Cast : Lee
Jieun / IU, Byun Baekhyun.
Genre : Fantasy, Sad, PG 15.
Length :
Oneshoot.
Sebelumnya Peculiar
Hari-hari
dilewati Baekhyun seperti biasanya namun ada yang mengganggu pikirannya. Jieun,
yeoja berdarah manusia itu sedikit membuat seorang Byun Baekhyun tak biasa.
Saat termenung, Baekhyun melihat bayangan yeoja itu dalam air, saat menatap bulan
pun hanya bayangan Jieun yang terlihat. Apalagi saat bayangan ciuman terakhir
mereka berputar, ada suatu perasaan yang janggal dihati Baekhyun.
“Bodoh”
“Bodoh”
“Bodoh
!!” Baekhyun melempar sungai dihadapannya dengan bebatuan kecil, menghilangkan
bayangan Jieun yang selalu menghantuinya. Beranjak dengan penuh emosi entah
karena apa.
__
“Ke hutan
?” Entah Jieun harus senang atau sedih saat mendengar ucapan ayahnya yang
meminta ia kembali ke hutan untuk mencari tanaman obat. Ada sedikit perasaan
khawatir karena hal buruk yang pernah menimpanya saat pertama kali menginjakan
kaki ke hutan, namun disisi lain ada perasaan senang karena besar kemungkinan
ia bisa bertemu Baekhyun, mahluk yang diketahuinya bukanlah manusia. Mahluk
yang membuat Jieun mengendorkan urat malunya karena mencium namja itu
tiba-tiba. Kadang Jieun menyesal saat melakukan hal bodoh itu.
“Aboeji
akan ke desa sebelah, ada penduduk desa yang membutuhkan bantuan dan untuk hari
ini saja aboeji memintamu untuk mencari obat ke hutan karena pasokan obat kita
hampir habis”
Jieun
masih menunjukan ekspresi bingungnya, haruskah ia menyetujui permintaan ayahnya
? Tapi-
“Baiklah
jika kau tidak mau, tak apa” lanjut ayah Jieun. Ia melihat raut wajah Jieun
yang sepertinya tidak akan menyetujui permintaannya. Tuan Lee cukup paham
mengingat Jieun sempat terluka saat pertama kali ke hutan karena
menggantikannya mencari obat saat ia sakit.
Jieun
menghela nafas pelan, ia merasa menjadi anak yang kurang ajar jika menolak
permintaan ayahnya. Tapi ia juga sedikit trauma jika kembali ke hutan.
Bagaimana jika ia bertemu dengan rubah-rubah jahat lagi ? Ough sudah dipastikan
ia takan selamat.
“Baiklah
aku mau aboeji” Dan dikarenakan Jieun
begitu baik hati dan berbakti pada ayahnya, ia mengindahkan segala resiko saat
ia kembali memasuki hutan. Hanya mencari tanaman obat lalu pulang, ia pasti
tidak akan apa-apa. Setidaknya pengalaman pertama harus menjadi pelajaran agar
ia bisa berhati-hati.
“Tidak,
aboeji juga khawatir. Sebaiknya tidak perlu, aboeji bisa mencarinya sendiri
besok”
“Aniya
aniya biar aku saja, aku akan baik-baik saja”
“Tapi-“
Jieun
bergegas menyambar keranjang dan pergi
“Aku akan
kembali dengan semua tanaman obat itu aboeji !” seru Jieun.
__
Tanaman
obat sudah memenuhi setengah dari keranjang yang Jieun bawa. Sesekali ia
memetik buah raspberry yang tumbuh liar dihutan.
“Eumm
manis” gumamnya saat buah kecil itu menguar dilidahnya. Sebenarnya bukan hanya
rasa manis tapi juga ada sedikit rasa asam. Lumayan untuk camilan.
“Ingin
yang lebih manis ?” terdengar suara dari arah punggung Jieun.
Membuat
gadis itu seketika berbalik dan mendapati namja yang ia rindukan kini berdiri
tegap namun masih betah dengan ekspresi datarnya. Byun Baekhyun. Jieun tak bisa
menyembunyikan kebahagiannya meski hanya menampilkan senyuman kecil diwajahnya.
