Marry You ?! [end]



Cast    : Lee Jieun (iu), Xi Luhan, etc.

Genre : Comedy, School life, PG, Romance.

Length: Twoshoot.

Hay hay author back dengan lanjutan marry you ? mungkin akan banyak typo, males ngoreksinya lagi .. hope u like it ~ saran dan kritik ditunggu ^^



Setelah acara pernikahan yang dilangsungkan dirumah sakit tempat ibu Jieun dirawat, Jieun dan juga Luhan menempati sebuah apartement pemberian ayah Luhan.  sama sekali pernikahan yang hanya dihadiri keluarga terdekat saja.

Kini Luhan tahu apa alasan ia dinikahkan, itu semua permintaan terakhir dari ibu Jieun. Ia cukup memaklumi namun kenapa ia yang menjadi korban ? Ia masih tak habis pikir  pada ayahnya.

Luhan melepas dasi juga jas yang membuatnya gerah, memandang dirinya dicermin dikamarnya. Untungnya orang tua mereka tak meminta mereka untuk satu kamar, Luhan masih bisa bernafas lega.

Jieun melepas gaun pengantinnya yang terlihat seperti gaun pesta dengan susah payah. Merendamkan diri didalam bath up kamar mandinya. Menghembuskan nafasnya beberapa kali. Hari ini ia sudah menyandang status sebagai seorang isteri. Namun ia sedikit tersenyum tatlala membayangkan ibunya tersenyum bahagia saat mereka berfoto bersama. Sungguh, Jieun sangat senang melihat senyum itu kembali, meski wajah pucat ibunya tak bisa membohongi semua yang hadir.

Dan mulai hari ini ia tinggal dengan namja asing yang sudah berstatuskan sebagai suaminya, suami yang sebelumnya membuat ia jengkel mengingat ia menabraknya waktu itu. 

Jieun melangkahkan kakinya keluar saat ia selesai mandi, menyalakan televisi karena ia merasa bosan dikamar barunya. Luhan tampak terkejut mendapati Jieun tengah menonton tv dengan rambut yang masih basah, ia belum terbiasa serumah dengan seorang gadis, namun ia mencoba kembali bersikap biasa. Ia berjalan santai menuju dapur dan memasak ramen instan.

Jieun tampak menoleh saat telinganya mendengar suara berisik dari arah dapur. Ia melihat punggung namja itu tengah terlihat sibuk dengan entah apa itu?

Krukk kruukk

Suara perutnya berbunyi , ia juga merasa lapar.

Jieun berkali-kali melirik Luhan yang kini tengah memakan mie ramennya.

"Kau lapar, masih ada satu lagi mie instan disana?" celetuk namja imut itu tanpa menoleh sedikitpun.

Jieun hanya mendengus pelan. Jieun beranjak dan mulai memasak mie Ramen yang tinggal satu bungkus. Jieun tampak berdehem pelan sebelum ia bertanya pada namja yang kini tengah sibuk melahap mie nya.

"Kau , kenapa setuju menikah denganku ?"

"Aku tidak ingin jadi gelandangan" jawab Luhan santai. Jieun mengernyit. Apa maksudnya perkataan Luhan ?

"Maksudmu ?"

"Eumm .. Haruskah aku menjelaskannya padamu ?" Luhan justru bertanya balik.

Jieun menggembungkan pipinya kesal. Lagi pula untuk apa juga ia tahu ?

"Tidak juga sih tapi .. "

"Sudahlah, kita memang menikah tapi kita urusi diri kita masing-masing dan jangan sampai satu sekolah tahu kalau kita suami istri"

"Chh ..." Jieun mencibir pelan.

"Lagi pula siapa juga yang Mau membeberkan aib nya" tambah Jieun dengan wajah sinisnya.

"Yah mungkin saja kau akan menempelkan sebuah pengumuman bahwa kau telah menikah dengan namja populer sepertiku"

Namja ini ingin sekali aku memukul mencabut kepalanya sampai putus.

"Yaaak mimpi saja kau .. Jika bukan karena ibuku, aku tak akan pernah Mau menikah denganmu ataupun siapapun, apalagi menikah dengan namja tak gentle sepertimu, yang menumpahkan minuman lalu pergi begitu saja, haaahh apakah itu cerminan namja populer?" Ucap Jieun panjang lebar, sedikit menyindir namja itu. Meliriknya tajam.

"Yaaakk memang kau saja yang tidak setuju, jika bukan karena ayahku yang mengancam, aku juga tidak ingin menikah muda apalagi menikah dengan yeoja seperti mu"

Yeoja sepertiku ? Apa maksudnya itu? Chh .. Dasar

Jieun memandang lengan Luhan muali mengepal dan memandangnya tajam.

"Mwo ? Kau juga ingin memukul yeoja .. Oh jika itu terjadi berarti aku benar, kau bukan namja yang gentle" lagi - lagi Jieun menyindir namja yang sekarang tampak tak senang padanya. Sama sekali tak takut pada namja yang kini dihadapannya.

Luhan beranjak dengan emosi yang ingin meledak dari dadanya, ia menutup pintu kamarnya kasar. Jieun hanya tersenyum meremehkan.

"Ckk dasar .. Jangan harap aku akan ramah padamu" gumam Jieun. 

“Eoh ? sudah matang”

Kini semangkuk mie Ramen tersaji didepannya. Asapnya masih mengepul.

"Eomma selamat makan, Appa selamat makan , Jieun selamat makan" gumamnya panjang. Ini adalah hari pertamanya tinggal tanpa ayahnya. Terasa sangat berat bagi Jieun. Namun jika teringat senyuman ibunya saat ia melangsungkan pernikahan dengan namja menyebalkan itu, mampu membuat nya ikut tersenyum.

()()()

Jieun menceritakan semuanya pada Suzy termasuk namja yang kini telah menjadi suaminya yang ternyata Luhan, teman dikelas barunya. Seperti dugaan Jieun, Suzy tampak terkejut dan tak percaya.

“Wuaa daebak” ujar Suzy dengan mata dan mulut terbuka lebar. Berbeda dengan Jieun yang menghembuskan nafasnya pelan, merutuki nasibnya yang naas.

“Yaaakk jangan mengejeku” ujar Jieun ketus.

“Siapa yang mengejekmu, kau yeoja paling beruntung didunia, kau tahu ?”

“Haahh ?”

Menikah muda dengan orang yang tidak dicintainya , apa itu bisa disebut beruntung ? mungkin Suzy sedang tak waras sehingga mengatakan dirinya beruntung menikah dengan namja sok populer seperti Luhan.

Jieun menghembuskan nafasnya pelan.

“Heuhh terserahmu saja lah” tambahnya kemudian.

“Jadi bagaimana malam pertama kalian , apakah menyenangkan ?”

“Isshh anak ini, kenapa begitu yadong eoh ? kau ingin tahu ?” Suzy mengangguk antusias.

“Malam pertama kami dihabiskan dengan pandangan sinis dan bertengkar”

“Eeehh .. kok bisa ?”

“Ceritanya panjang Suzy-a”

“Jadi tidak ada chu-chu begitu ?” Suzy memonyongkan bibirnya saat mengatakan kata ‘chu’.

“Ishh sama sekali tidak ada dan tak akan pernah ada” ujar Jieun sebal.

()()()

"Mwo ?!" Jieun menutup telponnya, ia bergegas memakai sepatunya. Luhan hanya mengernyit. Malam-malam begini mau kemana anak itu ? Pikirnya

"Hey kau .. mau kemana ?"

Bukan menjawab Jieun justru mulai terisak pelan membuat Luhan semakin bingung.

"Ada apa ?"

"Eomma, dia dia sudah meninggal" ucap Jieun dengan nada gemetar dan sudut mata yang mulai menggenang, siap meluncurkan tetes-tetes air mata.

"Mwo ?" Luhan tampak terkejut. Baru beberapa hari sejak mereka menikah dan sekarang mertuanya sudah pergi.

"Tunggu sebentar, kita kerumah sakit bersama-sama" Luhan juga bergegas mengambil mantel dan juga kunci mobilnya. Jieun, ia hanya terdiam sesekali terisak pelan.

Esok  harinya Jieun menatap kosong makam ibunya, hanya tinggal ia dan juga Luhan yang masih berdiri disamping dimakam itu. Pakaian serba hitam seolah mengekspresikan keadaan Jieun. Ia sedih ? tentu saja ia sangat sedih.

Luhan, jika bukan karena yeoja disampingnya sedang berkabung , ia malas untuk berdiam diri lama-lama dimakam itu. Ia hanya merasa perlu memberikan penghormatan terakhir pada ibu mertuanya itu.

