Peculiar


Cast    : Lee Jieun / IU, Byun Baekhyun.

Genre : Fantasy, PG15.

Length: Oneshoot.

Seorang gadis menangis sesenggukan dibawah pohon besar dan dibawah langit yang mulai menggelap. Ia terduduk memegangi kedua lututnya. Kakinya mengeluarkan darah segar berbau anyir, ia tak sanggup lagi berjalan pulang dengan keadaan seperti itu. tanaman obat yang dicarinya telah terkumpul dikeranjang yang dibawanya namun ia tak tahu harus bagaimana ia membawanya pulang.


Keluarganya terkenal sebagai tabib yang dipercaya penduduk desa, ia tak pernah kehutan sebelumnya, jika bukan karena ayahnya sedang tak enak badan, ia tak akan mau mencari tanaman obat kehutan.
Ia tergelincir saat tak sengaja melihat tanaman obat yang ia cari, ia berusaha meraihnya namun naas, ia terguling dan menyebabkan luka dikakinya.


Jieun nama gadis itu. meski keluarganya terkenal sebagai tabib tak membuatnya tahu obat apa yang harus dipakai untuk lukanya itu.

Kini gelap menguasai seluruh hutan, Jieun yang kesakitan juga ketakutan semakin tak  bisa membendung tangisannya. Suara-suara hewan malam semakin membuatnya menelungkup diantara kedua lututnya. Suara gesekan dahan pohon karena angin menambah kesan seram malam itu.

“A aboeji .. tolong aku” lirihnya.

“Hiks .. hiks ..”


Cukup lama Jieun berdiam diri disana. Nyamuk liar mulai mengerubunginya, meminta setetes darah untuk mengurangi rasa lapar mereka.

“Aku harus pulang tapi kakiku sangat sakit” gumam Jieun. Ia mulai mencoba menenangkan diri. Ia berfikir sejenak. Disaat seperti ini ia tak boleh manja yang hanya bisa menangis tanpa henti.

Sreekk

Jieun menyobek rok panjangnya, ia lilitkan pada lukanya, ia menahan sakit saat kain itu mengenai lukanya yang menganga namun tak lagi mengeluarkan darah sebanyak tadi. Meniupnya pelan berharap rasa sakit itu berkurang.

“Asshh ..” Jieun menggeram menahan sakit saat ia mulai berdiri. Tangannya mencengkram kuat pohon besar dibelakangnya. Semuanya tampak gelap namun masih sedikit ada cahaya bulan remang-remang, itu cukup membantu penglihatan Jieun. Matanya mencari sesuatu yang bisa menopang tubuhnya. Memandang dipencahayaan yang kurang.


“Ah itu dia .. “ ujar Jieun saat melihat sebuah kayu lumayan besar, mungkin itu bisa membantunya berjalan. Jieun meraihnya perlahan, susah payah ia melangkahkan kakinya yang ngilu. Memang jaraknya tak terlalu jauh dari kayu itu namun itu mampu membuat kakinya tergopoh-gopoh meraihnya. Jieun menghela nafas lega saat ia berhasil meraih kayu itu, kayu yang mungkin bisa menyelamatkannya. Jieun mulai melangkahkan kakinya, berusaha membiasakan diri berjalan dengan kayu itu, tak lupa ia juga membawa keranjang berisi tanaman obat yang telah didapatnya.

“Aku harus berjalan kearah mana ? semuanya tampak sama sekarang” ujarnya bingung, malam membutakan semua petunjuk jalan pulang. Sinar bulan pun semakin menghilang tertutup awan.

“Huuuh .. “ ia menghembuskan nafas.

“Tenang Jieun, semuanya akan baik-baik saja, kau akan menemukan jalan pulang, kau hanya perlu berjalan .. ya terus saja berjalan” tambahnya.

Jieun berjalan dengan lambatnya, ia menyusuri hutan, entah kearah mana ia berjalan. Sesekali ia mengusap tengkuknya yang merinding.

“Aboeji jika aku mati malam ini, tolong maafkan semua kesalahanku tapi jika aku masih hidup sampai besok, aku tidak akan membantah mu lagi” gumam Jieun. Mungkin saja ia dimakan binatang buas malam ini atau mungkin mati kelaparan.