“Sudah ku
bilang kan, jangan kembali kehutan” ucap Baekhyun. Terdengar serius. Senyum itu
hilang tergantikan ekspresi Jieun yang mulai berubah muram.
“Mian,
aku tak punya pilihan lain. Aboeji memintaku un-“
“Arraseo”
sergah Baekhyun cepat seketika membuat Jieun memandangnya.
“Bagaimana
kau tahu aku disini ?”
“Baumu
sudah tak asing”
Bau ? apakah aku sebau itu ? apa
maksudnya bau yang tidak sedap ?
“Aroma
apel” lanjut Baekhyun. Jieun mengangguk.
Oh kukira bau badan keke~
“Abeoji
yang membuatkan wewangian itu” Baekhyun mengangguk.
Itu sebabnya hanya kau yang memilki
aroma itu
“Mencari
obat lagi ?” tanya Baekhyun dengan sekilas melirik kearah keranjang Jieun.
Gadis itu mengangguk.
“Mau ku
temani ?”
Jieun
mengangguk antusias “Tentu !” ucap gadis itu lantang membuat kekehan kecil
diwajah Baekhyun, namun malah membuat Jieun terpana dengan senyum yang baru
pertama kali dilihatnya. Hilang semua imej dingin Baekhyun saat lelaki itu
tersenyum.
“Sangat
terlihat” ucap Baekhyun membuat Jieun tak mengerti apa maksudnya.
“Maksudmu
?”
Tanpa
menjawab, Baekhyun berlalu dengan edikan bahu membuat Jieun semakin penasaran.
Sedikit kesal namun melangkah mengekori namja itu.
“Yaak apa
maksudmu !?”
Sangat terlihat kau juga begitu
merindukan ku
__
Satu jam
berlalu, waktu yang cukup bagi Jieun memenuhi keranjangnya dengan berbagai
tanaman obat apalagi dengan Baekhyun disampingnya yang bisa dengan mudah membawanya
kesetiap penjuru hutan.
Masih ada
sedikit waktu sebelum gelap dan Jieun meminta Baekhyun untuk membawanya pada
tempat dimana Jieun tidur malam itu. tempat dengan gua, air terjun dan suasana
indah saat itu.
Duduk
dibebatuan dekat dengan sungai, hanya saling memandang air mengalir
dihadapannya, jernih sampai ganggang didalamnya terlihat jelas.
“Maaf
untuk waktu itu” ucap Jieun memulai pembicaraan. Baekhyun menoleh, ia sama
sekali tak mengerti apa yang sedang Jieun bicarakan.
“Maaf
untuk apa ?”
“Karena
menciumu”
Baekhyun
menelan ludahnya susah payah. Kenapa Jieun bisa sesantai itu membicarakan
sebuah ciuman ?
“I itu,
tidak perlu dipikirkan” namja dingin itu sedikit tergagap. Seorang Baekhyun
dibuat Jieun menjadi tergagap, ini luar biasa.
“Ne benar,
aku juga tidak ingin memikirkannya lagi” jawaban itu entah mengapa membuat
Baekhyun sedikit kecewa. Baekhyun bahkan tidak bisa melupakan hal kenapa ia
bisa melakukan itu.
“Sekarang
ceritakan padaku tentang dirimu”
“Aku ?”
Jieun
mengangguk cepat, tak sabar mendengar hal-hal menakjubkan tentang mahluk tak
biasa disampingnya.
“Aku
adalah siluman rubah”
“Makanan
mu apa ?”
“Kau akan
takut jika mendengar jawabannya”
“Aniya,
aku sudah mempersiapkan diri tenang saja”
Baekhyun mengangguk
“Baiklah,
aku aku memakan jantung”
“Jantung
? aku juga suka, apalagi jantung ayam jika digoreng. Eumm mashita !”
Baekhyun
menggeleng “Aku memakannya dalam keadaan mentah”
“MWO !? a
apakah enak ?” tanya Jieun dengan ekspresi jijik dan sedikit .. takut mungkin.