Jieun, ia tak henti-hentinya menangis. Seakan air matanya tak akan pernah habis.

“Ige ..” Luhan memberikan Jieun sebuah sapu tangan, ia malas meihat yeoja itu terus-terusan menangis didepannya. Sebenarnya, dari tadi ia ingin pergi dari makam itu, kaki-kakinya serasa pegal terus berdiri disana namun akan terlihat tidak manusiawi jika ia pergi begitu saja meninggalkan yeoja yang sekarang menyandang status sebagai istrinya.

Jieun diam, ia hanya memandang nanar sapu tangan yang masih dipegang namja tampan itu tanpa mau menggerakan tangannya untuk mengambilnya.

Luhan menghembuskan nafas melihat Jieun yang malah terdiam memandangi sapu tangan ditangannya. Ia menarik lengan lesu Jieun dan memberikan sapu tangan itu digenggamannya.

“Go gomawo ..” lirih Jieun masih dengan isakannya. Ia menyapukan sapu tangan itu diwajah yang penuh dengan air mata.

“Hmm ..” jawab Luhan bergumam seadanya.

“Eomma, aku sangat menyayanginya .. aku sangat ingat saat aku kecil dulu, ia dengan sabar mengajariku naik sepeda” Jieun mulai meracau mengingat masa-masa indahnya bersama sang ibu. Jieun tersenyum saat mengingat momen itu. tersenyum ditengah tangisannya tampak seperti orang kurang waras.

Sesedih itukah ditinggalkan seorang ibu ?

“Aku tahu .. tidak mungkin kau mau memenuhi permintaannya menikah denganku jika kau tak menyayanginya” ujar Luhan.

Jieun menunduk , meremas sapu tangan pemberian Luhan, menahan agar ia tak menangis lebih dalam.

“Bukan cuma aku yang tidak setuju, mungkin kau juga tidak setuju dengan pernikahan ini .. tapi kau terlihat biasa saja menghadapinya. Mian aku selalu kasar padamu”

“Aku mencoba bersikap biasa saja tapi bukan berarti aku menyukainya .. yaah kau tahu kan aku hanya  tidak ingin ayah mencabut semua fasilitas yang ia berikan padaku”
Jieun mendongak memandang lelaki yang berdiri dengan payung hitam ditangannya itu.

“Kau orang yang aneh”

“Tapi juga populer” tambah Luhan.

Jieun tersenyum kecil dengan menghembuskan nafasnya pelan. Melirik Luhan.

“Semudah itu membuatmu jadi penurut” tambah Jieun.

Luhan mengernyit.

“Jadi harusnya aku bagaimana ?”

Jieun lagi-lagi tersenyum kecil seakan memandang remeh namja disampingnya itu.

“Kau namja, kenapa begitu lemah”

“Yaaa .. jangan mulai lagi” ujar Luhan malas.

Jieun lagi-lagi tersenyum kecil dengan sedikit gelengan kepalanya membuat Luhan makin tak mengerti. Ia rasa Jieun juga aneh.

“Sebaiknya kita pulang”

Jieun mengangguk, ia berjalan pelan dibelakang Luhan.

()()()

Setelah dua minggu semenjak kepergian ibunya, Jieun dan Luhan menjalani hidup mereka dengan normal, namun mereka mencoba saling membuka diri bukan berarti mereka mulai menyukai pernikahan ini. Mencoba saling membuka diri, meski masih sering berdebat hanya karena hal sepele.

Jieun tampak memandang layar  televisinya serius, sama sekali tak berkedip. Apa yang sedang dilihatnya ? Drama yang setiap malam disaksikannya kini tengah mempertontonkan adegan kissing membuat Jieun membeku melihatnya. Luhan keluar dari kamarnya, memandang Jieun heran karena gadis itu sama sekali tak bergeming. Matanya berpindah kelayar televisi yang sedang Jieun perhatikan.

“Uhuk uhuk ..” Luhan sedikit terbatuk mana kala matanya melihat adegan kissing yang membuat Jieun termenung dari tadi. Sama kagetnya sampai ia terbatuk kecil membuat Jieun menoleh kearahnya.

“E eoh ?” ucap Jieun terbata. Ia merasa canggung entah karena apa ? Luhan berdehem kecil menetralkan suaranya.

“Kau sedang menonton apa ?” Perlahan Luhan berjalan mendekat dan kini duduk disamping yeoja itu. Jieun langsung meraih remote tvnya dan memencetnya asal, memindahkan ke chanel lain asal jangan chanel yang tengah memainkan adegan kissing itu. Apa ia malu ? mungkin. Tapi kenapa harus malu, bukankah orang lain yang sedang berciuman, bukan dirinya ? tapi tetap saja itu membuatnya malu, seperti orang yang kepergok sedang meonton film dewasa. Mungkin perasaan seperti itu.

“I itu .. aku menonton acara musik” ujar Jieun diakhiri dengan cengiran canggungnya.
Aku tahu kau sedang menonton adegan kissing .. Ck kau ini. Kau pikir aku tidak melihatnya eoh ?

“Oh” jawab Luhan santai.

“Kau sudah mengerjakan PR dai pak Ying ?” tanya Jieun.

“Tentu saja sudah, namja pintar sepertiku mana mungkin belum mengerjakannya” ujar Luhan sombong.

Namja ini, tak bisakah sikapnya tidak sombong satu kali saja ?

“Kau sendiri sudah mengerjakannya ?” tanya Luhan basa-basi.

“Belum” lirih Jieun sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal.

“Ck ck ck .. sudah kuduga” Jieun hanya mendengus kesal. Luhan beranjak menuju kamarnya dan kembali lagi dengan sebuah buku ditangannya.

“Ige, kau boleh menconteknya” ujarnya.

“Be benarkah ?” tanya Jieun ragu.

Kenapa Luhan sebaik itu padanya ?

“Tentu saja benar .. kau tidak mau ? ya sudah”

“Eeeh ne tentu aku mau” ujar Jieun menarik ujung kaos Luhan sebelum namja itu kembali kekamarnya. Jieun menuju kamarnya dan mengambil buku catatannya untuk menyalin PR Luhan. Ia kembali duduk dengan sebuah buku dan pena ditangannya. Menyalin dengan serius buku dihadapannya.

“Itu sebagai tanda minta maafku karena menabrakmu waktu itu .. aku bukannya tidak gentle, aku hanya sedang terburu-buru saat itu, jadi jangan salah paham dulu”

“Ah begitu, ne ne aku maafkan ..” jawab Jieun cepat seakan tak ingin diganggu dengan acara menyalin PR luhan itu. Luhan hanya menghembuskan nafasnya kasar.

Hening

Luhan terdiam, bukan televisi yang kini sedang ia perhatikan melainkan sosok yeoja yang tertunduk serius yang tengah menyalin PRnya itu. menulis setiap kata persis dengan isi bukunya. Memandang datar wajah yeoja yang terlihat biasa saja dimatanya, memandang dari atas hingga ujung kaki yang memang terlihat biasa saja bagi Luhan. Celana tidur panjang bermotif hello kitty dan kaos polos yang tampak tak terlalu ketat, juga rambut pendek yang tampak seperti potongan rambut jaman dulu. Sungguh semuanya terlihat biasa saja, sama sekali tak ada yang istimewa.

“Caa .. akhirnya selesai” ujar Jieun tersenyum senang dengan kedua tangannya terangkat keatas.

Luhan tampak terperangah, semuanya biasa saja tapi kenapa saat ia tersenyum seperti itu membuat detak jantungku memompa lebih cepat ?ah tidak mungkin .. ah mungkin aku hanya terkejut karena suaranya .. Ya kau hanya terkejut Xi Luhan.

“Ige gomawo” ujar Jieun menyerahkan buku Luhan, ekspresinya kembali biasa tanpa senyum dan juga sedatar jalan raya.

Luhan menerima bukunya kembali dan beranjak menuju kamarnya. Jieun hanya mengernyit memandang Luhan yang berlalu begitu saja. 

"Dasar namja aneh"

()()()

Jieun menyeruput teh kotaknya sendirian dikantin, lalu kemana Suzy ? ia menemani Wooyoung diperpustakaan. Katanya sih mau mencari bahan untuk membuat makalah tapi Jieun rasa itu hanya akal-akalan si Wooyoung untuk mendekati temannya, Bae Suzy. Alhasil Jieun seorang diri dikantin. Ia menggeser-geser layar ponselnya, mencari berita tentang idolanya di Google. Keripik kentang dengan bungkus besarnya belum juga habis menemaninya sejak lima menit yang lalu.

