Drama, Romance, PG 16 | Lee Ji Eun,
Ahn Jae Hyun | Oneshoot.
Mulut itu masih tak Mau diam,
mengunyah permen karet yang sebenarnya sudah tak manis lagi. Meniupnya sesekali
dan kembali mengunyah. Rambutnya panjang namun berantakan, terikat dengan ikat
rambut yang kumal dan kecoklatan. Memakai jaket olahraga yang kebesaran.
"Hoy !" tampak seseorang
memanggil nya, memanggil gadis bernama Lee Jieun, ia menatap sang pemilik
suara.
"Siapa kau ?" bertanya
dengan kening mengernyit.
"Ey kau tidak ingat aku ?"
Jieun makin mengernyit Seraya menatap namja itu lekat. Memang namja itu siapa ?
Apakah ia salah satu menteri hingga Jieun harus mengingatnya ? Bahkan anak
presiden pun Jieun tidak tahu siapa namanya apalagi wajah-wajah menteri. Oke
hentikan membicarakan pemerintah, Jieun tidak akan mengetahuinya karena nilai
pelajaran kewarganegaraannya termasuk dibawah rata-rata.
Jieun masih diam lalu menggeleng
pelan. Diam dengan masih mengunyah permen karet dimulutnya.
"Ini aku Prince Oppa"
"Prince ... Oppa ?" Jieun
mengulang kata-kata namja itu Seraya berfikir.
"Ah ! Aku tahu " dan namja
itu tersenyum melihat reaksi yang ia inginkan dari gadis dihadapannya.
"Kau yang berhutang padaku kan
!" senyum diwajah namja itu menghilang tergantikan wajah datar. Gadis itu
memang belum berubah bahkan sampai beranjak dewasa seperti sekarang.
"Yaaakk !" namja itu
berteriak keras hingga Jieun sedikit memundurkan tubuhnya.
"Ka-" Jieun hendak protes
namun ia keduluan. Lagi-lagi namja itu membuka mulutnya lebih cepat dari Jieun.
"Aku Jaehyun, bodoh ! Ahn
Jaehyun, apa kau sudah lupa ?" Jieun mengedipkan matanya beberapa kali,
seolah terkejut sekaligus tak percaya. Jaehyun ? Prince Oppa ? Ah iya sekarang
dia ingat. Jadi namja dihadapannya itu Prince Oppa yang dulu selalu bermain
petak umpet dengannya ? Jieun memandang dari ujung kaki hingga kepala namja itu
dan-
"Aaaaa Oppaaaaaa ... !"
berteriak histeris dengan memberondong memeluk namja tinggi dihadapannya.
Itulah reaksi Jieun setelah termenung dan mengedip beberapa kali. Membuat senyum namja itu kembali mengembang
diwajah tampannya.
<<>>
Hari senin tidak lagi seseram
biasanya, sebagai seorang siswa seperti Jieun, hari Senin adalah hari yang
horror. Kau harus bangun pagi dan tidak boleh terlambat, berdiri sampai kaki
pegal mengikuti upacara bendera yang membosankan. Belum lagi mendengar ceramah
sang kepala sekolah yang tiada akhir. Ugh, memikirkannya saja membuat Jieun
ingin pindah ke kutub utara.
Tapi senin Jieun berubah, tidak
seperti biasanya, senin kali ini berujung dengan senyum tiada akhir memandangi
Prince oppa yang sudah lama ia rindukan. Menopang dagu mengabaikan ice cream
yang mulai meleleh, namja dihadapannya lebih menarik dibanding apapun termasuk
ice cream.
"Jadi kapan Oppa pulang ? Kenapa
tidak mengabariku, apa kau sudah mempunyai kekasih, jangan katakan iya, kau
tahu aku sangat merindukan oppa, bermimpi setiap malam tentangmu, berfikir
kapan kau kembali, apakah kita bisa bertemu lagi, ap-"
"Jieun"
"Ya ?" Jieun mendongak,
menghentikan ucapan panjang lebarnya yang ngawur. Sebenarnya ia hanya ingin
namja dihadapannya tahu betapa Jieun merindukannya selama ini.
