Moon and Star [Sequel Sun and Star]


Lee Jieun [IU] | Xi Luhan | Lee Jong Suk etc | Drama | Oneshoot


Previous Sun and Star

Hanya memandangnya penuh harap. Berharap dia jadi miliknya tanpa harus mengungkapkan semua kebenarannya. Itu adalah hal bodoh yang pernah Luhan pikirkan. Bagaimana bisa hal itu terjadi ? Sudah sejak lama seorang Jieun menyita hati dan pikiran Luhan. Kepribadiannya, tingkah lakunya, semua yang Jieun miliki membuat Luhan berfikir gadis itulah takdirnya. Namun Luhan tak pernah melangkah, tak pernah melewati batas bernama persahabatan. Orang bilang persabatan lebih abadi dibanding cinta. Tentu, tentu saja itu benar tapi apakah seseorang masih bisa bersahabat jika perasaannya sudah berubah menjadi cinta ?

Hal itulah yang kini Luhan alami. Yang tanpa lelaki itu sadari, Jieun pun merasakan hal yang sama.

“Hai” Luhan menoleh.

“Oh Hai Hana” Gadis berambut merah itu menghampiri Luhan yang tengah duduk dipinggir lapangan sekolah. Duduk sembari memperhatikan Jieun bermain voli bersama teman-teman satu kelasnya.

“Apa yang sedang kau lakukan disini ?” tanya gadis itu.

“Hanya mencari udara segar” ucap Luhan sembari tersenyum kecil.

“Apa kau tahu ? teman satu kelasku ada yang menyukai Jieun loh” kalimat itu sontak membuat perhatian Luhan teralihkan. Namja itu kini menatap Hana penasaran.

“Siapa ?” terkesan dingin dan penasaran yang menjadi satu.

“Lee Jong Suk, ketua osis kita”

Lee Jong suk ? kenapa dia menyukai Jieun ?

“Apa kau yakin ? bagaimana bisa kau tahu dia menyukai Jieun ?” Hana tersenyum kecil.

“Rahasiakan ini ya, Jong suk memintaku untuk memberikan surat yang ia buat untuk Jieun. Kurasa itu surat cinta karena amplopnya wangi dan berwarna merah muda” ucap Hana dengan sedikit berbisik padahal tak ada orang lain lagi disekitar mereka.

Luhan mulai khawatir. Bagaimana jika Jieun tahu ada yang menyukainya ? bagaimana jika ia menerima perasaan Lee Jong Suk ? Apa yang harus Luhan lakukan ? ia bahkan tak pernah berani mengakui perasaannya yang sesungguhnya pada Jieun.

“Hei kenapa kau malah melamun ?”

“E eoh ? a ani, apa kau sudah memberikan surat itu pada Jieun ?”

“Aku sudah meletakan surat itu didalam tasnya” ujar Hana seraya tersenyum kecil, merasa bangga pada dirinya sendiri karena telah berhasil melakukan misinya.

Gawat..

Hana mengernyit saat Luhan terlihat tidak senang dengan ide gadis itu. Apa mungkin Luhan memiliki ide yang lebih baik dari dirinya ?

"Hana-ya, aku lupa aku harus ke kantor guru. Kalau begitu aku tinggal dulu ya" Luhan bangkit dan beranjak terburu. Hana bahkan belum sempat bertanya untuk apa namja itu ke kantor guru.

Ada yang aneh dengan Luhan..

Hana tak ingin ambil pusing. Ia pun beranjak dari sana.

___

Luhan melangkahkan kakinya menuju kelas Jieun. Tidak bisa, ia tidak bisa membiarkan Jieun membaca surat itu. Luhan hanya tidak cukup berani jika Jieun menerima perasaan Jong Suk. Namun langkahnya terhambat saat tiba-tiba ia berpapasan dengan namja bernama Lee jong suk itu. Luhan memasang wajah kaku dan dingin sementara Jong suk tersenyum ramah, awalnya ia ingin menyapa Luhan karena Jong suk tahu jika Jieun berteman dengan namja itu namun melihat raut muka Luhan membuatnya mengurungkan niatnya itu. Jong suk masih memperhatikan Luhan yang melewatinya begitu saja dengan langkah tergesa.

