Beauty Sick [2/2]


Lee Jieun | Luhan | etc | Psikologi | PG 19+

Sebelumnya

Gundukan kecil itu terlihat berbeda dari gundukan lainnya yang berjejer teratur. Tak ada nama yang terukir dibatu nisannya, tentu saja, karena ia bahkan belum sempat terlahir ke dunia sebelum akhirnya tiada. Jieun berdiri di depan makan bayinya yang keguguran karena depresi yang dideritanya. Dua tahun adalah waktu yang cukup lama bagi Jieun untuk melangkah maju namun tetap saja peristiwa terburuk dalam hidupnya tak begitu saja mudah untuk dilupakan. Ia tak menyangkal kenapa ia masih sendiri bahkan tertarik dengan namja gay seperti Luhan, hal itu tentu saja karena ia takut hal yang sama  terulang lagi. Jieun bahkan ragu apakah dia bisa percaya diri untuk menjalin hubungan normal dengan lelaki pada umumnya.

Gadis itu beranjak setelah meletakan bunga lili yang ia bawa ke atas makam anaknya. Dering ponsel berbunyi seiring langkahnya yang mudah menjauh.

“Hallo”

“Ji, Oppa ingin bertemu denganmu, aku tunggu caffe W” Jieun hanya bisa menghela nafas dan kembali melangkahkan kakinya seraya menjauhkan ponselnya dari telinga.

Sekitar satu jam kemudian, ia sudah sampai di caffe W. Gadis itu mengedarkan pandangannya dan mendekat ke arah namja yang melambai agar Jieun mengetahui keberadaannya.

“Apa kabar Oppa?” tanya Jieun dengan senyum setengah hati.

“Aiishh, bisa-bisanya kau menanyakan kabar sementara kau tidak pernah menemui ibu dan ayah. Kau pikir mereka tidak akan khawatir apa?”

“Oppa kan bisa bilang pada mereka bahwa aku baik-baik saja”

“Tapi tetap saja setidaknya kau kabari mereka sesekali tentang keadaanmu”

“Arraseo” inilah saat-saat Jonghyun terlihat begitu cerewet dimata Jieun.

“Bagaimana kabar Luhan? Kalian akur kan?” tanya Jonghyun berbasa-basi padahal ia sudah mendengar banyak dari Luhan namun ia masih penasaran sebenarnya apa yang Jieun lakukan pada lelaki itu sampai membuatnya jatuh cinta pada adiknya yang sedang tak normal ini.

“Kau bisa bertemu dengannya sendiri, kenapa malah bertanya padaku”

“Aiisshh kau ini kasar sekali pada kakakmu sendiri. Dia tidak berbuat aneh-aneh kan selama kalian tinggal bersama?”

“Orientasinya kan memang sudah aneh, Oppa” jawab Jieun.

“Iya juga sih” ucap Jonghyun lalu tertawa kecil lalu meminum kopi dihadapannya.

“Tak ada lagi yang ingin dibicarakan? Aku pulang ya” terdengar helaan nafas dari Jonghyun, namja itu mencoba sebaik dan seperhatian mungkin pada Jieun namun tetap saja Jieun selalu bersikap acuh seperti itu.

“Mau ku antar?” sampai akhir pun kakak tetaplah seorang kakak. Jieun menggeleng pelan lalu beranjak dan pergi. Lagi-lagi membuat namja itu mendengus pelan.

“Jika saja dia bukan adikku, sudah kutarik rambutnya ke belakang” gumamnya seperti ibu-ibu yang marah.


Jieun kembali memasuki mobilnya dan berniat pulang namun ditengah perjalanan hujan mulai turun. Mobilnya berhenti sesaat saat lampu lalu lintas berubah menjadi warna merah. Cukup lama ia mendongak dan menunggu lampu berubah warna namun karena bosan ia menoleh ke samping dan pandangannya mulai terpaku, Jieun mendekatkan wajahnya ke jendela mobil yang ada disampingnya 
untuk memastikan apa yang dilihatnya.

Sehun?

Dia...

Mobil itu mulai melaju dan Jieun tersadar saat klakson mobil yang berada dibelakangnya berbunyi berkali-kali.

Aiishh, tidak sabaran sekali umpatnya dalam hati pada mobil dibelakangnya. Ia pun kembali melaju.

Braaakk !

Namun nasib buruk tiba-tiba menimpa Jieun, karena tergesa-gesa menginjak gas mobilnya ia tak sengaja menabrak seseorang yang berlari terburu menyebrang sebelum lampu merah berganti.

Aiiishh... Jinjja !

