IU/Lee Jieun | Kang Haneul | Drabble
Gadis itu masih mengeluarkan asap dari dalam mulutnya. Menyesap
sebatang rokok yang entah sejak kapan mulai akrab dengannya saat dia bosan
menjalani hidup. Duduk dengan serampangan, tak memperdulikan sekitarnya. Tak
memperdulikan udara dingin yang menusuk. Hanya dengan seperti ini pikirannya
bisa tenang, hanya dengan seperti ini ia bisa lari dari keheningan yang semakin
hari semakin mengikatnya.
Lagi, ia menghembuskan asap nikotin itu ke udara.
Memandangnya kosong hingga asap putih itu memudar dan hilang ditelan malam.
Jieun hanya seorang diri, dia benar-benar seorang diri dibangku taman yang
tampak sepi dan dingin. Tidak, bahkan didunia ini Jieun memang seorang diri. diremehkan, bekerja bagai kuda yang diperas tenaga nya, tinggal dikomplek flat sepi dan kumuh. Ouh, menyedihkan.
“Apa kau seorang berandalan eoh ?” Suara itu lagi. Jieun
justru tersenyum miris lalu melirik sang pemilik suara yang kini berdiri penuh
kekhawatiran disampingnya.
“Apa peduli mu” jawabnya dingin. Orang itu, tepatnya
namja bernama Kang Haneul itu tampak kesal dan ia pun merebut rokok yang akan
Jieun hisap lagi.
“Yaaakkk !” Jieun memekik tajam.
"Ayo pula-"
"Ayo pula-"
“Sebenarnya apa maumu !?” lanjut Jieun tak tertahan lagi.
Ia bangkit dari duduknya.
“Apa kau benar-benar senang mempermainkanku !? Kau selalu
memperhatikanku tapi kenapa ? kenapa kau melakukan semua itu jika pada akhirnya
kau menolak pernyataan cintaku !? apa maksudmu sebenarnya Kang Haneul ?” Mata
itu memerah lalu berkaca-kaca. Jieun benar-benar tak mengerti dengan namja
dihadapannya itu. ia hidup sebatang kara setelah keluarga terakhir yang ia
punya meninggal karena kecelakaan dan namja itu selalu ada disampingnya. Saat
ada kesulitan namja itulah yang pertama kali menghampirinya. Jieun kira namja
itu adalah malaikat yang dikirim Tuhan untuknya namun sepertinya ia salah. Apa
Jieun yang terlalu berharap. Apa Jieun yang terlalu membawa perasaannya?
Ahh..
aku benar-benar muak dengan semua ini.. batin Jieun.
Ingin sekali Jieun menendang dan memukul wajah itu namun
ia hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar lalu beranjak dari sana. Sementara namja
itu hanya memandang sendu kepergian Jieun.
Jika
saja kau tahu bahwa aku yang telah membuat adik mu meninggal..
Apa
aku masih pantas kau sukai Jieun ?
Aku
tak cukup layak menerima cinta apalagi darimu..
Sesak, rasanya sangat sesak didalam sana. Hatinya
terhimpit dengan rasa bersalah dan cinta yang tak seharusnya ada. Jika saja
haneul bisa memutar waktu dan memperbaiki semuanya. Tidak, ia tahu itu takan
pernah terjadi. Namun ia hanya bisa memastikan Jieun akan hidup dengan layak. Mendapat
namja yang pantas dan menikah. Hingga saat itu tiba, ia tidak akan pergi dari
samping gadis itu. Gadis malang yang hidup sebatang kara karena kesalahannya.
.
.
.
Fin~
Comments
Post a Comment