Cast : Lee Jieun (iu), Xi Luhan, etc.
Genre : Drama, Family, Friendship, PG.
Length: Twoshoot.
Cinta
datang karena terbiasa. Itu adalah pepatah lama yang akhirnya membuat dua jiwa
bersatu, menyadari sesuatu yang sebenarnya berharga dalam hidup mereka namun
berawal dari sesuatu yang mereka benci.
////
Jieun
melangkahkan kaki menuju ruang kelas barunya. Ia cukup penasaran apa ia akan
sekelas lagi dengan Suzy teman baiknya. Matanya menatap papan yang tergantung
dipintu setiap kelas, mencari-cari kelas barunya.
"Jieun!"
seru dari orang yang ia tunggu -tunggu.
"Suzy
kau kelas apa?" Tanya Jieun ketika gadis bernama Suzy itu menghampirinya.
"Aku
kelas A"
"Wuaa..
Jinjja ?"
Suzy
mengangguk mantap.
"Syukurlah
kita satu kelas lagi" Jieun bisa bernafas lega.
"Ne,,
kalau begitu ayo kita memilih kursi"
"Ne
kajja"
Jieun
dan Suzy akhirnya mendapat kursi barisan ketiga dari depan. Awalnya Jieun
kurang setuju, ia biasa duduk paling depan bukan berarti ia siswi yang cerdas justru
karena ia bukan sisiwi yang cerdas ia ingin duduk dibarisan paling depan supaya
bisa membuatnya pintar, itu pikirnya. tapi karena Suzy ingin duduk dibarisan ketiga, ya sudahlah. Meski sebelumnya
mereka satu kelas namun Jieun dan Suzy tidak satu bangku. Namun mereka akrab
karena mereka bertetangga.
"Suzy-a
.. Kemarin kau tahu kan, aku menonton konser Big Bang"
Suzy
tampak mengangguk.
"Ne,
bagaimana, apakah menyenangkan?"
"Sangat"
Jieun mengangguk antusias.
"Wuaa , kau beruntung sekali. Andai
saja tiketku tidak hilang" Suzy tampak tertunduk lemas. Ia begitu ceroboh
tiket konser yang ia dapatkan dengan mengantri panjang hilang entah kemana. Ia
sudah mengobrak-abrik kesemua sudut rumahnya tapi nihil, ia sama sekali tak
menemukan tiket itu. Alhasil ia pun tak dapat menghadiri konser yang
ditunggu-tunggu nya itu bersama Jieun.
"Omo
.. Kau tenang saja aku juga memfoto mereka"
"Jinjja?"
Jieun
mengangguk.
"Ini
lihatlah" Jieun memperlihatkan layar ponselnya yang terdapat hasil
jepretannya saat menghadiri konser Big Bang.
"Omo
G-dragon oppa, ia sangat tampan dan manly ya haha"
"Yaakk
Taeyang oppa yang paling Tampan"
"Aisshh
kau ini .. Tentu saja G-dragon oppa"
"Taeyang
oppa" seru
Jieun tak mau
kalah.
"G-dragon
oppa" ujar Suzy tak Mau kalah juga.
"Baiklah,
mereka dua duanya tampan"
"Haha
begitu lebih adil"
"Ckk
dasar"
"Eoh
?" Jieun tampak memandang sesuatu. Suzy akhirnya mengikuti arah pandang
Jieun.
"Dia
.." gumam Jieun menggantung ucapannya.
"Dia,
Xi Luhan namja yang tadinya kelas C" jelas Suzy.
"Oh
begitu" Jieun tampak mengangguk-angguk tanpa melepas pandangannya.
"Yaakk
kau kenapa eoh ?" Suzy menyenggol temannya itu.
"Ani"
"Kau
jatuh cinta pada pandangan pertama ya ?" goda Suzy , ia terkekeh karena
melihat Jieun begitu serius memandangi Xi Luhan.
"Yaa
yaak siapa yang menyukainya" bantah Jieun.
Suzy
lagi - lagi terkekeh membuat Jieun memandangnya tajam.
"Oke
aku akan diam" Ujar Suzy menutup mulutnya.
Jieun
ingat benar, namja itu namja yang menabraknya setelah ia menonton konser big
bang, yang membuat kemejanya basah karena minuman namja itu mengenai kemeja
yang Jieun gunakan. Benar, ia
pasti tak salah.
"Aishh
ternyata ia sekolah disini" gumam Jieun.