Jieun memegangi perutnya yang mengeluarkan bunyi keroncongan. Tiba - tiba ia melihat sekelebat bayangan.
 
“A apa itu ?” lirihnya sembari menelan air liurnya susah payah, semua bulu romanya meremang, cahaya yang minim membuatnya tak bisa melihat jelas bayangan yang baru saja mengganggu matanya. Jieun menghirup nafas dalam-dalam. Ia berjalan mendekati bayangan yang ia lihat tadi.

Terlihat sesosok namja tengah berjongkok memunggunginya. Jieun bernafas lega, ia senang sekali menemukan orang didalam hutan ini, setidaknya ia tak sendirian. Namun pikiran-pikiran aneh mulai menganggu otaknya.

Untuk apa orang ini dihutan malam-malam ? Apa ia juga tersesat sepertiku ? atau mungkin ia hantu ?

Tapi jika aku berfikiran ia juga orang yang tersesat, itu lebih masuk akal.

Jieun memutuskan menyapa orang itu.

“Cho chogiyo ?” ujar Jieun hati-hati. Orang itu seketika menoleh kearah Jieun, memandangnya tajam.
Tanpa rasa curiga Jieun bertanya “Maaf apa anda juga tersesat ?” Jieun menunggu jawaban dari orang itu namun tak kunjung mendapatkannya. Orang itu, tepatnya namja itu malah berjalan kearah Jieun tanpa mengalihkan pandangannya. Jieun hanya bisa mengernyitkan dahinya. Namja itu memandangi Jieun, berjalan memutar-mutar mengelilingi tubuh Jieun, mendengus-dengus layaknya hewan.

Kenapa dia ? apa ia seorang psikopat yang suka memperkosa gadis muda .. aigoo semoga pikiranku salah.


“Yaakk hentikan, aku bertanya padamu ?!” lantang Jieun, ia risih dengan apa yang dilakukan namja itu. 

Namja itu tampak terdiam setelah dibentak Jieun.

“Apa kau manusia ?” tanya namja itu.

Akhirnya kau mengeluarkan suara juga

Tapi pertanyaan bodoh macam apa itu ?

Tentu saja aku manusia kau pikir aku bidadari eoh ?

Jieun berdehem sebelum menjawab. “ Ne tentu saja, kau pikir aku hantu , harusnya aku yang berfikir seperti itu”

“Kakimu terluka ?” tanya namja itu tak menghiraukan ucapan Jieun, pandangannya mengarah pada kaki Jieun yang diperban.

“Ne,, aku tersesat dan terluka, kau lihatkan aku memakai kayu sebagai penyangga dan juga kakiku yang diperban, tolong aku .. tolong antarkan aku ..”

“Eum siapa namamu ?” tanya Jieun.

“Panggil saja Baekhyun”

“Ne Baekhyun-ssi, tolong antarkan aku kedesa”

“Dimana desamu ?”

“Disebrang sungai”

“Itu terlalu jauh, kau yakin bisa kesana dengan keadaan seperti itu ?”

“Eumm .. entahlah aku juga tak yakin”

“Kalau begitu ikut aku”

“Ke kemana ?”

“Ikut saja jika tak mau disini sendirian” Baekhyun berjalan mendahului Jieun.

Jieun menghela nafas, ia tak punya pilihan lain, nyawanya ada ditangan namja bernama Baekhyun itu sekarang. Baekhyun tampak memanggul sesuatu dibahunya. Jieun hanya memperhatikannya sembari mengekorinya dari belakang.

Jadi ia sedang berburu ? malam-malam begini ? dan tanpa panah ataupun tombak, bagaimana bisa ?

Ahh molla, meskipun aku mati ditangannya, aku pasrah, aku terlalu lelah sekarang. Berjalan jauh tanpa tahu arah. Bajuku lusuh dan kotor, aku lapar, kakiku juga terluka. Aku sasaran empuk bagi penjahat ataupun binatang buas sekarang.

Jieun sibuk dengan pikiran-pikiran yang melayang dikepalanya.