Di tengah hujan yang mulai membesar, orang-orang mulai berkerumun disekitar orang yang ditabrak Jieun. Jieun yang masih memiliki rasa tanggungjawab mulai membuka pintu mobilnya dan berlari ke arah orang yang ditabraknya. Hanya bisa diam saat melihat keadaan orang yang ditabraknya. Namun kemudian Jieun tersadar, ia harus cepat bertindak jika tidak akibatnya mungkin bisa fatal.

“Tolong, masukan dia ke dalam mobilku, aku akan membawanya ke rumah sakit” ucap Jieun dengan suara lantang karena hujan deras cukup membuat pendengaran sedikit terhambat. Beberapa namja yang berada disana mengangguk dan mulai membawa gadis yang berusia sekitar 13 tahun itu kedalam mobil Jieun. Jieun bergidik ngeri saat darah yang keluar dari gadis itu cukup banyak. Meluber dan memudar tertimpa hujan turun namun bau amisnya cukup kuat tercium.
Setelah gadis itu berada di mobilnya, Jieun segera melaju ke rumah sakit terdekat dengan jantung berdebar hebat. Sesampainya dirumah sakit, Jieun memanggil unit gawat darurat dan dengan sigap para staf dokter dan perawat mulai menurunkan gadis itu lalu membawanya ke ruang gawat darurat. Sementara Jieun hanya bisa menatapnya lalu duduk di kursi tunggu yang berada tepat didepan ruang gawat darurat. Bajunya basah kuyup, hal itu cukup membuatnya kedinginan. Jieun merogoh saku celananya dan menghubungi Luhan.

“Mwo ! B baiklah, aku akan segera kesana” terdengar keterkejutan dari nada suara Luhan. jangankan Luhan, Jieun pun yang mengalaminya sendiri belum sepenuhnya percaya bahwa ia sudah menabrak seorang anak gadis hingga berlumuran darah seperti itu.

Sekitar 45 menit kemudian, Luhan datang dan bertanya apa yang terjadi. Dengan badan gemetaran karena syok bercampur dingin Jieun menceritakan kronologis kejadiannya.

“Aigoo”Luhan menghembuskan nafas lalu melihat Jieun yang kedinginan, namja itu mendekat dan memeluk Jieun.

“Sebaiknya kau pulang dan ganti baju dulu”

“Nanti saja, mana mungkin aku pulang sementara gadis itu belum ditemani walinya”

“Gwenchana, aku akan berada disini sampai kau kembali”

“Tidak perlu”

“Ku bilang pulang, Jieun. Kenapa kau begitu keras kepala” ada kesan dingin yang belum pernah Jieun dengar dari nada yang Luhan lontarkan.

“Baiklah” pada akhirnya gadis itu menurut dan bergegas pulang untuk berganti pakaian.

Tak berapa lama saat Jieun pulang, orangtua gadis itu datang dengan kecemasan yang terpancar hebat dari raut wajah keduanya. Luhan memicing.

Ayah dari sang gadis langsung menghampiri Luhan.




“Apa kau yang menabrak anak ku!?”

“Bukan”

“Mwo!? Kau sudah membuat putriku terkapar namun malah menyangkalnya, Hah!?” namja yang terlihat seumuran dengan Luhan itu tampak emosi seakan apapun yang akan Luhan katakan tidak akan ada bedanya.

“Sayang tenanglah, mungkin saja dia yang membawa putri kita kerumah sakit jadi tenanglah dulu jangan seperti ini. Semuanya bisa dibicarakan baik-baik” ujar sang istri mencoba menenangkan suaminya yang kalap. Sang istri menyesalkan sikap suaminya yang terlihat tak bisa mengendalikan diri.

“Jeosonghamnida atas sikap suami saya. Saya Go Minji, ibu dari gadis itu dan dia suamiku, Kim Myungsoo” ucapnya memperkenalkan diri pada Luhan.

“Ah saya Xi Luhan, teman saya sedang pergi sebentar dan dia akan segera kembali”

“Jadi yang menabrak anak saya anda atau teman anda?” tanya Minji.

“Itu kesalahan teman saya tapi.. anda tidak perlu khawatir, dia akan segera kembali dan dia akan bertanggungjawab sampai semuanya selesai”

“Mwo? Selesai katamu? tidak akan semudah itu, Akan kupastikan temanmu itu masuk penjara!” ucap Myungsoo.

“Sayang, tenanglah sedikit. Jangan terbawa emosi, sekarang yang penting adalah keselamatan Kim Woo ri, anak kita” sang istri lagi-lagi hanya bisa menenangkan Myungsoo meskipun ia juga marah bercampur khawatir akan keadaan putrinya.

Pintu ruang gawat darurat mulai terbuka dan salah satu perawat keluar namun tanpa bisa bertanya tentang keadaan woori, perawat itu sedikit berlari dan kembali memasuki ruang gawat darurat dengan membawa 2 kantong kecil darah didalamnya. Pasangan suami istri itu terlihat makin cemas dan merapalkan doa-doa berharap putrinya tidak akan apa-apa.

