Sesampainya dirumah Jieun menghempaskan tas punggungnya di
sofa ruang tamu dengan raut masih terlihat kesal.
“YAAAK KAU PIKIR KAU HEBAT EOH !?” memekik tajam mengeluarkan
kekesalannya pada namja itu, namja bernama Sehun. Namja paling keras kepala dan
songong yang pernah ia temui. Jung Ha yang tengah memainkan ponselnya pun
beranjak mendengar teriakan kakaknya itu.
“Noona, kau kenapa ?” tanya sang adik.
“Huuhhh aku sedang kesal, tahu” ucap Jieun seraya
mendaratkan tubuhnya disofa yang sama.
“Bukan kah kau memang selalu kesal” ucap Jung Ha seraya
menyalakan televisi.
“YYAAKK, jangan membuatku kesal sekarang”
“Aku tak berbuat apa-apa pun sekarang kau sedang kesal kan”
gumam Jung Ha.
“Yaaakk !”
“O oke aku diam” Kakaknya benar-benar mengerikan saat sedang
marah. Kau tahu kan orang yang pendiam itu kalau marah seperti apa ? ya seperti
Jieun sekarang ini. Jieun masih merasa sebal, kesal, marah bercampur menjadi
satu. Ia menghembuskan nafasnya kasar. Ia benar-benar malas untuk berteman
dengan Sehun jika bukan karena olimpiade itu yang menyatukan mereka. Jieun
hanya berniat baik tapi selalu saja diabaikan.
Oke aku sudah
memutuskan.. masa bodoh dengan namja satu itu, aku tak perduli lagi. Jika
olimpiade kali ini sekolah gagal meraih medali emas, itu semua karena dirinya.
<<>>
Hari simulasi olimpiade pun tiba. Tidak seperti biasanya.
kali ini, sepulang sekolah, Jieun, Joon Myeon dan Sehun tidak lagi belajar
bersama melainkan mengerjakan soal yang jumlahnya tak bisa dibilang sedikit.
Bong ssaem mengawasi ketiga muridnya itu. hanya mengawasi tiga orang tentu
sangat mudah. Tak mungkin ada cela untuk bisa mencontek meski melirik teman
sebelahnya pun mustahil. Waktu untuk mengerjakan soal simulasi itu adalah 60
menit alias satu jam. Jieun terlihat serius. Ia banyak berhati-hati dalam
mengerjakan soal-soal dihadapannya. ia tidak akan mengisi jawabannya jika belum
benar-benar yakin. Sementara Joon Myeon kadang terlihat bingung meski beberapa
soal telah berhasil dijawabnya. Lalu bagaimana dengan Sehun ? namja itu
terlihat tenang namun sesekali menundukan kepala seperti seseorang yang ngantuk
tapi sedetik kemudian ia kembali mengerjakan soal-soal itu.
Waktu terus berjalan, begitu juga Bong ssaem yang sedari
tadi tak bisa diam karena mondar-mandir mengawasi ketiga murid didiknya itu. Ia
berharap semuanya mendapat nilai bagus, dengan begitu berarti ia sudah berhasil
mengajar ketiga muridnya itu. Beberapa menit telah berlalu dan Bong ssaem
melihat jam tangannya.
“Baiklah anak-anak kumpulkan jawaban kalian” Jieun
mendongak, menutup matanya sejenak lalu bangkit dan meletakan jawabannya diatas
meja Bong ssaem. Disusul Sehun dan Joon Myeon.
“Oke, untuk hari ini sampai disini saja. Nilai kalian akan
membuktikan apakah pembelajaran yang kalian lakukan selama ini berpengaruh atau
tidak. Selama tiga hari kedepan tidak ada lagi latihan namun hari ke empat
kalian harus kembali berkumpul disini diwaktu yang sama untuk memperoleh nilai
simulasi ini. Kalau begitu kalian boleh pulang”
Ada rasa lega saat ujian simulasi itu berkahir. Jieun
optimis meski ada beberapa soal yang ia ragu dengan jawabannya sendiri. Bong
ssaem pun keluar dari kelas seraya membawa jawaban ujian itu.