“Hai Jieun ..” tampak seorang namja tampan menyapanya dan kini duduk dihadapannya. Jieun memandangnya sekilas, matanya kembali kelayar ponselnya.

“Kau sedang apa ?” tanya namja itu yang ternyata Baekhyun, memandang kearah yang sama yaitu layar ponsel Jieun.

“Oh kau masih menyukai Jeff Bernat ?” tanyanya lagi seakan tak memperdulikan sikap Jieun yang sedari tadi tak menggubrisnya.

Jieun mnghembuskan nafasnya kasar, merasa jengah dengan tingkah Baekhyun.

“Baekhyun berhentilah ..” ujarnya lirih dan datar.

“Berhenti apa ? aku tak sedang menangis kkk~”

Jieun sama sekali tak tertarik untuk tersenyum.

“Berhenti menggangguku” ucap Jieun lagi.

“Kau masih marah ya padaku?”

“Ani .. “

“Lalu kenapa kau begitu ketus terhadapku ?”

“Aku hanya tidak ingin dekat dengamu lagi” Jieun beranjak, mencoba meninggalkan Baekhyun. Baekhyun pun tak tinggal diam, ia menarik lengan Jieun pelan mencoba menghentikan langkah gadis itu.

“Lepas !” entah suara siapa yang Jieun dengar namun terdengar cukup dingin. Jieun menoleh begitu juga Baekhyun memandang sipemilik suara.

“Siapa kau ?!” tanya Baekhyun tak senang.

“Dia pacarku” ucap Jieun cepat yang membuat dua namja itu terkejut dengan perkataannya.

“Mi mian ..” ujar Baekhyun seraya melepaskan genggamannya perlahan, ia hanya bisa mematung tatkala Jieun meraih lengan lelaki yang entah siapa itu pergi meninggalkannya.

“Siapa dia?” tanya Luhan yang kini tengah duduk dengan Jieun di indoor yang biasa digunakan untuk latihan basket.

“Mantan pacarku” jawab Jieun enteng.

“Oh .. lalu kenapa kau menjauhinya ?”

“Hanya ingin menjauh saja, apakah perlu alasan ?”

“Tentu saja harus ada .. mana ada seseorang menjauhi seseorang yang lain jika tak mempunyai alasan”

“Ada dan itu aku”

“Kau aneh”

“Biarkan saja, lalu kau sendiri kenapa tadi menghampiriku ? bukankah kau tidak ingin satu sekolah tahu kalau kita sudah menikah” tanya Jieun dengan lirikan tajamnya.

“I itu , karena kupikir namja itu menganggumu”

“Memangnya kenapa kalau Baekhyun menggangguku, tak ada urusannya kan denganmu, kenapa harus peduli ?” tanya Jieun lagi masih memandang namja disampingnya.

Luhan tampak berfikir keras, ia juga tak tahu pasti kenapa ia menghampiri mereka tadi, ia hanya tidak suka saat namja bernama Baekhyun itu memegang lengan Jieun. Lengan yeoja yang beberapa Minggu ini sudah tinggal bersamanya dan sudah menjadi istrinya.

“Ah aku lupa .. aku harus keruang guru, Pak Dee memanggilku tadi” Dengan langkah cepat Luhan meninggalkan Jieun yang bahkan belum sempat berbicara lagi. Setelah dirasa ia cukup jauh dari Jieun, Luhan menghembuskan nafasnya lega.

Sedangkan Jieun hanya mengernyit heran, beberapa detik kemudian iapun meninggalkan indoor itu menyusul Suzy ke perpustakaan. Ia ingin menggoda mereka, Suzy dan Wooyung ,pasti akan menyenangkan pikirnya.

()()()

“Yaa yaa Jieun, suamimu sedang bertanding basket, kau tidak ingin melihatnya eoh ?” ujar Suzy yang entah dari mana dan kini tengah menghampiri Jieun.

Jieun mengernyit.

“Yaak kau ini, jangan bicara seenaknya bagaimana jika ada yang mendengar”

“Hehe .. mian, lagi pula disini tak ada orang kan ?”

Jieun kembali menatap buku dihadapannya, bukan buku pelajaran melainkan buku yang semua isinya berbentuk gambar alias komik, ya, ia sedang membaca komik.

“Yaakk , kau mendengarkanku tidak ?” kesal Suzy.

“Aku tak tertarik melihatnya”

“Hey ayolah” Suzy tampak jahil mengambil komik yang sedang Jieun baca dan menutupnya membuat Jieun menatapnya jengah.

“Kajja kajja .. sekali saja menurut padaku kenapa sih” Suzy menarik-narik lengan Jieun mencoba membawanya kelapangan basket yang kini ramai. Jieun pun terpaksa menuruti temannya itu, mengangkat badannya dan berjalan dengan setengah hati. Memang apa menariknya sih melihat pertandingan basket ? bukankah itu membuat telinganya panas dengan teriakan-teriakan juniornya yang tergila-gila pada senior mereka ? membaca komik diperpustakaan lebih menyenangkan kan ? meski sesekali dimarahi ibu penjaga karena tawa yang tiba-tiba meledak.

Jieun duduk bersama Suzy .. memandang datar namja yang kini berlarian dengan bola ditangannya. Jieun hanya memperhatikan. Telinganya terusik dengan teriakan-teriakan juniornya yang kebanyakan para siswi.

“Aaaa ... Luhan oppa !”

“Oppa hwaiting”

Jieun hanya mencibir pelan sembari sesekali menggelengkan pelan kepalanya.

Apa yang mereka lihat dari namja cungkring itu ? Yang bahkan mau menikah hanya karena takut semua fasilitasnya dicabut .. Ck sulit dipercaya.

“Wuaa Gol !” ujar Suzy tiba-tiba, membuat Jieun sedikit terperanjat karena kaget.

“Aisshh kau ini mengagetkanku saja” rutuknya. Jieun berniat pergi, ia sama sekali tak tertarik menonton pertandingan itu. ia beranjak.

“Yaakk kau mau kemana ?” tanya Suzy.

“Aku ingin ketoilet” bohong Jieun. Ia mulai melangkah pelan kembali keperpustakaan, komiknya lebih menarik dari pada pertandingan ini, namun tiba-tiba ..

PLUKK

Sebuah bola sukses mendarat didahi mulusnya membuat bintang-bintang kecil berputar disekitar kepalanya dan Bruukk seketika Jieun pingsan.

Di ruang UKS

Jieun mengerjap pelan, dahinya terasa berdenyut-dengut.

“Yaakk babo kau tidak papa ?” suara itu, Jieun hafal benar.

“Terkena bola basket apa bisa dibilang tidak papa ?” tanya Jieun balik.  Kenapa harus menanyakan hal bodoh seperti itu ? jelas-jelas ia kenapa-napa. Tangannya perlahan meraih bagian kepalanya yang sakit itu.

“Asshh ..” rintihnya pelan.

“Sudah tahu sakit kenapa malah disentuh” ujar Luhan mulai mendekat kearah Jieun.

“Yaak yaak kau mau apa ?”

“Diamlah, kau akan merasa lebih baik nanti” Luhan perlahan mendekatkan wajahnya, Jieun hanya bisa menerka-nerkan apa yang akan Luhan lakukan padanya.

“Fuuhh fuhhh” dengan pelan, Luhan meniup tepat dimemar Jieun. Membuatnya sejuk dan berkurang rasa sakitnya. Jieun perlahan menunduk, tak berani menatap wajah yang kini sangat dekat dengannya.

Yaakk namja babo ini, kenapa harus melakukan ini sih ?

“A aku sudah merasa lebih baik” ucap Jieun terbata.

Yaaakk Jieun kau ini kenapa ? babo, kenapa harus gugup ?

Luhan perlahan mulai menjauhkan wajahnya, kembali duduk dikursi sebelah ranjang UKS itu.

“Sebaiknya kita pulang” ujar Luhan.

“Yaakk kita masih ada pelajaran Pak Ming”

“Kelas sudah bubar satu jam yang lalu babo -_-“

“A ah begitukah ? berarti aku pingsan cukup lama”

“Begitulah”

Jieun tampak menggaruk kepalanya.

Kreett

Suara pintu terbuka mengalihkan pandangan kedua orang itu. Setelah tahu siapa orang itu Luhan memandang malas begitu juga Jieun.

“Jieun-a kau tidak papa ? kudengar kau terkena bola basket bagaimana bisa , kenapa ceroboh sekali” rentetan kalimat panjang berhasil diucapkan namja itu yang ternyata Baekhyun. Tampak khawatir diraut wajahnya.