“Duduklah” suara itu membuyarkan dari pikiran-pikiran aneh diotaknya. Jieun sampai disuatu tempat, ia melihat sebuah gua disana, gua yang cukup aman, mungkin. karena terletak dipinggir sebuah air terjun. Tanaman merambat disekitarnya, berbunga kecil namun indah. Kunang-kunang berterbangan disekitarnya. Cukup membuat Jieun terkagum, baru kali ini ia menemukan tempat seindah itu dihutan. Ya, setidaknya ia merasa tak terlalu sial karena sudah menemukan tempat seperti itu.

“Aku akan menyiapkan untuk kita makan” tambah Baekhyun, ia membawa hewan dibahunya kearah air terjun, mungkin ia akan membersihkannya disana.

Jieun duduk disalah satu batu, ia meletakan kayu juga keranjang yang dibawanya. Ia memijat pelan betisnya yang pegal.

^^^^

Baekhyun memberi daging yang telah dipanggangnya untuk Jieun.

“Gomawo, Baekhyun-ssi” ucap Jieun seraya menerima daging panggang yang terlihat menggiurkan itu.

Tanpa ba bi bu lagi Jieun menyantap daging yang telah berada ditangannya, rasa lapar juga lelah membuatnya menjadi beringas memakan daging rusa itu. Sesekali ia melirik namja disebelahnya.

“Ka kau tidak makan ?” tanya Jieun hati-hati. Baekhyun menggeleng pelan. Matanya tetap lurus memandangi api unggun dihadapannya.

Dia sedikit aneh

Ah masa bodoh, aku lapar ...

Jieun kembali dengan lahap menghabiskan daging itu.

Beberapa menit kemudian, Jieun menopang dagu dilututnya. Sekarang ia kenyang setelah memakan sepotong daging rusa yang lumayan besar. Ia kembali melirik namja disampingnya yang sesekali mengorek-ngorek api unggun dengan kayu kecil ditangannya.

“Baekhyun-ssi ..” Jieun memberanikan diri memanggil namja itu.

“Hmm ..”

“Sebenarnya sedang apa kau dihutan malam-malam ? apa kau juga tersesat sepertiku, tapi sepertinya tidak, apa mungkin kau memang sering berburu malam-malam, waahh kau hebat sekali jika memang benar kau sering berburu malam-malam haha, aku saja baru kali ini masuk hutan dan sialnya aku tersesat sampai malam disini hehehh, untung ada kau ,, aku tidak tahu seperti apa nasibku jika tak bertemu denganmu, mungkin aku sudah mati dimakan binatang buas” Celoteh Jieun panjang lebar, ia ingin mencairkan suasana. Tertawa canggung berharap Baekhyun menjadi tidak dingin lagi. Jieun menoleh menatap lagi namja itu.

Kenapa ia diam saja ? ah mungkin ia memang pendiam ..

“Jadi ?” tanya Jieun lagi.

“Jadi apa ?” Baekhyun balik bertanya.

“Jadi kenapa kau dihutan malam-malam ?” tanya Jieun lebih singkat, mungkin Baekhyun pusing dengan ucapan Jieun yang berputar-putar.

“Seperti yang kau lihat aku sedang berburu”

“Tapi kau berburu apa dengan tangan kosong ? aku tidak melihatmu membawa senjata”

Baekhyun terdiam tak menjawab.

“Tidurlah, ini sudah cukup larut” ujarnya kemudian. Jieun mendengus tak mendapat jawaban yang memuaskannya. Jieun mulai membaringkan diri, diatas dedaunan yang Baekhyun siapkan tadi.

“Baekhyun-ssi kau akan menjagaku kan ?” tanya Jieun lagi.

Baekhyun menghela nafas, kenapa gadis itu berisik sekali ?

“Tidurlah jangan mengoceh terus”

“Hehe Ne ,, jaljayo”

“Aku percaya padamu” ujar Jieun kemudian, ia menutup matanya perlahan, mencoba terlelap meski tanpa kasur hangatnya. Baekhyun memandang gadis itu, gadis yang sudah memejamkan matanya, ada suatu perasaan aneh didadanya setelah mendengar gadis itu mengatakan bahwa ia mempercayainya, mempercayai namja yang baru ia temui, yang benar saja.

Inikah gadis itu ? gadis yang diramalkan akan membuatnya tetap abadi ? gadis yang jantungnya harus ia makan agar ia kekal selamanya ?

