Part [1] [2] [3] [4] [5]
Kanada aku datang..
Jieun
terdiam sejenak setelah ia menuruni pesawat yang membawanya ke Kanada. Negara dimana Taehyung dirawat selama ini. Jieun tidak yakin ia akan sanggup bertemu
dengan anak itu. Ia terlalu malu, bahkan hanya untuk menampakan wajahnya saja.
Kesalahan Jieun pada anak itu terlalu banyak.
“Jieun-ssi”
Chanyeol menyadarkan Jieun pada lamunannya.
“Eoh ?”
“Apa
kau siap ?” Jieun diam sejenak, ia menghirup udara dalam-dalam dan mengangguk
kecil.
Kau terlihat siap, tapi... aku tidak. bisik Chanyeol dalam hati.
____
Setelah
beberapa jam, Jieun dan Chanyeol tiba dihotel untuk mereka menginap. Mereka
akan mengunjungi Taehyung besok dan untuk hari ini mereka sepakat untuk istirahat
terlebih dahulu. Kamar Chanyeol dan Jieun saling berhadapan, mereka berpisah
saat mulai memasuki kamar masing-masing. Mata Jieun menelusuri sejenak saat ia
mulai memasuki kamar miliknya. Lagi-lagi hanya bisa menghela nafas. Tidak ada
yang salah dengan kamar itu, semuanya baik-baik saja namun Jieun belum bisa
mengendalikan hatinya sendiri. Harus bagaimana jika nanti ia bertemu Taehyung ?
Mulai darimana menjelaskan semua masalah yang Jieun timbulkan ? hal itulah yang
membuat Jieun gelisah. Gadis itu menepikan koper yang dibawanya dan duduk
ditepi ranjang berseprei putih disana. Memandang keluar jendela yang mengarah
ke balkon.
Taehyung-a, apa setelah semua ini kau
bisa memaafkan noona ?
Tak
berbeda jauh, sejak tiba di bandara Kanada Chanyeol pun hanya bisa diam.
Mungkin Jieun salah tapi ada dua orang yang lebih bertanggung jawab dengan
semua masalah ini yaitu dirinya dan juga sang bibi. Sejak mendengar bahwa
Taehyung koma entah mengapa Chanyeol merasa benar-benar bersalah dan sadar
bahwa apa yang ia lakukan dulu memang tidak sepantasnya dilakukan seorang
wartawan. Chanyeol selalu membela diri dengan berbagai alasan untuk tidak
merasa bersalah namun akhirnya semua itu menguap dan yang tersisa adalah
kenyataan bahwa ia menghancurkan sebuah keluarga yang damai.
____
Alamat
rumah sakit sudah berada ditangan. Jieun mendapatkannya dari Baekhyun. Kini
Jieun dan Chanyeol sudah berdiri didepan rumah sakit besar itu. keduanya
berpandangan sejenak.
“Kau
siap Jieun-ssi ?” Jieun menggeleng.
“Sampai
kapanpun aku tak pernah siap tapi .. jika ini tidak kulakukan hidupku tak akan
pernah tenang”
“Baiklah,
ayo kita masuk” Kedua orang itu akhirnya memasuki rumah sakit, berhenti sejenak
diresepsionis untuk menanyakan kamar Taehyung berada. Hingga akhirnya mereka
tiba dikamar nomor 299. Jieun mengepalkan tangan kanannya sebelum akhirnya ia
membuka pintu. Pemandangan pertama kali yang ia dapat adalah terlelapnya
Taehyung dengan selang infus yang berada ditangan dan hidungnya. Entah mengapa
hal itu membuat Jieun berkaca-kaca. Lihatlah anak itu sekarang. Pucat dan
lemah. Jieun mendekati Taehyung dengan langkah pelan dan berat. Meraih tangan
anak itu dan menggenggamnya hingga akhirnya tangisnya pecah. Menunduk dan
menyesali semuanya.
“Mianhae..”
lirih Jieun. Chanyeol tak kalah kaget, ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa
melihat Taehyung yang kini berada diranjang tanpa daya. Tak dipungkiri ia memiliki
andil dalam semua kekacauan hidup Taehyung.
Maafkan aku Taehyung-a.. tolong maafkan
bibiku juga batin
Chanyeol. Namja itu hanya bisa mencoba menenangkan Jieun yang tak bisa lagi
menahan tangisnya.
