jantung Jieun memompa lebih cepat tatkala
namja itu, ah bukan, maksudnya bocah itu mendekat, memasuki lift yang sama
dengannya yang sudah lebih dulu berdiri didalamnya.
Deg Deg
Deg..
D dia Taehyung kan? Tanyanya dalam hati seraya memandang pantulan bocah itu pada
dinding lift dihadapannya. Jieun masih memandang pantulan Taehyung hingga.
“Annyeong...
Noona” ucap Taehyung namun matanya tak memandang Jieun. Wajahnya lurus kedepan
dengan ekspresi datar yang terkesan dingin.
Mendengar
sapaan itu, Jieun seketika menoleh.
“A annyeong”
“Kau tampak
sehat” balas Taehyung.
“B
begitulah, b bagaimana denganmu” Taehyung membuang pandangannya lalu tersenyum miris.
“Kau
benar-benar tak punya malu” Jieun menghela nafas. Dilihat dari ucapan dan
sikapnya, Taehyung pasti sudah tahu semuanya. Inilah yang harus Jieun terima
namun ia sudah menebus kesalahannya kan? Tuhan sudah mengambil adik yang amat
ia sayangi dan juga Jieun sudah meminta maaf secara langsung pada ibu Taehyung
dan Chanyeol bahkan mendonorkan sumsum tulang belakangnya untuk bocah itu.
“Mianhae”
lirih gadis itu.
“Aku akan
membuat hidupmu tak tenang mulai sekarang” Jieun mendongak dan saat ia ingin mengucapkan
sebuah kalimat, Taehyung keluar tepat seletah pintu lift terbuka.
Ke kenapa dia mengucapkan kalimat
seperti itu...
____
“Perkenalkan
namanya Kim Taehyung, dia adalah manager baru kita. Meski usianya masih muda,
dia bisa diandalkan. Dia lulusan management informaka dari Kanada”
"Woah.."
"Mohon kerjasamanya" ucap Taehyung diakhiri senyum simpul.
"Woah.."
"Mohon kerjasamanya" ucap Taehyung diakhiri senyum simpul.
Lagi-lagi
Jieun melebarkan matanya, kejutan lagi. Kini, ia mulai mengerti maksud dari
ucapan yang terdengar seperti ancaman dari Taehyung saat mereka bertemu di
dalam Lift. Tentu saja, Taehyung akan lebih mudah menyiksanya saat bocah- ah
tidak, Taehyung bukan anak SMA lagi. Taehyung akan lebih mudah menyiksanya saat
ia menjadi atasan Jieun. Jieun tidak percaya ini, lihatlah bahkan kini Taehyung
yang dulu sangat manis meski menyebalkan berubah menjadi dingin dan menakutkan.
Namja itu menyeringai seraya mencuri pandang terhadap Jieun saat rekan-rekan
dan karyawan diruangan itu bertepuk tangan menyambutnya.
Apa yang harus kulakukan sekarang?
Ah.. apa aku mengundurkan diri saja?
Penyambutan
kecil sudah berlalu dan kini Taehyung memasuki ruang kerjanya yang memiliki
dinding kaca. Ia dapat memantau bawahannya dari sana termasuk mengawasi Jieun
yang tampak gelisah sejak melihatnya. Tahun-tahun buruk sudah berlalu dan sejak
ia sembuh, ia belajar dengan keras di Kanada. Mencoba melupakan kepahitan dan
keterpurukannya akibat berita yang mengegerkan Korea selatan. Taehyung memiliki
otak yang cerdas sehingga ia dapat lulus dengan cepat dibanding teman-temannya
dan dengan nilai serta kemampuannya ia mencoba magang disebuah perusahaan di
Kanada. Sejak saat itu, ia mulai menyelidiki Jieun dan semuanya mulai dari
latarbelakang hingga keluarga Jieun. Gadis yang menghianati kepercayaannya.
Saat ia tahu keberadaan Jieun, Taehyung mulai mencari cara memasuki perusahaan
tempat Jieun bekerja. Dan disinilah dia sekarang. Menjadi manager di divisi
Jieun ditempatkan.