Tak ada salahnya Baekhyun memastikan. Ia perlahan mendekati Jieun, menahan nafsunya agar tak memangsa jantung gadis itu, ia harus memastikannya dulu. Perlahan tangannya menyingkap lengan baju yang menutupi bahu Jieun.

Baekhyun terbelalak, ternyata benar, ia gadis itu, gadis dengan simbol bulan sabit disana. Baekhyun seakan terlena, aroma Jieun membuatnya gila. Ia tak bisa lagi menahan gairahnya untuk tak memakan jantung gadis itu. Taring mulai muncul diantara giginya yang lain. Matanya membiru mengeluarkan cahaya. Wajahnya mulai ditumbuhi bulu-bulu halus berwarna putih, sedikit bersinar saat terkena cahaya rembulan. Dekat dan terus mendekat.

“Aku percaya padamu” Suara igauan Jieun seakan menyadarkan Baekhyun. Perlahan membuat taring juga matanya kembali normal. Baekhyun menghembuskan nafasnya pelan. Ia merutuki dirinya sendiri. Segera menjauhkan diri dari Jieun, kembali duduk didepan api unggun.

Kenapa aku harus terganggu dengan ucapan gadis itu ? aku bisa dengan mudah memangsanya dan aku akan hidup selamanya. Aku tak perlu lagi memburu jantung hewan .. rasanya tidak enak. Pasti jantungnya lebih enak ..

Baekhyun mengacak rambutnya gusar, ia kembali menatap Jieun. Menatap intens wajahnya yang terlihat damai. Ia tak mungkin tega menghabisi gadis semanis itu.

Baekhyun beranjak dari duduknya, ia harus makan agar tak terus tergiur memangsa jantung Jieun.

Baekhyun memakan jantung rusa hasil buruannya, sebongkah daging kecil namun bisa membuatnya bertahan selama satu hari, ia seorang siluman rubah yang harus memakan jantung hewan setiap harinya, jika tidak kulitnya akan mengelupas dan mati perlahan. Bisa saja, ia memakan jantung manusia dan ia bisa bertahan selama satu minggu namun itu tak dilakukannya. Ia tak bisa menyakiti manusia yang tak bersalah. Ia tak sejahat itu.

Ia pernah mendengar ramalan, bahwa ada seorang gadis yang mempunyai tanda bulan sabit dibahunya bisa membuat siluman rubah yang memakan jantungnya abadi. Dan ia telah menemukannya malam ini, namun lagi-lagi Baekhyun membuang pikirannya jauh-jauh, sudah cukup lama ia tak membunuh manusia, ia pergi dari kelompoknya karena tak ingin memburu jantung manusia seperti mereka. Sekali lagi, Ia tak bisa memangsa manusia yang tak bersalah.

Baekhyun menghabiskan jantung rusa itu sekali gigit, ia menjilati darah segar yang menempel dimulutnya.

^^^^

Jieun berada dipunggung Baekhyun, kini sekitar pukul 03.00 malam. Baekhyun membangunkan Jieun agar ia bisa mengantarnya ke sebrang sungai lebih cepat.

“Mian merepotkanmu Baekhyun-ssi” Jieun mencoba mencairkan suasana yang begitu hening, sedari tadi hanya suara jangkrik dan hewan malam lainnya yang mengganggu pendengarannya. Baekhyun masih terus melangkah menembus semak dan hutan sembari menggendong Jieun karena keadaan Jieun yang tak memungkinkan untuk berjalan sediri.

Baekhyun hanya terdiam, tak berniat sedikitpun untuk membalas perkataan Jieun. Ia tak ingin lebih jauh berhubungan dengan manusia, tugasnya sekarang adalah mengantarkan gadis itu kesebrang sungai dengan selamat.

Sreekk sreekk

"A apa itu ?" Jieun mendengar sesuatu, Baekhyun pun menghentikan langkahnya, matanya bergerak memperhatikan sekelilingnya.

Baekhyun lantas menurunkan Jieun dari punggungnya.

"Sembunyi dibalik pohon" ucapnya pada Jieun. Jieun yang bingung memilih menuruti perkataan namja itu. Beranjalan terpincang-pincang ke balik Pohon.

