Give Me a Job [End/6]


(IU) Lee Jieun, Park Chanyeol, Kim Taehyung etc | Drama | Chapter 

Part [1] [2] [3] [4] [5]



Kanada aku datang..

Jieun terdiam sejenak setelah ia menuruni pesawat yang membawanya ke Kanada. Negara dimana Taehyung dirawat selama ini. Jieun tidak yakin ia akan sanggup bertemu dengan anak itu. Ia terlalu malu, bahkan hanya untuk menampakan wajahnya saja. Kesalahan Jieun pada anak itu terlalu banyak.

“Jieun-ssi” Chanyeol menyadarkan Jieun pada lamunannya.

“Eoh ?”

“Apa kau siap ?” Jieun diam sejenak, ia menghirup udara dalam-dalam dan mengangguk kecil.

Kau terlihat siap, tapi... aku tidak. bisik Chanyeol dalam hati.

____

Setelah beberapa jam, Jieun dan Chanyeol tiba dihotel untuk mereka menginap. Mereka akan mengunjungi Taehyung besok dan untuk hari ini mereka sepakat untuk istirahat terlebih dahulu. Kamar Chanyeol dan Jieun saling berhadapan, mereka berpisah saat mulai memasuki kamar masing-masing. Mata Jieun menelusuri sejenak saat ia mulai memasuki kamar miliknya. Lagi-lagi hanya bisa menghela nafas. Tidak ada yang salah dengan kamar itu, semuanya baik-baik saja namun Jieun belum bisa mengendalikan hatinya sendiri. Harus bagaimana jika nanti ia bertemu Taehyung ? Mulai darimana menjelaskan semua masalah yang Jieun timbulkan ? hal itulah yang membuat Jieun gelisah. Gadis itu menepikan koper yang dibawanya dan duduk ditepi ranjang berseprei putih disana. Memandang keluar jendela yang mengarah ke balkon.

Taehyung-a, apa setelah semua ini kau bisa memaafkan noona ?

Tak berbeda jauh, sejak tiba di bandara Kanada Chanyeol pun hanya bisa diam. Mungkin Jieun salah tapi ada dua orang yang lebih bertanggung jawab dengan semua masalah ini yaitu dirinya dan juga sang bibi. Sejak mendengar bahwa Taehyung koma entah mengapa Chanyeol merasa benar-benar bersalah dan sadar bahwa apa yang ia lakukan dulu memang tidak sepantasnya dilakukan seorang wartawan. Chanyeol selalu membela diri dengan berbagai alasan untuk tidak merasa bersalah namun akhirnya semua itu menguap dan yang tersisa adalah kenyataan bahwa ia menghancurkan sebuah keluarga yang damai.

____

Alamat rumah sakit sudah berada ditangan. Jieun mendapatkannya dari Baekhyun. Kini Jieun dan Chanyeol sudah berdiri didepan rumah sakit besar itu. keduanya berpandangan sejenak.

“Kau siap Jieun-ssi ?” Jieun menggeleng.

“Sampai kapanpun aku tak pernah siap tapi .. jika ini tidak kulakukan hidupku tak akan pernah tenang”

“Baiklah, ayo kita masuk” Kedua orang itu akhirnya memasuki rumah sakit, berhenti sejenak diresepsionis untuk menanyakan kamar Taehyung berada. Hingga akhirnya mereka tiba dikamar nomor 299. Jieun mengepalkan tangan kanannya sebelum akhirnya ia membuka pintu. Pemandangan pertama kali yang ia dapat adalah terlelapnya Taehyung dengan selang infus yang berada ditangan dan hidungnya. Entah mengapa hal itu membuat Jieun berkaca-kaca. Lihatlah anak itu sekarang. Pucat dan lemah. Jieun mendekati Taehyung dengan langkah pelan dan berat. Meraih tangan anak itu dan menggenggamnya hingga akhirnya tangisnya pecah. Menunduk dan menyesali semuanya.

“Mianhae..” lirih Jieun. Chanyeol tak kalah kaget, ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa melihat Taehyung yang kini berada diranjang tanpa daya. Tak dipungkiri ia memiliki andil dalam semua kekacauan hidup Taehyung.