“Baiklah ! bagaimana kalau kita makan ramen untuk merayakan
hari ini ?” ucap Joon Myeon seraya menoleh pada Sehun dan Jieun bergantian.
“Tidak mau jika ada namja songong itu” ucap Jieun seraya
melirik Sehun.
“Cih.. siapa juga yang mau makan dengan yeoja sok pintar
sepertimu” balas Sehun. Pandangan sengit
pun tak terelakan lagi. Joon Myeon hanya bisa menghela nafas melihat kedua
orang itu kembali bertengkar. Sejak saat itu, sejak Sehun tak pernah datang
ketika belajar diluar sekolah. Ia tahu Sehun dan Jieun memiliki perdebatan.
Mereka tak pernah akur sejak Jieun menceritakan keluh kesahnya soal Sehun pada
dirinya.
“Heeyyy hentikan ! aku tidak mau tahu, kali ini kita bertiga
harus makan bersama, aku memaksa !” sebelum kedua orang itu kabur. Joon Myeon
pun menggenggam tangan mereka masing-masing dan berjalan ke arah kedai ramen
disebrang sekolah.
“Yaakk.. apa kau tidak berlebihan ? memangnya aku lansia
yang butuh digandeng seperti ini !?” protes Sehun namun Joon Myeon tak
menggubrisnya dan tetap berjalan dengan percaya dirinya seraya menyeret kedua
orang disampingnya itu. Sementara Jieun hanya menurut saja. ia sedikit malu
dengan beberapa pandangan yang mengarah pada dirinya.
Kenapa harus ada acara
bergandengan seperti ini sih, aiishh benar-benar memalukan.. batin Jieun. Dengan tangan kanannya dia sedikit menutupi wajahnya.
____
Sesampainya dikedai ramen. Joon Myeon memesan ramen untuk
mereka bertiga. Sementara Sehun dan Jieun saling duduk berjauhan dengan muka
masam mereka. Joon Myeon yang melihat hal itu kembali menghela nafas.
“Sampai kapan kalian akan begini ? Ingat, satu Minggu lagi
kita akan benar-benar mengikuti olimpiade loh.”
“Arra” ucap Jieun dan Sehun bersamaan membuat mereka
berpandangan sesaat lalu saling membuang muka. Joon Myeon lagi-lagi hanya bisa
menggeleng kecil.
Beberapa menit kemudian ramen pun datang. Asapnya bahkan
masih mengepul, benar-benar menggugah selera. Tak butuh berlama-lama, ketiga anak sekolah
yang kelaparan itu pun langsung menyantap ramen masing-masing. Setelah satu jam
dilewati dengan tegang akibat ujian
simulasi. Akhirnya mereka bisa mengisi perut juga.
“Hun, bagaimana kabar ibumu, apakah sudah membaik ?” tanya
Joon Myeon disela-sela makan. Jieun yang tidak mengerti dengan topik itu hanya
bisa memperhatikan dengan diam seraya memakan ramennya.
“Masih sama, aku benar-benar pesimis dengan keadaannya”
“Y yaak, mana boleh begitu. Aku yakin kau juga harus yakin
ibumu pasti bisa sembuh” Sehun menghela nafas seraya mengangguk pasrah.
Memang apa yang
terjadi dengan ibunya ?
Jieun hanya bertanya-tanya dalam hati karena ia sungkan
untuk bertanya secara langsung.
“Kau pasti penasaran ya ?” tanya Joon Myeon yang seakan tahu
arti pandangan Jieun pada Sehun. Jieun hanya nyengir.
“Ibu Sehun sudah cukup lama mengalami sakit, tubuhnya
semakin melemah saat melahirkan Sehun dan...” Joon Myeon terlihat melirik Sehun
sejenak.