Membuat tanda tanya dibenaknya. Kenapa Luhan begitu tergesa seperti itu?

Luhan akhirnya sampai didepan kelas Jieun. Ia menjulurkan kepalanya memandang ruang kelas itu dari luar melalui jendela.

Kosong..

Tentu saja kosong karena semua penghuni kelas itu tengah berolahraga dilapang sekolah. Luhan pun memasuki kelas itu dan ia menuju tempat duduk Jieun. Ia akan mengambil surat itu. Luhan bertekad Jieun tak boleh membaca surat dari Jong suk itu.

Luhan kembali menoleh memastikan tidak ada siswa lain yang memperhatikan.Namja itu segera menggeledah tas Jieun yang berada diatas meja.

“Luhan ?”

Oh tidak..

Luhan mulai berdebar, ia menghirup udara dalam-dalam dan menghembuskannya pelan. Namja itu berbalik dan menampakan senyum pada gadis yang menyebut namanya itu. sementara gadis yang tak lain adalah Jieun hanya mengernyit pelan mamperhatikan Luhan.

“Sedang apa kau disini ?” tanya Jieun curiga.

“A aku.. aku hanya..” Luhan berfikir keras.

Apa yang harus kukatakan ? tak mungkin Luhan mengaku tujuannya disana adalah untuk mengambil surat cinta Jong Suk di tas Jieun. “Aku hanya disuruh guruku untuk mengambil penghapus white board. Iya benar” Luhan melesat mengambil penghapus yang ia maksud dimeja guru lalu berpamitan pada Jieun. Namun Jieun masih merasa ada yang aneh dengan sikap Luhan yang mencurigakan dan seperti orang yang tengah kepergok karena melakukan sesuatu yang tidak ingin diketahui.

“Dia mencurigakan” ucap Jieun seraya melangkah menuju bangkunya. Ia duduk disana melepas lelah setelah berolahraga. 

____

Setelah keluar dari kelas Jieun, Luhan merutuki dirinya sendiri. Ia mengeluh pada dirinya sendiri karena belum sempat mengambil surat yang ada didalam tas Jieun. Luhan sudah melihatnya namun sebelum ia sempat mengambil surat itu Jieun datang diwaktu yang tidak tepat.

Aiishh apa yang harus kulakukan sekarang ?

Awalnya Luhan optimis dapat mengambil surat itu tapi sialnya Jieun memergokinya. Satu hal yang Luhan tidak tahu adalah saat ia beranjak menuju kelas Jieun disaat itulah pelajaran olahraga Jieun berakhir, membuat Jieun dan teman satu kelasnya meninggalkan lapang sekolah.

___

Seperti biasa, Jieun dan Luhan pulang bersama. Luhan selalu mengantarkan gadis itu ke tempat kerjanya. Kadang menunggui Jieun sampai selesai bekerja.

Didalam bus, Jieun masih memperhatikan Luhan yang tidak seperti biasanya. Seakan ada yang tidak Jieun tahu. Jieun penasaran apa yang tengah namja itu pikirkan.

Apa ia sedang memikirkan Hana ?

Jieun melihatnya, melihat Luhan mengobrol bersama Hana saat ia berolahraga dilapangan sekolah. Jieun sedikit penasaran dan.. sebal melihatnya. Apa yang mereka bicarakan ? kenapa Hana dan Luhan menjadi dekat seperti itu. Jieun ingin tahu.

“Han..”

“Eoh ?”

“Kau kenapa ?” Luhan mengernyit.

“A aku tidak apa-apa”

“Benarkah ? sepertinya kau tengah memikirkan sesuatu”

Aku sedang memikirkan apakah kau sudah membaca surat itu atau belum ..

“Ti tidak, tidak ada yang kupikirkan kok”

Apa kau berbohong padaku .. apa kau tengah memikirkan Hana ?

Jieun dan Luhan hanya memikirkan apa yang ada dibenak mereka tanpa tahu kebenarannya.

<<>> 

Jieun tengah membereskan dan memilih buku untuk pelajaran esok hari sementara adik kecilnya tengah mengerjakan PR.

“Noona”

“Eoh ?”