Setengah jam berlalu dan Jieun kembali ke rumah sakit. Ia berjalan tergesa ke arah Luhan.

“Bagaimana keadaan gadis itu?” tanya Jieun. Sementara bagai disambar petir, Myungsoo menoleh dan termangu saat wanita pemilik suara yang hinggap ditelinganya itu benar-benar wanita yang ia kenal dulu. Tak salah lagi, wanita yang membuat matanya melebar hanya dengan mendengar suaranya itu benar-benar Lee Jieun.

“Masih belum ada penjelasan, temuilah kedua orangtuanya dulu” ucap Luhan. seketika itu Jieun menoleh dan serasa ada pisau yang menghujam tubuhnya saat manik matanya bertemu dengan namja yang sempat akan menikah dengannya. Kim Myungsoo. Melihat hal itu, Luhan mengernyit. Dia memandang bagaimana reaksi antara kedua orang itu begitu kentara. Hanya beberapa detik ia menyimpulkan sesuatu.

Ada apa ini..

Apa mungkin namja ini..

“Ji-”

“Jeosonghamnida, saya pelaku penabrakan putri kalian,sekali lagi saya minta maaf” ucap Jieun sebelum Myungsoo sempat berkata-kata. Jieun membungkuk dengan penuh kebingungan. Go Minri hanya bisa menghela nafas melihat Jieun masih belum menegakan tubuhnya dan terus membungkuk dihadapan dirinya dan sang suami.

“Duduklah agasshi, kita bisa membicarakannya nanti setelah putri saya sadar” ucap Minri. Perlahan Jieun menegakan tubuhnya namun matanya dan mata Myungsoo masih belum bisa terlepas. Ada banyak pertanyaan, muncul begitu banyak hingga membuat Jieun bingung harus bagaimana. Jieun berniat duduk namun Luhan bangkit dan menarik lengan gadis itu lalu membawanya menjauh, sesaat hal itu membuat Myungsoo penasaran namun namja itu hanya bisa menghela nafas lemah.
Setelah membawanya menjauh Jieun merosot begitu saja seakan nyawanya terbang melayang.

Jadi benar, dia namja itu ucap Luhan dalam hati.

“Ini pasti takdir” ucap Luhan.

Jieun menutup matanya “Kenapa aku harus bertemu lagi dengan namja itu?” tanya Jieun seraya memukul-mukul dadanya berulang kali. Ada rasa sakit yang menguar hanya dengan bertatap muka dengan Myungsoo. Seolah isi dari ruang yang ia kunci rapat-rapat memaksa keluar.
Luhan merendahkan tubuhnya mengimbangi Jieun dan berlutut dihadapan gadis itu seraya menghentikan hujaman tangan Jieun yang memukul-mukul dadanya sendiri.

“Tenanglah” lirihnya lembut.

“Tuhan pasti ingin menunjukan padamu semuanya, alasan kenapa kalian tidak bisa bersama”

“Aku tidak ingin bertemu lagi dengannya” ucap Jieun dengan gelengan kilat berulang kali.

“Jieun, Jieun dengar, aku ada disini bersamamu, jangan khawatir, ikuti saja alurnya” tangan kiri gadis itu meraih kemeja Luhan dan menggenggamnya erat, wajahnya terlihat ketakutan bercampur syok. Melihat hal itu Luhan meraih Jieun dalam pelukannya. Memeluknya seerat mungkin hingga tubuh gadis itu mulai tenang dan tak gemetar lagi.

“Ada apa denganmu?” tanya Minri yang merasa suaminya hanya terdiam bahkan setelah bertemu dengan orang yang menabrak putrinya. Sebelumnya ia bahkan menuduh pada sembarangan orang tapi setelah bertemu dengan Jieun, Myungsoo hanya bisa terdiam.

“Ini salahku” ucapnya.

“Apa maksudnya ini salahmu?”

“Dia adalah wanita itu, orang yang menabrak anak kita adalah wanita itu” Minri mengernyit tak paham namun kemudian ia memandang sang suami dengan pupil melebar.

“Apa mungkin wanita yang kau maksud.. itu” Myungsoo mengangguk pelan. Tak bisa berkata-kata lagi, Minri hanya bisa menutup mulutnya karena terkejut.

“Ini pasti balasan untuk kita, Woori yang menerima semuanya”

“Ini salahku” ucap Myungsoo lagi.