“Siapa
kalian ?” suara seorang wanita membuat Jieun dan Canyeol menoleh. Dan wanita
itu adalah ibu Taehyung, Ny. Seung In Hwa.
“Ka
kami, teman Taehyung dari Seoul Ny.Seung” ucap Chanyeol dan makin membuat Ny.
Seung mengernyit karena ia belum pernah bertemu dengan mereka sebelumnya. Jieun
pun mengulurkan tangannya saat Ny.Seung melangkah mendekat ke sisi ranjang
Taehyung.
“Jieun
imnida”
“MWO !?”
raut muka Ny.Seung berubah drastis saat mengetahui nama Jieun.
“Pergi
kalian, pergi kalian dari sini !” Ny.Seung sudah mengetahuinya. Termasuk orang-orang
yang menyebarkan scandal suaminya dan alasan dibalik itu. ia mengetahuinya
langsung dari sang suami yang bercerita panjang lebar. Jieun bertukar pandang
dengan Chanyeol. Seakan mengerti bahwa ibu Taehyung sudah mengetahui semuanya.
“Kubilang
pergi ! apa kalian tuli !? terutama kau” Ny.Seung menunjuk wajah Jieun dengan
jari telunjuknya. “Dasar wanita jal*ng ! kau memanfaatkan kebaikan anak ku kan
!? HAH !? JAWAB ! kalian benar-benar bukan manusia !” Ny.Seung terlihat murka. Ia
sudah bisa menebak kalau namja yang bersama Jieun pastilah bernama Chanyeol.
Jieun semakin tersisak. Bukannya pergi ia malah berlutut dikaki Ny.Seung dan
berucap maaf berulang kali.
“Yaakk
! Kau pikir kau bisa menebus semua kesalahanmu dengan berlutut seperti ini !?
HAH !? Kau tidak lihat bagaimana keadaan Taehyung sekarang, HAH !?”
“Mianhamnida,
mianhamnida Ny.Seung.” Chanyeol terkejut dengan aksi Jieun yang tiba-tiba
berlutut. Ia pun meraih kedua bahu Jieun dan membantunya kembali berdiri.
“Jieun,
sudahlah ini tidak berguna” bisik Chanyeol.
“Ini
bukan salah kami sepenuhnya kau tahu itu” ujar Chanyeol membuat Ny.Seung makin
menatap tajam namja itu, Jieun pun memandang tak percaya pada Chanyeol.
“MWO !?
Kau bilang ini bukan salah kalian !? apa kau tidak melihat keadaan anak ku ?
lihat, lihat dengan kedua mata kalian, anaku begitu terpukul karena berita yang
kalian sebarkan. Apa kau tidak memikirkan akibat dari berita yang kalian
publikasi, jawab aku, JAWAB !”
“Kami
hanya membuka kebenaran tentang suami mu Ny.Seung. Cepat atau lambat Taehyung
akan tahu kebenarannya. Bahkan jika bukan dari berita itu, dia akan tetap tahu
dari orang lain. Dan kau tahu, dia akan seperti ini saat dia mengetahui
semuanya. Saat mengetahui keluarga sempurnanya hanya sebuah kedok. Kau pasti
sudah menduganya. Jangan menutupi kesalahanmu dengan menyalahkan semuanya
kepada kami. Kau ibunya, kau yang paling dekat dengannya, kenapa kau menutupi
kebenaran dari anak mu sendiri” ujar Chanyeol. Jieun merenungkan ucapan
Chanyeol. Tak ada yang salah. Setidaknya kata-kata itu sedikit menghiburnya. Ia
tahu ia tak sepenuhnya bersalah atas semua yang terjadi dengan Taehyung. Ny.Seung
langsung membisu. Ia tak tahu harus mengucapkan apa lagi. Ia sadar ia juga
bersalah karena menyembunyikan kebenaran yang ia tahu dari anaknya sendiri.
“Aku
tahu, aku juga bersalah. Aku tahu, aku tahu..” lirih Ny.Seung dan kini terisak
pelan. Jieun mendekat perlahan, dengan ragu ia menepuk-nepuk pelan bahu
Ny.Seung yang naik turun karena menangis.