“Kapan kita menjenguk kakek ?” Tanya Jiho, adik laki-laki Jieun. Sudah sekitar satu bulan lalu, Jieun menempatakan kakeknya yang mengidap alzaimer dirumah sakit karena Jieun sudah tidak sanggup merawatnya. Jieun bahkan pernah panik karena kakeknya itu keluar rumah dan mungkin tidak ingat saat akan kembali kerumah. Jieun mencarinya sampai tengah malam. Beruntung ia menemukan sang kakek tengah berdiri kebingungan didepan warung kaki lima. Jieun mengikuti saran para tetangganya untuk menempatkan sang kakek dirumah sakit agar dirawat dan dijaga tenaga ahli. Jieun pun sempat ragu namun akhirnya ia memilih usul itu demi kebaikan bersama meski hal itu membuat Jieun harus bekerja lebih keras karena harus membayar biaya perawatan sang kakek.

“Bagaimana jika Minggu besok ?” Jiho mengangguk setuju, Jieun tersenyum seraya mengacak rambut adiknya itu gemas. Jieun beralih pada buku yang sudah disusunnya. Ia membuka tasnya, mengeluarkan buku pelajaran hari ini dan menggantinya dengan buku yang sudah disusunnya. Ia mengernyit saat ada sebuah benda yang terlihat seperti surat, jatuh dari dalam tasnya. Jieun pun mengambilnya, membolak balik surat itu namun ia tak menemukan nama pengirim surat berwarna pink tersebut. Jiho mendongak menatap kakaknya yang terlihat kebingungan menatap sebuah surat.

“Itu surat cinta, noona” ujar Jiho membuat Jieun memandangnya. Bahkan adiknya lebih tahu dari pada Jieun.

“Surat cinta ?” Jiho mengangguk yakin dan kembali fokus pada PR nya.

Mwo.. siapa yang memberiku surat cinta ini.. apa mungkin ...

Tiba-tiba Jieun memikirkan Luhan, namja itu terlihat mencurigakan tadi siang. Tanpa perlu menunggu lagi, Jieun pun membuka surat itu. membacanya namun dugaannya salah, bukan dari Luhan tapi dari-

Lee Jong Suk ?

Jieun kembali membaca surat itu sampai selesai.

D dia menyukaiku .. ?

Jieun cukup dibuatnya terkejut. Ia mengenal Jong suk, tentu saja. siapa yang tidak mengenal namja itu, namja yang kini menjabat sebagai ketua osis disekolahnya. Namja tampan dan ramah itu menyukai Jieun ? Jieun bahkan masih belum percaya.

Atau ada seseorang yang mencoba mengerjaiku ?

Jieun meletakan surat itu keatas meja belajarnya dan memikirkan kebenaran surat itu.

Tapi bagaimana jika surat itu memang berasal dari Jong Suk ?

Jieun menghela nafas berat.

Kenapa bukan Luhan yang menyukaiku ..

Sadarlah Jieun, dia hanya menganggapmu teman tidak lebih.

Mana mungkin anak orang kaya itu menyukai gadis miskin sepertiku..

Jieun mencoba berfikir realistis. Jieun terlalu pesimis dengan dirinya sendiri. Cinta adalah sesuatu yang mewah baginya. Memikirkan hidupnya saja Jieun kerepotan apalagi memikirkan cintanya pada Luhan yang notabenya adalah anak orang berada.

Jieun menoleh memandang adiknya yang kini menonton televisi karena sudah menyelesaikan PR nya. Bukan saatnya untuk cinta-cintaan tapi keluarga yang tersisalah yang harus Jieun perhatikan saat ini. Bahkan Jieun tak punya waktu untuk menghabiskan waktu dengan kakek atau adiknya. Kadang Jieun tak tega saat meninggalkan adiknya yang masih kecil itu untuk bekerja paruh waktu. Tapi memang itulah keadaannya. Ia tak punya pilihan. Semuanya akan lebih kacau jika ia tak bekerja.

Namun Jieun tetaplah seorang gadis yang ingin diperhatikan dan memiliki kekasih seperti kebanyakan remaja lainnya. Entah kenapa semakin hari semakin berat saja memendam perasaannya pada Luhan.

“Noona”

“Eoh ?”

“Ada yang mengetuk pintu” Jieun mengernyit seraya beranjak dari duduknya.

Malam-malam begini, siapa yang bertamu..