_____
Hyun Woo
memandang Jieun yang sedari tadi memandangi kopi dihadapannya tanpa meminumnya
sedikitpun. Ia sudah mengenal Jieun beberapa tahun dan ia tahu jika Jieun
bersikap seperti ini pasti gadis itu memiliki masalah yang mengganggu
pikirannya.
“Ada apa?”
“...”
“Ji” panggil
Hyun Woo dengan sedikit nada yang meninggi.
“O oh?”
“Kau
kenapa?” Jieun tersenyum lalu menggeleng.
“Aku tidak
apa-apa” setelah pertemuan mereka di lift waktu pertama Jieun melamar pekerjaan
ke perusahaan itu, mereka mulai dekat dan kini mereka sudah menjalin hubungan.
Jieun percaya jika pertemuan mereka adalah takdir yang tak boleh ia lewatkan.
“Tak apa
jika kau tidak ingin menceritakannya tapi apa kau tidak akan meminum kopinya?
Kopinya nanti dingin”
“A ah ne”
dengan ragu Jieun meraih kopi dihadapannya lalu meminumnya sedikit. Tanpa
mereka sadari sepasang mata yang tajam memandangi Jieun dengan eskpresi datar.
Siapa namja itu ?
Taehyung pun
menghampiri mereka berdua membuat Jieun sedikit terbatuk karena terkejut dengan
kedatangannya.
“O oh, Hyun
Woo-ya perkenalkan dia manager baru di divisiku”
“Benarkah?”
Hyun Woo beralih memandang Taehyung dengan senyum “Annyeong, saya Lee Hyun Woo
dari divisi pengadaan barang, senang bekenalan dengan anda” Taehyung melirik
Jieun sekilas lalu membalas sapaan Hyun Woo.
“Annyeong,
saya Kim Taehyung manager divisi pemasaran”
“Wah anda
terlihat sangat muda, hebat sekali bisa menjadi manager. Duduklah bergabung
saja dengan kami” Taehyung hanya tersenyum kecil menanggapi pujian Hyun Woo
seraya menduduki kursi kosong disebelah Hyun Woo yang langsung berhadapan
dengan Jieun.
“Kuharap aku
tak mengganggu kalian”
“Aniya,
aniya santai saja” sesekali Taehyung memandangi Jieun seraya menyeringai samar,
membuat Jieun menghela nafas dan membuang pandangan ke arah lain. Sementara
Hyun Woo asik menjalaskan tentang seluk beluk perusahaan pada Taehyung yang
dianggapnya belum tahu apa-apa karena terbilang karyawan baru.
“Kenapa
denganmu noona, kau baik-baik saja kan?” Hyun Woo tampak bodoh, kenapa Taehyung
memanggil Jieun, noona?
“N noona?”
Taehyung tersenyum kecil.
“Ne, kami
sudah saling mengenal cukup lama”
“Waah, kau
beruntung sekali Ji karena manager mu adalah orang yang dekat denganmu”
Aku tak yakin dengan hal itu ... ucap Jieun dalam hati.
“Bagaimana
kalian saling mengenal?” lagi-lagi Taehyung memandang Jieun dengan pandangan
sejuta arti.
“Jieun noona
adalah kakak dari teman baik ku” bohong Taehyung.
“Ah jadi kau
teman almarhum Jimin”
“Ne” ucap
Taehyung ringan. Ia tahu, kini ia tahu semuanya tentang Jieun. Tentang Jimin
yang meninggal saat ia tersadar setelah operasi.
“B begitu,
ah iya Ji, sebentar lagi waktu makan siang berakhir. Aku kembali duluan ya,
soalnya ada beberapa laporan yang belum aku selesaikan”
“Ne bye
sayang”
“Kalau
begitu sampai jumpa lagi Taehyung-ssi” Taehyung membalasnya dengan senyum kecil
dan setelah Hyun Woo pergi ekspresinya kembali datar.
“Noona- ani
mulai sekarang aku tak perlu memanggilmu noona. Kau, apa dia kekasihmu?”
rasanya aneh ketika mendengar Taehyung menggunakan bahasa infomal padanya.
Sosok Taehyung yang Jieun kenal dulu seakan hilang tertelan bumi.
“Kenapa kau
seperti ini- ani maksudku apa kau bahagia dengan sikapmu yang seperti ini
terhadapku?”