Maafkan aku Taehyung-a.. tolong maafkan bibiku juga batin Chanyeol. Namja itu hanya bisa mencoba menenangkan Jieun yang tak bisa lagi menahan tangisnya.

“Siapa kalian ?” suara seorang wanita membuat Jieun dan Canyeol menoleh. Dan wanita itu adalah ibu Taehyung, Ny. Seung In Hwa.

“Ka kami, teman Taehyung dari Seoul Ny.Seung” ucap Chanyeol dan makin membuat Ny. Seung mengernyit karena ia belum pernah bertemu dengan mereka sebelumnya. Jieun pun mengulurkan tangannya saat Ny.Seung melangkah mendekat ke sisi ranjang Taehyung.

“Jieun imnida”

“MWO !?” raut muka Ny.Seung berubah drastis saat mengetahui nama Jieun.

“Pergi kalian, pergi kalian dari sini !” Ny.Seung sudah mengetahuinya. Termasuk orang-orang yang menyebarkan scandal suaminya dan alasan dibalik itu. ia mengetahuinya langsung dari sang suami yang bercerita panjang lebar. Jieun bertukar pandang dengan Chanyeol. Seakan mengerti bahwa ibu Taehyung sudah mengetahui semuanya.

“Kubilang pergi ! apa kalian tuli !? terutama kau” Ny.Seung menunjuk wajah Jieun dengan jari telunjuknya. “Dasar wanita jal*ng ! kau memanfaatkan kebaikan anak ku kan !? HAH !? JAWAB ! kalian benar-benar bukan manusia !” Ny.Seung terlihat murka. Ia sudah bisa menebak kalau namja yang bersama Jieun pastilah bernama Chanyeol. Jieun semakin tersisak. Bukannya pergi ia malah berlutut dikaki Ny.Seung dan berucap maaf berulang kali.

“Yaakk ! Kau pikir kau bisa menebus semua kesalahanmu dengan berlutut seperti ini !? HAH !? Kau tidak lihat bagaimana keadaan Taehyung sekarang, HAH !?”

“Mianhamnida, mianhamnida Ny.Seung.” Chanyeol terkejut dengan aksi Jieun yang tiba-tiba berlutut. Ia pun meraih kedua bahu Jieun dan membantunya kembali berdiri.

“Jieun, sudahlah ini tidak berguna” bisik Chanyeol.

“Ini bukan salah kami sepenuhnya kau tahu itu” ujar Chanyeol membuat Ny.Seung makin menatap tajam namja itu, Jieun pun memandang tak percaya pada Chanyeol.

“MWO !? Kau bilang ini bukan salah kalian !? apa kau tidak melihat keadaan anak ku ? lihat, lihat dengan kedua mata kalian, anaku begitu terpukul karena berita yang kalian sebarkan. Apa kau tidak memikirkan akibat dari berita yang kalian publikasi, jawab aku, JAWAB !”

“Kami hanya membuka kebenaran tentang suami mu Ny.Seung. Cepat atau lambat Taehyung akan tahu kebenarannya. Bahkan jika bukan dari berita itu, dia akan tetap tahu dari orang lain. Dan kau tahu, dia akan seperti ini saat dia mengetahui semuanya. Saat mengetahui keluarga sempurnanya hanya sebuah kedok. Kau pasti sudah menduganya. Jangan menutupi kesalahanmu dengan menyalahkan semuanya kepada kami. Kau ibunya, kau yang paling dekat dengannya, kenapa kau menutupi kebenaran dari anak mu sendiri” ujar Chanyeol. Jieun merenungkan ucapan Chanyeol. Tak ada yang salah. Setidaknya kata-kata itu sedikit menghiburnya. Ia tahu ia tak sepenuhnya bersalah atas semua yang terjadi dengan Taehyung. Ny.Seung langsung membisu. Ia tak tahu harus mengucapkan apa lagi. Ia sadar ia juga bersalah karena menyembunyikan kebenaran yang ia tahu dari anaknya sendiri.

“Aku tahu, aku juga bersalah. Aku tahu, aku tahu..” lirih Ny.Seung dan kini terisak pelan. Jieun mendekat perlahan, dengan ragu ia menepuk-nepuk pelan bahu Ny.Seung yang naik turun karena menangis.