"Aku kembali karena akan
bertunangan" Jieun langsung terdiam, jantungnya bergemuruh, perasaanya
mulai tidak enak, hari Senin memang selalu horor bagi Jieun. Cinta pertamanya
akan bertunangan ? Wanita brengsek mana yang merebut Prince oppa darinya ?
"M mwo .. De dengan siapa
?" Tanya Jieun tak bersemangat. Bagaimana bisa ia bersemangat mendengar
kabar duka ini. Wajahnya seperti dihinggapi dewa sedih hingga siapapun yang
melihatnya bisa tahu bahwa Jieun tengah berduka.
"Dengan gadis bermarga Lee"
ucap Jaehyun tenang seraya menyuapkan satu sendok ice cream cokelat kedalam
mulutnya. Berbanding terbalik dengan reaksi Jieun. Setelah lama menunggu hingga
ia bisa kembali bertemu cinta masa kecilnya kini ia harus menelan kecewa lagi ?
Bertunangan ? Jieun menunduk, ia tidak bisa mengontrol emosinya, ia sedih,
tentu saja. Seakan hari yang cerah tiba-tiba berubah menjadi gelap dengan petir
menyambar-nyambar dihatinya. Bahkan nama depan wanita itu sama dengan nama
depan Jieun. Ya, Lee Jieun. Tu tunggu dulu ... Jieun mendongak, memandang namja
yang kini tengah menahan tawa.
"Apa kau menangis ? Pfftt ..
Hahaha" dan namja yang tengah menahan tawa itu menyemburkan tawanya
dihadapan gadis yang hampir menangis.
"Oppa, kau mengerjaiku"
Jieun mengeluarkan death glare nya.
"Hahaha .. Peace !"
"Oppaaaa ! Kau tega" Jieun
menunduk, menyembunyikan kepalanya diatas meja. Terisak pelan membuat Jaehyun
perlahan menghentikan tawa.
“He hey .. Oppa hanya bercanda”
“Hiks .. oppa jahat”
“He hey .. iya op oppa minta maaf,
sudahlah jangan menangis lagi” Jaehyun risih dengan pandangan pengunjung kedai
ice cream lainnya, kesannya ia menjadi lelaki jahat yang membuat seorang gadis
menangis dihadapannya. Jieun mendongak, wajah sembabnya terlihat lucu dimata
Jaehyun.
“Peace !” ucap Jaehyun saat Jieun
menatapnya. Jieun mulai menegakan kembali kepalanya.
“Sekarang makanlah ice cream mu”
pinta Jaehyun.
“Ice creamku sudah meleleh, aku ingin
pesan yang baru”
“Ya yaak, makan saja yang itu” Jieun
memicing.
“Wae ? apa oppa terlalu pelit untuk
membelikanku ice cream baru”
“Bu bukan begitu, tapi bukankah ice
cream itu sayang jika tidak dimakan” Jaehyun terlihat gugup dan Jieun hanya
bisa mengernyitkan dahi.
“Kalau begitu Oppa saja yang
memakannya” Jieun menggeser gelas berisi ice cream vanilla yang sudah banyak
meleleh dibeberapa bagian kehadapan Jaehyun. Namja itu memandang Jieun sekilas
dan-
“Tapi Oppa ingin kau yang memakannya”
ucap Jaehyun seraya menggeser kembali gelas ice cream itu kehadapan Jieun.
“Oppa kau aneh sekali”
“Makanlah maka kau bisa meminta
apapun dari Oppa” Jieun makin mengernyit, memandang Jaehyun yang kini memandang
Jieun dan ice cream vanilla itu bergantian, seolah berkata ‘cepatlah makan ice
creamnya’.
“Baiklah” ucap Jieun seraya mulai
menyendokan sesuap ice cream itu. Jieun mencium hal-hal yang aneh. Apa Jaehyun
memberikan sesuatu pada ice creamnya hingga ia memaksa agar Jieun tetap
memakannya ? Jieun tahu betul Jaehyun itu sangat jahil saat kecil dulu, dan
mungkin saja namja itu kini ingin mengulanginya. Apa namja itu memberikan obat
pencuci perut di ice creamnya. Lihat, bahkan saat ini Jieun bisa melihat bahwa
Jaehyun tersenyum kecil, sangat kecil tapi Jieun masih bisa melihatnya. Dan
beberapa detik kemudian, ia merasakan sesuatu dimulutnya. Ia mengambilnya dan-
“Cincin ?” gumam Jieun. Lalu
memandang Jaehyun yang kini tersenyum manis.
