Lee Jieun | Drabble | Slice of Life
Aku
pernah membaca buku, ada sebuah kalimat yang menarik perhatianku. Kalimat itu
kurang lebih berbunyi seperti ini "Kau akan bosan dengan hidup jika setiap
kau bangun dari tidurmu, kau tidak memiliki tujuan" dan setelah meresapi
kalimat itu sekarang aku tahu kenapa aku selalu mengeluh dan bosan. Aku adalah
seorang yang antisosial. Bahkan saat aku pulang ke rumah, aku hanya berdiam
diri tanpa memiliki niat untuk bermain atau pun mengunjungi tetangga. Kadang
aku menghabiskan waktu dengan menonton drama yang ku copy dari temanku. Saat
keluarga berkumpul pun aku anak yang paling pendiam dan hanya sesekali merespon
percakapan diantara saudaraku. Aku benar-benar antisosial yang akut
dilingkungan rumah. Sebenarnya jika tidak memaksakan pun diluar lingkungan aku
tak akan memiliki teman akrab. Kau tahu kan kadang ada kalanya kau terdesak dan
tak bisa mengatasi sesuatu dengan tanganmu sendiri, mungkin itulah alasan aku
memiliki teman di kota tempat aku menuntut ilmu. Benar, intinya aku memiliki teman karena aku butuh bantuan.
Jangan
pikir aku tak berusaha untuk berubah. Aku sudah melakukannya berulang kali tapi
entah mengapa aku selalu kembali menjadi antisosial yang acuh, yang tidak akan
perduli pada siapapun jika itu tak menguntungkan ku. Ada kalanya aku takut
untuk bertemu orang, aku sangat risih dengan banyak orang disekitarku. Aku
menjadi sangat sensitif dengan candaan sepele atau perkataan sepele yang
sebenarnya tak perlu dipermasalahkan. Itu lah aku, si antisosial. Namun
dibeberapa kasus, aku pernah mengatasi masalahku itu dengan lancar. Aku menjadi
ceria dan terbuka pada teman baru, semuanya tampak berhasil hingga aku berubah
menjadi diriku lagi dalam beberapa waktu. Aku tak bisa berpura-pura menjadi
ceria, bukan berarti aku tidak ingin berubah namun mungkin karena aku sudah
terbiasa dengan kesendirian sehingga membuatnya sulit untuk di rubah.
Sikapku
kadang disalah artikan, aku dianggap sombong dan cuek oleh beberapa teman baru
yang tidak terlalu dekat denganku. Aku tahu aku membawa kesulitan bagi diriku
sendiri dan keluargaku. Setelah kupikirkan lagi kenapa aku menjadi seperti ini,
kurasa semua berawal dari keluarga yang tak harmonis. Sejak kecil aku sering
melihat orangtuaku bertengkar, aku bahkan masih ingat saat aku menangis diteras
rumah ketika orangtuaku bertengkar heboh. Selain karena hal itu, aku juga
sering di bully secara tidak langsung karena pekerjaan ayahku yang tidak halal.
Dan aku masih ingat dengan candaan teman ku yang mengatakan seperti ini, "Jika
saja ayahmu bukan seorang penipu mugkin aku akan menyukaimu" Semua masalah itu
bertambah saat aku kecelakaan motor dan kaki kananku cedera hingga aku tak bisa
berjalan normal. Sebuah kecacatan kecil yang nyata, yang membuat ku malu
dan tak pernah bergaul lagi dilingkungan rumah. Sesekali aku berfikir ingin
mati saja, namun aku juga ingin berubah tapi tak tahu harus mulai dari mana.
Antisosial
itu membawa dampak buruk, saat aku merasa cemas atau khawatir yang berlebihan
aku akan berkeringat, mual bahkan muntah dan imsomnia. Sejauh ini kesulitan itu
yang paling parah yang aku rasakan. Aku benar-benar ingin mengunjungi psikolog
dan menyembuhkan semuanya namun niatku kembali terhalang dengan rasa takut dan
bingung. Kau tahu kan jika masalah kecil pun akan menjadi besar saat kau
seorang antisosial. Contohnya seperti kau akan sangat bimbang untuk menyapa
senior mu atau tidak ketika berpapasan dikoridor kampus. Se-sepele itu namun
bagi anak antisosial, hal itu adalah keputusan yag sulit dan ketika kau sadar,
kau sudah berjalan jauh dari seniormu tanpa menyapanya sama sekali. Itulah
antisosial dan itulah aku. Lee Jieun, 22 Tahun Program Studi Sistem Informasi.
Aku masih berharap aku bisa sembuh.
Fin~
Comments
Post a Comment