“T tidak perlu diteruskan jika memang Sehun tidak
menginginkannya” maklum Jieun.
“Dan harusnya ibuku tidak boleh melahirkanku” lanjut Sehun
membuat Jieun memandangnya heran. Namja itu lalu mengaduk-aduk ramennya yang
tinggal setengah tanpa niat memakannya.
Dia pasti menyalahkan
dirinya sendiri karena hal itu batin Jieun
“Mana mungkin seorang ibu rela untuk tak melahirkan anak
yang berada dikandungannya. Apapun yang terjadi seorang ibu akan menjadi
seorang ibu yang akan mengorbankan nyawanya sendiri untuk anak-anaknya. Kau
harus tau itu Sehun-ssi. Kehadiranmu adalah kebagaiaan terbesar bagi ibumu”
ucap Jieun mencoba menghibur. permusuhan antara dirinya dan Sehun ia abaikan sejenak.
“Hahaha.. benar, benar sekali apa yang Jieun ucapkan.
Semangatlah Hun haha..” Joon Myeon mencoba mencairkan suasana yang mulai suram.
Ia menepuk bahu Sehun berulang kali untuk menularkan rasa semangatnya.
“Semangat Sehun-ssi” ucap Jieun dengan senyum kecilnya dan
tangan mengepal diudara ke arah Sehun. Entahlah saat mengetahui masalah Sehun,
Jieun menjadi iba dan mungkin sikapnya yang arogan selama ini untuk menutupi
kesedihannya.
“G gomawo” ucap Sehun yang hampir seperti bisikan. Membuat Jieun
dan Joon Myeon saling melirik lalu melempar senyum. Dan suasana kembali hangat,
bahkan setelah ramen itu habis. Mereka bertiga melanjutkannya dengan bermain
domino dimana Jieun yang selalu kalah karena ini pertama kalinya ia memainkan
permainan itu. alhasil wajahnya dipenuhi tepung yang Joon Myeon minta pada bibi
pemilik kedai. Karena tidak akan seru jika yang kalah tidak dihukum. Lihatlah
Jieun sekarang, ia tampak seperti geisha yang wajahnya dipenuhi bedak putih
namun dalam versi acak-acakan.
“Lihatlah wajahmu haha..” Joon Myeon tak henti-hentinya
tertawa.
“Bhahaha..” tambah Sehun.
“Bisakah kalian diam -_-“ Namun kali ini tidak ada rasa
kesal. Jieun tak menyesal karena sudah menghabiskan waktu dengan kedua namja
itu.
____
Awalnya Jieun menolak namun jika bukan karena Joon Myeon
yang memaksa, ia tak akan menebeng dengan kedua namja itu memakai mobil Sehun.
Karena rumah Joon Myeon yang paling dekat maka Sehun mengantarkan namja itu
terlebih dahulu.
“Daahh, hati-hati dijalan !” seru Joon Myeon setelah sampai
didepan rumahnya. Kini hanya tersisa Jieun yang duduk dijok belakang dengan
Sehun yang berada dikursi kemudi. Suasana tampak canggung dan hening.
“Mian” ucap Jieun membuat Sehun mengernyit. “Untuk apa kau
meminta maaf ?”
“Kalau boleh ku tebak, alasanmu menolak untuk belajar
bersama diluar sekolah waktu itu pasti karena ibumu. Kau pasti selalu
menjaganya saat ada waktu luang” Sehun menghela nafas.
“Benar. Tebakanmu benar tapi ku rasa aku juga sudah sedikit
keterlaluan padamu, mian”
“Jadi sekarang kita damai ?”
“Tentu, apa perlu ku kibarkan bendera putih ditengah
lapangan ?”