“Mana bisa ini salahmu, Jika aku tidak datang mungkin kalian-”

“Tidak, ini semua memang salahku”

________

Jieun mengepalkan tangannya yang mulai gemetar tak jelas. Sementara Myungsoo hanya bisa menunduk. Beberapa saat mereka hanya bisa terdiam satu sama lain padahal Myungsoo yang mengajak Jieun untuk bicara.

“Maafkan aku” lirih Myungsoo.

“Wae?”

“Tolong maafkan aku Ji”

“Wae? Kenapa Op- Ah aku bahkan masih terbiasa memanggilmu Oppa”

“Go Minri adalah kekasihku saat aku duduk dibangku SMP”

“...” Jieun hanya bisa diam tanpa reaksi apapun saat Myungsoo mulai bercerita.

“Kami pernah melakukan hubungan seks tanpa pengaman saat itu. Aku tak tahu, aku benar-benar tak tahu jika hal itu membuatnya hamil dan bahkan melahirkan darah dagingku tanpa sepengetahuanku karena kemudian keluarganya pindah”

“Ah aku bisa menebak kelanjutannya” ucap Jieun dengan pandangan kosong.

“Dia menemuimu dan kau mengetahui kalian punya anak lalu kau memilih meninggalkan gadis yang beberapa hari lagi akan kau nikahi, begitukan?” lanjut Jieun lalu melirik Myungsoo tajam.

“Jieun kau tidak tahu bagaimana rasanya jadi aku saat itu”

“LALU APA KAU TAHU KEADAANKU SETELAH KAU PERGI BEGITU SAJA !” pekikan itu keluar dengan amarah bercampur kekecewaan. Membuncah bagai lava yang terpendam terlalu lama. Amarah Jieun membuat Myungsoo makin menundukan pandangannya. Ia tahu benar, ia sangat bersalah pada Jieun. 

“Kim Woori, gadis itu keterbelakangan mental dan .. dia sering diejek oleh teman-temannya karena lahir cacat dan tak memiliki ayah. Lalu apa aku harus diam saja? disisi lain ada kau yang menungguku dengan cinta yang telah kita bagi bersama namun, melihat anak yang tumbuh dewasa tanpa aku tahu keberadaannya membuatku gila. Minri datang karena terdesak, dia datang meminta bantuan untuk pengobatan Woori. Dia tak memintaku untuk menikahinya dan menjadi wali Woori namun melihatnya yang seperti itu malah membuatku merasa seperti sampah sejati. Aku memilih apa yang seharusnya aku lakukan sejak dulu, maafkan aku karena meninggalkanmu. Aku tidak tahu harus bagaimana cara menyampaikannya jadi sekali lagi aku menjadi sampah karena meninggalkanmu tanpa penjelasan”

“Apa kau tahu aku juga sedang mengandung anak mu saat itu?” ucap Jieun membuat raut Myungsoo tampak terkejut.

“M mwo?” Jieun mengangguk namun kemudian menghela nafas.

“Tapi tak apa, setidaknya aku tahu sekarang, bukan hanya aku yang menderita”


“Lalu dimana anak kita sekarang? B bolehkan aku menemuinya?” tanya Myungsoo hati-hati.

“Anak ku” Jieun menunduk lalu mengelus perutnya.

“Dia sudah tenang di surga” Myungsoo menelan salivanya.

“Dia keguguran saat aku depresi, sesekali datanglah ke makamnya dan bawakan dia bunga. Dia pasti penasaran karena belum pernah bertemu dengan ayahnya”

Myungsoo tak bisa berkata-kata lagi, ia meraup wajahnya dengan kedua tangan.

“Kenapa kau tak bilang saat itu Ji, kenapa” ada nada penyesalan yang terdengar. Namun sekarang hal itu tak penting lagi. 

Jieun menggeleng “Tak akan ada bedanya, kau pasti akan tetap memilih bersama Woori. Lagi pula ini sudah tak bisa kita apa-apakan lagi”

“Aku benar-benar bodoh, maafkan aku Ji. Setiap detik aku meminta maaf pun rasanya tak akan pernah cukup” Jieun hanya diam melihat orang yang membuatnya sakit selama ini terlihat begitu menyedihkan. Selama ini Jieun ada diposisi itu, diposisi yang menyedihkan hingga terlihat sakit bagi orang lain. Dari Depresi hingga kehilangan bayinya. Mencoba bangkit dengan keluar dari rumah dan mulai mencari kesibukan dengan bekerja dipenerbitan meskipun orangtuanya memiliki perusahaan penerbitan sendiri. bertemu dengan teman sang kakak yang aneh bahkan tinggal satu tempat. Semuanya berakhir dengan bertemu lagi namja yang terlihat menyedihkan ini.

