Life of Student [3]


Lee Ji Eun [IU], Oh Sehun, Kim Joon Myeon etc.

School life, Teen, Drama

Part [1] [2]


Sesampainya dirumah Jieun menghempaskan tas punggungnya di sofa ruang tamu dengan raut masih terlihat kesal. 

“YAAAK KAU PIKIR KAU HEBAT EOH !?” memekik tajam mengeluarkan kekesalannya pada namja itu, namja bernama Sehun. Namja paling keras kepala dan songong yang pernah ia temui. Jung Ha yang tengah memainkan ponselnya pun beranjak mendengar teriakan kakaknya itu.

“Noona, kau kenapa ?” tanya sang adik. 

“Huuhhh aku sedang kesal, tahu” ucap Jieun seraya mendaratkan tubuhnya disofa yang sama.

“Bukan kah kau memang selalu kesal” ucap Jung Ha seraya menyalakan televisi.

“YYAAKK, jangan membuatku kesal sekarang”

“Aku tak berbuat apa-apa pun sekarang kau sedang kesal kan” gumam Jung Ha.

“Yaaakk !”

“O oke aku diam” Kakaknya benar-benar mengerikan saat sedang marah. Kau tahu kan orang yang pendiam itu kalau marah seperti apa ? ya seperti Jieun sekarang ini. Jieun masih merasa sebal, kesal, marah bercampur menjadi satu. Ia menghembuskan nafasnya kasar. Ia benar-benar malas untuk berteman dengan Sehun jika bukan karena olimpiade itu yang menyatukan mereka. Jieun hanya berniat baik tapi selalu saja diabaikan.

Oke aku sudah memutuskan.. masa bodoh dengan namja satu itu, aku tak perduli lagi. Jika olimpiade kali ini sekolah gagal meraih medali emas, itu semua karena dirinya.

<<>> 

Hari simulasi olimpiade pun tiba. Tidak seperti biasanya. kali ini, sepulang sekolah, Jieun, Joon Myeon dan Sehun tidak lagi belajar bersama melainkan mengerjakan soal yang jumlahnya tak bisa dibilang sedikit. Bong ssaem mengawasi ketiga muridnya itu. hanya mengawasi tiga orang tentu sangat mudah. Tak mungkin ada cela untuk bisa mencontek meski melirik teman sebelahnya pun mustahil. Waktu untuk mengerjakan soal simulasi itu adalah 60 menit alias satu jam. Jieun terlihat serius. Ia banyak berhati-hati dalam mengerjakan soal-soal dihadapannya. ia tidak akan mengisi jawabannya jika belum benar-benar yakin. Sementara Joon Myeon kadang terlihat bingung meski beberapa soal telah berhasil dijawabnya. Lalu bagaimana dengan Sehun ? namja itu terlihat tenang namun sesekali menundukan kepala seperti seseorang yang ngantuk tapi sedetik kemudian ia kembali mengerjakan soal-soal itu.

Waktu terus berjalan, begitu juga Bong ssaem yang sedari tadi tak bisa diam karena mondar-mandir mengawasi ketiga murid didiknya itu. Ia berharap semuanya mendapat nilai bagus, dengan begitu berarti ia sudah berhasil mengajar ketiga muridnya itu. Beberapa menit telah berlalu dan Bong ssaem melihat jam tangannya.

“Baiklah anak-anak kumpulkan jawaban kalian” Jieun mendongak, menutup matanya sejenak lalu bangkit dan meletakan jawabannya diatas meja Bong ssaem. Disusul Sehun dan Joon Myeon.

“Oke, untuk hari ini sampai disini saja. Nilai kalian akan membuktikan apakah pembelajaran yang kalian lakukan selama ini berpengaruh atau tidak. Selama tiga hari kedepan tidak ada lagi latihan namun hari ke empat kalian harus kembali berkumpul disini diwaktu yang sama untuk memperoleh nilai simulasi ini. Kalau begitu kalian boleh pulang”

Ada rasa lega saat ujian simulasi itu berkahir. Jieun optimis meski ada beberapa soal yang ia ragu dengan jawabannya sendiri. Bong ssaem pun keluar dari kelas seraya membawa jawaban ujian itu.

“Baiklah ! bagaimana kalau kita makan ramen untuk merayakan hari ini ?” ucap Joon Myeon seraya menoleh pada Sehun dan Jieun bergantian.