Tidak seperti biasanya. Tak pernah ada tamu saat malam tiba. Jieun membuka pintunya dan sedikit terkejut saat memandang namja yang berdiri sembari menampakan senyumannya.

“Malam Jieun-ssi”

“Jong suk-ssi ?” gumam Jieun.

____

Jong suk datang kerumah Jieun karena ada yang ingin ia bicarakan. Namja itupun mengajak Jieun untuk pergi ke taman seraya berjalan-jalan malam. Jieun menyetujuinya. Namun mereka hanya diam saat berjalan menuju taman.

“K kau sudah membaca surat dariku ?” tanya Jong suk memecah keheningan. Ia memandang Jieun yang sedari tadi tak membalas pandangannya. Jieun mengangguk pelan.

“B bagaimana ?” Tanya Jong suk dengan sedikit kekhawatiran dan kecemasan. Sudah lama ia memperhatikan Jieun namun Jong suk tak pernah berani mengungkapkan isi hatinya. Baru kali ini ia berani, itupun melalui sebuah surat karena jika ia mengungkapkannya secara langsung ia rasa ia tak akan mampu.

“...” Jieun diam beberapa saat. Ia tak langsung menjawab pertanyaan Jong suk.

“Pasti ini terlalu mengejutkan bagimu, kita bahkan tidak mengenal satu sama lain” tambah Jong suk mencoba memaklumi.

“Bukan itu, Jong suk-ssi.. aku hanya, aku memiliki perasaan untuk orang lain” lirih Jieun. Kini Jieun berani mengangkat wajahnya, ia ingin tahu bagaimana reaksi namja disampingnya itu. Jong suk hanya diam, meneguhkan hatinya agar tak terlalu kecewa mendengar jawaban Jieun.

“Mian” tambah Jieun. Jong suk menoleh dan tersenyum kecil.

“Tidak apa, Ouh aku tidak tahu jika rasanya sesakit ini ditolak seorang gadis haha” Jieun menatap khawatir pada namja itu.

“Sekali lagi maafkan aku” Jong suk mengangguk.

“Tapi bisakah kita berteman mulai sekarang ?”

“T tentu saja..” Jieun tidak menyangka jika namja itu tidak membencinya dan justru mengajukan pertemanan.

“Good” Jieun menoleh lalu tersenyum kecil.

Jong suk masih hancur. Ia tak pernah menyangka akan ditolak secepat itu. namun ia mencoba tabah. Setidaknya kini, ia bisa lebih dekat dengan Jieun meski hanya sebagai teman. Meski cintanya tak terbalas tapi hanya berada didekat gadis itu sudah membuatnya cukup bahagia. Namun ia penasaran, siapa yang Jieun sukai hingga langsung menolak dirinya. Jong suk kira ia cukup populer untuk disukai sebagian gadis disekolahnya tapi ternyata hal itu tidak berlaku untuk Jieun karena nyatanya gadis itu sudah memiliki seseorang yang spesial dihatinya.

“Jadi kau bekerja paruh waktu ?” Jieun mengangguk seraya memakan ice cream yang Jong suk beli untuknya.

“Kau hebat sekali Jieun-ssi” Jieun tersenyum miris.

“Bukan hebat, aku hanya tidak memiliki pilihan. Aku harus bekerja keras jika aku ingin hidup”

“Ah.. aku baru ingat. Ayahku memiliki sebuah restoran kecil, kalau kau mau aku bisa berbicara padanya agar kau bisa bekerja disana” Jieun tampak tertarik dengan tawaran Jong suk.

“Tapi aku tak bisa bekerja sepanjang hari. Aku hanya bisa bekerja setelah pulang sekolah atau malam hari” Jong suk menggeleng.

“Gwencaha, aku akan berbicara pada ayahku dan menjelaskan semuanya. Lagi pula kurasa gajinya lumayan dibanding dengan bekerja paruh waktu”

“Kurasa juga begitu. Ah gomawo Jong suk-ssi, Kau sangat baik hati”

“Ahaha.. jangan memujiku dulu, aku bahkan tidak tahu apakah ayahku akan memperkerjakanmu atau tidak” Jieun tersenyum.