____

Jieun dan Chanyeol sama sekali tidak menyangka mereka akan duduk satu meja dengan Ny.Seung setelah pertengkaran hebat yang terjadi dikamar Taehyung.

“Apa yang ingin kalian bicarakan padaku ?”

“Kami berniat melakukan tes sumsum tulang belakang dan jika ada yang cocok maka kami akan mendonorkannya pada Taehyung” jawab Chanyeol.

“Darimana kalian tahu anak ku membutuhkan donor sumsum tulang belakang ?”

“Aku mengetahuinya dari Baekhyun Ny.Seung” jawab Jieun. Awalnya ia tak berfikir untuk melakukan tes itu namun ia ingat bahwa Baekhyun pernah mengatakan jika Taehyung membutuhkan donor sumsum tulang belakang agar bisa operasi. Tak ada salahnya mencoba membantu lagi pula ia akan sangat senang jika memang sumsum tulang belakangnya cocok dengan Taehyung. Hal itu bisa membuat rasa bersalahnya berkurang.

“Jikapun memang ada yang cocok. Aku tidak akan berterima kasih,masalah ini timbul karena kalian juga. Setelah tes itu kalian lakukan, kuharap kalian menjauh dari kehidupan kami. Jangan pernah muncul dihadapan Taehyung. Aku memintanya dengan sangat. Dan jangan khawatir, saat Taehyung sembuh aku akan menceritakan semuanya, tentang keterlibatan kalian juga. Tentang noona yang sangat ia percaya tapi malah memanfaatkannya” Ny.Seung mncoba menyindir Jieun membuat Jieun hanya bisa menghela nafas sebelum akhirnya mengangguk setuju. Mungkin ini adalah jalan terbaik, saling menjauh dan tak lagi berhubungan dengan Taehyung.  

Dihari yang sama, Jieun dan Chanyeol pun melakukan tes kecocokan sumsum tulang belakang untuk pencangkokan Taehyung. Tak disangka-sangka, Chanyeol memiliki kecocokan sehingga operasi dapat dilakukan dengan segera. Dalam hati hal itu membuat Ny.Seung sangat bersyukur. Meski rasa kesalnya pada Jieun dan Chanyeol belumlah hilang. Hari berikutnya Jieun dan Chanyeol masih datang ke rumah sakit karena Taehyung akan dioperasi. Hanya duduk dikoridor menunggu dengan cemas. Tak berebda jauh, Ny.Seung pun terlihat gelisah. Tak ada suaminya disana, Jieun heran kenapa mentri Myung malah absen saat anaknya dioperasi dan membiarkan istrinya sendirian menunggu. Entahlah. 

Drrt Drrt ..

Jieun mengangkat ponselnya saat ada panggilan masuk. Ia bangkit dan sedikit menjauh.

“Hall-“

“Jieun, kau bisa pulang sekarang sayang ?” suara sang ibu tampak berbeda.

“A ada apa eomma ?”

“Jimin, Ji.. Jimin semakin lemah dan harus dilarikan ke rumah sakit”

“M mwo !?” Jieun meraih kepalanya.

Apalagi sekarang..

“A aku akan pulang secepatnya” Jieun menutup ponselnya dan ia sedikit berlari menuju Chanyeol.

“Ada apa Ji ?” tanya namja itu.

“Aku harus pulang sekarang, adik ku berada dirumah sakit”

“Mwo ? Haruskah kita pulang bersama ?”

“Ani, kau tunggu saja disini sampai operasi selesai dan temani Ny.Seung”

“Baiklah”

“Kalau begitu aku pergi dulu” ucap Jieun tergesa. Chanyeol hanya mengangguk kecil lalu memandang Jieun yang mulai menjauh. Ia pernah mendengar jika adik Jieun memiliki penyakit bawaan sejak lahir. Ny.Seung sebenarnya penasaran namun ia hanya diam dan tak berniat bertanya bahkan mengobrol dengan Chanyeol. Ia hanya berharap operasi Taehyung lancar dan segera sadar.