“Tidak mau jika ada namja songong itu” ucap Jieun seraya melirik Sehun.

“Cih.. siapa juga yang mau makan dengan yeoja sok pintar sepertimu” balas Sehun.  Pandangan sengit pun tak terelakan lagi. Joon Myeon hanya bisa menghela nafas melihat kedua orang itu kembali bertengkar. Sejak saat itu, sejak Sehun tak pernah datang ketika belajar diluar sekolah. Ia tahu Sehun dan Jieun memiliki perdebatan. Mereka tak pernah akur sejak Jieun menceritakan keluh kesahnya soal Sehun pada dirinya.

“Heeyyy hentikan ! aku tidak mau tahu, kali ini kita bertiga harus makan bersama, aku memaksa !” sebelum kedua orang itu kabur. Joon Myeon pun menggenggam tangan mereka masing-masing dan berjalan ke arah kedai ramen disebrang sekolah.

“Yaakk.. apa kau tidak berlebihan ? memangnya aku lansia yang butuh digandeng seperti ini !?” protes Sehun namun Joon Myeon tak menggubrisnya dan tetap berjalan dengan percaya dirinya seraya menyeret kedua orang disampingnya itu. Sementara Jieun hanya menurut saja. ia sedikit malu dengan beberapa pandangan yang mengarah pada dirinya.

Kenapa harus ada acara bergandengan seperti ini sih, aiishh benar-benar memalukan.. batin Jieun. Dengan tangan kanannya dia sedikit menutupi wajahnya.

____

Sesampainya dikedai ramen. Joon Myeon memesan ramen untuk mereka bertiga. Sementara Sehun dan Jieun saling duduk berjauhan dengan muka masam mereka. Joon Myeon yang melihat hal itu kembali menghela nafas.

“Sampai kapan kalian akan begini ? Ingat, satu Minggu lagi kita akan benar-benar mengikuti olimpiade loh.”

“Arra” ucap Jieun dan Sehun bersamaan membuat mereka berpandangan sesaat lalu saling membuang muka. Joon Myeon lagi-lagi hanya bisa menggeleng kecil.

Beberapa menit kemudian ramen pun datang. Asapnya bahkan masih mengepul, benar-benar menggugah selera.  Tak butuh berlama-lama, ketiga anak sekolah yang kelaparan itu pun langsung menyantap ramen masing-masing. Setelah satu jam dilewati dengan tegang akibat  ujian simulasi. Akhirnya mereka bisa mengisi perut juga.

“Hun, bagaimana kabar ibumu, apakah sudah membaik ?” tanya Joon Myeon disela-sela makan. Jieun yang tidak mengerti dengan topik itu hanya bisa memperhatikan dengan diam seraya memakan ramennya.

“Masih sama, aku benar-benar pesimis dengan keadaannya”

“Y yaak, mana boleh begitu. Aku yakin kau juga harus yakin ibumu pasti bisa sembuh” Sehun menghela nafas seraya mengangguk pasrah.

Memang apa yang terjadi dengan ibunya ?

Jieun hanya bertanya-tanya dalam hati karena ia sungkan untuk bertanya secara langsung.

“Kau pasti penasaran ya ?” tanya Joon Myeon yang seakan tahu arti pandangan Jieun pada Sehun. Jieun hanya nyengir.

“Ibu Sehun sudah cukup lama mengalami sakit, tubuhnya semakin melemah saat melahirkan Sehun dan...” Joon Myeon terlihat melirik Sehun sejenak.

“T tidak perlu diteruskan jika memang Sehun tidak menginginkannya” maklum Jieun.

“Dan harusnya ibuku tidak boleh melahirkanku” lanjut Sehun membuat Jieun memandangnya heran. Namja itu lalu mengaduk-aduk ramennya yang tinggal setengah tanpa niat memakannya.

Dia pasti menyalahkan dirinya sendiri karena hal itu batin Jieun

“Mana mungkin seorang ibu rela untuk tak melahirkan anak yang berada dikandungannya. Apapun yang terjadi seorang ibu akan menjadi seorang ibu yang akan mengorbankan nyawanya sendiri untuk anak-anaknya. Kau harus tau itu Sehun-ssi. Kehadiranmu adalah kebagaiaan terbesar bagi ibumu” ucap Jieun mencoba menghibur. permusuhan antara dirinya dan Sehun ia abaikan sejenak.