Jieun menyerah. Ia tak bisa membatu dan membuat dirinya menjadi es. Ia harus berhati besar dan memaafkan semuanya. Rasa sakitnya sudah puas melihat dan mendengar bukan hanya dia yang menderita. Kini saatnya mengakhiri semuanya dengan damai. Ia mencoba meyakinkan itu pada dirinya sendiri.  

“Tegakan kepalamu, kau sudah menjadi ayah bagi Woori. Kurasa sekarang akupun memahami alasan kau meninggalkanku saat itu. ini pasti benar-benar keputusan yang berat untuk kau ambil. Aku memahaminya sekarang. Jadilah ayah yang baik, jaga Woori dan tebus kesalahan mu dengan merawatnya baik-baik” rasanya melegakan. Kalimat itu keluar seolah Jieun tak pernah merasakan sakit namun karena rasa sakit itulah, ia jadi bisa mengambil sikap sebijak ini dan membuang rasa sakit itu.

“K kau memaafkanku?”

“Semudah itu? tenang saja aku sedang belajar untuk memaafkan dirimu dan diriku sendiri”

“Terimakasih Jieun”

“Jangan berterimakasih dulu, aku belum benar-benar bisa memaafkanmu”

“.....”

_______

Jieun dan Luhan berpamitan dengan bungkukan kecil kepada Minri dan Myungsoo yang malah membungkuk lebih rendah. Operasi Woori dinyatakan berhasil meskipun gadis itu belum benar-benar sadar. Myungsoo dan Minri tak akan memperpanjang masalah ini karena dalam benak mereka, mereka sadar mungkin ini balasan karena rasa sakit yang Jieun rasakan. Semuanya sudah berakhir, meski belum sepenuhnya namun Jieun bertekad untuk mengakhiri rasa sakitnya juga.
Sesekali Luhan memandang Jieun yang menenggelamkan wajahnya kedalam kedua telapak tangan.

“Aku penasaran dengan obrolan kalian berdua?”

“Sudah berakhir”

“Kau sudah memaafkannya?”

“Sedang ku coba”

“Kau mendapat sudut baru kan dengan berbicara dengannya?” Jieun mengangguk pelan.

“Tapi bagaimana mungkin umur semuda itu sudah memiliki anak umur 13 tahun ya”

“Ah cerewet!” Jieun gusar dengan pertanyaan-pertanyaan Luhan yang mengganggu.

“Mian mian” namja itu berhenti bertanya dan fokus menyetir saja. sementara Jieun menyenderkan kepalanya ke belakang seraya mendongak dan memejamkan mata.

“Oia, aku melihat Sehun berciuman dengan seorang gadis tadi siang” ucap Jieun santai.

“Biarkan saja” jawab Luhan santai pula. Namun jawaban itu membuat mata Jieun terbuka dan memandang namja itu penuh minat.

“M  maksudku.. m mungkin saja kan itu wanita y yang dijodohkan oleh orangtuanya? Dia kan harus tetap menjaga nama baiknya.” Luhan merutuk dalam hati karena lidahnya terpeleset membuat ucapannya kentara sekali sebuah kebohongan.

“Kenapa ucapanmu gugup begitu?”

“T tidak kok”

“Itu gugup lagi, kau bohong padaku ya!”

“Sudah kubilang tidak !” ucap Luhan malah terlihat dia memang sedang berbohong. Namun bukan Jieun jika ia tak bisa membuat Luhan berbicara yang sebenarnya. Gadis itu mendekat seraya membelai lembut leher Luhan.

“Dokter Lu, sebenarnya apa yang kau sembunyikan dariku?” bisiknya tepat ditelinga Luhan membuat namja itu bergidik.

“Y yaa.. aku sedang menyetir, jangan seperti ini” Jieun yang makin kesal karena tak mendapat yang ia mau mulai meluncurkan aksi selanjutnya. Tangan gadis itu beranjak turun hingga berakhir dipaha Luhan dan sedikit menekannya.

“Aiiishh ! Baiklah-Baiklah! Aku akan mengatakannya !” Namja itu terlihat rusuh dan membuat Jieun tersenyum melihatnya. Jieun kembali duduk dengan normal dan menunggu penjelasan yang akan keluar dari mulut namja itu.

Luhan menghela nafas lalu meminggirkan mbilnya.

“Kenapa berhenti? Wah, kurasa ini hal yang serius ya?” ucap Jieun.

“Aku akan buat pengakuan dosa” ucap Luhan kemudian ia pun menceritakan semuanya. Dari mulai kalah taruhan dengan Jonghyun hingga ia harus menyembuhkan Jieun jika tidak ia harus membayar 10 juta pada kakak gadis itu.

“Wah Jinjja... jadi selama ini aku menggoda lelaki normal? Hebat sekali kau bisa tahan”

Sebenarnya tidak setahan itu sih.. beberapa kali aku hampir kelepasan

“Dan paling tidak kusangka adalah ini semua ulah Jonghyun si cerewet itu !?”