____
Jieun
dan Chanyeol sama sekali tidak menyangka mereka akan duduk satu meja dengan
Ny.Seung setelah pertengkaran hebat yang terjadi dikamar Taehyung.
“Apa
yang ingin kalian bicarakan padaku ?”
“Kami
berniat melakukan tes sumsum tulang belakang dan jika ada yang cocok maka kami
akan mendonorkannya pada Taehyung” jawab Chanyeol.
“Darimana
kalian tahu anak ku membutuhkan donor sumsum tulang belakang ?”
“Aku
mengetahuinya dari Baekhyun Ny.Seung” jawab Jieun. Awalnya ia tak berfikir
untuk melakukan tes itu namun ia ingat bahwa Baekhyun pernah mengatakan jika
Taehyung membutuhkan donor sumsum tulang belakang agar bisa operasi. Tak ada
salahnya mencoba membantu lagi pula ia akan sangat senang jika memang sumsum
tulang belakangnya cocok dengan Taehyung. Hal itu bisa membuat rasa bersalahnya
berkurang.
“Jikapun
memang ada yang cocok. Aku tidak akan berterima kasih,masalah ini timbul karena
kalian juga. Setelah tes itu kalian lakukan, kuharap kalian menjauh dari
kehidupan kami. Jangan pernah muncul dihadapan Taehyung. Aku memintanya dengan
sangat. Dan jangan khawatir, saat Taehyung sembuh aku akan menceritakan semuanya,
tentang keterlibatan kalian juga. Tentang noona yang sangat ia percaya tapi
malah memanfaatkannya” Ny.Seung mncoba menyindir Jieun membuat Jieun hanya bisa
menghela nafas sebelum akhirnya mengangguk setuju. Mungkin ini adalah jalan
terbaik, saling menjauh dan tak lagi berhubungan dengan Taehyung.
Dihari
yang sama, Jieun dan Chanyeol pun melakukan tes kecocokan sumsum tulang
belakang untuk pencangkokan Taehyung. Tak disangka-sangka, Chanyeol memiliki
kecocokan sehingga operasi dapat dilakukan dengan segera. Dalam hati hal itu
membuat Ny.Seung sangat bersyukur. Meski rasa kesalnya pada Jieun dan Chanyeol
belumlah hilang. Hari berikutnya Jieun dan Chanyeol masih datang ke rumah sakit
karena Taehyung akan dioperasi. Hanya duduk dikoridor menunggu dengan cemas. Tak
berebda jauh, Ny.Seung pun terlihat gelisah. Tak ada suaminya disana, Jieun
heran kenapa mentri Myung malah absen saat anaknya dioperasi dan membiarkan
istrinya sendirian menunggu. Entahlah.
Drrt
Drrt ..
Jieun
mengangkat ponselnya saat ada panggilan masuk. Ia bangkit dan sedikit menjauh.
“Hall-“
“Jieun,
kau bisa pulang sekarang sayang ?” suara sang ibu tampak berbeda.
“A ada
apa eomma ?”
“Jimin,
Ji.. Jimin semakin lemah dan harus dilarikan ke rumah sakit”
“M mwo
!?” Jieun meraih kepalanya.
Apalagi sekarang..
“A aku
akan pulang secepatnya” Jieun menutup ponselnya dan ia sedikit berlari menuju
Chanyeol.
“Ada
apa Ji ?” tanya namja itu.
“Aku
harus pulang sekarang, adik ku berada dirumah sakit”
“Mwo ? Haruskah
kita pulang bersama ?”
“Ani,
kau tunggu saja disini sampai operasi selesai dan temani Ny.Seung”
“Baiklah”
“Kalau
begitu aku pergi dulu” ucap Jieun tergesa. Chanyeol hanya mengangguk kecil lalu
memandang Jieun yang mulai menjauh. Ia pernah mendengar jika adik Jieun
memiliki penyakit bawaan sejak lahir. Ny.Seung sebenarnya penasaran namun ia
hanya diam dan tak berniat bertanya bahkan mengobrol dengan Chanyeol. Ia hanya
berharap operasi Taehyung lancar dan segera sadar.
<<>>
Setelah
menaiki pesawat ke Seoul, Jieun langsung menuju stasiun kereta dan memesan
tiket untuk pulang. Tubuhnya memang lelah namun melihat keadaan adiknya lebih
penting dari pada dirinya sendiri. Didalam kereta, Jieun tak bisa tenang, ia
tak bisa tidur juga. Ia hanya memandang keluar jendela.