"Siapa .. Siapa disana, keluarlah !" ujar baekhyun meninggikan suaranya. Dan sesuatu pun keluar dari balik pohon besar dihadapannya. Jieun yang tengah mengawasi dari balik pohon melebarkan matanya saat melihat hal yang belum pernah ia lihat sebelumnya, ia melihat manusia berekor rubah. Deg,deg,deg jantung Jieun memompa lebih cepat. Ia membekap mulutnya sendiri, terkejut dan kaget.

"Hai saudara ku ..." tampak namja Tampan tak terlalu tinggi menyapa Baekhyun dengan senyuman mengerikannya. Namja itu bernama Kim Jong in.

Saudara ? Itu berarti Baekhyun juga ...

"Ada apa kau kesini ?"

"Kami mencium bau manusia disini" ucap namja yang lain bernama Sehun.

"Karena kau tidak mungkin memangsanya, beritahu kami dimana dia ?" kini namja tinggi bernama Tao bersuara.

Baekhyun semakin berancang-ancang, ia tak mungkin memberitahukan keberadaan Jieun, apa lagi Jieun bukanlah manusia biasa, ia adalah kunci bagi kaum siluman rubah hidup abadi.

"Aku .. Aku tidak tahu" bohong Baekhyun.

"Tidak mungkin kau tidak tahu !!" Tao tampak mulai geram dengan tingkah Baekhyun. Berteriak dengan rahang mulai mengeras. Taring mulai mucul perlahan.

"Tak perlu menanyakannya lagi .. Aku tahu dia dimana" Sehun menyeringai, ia mendengar suara gesekan dari gerakan Jieun, telinganya sangat tajam dalam mendengar suara sekecil apapun. Senyuman itu dibalas Jong in juga Tao.

Mwo mereka mengetahui ku ?

Mereka bertiga mendekat kearah pohon dimana Jieun bersembunyi. Namun sebelum mereka menerkam Jieun , Baekhyun menghalangi dengan cara berubah menjadi rubah dan menerkam Sehun. Menerjangnya hingga ia terpental beberapa meter, Namun Jong in tak tinggal diam, ia juga membalas menyerang Baekhyun namun ia meleset menabrak pohon karena Baekhyun dapat menghindar. Sehun terkapar dengan luka dilehernya dan Jong in tergeletak tak sadarkan diri. Kini tinggal Tao lah yang tersisa. Dia bukanlah lawan yang mudah.

"Kenapa kau harus melindungi nya eoh?"

"Jangan banyak bicara, cepat lawan aku !" seru Baekhyun.

"Aniya, mana mungkin aku melawan bangsaku sendiri, ayo kita makan dia bersama-sama, kau tahu kan betapa lezat jantung manusia"  Tao berusaha menghasut Baekhyun agar ia tak perlu susah payah melawan Baekhyun. Ia menyeringai saat Baekhyun lengah. Menampakan waja liciknya. Berharap Baekhyun akan masuk perangkapnya.

Baekhyun tampak berfikir, benar juga ucapan Tao, kenapa ia harus melindungi gadis itu? Bukankah memakannya pilihan yang tepat dan ia bisa hidup selamanya tanpa perlu bersusah-susah berburu setiap hari dengan rasa jantung hewan yang tidak enak.Namun lagi-lagi ucapan Jieun saat ia mengatakan percaya pada Baekhyun terngiang-ngiang dikepalanya.

"Aniya ! Aku tak pernah memangsa manusia !"

“Coba pikirkan sekali lagi, kau tidak akan menyesal dengan ucapanku, mencium aromanya saja bisa membuatmu gila, apalagi merasakannya” lagi Tao menyeringai disudut bibirnya. 

Baekhyun terdiam masih dengan sesekali melirik kearah pohon dimana Jieun berada. Kini pasti gadis itu tengah ketakutan mengetahui jati diri Baekhyun, pikirnya.

“Aniya, aku akan melindunginya !”

"Dasar bodoh ! Baiklah jika itu Mau mu, jangan pernah menyesal jika kau mati ditanganku !"

Tao murka pada Baekhyun yang menurutnya sangat bodoh. Mulai berancang-ancang untuk melesat dan membunuh bangsanya yang bodoh itu.

Dua namja itu saling menyerang, saling mengoyak satu sama lain. Nafas memburu membuat mereka lelah namun tak ada niatan untuk menyerah.

