Ficlet | Lee
Jieun | Lee Jongsuk | Mistery | Horror
Disaranin sambil denger lagu Melanie Martinez yang Dollhouse / Cry Baby, musiknya cocok kayanya hehe.
Perasaan yang
tak biasa itu datang saat Jieun melihat seseorang dijendela rumah kosong itu.
Rumah besar berpagar tinggi yang tak pernah terlihat berpenghuni. Namun sejak
saat itu ia tak pernah bisa tidur nyenyak saat malam datang. Perasaan takut
akan bayangan yang dilihatnya terus berputar. Jujur saja ia dibuatnya
penasaran. Apakah sosok yang dilihatnya adalah hantu ? Tapi bagaimana jika
sosok itu manusia ? Yang Jieun tahu rumah besar disebrang rumahnya sudah sejak
lama kosong. Kabarnya rumah itu kosong karena ditinggalkan penghuninya, entah
karena alasan apa. Semenjak Jieun pindah rumah itu sudah kosong.
Jieun tengah
memperhatikan rumah itu sekarang dari balik jendela kamarnya. Mengintip dengan
rasa penasaran dan takut yang menjadi satu.
Dep
Tiba-tiba lampu
kamarnya mati. Membuat gadis itu mengkerut dan diam tanpa tahu apa yang harus
ia lakukan.
Ya ampun kenapa harus mati lampu
disaat seperti ini
gerutu Jieun dalam hati.
Tak lama
pintu kamarnya terbuka membuat Jieun langsung memandang kearah dimana ada cahaya
yang mulai menyinari kamarnya.
"Ya
ampun nenek membuat kaget saja"
"Seperti
itu saja kaget, sepertinya pemadaman listrik akan terjadi sampai pagi, nenek
bawakan lilin untuk mu"
"Terimakasih"
"Lekas
tidur sudah malam"
"Ne"
Dan nenek Jieun berlalu dari kamar sang cucu. Jieun bangkit menuju ranjang
mungilnya. Duduk sembari memandangi lilin yang diletakan neneknya diatas meja
kayu dikamar Jieun. Termenung tanpa ada yang dipikirkan.
Jieun tak
lagi memperhatikan rumah kosong itu karena tak ada gunanya. Semua tampak gelap,
tidak ada yang bisa ia lihat. Beberapa menit kemudian terdengar rintik hujan
diluar. Malam terasa lebih sunyi saat mati lampu. Ditambah gerimis yang
menimbulkan bunyi gesekan antara air dan daun juga atap rumah.
Akhirnya
Jieun memilih berbaring. Dengan gaun malam putih dan kepangan dirambutnya ia
menatap langit-langit kamarnya.
Ya tuhan aku tidak bisa tidur
Entah mengapa
Jieun ingin memperhatikan rumah kosong itu sekarang. Jujur ia takut namun rasa
penasaran lebih mendominasi. Jieun meraih boneka berbulu cokelat kusam
miliknya, memeluknya lalu bangkit menuju ke sisi jendelanya lagi. Mengintip
dari balik tirainya dan benar. Ia tak dapat melihat apapun namun saat ia akan
menutup tirainya kembali ia melihat sebuah cahaya. Cahaya dari sebuah lentera
dan Jieun berbalik saat seseorang yang membawa lentera itu menatap tepat
kearahnya. Jieun menutup mata rapat-rapat dan merapalkan doa.
Oh tidak, kurasa itu memang hantu.
Mati kau Jieun, dia melihatmu.
Jieun merosot
lalu memeluk erat bonekanya masih dengan mata tertutup rapat.
_____
Jieun membuka
matanya perlahan, menguap kecil lalu ia baru sadar bahwa ia tertidur disamping
jendelanya Seraya terduduk. Jieun bangkit dan kaki-kakinya terasa pegal. Tentu
saja karena ia tertidur semalaman dengan posisi jongkok.
Oh tidak.. Aku terlambat sekolah.
Satu jam ia
bersiap-siap lalu berpamitan pada sang nenek tanpa sarapan terlebih dahulu.
Kawan barunya yang bernama Lee Jong Suk sudah siap dengan sepeda tuanya
menunggu Jieun didepan rumah. Jieun pun langsung duduk diboncengan belakang
lalu menyapanya terakhir.
“Kenapa kau
terlambat ? Tidak biasanya”
Jieun tak
mendengar pertanyaan Jong suk, ia lagi-lagi memperhatikan rumah kosong diseberang
rumahnya saat Jongsuk mulai mengayuh sepedanya menuju sekolah.
Jongsuk
mendengus kecil saat pertanyaannya tak kunjung Jieun jawab. Namja itu pun tak
lagi bertanya dan hanya mengayuh sepedanya dalam diam.