“Bayangkan
kau berada di posisiku waktu itu noona, bayangkan” ucap Taehyung penuh
penekanan. Tampak namja itu memiliki kekecewaan yang besar terhadap Jieun. Tak
bisa hilang hanya karena masalah itu sudah berlalu.
“Menyakitkan
saat tahu orang yang aku percaya malah menusuku dari belakang. Coba saja kau
rasakan, pasti kau akan mengerti kenapa aku seperti ini sekarang” Jieun hanya
diam. Ia tak bisa membalas, ia tahu sampai kapanpun ia tahu, ia salah.
“Mianhae”
hanya seucap kata maaf. Ratusan kali pun Jieun akan mengulanginya jika perlu.
“Cih..”
“Lalu apa
yang harus kulakukan untuk menebus kesalahanku?” Taehyung tersenyum kecut.
“Kau nikmati
saja rasa penyesalan itu, aku tahu kau tersiksa melihatku ada disini. Nikmati
saja sampai kau benar-benar merasakan kekecewaanku” Taehyung pun bangkit dan
meninggalkan Jieun yang kembali terdiam dengan mata mulai berkaca-kaca. Namun
langkah Taehyung terhenti, ia kembali memandang Jieun yang kini menunduk sedih.
Memandanginya cukup lama namun kembali melangkah menjauh setelahnya.
Entahlah, aku tidak tahu perasaan apa
ini. Tak senang rasanya melihatmu bersedih seperti itu.
Jieun
bangkit, menghembuskan nafas panjangnya, melangkah dibelakang Taehyung yang
kini memasuki lift lalu berbalik. Lagi-lagi pandangan mereka bertemu,
memandangnya penuh arti hingga pintu lift tertutup. Tak ada ruang untuk Jieun
bersanding dengannya didalam lift.
Aku akan menerimanya, apapun yang
akan dia lakukan aku akan menerimanya. Inilah penebusan dosamu Lee Jieun.
____
Sudah hampir
tiga kali Jieun mondar-mandir keruangan Taehyung namun laporan yang ia buat
belum juga memenuhi keinginan namja itu.
“Ini salah”
“Apa kau
sebodoh ini?”
“Kau tahu
kan cara membuat laporan?”
“Perbaiki”
“Ini sangat
buruk”
“Perbaiki
lagi” itulah rentetan ucapan pedas namja itu dan Jieun hanya menurut tanpa
protes berarti. Dia tahu Taehyung tengah mengerjainya. Akhirnya setelah
merevisi laporan beberapa kali, laporan itu disetujui namun pekerjaan setelah
itu kembali menumpuk dimeja Jieun. Tak seperti karyawan lainnya, pekerjaan
Jieun tampak lebih banyak dan berat serta deadline yang tak masuk akal. Mana
bisa Jieun menyelesaikan semua itu dalam waktu semalam? Taehyung benar-benar
berniat membuat Jieun mati kecapean.
“Aku tidak
mau tahu, kau harus menyelesaikan malam ini juga dan kirimkan segera ke emailku
karena besok kita harus meeting” ucap Taehyung seraya menenteng tas kerja dan
beranjak pulang.
Jam
menunjukan pukul 11 malam dan Jieun masih berkutat dengan pekerjaannya. Matanya
juga pinggangnya benar-benar lelah karena duduk dan memandang layar komputer
terlalu lama. Oh dan jangan lupakan kepalanya, seakan berasap dan terasa penat.
Jieun
bangkit lalu meregangkan otot-otot tangannya ke atas hingga berbunyi ‘klutuk’.
Memandang ke sekeliling yang tampak sepi. Benar-benar dirinya yang lembur
seorang diri. Jieun meraih telepon kantor dan mengubungi office boy berniat
untuk meminta mereka membuatkannya kopi namun telpon itu tak ada yang menjawab.
“Ah
jangan-jangan mereka juga sudah pulang semua” gumamnya dan ia kembali meletakan
gagang telepon.
“Tak apa
Jieun, sebentar lagi juga semuanya selesai dan tinggal dikirim, semangat !” ucapnya
menyemangati diri sendiri dan kembali menduduki kursi yang tampak panas karena
terlalu lama diduduki.