“Hahaha..” tawa itu berubah menjadi senyuman kecil. Diam-diam
Sehun pun mengulas senyum kecil. Suasana kembali hening, Perhatian Jieun kini
beralih pada pemandangan diluar jendela mobil. Sementara Sehun fokus menyetir.
20 menit kemudian mereka sampai didepan rumah Jieun. Jieun
memasuki rumahnya setelah mengucapkan terimakasih dan berpamitan dengan Sehun.
Awalnya Jieun akan mempersilahkan namja itu untuk mampir tapi sepertinya Sehun
tidak bisa karena akan langsung kerumah sakit.
“Siapa namja itu noona ?” tanya Jung Ha yang sepertinya baru
pulang sekolah karena bocah itu masih memakai seragam sekolahnya. Jung Ha
sempat melihat Jieun turun dari sebuah mobil. Seumur-umur Jung Ha belum pernah
melihat Jieun diantar seseorang apalagi menggunakan mobil. Hal itu cukup
membuatnya penasaran. Apa mungkin kakaknya yang kutu buku mulai memiki kekasih
?
“Kau baru pulang ?” tanya balik Jieun.
Jung Ha mengangguk “Aku bermain basket sebentar sebelum
pulang”
“Oh kalau begitu ayo masuk”
“Yaa.. kau belum menjawab pertanyaanku”
“Pertanyaan yang mana ?”
“Siapa yang mengantar noona pulang ?”
“Dia temanku yang juga akan mengikuti olimpiade bersamaku”
“Daebak, Hyung itu orang kaya yah ?” Jieun mengedikan bahu
lalu masuk kerumahnya meninggalkan Jung Ha yang masih berdiri didepan rumah.
____
Sepulang sekolah, Jieun memasak sebentar untuk dirinya dan
juga untuk adiknya. Dan saat masakan sudah matang Jieun dan Jung Ha makan siang
didepan tv karena terlalu membosankan jika makan diruang makan yang hanya ada
mereka berdua dirumah. Setidaknya suara televisi membuat suasana rumah menjadi
ramai.
“Bagaimana sekolah mu hari ini ?”
“Tidak ada yang spesial” jawab datar Jung Ha tanpa
mengalihkan perhatiannya dari televisi. Sebenarnya apa yang dialami Jung Ha
hari ini benar-benar tak bisa dibilang biasa. Sudah susah payah ia menulis
surat untuk gadis yang disukainya selama ini tapi yang ia dapatkan adalah
sebuah cemoohan yang kasar. Gadis itu, gadis bernama Seok Jin malah merobek
surat pemberiannya tanpa membaca isinya pula.
Aku tidak menyukaimu..
kalimat itu begitu membuat Jung Ha patah hati. Pertama kali ia menyukai
seorang gadis dan memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya dengan sebuah
surat namun justru ia langsung ditolak dan tanpa penjelasan. Itulah alasannya
ia bermain basket sebentar untuk menetralkan hatinya yang baru dipatahkan oleh
cinta pertamanya. Park Seok Jin. Beruntung ia cukup bisa mengatasinya.
“Tapi sepertinya ada sesuatu yang terjadi ya ?” tanya Jieun
saat memandang adiknya yang sedikit berbeda.
“Sudah kubilang tidak ada yang terjadi noona”
“Oke jika kau tidak mau cerita” Jieun beranjak karena
mangkuknya sudah kosong. Perutnya sudah terisi dan saatnya untuk mencuci baju. Beberapa
baju kotor sudah menumpuk dan belum sempat dicucinya. Bukan dengan tangannya
sendiri karena ia memiliki sebuah mesin cuci meski memang sudah cukup tua dan
patut diganti. Suaranya saja sangat
bising jika sedang mencuci. Tapi Jieun tetap mensyukurinya. Sudah punya
pun allhamdulilah :D
<<>>
Jieun dan Eun Bi tengah berada dikantin. Mengisi perut yang
lapar saat waktu istirahat tiba.
“Jadi tiga hari ini kau bebas ?” Jieun mengangguk
membenarkan.