“Ne, sekali lagi gomawo, chingu”

Ada rasa senang namun menyakitkan saat Jong suk mendengar kata chingu yang keluar dari mulut Jieun. Namun lagi-lagi Jong suk mencoba berlapang dada dan meneguhkan hatinnya. Ia bertekad akan meyakinkan ayahnya agar menerima Jieun bekerja direstoran keluarga mereka sehingga ia akan menjadi lebih dekat dengan Jieun.

<<>> 

Luhan melihat ada hal yang aneh. Entah kenapa akhir-akhir ini Jieun dan Jong Suk terlihat lebih dekat. Jieun bahkan memanggil Jong suk untuk bergabung bersama dimeja kantin yang biasanya hanya ada Jieun dan Luhan disana. Jieun seakan mengabaikan Luhan, dikantin pun gadis itu asik mengobrol dengan Jong Suk dan tak mengindahkan kehadiran Luhan yang hanya bisa meminum jus jeruknya seraya manyun memperhatikan mereka berdua mengobrol.

___

Luhan masih memperhatikan Jieun yang terlihat serius menyalin buku dihadapannya. Mereka tengah berada diperpustakaan kota. Jieun dan Luhan memang memiliki agenda untuk mengunjungi perpustaakn kota satu minggu sekali.

“Ji..”

“Hmm” Jieun hanya menjawab dengan gumaman tanpa menatap Luhan.

“Kau dan Jong Suk.. apakah kalian sedang ... bersama ?” Luhan ragu menanyakan hal itu tapi ia penasaran dengan kedekatan mereka.

“Bersama bagaimana maksudmu ?”

“Ya.. apakah kalian.. memiliki hubungan ?” tanya Luhan hati-hati. Sementara Jieun terkekeh kecil.

“Kami hanya teman” Luhan tidak puas dengan jawaban itu. ia tak percaya begitu saja ucapan Jieun.

“Benarkah, sejak kapan, bukankah kalian tidak satu kelas ?” Jieun mendongak. Ia tersenyum menatap Luhan.

“Apakah kau cemburu karena aku memiliki teman lain ?”

“Y yaak.. siapa juga yang cemburu” Jieun kembali menatap buku dihadapannya.

Aku suka saat melihatmu cemburu seperti ini.. meski aku tahu kau hanya cemburu karena aku memiliki teman dekat selain dirimu. Batin Jieun

Apa Jieun dan Jong Suk sedang masa pendekatan ? apa hal itu terjadi karena Jieun sudah membaca surat dari namja itu ? Aiishh ini semua membuatku gila.. Batin Luhan.

Drrt Drrt.. ponsel lama Jieun terlihat bergetar membuat perhatian Jieun dan Luhan tertuju pada ponsel itu. Jieun pun meraihnya dan menempelkan ke telinga.

“Hallo”

Jieun, aku memiliki kabar gembira untukmu”

“Kabar gembira apa ?”

“Ayahku menyetujui permintaanku untuk memperkerjakanmu. Ia juga bilang tidak apa-apa jika kau hanya bisa bekerja setelah pulang sekolah”

“J Jinjja !?”

“Eoh”

“Waahh jinjja jinjja gomawo Jong suk-a”

“Kalau begitu aku kerumahmu nanti malam untuk membicarakan kelanjutannya”

Luhan masih memperhatikan Jieun. Ia kembali kesal, melihat reaksi Jieun yang berlebihan seperti itu apalagi setelah mengetahui bahwa yang menelpon adalah Jong suk. Luhan rasa firasatnya benar tentang mereka yang tengah masa pendekatan. Jieun bahkan sudah memanggil namja itu dengan sapaan akrab.

“Baiklah” Jieun pun menutup sambungan telepon itu dan mengernyit saat ia hendak bercerita pada Luhan tentang kabar bagus yang didapatnya namun Luhan malah beranjak meninggalkan Jieun tanpa sepatah katapun.

“Lu !”

“Hey, kau mau kemana !?” pekik Jieun yang malah mendapat tatapan tajam dari pengunjung perpustakaan lain.

Aiish sebenarnya kenapa dengan namja yang satu itu..