"Siapa?"
"Namja
yang kau sebut Xi Luhan itu"
"Yaakk
kau tidak tahu dia ? Yang benar saja" Suzy memandang aneh kearah Jieun.
Jieun
tampak menggeleng.
"Aku
baru melihatnya disekolah ini" ujar Jieun polos. Memang benar, ia baru melihatnya
disekolah ini sekarang. Memang namja itu siapa sampai harus dikenali olehnya.
"Ck
ck ck apa saja yang kau lakukan setelah satu tahun bersekolah disini
Jieun-a"
"Dia
termasuk namja populer disini kecuali exo" lanjut Suzy.
"Ah
begitukah?" Suzy mengangguk yakin. Kalau exo, Jieun lumayan tahu, ia
pernah mendengar exo adalah namja-namja Tampan yang jago basket. Itupun Jieun
sama sekali tak tahu wajah dari namja-namja yang tergabung di exo. Namun kalau
Luhan ia sama sekali tak pernah mendengarnya. Maklum, Sekolah nya adalah salah satu
sekolah dengan murid terbanyak di Seoul jadi wajar kan jika ia tak mengetahui
murid disana satu persatu ?.
"Dia
yang menabrak ku kemarin" lanjut Jieun.
"Maksudmu
Xi Luhan ?"
Jieun
mengangguk yakin.
"Dimana?"
Jieun
pun menceritakan kronologinya kepada Suzy.
"Ah
begitukah?"
"Ne,
dia hanya membungkuk dan pergi begitu saja, dia terlihat tergesa-gesa"
"Mungkin
ia memang sedang terburu-buru Jieun-a"
"Tapi
apakah meninggalkan yeoja dengan baju yang basah karena ulahnya bisa dibilang
sesuatu yang bertanggung jawab ?"
"Iya
juga sih"
"Ck
aku tidak suka namja seperti itu"
()()()
"Eomma
ayo buka mulutmu "
"Eomma
bosan selalu memakan makanan seperti itu Jieun-a"
"Eomma
, kau tidak ingin sembuh eoh ?" tanya Jieun memandang ibunya sendu.
Ibu
Jieun tampak menghela nafas.
"Sepertinya
eomma tidak akan sembuh Jieun-a" ujar ibu Jieun lirih, nada suaranya
tampak pasrah.
"Eomma,
kau tidak boleh berkata seperti itu" Jieun meletakan mangkuk ditangannya dan
beralih menggenggam tangan ibunya itu.
"Eomma
lelah selalu merepotkan mu dan juga Appamu"
"Eomma, eomma jebal jangan berkata
seperti itu, justru aku sangat bahagia eomma masih bisa bersama kami meski
eomma sakit"
"Eomma
aku sangat mencintaimu, jebal jangan pernah berkata seperti itu lagi ne" ujar Jieun memeluk ibunya
yang terbaring lemah diranjang rumah sakit. Ibu Jieun telah lama menderita tumor lambung dan
telah lama tak kunjung sembuh. Ia pernah dioperasi namun tak berefek apa-apa.
Ibu
Jieun mengelus kepala Jieun sayang.
"Jieun-a"
"Hmm
wae eomma?"
"Ada
satu permintaan eomma sebelum eomma pergi"
"Ani
eomma , eomma tak boleh pergi kemana-mana" Jieun semakin mengeratkan pelukannya,
ia benci jika ibunya sudah mulai berbicara yang aneh-aneh seperti ini.
"Jieun-a
dengarkan eomma sayang" lagi, ia mengelus Jieun penuh kelembutan.
"Eomma
ingin kau menikah sebelum eomma pergi" lanjut ibu Jieun.
"Mwo
? Aku masih sekolah eomma" Jieun mendongakan kepalanya, memandang ibunya
tak percaya.
"Jebal
Jieun-a hanya itu permintaan terakhir eomma"
"Eomma,
aku yakin eomma akan cepat sembuh" ujar Jieun.
"Jieun-a
, eomma bukan orang bodoh , eomma tahu eomma semakin memburuk dan mungkin eomma
akan pergi sebentar lagi"
"Ani
.. "
"Jieun-a
sayang, tolong penuhi permintaan eomma"
"Ta
tapi .. "
"Eomma
juga sudah berbicara pada ayah mu dan ia setuju asalkan eomma bahagia"
"Eomma
tapi aku belum memikirkan hal seperti itu, dan lagi pula siapa yang mau menikahi anak SMA sepertiku ?"