“Eoh dimana yang sakit ?” Baekhyun tampak serius memandangi dahi Jieun. Tangannya ingin mengusap memar itu.

“Ja jangan menyentuhnya disitu, sakit”

Luhan hanya memutar kedua bola matanya jengah.

“Eoh , appo ?.. Omo kasian sekali”

“Baekhyun, ada pacarku disini, kau tidak perlu berlebihan”

“O oh ne .. ku kira tidak ada orang lain disini” ujar Baekhyun melirik sekilas Luhan.

Luhan hanya menatapnya malas dengan sesekali menggerakan bibirnya, mencibir pelan.

“Aku sudah tidak papa kau boleh pulang, bukankah kelas sudah usai satu jam yang lalu, kenapa belum pulang ?” tanya Jieun pada namja sipit itu, Byun Baekhyun.

“Oh itu, aku baru latihan menyanyi”

“Pasti dengan Taeyeon eonni”

Baekhyun mengangguk membenarkan.

“Kau masih tahu saja” ujar Baekhyun dengan senyumnya.

Tentu aku sangat tahu, dia penyebab kita putus Byun Baekhyun.

“Luhan oppa, ayo kita pulang“ ujar Jieun sembari beranjak. Kalau bukan karena ada Baekhyun disini, Jieun malas sekali memanggil Luhan dengan sebutan oppa. Setelah ini pasti lidahnya akan gatal selama satu minggu. Itu berlebihan Jieun -_-

“Eoh ? A ayo” Luhan yang merasa namanya dipanggil pun beranjak, namun apa ia tak salah dengar ? Jieun memanggilnya dengan tambahan ‘oppa’ didepannya. Kenapa malah membuatnya tersenyum ? melirik pada Baekhyun seakan memamerkan bahwa dialah yang Jieun pilih bukan namja sipit itu.

“Annyeong Baekhyun-ssi” ucap Luhan penuh penekanan.

Didalam perjalan pulang, Jieun juga Luhan terdiam, sama sekali tak ada pembicaraan.

“Ekhem ..” Luhan berdehem lalu melirik Jieun sekilas.

“Kau tidak ingin berterima kasih ?”

Jieun menoleh, mengalihkan pandangan yang tadinya keluar jendela kini memandang namja yang sedang menyetir disampingnya.

“Untuk ?”

“Semuanya”

“Sebutkan”

“Karena telah membopongmu ke UKS, dan juga karena sudah menyelamatkan mu dari namja sipit itu”

Jadi dia yang membawaku ke UKS ?

“Gomawo” ucap Jieun kembali memfokuskan pandangannya pada jalan raya.

Hanya itu ? Ada apa dengannya, apa benturan bola basket membuatnya jadi irit berbicara ? Ah tapi kenapa juga aku harus peduli .. Ingat Luhan, ia bukan tipemu.

()()()()

Sudah sekitar dua hari Jieun sakit dan hanya terbaring dikamarnya. Tubuhnya sesekali menggigil dan berkeringat. Dengan sabar Luhan mengompres dahi Jieun dan sudah dua malam ini, ia terjaga disamping Jieun. Dan malam ketiga Jieun masih belum menandakan kesembuhannya.

“Eungh ..”

“Eomma ..”

Luhan mengerjap pelan, memandang yeoja yang terbaring dihadapannya.

“Ia mengigau ?” gumamnya.

“Eomma..” lagi, Jieun memanggil-manggil ibunya membuat Luhan tak tahu harus berbuat apa agar anak itu diam. Perlaham tangannya bergerak ragu, membelai kepala Jieun lembut.

“Sssuuhh ..” Ia menenangkan Jieun seakan sedang menenangkan anak kecil dan sepertinya usahanya berhasil, Jieun tak lagi menginggau memanggil-manggil mendiang ibunya.

Luhan menarik tangannya kembali, dengan mata masih mengantuk ia menopang dagunya dan memandangi Jieun yang masih memejamkan matanya.

“Yaaakk babo, cepatlah sembuh.. kau merepotkan ku saja” kesal Luhan yang terkesan bicara seorang diri.

“Kau merindukan eomma mu eoh ? kenapa tidak mengunjungi makamnya saja bukan malah terbaring sakit disini”

“Kau tahu sudah dua malam aku tak bisa tidur nyenyak gara-gara kau babo” Luhan seakan mencurahkan semua yang ia rasakan selama dua hari kebelakang pada gadis yang sama sekali tak bisa membalas perkataannya itu.

“Tapi tak apa, aku akan meminta bayaran atas semua ini kkk~ aku bukan namja baik Lee Jieun” ucapnya lagi dengan sesekali tersenyum aneh.

Pagi Harinya, Jieun perlahan mulai membuka matanya, menatap remang kamarnya yang masih tampak gelap karena gordennya masih tertutup. Ia mengedarkan pandangannya, dan sampailah matanya memicing pada sosok namja yang tidur tertelungkup disamping ranjangnya.

“Sedang apa dia disini ?” gumamnya. Jarinya dengan usil menusuk-nusuk bahu si namja yang tampak masih ingin dialam mimpi.

“Yaaakk aku masih ngantuk eomma” seru Luhan membuat Jieun terkekeh pelan, senang sekali menjahili orang. Lagi ia menusuk-nusuk bahu Luhan.

“Yaaakk ..” teriak Luhan dan mulai mengangkat kepalanya.

“Eoh kau sudah sadar ?” Tanya Luhan yang melihat Jieun sudah terbangun dan duduk diatas kasurnya. Jieun tampak mengangguk.

“Kau sendiri sedang apa disini ?”

“Yaakk aku yang menjagamu selama kau sakit tahu”

“Ayah, apa dia tidak menjenguk ku ?”

“Aboenim tadi malam kesini dan membawa sup ginseng untukmu, setelah beberapa saat ia kembali pulang” papar Luhan.

“Oh” Jieun mengangguk paham.

“Lalu mana sup ginsengnya ?”

“Aku taruh dikulkas” jawab Luhan datar.

“Aku ingin makan aku lapar”

“Makan saja apa susahnya ?” Pandangan Luhan terlihat sinis.

“Yaaakk aku sedang sakit, cepat bawakan aku makanan”

“Omo,, sedang sakit suaranya sekeras itu ? ne ne baiklah tuan putri” ujar Luhan lalu beranjak dari kamar Jieun, menyisakan gadis yang kini terlihat terkekeh pelan.

Luhan mengaduk-aduk malas bubur buatannya, entah akan seperti apa rasanya, ia juga tak tahu, setidaknya ia sudah bersikap baik. Jika saja Jieun sedang tak sakit ingin rasanya ia menambahkan racun ke bubur itu. Ah kau akan dipenjara karena itu Luhan.

Kini bubur dan sup ginseng sudah tersaji dihadapan Jieun. Yeoja itu, tampak hanya memandanginya saja, dan sesekali melirik namja yang kini duduk disampingnya. Ia merasa tak yakin bubur itu akan enak. mungkin ia akan sakit perut saat suapan pertama.

“Wae ? ayo makan .. aku sudah susah payah membuatnya, jika kau tak mencobanya, kau manusia paling sadis didunia ini Jieun” ucap Namja imut itu. Kau berlebihan Luhan.
Dengan ragu Jieun mengambil sendok dipinggir mangkuk, ia menyendokan sup ginseng tanpa sedikitpun melirik bubur disampingnya.

“Hei, jangan hanya supnya saja, buburnya juga” titah Luhan. Sedang Jieun, ia hanya mendengus pelan. Ia menyendokan bubur buatan Luhan itu, terlihat sedikit encer. 

Disuapkannya perlahan kedalam mulutnya. Merasakannya sesaat.

“Bagaimana, apakah enak ?” tanya Luhan, ia juga penasaran dengan bubur pertama yang ia buat.

“Eumm .. tidak buruk” ucap Jieun kemudian. Luhan tampak berbangga hati.

“Tentu saja, bubur buatan namja populer sepertiku tidak mungkin tidak enak”

“Uhukk” Jieun tampak tersedak mendengar perkataan Luhan yang lagi-lagi membuatnya jengah.

“Yaakk pelan-pelan, aku tahu bubur itu enak”

“Yaakk bukan karena buburnya, tapi karena perkataanmu babo”

“Perkataanku yang mana ?”

“Aisshh .. sudah lah jangan dibahas”

Luhan mengerutkan keningnya, perasaan perkataannya tidak ada yang salah. Itu perasaanmu Luhan.

“Jadi kau juga tidak masuk sekolah ?” tanya Jieun.

“Tadinya aku ingin tetap berangkat sekolah tapi saat Appa tahu kau sakit, ia melarangku dan memintaku untuk menjagamu”

“Oh”

“Gomawo” ucap Jieun lirih.