“Wah.. wah.. WAH ! benar-benar tak ada namja yang bisa dipercaya” 

“Jonghyun khawatir padamu, dia berbuat sejauh ini karena perduli padamu”

“Lalu kau sendiri? kenapa ikut campur? Berlagak sok gay lagi, Aiishh.. pantas saja kau selalu berdiri saat aku menggodamu”

“W wajar saja kan” ucap Luhan seraya menutupi ‘anunya’

“Lalu sekarang apa? Kau akan pergi kan? Aku sudah sembuh, aku jamin aku sudah sembuh. Kau bebas, jadi tak perlu lagi kita tinggal bersama”

“T tapi..”

“Mwo mwo.. tapi apa?”

“Aku menyukaimu”

“Ha ! tentu saja kau menyukaiku karena selalu ku goda”

“Bisakah kita berdua...”

“Tidak, aku lebih menyukaimu saat kau gay dengan begitu kau tidak bisa menyerangku. Kau malah tampak menyeramkan jika kau normal”

“Anggap saja aku gay sesukamu, kita bisa luluran bersama, memakai masker sebelum tidur bersama, memakai piyama hello kitty bersama. Lakukan saja seperti biasanya”

“Kau pikir aku gila apa?”

“Kau memang gila”

“Mwo!?”

“Dan aku tergila-gila pada orang gila” lanjut Luhan dengan senyuman yang coba ia tahan diakhir kalimatnya. Membuat Jieun seakan sadar akan sesuatu. Jadi maksud Luhan saat namja itu membicarakan pasien yang membuatnya tertarik itu adalah Jieun.

“Wae? Kenapa diam?” tanya Luhan.

“Jadi kau benar-benar menyukaiku ya?”

“Kan sudah aku bilang”

“Saat kau membicarakan pasien yang membuatmu tertarik itu aku?” Luhan mengangguk sok imut.

“Kau..” Jieun menunjuk namja itu tepat didepan wajah.

“Tidak akan pernah menyakitiku kan?” lanjut Jieun. Dengan cepat Luhan menggeleng.

“Benar?” Luhan kembali menjawab dengan cepat. Jieun menghela nafas dan menurunkan tangannya.

“Oke, kita bisa mencoba mulai berhubungan”

“Jinjja !?” Luhan tampak sumringah.

“Tapi dengan satu syarat, jangan menyerangku dulu”

“Wae?” persyaratan Jieun membuat namja itu lesu.

“Ku bilang jangan, ya jangan !”

“Arraseo”

“Ya sudah ayo kembali ke apartemen”

“Pemanasan dulu” ucap Luhan dengan senyum dan alisnya bergerak naik turun

“Tidak ada pemanasan” tolak Jieun dengan keras.

“Arraseo” lirih Luhan dengan wajah muram.

<<>> 

Satu Minggu hubungan mereka berlangsung namun Jieun malah sama sekali belum menyerang Luhan seperti biasanya. Gadis tampak waspada dan menjaga jarak dari Luhan. ia bahkan menggeser duduknya saat Luhan datang dan bergabung untuk menonton televisi. Hal itu membuat Luhan jengah. Ia rasa Jieun tak benar-benar serius saat menganggap dirinya sudah sembuh.
Luhan menggeser posisi duduknya seraya berdehem kecil, namun Jieun juga melakukan hal yang sama, hal itu berlangsung hingga Jieun sampai diujung sofa dan tak bisa bergeser lagi.

“Mau kemana?” ucap Luhan tepat disebelah wajah Jieun. Entah kenapa rasanya lucu saja, biasanya namja itu yang dibuat gugup karena tingkah Jieun namun sekarang gadis itu seolah menjadi kelinci dan Luhan sebagai serigala.

“Awas saja jika kau berani mendekat” gumam Jieun serius. Lagi-lagi Luhan tersenyum dan bergeser sedikit memberi jarak antara dirinya dan Jieun.

“Ya ampun Jieun tenang saja, aku ini psikolog, aku tahu kapan harus bertindak. Aku tak pernah ingin memaksa seseorang” ucap Luhan santai sembari meraih camilan diatas meja lalu memakannya dengan mata lurus menatap televisi. Mendengar kalimat Luhan, Jieun mulai kembali duduk normal seraya berdehem lalu mengambil camilan juga.

Dia benar-benar lucu pikir Luhan.

Beberapa menit berlalu tanpa ada perdebatan dan percakapan lagi. Mereka benar-benar memperhatikan acara yang berlangsung ditelevisi, sesekali tertawa dan kembali memperhatikan.

“Ah ngantuk” lirih Jieun seraya membaringkan kepalanya dipangkuan Luhan membuat namja itu mengernyit samar.