Apa ini balasanmu Tuhan ? apa ini
balasan atas perbuatanku ? tapi kenapa harus adik ku, kenapa ? tolong jaga
dia.. berikan ia umur panjang jika perlu lebih panjang dari pada umurku..
Setelah
beberapa jam. Jieun langsung menuju rumah sakit, keadaannya tampak lusuh namun
ia tak perduli. Dengan tergesa ia menuju kamar 221 setelah diberitahu sang ibu
lewat pesan singkat. Langkahnya berhenti saat Jieun melihat orang tuanya
menangis dilorong depan kamar 221.
“Eomma..”
lirih Jieun. Dan Ny.Lee langsung memeluk Jieun.
“Bagaimana
keadaan Jimin ?”
“D
dia.. dia sudah meninggal 2 menit yang lalu sayan-”
“A
apa.. e eomma, ini tidak lucu, jangan berkata seperti itu !” Jieun melepas
pelukan sang ibu dan menggenggam kedua bahunya erat. Sang ayah bangkit dan
menepuk bahu Jieun.
“Ucapan
ibumu benar Ji, Jimin sudah pergi” kaki Jieun lemas mendengar ucapan ayahnya. Ia
terdiam namun matanya mulai memanas, dan akhirnya meluncurkan air mata yang
membasahi pipi. Kemarin ia menangis karena Taehyung lalu hari ini ia kembali
menangis karena adiknya. Sebenarnya kenapa bisa berurutan seperti ini. Apa Tuhan
tengah menghukumnya ?
Jieun
menangis, ia tak bisa lagi membendungnya. Ia berlari memasuki kamar 221 dan
perlahan membuka kain penutup mayat sang adik, adik yang sedari kecil amat ia
sayangi dan jaga sepenuh hati. Setelah melihat jasad Jimin, Jieun baru percaya
jika adiknya sudah pergi. Pergi tanpa mengatakan sepatah kata apapun padanya
bahkan Jieun tidak berada disampingnya. Begitu menyedihkan. Menyesakan. Jieun
kembali menangis dan kini tak ada lagi yang bisa menahannya.
____
Jieun
hanya bisa termenung, duduk memandangi foto adiknya dirumah duka. Pakaian serba
hitam seolah mewakili perasaannya saat ini yang dilanda duka karena
ditinggalkan sang adik.
“Ji
pulanglah dan istirahat, ayah dan ibu saja yang akan disini dan menyambut para
tamu” Tak ada jawaban, Jieun hanya membisu namun ia bangkit dan berjalan
gontai. Setelah keluar rumah duka, Jieun hanya berdiam diri. Ia menutup matanya
yang sedari kemarin menangis hingga sembab. Wajahnya bengkak karena menangis
tanpa henti.
Aku tahu ini semua hukuman untuk ku
bukan ? kenapa kau mengambil Jimin ku Tuhan ?
Drrt
Drrt
Ponselnya
berbunyi, perlahan Jieun membuka matanya dan menerima panggilan telepon.
“Hallo”
“Jieun,
Taehyung sudah sadar !” suara Chanyeol terdengar bahagia.
“Syukurlah”
ucap Jieun lirih.
“Ji,
bagaimana keadaan adikmu ?” Jieun menghela nafas.
“D dia
dia meninggal” lagi, air matanya meluncur saat mengingat Jimin.
“Astaga,
aku turut berduka Ji”
“Iya
terimakasih, apa kau masih di Kanada ?”
“Ani,
aku sudah kembali ke Seoul. Saat Taehyung sadar, Ny.Seung memintaku untuk
pulang. Seperti perjanjian awal”
“Begitu,
baiklah aku tutup teleponnya”
“Hmm..
jaga dirimu Ji”
“Hmm”
dan sambungan telepon itu terputus.
Setidaknya Taeyung sudah sadar..
Kematian Jimin membuatnya sedih dan tak ada yang Jieun
lakukan. Dia tak ingin melakukan apapun. Jieun juga tidak kembali ke Seoul, ia
hanya berdiam diri dirumahnya. Mengingat setiap kenangann bersama adiknya
disana. Jieun terus mengingat ucapan terakhir dari Jimin yang orangtuanya
sampaikan.