"Sayang
kau jangan khawatir, eomma akan menikahkanmu dengan anak teman eomma"
"Eomma
tapi aku belum siap .. Eomma ini bukan drama televisi, ini kehidupan
nyata"
"Eomma
hanya ingin melihat mu menikah karena jika menunggu mu sampai lulus, eomma rasa
eomma sudah tak ada lagi sayang" ibu Jieun tertunduk lemah, matanya
berkaca-kaca tampak akan menangis.
Jieun
menghembuskan nafasnya berat. Melihat ibunya seperti itu membuatnya sangat
sedih.
"Eomma
mohon sayang" ibu Jieun meraih tangan anaknya itu dan menggenggamnya
penuh kasih.
"Baiklah,
asal eomma bahagia" ucap Jieun pasrah. Jika bukan karena ibunya, ia tak
akan pernah Mau menikah diusia yang semuda ini , apalagi dengan statusnya yang
masih anak sekolah. Dan apa kata teman - teman nya jika mereka tahu ia telah menikah ? Jieun sama
sekali tak bisa memikirkan hal itu. Ia dilema antara memenuhi permintaan
eommanya atau mengikuti kata hatinya yang tak ingin menikah muda apalagi
dijodohkan dengan orang yang bahkan ia tak pernah melihat wajahnya. Namun
terpaksa ia memilih memenuhi permintaan eommanya , ya meskipun dengan berat
hati.
"Gomawo
chagiya" ibu Jieun tampak tersenyum dimuka pucatnya. Jieun mencoba tersenyum dengan
setengah hati.
Setidaknya hanya itu yang bisa ia lakukan untuk membuat ibunya bahagia.
()()()
"Mwoya
?!" Suzy tampak terkejut dengan yang baru saja Jieun katakan padanya.
"Sssuutt
.. Pelankan suaramu"
"Omo
.. Aku terlalu terkejut"
"Jadi
benar kau akan .."
"Ne"
jawab Jieun lirih.
"Kau
sudah bertemu dengannya ?"
Jieun
menggeleng pelan.
"Belum
.. Aku sama sekali belum pernah bertemu dengan calon suami ku itu"
"Omo
Jieun-a , buruk sekali nasib mu"
Jieun
makin menunduk lesu. Mengaduk-aduk minuman dihadapannya tak bersemangat.
Suzy
melihat nya iba, harusnya ia menghibur Jieun bukan justru berkata seperti itu.
"Jieun-a kau tenang saja, mungkin calon suami mu itu
seseorang yang Tampan dan pintar"
"Tapi
bagaimana jika ia seorang anak culun yang aneh ? Atau bagaimana jika ia
seseorang yang kasar dan pemarah ? Omo aku tak bisa membayangkannya" wajah
Jieun terlihat beraura hitam hari ini. Masam dan putus asa.
"Hey
tidak mungkin ibumu menjodohkan mu dengan namja seperti itu, berfikirlah
positif Jieun-a, semua orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya" ujar
Suzy, ia rasa perkataannya sangat bijak kali ini. Ia bahkan tak percaya ia bisa
berkata seperti itu. (kekeke)
"Mungkin
kau ada benarnya Suzy-a"
"Jieun
lihat siapa disana"
Jieun
menoleh, memandang ketempat yang Suzy arahkan.
Sebuah
senyuman manis tertuju padanya. Byun Baekhyun nama namja yang kini tersenyum
pada Jieun. Namja yang dulu pernah menjalin hubungan dengannya.
Jieun
kembali memutar kepalanya memandang Suzy.
"Hey
dari tadi ia memandangimu terus tahu"
"Dia
masa lalu .. "
"Tak
ada salahnya kan, kau dekat lagi dengannya"
"Aku
sudah Mau menikah Suzy-a" ujar Jieun datar.
"Tapi
sekarang kau belum menikah kan Jieun-a?"
Jieun
memutar kedua bola matanya jengah.
"Jika
aku dekat lagi dengannya, itu hanya akan membuatnya sakit hati babo"
"Ah
iya aku tak memikirkan hal itu hehe"
"Ck
dasar"
()()()
Jieun
tengah memoles pipinya dengan bedak tipis, memandang kosong kedalam cermin
dihadapannya. malam ini adalah malam ia bertemu dengan calon suaminya.
Gaun
ungu bergelombang dikenakan Jieun malam ini. Seperti biasanya ia tampil
mempesona.