Pukul 11.40
akhirnya Jieun menyelesaikan semuanya dan ia pun mengirimkan hasilnya ke email
Taehyung. Seakan beban berat sudah
hilang dari pundaknya, Jieun pun bangkit seraya membereskan meja kerjanya dan
beranjak keluar kantor. Sebelumnya ia tak pernah pulang selarut ini, meskipun
lembur paling hanya sampai pukul 10 malam. Gila, ini hari pertama Taehyung
menjadi managernya namun Jieun sudah seperti sapi perah. Apa Jieun bisa
bertahan? Entahlah.
Jieun
menembus jalan Seoul dengan mobilnya, jalanan tampak lebih lengang dibanding
jam-jam pulang kantor.
Ning Ning
Ning ~ suara ponsel Jieun berbunyi. Jieun meraih hedset dan memasangnya ke
telinga kanannya lalu menekan tombol.
“Ji”
“Oh Hyun
Woo-ya”
“Kau belum
tidur?”
“Aku bahkan
baru pulang, sayang”
“Apa?
Selarut ini?”
“Banyak
pekerjaan yang harus kuselesaikan sayang”
“Aku merasa
ada yang aneh antara kau dan Taehyung. Apa karena namja itu kau uring-uringan
siang tadi?”
“A aniya..
ha..ha bagaimana mungkin, kami hanya berteman”
“Benarkah?
Lalu kenapa dia memberimu banyak pekerjaan hingga lembur selarut ini, bukankah
kalian dekat”
“Kami memang
teman tapi didalam pekerjaan tetap harus profesional bukan?” terdengar helaan
nafas Hyun Woo dari sebrang sana.
“Kau benar,
sepertinya kekhawatiranku tak beralasan” Jieun hanya tersenyum kecut. Faktanya
Semua firasat Hyun Woo benar adanya.
“Ya sudah
beristirahatlah saat kau sampai dan hati-hati menyetirnya. Selamat malam”
lanjut Hyun Woo.
“Ne, selamat
malam”
Satu bulan
berlalu dan sikap Taehyung semakin menjadi-jadi. Namja itu tak sungkan menyuruh
Jieun untuk membuatkannya kopi saat masih banyak office boy tak memiliki
kesibukan namun Hyun Woo belum menyadari jika kekasihnya tengah dipermainkan
oleh Managernya sendiri.
Jieun
meletakan kopi buatannya ke atas meja Taehyung sementara namja itu tampak acuh
fokus pada layar komputer dihadapannya. Namun saat Jieun keluar dan duduk
dikursi kerjanya, pandangan Taehyung yang semula mengarah pada layar komputer
beralih memandang Jieun.
Aku sudah memperlakukannya seburuk
yang ku bisa tapi kenapa dia diam saja?
Bodoh, kenapa aku malah merasa
menyesal..
Taehyung
mengisi waktunya hanya dengan memandangi Jieun dari balik dinding kaca
ruangannya. Entah mana yang harus ia prioritaskan, rasa pedulinya atau rasa
bencinya terhadap yeoja itu. kepolosannya dulu membuatnya mudah dipermainkan
oleh Jieun. Namun Taehyung tak bisa memungkiri bahwa rasa pedulinya belum lah
hilang.
Sial.. namja itu menunduk frustasi.
_____
Ulangtahun
perusahaan, semuanya berkumpul dengan melepas baju kantor. Bersama, menikmati
malam tanpa beban. Semuanya bebas bersenang-senang. Begitu pula Jieun yang
sesekali tertawa dalam obrolan ringan bersama Hyun Woo, mampu membuat Taehyung
yang berkumpul dengan rekan seprofesinya merasa tak senang. Ia benci melihat
tawa wanita itu, tawanya bersama lelaki lain.
“Jinjja?”
Hyun Woo mengangguk antusias.
“Haha.. aneh
sekali”
“Permisi”
Jieun dan Hyun Woo mendongak saat Taehyung menghampiri mereka dengan tiba-tiba.