“Jieun, maukah kau menikah denganku
?” ucap Jaehyun kemudian.
“O op .. I ini .. Mwo !?” lagi-lagi
reaksi Jieun membuat Jaehyun tergelak. Jaehyun mengangguk.
“Benar, Aku datang untuk melamarmu,
melamar wanita bermarga Lee, jadi apakah lamaranku diterima ?”
“AAAAA JINJJA !?” pekikan Jieun
kembali membuat perhatian para pengunjung mengarah padanya dan Jieun tidak
perduli akan hal itu. Jaehyun kembali
mengangguk manis.
“Aniyo, aku menolakmu Oppa” ucap
Jieun dengan wajah datarnya yang membuat Jaehyun syok.
“W wae ?”
“Tapi aku hanya bercanda hahaha ..
Oppa lihat wajahmu hahaha ..”
“Dasar -_-“
“Pakaikan sekarang” Jieun menyodorkan
cincin itu pada Jaehyun. Senyum manis terpampang diwajah gadis berstatus siswi
di Kirin High Shcool itu.
<<>>
“Choayo” Jieun tak henti-hentinya
menghirup aroma tubuh Jaehyun. Lelaki yang kini masih memejamkan mata
disampingnya. Ah menyenangkan, jika ia sudah menikah nanti pasti akan lebih
menyenangkan karena bisa melakukannya setiap hari.
“Eunghh ..”
“Pagi Prince Oppa” Jaehyun membuka
matanya dan tersenyum kearah Jieun.
“Pagi”
“Apa tidurmu nyenyak Oppa ?” Tanya
Jieun lagi, Jaehyun mengangguk pelan dengan mata masih sedikit ngantuk. Tapi
beberapa detik kemudian, setelah seluruh nyawa kembali ke tubuh lelaki itu, ia menyadari sesuatu.
“YAAAKK !” Jaehyun memekik tinggi
seraya bangun dari tidurnya.
“W wae wae kenapa kau disini Jieun
!?” Jaehyun terlihat frustasi.
“Hehehe .. kan kau yang menelpon
memintaku untuk datang”
“Aiisshh benarkah ?” Jieun mengangguk
polos.
“Lalu kenapa kau tidak pulang !?”
tanya Jaehyun lagi.
“Tadinya aku mau pulang tapi Oppa
menarik dan memeluk ku semalaman” Jaehyun memang tengah mabuk tadi malam,
temannya mengadakan pesta bujang karena akan menikah, membuatnya mabuk hingga
ia tak ingat apa-apa lagi. Dan bagaimana bisa ia malah menelpon Jieun saat ia
mabuk ?
“Mwo ? Aiishh .. Lee ahjussi pasti
akan memarahiku”
Aku juga ingin ayah marah dan cepat-cepat menikahkan kita
Oppa hehe ..
“Tenang saja Oppa aku akan
menjelaskannya pada ayah”
“Aiishh .. “ Jaehyun mengacak
rambutnya gusar.
“Ngomong-ngomong Oppa”
“Apa ?”
“Semalam kau berbuat sesuatu padaku”
ucap Jieun dengan menyilangkan tangannya didepan dada. Mendramatisir keadaan.
“Be berbuat sesuatu ?” Jieun mengangguk, Jaehyun menelan ludahnya, apa
yang diperbuatnya ? Jangan-jangan .. Ah Andwae ! mana mungkin gadis polosnya
sudah ia nodai.
“Kau menciumku Oppa”
Mencium ?
“La lalu ?” Jaehyun berharap tidak
ada lagi yang terjadi setelah ciuman.
“Lalu kau tidur”
Aih Syukurlah ..
“Tapi kau bangun lagi”
“Hah ?”
“Dan kau tidur lagi”
“Jieun jangan mengerjaiku” ucap
Jaehyun datar.