“Bagaimana kalau kita jalan-jalan ?” usul Eun bi.
“Bukankah kau harus bekerja di toko ?”
“Kau kan tahu dalam satu minggu aku hanya bekerja 3 hari
disana dan hari ini aku juga bebas”
“Oh iya.. lalu kita akan jalan-jalan kemana, kau ada ide ?”
Jujur ia pun butuh hiburan untuk menyegarkan otaknya seusai menjalani uji
simulasi.
“Aku memiliki 2 kupon gratis direstoran ayam”
“Waah jinjja ?” Eun Bi mengangguk antusias.
“Baiklah kita kesana saja”
“Setuju” Dua gadis itu bersepakat untuk menghabiskan waktu
bersama setelah pulang sekolah. Jarang-jarang mereka memiliki waktu luang dan
menghabiskannya untuk jalan-jalan.
___
Dengan bekal dua kupon ditangan, Eun bi dan Jieun
mengunjungi restoran ayam yang belum lama buka. Namun raut wajah sumringah
keduanya berubah saat menyadari sesuatu. Terdapat panjang sekali antrian
direstoran itu. banyak orang yang berbaris memanjang sampai keluar resto demi
bisa makan dengan kupon gratis yang didapat.
“Mwoya ? banyak sekali yang mengantri” ucap Eun bi.
Sementara Jieun hanya memandang datar.
“Sudah ku duga”
“Mi mian, aku tidak tahu akan sebanyak ini yang mengantri”
Eun Bi benar-benar merasa bersalah.
“Kupon itu hanya berlaku satu hari, tentu saja semua orang
yang mendapatkannya akan datang hari ini juga” jelas Jieun.
“Kau tetap mau mengantri Ji ?”
“Yaa.. kau tidak kasihan padaku, aku sudah lapar” memelas
Jieun.
“Baiklah kita ke tempat lain saja” dua gadis itu pun berlalu
meninggalkan restoran dengan antrian panjang itu. berjalan entah kemana, yang
jelas mereka tengah mencari makanan murah dan enak plus banyak.
“Kita makan jajangmyeon saja bagaimana ?” usul Jieun saat
matanya melihat kedai bertuliskan nama mie berwarna hitam itu.
“Baiklah, aku juga sudah terlalu lapar” setelah bersepakat.
Jieun dan Eun bi pun menyebrang jalan menuju kedai yang Jieun maksud. Namun
saat kedua gadis itu akan memasuki kedai, mereka bertemu dengan Dam Bi dan
kawan-kawannya.
“Oooppss, lihatlah tikus-tikus ini sepertinya mereka sedang
kelaparan” ujar Dam Bi dengan kekehan kecil membuat Jieun dan Eun Bi hanya
menatap datar ketiga gadis dihadapan mereka.
Menyebalkan sekali
bertemu dengan mereka, membuat nafsu makanku hilang saja batin Jieun.
“Bukankah kalian juga tengah kelaparan para monster tikus ?”
balas Eun Bi.
“Yaakk beraninya kau menyebut kami monster tikus !?” pekik
Chorong.
“Yaaakk apa kau tuli ! temanmu itu juga menyebut kami tikus
!?” Balas Eun bi lagi. Tangan kanannya sudah mengepal karena kesal. Kau tahu
kan betapa ganasnya orang yang sedang kelaparan ? itulah yang Eun bi alami saat
ini.
“Hey sudahlah” Jieun mencoba menghalau Eun bi. Sangat tidak
nyaman dipandangi beberapa orang yang lewat. Jangan sampai mereka bertengkar
hebat dimuka umum seperti sekarang.
“Sebaiknya kita pergi, disini banyak tikus marah hiiy” ucap
Dam Bi seraya melirik Eun Bi dan berlalu dari hadapan mereka.
“Pergi sana, pergi yang jauh !”