“Oh
Taehyung-ssi, ayo bergabung bersama kami”
“Ah ani, aku
hanya meminta izin untuk berbicara dengan Jieun sebentar”
“Oh? N ne
silahkan” seakan tak memandang Hyun Woo sebagai kekasih yeoja itu, Taehyung
meraih pergelangan Jieun dan membawanya menjauh dari pesta. Namja itu membawa
Jieun ke ruangan yang lebih lengang dan menyudutkannya di dinding. Memandang
Jieun tajam membuat Jieun tak mengerti.
“Apa lagi
sekarang?” tanya Jieun.
“Kau..
benar-benar membuatku marah”
Apa maksudnya?
“Ak-“
“Diamlah,
aku muak mendengar ucapanmu. Dengar, dengarkan saja aku, lihat saja aku dan
jangan memperhatikan yang lainnya” Jieun makin tak mengerti apa maksud
Taehyung. Yang pasti namja itu kini memajukan wajahnya, membuat Jieun
melebarkan mata dan tak tahu harus berbuat apa. Pelan tapi pasti, wajahnya
semakin mendekat.
“Aku tak
menyangka kau bisa menjadi orang seburuk ini” ucap Jieun dan seketika Taehyung
berhenti namun jarak wajah mereka berdua masih tetap dekat.
“Apa kau
sadar siapa yang membuatku seperti ini”
“Kau hanya
mencari alasan, sebanyak apapun aku menjelaskan kau akan tetap menyalahkanku
karena kau takut menghadapi kenyataan” Perlahan Taehyung tersenyum, tersenyum
miris. Apa yang dikatakan Jieun sangat tepat.
“Jika aku
mau, aku bisa menyalahkanmu karena kematian Jimin, aku tak bisa menemaninya
disaat-saat terakhir karena aku menunggu operasimu. Aku terpuruk karena
kematiannya, tentu saja, tapi aku tak bertahan dilubang hitam itu. aku tahu aku
salah, aku mengakuinya, aku mencoba menebus kesalahanku dengan datang ke
Kanada, aku melakukan tes untukmu, aku meminta maaf pada Ny.Seung, aku tahu itu
tidak akan cukup tapi aku tak pernah mengeluh dengan apa yang kau lakukan
selama ini. Kau memperlakukanku seenaknya hanya karena kau atasanku tapi aku
diam kan?” akhirnya Jieun memiliki kesempatan untuk mengeluarkan unek-uneknya.
“Noona”
Jieun kaget saat Taehyung memanggilnya noona seperti dulu.
“Apakah aku
harus meminta maaf kepadamu karena kematian adik mu?”
“...” Jieun
membisu. Tentu saja jawabannya adalah tidak. Itu bukan salah Taehyung. Jieun
juga sama, Jieun juga hanya beralasan untuk membela diri. Takut menghadapi kenyataan
sama seperti Taehyung.
“Jawab !”
teriak Taehyung seraya memukul tembok disamping kepala Jieun dengan kepalan
tangannya. Jantung Jieun memompa lebih cepat, ia takut melihat kemarahan
Taehyung. Jieun hendak pergi namun lagi-lagi ia ditahan dan tanpa permisi
Taehyung memaksa menciumnya. Jieun berusaha menolak, ia mengeluarkan
kekuatannya untuk menolak skinship yang tak ia kehendaki itu namun kekuatan
Taehyung lebih mendominasi. Namja itu meraih lengan Jieun yang menghalanginya
dan akhirnya ia dapat mencium Jieun meski gadis itu tetap menolaknya. Tak
disangka-sangka, Taehyung tertarik ke belakang saat Hyun Woo memergoki
perbuatannya.
Bugh..
Bugh.. bogem mentah Hyun Woo langsung mengenai wajah Taehyung. Tak tinggal
diam, Taehyung pun membalas pukulan itu.
“Hentikan !”
pekik Jieun membuat kedua namja itu saling berpandangan penuh emosi. Dengan
sigap Hyun Woo meraih lengan Jieun dan membawanya dengan tergesa meninggalkan
Taehyung yang masih memandangi mereka seraya menyeka darah segar yang merembes
keluar dari pipinya.
____
Jieun menghambur
memeluk Hyun Woo begitu mereka sampai diruangan yang berbeda.
“Gwencahana?”
tanya Hyun Woo cemas.