____
Sore itu
sepulang sekolah Jieun mengajak Jongsuk untuk mampir kerumahnya. Jieun sudah
menceritakan semua yang ia alami pada namja itu namun Jongsuk malah
menertawakannya.
"Kau
gila ya ?"
"Yaaakk
aku serius"
"Aku
tidak percaya pada hantu"
"Ada apa
ini, kalian tampak asik membicarakan sesuatu" ucap nenek Jieun Seraya
membawa camilan untuk Jieun dan Jongsuk.
"Ah halmoeni
maaf merepotkan"
"Tak
apa, nikmatilah kue-kue ini"
"Gamsahamnida"
ucap Jongsuk. Nenek Jieun tersenyum dan berlalu. Menyisakan Jieun dan Jongsuk
lagi diruang tamu. Namja itu meraih satu kue kering yang berada diatas meja.
"Kita
harus membuat penyelidikan" usul Jieun. Ia memang takut tapi ia belum
kapok.
"Mwo ?
Untuk apa, kurang kerjaan" ucap Jongsuk acuh. Namja itu lagi-lagi
menikmati kue yang terasa enak dimulutnya.
"Yaaakk
bisakah kau berhenti makan" pekik Jieun membuat Jongsuk melongo menatap yeoja
itu dengan mulut menganga berisi kue yang baru akan dikunyahnya.
"Aiissshh..
Bisakah kau juga tidak berteriak-teriak seperti ahjumma gila"
Jieun
mendengus lalu melipat tangannya didepan dada
"Kau
membuatku kesal" Jongsuk mengunyah kue dimulutnya kasar lalu menengguk air
setelahnya.
"Baiklah-baiklah,
aku akan mendengarkanmu" Jieun melirik lalu melepaskan lipatan tangannya
dan mulai membuka mulut lagi.
"Jadi
begini, aku memiliki ide. Bagaimana kalau kita masuk ke rumah kosong itu"
"Untuk
apa ? Kau akan mencuri di rumah kosong itu ?"
"Tentu
saja tidak, Aku hanya penasaran"
"Yaakk
memangnya kau tidak takut ? Rumah itu sudah lama kosong. Bagaimana jika memang
ada hantu disana ?"
"Bilang
saja kalau kau takut" ucap Jieun Remeh.
"Ji,
dengar kali ini aku tidak bercanda. Rumah itu sudah lama kosong sejak aku kecil
rumah itu sudah kosong. Kudengar dari ibuku ada seseorang yang ditinggalkan
saudaranya disana sampai ia meninggal. Ia ditinggalkan karena memiliki penyakit
yang sukar disembuhkan kala itu. Kau belum lama pindah kesini jadi kau mungkin
tidak tahu cerita ini. Mungkin juga yang kau lihat itu adalah hantu orang yang
meninggal disana meski aku tidak percaya adanya hantu tapi aku tak pernah
berbuat gegabah"
"Kau
menceritakan itu hanya untuk menakutiku kan ?" Jongsuk menghela nafas lalu
memandang Jieun jengah.
Yeoja ini sulit untuk diyakinkan
"Aku
akan tetap memasuki rumah kosong itu dengan atau tanpamu"
"Ya
ampun, gadis ini"
"Jongsuk-a
ayo kesana bersama ku. Aku janji tak akan berbuat macam-macam" rajuk
Jieun. Ia tak serius dengan ide kerumah kosong itu seorang diri.
"Aku
akan memberimu lebih banyak kue enak jika kau menyetujuinya"
"Baiklah-baiklah"
"Yeyy"
____
Jieun dan
Jongsuk memanjat pagar tinggi itu bergantian saat malam menjelang agar tak ada
orang yang memergoki kegiatan mereka. Dua senter berukuran sedang berada
ditangan masing-masing. Mereka mulai memasuki halaman besar dengan rumput dan
tanaman menjalar, sangat terlihat tidak terurus. Menatap sekeliling Seraya
mengarahkan senter guna melihat lebih jelas.
"Woaah
rumah ini begitu besar jika dilihat dari dekat"
"Rumah
ini memang besar, pabo" gerutu Jongsuk yang sedari tadi sibuk mengusir
nyamuk yang mengerubunginya.
"Ayo
kita masuk" ucap Jieun lalu berjalan kearah pintu besar rumah itu.
Mendorongnya namun sulit.
"Pasti
dikunci lah, pabo" Jieun berbalik memandang Jongsuk lalu mencibir pelan.
Sudah dua kali namja itu memanggilnya bodoh.
"I itu
.. " Jongsuk menatap tanpa berkedip saat menyaksikan pintu rumah besar itu
perlahan terbuka. Jieun berbalik lagi dan justru memasuki rumah yang kini
pintunya terbuka.
"Jieun
apa kau bod- ya ampun" terpaksa Jongsuk mengikuti gadis itu. Jieun tiba
didalam ruangan utama rumah itu. Menyoroti apapun dengan senter ditangannya.