“Mwo aku tidak dengar” ujar Luhan berpura-pura, jelas-jelas ia mendengarnya. Membuat Jieun mencibir kearahnya.

“Aku tak akan mengulanginya lagi, aku sudah mengatakannya tadi”  ucap Jieun datar.

“Mengatakan apa ?”

“Isshh kau ini benar-benar ..”

“Kekeke .. "

()()()

“Jieun-a kau sudah sembuh eoh ?” tanya Suzy saat Jieun kembali masuk sekolah.
Jieun mengangguk sembari tersenyum.

“Omo mian, aku tak menjengukmu , aku tak tahu apartment barumu”

“Ne gwenchana”

“Hey kau tahu ,, anak-anak sempat curiga karena saat kau sakit Luhan juga tak berangkat, apa ia menjagamu ?”

Jieun menangguk lagi “Dia bilang, ia menjagaku”

“Omo, jangan-jangan dia mulai menyukai uri Jieun” ujar Suzy dengan menyenggol pelan lengan Jieun.

“Dia hanya takut dengan ayahnya”

“Hah, takut kenapa ?”

“Ah sudahlah jangan bicarakan dia terus”

()()()

Waktu istirahat tiba, Jieun berjalan menuju kantin, lagi-lagi ia sendirian, katanya Suzy diminta Wooyoung untuk menemuinya dibelakang sekolah. Jieun tahu, pasti anak itu akan menyatakan perasaannya pada Suzy.

Matanya memicing, melihat sosok namja yang kini sedang berdiri didepan pintu sebuah kelas.

“Sedang apa namja babo itu disana ?”

Tampak seorang yeoja berambut panjang keluar dari dalam kelas itu, menghampiri Luhan dengan sebuah buku ditangannya, mengobrol entah apa dan sesekali saling melempar senyum.

“Hoii” Sebuah tepukan dibahu Jieun membuat yeoja itu hampir berteriak kaget. Ia menoleh memandang kesal namja yang kini tersenyum lebar kearahnya.

“Kau sedang apa disini Jieun-a ?” tanya namja bermata sipit itu, Baekhyun.

“Ani, aku hanya sedang memperhatikan tikus memakan gajah -_-“ ucapnya asal. Jieun kembali berjalan menuju kantin.

“Yaakk changkaman, apa maksudnya ?”

“Pikirkan saja sendiri” seru Jieun.

Siapa yeoja tadi ?

Ah lagi pula kenapa aku harus memikirkannya ?

“Aisshh .. kau ini” Baekhyun mensejajarkan langkahnya dengan Jieun.

“Kemana namjachingumu itu ?”

Jieun melirik malas kearah Baekhyun.

“Kau menyukainya ?”

“Isshh bukan itu maksudku, kenapa ia membiarkan yeoja secantik ini sendirian, ia pasti bukan namja yang baik, sudah putuskan saja dia dan kembali padaku” ucap Baekhyun dengan cengiran dimulutnya, membuat Jieun memutar kedua bola matanya.

“Dari pada kau mengoceh tak jelas lebih baik kau pergi” ujar Jieun mempercepat langkahnya mendahului Baekhyun.

()()()

Jieun tengah sibuk dengan bahan masakannya didapur, ia ingin membuat tteokbokki pedas, pasti enak memakan yang pedas-pedas saat hujan seperti ini. Ia hanya bisa menjilati bibirnya saat membayangkan hal itu.

“Kau sedang apa ?” tanya Luhan yang tiba-tiba sudah berada didapur, ia menyeduh susu cokelat.

“Memasak”

“Haha ,, memang kau bisa memasak ?” tanya Luhan yang terdengar meremehkan. Jieun melirik sekilas namja imut itu.

“Tentu saja bisa” ucap Jieun percaya diri, sepertinya ia tertular rasa percaya diri Luhan selama tinggal satu atap dengannya.

“Ck .. memang sedang memasak apa ?” tanya Luhan sembari mendongak kecil.

“Aku tak akan membaginya denganmu”

“Susah yah, bicara dengan anak babo. Aku tanya kau memasak apa, bukan meminta masakan yang belum tentu enak itu”

Jieun mendengus kesal.

“Tteokbokki” ucap Jieun kemudian.

“O ooh .. Jangan buat terlalu pedas nanti kau sakit lagi, aku yang repot” ujar Luhan sembari melenggang pergi.

Untuk apa ia peduli .. ah pasti karena dia tidak ingin repot lagi karenaku. Uh dasar !

“Ne ne ahjussi” ucap Jieun sebal.

Beberapa menit kemudian, Jieun duduk didepan televisi dengan sepiring besar Tteokbokki buatannya, ia melirik Luhan yang sedang serius membaca sebuah komik ? kenapa anak itu tidak belajar seperti biasanya ?

“Ekhem ..” Jieun berdehem pelan namun Luhan sama sekali tak menggubrisnya.

“Ekhem ..” lagi, Jieun berdehem dan sekarang agak keras.

“Yaaakk” Jieun berteriak. Barulah Luhan menoleh dan memandangnya datar.

“Kau ini kenapa sih ?” tanya Luhan sinis.

“K kau .. kau mau tidak ?” tanya Jieun dengan melirik tteokbokkinya, ia tidak serius dengan ucapannya yang tak ingin membaginya, ia juga tidak merasa nyaman jika makan sendirian tanpa menawari Luhan.

Luhan menggeleng pelan dan kembali menatap komiknya.

Ck dasar namja ini, yasudah kalau tidak mau .. jangan menyesal karena tidak bisa mencicipi tteokbokki terenak dikorea

“Kau .. kenapa tidak belajar, malah membaca komik” ucap Jieun dengan mulut penuh tteokbokki.

“Nilai ku tidak akan turun hanya karena membaca komik sekali” ujar Luhan sembari lembaran selanjutnya.

“Chh , kau ini .. kenapa tidak membaca komik dikamarmu saja sih ?”

Luhan melirik Jieun tajam “Memangnya kenapa ? terserahku dong mau membaca dimana saja, jika kau tak suka aku disini, kau saja yang makan dikamarmu”
Jieun mempoutkan bibirnya.

“Aku ingin menonton televisi, kau kan sedang membaca lagi pula memangnya tidak terganggu dengan suara televisi ?”

“Urusi saja urusanmu” ujar Luhan kembali membaca komiknya. Jieun hanya mencibir pelan. Ia kembali memakan tteokbokkinya.

“Huaahh, pedasnya” ujar Jieun sembari mngibas-ngibaskan tangannya ke bibirnya. Luhan melirik sekilas dan hanya menggelengkan kepalanya pelan. Babo pikir Luhan.

Jieun beranjak dan menaruh piring kotornya ke wastafel. Sepiring besar tteokbokki membuatnya kekenyangan. ia menghabiskannya seorang diri. Jieun kembali duduk didepan televisi, menonton dengan serius drama favoritnya.

“Huaahahaa ..”

Jieun sedikit terperanjat mendengar suara tawa Luhan. Mencibir pelan kearah namja itu.

“Yaaakk kau mengagetiku babo” seru Jieun. Luhan sama sekali tak menoleh dan memilih untuk terus membaca komiknya. Bayangkan betapa kesalnya Jieun, disaat drama yang tengah ditontonnya adegan menangis, ia justru dikejutkan dengan suara tawa Luhan yang tidak bisa dibilang pelan. Merusak suasana, pikir Jieun.

“Ah akhirnya selesai juga” ujar Luhan dan menutup komiknya. Kini matanya memandang Jieun yang sedang terisak pelan.

Dia kenapa ? Apakah ia menangis hanya karena aku tertawa begitu keras ?

“Ya yaakk kau kenapa ?” tanya Luhan.

“O omo .. kenapa harus berpisah ?” gumam Jieun tanpa mendengar Luhan.

Luhan semakin dibuat bingung. Ia kemudian melirik kearah televisi.

Aisshh ternyata dia menangis karena drama, kukira karenaku .. babo !

Luhan beranjak menuju kamarnya. Ia malas melihat yeoja menangis hanya karena drama televisi, sungguh sesuatu yang bodoh pikirnya.

()()()

Jieun mengucek matanya, menguap lebar dengan mata masih sedikit menutup ia berjalan menuju kamar mandi, handuk dan sabun sudah ditangannya. Sesekali menggaruk kepalanya yang terasa gatal, rambutnya mengembang seperti singa.

Dduukk

“Asshh ,, sial, siapa yang menaruh meja disitu” racaunya. Dari dulu emang disitu Lee Jieun -_-!

Cklekk ... ia membuka pintu kamar mandi perlahan dengan mata setengah terbuka.