“Aku tahu
ada apa-apa dengan kalian berdua. Kau masih ingin merahasiakannya?” Jieun
menghela nafas, ia mengendurkan rengkuhannya dan memandang Hyun Woo seraya
berfikir, haruskah ia menceritakan semuanya pada namja itu?
“Mwo? Kau masih
tidak mau mengatakan hubungan kalian?”
“Baiklah aku
akan menceritakannya” akhirnya Jieunpun menceritakan semuanya pada Hyun Woo. Tentang
dirinya yang berubah menjadi pengangguran beberapa tahun lalu dan akhirnya
menerima tawaran sebuah penyelidikan yang bisa membuatnya bekerja kembali. Namun
hal itu malah membuat penyesalan dalam hidup Jieun.
“J jadi dia
anak mentri Myung? dan kau yang menyelidiki scandal itu?” Jieun mengangguk
“Tapi ini
tak bisa dibiarkan, kau harus mengundurkan diri dari perusahaan. Lama-lama dia
bisa berbahaya Ji” Jieun menggeleng.
“Ani dia
bukan anak yang seperti itu, dia anak yang baik dan aku percaya dia bisa
berubah menjadi Taehyung yang dulu” Jieun memandang kepada Hyun Woo dengan
tatapan meyakinkan.
“Tidak bisa,
kau harus mengundurkan diri, tenang saja, aku akan mencari pekerjaan lain
untukmu. Apa kau tidak lihat perbuatannya tadi padamu? Sebagai kekasihmu, aku
tak mungkin membiarkannya begitu saja”
“Ini bukan
masalah pekerjaan, aku hanya ingin menyelesaikannya sendiri. Aku tak boleh lari
dari masalah seperti itu. Mengertilah Hyun Woo-ya, jebal” Hyun Woo menghela
nafas, seperti biasa, sangat sulit meyakinkan yeoja itu. ia tak pernah menang
beradu pendapat dengannya.
“Baiklah
untuk kali ini saja tapi jika dia macam-macam lagi padamu, aku tak akan tinggal
diam” Jieun tersenyum kecil seraya kembali memeluk namja itu.
“Gomawo” Hyun
Woo membalas pelukan itu meski kekawatirannya masih belum padam. Tangannya tak
henti mengusap lembut kepala Jieun.
***
Jieun tertegun
saat melihat lebam diwajah Taehyung. Ia tahu pasti itu akibat pukulan Hyun Woo
tadi malam. Jieun hanya bisa menghela nafas. Taehyung memasuki ruangannya
begitu sampai dikantor, tak seperti biasanya. Namja itu tak lagi memandangi
Jieun dengan sinis. Melihat lebam diwajah Taehyung, Jieun merasa kasihan. Jieun
merasa Taehyung tak pantas lagi terluka karenanya, dia harus cepat
menyelesaikan masalah diantara mereka tapi bagaimana caranya?
Jieun tak
bisa tinggal diam, ia pun beranjak dari kursi kerjanya dan menuju apotek untuk
membeli obat yang akan ia berikan pada Taehyung. Setelah beberapa menit ia
kembali dengan sebungkus obat ditangannya, ia mengetuk pintu ruangan Taehyung
lalu memasukinya, Taehyung tampak terkejut dengan kedatangan Jieun yang
tiba-tiba.
“Ada apa?”
tanya namja itu dengan sikap dinginnya. Mencoba membuang keterkejutannya
beberapa detik lalu.
Jieun
melangkah mendekat lalu meletakan obat itu dihadapan Taehyung “obat ini akan
meredakan nyeri diwajahmu” ucapnya. Taehyung memandang sekilas obat itu lalu
kini memandang Jieun yang masih memandangi wajahnya. Taehyung pun bangkit,
sedikit membuat Jieun memandangnya heran. Lagi-lagi namja itu memojokan Jieun
di dinding kaca ruangannya. Untung saja sekarang kantor sedang sepi karena bertepatan
dengan waktu makan siang sehingga tak ada yang melihat tindakan namja itu.
“Kau tidak
takut padaku? Aku bisa melakukan apapun padamu” ucap Taehyung dengan mimik muka
serius.