Apa ini..

Apa dia sudah mulai.. menerimaku kehadiranku?

“Tidurlah” balas Luhan seraya membelai rambut gadis itu dan kembali menonton televisi.

Dia benar-benar tidak macam-macam meskipun aku sudah mendekat

Aku akan mencoba mempercayaimu Lu..

Kaulah namja pertama yang akan ku percayai lagi

Semoga keputusanku ini benar

Kuharap kau tidak mengecewakanku

Jieun mengerjap pelan saat pandangannya pada namja itu saling bertemu pandang.

“Katanya ngantuk”

“Ani, aku hanya sedang berfikir sebentar”

“Boleh aku tahu, apa yang kau pikirkan?” tanya Luhan lembut.

“Aku ingin kita menikah” ucap Jieun dengan pandangan serius namun dalam. Terkejut? Tentu saja Luhan terkejut, ia tak pernah menyangka bahkan siapapun tidak akan menyangka jika gadis itu akan berbicara hal seserius menikah dengannya.

“Y yaa, jangan bercanda” bahkan nada ucapan Luhan terdengar bergetar karena gugup dengan ajakan Jieun untuk menikah.

“Kau tidak mau?” Luhan terdiam sejenak.

“Tentu saja, Mana mungkin kau mau menikah dengan wanita sepertiku” tambah Jieun lalu bangkit dari pangkuan Luhan sementara namja itu hanya bisa diam. Ini terlalu tiba-tiba baginya.
Namun tangan namja itu meraih pergelangan tangan Jieun, membuat langkah gadis itu terhenti. Jieun menoleh. Ia masih melihat kebingungan yang menyerang Luhan. namja itu memandang Jieun penuh kebingungan, Jieun tahu meski Luhan tak mengatakan apapun.

“Gwenchana, anggap saja aku sedang bergurau, jangan terlalu dipikirkan” ucap Jieun seraya melepas pelan genggaman Luhan dan ia menuju kamar untuk tidur. Menyisakan namja yang masih terdiam seolah bingung kemana ia harus melangkah.

Aku menyukainya kan? Tapi kenapa aku diam saja saat Jieun ingin menikah denganku

Luhan mengusap wajahnya gusar.

Jieun berdiri diberanda kamar itu seraya menikmati hembusan angin malam. Termenung dengan pandangan lampu kota yang tampak artistik.

Aegi-ya, tak ada yang benar-benar bisa menerima eomma apa adanya

Aegi-ya, eomma merindukanmu

Tak bisakah eomma bersamamu saja?

Kedua kaki Jieun berjinggit, tangannya memegang pagar besi beranda berukuran sedang itu.
Luhan terbelalak saat ia masuk kedalam kamar dan melihat Jieun seakan hendak terjun dari beranda. Namja itu bergegas menarik lengan Jieun agar menjauh.

“Apa kau gila hah !?” pekik namja itu seraya menghempaskan lengan Jieun yang terlihat biasa saja dengan eskpresi datarnya.

“Pergilah jika kau hanya kasihan padaku, Luhan”

“Apa maksudmu !? siapa bilang aku kasihan padamu, aku menyukaimu Lee Jieun ! aku akan menikah denganmu”

“Jangan seperti ini, pernyataanmu itu hanya membuatku tampak menyedihkan. Aku tahu, aku memang tampak kasihan, kau hanya bersimpati padaku, itu bukan cinta”

“A aku butuh waktu. Mana mungkin rasa cinta tumbuh semudah membalikan telapak tangan”

“Aku sudah terlalu sesak dengan namanya waktu, aku ingin pergi saja menemui anak ku” lirih Jieun dengan pandangan nanar.

“Tidak ! tidak boleh ! aku akan menikah denganmu, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu ! apa kau puas !” pekik Luhan seraya memeluk erat Jieun yang hanya bisa terdiam dengan wajah lesu nya.

Ku pikir dia sudah sembuh..

Aku tahu tidak akan semudah itu.. tentu saja..

Anaknya yang keguguran masih membuat Jieun seperti ini

Dia belum bisa menerima kepergian calon bayinya itu..

<<>> 

Hari dimana akhirnya Jieun memakai pakaian serba putih pun tiba. Pipinya merona dihias perona pipi, kakinya terbalut sepatu kaca nan berkilau. Rambutnya tergulung ke atas dengan anggunnya. Tubuhnya dililit gaun dengan renda yang cantik. Dia berdiri dihadapan cermin. Jieun tidak menyangka namja itu akan menyanggupi ucapan dari gadis gangguan jiwa seperti Jieun. Ia masih tidak menyangka jika dokter itu mau menikah dengannya.