“Yaa yaakk .. kenapa kau masuk ?!” suara keras itu kontan membuat Jieun terbangun 100%. Melebarkan matanya ketika melihat sosok namja dihadapannya yang tanpa busana. Bukan keluar, Jieun justru membeku. Dengan cepat Luhan mengambil handuk disampingnya dan menutupi tubuh bagian bawahnya. Ia dengan tergesa-gesa menuju keluar meninggalkan Jieun yang masih syok ? atau ia beruntung bisa melihat namja tanpa busana pagi-pagi seperti ini ?

“Aisshh memalukan ..” rutuk Luhan ketika sampai dikamarnya.

“Kenapa aku lupa menguncinya, babo Luhan, virus babo seorang Lee Jieun pasti telah 
merusak otakmu” rutuknya lagi.

“Mwo ? apa itu tadi .. Omo, omo omo baboya ! kenapa aku malah terdiam ?!” rutuk Jieun.

()()()

Selama disekolah, tiap kali Luhan dan Jieun bertatapan mereka akan langsung mengalihkan pandangannya.  Berpura-pura tak saling memandang. Berlalu begitu saja saat mereka berpapasan.

“Hey kalian kenapa ?” tanya Suzy yang seakan sadar dengan sikap dua anak itu.

“Aisshh memalukan” keluh Jieun dengan menundukan kepalanya. Menepuk-nepuk kepalanya sendiri.

“Wae, wae .. ayolah cerita Jieun-a” ujar Suzy semakin penasaran.

“Ani ini sangat memalukan Suzy-a apa yang harus kulakukan ?” tanya Jieun frustasi.

“Sebenarnya ada apa ?”

“Aku tidak ingin menceritakannya”

“Yaakk bagaimana aku akan memberi solusi kalau kau tidak menceritakannya ?”
Jieun mendengus sebal. Haruskah ia menceritakannya pada Suzy ? Bukankah itu sangat memalukan ?

Akhirnya Jieun pun menceritakannya pada Suzy.

“Buahaha ..” tawa Suzy meledak membuat Jieun semakin cemberut dengan rona merah diwajahnya.

“Kau ,, kau ,, hahaha”

“Diamlah ,, kau membuatku semakin buruk” ujar Jieun dengan mengerutkan bibirnya.

“Haha ekhem ..” Suzy mencoba berdehem menetralkan suara tawanya.

“Jadi aku harus bagaimana ?”

“Kau harus minta maaf Jieun”

“Minta maaf ? pada namja sombong itu ? Cih mana mungkin” ujar Jieun ketus.

“Ya itu terserah padamu, dari pada kau malu seumur hidup jika bertemu dengannya ? hayo ..”

Jieun menghembuskan nafasnya pasrah.

“Baiklah aku akan meminta maaf”

Suzy tersenyum mendengarnya, ia rasa mereka mulai salinng menyukai. Mendengar semua cerita Jieun, tampaknya mereka begitu lucu saat satu atap.

()()()

Jieun memainkan ponselnya sedangkan Luhan membaca komik baru yang sehari lalu di belinya. Mereka dalam sebuah perjalanan menuju sebuah gunung. Ayah Jieun mengajak mereka berdua ikut karena tak mungkin ia pergi sendirian, lagi pula mereka juga sedang libur sekolah.

“Luhan, kau mendapat peringkat berapa dikelas ?” tanya tuan Lee memecah keheningan.

“Oh aku peringkat satu aboenim”

“Waa hebat sekali menantuku haha”

Luhan tersenyum, ia sudah biasa mendapat sebuah pujian.

“Kau Jieun, mendapat peringkat berapa ?” kini giliran Jieun yang ditanyai ayahnya.

“Haruskah aku memberitahu Appa ?”

“Aisshh anak ini .. jawab saja”

“Eumm .. aku peringkat 20 hehe” ucap Jieun sembari menggaruk kepalanya.

“Ck anak ini , sudah Appa duga” Jieun hanya cemberut mendengarkan penuturan ayahnya. Sedangkan Luhan hanya melirik Jieun dengan senyum ejekannya, membuat Jieun mencibir pelan.

“Jadi Appa, kita akan mendaki gunung hari ini ?” tanya Jieun mengalihkan pembicaraan tentang nilainya disekolah.

“Hmm .. mungkin lebih tepatnya besok, kita akan istirahat dulu disebuah penginapan sekarang”

“Memang berapa lama lagi kita sampai ?”

“Sekitar 1 jam lagi”

“Mwo ? masih lama dong”

“Ne ,, tidur saja jika lelah”

“Ne .. Appa jangan mengantuk, menyetirlah yang benar”

“Ne tuan putri hehe” Jieun juga ayahnya tersenyum simpul.

Tibalah mereka bertiga disebuah penginapan yang terlihat tua dan sepi pengunjung.

“Omo, Appa kita akan menginap disini ?” ayah Jieun tampak mengangguk mengiyakan.
Jieun mengernyit memandangi tempat dimana ia akan tidur malam ini, mungkin penginapan ini lebih tepat disebut rumah hantu. Bangunannya terlihat rapuh, juga cat dindingnya mengelupas dibeberapa bagian.

“Tenang saja kau akan sekamar dengan Luhan”

“Mwo ?” dua anak itu tampak terkejut bersamaan.

“Hehehe .. jangan berlebihan seperti itu, ini demi menghemat biaya”

“Aku bisa menyewanya dengan uangku aboenim” ujar Luhan.

“Ani tidak boleh, aboenim yang akan membayar liburan ini”

Luhan hanya bisa menghela nafas. Ia tidak boleh bersikukuh, ia harus menghargai mertuanya itu.

“Omo, Appa .. aku tidur denganmu saja yah” Jieun memelas pada ayahnya.

“Ani, kalian harus sekamar !”

“Eum Baiklah” pasrah Jieun. Mereka pun mulai membawa koper masuk.

Jieun dan Luhan menempati kamar disebelah kamar ayah Jieun. Jieun tampak menyeret malas kopernya. Ia sedikit takut dengan tempat tua itu. berjalan dibelakang Luhan adalah cara terbaik menahan rasa takutnya.

Kriiitt

Suara pintu kamar mereka begitu terdengar kala Luhan membukanya membuat Jieun semakin menciut. Luhan berbalik menatap Jieun yang kini sedikit terlihat aneh dengan ekspresinya itu.

“Kau kenapa ?”

“Hey ,, kau tidak curiga dengan tempat ini ?” bisik Jieun.

“Curiga kenapa ?”

“Isshh kau ini katanya pintar .. tempat seperti ini pasti banyak hantunya” ucap Jieun semakin memelankan suaranya saat menyebut ‘hantu’.

“Jieun, sepertinya kau benar .. dibelakangmu i itu” ujar Luhan tampak serius, sama seperti Jieun yang kini menegang dengan debaran jantung tak menentu, Jieun perlahan membalikan diri, mencoba melihat apa yang ada dibelakangnya.

“Huaaaa ...” teriaknya saat melihat wanita tua dengan lentera ditangannya.

“Hahaha” Luhan justru tertawa keras.

“Wae agashi ? ini lentera untuk kalian, kadang disini suka mati lampu” ucap ahjumma yang ternyata seorang penjaga penginapan. Seketika Jieun melirik tajam namja yang kini masih tertawa dengan puasnya. Dengan kesal Jieun mencubit kecil lengan Luhan membuat namja itu meringis kesakitan.

“Ah ne ahjumma gamsahamnida” ucap Jieun sembari menerima lentera itu. ia membungkuk kecil. Ahjumma itupun hanya tersenyum lalu beranjak pergi.

“Aisshh sekali lagi kau menakutiku , akan kumakan kau !” ucap Jieun dan memasuki kamar mereka terlebih dahulu. Meninggalkan Luhan yang masih mengusap-usap lengannya karena cubitan Jieun.

Selesai makan malam mereka kembali ke kamar begitu juga dengan ayah Jieun.

“Luhan” lirih Jieun. Ia tak bisa menyembunyikan ketakutannya. Suara dahan yang saling bergesekan sangat menganggunya.

“Hmm wae ?”

“Kau sudah tidur ?”

“Belum”

“I itu suara apa ya ?”

“Suara ranting pohon babo”

“Kenapa suaranya seperti itu ?”

“Memang suaranya harus seperti apa?” Luhan memutar kedua bola matanya.

“Luhan”

“Waee ? kau malah membuatku takut jika terus-terusan memanggilku seperti itu”

“Aku takut”

“Lalu aku harus memelukmu begitu, jangan harap”

“Yaaakk aku juga tidak sudi dipeluk olehmu”

“Baiklah kita mengobrol saja”

“Ne .. kau mulai duluan”

“Eum .. apa ya ?”