"Aaarrghh .." Tao mengaung keras saat Baekhyun berhasil menancapkan taringnya dileher Tao, membuatnya terkapar penuh darah.

Baekhyun tersenyum puas. Memandang Tao yang kini meringis ketakutan, Ia kembali berubah ke wujud manusia. Menjilati badannya sendiri yang penuh cipratan darah.

Ia berjalan pelan ketempat Jieun.

"K kau.." Jieun memandang Baekhyun dengan penuh rasa takut, ia sedikit memundurkan tubuhnya saat Baekhyun menghampirinya.

"Kau benar, tapi kau tidak perlu khawatir, aku tidak akan memangsamu"

"Tapi kenapa ?"

"Simpan pertanyaanmu, lebih baik sekarang kau naik kepunggung ku dan aku akan mengantarkan mu kesebrang sungai"

Meski rasa takut itu ada, Jieun tetap menuruti Baekhyun. Perlahan menuju punggung hangat itu lagi, meski dengan rasa ragu.

"Karena kau sudah tahu, pegangan dengan erat karena aku akan berlari"

Jieun mengeratkan lengannya di leher Baekhyun. Dan Baekhyun pun melesat bak angin membuat Jieun terkagum-kagum sekaligus berdebar, karena ia belum pernah mengalami hal ini sebelumnya. Jieun percaya pada namja itu, Jika memang ia berniat memangsanya, sudah sedari tadi malam ia melakukannya.

Tak butuh waktu lama, mereka sudah sampai di seberang sungai, Baekhyun menurunkan Jieun perlahan.

"Go gomawo" Ucap Jieun sembari membungkuk kecil. Kenapa ia menjadi begitu sopan ? Apa ia sedang takut ?

"Jangan pernah masuk ke hutan lagi" saran Baekhyun.

Jieun mengangguk mengiyakan.

Baru saat Baekhyun akan pergi, Jieun menarik lengan namja itu membuatnya berbalik memandang Jieun heran.

"Ada apa lagi ?"

Jieun masih terdiam, kenapa ia jadi begini? Apa ia mulai menyukai namja itu meskipun ia tahu Baekhyun bukanlah manusia ? Jangan bercanda Lee Jieun. Ada suatu perasaan dihatinya yang tak bisa ia jelaskan sekarang.

Ia menjinjitkan kakinya, berusaha mencium namja itu, ciuman perpisahan atau ciuman untuk awal yang baru? Entahlah, Jieun pun tak tahu. Ia hanya ingin mengikuti kata hatinya.

Jieun masih mencium Baekhyun namun namja itu masih bersikap biasa saja. Haruskah Jieun menyerah? Mana mungkin Baekhyun menyukai mangsanya. Sepertinya Jieun memang harus menyerah.

Baru saja ia ingin melepaskan ciuman itu, sebuah tangan melingkar dipinggangnya, menahan agar ciuman itu tak lepas, tanpa disangka-sangka Baekhyun justru memperdalam ciuman yang berawal dari jieun. Baekhyun pun tidak tahu kenapa ia melakukannya, ia hanya tidak ingin sentuhan itu usai.

Cukup lama, ciuman itu pun diakhiri oleh keduanya.

"Mian .." ucap Jieun seraya menunduk. Kenapa harus minta maaf ?

Baekhyun mengacak pelan rambut Jieun sebelum ia melesat kembali masuk kedalam hutan. Tanpa sebuah kata-kata ataupun ucapan selamat tinggal, ia pergi begitu saja meninggalkan Jieun yang masih berdiri disana.

Jieun pun berbalik, melangkah tertatih menuju rumahnya.

Dibalik pohon, Baekhyun memperhatikan Jieun  yang mulai berjalan menjauh dari pandangannya.

"Perasaan apa ini Jieun-ssi?" gumamnya dengan cengkraman kecil pada batang pohon.

Fin~








Comments

  1. Huaaaaaa keren banget, feel nya itu loh aduh :') bikin sequel dong ^.^

    ReplyDelete
  2. Waaahh makasih, ini ff lama tp baru bsa d selesein.
    Sequel ? Masih bingung, nnti klo ada inspirasi lg deh

    ReplyDelete

Post a Comment