“Hahaha.. benar, benar sekali apa yang Jieun ucapkan. Semangatlah Hun haha..” Joon Myeon mencoba mencairkan suasana yang mulai suram. Ia menepuk bahu Sehun berulang kali untuk menularkan rasa semangatnya.

“Semangat Sehun-ssi” ucap Jieun dengan senyum kecilnya dan tangan mengepal diudara ke arah Sehun. Entahlah saat mengetahui masalah Sehun, Jieun menjadi iba dan mungkin sikapnya yang arogan selama ini untuk menutupi kesedihannya.

“G gomawo” ucap Sehun yang hampir seperti bisikan. Membuat Jieun dan Joon Myeon saling melirik lalu melempar senyum. Dan suasana kembali hangat, bahkan setelah ramen itu habis. Mereka bertiga melanjutkannya dengan bermain domino dimana Jieun yang selalu kalah karena ini pertama kalinya ia memainkan permainan itu. alhasil wajahnya dipenuhi tepung yang Joon Myeon minta pada bibi pemilik kedai. Karena tidak akan seru jika yang kalah tidak dihukum. Lihatlah Jieun sekarang, ia tampak seperti geisha yang wajahnya dipenuhi bedak putih namun dalam versi acak-acakan.

“Lihatlah wajahmu haha..” Joon Myeon tak henti-hentinya tertawa.

“Bhahaha..” tambah Sehun.

“Bisakah kalian diam -_-“ Namun kali ini tidak ada rasa kesal. Jieun tak menyesal karena sudah menghabiskan waktu dengan kedua namja itu.

____

Awalnya Jieun menolak namun jika bukan karena Joon Myeon yang memaksa, ia tak akan menebeng dengan kedua namja itu memakai mobil Sehun. Karena rumah Joon Myeon yang paling dekat maka Sehun mengantarkan namja itu terlebih dahulu.

“Daahh, hati-hati dijalan !” seru Joon Myeon setelah sampai didepan rumahnya. Kini hanya tersisa Jieun yang duduk dijok belakang dengan Sehun yang berada dikursi kemudi. Suasana tampak canggung dan hening.

“Mian” ucap Jieun membuat Sehun mengernyit. “Untuk apa kau meminta maaf ?”

“Kalau boleh ku tebak, alasanmu menolak untuk belajar bersama diluar sekolah waktu itu pasti karena ibumu. Kau pasti selalu menjaganya saat ada waktu luang” Sehun menghela nafas.

“Benar. Tebakanmu benar tapi ku rasa aku juga sudah sedikit keterlaluan padamu, mian”

“Jadi sekarang kita damai ?”

“Tentu, apa perlu ku kibarkan bendera putih ditengah lapangan ?”

“Hahaha..” tawa itu berubah menjadi senyuman kecil. Diam-diam Sehun pun mengulas senyum kecil. Suasana kembali hening, Perhatian Jieun kini beralih pada pemandangan diluar jendela mobil. Sementara Sehun fokus menyetir.

20 menit kemudian mereka sampai didepan rumah Jieun. Jieun memasuki rumahnya setelah mengucapkan terimakasih dan berpamitan dengan Sehun. Awalnya Jieun akan mempersilahkan namja itu untuk mampir tapi sepertinya Sehun tidak bisa karena akan langsung kerumah sakit.

“Siapa namja itu noona ?” tanya Jung Ha yang sepertinya baru pulang sekolah karena bocah itu masih memakai seragam sekolahnya. Jung Ha sempat melihat Jieun turun dari sebuah mobil. Seumur-umur Jung Ha belum pernah melihat Jieun diantar seseorang apalagi menggunakan mobil. Hal itu cukup membuatnya penasaran. Apa mungkin kakaknya yang kutu buku mulai memiki kekasih ?

“Kau baru pulang ?” tanya balik Jieun.

Jung Ha mengangguk “Aku bermain basket sebentar sebelum pulang” 

“Oh kalau begitu ayo masuk”

“Yaa.. kau belum menjawab pertanyaanku”

“Pertanyaan yang mana ?”

“Siapa yang mengantar noona pulang ?”

“Dia temanku yang juga akan mengikuti olimpiade bersamaku”

“Daebak, Hyung itu orang kaya yah ?” Jieun mengedikan bahu lalu masuk kerumahnya meninggalkan Jung Ha yang masih berdiri didepan rumah.