Jieun tak ingin menyusul Luhan. Jieun pun merasa kesal karena tiba-tiba namja itu meninggalkannya tanpa penjelasan atau sekedar berpamitan. Jieun memandang jam ditangannya. Ia menutup buku itu ketika tahu saatnya ia bekerja paruh waktu. Setelah meletakan buku itu kembali ke raknya. Jieun pun meninggalkan perpustaan kota dan berjalan menuju halte. Di dalam bus, sesekali ia memijat bahunya. Jieun merasa pegal dan sedikit mengantuk.

Ia mencoba untuk tidak tidur. Jieun khawatir jika ia tidur, bisa-bisa ia melewatkan halte berikutnya, dimana dia akan turun. Jieun mengalihkan rasa kantuknya untuk memikirkan Luhan. ia pun meraih ponsel lamanya. mengetikan beberapa huruf dan mengirimnya ke Luhan.

Hey, apa kau sedang datang bulan wkwk .. ada apa sebenarnya ? kau terlihat marah padaku, tapi kenapa ? maafkan jika aku mengatakan dan berbuat salah sehingga menyinggungmu. Kira-kira seperti itulah isi pesan singkat yang Jieun kirimkan pada namja itu. 2 menit berlalu namun tak ada balasan seperti yang Jieun harapkan. lagi-lagi membuat mood Jieun makin buruk.

Masa bodoh.. kau benar-benar kekanakan Lu.. umpat Jieun seraya memandang layar ponselnya.

___

Hari ini Jieun bekerja paruh waktu ditaman hiburan. Bayarannya lumayan  namun ia harus berdiri sepanjang hari dengan kostum badut menyambut para pengunjung atau sekedar menuruti permintaan pengunjung untuk berfoto bersama.

Sudah sekitar satu jam Jieun berdiri, sesekali berputar dan bergoyang saat ada anak kecil menghampirinya. Jieun tidak tahu jika memakai kostum badut begitu panas. Punggungnya bahkan sudah berkeringat dan pegal. bukan hanya itu kakinya pun kesemutan sedari tadi.

Jieun kembali bergoyang saat sekumpulan anak taman kanak-kanak menghampirinya bersamaan. Ia kewalahan saat beberapa anak menariknya disisi kanan dan kiri. Melihat begitu banyak anak yang mengelilinginya, tiba-tiba membuat Jieun merasa pusing dan Brugg. Jieun jatuh pingsan. Orang-orang menghampiri Jieun yang sudah tergeletak. Salah satu dari orang-orang itu membuka penutup kepala Jieun.

“Agashi.. agashi...” orang itu mencoba menyadarkan Jieun namun tak berhasil.

Muncul seseorang dari balik kerumunan. Memandang Jieun untuk meyakinkan diri apakah Jieun adalah orang yang dikenalnya.

“Jieun ?”

____

Jieun mengerjap pelan. Ia melihat dalam remang ada dua namja yang duduk disamping tubuhnya yang berbaring. Jieun beralih memandang tangannya yang dipasang selang infus. Setelah pandangannya jelas, ia dapat melihat bahwa dua namja disampingnya itu adalah Luhan dan Jong suk.
Melihat Jieun sadar. Luhan dan Jong suk langsung mendekat.

"Apakah kau tidak apa-apa ?" Ucap dua namja itu bersamaan. Membuat keduanya berpandangan sesaat namun kembali memandang Jieun membuat gadis itu tersenyum  melihatnya. Jong Suk menghubungi Luhan saat ia menemukan Jieun pingsan ditaman hiburan. Jong Suk tak sengaja berada disana karena tengah mengantarkan sepupunya bermain dan ia penasaran saat mendapati beberapa orang yang mengerubungi seorang badut yang pingsan, ia terkejut menyadari orang itu adalah Jieun. Jong Suk pun membawa Jieun kerumah sakit.

"Mana mungkin aku kenapa-napa jika dua sahabatku ini ada disampingku" Luhan dan Jong suk hanya tersenyum paksa menanggapi ucapan Jieun.

"Kau terlalu keras bekerja. Kau itu bukan robot Jieun, kau juga harus memperhatikan tubuh mu" ucap Luhan sembari menampakan Raut cemasnya. Jieun hanya mengangguk mengiyakan.

"Apa kau sudah makan ? Kau Mau kubelikan sesuatu ?" Tanya Jong suk membuat Luhan memandangnya malas.

Sok perhatian..