“Jieun ?” kedua perhatian gadis itu teralihkan pada namja
yang memanggil Jieun.
“Joon myeon-ssi ? Sehun ? sedang apa kalian disini ?” tanya
Jieun.
“Harusnya kami yang bertanya. Apa mereka mengganggumu lagi
?” tanya Joon myeon. Keributan kecil itu
menyita perhatian Sehun dan Joon myeon. Saat mereka mendekat ternyata Jieun dan
para gadis itu lagi.
“Mungkin mereka merindukanku jadi mereka menggangguku”
“Haha.. kau ini” Diam-diam Eun bi menyenggol perut Jieun.
“Oh iya, kenalkan ini Eun Bi temanku”
“Oh annyeong Joon myeon imnida”
“Annyeong, aku Jang Eun Bi” ucap Eun Bi manis membuat Jieun
ingin sekali muntah. Gadis yang beberapa menit lalu bertengkar seperti macan
kini berubah menjadi kucing dihadapan Joon myeon.
“Ini Sehun” ucap Joon myeon.
“Kami sudah pernah bertemu”
“Oh begitu” lagi-lagi Eun Bi tersenyum seraya mengangguk
antusias. “Oia sebenarnya kalian mau kemana ?” lanjut Joon myeon.
“Awalnya kami akan makan gratis direstoran ayam sebrang
jalan tapi melihat antriannya panjang sekali. Perut lapar kami tidak bisa
kompromi dan memutuskan untuk makan jajangmyeon saja kkk~” jelas Jieun.
“Jinjja ? kami juga akan kesana, benarkan Hun ?” Sehun hanya
mengangguk malas.
“Sebaiknya jangan
tapi jika kalian kuat mengantri tidak apa sih”
“Ani, kami tidak akan mengantri. Pemilik resto itu adalah
saudara bibi ku jadi kami bisa masuk lewat pintu belakang kkkk~”
“Jinjja ? bolehkah kami ikut ? kurasa sia-sia membuang dua
kupon yang ku punya” ujar Eun Bi. Jieun memandang tak setuju.
“Tentu, tentu saja. Kajja !” Joon myeon dan Sehun berjalan
lebih dulu. Sementara Jieun membisikan sesuatu pada Eun bi yang terlihat
gembira.
“Yaakk untuk apa bergabung bersama mereka ?” bisik Jieun.
“Sudahlah, akan terasa membosankan bukan jika hanya ada kita
berdua, bayangkan saja ayam goreng yang enak itu” Jieun cemberut sejenak namun
kemudian ia rela ditarik lengannya oleh Eun Bi menuju restoran ayam yang baru
buka itu.
____
Jieun memakan ayamnya dengan lahap. Sementara Joon
myeon dan Eun Bi terlihat asik mengobrol disela-sela memakan ayam mereka. Hanya
Sehun yang diam sedari tadi, membuat Jieun penasaran.
Ada apa lagi dengan
anak ini ? Jieun memperhatikan Sehun yang memandangi ayamnya tanpa berniat
memakannya.
“Hei, kalau tidak mau berikan saja padaku” ucap Jieun
sembari mencodongkan tubuhnya membuat pandangan Sehun mendongak, lalu menggeser
piringnya kehadapan Jieun.
“Kau serius ?” tanya Jieun namun Sehun tak menjawab.
Tangannya justru menarik lagi piring itu tapi tangan Jieun mencegahnya.
“Kau tidak bisa mengambil apa yang sudah kau berikan” ucap
Jieun dan tangan Sehun menjauh dari piring itu sehingga Jieun dapat menariknya
kehadapannya lagi.
Perut sudah terisi. Mereka sepakat untuk menghabiskan waktu
bersama. Lagi pula Jieun dan Eun Bi tak memiliki rencana lain setelah makan.
Joon myeon mengajak mereka semua untuk berkaraoke.