____

Sepulang sekolah, Jieun memasak sebentar untuk dirinya dan juga untuk adiknya. Dan saat masakan sudah matang Jieun dan Jung Ha makan siang didepan tv karena terlalu membosankan jika makan diruang makan yang hanya ada mereka berdua dirumah. Setidaknya suara televisi membuat suasana rumah menjadi ramai.

“Bagaimana sekolah mu hari ini ?”

“Tidak ada yang spesial” jawab datar Jung Ha tanpa mengalihkan perhatiannya dari televisi. Sebenarnya apa yang dialami Jung Ha hari ini benar-benar tak bisa dibilang biasa. Sudah susah payah ia menulis surat untuk gadis yang disukainya selama ini tapi yang ia dapatkan adalah sebuah cemoohan yang kasar. Gadis itu, gadis bernama Seok Jin malah merobek surat pemberiannya tanpa membaca isinya pula.

Aku tidak menyukaimu.. kalimat itu begitu membuat Jung Ha patah hati. Pertama kali ia menyukai seorang gadis dan memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya dengan sebuah surat namun justru ia langsung ditolak dan tanpa penjelasan. Itulah alasannya ia bermain basket sebentar untuk menetralkan hatinya yang baru dipatahkan oleh cinta pertamanya. Park Seok Jin. Beruntung ia cukup bisa mengatasinya.

“Tapi sepertinya ada sesuatu yang terjadi ya ?” tanya Jieun saat memandang adiknya yang sedikit berbeda.

“Sudah kubilang tidak ada yang terjadi noona”

“Oke jika kau tidak mau cerita” Jieun beranjak karena mangkuknya sudah kosong. Perutnya sudah terisi dan saatnya untuk mencuci baju. Beberapa baju kotor sudah menumpuk dan belum sempat dicucinya. Bukan dengan tangannya sendiri karena ia memiliki sebuah mesin cuci meski memang sudah cukup tua dan patut diganti. Suaranya saja sangat  bising jika sedang mencuci. Tapi Jieun tetap mensyukurinya. Sudah punya pun allhamdulilah :D

<<>> 

Jieun dan Eun Bi tengah berada dikantin. Mengisi perut yang lapar saat  waktu istirahat tiba.

“Jadi tiga hari ini kau bebas ?” Jieun mengangguk membenarkan.

“Bagaimana kalau kita jalan-jalan ?” usul Eun bi.

“Bukankah kau harus bekerja di toko ?”

“Kau kan tahu dalam satu minggu aku hanya bekerja 3 hari disana dan hari ini aku juga bebas”

“Oh iya.. lalu kita akan jalan-jalan kemana, kau ada ide ?” Jujur ia pun butuh hiburan untuk menyegarkan otaknya seusai menjalani uji simulasi.

“Aku memiliki 2 kupon gratis direstoran ayam”

“Waah jinjja ?” Eun Bi mengangguk antusias.

“Baiklah kita kesana saja”

“Setuju” Dua gadis itu bersepakat untuk menghabiskan waktu bersama setelah pulang sekolah. Jarang-jarang mereka memiliki waktu luang dan menghabiskannya untuk jalan-jalan.

___

Dengan bekal dua kupon ditangan, Eun bi dan Jieun mengunjungi restoran ayam yang belum lama buka. Namun raut wajah sumringah keduanya berubah saat menyadari sesuatu. Terdapat panjang sekali antrian direstoran itu. banyak orang yang berbaris memanjang sampai keluar resto demi bisa makan dengan kupon gratis yang didapat.

“Mwoya ? banyak sekali yang mengantri” ucap Eun bi. Sementara Jieun hanya memandang datar. 

“Sudah ku duga”

“Mi mian, aku tidak tahu akan sebanyak ini yang mengantri” Eun Bi benar-benar merasa bersalah.

“Kupon itu hanya berlaku satu hari, tentu saja semua orang yang mendapatkannya akan datang hari ini juga” jelas Jieun.

“Kau tetap mau mengantri Ji ?”

“Yaa.. kau tidak kasihan padaku, aku sudah lapar” memelas Jieun.

“Baiklah kita ke tempat lain saja” dua gadis itu pun berlalu meninggalkan restoran dengan antrian panjang itu. berjalan entah kemana, yang jelas mereka tengah mencari makanan murah dan enak plus banyak.

“Kita makan jajangmyeon saja bagaimana ?” usul Jieun saat matanya melihat kedai bertuliskan nama mie berwarna hitam itu.