<<>> 

Setelah menaiki pesawat ke Seoul, Jieun langsung menuju stasiun kereta dan memesan tiket untuk pulang. Tubuhnya memang lelah namun melihat keadaan adiknya lebih penting dari pada dirinya sendiri. Didalam kereta, Jieun tak bisa tenang, ia tak bisa tidur juga. Ia hanya memandang keluar jendela.

Apa ini balasanmu Tuhan ? apa ini balasan atas perbuatanku ? tapi kenapa harus adik ku, kenapa ? tolong jaga dia.. berikan ia umur panjang jika perlu lebih panjang dari pada umurku..

Setelah beberapa jam. Jieun langsung menuju rumah sakit, keadaannya tampak lusuh namun ia tak perduli. Dengan tergesa ia menuju kamar 221 setelah diberitahu sang ibu lewat pesan singkat. Langkahnya berhenti saat Jieun melihat orang tuanya menangis dilorong depan kamar 221.

“Eomma..” lirih Jieun. Dan Ny.Lee langsung memeluk Jieun.

“Bagaimana keadaan Jimin ?”

“D dia.. dia sudah meninggal 2 menit yang lalu sayan-”

“A apa.. e eomma, ini tidak lucu, jangan berkata seperti itu !” Jieun melepas pelukan sang ibu dan menggenggam kedua bahunya erat. Sang ayah bangkit dan menepuk bahu Jieun.

“Ucapan ibumu benar Ji, Jimin sudah pergi” kaki Jieun lemas mendengar ucapan ayahnya. Ia terdiam namun matanya mulai memanas, dan akhirnya meluncurkan air mata yang membasahi pipi. Kemarin ia menangis karena Taehyung lalu hari ini ia kembali menangis karena adiknya. Sebenarnya kenapa bisa berurutan seperti ini. Apa Tuhan tengah menghukumnya ?

Jieun menangis, ia tak bisa lagi membendungnya. Ia berlari memasuki kamar 221 dan perlahan membuka kain penutup mayat sang adik, adik yang sedari kecil amat ia sayangi dan jaga sepenuh hati. Setelah melihat jasad Jimin, Jieun baru percaya jika adiknya sudah pergi. Pergi tanpa mengatakan sepatah kata apapun padanya bahkan Jieun tidak berada disampingnya. Begitu menyedihkan. Menyesakan. Jieun kembali menangis dan kini tak ada lagi yang bisa menahannya.

____

Jieun hanya bisa termenung, duduk memandangi foto adiknya dirumah duka. Pakaian serba hitam seolah mewakili perasaannya saat ini yang dilanda duka karena ditinggalkan sang adik.

“Ji pulanglah dan istirahat, ayah dan ibu saja yang akan disini dan menyambut para tamu” Tak ada jawaban, Jieun hanya membisu namun ia bangkit dan berjalan gontai. Setelah keluar rumah duka, Jieun hanya berdiam diri. Ia menutup matanya yang sedari kemarin menangis hingga sembab. Wajahnya bengkak karena menangis tanpa henti.

Aku tahu ini semua hukuman untuk ku bukan ? kenapa kau mengambil Jimin ku Tuhan ?

Drrt Drrt

Ponselnya berbunyi, perlahan Jieun membuka matanya dan menerima panggilan telepon.

“Hallo”

“Jieun, Taehyung sudah sadar !” suara Chanyeol terdengar bahagia.

“Syukurlah” ucap Jieun lirih.

“Ji, bagaimana keadaan adikmu ?” Jieun menghela nafas.

“D dia dia meninggal” lagi, air matanya meluncur saat mengingat Jimin.

“Astaga, aku turut berduka Ji”

“Iya terimakasih, apa kau masih di Kanada ?”

“Ani, aku sudah kembali ke Seoul. Saat Taehyung sadar, Ny.Seung memintaku untuk pulang. Seperti perjanjian awal”

“Begitu, baiklah aku tutup teleponnya”

“Hmm.. jaga dirimu Ji”

“Hmm” dan sambungan telepon itu terputus.

Setidaknya Taeyung sudah sadar..

­Kematian Jimin membuatnya sedih dan tak ada yang Jieun lakukan. Dia tak ingin melakukan apapun. Jieun juga tidak kembali ke Seoul, ia hanya berdiam diri dirumahnya. Mengingat setiap kenangann bersama adiknya disana. Jieun terus mengingat ucapan terakhir dari Jimin yang orangtuanya sampaikan.