"Sebenarnya aku memang lapar. Bisakah kau membeli beberapa roti kacang merah untuk ku Jong suk-a" pinta Jieun.

"Tentu" Jong suk pun beranjak dari sana namun langkahnya terhenti saat Luhan menahan lengan namja itu.

"Biar aku saja yang membeli nya" namun lengan lemah Jieun menahan Luhan.

"Biarkan Jong suk saja yang membelinya untuk ku. Jong Suk-a pergilah" namja itu mengangguk Seraya tersenyum. Sejenak memandang Luhan datar. Sementara Luhan merasa diabaikan. Biasanya dialah yang Jieun andalkan. Biasanya dialah yang Jieun mintai tolong. Biasanya hanya ada Luhan namun sekarang ?

Luhan tidak bisa memendamnya lagi. Hatinya sakit tiap kali melihat Jong suk berada didekat Jieun. Luhan tidak rela.

"Apa Jong suk begitu berarti bagimu ?" Tanya Luhan tiba-tiba. Raut namja itu begitu serius.

"Apa maksudmu ?"

"Apa kau menyukai namja itu?"

"Tidak, sudah kubilang dia hanya teman sama sepertimu" Luhan tersenyum miris.

"Aku tahu.. Aku hanya teman. Tapi kenapa begitu sakit melihatmu menempel terus pada namja itu"

"A apa maksud mu Lu ?" Luhan menatap intens manik mata Jieun.

"Aku menyukaimu Ji.. Dan mungkin sudah terlalu menyukaimu sejak dulu. Aku memendamnya karena kita bersahabat sejak lama. Aku tidak ingin merusak semuanya. Tapi aku sudah tidak bisa lagi. Aku muak melihatmu bersama namja itu !"

J jadi selama ini Luhan menyukaiku ?

Luhan berniat meninggalkan Jieun namun-

"Apa kau tahu aku menolak Jong suk karena dirimu" Luhan terdiam. Ia memandang Jieun lama. Jieun pun membalas tatapan itu.

"Kau tahu kan kita berbeda ? Kau juga tahu jika cinta adalah sesuatu yang mewah bagi gadis miskin sepertiku. Tapi rasa itu terus saja berontak, aku tidak bisa menghilangkan rasa suka ku padamu begitu saja"

J jadi selama ini Jieun juga menyukaiku.. ?

Jong suk berdiri diambang pintu. Baru saja ia akan masuk kembali ke ruangan itu karena ia lupa mengambil uangnya didalam tas. namun kata-kata Jieun memperjelas semuanya. Kenapa gadis itu menolak dirinya dan siapa namja beruntung itu. Namja yang berada di hati Jieun.

Jong suk mengurungkan niatnya. Ia memilih duduk dikursi lorong rumah sakit. Memberikan kepada dua orang yang bersahabat itu mengungkapkan perasaan mereka yang sebenarnya. Namun beberapa detik ia duduk, hatinya mulai resah. Ia tak bisa berdiam diri seperti itu. Jong suk menggeleng kecil, ia beranjak dan berjalan keluar rumah sakit. Mungkin udara luar mampu membuat hatinya sedikit terobati.

"J jadi selama ini kita saling menyukai dan-" ujar Luhan.

"Tidak saling tahu" lanjut Jieun.

"Kurasa begitu" timbal Luhan.

Entah mengapa ucapan itu membuat Jieun dan Luhan tersenyum kecil namun syarat akan penyesalan. Kenapa perasaan mereka tidak terbuka sejak dulu, kenapa baru sekarang. Kenapa mereka menyiksa diri masing-masing dengan memendam cinta itu begitu lama. Jika saja mereka memiliki keberanian yang sama mungkin tak perlu sesakit ini memendamnya.

"Kita ini aneh ya"

"Seperti matahari dan bintang, berada dilangit yang sama namun tak pernah pernah bertemu” ucap Jieun dengan senyum yang entah mengapa membuat matanya berkaca-kaca. Luhan tersenyum kecil lalu ia meraih tangan mungil gadis itu.