Disini sangat
dingin
"Yaakk
ini sudah terlalu jauh, ayo kita pulang" bisik Jongsuk saat ia berada
dibelakang punggung Jieun.
"Tunggu
dulu, kita bahkan baru sampai diruang tamu. Bagaimana kalau kita kelantai
atas" ucap Jieun karena ada anak tangga menuju lantai atas. Tanpa menunggu
jawaban Jongsuk, Jieun kembali melangkahkan kakinya menaiki satu persatu anak
tangga yang membawanya ke lantai dua rumah itu.
"Y
yaakk.." Jongsuk frustasi dengan sikap Jieun yang tak bisa diberitahu.
Tahu begini ia tidak akan menyetujui usul Jieun. Kini Jongsuk menyesal.
Jieun sampai
dilantai dua rumah itu. Ada sebuah koridor dengan berbgai ruangan disampingnya.
Jieun masih berjalan.
Brukkk
Jieun
menegang saat mendengar sebuah suara dari ruangan disampingnya. Ruangan dengan
pintu sedikit terbuka.
"Hei
suara apa itu ?" Bisik Jongsuk lagi. Jujur saja ia mulai takut sekarang.
Tuhan lindungi aku..
Perlahan,
Jieun memutar kenopnya dan mendorongnya. Ia memperhatikan kamar itu. Ada sebuah
lukisan tua abstrak, sebuah ranjang dengan seprei putih kusam dan nakas
disampingnya. Berdebu dan pengap. Jieun menyorot sebuah jendela dan ia sadar
jika jendela itu mengarah tepat pada jendela kamarnya disebrang jalan. Ia sadar
jika kamar yang sering ia perhatikan dari balik jendela kamarnya adalah kamar
itu. Perlahan ia melangkah maju, memperhatikan jendela kamarnya disebrang jalan
lalu ia melihat ada seseorang didalam kamarnya berdiri di balik jendela.
Tersenyum dengan tatapan datar.
"Jongsuk
ayo kita keluar"
"Ada apa
?" Jongsuk bingung kenapa tiba-tiba.
"Jongsuk
ayo keluar !" Pekik Jieun. Gadis itu mulai berlari dan Jongsuk pun
mengikutinya.
Braaakk
Pintu kamar
yang Jieun masuki tadi tertutup secara misterius. Membuat Jongsuk dan Jieun
panik lalu kembali berlari kencang. Mereka lari tanpa menoleh lagi ke belakang.
Menuruni anak tangga dan akhirnya keluar dari rumah itu. Memanjat pagar dan
lari menuebtang jalan lalu berhenti dengan nafas terengah-engah dihalaman depan
rumah Jieun.
"Gila
kau Ji, lihatkan apa yang terjadi tadi" Jieun kembali menengadah memandang
kamarnya dengan jendela terbuka itu namun tak melihat sosok yang beberapa menit
lalu berdiri disana. Menghembuskan nafas. Lalu menoleh.
"Aku
melihat sosok yang kuceritakan berada dikamarku"
"M mwo
?" Jongsuk langsung menengadah namun ia tak mendapati siapa-siapa dibalik
jendela kamar Jieun.
"Aku
benar-benar melihat seseorang dikamarku dari rumah kosong itu. Jongsuk-a apa
yang harus kulakukan ? Bagaimana jika yang kau ceritakan itu benar, bagaimana
jika hantu itu mengikutiku sekarang ?"
"A aku
tidak tahu, a aku pulang saja"
"Y
yaaakk .. T tunggu dulu" Jieun menggenggam pergelangan tangan namja itu
erat.
"Sudah
kubilang jangan bermain-main inilah akibatnya" ucap Jongsuk lalu
melepaskan genggaman tangan Jieun.
"Aku
benar-benar harus pulang ini sudah malam" Jongsuk pun berlalu lalu menaiki
sepedanya yang ia senderkan dipohon dekat rumah Jieun.
"Y
yaaaak !" Percuma saja Jieun berteriak. Namja itu tetap saja beranjak
pulang. Jieun menghela nafas. Lalu ia pun memasuki rumahnya.
Sang nenek
yang tengah menonton televisi mengernyit heran saat melihat Jieun tampak
berkeringat dan bingung.
"Apa
kerja kelompoknya sudah selesai ?" Jieun mengangguk pelan dan tanpa
menjawab duduk disamping neneknya. Itu hanya alasan yang ia katakan pada sang
nenek.
"Nenek
aku tidur denganmu malam ini ya"
"Kau
boleh tidur denganku selamanya" Jieun menegang, perlahan ia menoleh dan-
"Aaaaaa.."
The End
Wow menegangkan..
ReplyDeleteWow masa si ..
DeleteMakasih hihi