“Apa saja”

“Eum .. jadi kenapa kau putus dengan namja bernama Baekhyun itu ?”

Jieun menghembuskan nafasnya pelan.

“Karena aku pernah melihatnya memeluk yeoja lain”

“Lalu ?”

“Aku memutuskannya”

“Tanpa ada penjelasan ? kau kekanakan sekali Lee Jieun”

“Aku sering melihat mereka bersama dan puncaknya aku melihat Baekhyun memeluk yeoja itu”

“Siapa yeoja itu ? apa sekarang ia satu sekolah dengan kita ?”

“Ne , dia Taeyeon eonnie”

“Taeyeon sunbae ? ah pantas saja ia lawan yang berat .. ia cantik juga suaranya bagus”

Jieun tampak mengangguk.

“Tapi Baekhyun terlihat masih menyukaimu ?”

“Entahlah, ia bilang ia hanya sekedar berteman dengan Taeyeon eonnie, tapi entahlah aku tak tahu kebenarannya ..”

“Kurasa Taeyeon sunbae yang menyukai namja sipit itu ..”

Jieun mengernyit.

“Kenapa kau mengatakannya demikian ?”

“Kau bilang kau pernah melihat Baekhyun memeluk Taeyeon kan ? mungkin saja ia sedang menenangkan wanita itu dan mungkin saja Taeyeon sengaja melakukannya untuk bisa dekat dengan Baekhyun, buktinya Baekhyun masih mengejarmu” ujar Luhan beranalisa.

“Ah entahlah .. aku tak ingin memikirkannya lagi”

“Tapi apakah kau masih menyukai namja sipit itu ?” tanya Luhan karena ia juga penasaran pada jawaban Jieun. Entah mengapa itu membuatnya sedikit ingin tahu.

“Eumm .. kurasa sudah tidak” Luhan tampak sedikit mengangkat senyumnya, hanya sedikit.

“Oh ..”

“Sekarang aku yang bertanya”

“Ne silahkan”

“Aku pernah melihatmu dikelas lain menemui yeoja berambut panjang, siapa dia ?”

“Ah itu .. dia manager tim basket kami”

“Manager ?”

“Ne .. namanya Park Bo Young”

“Hanya manager ?”

Luhan mengernyit, apa maksud dari pertanyaan Jieun ? tentu saja hanya manager memang apa lagi ?

“Hanya manager”

“Oh” Jieun menghembuskan nafas, sepertinya ia sudah tak lagi merasa takut, mengobrol membuatnya lebih nyaman dan rileks. Ia menguap lebar.

“Tidurlah, besok kita harus bangun pagi” ujar Luhan. “Ne”

()()()

Jieun sedikit membungkuk memegangi kedua lututnya. Nafasnya ngos-ngosan tak karuan.

"Jieun -a ayo cepat "

"Appa aku lelah, tak bisakah kita istirahat dulu ?!"

"Baiklah kita istirahat dulu"

"Hey kau payah" bisik Luhan. Jieun sama sekali tak menggubrisnya, ia sibuk menenggak air mineral ditangannya.

"Sudah kan ? Ayo kita lanjut lagi" ujar ayah Jieun. Jieun hanya bisa cemberut memandang ayah nya yang mulai mendaki lagi.

"Dasar anak manja" cibir Luhan dan ia pun melanjutkan pendakian. Menyisakan Jieun yang masih enggan beranjak dari pohon tumbang yang didudukinya.

Jieun berjalan dengan terengah-engah namun sesuatu yang terlihat jarang dilihatnya menarik perhatiannya. Ia berhenti dan memfotonya, terlihat sangat antusias, jarang sekali ia melihat bunga eidelwish seperti ini.Cantik, sungguh sangat membuatnya terpesona, untuk pertama kalinya ia tak menyesali pendakian ini. Setelah beberapa foto, ia kembali berjalan, namun ada sesuatu yang salah disini. Kemana ayah da Luhan ? Kenapa sama sekali tidak terlihat?
Omo bagaimana ini ? Ayah kau dimana ?

Jieun pun tak kehilangan akal, ia mengeluarkan ponselnya dan menekan call pada ayahnya. 

Tutt tutt tuut ..

"Hey kenapa tidak tersambung ?" gumamnya. Baru ia sadari tak ada sinyal diponselnya.

"Omo, Appa bagaimana ini?" Jieun mulai khawatir dan cemas. Ia menghembuskan nafasnya pelan, ia berjongkok karena tak tahu harus berbuat apa.

--

"Babo cepatlah" seru Luhan yang masih belum menyadari Jieun tak lagi bersama mereka.

Kenapa Jieun tidak menjawab ?

Luhan berbalik kebelakang, dan betapa kagetnya ia saat menyadari Jieun tak lagi ada dibelakangnya, matanya menelusuri setiap penjuru namun tak juga menemukan gadis itu, hanya semak dan pohon menjulang tinggi yang dilihatnya.

"A aboenim !" seru Luhan memanggil ayah mertuanya yang sudah cukup jauh mendaki namun masih bisa tertangkap oleh matanya.

"Ne wae ?!" serunya.

"Ji Jieun tidak ada !"

"Mwo ?!" ayah Jieun pun berbalik menghampiri Luhan yang kini tampak cemas.

"Yaak kemana anak bodoh itu ?!"

"Tadi masih dibelakangku"

"Aishh .. Mungkin dia tertinggal dibelakang, ayo kita kembali lagi, semoga saja ia masih dijalur pendakian"

"Ne aboenim,, "

Tapi bagaimana jika ia malah berjalan tanpa tahu arah ?

Luhan mengecek ponselnya, mungkin Jieun sempat menghubunginya. Tapi nihil, ia baru sadar jika ponselnya tidak ada sinyal.

"Aish anak bodoh itu menyusahkan saja" gerutu ayah Jieun.

--

Jieun masih berjongkok, sesekali ia mengangkat ponselnya keudara, mencoba menangkap sinyak mungkin saja berhasil.

Kuk kuk kuk

Suara-suara hutan mulai mengganggu telinganya, ia semakin mengerutkan kepalanya. Memandang ke segala arah, takut-takut ada binatang buas menghampirinya. Atau mungkin tidak sengaja bertemu dengannya.

"Omo,, haruskah aku pergi dari sini, tapi aku tidak tahu arah" gumamnya pelan. Jieun menghembuskan nafasnya pelan.

"Baiklah aku pergi saja, dari pada diam disini membuat ku semakin takut" Jieun mulai berdiri, ia berjalan meski tak tahu kemana kakinya melangkah.

--

"Tidak ada?" tanya ayah Jieun, Luhan tampak menggeleng pelan.

"Kita terakhir kali istirahat disini dan aku yakin Jieun masih mengikuti ku aboenim" ujar Luhan.

Ayah Jieun tampak menghela nafas. Mencoba berfikir langkah apa yang harus di ambil.

"Baiklah, sebaiknya kita kembali saja, kita minta bantuan" ujar nya kemudian.

"Aboenim kembalilah, aku akan mencari Jieun sendirian"

"Yaakk kau juga bisa tersesat, jangan bodoh Luhan"

"Aku peringkat satu disekolah aboenim, kau bisa mengandalkanku .. Aku juga membawa kompas, dan jika tersesat aku akan menyalakan api agar aboenim tahu posisi ku"

Lagi lagi ayah Jieun hanya bisa menghela nafas.

"Oke baiklah, kau harus menemukan Jieun dan berhati-hatilah"

"Ne aboenim kau juga"

Dua lelaki itu pun berpisah. Berjalan berlawanan arah.

"Yaak babo sebenarnya kau kemana ?" gumam Luhan. Ia berjalan dengan sesekali meneriakan nama Jieun, dengan bekal ranting ia berjalan menembus semak-semak liar yang cukup tinggi.

"Jieun !"

"Yaakk babo kau selalu saja menyusahkanku !"

"Jieun babo !"

“Yaakk kau dimana ?!”

Berbagai teriakan diucapkan namja imut itu. Sudah hampir dua jam ia berjalan tak tentu arah namun masih belum juga menemukan Jieun. Kini peluh membasahi dahinya. Hingga sampailah ia disebuah bibir sungai dengan air jernihnya. Ia berjongkok, meraup sedikit air dengan tangannya dan menyeruputnya pelan.

"Arrghh segar !"