“Hahaha, habisnya wajahmu cocok untuk
dikerjai”
“Gadis nakal, cepat bangun dan kita
sarapan”
___
Jieun memakan sup yang Jaehyun buat
dengan sesekali mencuri pandang pada namja itu. Perasaan yang ia rasakan saat
ini, benar-benar membuatnya bahagia. Entahlah, Jieun tak bisa menjabarkannya
dengan kata-kata. Hatinya semakin membuncah tatkala melihat cincin yang Jaehyun
berikan padanya bertengger manis dijarinya. Benarkah mereka akan segera menikah
? betapa senangnya membayangkan hal itu. tapi .. Jieun mulai ragu. Mungkin
pernikahan tidak akan terjadi dalam waktu dekat karena Jieun masih berstatus
sebagai siswi.
“Apa yang sedang kau pikirkan, hmm ?”
tanya Jaehyun yang sepertinya tahu perubahan sikap Jieun.
“Oppa ?”
“Hmm ?”
“Kapan kita akan menikah ?”
“Uhhuuk..” pertanyaan Jieun yang to the point membuat Jaehyun terbatuk
kaget.
“Aiiishh oppa, kenapa kau malah
batuk, ini minum dulu” Jieun memberikan segelas air dihadapannya pada Jaehyun
dan namja itu dengan segera menyambarnya.
“Kenapa pagi-pagi begini bertanya
soal pernikahan ? kau membuat oppa terkejut”
“Wae, kenapa oppa terkejut ? aku
hanya ingin tahu”
“Kita akan menikah saat kau sudah
lulus sekolah”
“Mwo ? berarti masih dua tahun lagi”
“Itupun jika kau tidak tinggal kelas”
“Yaaakk ! mana mungkin siswi pintar
sepertiku tinggal kelas”
“Hahaha.. oppa hanya bercanda. Ck
kenapa kau tumbuh menjadi gadis yang manis seperti ini” Jieun tersenyum kecil
mendengar ucapan Jaehyun itu.
“Entahlah mungkin sudah takdir”
“Cih .. dasar narsis”
“Biar saja, wueekk. Oia oppa, hari
ini kita akan kemana ?” Jaehyun mengernyit, apa maksud pertanyaan Jieun ?
Jaehyun tidak ingat jika ia pernah menjanjikan sesuatu pada Jieun.
“Tidak akan kemana-mana, memangnya mau
kemana ?”
“Tapi ini hari Minggu lho”
“Oppa tahu, memangnya kenapa kalau
ini hari Minggu ?” wajah antusias Jieun berubah menjadi datar.
“Kau akan diapartemen saja saat hari
Minggu ?” kini Jieun yang bertanya. Dan jawaban Jaehyun adalah sebuah anggukan
kecil.
“Membosankan” gumam Jieun.
“Kenapa membosankan, kan ada kau
disini” ucap Jaehyun seraya mendongak memandang Jieun yang entah sejak kapan
kembali tersenyum-senyum tak jelas.
“Wkwkwk.. kenapa kau senyam-senyum
seperti itu ?”
“Oppa, harusnya kau jadi penyair
saja. ucapanmu selalu bisa membuatku tersanjung”
“Hahaha.. kau selalu
melebih-lebihkan”
“Tapi memang benar lho”
“Arra, cepat habiskan makananmu”
“Eumm” Jieun mengangguk dengan
antusias.
___
Sinar mentari yang pas, dua cangkir
teh dan udara yang menyejukan membuat kedua sejoli itu betah berlama-lama
bersantai dibalkon apartemen Jaehyun. Sekedar mengobrol seraya memandang
gedung-gedung yang tampak dari sana. Jieun bersandar dibahu Jaehyun yang sedari
tadi memainkan lengan mungil Jieun ditangannya.
“Oppa”
“Hmm..”
“Apa oppa akan kembali ke Hongkong ?”
Jaehyun menggeleng pelan.
“Ani, oppa sudah mendapat pekerjaan
disini dan berniat menetap. Mana mungkin oppa kembali kesana dan meninggalkan
tunanganku sendirian” Ouh sampai kapan Jieun akan dibuat tersenyum terus
seperti ini. Jaehyun selalu bisa membuat gadis itu tersenyum tanpa henti.