“Sudah
kubilang kan, kau pasti takut”
“Aniya
aniya, teruskan saja” ucap Jieun bersikukuh. Jujur ia memang sedikit takut,
tapi rasa penasarannya lebih tinggi. Membuat Baekhyun menghembuskan nafasnya
pelan.
“Saat
bulan purnama aku tidak boleh keluar, ada sisi jahat yang sangat berbahaya jika
aku terkena sinar bulan”
“Jinjja ?
menyeramkan sekali” Jieun sedikit mejauhkan jaraknya. Ia juga manusia normal
yang pasti akan takut jika mendengar hal-hal seperti itu.
Baekhyun
tertunduk, kembali memandang air dihadapannya. Jieun yang melihat hal itu
sedikit merasa bersalah. Apakah reaksinya menyinggung Baekhyun ?
“Dan kau
manusia pertama yang mengetahui jati diriku” lanjut Baekhyun.
“Aku
senang mendengarnya” balas Jieun yang sedikit membuat Baekhyun tersenyum
simpul.
Krrruuk
krrruukk
Bunyi
perut Jieun sontak membuat Baekhyun kembali terkekeh dengan pandangan menoleh
pada gadis yang kini menunduk malu sembari memegangi perutnya.
“Kau
lapar ?”
“Sepertinya
begitu”
“Apa kau
suka ikan ?”
Jieun mengangguk.
Dan Baekhyun pun berdiri, mengambil sebuah kayu dan mulai menggititi ujungnya
membentuk runcing. Melangkah ketengah sungai yang tak cukup dalam. Mengarahkan
kayu runcing itu saat melihat ikan perlahan keluar dari persembunyiannya
dibatu-batu. Jieun yang melihatnya bertepuk sorai mendapati Baekhyun berhasil
mendapatkan satu ikan. Baekhyun pun balas tersenyum, perasaan aneh itu datang
lagi saat melihat betapa Jieun gembira dengan apa yang dilakukannya.
“Jangan
mengambil terlalu banyak, dua ekor saja !” pekik Jieun dari sebrang.
“Ne !”
Seperti
biasa dengan lahap Jieun menyantap ikan panggang itu sama seperti ia menyantap
daging rusa dimalam ia bertemu Baekhyun.
“Apakah
enak ?” tanya Baekhyun dan mendapat anggukan dari Jieun.
“Baekhyun
..”
“Hmm ?”
“Kau mau
?” Jieun mengambil sedikit daging ikan dan menyodorkannya dihadapan Baekhyun.
Baekhyun menggeleng dengan sedikit memundurkan tubuhnya.
“Wae ?
ini enak, cepat buka mulutmu .. aaa” Paksa Jieun.
“Ani
Jieun, itu tidak enak”
“Cobalah
dulu” Baekhyun kembali menggeleng.
“Baekhyun
ayo buka mulutmu” lagi-lagi Baekhyun menggeleng.
“Aniyo
aku bisa muntah jika memaksakan memakannya”
“Huuft ya
sudah padahal ini sangat enak” Ucap Jieun dengan menggembungkan pipinya.
“Mian”
__
Jieun
juga Baekhyun masih saling berhadapan diperbatasan menuju desa dan hutan.
“Terima
kasih untuk ikannya” Jieun bingung entah harus berkata apa lagi. Ia masih ingin
berlama-lama dengan namja itu. Hal itu juga yang dirasakan Baekhyun, namun
malah membuat suasana menjadi canggung.
“Sa
sama-sama, sekarang pulanglah”
“Aku
ingin melihatmu pergi lebih dulu” balas Jieun.
“Ne”
Jawaban Baekhyun membuat Jieun kecewa. Namja itu berbalik dan kembali berjalan
menuju hutan namun sedetik kemudian ia berbalik lagi kearah Jieun dan memeluk
yeoja itu.
“Aku ..
Jieun .. “
“Ne ?”
“Perasaan
apa ini ? aku tidak ingin jauh darimu”
“Eoh ?”
“Jieun-ssi
apakah kau akan kembali ke hutan ?”