“Jieun kau tahu, aku akan selalu ada untukmu, apapun yang kau rasakan. Entah sedih atau senang bersandarlah padaku. Selama ini aku selalu berharap kau mengeluarkan semua kesedihanmu dihadapanku”

“Aku selalu berusaha kuat agar kau tak memiliki pikiran bahwa aku ini gadis cengeng. Kau tahu kenapa aku melakukannya. Aku melakukannya agar kau tak menjauhi gadis miskin ini” Luhan terdiam. Kini mereka tahu perasaan masing-masing. Tahu kebenarannya seperti apa. Karena sebaik apapun yang kita pikirkan, belum tentu orang lain berfikiran sama.

Jieun rasa ini waktunya untuk membuka hatinya. Masa bodoh dengan kaya dan miskin. Masa bodoh dengan sesuatu yang mewah jika ia memiliki kekasih. Luhan pun tahu Jieun. Namja itu pasti akan mengerti bahwa bukan hanya cinta yang ada dihidupnya. Jieun akan mencobanya. Mencoba sesuatu yang baru, sesuatu bernama cinta. Dan cinta itu melekat bersama namja bernama Luhan. Namja yang selalu ada disampingnya, menemaninya, menjaganya dan menjadi temannya cukup lama meski Luhan tahu mereka berbeda kasta. Namun keduanya tak saling tahu jika mereka memiliki perasaan yang sama yang tak terungkapkan hingga semuanya berakhir hari ini.

<<>> 

Memandang Luhan menyuapi bubur pada kakeknya membuat Jieun tersenyum penuh arti. Apalagi melihat Jiho begitu akrab dengan Luhan karena mereka sudah mengenal lama.

Jieun mengupas apel dan membawanya kehadapan ketiga namja berbeda umur itu. Tiga namja yang amat Jieun sayangi.

"Apelnya dataang.."

"Woah" kagum Jiho, bocah itu mengambilnya sementara Jieun menyuapkan satu potongan kecil pada kakeknya. Luhan tersenyum kecil, ia pun mengambil dan menyuapkan irisan apel itu pada Jieun.

___

Jieun dan Luhan duduk dikursi taman rumah sakit Seraya memperhatikan Jiho yang berlari-lari bersama anak lain yang ia temui dirumah sakit itu.

"Ini kencan pertama kita, kau pasti menyesal karena menghabiskannya dirumah sakit" ucap Jieun.

"Dikuburan pun asal bersamamu aku tidak keberatan" Jieun terkekeh kecil.

"Kalau begitu minggu depan kita berkencan dikuburan"

"Y yaak.. Kau tidak serius kan" Jieun kembali terkekeh. Perlahan Jieun meraih lengan namja itu dan menggenggamnya.

"Terimakasih karena sudah menyukaiku apa adanya. Kau tahu, aku benar-benar beruntung mendapatkan cinta yang kuinginkan" Luhan membalas genggaman Jieun ditangannya.

"Aku juga merasakan hal yang sama. Terimakasih karena menerima cinta yang kau Anggap sesuatu yang mewah. Aku tidak akan mengecewakanmu. Aku akan menjadi namja yang selalu kau inginkan" Jieun mengangguk. Dari mata turun ke hati. Hanya dengan berpandangan kedua sepasang kekasih itu berbagi cinta yang selama ini hanya bisa mereka pendam. Seperti sebuah burung yang terbang bebas saat keluar dari sangkar, seperti itulah perasaan mereka saat ini.

"Kau tidak ingin memeluk ku ?"

"Ini rumah sakit Xi Luhan"

"Ahehe.. Aku hanya bercanda" Luhan mengacak rambut Jieun gemas. Menggenggam tangan mungil itu semakin erat dan tak akan ia lepaskan lagi. Cinta yang tak pernah ia dapatkan akhirnya berada digenggamannya. Meski hal itu membuat kata sahabat menjadi hilang namun Luhan tidak menyesal. Meski ia tidak tahu kelanjutan cinta ini, ia tak akan pernah menyesal karena sudah mengungkapnya. Begitupun yang Jieun rasakan. Meski beban hidupnya teramat berat namun ia percaya cinta Luhan mampu meringankannya. Mungkin akan banyak masalah yang akan datang namun Jieun tak pernah menyesal membuka hatinya untuk Luhan.

Matahari itu berubah menjadi bulan sehingga ia bisa bertemu dengan bintang dan mengetahui bahwa mereka berada dilangit yang sama.

The End



Comments

Post a Comment