“Baiklah, aku juga sudah terlalu lapar” setelah bersepakat. Jieun dan Eun bi pun menyebrang jalan menuju kedai yang Jieun maksud. Namun saat kedua gadis itu akan memasuki kedai, mereka bertemu dengan Dam Bi dan kawan-kawannya.

“Oooppss, lihatlah tikus-tikus ini sepertinya mereka sedang kelaparan” ujar Dam Bi dengan kekehan kecil membuat Jieun dan Eun Bi hanya menatap datar ketiga gadis dihadapan mereka.

Menyebalkan sekali bertemu dengan mereka, membuat nafsu makanku hilang saja batin Jieun.

“Bukankah kalian juga tengah kelaparan para monster tikus ?” balas Eun Bi.

“Yaakk beraninya kau menyebut kami monster tikus !?” pekik Chorong.

“Yaaakk apa kau tuli ! temanmu itu juga menyebut kami tikus !?” Balas Eun bi lagi. Tangan kanannya sudah mengepal karena kesal. Kau tahu kan betapa ganasnya orang yang sedang kelaparan ? itulah yang Eun bi alami saat ini.

“Hey sudahlah” Jieun mencoba menghalau Eun bi. Sangat tidak nyaman dipandangi beberapa orang yang lewat. Jangan sampai mereka bertengkar hebat dimuka umum seperti sekarang.

“Sebaiknya kita pergi, disini banyak tikus marah hiiy” ucap Dam Bi seraya melirik Eun Bi dan berlalu dari hadapan mereka.

“Pergi sana, pergi yang jauh !”

“Jieun ?” kedua perhatian gadis itu teralihkan pada namja yang memanggil Jieun.

“Joon myeon-ssi ? Sehun ? sedang apa kalian disini ?” tanya Jieun.

“Harusnya kami yang bertanya. Apa mereka mengganggumu lagi ?”  tanya Joon myeon. Keributan kecil itu menyita perhatian Sehun dan Joon myeon. Saat mereka mendekat ternyata Jieun dan para gadis itu lagi.

“Mungkin mereka merindukanku jadi mereka menggangguku”

“Haha.. kau ini” Diam-diam Eun bi menyenggol perut Jieun.

“Oh iya, kenalkan ini Eun Bi temanku”

“Oh annyeong Joon myeon imnida”

“Annyeong, aku Jang Eun Bi” ucap Eun Bi manis membuat Jieun ingin sekali muntah. Gadis yang beberapa menit lalu bertengkar seperti macan kini berubah menjadi kucing dihadapan Joon myeon.

“Ini Sehun” ucap Joon myeon.

“Kami sudah pernah bertemu”

“Oh begitu” lagi-lagi Eun Bi tersenyum seraya mengangguk antusias. “Oia sebenarnya kalian mau kemana ?” lanjut Joon myeon.

“Awalnya kami akan makan gratis direstoran ayam sebrang jalan tapi melihat antriannya panjang sekali. Perut lapar kami tidak bisa kompromi dan memutuskan untuk makan jajangmyeon saja kkk~” jelas Jieun.

“Jinjja ? kami juga akan kesana, benarkan Hun ?” Sehun hanya mengangguk malas.

“Sebaiknya  jangan tapi jika kalian kuat mengantri tidak apa sih”

“Ani, kami tidak akan mengantri. Pemilik resto itu adalah saudara bibi ku jadi kami bisa masuk lewat pintu belakang kkkk~”

“Jinjja ? bolehkah kami ikut ? kurasa sia-sia membuang dua kupon yang ku punya” ujar Eun Bi. Jieun memandang tak setuju.

“Tentu, tentu saja. Kajja !” Joon myeon dan Sehun berjalan lebih dulu. Sementara Jieun membisikan sesuatu pada Eun bi yang terlihat gembira.

“Yaakk untuk apa bergabung bersama mereka ?” bisik Jieun.

“Sudahlah, akan terasa membosankan bukan jika hanya ada kita berdua, bayangkan saja ayam goreng yang enak itu” Jieun cemberut sejenak namun kemudian ia rela ditarik lengannya oleh Eun Bi menuju restoran ayam yang baru buka itu.

____

Jieun memakan ayamnya dengan lahap. Sementara  Joon myeon dan Eun Bi terlihat asik mengobrol disela-sela memakan ayam mereka. Hanya Sehun yang diam sedari tadi, membuat Jieun penasaran.
Ada apa lagi dengan anak ini ? Jieun memperhatikan Sehun yang memandangi ayamnya tanpa berniat memakannya.