“Ini bukan
dirimu, Taehyung yang dulu tidak seper-”
“Aku bukan
Taehyung yang dulu !” Jieun terkesiap saat lagi-lagi namja itu memekik tinggi
sama seperti semalam.
“Sampai
kapan kau akan seperti ini? Kau ingin melihat aku mati baru kau puas eoh?”
entah kenapa Taehyung merasakan amarah saat memandang kedua iris Jieun namun ia
tak bisa berbuat lebih jauh untuk menyakiti yeoja itu. benci dan cinta, ia
merasakan keduanya terhadap Jieun.
“Aku tak
ingin melihatmu mati” Jieun tak menyangka Taehyung akan mengucapkan hal itu.
“Putuskan
hubunganmu dengan namja itu”
“A apa
maksudmu-”
“Kau
mengetahuinya Jieun, kau tahu dari dulu aku menyukaimu tapi kau selalu saja
menganggapku anak kecil”
“M mwo?”
“Putuskan
Lee Hyun Woo dan datanglah kepadaku, kau harus mengobatinya, mengobati luka
yang kau timbulkan dengan tanganmu sendiri”
“Aku tidak
bi-”
“Tidak ada
penolakan” tekan Taehyung.
“B baiklah”
Taehyung tersenyum penuh kemenangan mendengarnya.
____
“Apa kau gila
Ji !?” Hyun Woo tak percaya dengan apa yang barusan Jieun katakan padanya. Putus?
Kenapa tiba-tiba sekali? Mereka hampir tak memiliki masalah satu sama lain. Hubungan
mereka benar-benar baik-baik saja. lalu kenapa hanya karena Taehyung Jieun
sampai memutuskan hubungan mereka? Hyun Woo tak habis pikir.
“Aku harus
menebus kesalahanku”
“Masih
banyak cara lain, banyak Ji ! kau tak perlu mengakhiri hubungan kita hanya
karena bocah gila itu”
“Anak itu
seperti ini karena aku !”
“Aku
benar-benar tak mengerti cara berfikirmu, terserah, aku tak akan mempedulikan
apapun lagi. Lakukan saja apa yang kau mau” Hyun Woo melangkah pergi
meninggalkan Jieun sendirian diatap gedung perusahaan. Seakan percuma, apapun
yang akan ia katakan hanya dianggap angin lalu, tak pernah didengarkan. Hyun
Woo tahu Jieun orang yang keras kepala tapi ia tak pernah menyangka gadis itu
dapat melakukan semua ini. Mengorbankan hubungan mereka hanya karena ingin
menebus dosanya pada Taehyung. Lalu bagaimana dengan perasaan Hyun Woo, apa
Jieun tak pernah memikirkan perasaannya barang sejenak?
Pelan tapi
pasti, air mata yang sudah mengumpul disudut matanya pada akhirnya jatuh juga. Jieun
tak pernah berfikir hubungannya dengan Hyun Woo bisa berakhir seperti ini tapi ia
tak bisa mengabaikan masalahnya yang sampai saat ini belum selesai. ia akan
menyelesaikannya dulu, baru ia akan mengejar cintanya. Masalahnya dengan
Taehyung benar-benar harus bisa ia selesaikan.
***
3 bulan
berlalu sejak Jieun mengakhiri hubungannya dengan Hyun Woo. Dan disinilah dia
sekarang, duduk menonton televisi dengan Taehyung yang menyandarkan kepala
dipangkuannya. Benar, mereka menjalin hubungan.
Taehyung
merasa bosan dengan apa yang ia tonton, ia pun berbalik dan menatap Jieun yang
tengah melamun. Memandang lurus dengan tatapan kosong.
Tidak mungkin.. ini bukan sesuatu
yang kurencanakan..
Bukan seperti ini.. kenapa perasaanku
pada Hyun Woo mulai memudar
Apa karena Taehyung selalu ada
disisiku?
Sejak Jieun
menjalin hubungan dengan Taehyung, namja itu tak lagi memperlakukan Jieun
dengan buruk. Justru berbanding 180 derajat, namja itu menjadi sosok yang baik,
lebih baik dari Taehyung yang dulu. Taehyung menjadi namja yang perhatian,
penyayang dan juga kadang bisa bersikap romantis. Menjaga Jieun layaknya harta
yang paling berharga yang ia miliki.