“Ba
Baekhyun-ssi, kenapa perasaanku juga merasakan hal yang sama ? aku .. kita ..
kita sangat berbeda bukan ? haruskah kita meneruskannya ? maksudku perasaan ini
?” Baekhyun menggeleng pelan.
“Entahlah”
Jieun dan
Baekhyun masih berpelukan lama. Tanpa ada percakapan lagi, suara-suara hutan
seakan menjadi backsound dari momen mereka saat ini.
“Ba
Baekhyun-ssi, aku rasa ini cukup, ini tidak boleh berlanjut, kita .. kita
mahluk yang berbeda” Baekhyun melepaskan pelukan digadis itu. Menatapnya dalam.
“Kurasa
kau benar Jieun-ssi. Kita .. kita memang berbeda” Jieun tak sanggup jika
menatap mata namja itu sekarang.
“Kita
hanya akan menjadi teman” lanjut Baekhyun. Jieun mendongak. Meski sakit
mendengar kata ‘teman’ namun itu lebih baik dari pada tidak berhubungan sama
sekali.
Jieun
mengangguk dengan senyum terpaksanya.
“Baekhyun
dan Jieun adalah teman” Baekhyun mengangguk dan membalas senyuman terpaksa itu.
Mereka sama-sama tahu jika perasaan itu tidak benar untuk tetap dilanjutkan.
“Sekarang
pergilah, dan jangan takut untuk kembali ke hutan karena ada aku disana, teman
mu si siluman rubah bernama Baekhyun” Ucap Baekhyun dengan acakan gemas dipucuk
kepala Jieun. Jieun tersenyum simpul. Mengangguk kecil dan berbalik, perlahan
meninggalkan Baekhyun yang masih berdiri memperhatikannya.
Takdir begitu jahat
Jieun
berjalan semakin cepat, air matanya mulai mendesak untuk keluar. Kenapa bisa
sesakit ini ? kenapa takdir membawanya pada peristiwa seperti ini ? kenapa ia
harus bertemu dengan Baekhyun jika harus berakhir seperti ini ?
Greep
Jieun
menegang. Seseorang dengan cepat memeluknya dari belakang. Ia sangat tahu siapa
itu. Baekhyun.
“Mian
mian mian, aku masih dan sangat merindukanmu Jieun-ssi”
“Hiks ..
Aku .. aku juga Baekhyun-ssi” balas Jieun.
__
Hanya
untuk kali ini, dalam waktu dua jam ini sebelum gelap datang. Jieun benar-benar
ingin menghabiskan waktu bersama Baekhyun.
Berpegangan
tangan seraya duduk kembali ditepi sungai itu. menyenderkan kepala mungil Jieun
dibahu Baekhyun, hanya kali ini saja mereka akan melepaskan perasaan.
Berkali-kali Baekhyun mengecup punggung tangan Jieun. Ia tidak ingin melepaskan
Jieun, kenapa rasa egoisnya benar-benar besar hanya karena seorang manusia
seperti Jieun ? Jatuh cinta membuatnya benar-benar gila.
“Baekhyun-ssi”
“Jangan
se-formal itu”
“Baekhyun-a”
Baekhyun tersenyum simpul saat Jieun memanggilnya dengan nada sehalus sutra.
“Hmm ..
wae ?”
“Bagaimana
kalau kita pergi saja”
“Pergi
kemana ?”
“Pergi ke
tempat yang jauh dan hidup bersama disana”
“Apa
dengan begitu masalah bisa selesai ? Bagaimana dengan ayahmu, kau tega
meninggalkannya sendirian ?” Jieun menghela nafas.
“Benar
juga, aboeji” Jieun menunduk, terlihat muram.
“Sudah,
jangan berfikir macam-macam. Kita nikmati waktu ini dan berpisah dengan baik”
“Akankah
semudah itu ?” Baekhyun termangu. Memang tidak akan semudah itu tapi setidaknya
banyak yang akan terjadi jika mereka tetap melanjutkan perasaan itu.
“Entahlah”
lirih Baekhyun, mengusap dan mengecup pucuk kepala Jieun lama. Banyak arti yang
tersirat didalamnya.