“Hei, kalau tidak mau berikan saja padaku” ucap Jieun sembari mencodongkan tubuhnya membuat pandangan Sehun mendongak, lalu menggeser piringnya kehadapan Jieun.

“Kau serius ?” tanya Jieun namun Sehun tak menjawab. Tangannya justru menarik lagi piring itu tapi tangan Jieun mencegahnya.

“Kau tidak bisa mengambil apa yang sudah kau berikan” ucap Jieun dan tangan Sehun menjauh dari piring itu sehingga Jieun dapat menariknya kehadapannya lagi.

Perut sudah terisi. Mereka sepakat untuk menghabiskan waktu bersama. Lagi pula Jieun dan Eun Bi tak memiliki rencana lain setelah makan. Joon myeon mengajak mereka semua untuk berkaraoke.

Ruangan karaoke itu terlihat ramai apalagi saat Eun Bi dan Jieun bernyanyi lalu menari ala girlband namun tentu saja bukan kesan seksi yang timbul tapi justru kesan aneh yang bisa mengundang tawa. beberapa menit kemudian Jieun dan Eun Bi kembali duduk. Kini Joon myeon lah yang tengah bernyanyi. Namja itu terlihat canggung namun suara yang dihasilkan cukup mengejutkan. Suara namja itu merdu dan dalam. Eun Bi memperhatikannya dengan terkagum-kagum namun Jieun kembali memperhatikan Sehun yang duduk dengan pandangan kosongnya. Jieun rasa, sedari tadi Sehun tak menikmati semuanya. Tubuhnya memang disini, namun pikirannya seakan melayang entah kemana. Dan akhirnya Sehun beranjak lalu keluar ruangan. Jieun pun mengikutinya dengan berpamitan dulu pada Eun bi untuk ke toilet.

Jieun keluar mencari Sehun. Ia bergegas dan langkahnya terhenti saat melihat Sehun duduk dianak tangga yang mengarah keluar gedung karaoke. Jieun menghampirinya dan duduk disamping Sehun. Namja itu menoleh.

"Sebenarnya ada apa ?" Tanya Jieun.

"Aku mendengar semuanya. Ibu meminta Joon myeon untuk mengajaku jalan-jalan. Apakah itu artinya ibuku tidak menyukai kehadiranku disekitarnya ?"

Jadi karena itu dia murung... Ya ampun aku baru tahu namja menyebalkan ini ternyata melankolis sekali.

"Kenapa kau selalu berfikiran negatif. Mungkin maksud ibumu itu baik. Bukankah kau selalu menjaganya. Kau jarang menghabiskan waktu bersama teman-temanmu kan ? Dia hanya ingin melihatmu hidup seperti anak lainnya. Kau justru membuat ibumu sedih dengan menemaninya sepanjang waktu. Mungkin ibumu akan berfikir jika ia beban untukmu Sehun-ssi" Sehun menghela nafas namun tak ada lagi kalimat yang keluar dari mulutnya.

“Aku tahu, aku hanya terlalu takut kehilangan dia, aku terlalu menyayanginya” Jieun mengangguk.

“Kau mungkin sangat menyayangi ibumu tapi jangan buat rasa sayang itu menjadi beban bagi ibumu, Sehun-ssi”

“Apakah salah menyayangi ibuku sendiri ?”

“Kau tahu bukan itu yang kumaksud. Ayolah kau sudah dewasa, kau pasti mengerti” Jieun bangkit lalu menepuk bahu Sehun sesaat.

“Aku masuk dulu” lalu kembali keruang karaoke dimana Joon Myeon dan Eun Bi masih bernyanyi. 

To Be Continue ~

#Haaaiiii apa kabar ? gimana gimana ? ada yang nunggu lanjutan ff ini ? mian author ga bisa sering post ff lagi da lagi banyak tugas duh T.T tp klo lg ada waktu luang pasti bakal nyempetin buat ff. Seperti biasa, Saran dan Kritik ditunggu. See Ya !








Comments

  1. Ayo sehun deketin aja jieunnya udah kurang baik apa, pengertian iya, cantik iya, pinter iya, mandiri iya, paket lengkap kan? wkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wkwkwk... lengkap bgt Jieun mah disini. cuman penampilannya aja yg nerd :-D

      Delete
  2. Aku selalu buka iklannya lhoo setelah baca.

    ReplyDelete

Post a Comment