“Kau senang sekali membuatku tersipu
oppa”
“Hahaha.. kau gadis yang terlalu
terang-terangan”
“Maksudmu ?”
“Ani, sekarang ceritakan tentang
dirimu selama oppa pergi. Apa yang kau lakukan dan apakah kau memiliki namjachingu
selama aku tidak ada ?”
“Eum.. aku menjalani hidupku dengan
biasa saja. namjachingu ? tentu saja aku punya” Jaehyun langsung menoleh saat
Jieun menjawab bahwa ia memiliki kekasih saat dirinya tidak ada.
“Jadi sekarang kau memiliki kekasih
?” pertanyaan itu terdengar sinis.
“Dengarkan dulu oppa ku sayang, tidak
tentu saja tidak, aku hanya milikmu seorang. Maksudku dulu, saat aku SMP, tentu
aku memiliki kekasih”
“Oohh.. melegakan mendengarnya” Jieun
tersenyum kecil melihat reaksi Jaehyun.
“Oppa kau sangat lucu saat cemburu”
“Y yaaak siapa juga yang cemburu”
Jieun semakin melebarkan senyuman dibibirnya.
“Lucu.. lucu.. lucu” ucap Jieun gemas
membuat Jaehyun berubah datar.
“Lanjutkan saja ceritamu”
“O oke.. ya nama pacarku saat SMP
adalah Kim Myungsoo. Dia namja yang sangat mirip denganmu, mungkin karena itu
juga aku mau menjadi pacarnya. Dia namja yang dingin namun sangat romantis dan
hangat”
“Jangan memujinya didepanku” Jieun
melirik Jaehyun.
“Bukankah oppa yang memintaku
menceritakannya ?”
“I iya sih .. tapi..”
“Arra, hanya oppa yang ada dihatiku
sekarang dan selamanya. Kulanjutkan yah, aku dan Myungsoo putus karena dia
bilang, aku tidak benar-benar menyukainya, dia bilang aku selalu melihat sosok
lain yang ada didiri Myungsoo. Saat itu aku tidak mengerti apa maksudnya-”
“Sosok itu pasti aku” bangga Jaehyun.
Dengan malu, Jieun mengangguk kecil.
“Mian” lanjut Jaehyun.
“K kenapa tiba-tiba minta maaf ?”
“Karena telah meninggalkanmu ke
Hongkong”
“Gwenchana, semuanya sudah berlalu
kan ? lagi pula waktu itu kita masih kecil. Oppa juga tidak memiliki pilihan
saat itu”
“Benar, jika saja ibu dan ayah tidak
bercerai saat itu, mungkin aku dan ibu tak perlu pindah ke Hongkong. Sampai
sekarang bahkan ibu tidak mau ke Korea, mungkin karena ia memiliki banyak
kenangan buruk dengan ayah disini”
“Kasihan bibi Ahn, aku berharap bisa
bertemu dengannya lagi”
“Awalnya saat oppa ingin kembali ke
Korea, ibu menolak tapi karena oppa memiliki niat lain yaitu menemuimu dan
melamarmu, dia berubah pikiran dan mengizinkan oppa”
“Jinjja ?” Jaehyun mengangguk.
“Ouh, aku jadi semakin merindukan bibi”
“Kurasa ibu juga merindukan mu Ji” Sudah
cukup lama saat terakhir Jieun bertemu dengan ibu Jaehyun. Bahkan wajahnya saja
Jieun sudah sedikit lupa. Ibu Jaehyun sosok yang hangat dan murah senyum, Jieun
ingat saat ia masih kecil, ibu Jaehyun selalu memberinya makanan yang dibuatnya
sendiri.
"Lalu dimana paman Ahn sekarang
?"
"Kudengar dia di Jepang bersama
istri barunya" Jieun mengangguk kecil.
"Sudahlah oppa, seiring
berjalannya waktu semuanya pasti akan membaik"
"Kuharap begitu. Sudahlah lebih
baik kita membicarakan yang lain saja"
"Apa yang ingin oppa bicarakan ?"