Hiduplah dengan baik, noona
Hanya itu.
hanya kalimat sederhana namun mampu membuat Jieun merenungi setiap perjalanan
hidup yang sudah ia lewati selama ini. Jieun menjalani hidupnya dengan baik,
tentu saja sebelum ia menjadi egois demi mendapatkan pekerjaan. Disaat itulah
ia sadar bahwa ia meninggalkan kebaikan. Tapi Jieun sudah berkomitmen pada
dirinya sendiri. Jieun sudah mendapat pelajaran karena meninggalkan kebaikan
itu. ia akan berubah. Ia akan hidup dengan baik sesuai wasiat adiknya. Tak ada
lagi ambisi yang membawanya pada kecerobohan. Ia akan sepenuhnya menjadi orang
baik dan hidup dengan baik.
Noona berjanji Jimin-a, noona akan
hidup dengan baik
<<>>
3 Bulan
berlalu, Jieun mencoba tegar dan kembali menjalani hidup setelah kematian
adiknya. Selama 3 bulan pula ia tak pernah mendapat kabar tentang Taehyung. Jieun
mengahabiskan waktu selama 2 bulan untuk tinggal bersama kedua orang tuanya di
Gwangju dan setelah merasa bosan ia kembali ke Seoul untuk memulai hidup baru
dan tentunya mencari pekerjaan baru. Bukan lagi mencari kerja sebagai wartawan,
tidak, ia rasa ia tidak akan kembali menjadi wartawan. Tidak lagi berhubungan
dengan dunia jurnalis. Namun sesekali ia masih bertemu dengan Chanyeol hanya
untuk sekedar mengobrol. Mereka mulai berteman baik, Chanyeol memang menyukai
Jieun namun karena Jieun tak memiliki perasaan pada namja itu, mereka berakhir
sebagai teman. Jieun, Suzy dan Chanyeol kadang bertemu dan kini mereka menjadi
teman baik.
Hari
ini, Jieun sudah berpenampilan rapih. Ia akan menghadiri interview disebuah
perusahaan penerbitan. Ia berharap semuanya lancar dan tak kembali menjadi
pengangguran. Jieun memasuki gedung besar itu, menanyakan pada resepsionis lalu
berjalan kearah lift untuk menuju lantai 3, dimana disanalah ia akan di
interview. Didalam lift ada beberapa
orang namun Jieun tidak memperhatikannya satu persatu. Ia hanya memasukinya
dengan tergesa. Jangan sampai terlambat. Tiba-tiba perutnya berbunyi.
Kruuuukkk..
Jieun
menunduk malu karena suara perutnya sendiri. Ia baru sadar jika ia terburu-buru
hingga melewatkan sarapan.
Ya ampun memalukan... tanpa Jieun tahu beberapa orang yang
berada dibelakangnya terkekeh pelan mendengar suara perut jieun. Namun
tiba-tiba sebuah roti keju menjulur didepannya.
“Kau
pasti lapar” Jieun menoleh dan mengernyit sebelum ia menyadari siapa namja yang
memberinya roti keju itu.
Dia .. ? Namja itu tersenyum dengan manisnya. Namja
yang sama yang pernah memberinya roti keju dikereta saat Jieun kelaparan. Namja
tampan dengan senyum mempesona. Jieun benar-benar tak menyangka jika mereka
bisa bertemu lagi.
Ouh apa ini takdir ? Tanpa berlama-lama lagi, Jieun menerima
roti itu.
“Terimakasih
Hyun Woo-ssi” ucap Jieun seraya tersenyum dan Hyun Woo membalasnya dengan
senyuman pula.
Oh God, Just give me this men.
The End
#Aduh cuma ini doang yang bisa author kasih -__- tapi seneng sih udah end haha :D sekali lagi makasih yg udah ngikutin cerita ini dari awal. sorry klo endingnya tdk sesuai harapan :-) Kritik dan saran d tunggu. See Ya on next ff :p
Huaa pengennya ada kelanjutan cerita hyunwoo sama jieun :p lagipula taehyung kan belum ketemu jieun....
ReplyDeleteMungkin nnti ada sequelnya :-)
DeleteKapan lanjutannya ini?
ReplyDeleteending bu -_-
Delete