Ruangan karaoke itu terlihat ramai apalagi saat Eun Bi dan
Jieun bernyanyi lalu menari ala girlband namun tentu saja bukan kesan seksi
yang timbul tapi justru kesan aneh yang bisa mengundang tawa. beberapa menit
kemudian Jieun dan Eun Bi kembali duduk. Kini Joon myeon lah yang tengah
bernyanyi. Namja itu terlihat canggung namun suara yang dihasilkan cukup
mengejutkan. Suara namja itu merdu dan dalam. Eun Bi memperhatikannya dengan terkagum-kagum
namun Jieun kembali memperhatikan Sehun yang duduk dengan pandangan kosongnya.
Jieun rasa, sedari tadi Sehun tak menikmati semuanya. Tubuhnya memang disini,
namun pikirannya seakan melayang entah kemana. Dan akhirnya Sehun beranjak lalu
keluar ruangan. Jieun pun mengikutinya dengan berpamitan dulu pada Eun bi untuk
ke toilet.
Jieun
keluar mencari Sehun. Ia bergegas dan langkahnya terhenti saat melihat Sehun
duduk dianak tangga yang mengarah keluar gedung karaoke. Jieun menghampirinya
dan duduk disamping Sehun. Namja itu menoleh.
"Sebenarnya
ada apa ?" Tanya Jieun.
"Aku
mendengar semuanya. Ibu meminta Joon myeon untuk mengajaku jalan-jalan. Apakah
itu artinya ibuku tidak menyukai kehadiranku disekitarnya ?"
Jadi karena itu dia murung... Ya ampun
aku baru tahu namja menyebalkan ini ternyata melankolis sekali.
"Kenapa
kau selalu berfikiran negatif. Mungkin maksud ibumu itu baik. Bukankah kau
selalu menjaganya. Kau jarang menghabiskan waktu bersama teman-temanmu kan ?
Dia hanya ingin melihatmu hidup seperti anak lainnya. Kau justru membuat ibumu
sedih dengan menemaninya sepanjang waktu. Mungkin ibumu akan berfikir jika ia beban
untukmu Sehun-ssi" Sehun menghela nafas namun tak ada lagi kalimat yang
keluar dari mulutnya.
“Aku
tahu, aku hanya terlalu takut kehilangan dia, aku terlalu menyayanginya” Jieun
mengangguk.
“Kau
mungkin sangat menyayangi ibumu tapi jangan buat rasa sayang itu menjadi beban
bagi ibumu, Sehun-ssi”
“Apakah
salah menyayangi ibuku sendiri ?”
“Kau
tahu bukan itu yang kumaksud. Ayolah kau sudah dewasa, kau pasti mengerti”
Jieun bangkit lalu menepuk bahu Sehun sesaat.
“Aku
masuk dulu” lalu kembali keruang karaoke dimana Joon Myeon dan Eun Bi masih
bernyanyi.
To Be Continue ~
#Haaaiiii apa kabar ? gimana gimana ? ada yang nunggu lanjutan ff ini ? mian author ga bisa sering post ff lagi da lagi banyak tugas duh T.T tp klo lg ada waktu luang pasti bakal nyempetin buat ff. Seperti biasa, Saran dan Kritik ditunggu. See Ya !
#Haaaiiii apa kabar ? gimana gimana ? ada yang nunggu lanjutan ff ini ? mian author ga bisa sering post ff lagi da lagi banyak tugas duh T.T tp klo lg ada waktu luang pasti bakal nyempetin buat ff. Seperti biasa, Saran dan Kritik ditunggu. See Ya !
Ayo sehun deketin aja jieunnya udah kurang baik apa, pengertian iya, cantik iya, pinter iya, mandiri iya, paket lengkap kan? wkwk
ReplyDeleteWkwkwk... lengkap bgt Jieun mah disini. cuman penampilannya aja yg nerd :-D
DeleteAku selalu buka iklannya lhoo setelah baca.
ReplyDelete