“Aku akan
menceritakan sesuatu”
“Mwo, apa
itu ?” Jieun tampak antusias.
“Kau
tahu, Siluman rubah takut dengan dengan bau bawah putih”
“Mwo !?
Haha .. Jinjja ?” Baekhyun mengangguk yakin.
“Jadi
untuk berjaga-jaga, bawalah bawang putih saat memasuki hutan”
“Oke”
“Satu hal
lagi, mereka akan terlihat dengan wujud asli pada pantulan cermin”
“Wuuaah
daebak, ini pengetahuan yang sangat berguna” Entah mengapa melihat berbagai
ekspresi Jieun membuat namja itu senang.
Banyak
hal yang Jieun ketahui soal siluman rubah sekarang, percakapan itu sesekali
diselingi tawa. Membuat waktu menjadi terasa cepat.
__
“Kali ini
kita benar-benar berpisah” Jieun mengangguk.
“Adakah
yang ingin kau lakukan dengan ku untuk yang terakhir kalinya ?”
“Aniyo”
“Yaak
cepat sekali menjawabnya” Baekhyun menampakan wajah kesalnya yang lucu.
“Semakin
banyak kenangan ku bersamamu semakin sulit untuk melupakannya menjadi hal yang
tak pernah terjadi” Baekhyun menghela nafas. Ia tahu perasaan yang tengah
dialami Jieun saat ini. Namja itu merengkuh Jieun dalam pelukannya.
“Maafkan
aku, maaf karena kita bertemu, maaf karena harus berpisah seperti ini, dan maaf
kita tidak bisa melanjutkan ini semua”
“Aniyo,
ini bukan salah mu, ini adalah kesalahan kita”
“Bukan,
ini salah takdir” Jawab Baekhyun.
“Tapi aku
tak pernah menyesal bertemu denganmu”
“Eoh aku
juga, haruskah kita menangis sekarang ?”
“Haha ..”
Jieun juga Baekhyun tertawa dengan mata berkaca-kaca.
“Selamat
tinggal Jieun-ssi”
“Selamat
tinggal Baekhyun-ssi” Jieun langsung berbalik, kali ini bukan lagi dan tak akan
ada back hug dari Baekhyun. Kali ini benar-benar berpisah. Ia mencoba untuk
tidak menangis. Semuanya akan menjadi cerita tersendiri dalam perjalanan hidup
Jieun.
__
“Jieun
kau sudah pulang ?” ucap tuan Lee saat melihat anaknya dari kejauhan. Berjalan
dengan kepala sedikit tertunduk dan menenteng keranjang yang terisi penuh
dengan tanaman obat. Jieun mendongak, mencoba tersenyum pada ayahnya.
“Ne
aboeji”
“K kau
kenapa ?”
“Ah ? aku
? aku hanya .. tadi kelilipan aboeji”
“Oh ya
ampun, cepatlah masuk hari sudah mulai malam”
“Ne”
Dibalik hutan belantara itu, dibalik
suara-suara hutan yang berdengung saat malam tiba, terdapat hal lain, terdapat
sesuatu yang tak bisa, kau akan bergetar, kau akan menjadi mangsa yang berakhir
dengan mengerikan. Namun ada cahaya dibalik kegelapan, dia berbeda, dia dingin,
dia misterius namun memiliki jiwa yang bijak. Aku bertemu dengannya,
mengenalnya, dan ... mencintainya. Siluman rubah, semoga kita tidak akan
bertemu lagi.
Jieun
menutup buku diary nya yang terlihat kusam. Menarik selimut dan terpejam.
Berharap saat ia membuka mata esok hari, semuanya akan kembali seperti semula,
kembali seperti sebelum ia bertemu dan mengenal siluman rubah bernama Baekhyun.
The End
Haaaaaa sad ending gini :( ga puas ahhh :'( kekekeke, author gamau tau bikin satu lagi sequelnya =))
ReplyDeleteYey maksa -_- udh males bikin BaekU :p
DeleteAhh sequell dong... Oh ya IU dan Baekhyun main di drama yang sama loo
ReplyDelete