"Bicara tentang.. Kita"
lagi, Jieun tersenyum dibuatnya "kau bilang tadi malam aku menelponmu
?" Jieun mengangguk.
"Oppa terdengar mabuk saat
menelpon dan meracau karena tidak bisa membuka pintu apartemen jadi memintaku
datang"
"Lalu ?" Jaehyun
benar-benar tidak ingat apa yang terjadi tadi malam hingga ia dibuat terkejut
dengan kehadiran Jieun disampingnya pagi tadi.
"Saat aku datang, oppa sudah
tergeletak didepan pintu jadi aku memapah oppa dan membuka pintu"
"Bagaimana kau tahu kata sandi
pintunya ?"
"Aku hanya asal menebak dan
ternyata benar karena kata sandinya adalah tanggal lahirku" Jaehyun
tersenyum membenarkan.
"Setelah itu ?"
"Aku membawamu kekamar dan
membaringkan dikasur, melepas ikatan dasi mu juga melepas sepatumu-"
"Waaah kau patut diwaspadai,
mana ada anak SMA yang berani melakukan itu"
"Y yaaakk Memangnya aku ini
memiliki tampang mesum ya ?"
"Sepertinya hehe"
"Aishh.. Aku hanya melakukan apa
yang perlu dilakukan oppa"
"Ne ne .. Oppa hanya bercanda.
Lanjutkan ceritanya"
"Ehem oke.. Setelah aku
menyelimutimu, aku berniat pulang tapi tiba-tiba lenganmu menjulur dan menariku
keranjang yang sama"
"Benarkah ?"
"Tentu saja benar, lihat kan
siapa disini yang mesum sebenarnya"
"Lalu apa kau tidak mencoba
melepaskan diri ?"
"Tentu saja aku melakukannya
oppa, tapi aku menyesal karena sudah melakukan hal itu"
"Wae ?"
"Karena kau malah mendekapku
semakin erat dan-"
"Dan apa ?" Jaehyun makin
penasaran dengan cerita selanjutnya.
"Dan me mencium ku" Jieun
mengalihkan pandangannya. Ia merasa malu saat menceritakan hal-hal seperti itu.
"Waahh kau pasti merasa
diuntungkan" Jieun melotot mendengarnya. Gadis itu tak mengira Jaehyun
akan berkata seperti itu.
"Y Yaaakk,, aku justru merasa
dirugikan oppa !" bantah Jieun.
"Ahaha.. Mian, oppa hanya
bercanda. Kau serius sekali menanggapinya."
"Ugh.. Oppa selalu saja
bercanda"
"Mian Oh.. Mianhae.." suara
Jaehyun terdengar lucu saat merajuk seperti itu.
"N-"
Chup~ sebelum Jieun menjawab, sebuah
kecupan tiba-tiba mendarat dipipinya yang dingin. Dengan kaku ia menoleh,
menatap Jaehyun dengan kelopak mata berkedip kaget.
Chup~ Kini Jaehyun mengulanginya
namun bukan lagi dipipi namun dibibir.
"Kau tampak lucu, kau tahu"
bisik namja itu menambah degupan jantung Jieun bertambah kencang.
"Apa yang kau lakukan,
oppa?"
"Aku hanya mengecup tunanganku.
Wae ? Apa kau keberatan nona Lee ?"
"Eum.. Ten-"
"Eits jika kau menjawab kau
keberatan maka aku akan menciumu lagi, lebih lama dan lebih erotis"
Apa-apaan dia ini
"Oppa apa kau demam ?"
Jaehyun mengangguk.
"Aku demam karena terlalu
menyukaimu dan merindukanmu" senyum Jieun kembali mengembang.
"Dan oppa ingin membalas rasa
rindu itu sekarang"
"M mwo ? Apa maksudnya itu
?" Jaehyun tak menjawab, ia hanya menyeringai kecil dan-
"Stop" Jieun menginterupsi
saat Jaehyun mulai mendekatkan wajahnya.
"Apa lagi ?" tanya Jaehyun
jengah.
“Kau tidak boleh seenaknya, kita
belum menikah tahu” Jaehyun mengernyit.