Ketika ia hendak kembali berjalan, matanya melihat gadis yang dicari-carinya, Jieun. Gadis itu sedang duduk dibatuan dekat sungai dengan sesekali menundukan kepalanya.
Luhan akhirnya bisa bernafas lega, melihat jieun baik-baik, ya setidaknya itu yang ia lihat. Entah mengapa membuatnya lega. Ia berjalan mendekati Jieun yang masih belum menyadari kehadirannya.

"Yaakk babo !" seru Luhan, Jieun Seketika menoleh. Jieun tampak terkejut sekaligus senang, ia beranjak dan mulai berlari kearah Luhan. Jieun Seketika memeluk namja imut itu. membuat Luhan kaget namun ia mencoba menetralkan rasa kagetnya.

"Yaakk babo kau kemana saja ?!"

"Hiks hiks .."

Menyadari Jieun tengah menangis, Luhan perlahan meraih kepala Jieun dan mengusapnya pelan.

“K kau tidak papa ?” tanya Luhan lebih lembut. Jieun tampak mengangguk pelan.

"Gwenchana.. Kau tak perlu khawatir lagi, aku sudah menemukanmu" ujar Luhan dengan nada suara lebih lembut. Jika ia berteriak lagi sudah dipastikan Jieun akan semakin menangis kencang.

Malam semakin gelap membuat Luhan dan Jieun meneduh disebuah gua dekat sungai, kini mereka berdua hanya saling diam memandangi api unggun yang dibuat Luhan.

"Aboenim pasti akan segera kesini , dia akan melihat asap dari api yang kubuat"

Jieun hanya mengangguk tanpa ingin mengucapkan sesuatu.

"Luhan"

"Apa ?"

"Kanapa kau menolongku ?"

"Kenapa malah menanyakan hal bodoh seperti itu .. Ceritakan padaku sebenarnya kenapa tadi bisa menghilang, kau tahu aboenim sangat khawatir padamu .. Apa susahnya mengikutiku, pasti kau lelah ya, dan memutuskan untuk istirahat seorang diri , kenapa tidak mengatakannya padaku .. Jika kau lelah, kita pasti bisa istirahat dulu dan kau tidak perlu ketinggalan seperti tadi dan lain kali .."

"Luhan .."

"Aku belum selesai bicara"

Jieun hanya bisa tersenyum simpul, entah mengapa ia ingin tersenyum mendengar Luhan berbicara panjang lebar seperti itu. Ia baru sadar namja itu ternyata peduli padanya sebesar itu. Pikirannya seakan kembali mengingat Luhan menolongnya saat terkena bola basket. Ia tahu Luhan kadang menyebalkan namun ia juga selalu peduli pada Jieun.

"Luhan"

"Apa ? Kenapa kau suka sekali memanggilku"

Jieun lagi-lagi tersenyum membuat namja disampingnya mengernyit heran.


"Kenapa kau malah tersenyum? Jangan bilang kau mulai menyukai ku"

Kenapa tebakannya tepat sekali ? Kurasa aku memang mulai menyukaimu atau mungkin sudah menyukaimu namun aku baru tersadar ?

"Sepertinya, kau benar" ucap Jieun. Sulit dipercaya kata-kata itu keluar dari mulutnya.
Luhan tampak membelalakan matanya menatap Jieun yang masih bertahan dengan senyumannya.

"Kau tadi digigit monyet ya ?" tanya Luhan asal. Membuat Jieun mengerutkan bibirnya kesal.

"Aku serius" ujar Jieun lagi dengan tampang datarnya. Ia tahu Luhan tidak akan langsung percaya padanya. Tapi kenapa harus bertanya hal bodoh seperti itu, digigit monyet yang benar saja -_-.

Luhan tampak terdiam, benarkah Jieun serius, kenapa pengakuan Jieun membuat hatinya bahagia, mungkinkah ia juga menyukai Jieun ? Tapi bagaimana jika Jieun hanya mengerjainya ? Luhan hafal betul anak itu tak pernah serius.

"Aku tidak akan tertipu" ujar Luhan masih bertahan dengan ketidakpercayaannya.

"Yaakk, bocah ini, baiklah aku akan membuktikannya" Luhan hanya mengernyit tak tahu apa maksud Jieun. Jieun bangkit dari duduknya dan secepat kilat ia menghampiri Luhan, berdiri dihadapannya, ia sedikit mencondongkan badannya. Jieun menempelkan bibirnya tepat dibibir Luhan lama. Luhan melebarkan matanya tak percaya. Jadi Jieun serius dengan perkataannya, ia menyukai Luhan?

Luhan tampak tersenyum disela-sela ciuman mereka. Ia menarik tengkuk Jieun dan memperdalam ciuman itu. Ia rasa ia juga menyukai gadis babo itu, gadis dengan senyuman merekah saat selesai menyalin PR nya, sejak saat itu, Luhan rasa ia menyukai Jieun.

"Ekhem .. " suara yang sangat mereka kenal, membuat ciuman itu terhenti. Menjauhkan diri satu sama lain. Kenapa rasanya seperti melakukan kesalahan ?

"Appa ?"

"A aboenim .. A aku sudah .."

"Haha .. Kalian ini, ne aku tahu kau sudah menemukan anak ku yang babo ini kan ? Syukurlah kau tidak papa Jieun"

Jieun hanya tersenyum canggung pada ayahnya itu.   

Jieun juga Luhan tampak begitu kikuk, ekspresi mereka sangat lucu membuat ayah Jieun tak henti - hentinya terkekeh. Yang membuat mereka makin malu adalah beberapa orang yang juga melihat adegan kissing itu, mungkin mereka orang yang membantu ayah Jieun mencari Jieun.

"Ayo kita pulang" ujar ayah Jieun.

()()()

Sampai diapartemen Jieun juga Luhan saling diam tanpa ada percakapan lagi, bedanya tiap kali bertemu pandang mereka akan tersenyum malu, tampak seperti anak SD yang pertama kali merasakan jatuh cinta.

"Ekhem .. " Luhan tampak berdehem. Seperti biasa mereka menonton tv di ruang tamu. Jieun melirik Luhan namun ia mengalihkan pandangannya dengan cepat saat mata mereka bertemu.

"Kapan kau mulai menyukai ku ?" tanya Luhan.

"Eum .. mungkin sejak kau meniup keningku saat di UKS, lalu kau sendiri kapan mulai menyukaiku ? eh tapi apa kau juga menyukaiku kau belum mengatakan apa-apa kan kemarin ?” Luhan tampak memutar kedua bola matanya.  

“Aku membalas ciuman mu itu artinya aku juga menyukaimu babo “

“Yaaakk kenapa suka sekali memanggilku babo ?!”

“Hehe .. kau memang babo”

“Isshh .. jawab dulu pertanyaanku”

“Ah itu .. aku menyukaimu saat melihatmu tersenyum”

“Tersenyum ? aku tak pernah tersenyum padamu”

“Saat kau menyalin PR dariku, kau tersenyum senang karena berhasil menyelesaikannya, kau tahu ? saat itu seperti ada jutaan bunga disekitarmu”

“Haha. . yaak kau aneh”

“Kau juga”

“Kita pasangan aneh” seru keduanya dengan senyum lebarnya.

Jieun tampak menghembuskan nafas.

“Untuk pertama kalinya aku tidak menyesal dijodohkan dengamu Luhan”

“Aku juga, untuk pertama kalinya aku tidak menyesal karena telah dijodohkan denganmu babo”

Kenapa aku senang dipanggil babo olehnya ? .. dasar babo !

Mereka lagi-lagi melempar senyum.

“Jadi karena kita sudah mengakui perasaan masing-masing, malam ini kita tidur sekamar”

“Yaa yaakk mana boleh begitu ..”

“Kenapa ? ingat kita sudah menikah Jieun” ucap Luhan dengan senyum misteriusnya.

Kenapa wajahnya jadi menyeramkan seperti itu ?

Luhan mulai berjalan kearah Jieun, ia tersenyum yang terlihat seperti orang mesum.

“Yaakk eomma tolong aku .. aaa” Jieun berlari seketika dan terjadilah saling kejar-mengejar diantara mereka.



End ^^

Comments

  1. kereen.. hehe cute couple ^^
    tp kasian masa baek nya di cuekin ma jien ><

    ReplyDelete
  2. baek kasian banget sih dicuekin wkwkwk. huwaaa luhan jieun romantis banget *melt
    cepet lanjut author :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ini udh end loh .. wkwk, mau lanjut kemana ?

      Delete
  3. pasngan yang konyol!
    aduh ini cerita bikin gue ngakak abis, abisnya Jieun terlalu pabo!
    hahah daebak sumpfah ceritanya keren and happy ending kecuali si baekhyun yang dicuekkin Jieun!

    ReplyDelete

Post a Comment