"Kau
siap?" tanya ayah Jieun. Jieun hanya mengangguk datar tanpa ekspresi.
"Jieun
-a ingat semua ini untuk ibumu"
"Ne
Appa aku tahu"
Dalam
perjalanan menuju perjamuan makan malam, Jieun hanya memandang dibalik kaca
mobilnya. Gemerlap lampu malam ini tak segemerlap hatinya yang dipenuhi aura
hitam. Ia hanya bisa menghembuskan nafasnya pasrah.
"Gwenchana
semuanya akan baik baik saja" ujar ayah Jieun mencoba menenangkan anaknya
itu. Jieun hanya tersenyum terpaksa.
()()()
"Appa
gila ?! Aku masih sekolah" seru namja itu dengan nada yang tidak bisa
dibilang pelan.
"Yaaak
beraninya kau berkata seperti itu?! Kau harus mau, Appa tidak Mau tahu" jawab sang
ayah dengan wajah dinginnya.
"Ani
.. Aku akan pergi dari rumah" gertak namja itu.
"Jika
kau pergi, kau juga harus siap meninggalkan semua fasilitas yang Appa berikan
padamu !!"
Disana,
namja itu masih berdiri dengan kepalan tangannya, menahan amarah yang memuncak.
"Ayo
pergi, dan kau akan menjadi gelandangan tanpa semua fasilitas dari Appa" ia tahu benar sifat
anaknya. Namja paruh baya itu tersenyum miring. Sedangkan namja itu hanya diam, ia masih diam tanpa beranjak
sedikitpun. Memikirkan nasibnya jika benar-benar meninggalkan rumah dan semua fasilitas
yang ayahnya berikan. Membayangkannya saja membuatnya merinding, ia belum
pernah pergi lama dari rumah.
"Baiklah
aku mau" ucapan lirih namja itu akhirnya keluar juga, meninggalkan rumah
tanpa sepeser uang adalah pikiran konyol. Ia masih cukup waras untuk tidak
melepaskan semua fasilitas dari ayahnya, ia tak ingin mati kelaparan dipinggir
jalan tapi permintaan ayahnya juga bukan sesuatu yang masuk akal, ia masih
sangat muda untuk menikah. Tapi lagi-lagi ia tak punya pilihan lain. Ia tahu
benar sifat ayahnya yang keras, kemauannya harus selalu dipatuhi dan tak bisa
diganggu gugat.
“Besok
kita bertemu dengan calon istri dan mertuamu”.
"Ne"
jawab namja itu malas sembari melangkah pelan menuju kamarnya.
()()()
Mata
itu saling memandang berlawanan arah namun sama-sama membulat sempurna. Mungkin
sama-sama terkejut ?
"Dia
.." gumam namja berwajah manis itu.
"Kau
?!" seru Jieun tatkala mengetahui namja yang akan menjadi suaminya.
"Kalian
pasti sudah mengenal ?" Tanya ayah namja calon suami Jieun.
"Ne
.. Kami satu kelas" jawab namja itu yang ternyata adalah si namja populer namun tidak dimata
Jieun, Xi Luhan.
"Baguslah
kalau begitu" ujar ayah Jieun dengan senyum mengembang. 180 derajat
berbeda dengan ekspresi Jieun yang masam bercampur marah. Lalu bagaimana dengan
ekspresi namja bernama Luhan itu? Wajahnya datar tanpa ekspresi apapun, membuat Jieun sedikit bingung,
apakah ia setuju dengan perjodohan ini , atau justru sangat menentang keras ?
Jieun sama sekali tak bisa membaca apa yang sedang namja itu pikirkan. Yang ia
tahu, pertama kali ia mengenal namja itu sudah membuatnya sial dan sekarang ia
malah dijodohkan dengan namja yang mungkin akan membuatnya sial seumur hidup.
To be Continue ~
Huaaaaaa.... luhan sana iu lagi... >.< seneng banget bacanya... ayooo jangan lama-lama yaa chapter selanjutnya.. penasaran banget... :)
ReplyDeleteOk sip ..
DeleteWah.. makin penasaran nih ..
ReplyDeleteDi tunggu ya next chapternya. Jangan lama2, soalnya aku suka banget ff luhan-iu :D
Ok ditunggu aja, makasih :)
Deleteluhan_U..suka suka,,,ji eun kya'a benci bnget am luhan pdhal cuman krna masalah sepele
ReplyDelete