“Apa yang
sedang kau pikirkan?” tanya Taehyung seraya sesekali memainkan rambut Jieun
yang menjuntai.
“Eoh?” Jieun
menggeleng pelan.
“Kau tahu? Mungkin
ini saatnya aku melepaskanmu” Jieun tak mengerti dengan ucapan Taehyung.
“A apa
maksudmu Taehyung-a”
“Sudah
cukup, 3 bulan saja sudah cukup bagiku mendapat cintamu. Sekarang kau bisa
pergi dan kembali bersama orang yang benar-benar kau cintai”
“...” disaat
Jieun bimbang tentang hatinya, Taehyung malah berbicara seperti, namja itu
malah melepaskannya setelah membuat hatinya terombang-ambing menentukan arah.
“Aku tahu
noona melakukan semua ini karena ingin menebus kesalahanmu padaku. Tenang saja,
aku sudah memaafkan semuanya. Semua ini sudah cukup bagiku, aku tak bisa egois
terus menerus. Kali ini aku akan melepaskanmu, jika kau mau aku tak akan
menampakan wajahku lagi dihadapanmu. Aku akan mengundurkan diri dari perusahaan
dan kembali ke Kanada”
Mwoya, apa dia pikir aku ini tak
punya hati.. ?
“Lee Hyun
Woo pasti masih menunggumu dan masih membuka hatinya untuk noona. Kembalilah padanya
dan jangan pernah memikirkan kesalahanmu padaku, aku benar-benar sudah
memaafkan kau, Chanyeol-ssi dan semua yang terlibat dengan berita scandal itu-”
tes, tetesan air mata yang jatuh membasahi wajah Taehyung membuatnya mendongak
dan memandang Jieun dengan raut bingung.
“W wae?”
“Aku ini kau
anggap apa Taehyung? Seenaknya saja datang dan pergi sesuka hati. Apa kau tak
pernah memikirkan perasaanku?”
“J justru
karena aku memikirkan perasaanmu-”
“Apa kau
bodoh? Setelah 3 bulan bersama, apa kau belum menyadarinya?” Taehyung bangkit
dan duduk disamping Jieun.
“A apa
maksud noona?”
“Bodoh, aku
menyukaimu !” pekik Jieun seraya menampakan wajahnya yang basah karena air
mata.
“M mwo?”
J jadi dia menangis karena
menyukaiku?
Taehyung
belum sepenuhnya percaya dengan apa yang barusan ia dengar. Melihat reaksi
Taehyung yang lambat, Jieun pun mendekatkan wajahnya dan menyatukan bibir
mereka. Mengalirkan perasaannya dan meyakinkan Taehyung bahwa ia sedang tidak
berpura-pura atau sekedar menebus dosa karena kesalahannya. Ini benar-benar
nyata, bukan untuk alasan apapun. Jieun mencium namja itu hanya karena ingin
menunjukan perasaan yang sebenarnya. Perlahan Taehyung membalas pangutan lemah
itu. menerima cinta Jieun yang tak pernah ia bayangkan.
Aku tak pernah berfikir bahwa kita
bisa berakhir seperti ini. Seperti sifat manusia, semuanya dapat berubah dan terbalik,
kita tak pernah bisa menduga bagaimana takdir memainkan peranannya –Lee Jieun
Aku tak pernah berfikir bahwa cintaku
terbalaskan seindah ini. Sebuah perjalanan dan rasa sakit yang panjang hingga
kami bertemu dibawah jutaan bintang yang memancarkan cahayanya –Kim Taehyung
The End
Wuiiihhhh akhirnya di buat sequel juga.. .. Bagus deh taehyung ketemu jieun juga
ReplyDeleteBtw, Authornim punya akun wattpad gak?
Wattpad y? Ada kayanya tp jarang di buka si hehe
DeleteHappy ending... yeeee... horeeee... thanks authornim.....
ReplyDeleteYeee yeee yeee sama2. Makasih jg udh baca :)
Deleteyeee ^^/ konfliknya asik thor, ditunggu karya karya selanjutnya,semangat!
ReplyDeleteSiap, d tunggu ya. Semangat!
Delete