“Apa maksudmu ? aku hanya ingin
meniup bulu mata yang jatuh dihidungmu”
M mwoya.. a aku kira, di dia akan .. Aisshh memalukan..
“Hahaha.. memangnya apa yang tengah
kau pikirkan ?” Jaehyun tak dapat menyembunyikan semburan tawanya.
“A anio .. ku kukira kau akan ..”
“Akan apa ?” tanya Jaehyun,
menyenangkan sekali menggoda gadis kecilnya.
“Aiishh sudahlah, jangan menggodaku
oppa”
“Hahha.. kau ini lucu sekali” Jaehyun
mengacak pelan pucuk rambut Jieun. “Maksud dari perkataan oppa ingin membalas
rasa rindu itu sekarang adalah menghabiskan waktu yang oppa miliki untuk
bersamamu. Membuat kita memiliki waktu yang berkualitas dan membuat banyak hal
yang menyenangkan bersama-sama”
“Oooohh.. bilang dong dari tadi”
“Kau saja yang berfikiran
macam-macam”
“Habisnya kau mengecup ku tanpa
aba-aba” bisik Jieun.
“Mwo ?”
“A anio”
“Nanti malam tahu baru, kau ingin
hadiah apa dariku ?”
“Eumm-“
“Bagaimana jika sepasang sepatu ?”
Jieun menggeleng dan hendak mengatakan apa yang ia inginkan tapi-
“Ponsel baru ?” Jieun kembali
menggeleng.
“Oppa aku ing-“
“Aaaahh bagaimana kalau sebuah tas ?”
Jieun menatap Jaehyun datar. Ia belum memberikan jawaban apapun, hanya terdiam
seraya memandang Jaehyun datar.
“Eotthe ? kau pasti mau tas kan ?”
“Sejak kapan kau begitu cerewet oppa
?”
“Ouh jadi kau tidak m-“
Chup ~ Jieun gemas dengan Jaehyun
yang meracau terus sedari tadi. Menyergah setiap ucapan yang akan keluar dari
mulut Jieun. Benar-benar namja yang menyebalkan. Jieun tidak tahu jika Jaehyun
juga tumbuh sebagai namja yang menyebalkan seperti ini. Maka dari itu ia
mengecup pelan mulut pertasan itu. membuat Jaehyun terbengong dengan tingkah
Jieun yang tidak ia prediksi.
“Dengan begini kau bisa diam”
“Ken-“
“Sssuutt suutt .. diam, dan dengarkan
saja”
“Aku menginginkan sesuatu yang sangat
mahal, mahaaaaal sekali. Sesuatu yang tidak semua orang bisa mendapatkannya.
Sesuatu yang sangat berharga-”
“Jieun jangan bilang kau menginginkan
sebuah mobil”
“Lebih dari itu”
“Mwo ? Y yaakk gaji oppa mu ini tidak
seberapa tahu, mana mungkin oppa mampu memberikanmu sesuatu yang begitu mah-“
“Suuuuttt.. aigoo, mulutmu
benar-benar seperti petasan ya. Aku hanya menginginkan kita menikah ditahun
2016”
“Hah ?” Jieun mengangguk.
“Benar, aku ingin kita menikah hehe”
ucap gadis itu dengan senyum tiga jari. Jaehyun merengkuh Jieun kedalam
pelukannya. “Ya ampun gadis kecilku ini ternyata sangat romantis ya. Tapi
bagaimana mungkin kita menikah, kau masih sekolah sayang”
“Gwenchana, aku hanya ingin
mengikatmu oppa. Agar kau tidak bisa kabur lagi”
“Hahaha.. Ne baiklah, oppa akan coba
penuhi permintaamu itu. tentu semua ini tidak akan mudah”
“Arra”
“Baiklah, oppa sudah memberikanmu
permintaan maka sekarang giliran oppa yang meminta sesuatu darimu” Jieun
melepaskan pelukan jaehyun dan memandangnya penuh tanya.
“Apa yang oppa inginkan dariku ?”
Jaehyun tersenyum, dengan perlahan ia mendekati telinga kiri Jieun dan
membisikan sesuatu.
“Aku menginginkanmu”
M mwoya..
The End
Comments
Post a Comment