Hiduplah dengan baik, noona

Hanya itu. hanya kalimat sederhana namun mampu membuat Jieun merenungi setiap perjalanan hidup yang sudah ia lewati selama ini. Jieun menjalani hidupnya dengan baik, tentu saja sebelum ia menjadi egois demi mendapatkan pekerjaan. Disaat itulah ia sadar bahwa ia meninggalkan kebaikan. Tapi Jieun sudah berkomitmen pada dirinya sendiri. Jieun sudah mendapat pelajaran karena meninggalkan kebaikan itu. ia akan berubah. Ia akan hidup dengan baik sesuai wasiat adiknya. Tak ada lagi ambisi yang membawanya pada kecerobohan. Ia akan sepenuhnya menjadi orang baik dan hidup dengan baik.

Noona berjanji Jimin-a, noona akan hidup dengan baik

<<>> 

3 Bulan berlalu, Jieun mencoba tegar dan kembali menjalani hidup setelah kematian adiknya. Selama 3 bulan pula ia tak pernah mendapat kabar tentang Taehyung. Jieun mengahabiskan waktu selama 2 bulan untuk tinggal bersama kedua orang tuanya di Gwangju dan setelah merasa bosan ia kembali ke Seoul untuk memulai hidup baru dan tentunya mencari pekerjaan baru. Bukan lagi mencari kerja sebagai wartawan, tidak, ia rasa ia tidak akan kembali menjadi wartawan. Tidak lagi berhubungan dengan dunia jurnalis. Namun sesekali ia masih bertemu dengan Chanyeol hanya untuk sekedar mengobrol. Mereka mulai berteman baik, Chanyeol memang menyukai Jieun namun karena Jieun tak memiliki perasaan pada namja itu, mereka berakhir sebagai teman. Jieun, Suzy dan Chanyeol kadang bertemu dan kini mereka menjadi teman baik.

Hari ini, Jieun sudah berpenampilan rapih. Ia akan menghadiri interview disebuah perusahaan penerbitan. Ia berharap semuanya lancar dan tak kembali menjadi pengangguran. Jieun memasuki gedung besar itu, menanyakan pada resepsionis lalu berjalan kearah lift untuk menuju lantai 3, dimana disanalah ia akan di interview.  Didalam lift ada beberapa orang namun Jieun tidak memperhatikannya satu persatu. Ia hanya memasukinya dengan tergesa. Jangan sampai terlambat. Tiba-tiba perutnya berbunyi.

Kruuuukkk..

Jieun menunduk malu karena suara perutnya sendiri. Ia baru sadar jika ia terburu-buru hingga melewatkan sarapan.

Ya ampun memalukan... tanpa Jieun tahu beberapa orang yang berada dibelakangnya terkekeh pelan mendengar suara perut jieun. Namun tiba-tiba sebuah roti keju menjulur didepannya.

“Kau pasti lapar” Jieun menoleh dan mengernyit sebelum ia menyadari siapa namja yang memberinya roti keju itu.

Dia .. ? Namja itu tersenyum dengan manisnya. Namja yang sama yang pernah memberinya roti keju dikereta saat Jieun kelaparan. Namja tampan dengan senyum mempesona. Jieun benar-benar tak menyangka jika mereka bisa bertemu lagi.

Ouh apa ini takdir ? Tanpa berlama-lama lagi, Jieun menerima roti itu.

“Terimakasih Hyun Woo-ssi” ucap Jieun seraya tersenyum dan Hyun Woo membalasnya dengan senyuman pula.

Oh God, Just give me this men.

The End

#Aduh cuma ini doang yang bisa author kasih -__- tapi seneng sih udah end haha :D sekali lagi makasih yg udah ngikutin cerita ini dari awal. sorry klo endingnya tdk sesuai harapan :-) Kritik dan saran d tunggu. See Ya on next ff :p



Comments

  1. Huaa pengennya ada kelanjutan cerita hyunwoo sama jieun :p lagipula taehyung kan belum ketemu jieun....

    ReplyDelete

Post a Comment