“Dimana lagi aku bisa menemukan wanita secantik ini” Jieun tersenyum lalu membalikan tubuhnya dan tampaklah pandangan mereka bertemu.

“Kau benar-benar yang paling tahu jika aku belum benar-benar sembuh Lu”

“Aku sangat tahu, tapi itu bukan halangan untuk rasa cintaku”

“Kita ini menggelikan sekali ya”

“Haha apa maksudmu?” Jieun tersenyum lalu menggeleng pelan.

“Oia Aku ingin memberikan hadiah untuk mu” lanjut Jieun sembari melangkahkan kakinya mendekat.

Kedua tangan Jieun terangkat dan memeluk leher Luhan yang terekspos. Gadis itu mengaitkan bibirnya pada bibir namja itu. Memainkan lidahnya menelusuk ke dalam bibir Luhan. Namja itu terkejut, sangat tiba-tiba. Ciri khas Jieun yang belum berubah sama sekali. Perlahan namun pasti kedua lengan Luhan mengeratkan tubuh Jieun padanya, memeluk gadis itu posesif. Sebenarnya ia berfikir mereka bisa melakukan hal ini nanti setelah mengucap janji pernikahan namun kepalang basah, lagi pula mana bisa Luhan menolak Jieun. Ia tak akan pernah bisa.

“Nghh...” desah Jieun saat kecupan Luhan berpindah dari bibir turun ke bahu. Namja itu sengaja menggigit sedikit lebih dalam disana.

“Aku mencintaimu” bisik Luhan.

“Mmh.. Mianhae” ucap Jieun disela-sela desahannya.

Luhan menghentikan kegiatannya dan memandang Jieun penuh bingung.

“M mianhae??” Luhan bingung kenapa Jieun malah mengucapkan kata maaf. Perlahan gadis itu melangkah mundur dan memberi jarak diantara mereka.

“Gomawo dan Mianhae”

“Tapi ken-”

DORR DORR !!

“Andwae ! Tidak Lee Jieun ! Tidak !” Luhan berteriak sekeras yang ia bisa saat Jieun mengeluarkan senjata api dari balik gaun putih yang dipakainya dan menembak dirinya sendiri tepat dikepala. Warna merah itu begitu kentara diantara warna putih polos yang mendominasi. Luhan hanya bisa berdiam sampai semua orang yang mendengar suara tembakan menelusup masuk dan berteriak tatkala melihat Jieun tergeletak bersimbah darah.

Maafkan aku, aku lebih memilih anak ku dari pada kau Luhan

Terimakasih karena sudah mewujudkan apa yang tak pernah ku selesaikan

Memakai gaun pengantin dan melihat mempelaiku adalah hadiah terindah sebelum aku bertemu dengan anak ku..

Terimakasih dan Maafkan aku

Lee Jieun

The End


Yang Punya Wattpad follow ya hehe @RoZzmaDandelion. Author pengen nyobain bkin cerita yang indo banget. 

Btw, Sori klo ada typo, author males baca ulang hihi... happy weekend semuanyah




Comments

  1. AUTHOOOORR!!!! wae??
    kenapa jadi bad endiiiing ㅠoㅠ ㅠoㅠ ㅠoㅠ
    author jahadd author jahadd ㅠㅇㅠ ㅠㅇㅠ
    kirain bakalan happy end. eh malah....


    keren kebangetan deh author ㅠㅠ ㅠㅠ
    aku baca akhirannya nahan nafas gegara kaget... ku jadi baper n alay nih gegara author juga ㅠㅇㅠ

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha.. segitunya. seperti biasa ini spontanitas aja hehe.. bosen klo happy ending mulu.

      Delete
  2. ku always saludd lah sama author ^^
    always semangat bikin ff nya ya thor^^
    힘네세요!

    ReplyDelete
  3. Btw aku bakalan follow akun wattpad kamu ya thor fyi. nama wp aku @leo_xiao ehehe

    ReplyDelete
  4. Daebak!! Unexpected lah pokoknya. Bagaimanapun endingnya aku percaya kok sama author-nim ^_^ Rajin-rajin buat fanfic IU ya author-nim, Dean bolehlah jadi list pasangan IU untuk next project hihi
    Btw, udah aku follow kok akunnya author, punyaku in-spirit96 fyi. Maap disini anonymous ya IDnya kkk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih ^0^
      Dean ya, bolehlah buat dipertimbangkan
      Aku udh follback ko :)

      Delete
  5. Udah aku follow thor ^^ follback yaaa :D
    btw endingnya bikin nyess banget, Jieuuunn T_T
    next thor, ku tunggu ^^ fighting ^^/

    ReplyDelete
  6. buatin lagi ff luhan iu thor ^_^

    ReplyDelete

Post a Comment