Give Me a Job [4]


(IU) Lee Jieun, Park Chanyeol, Kim Taehyung (V) etc | Drama | Chapter 

Haaiiiiii, hehe akhirnya author bisa post ni ff. dengan keringat dan hasil begadang haha (emang ga bisa tidur deng) inilah kelanjutan GMAJ yang kalian tunggu (ga ada yg nunggu -_-). tapi mungkin ceritanya makin kesini makin gaje :p tapi ga papa, karena author orang yg bertanggung jwb jadi bkal diterusin nyampe END meski dengan alur yg berubah-ubah sesuai mood haha. Oia mungkin bkal bnyak typo, maklumin aja y :p

Jangan lupa kritik dan sarannya :-)

Oke segitu aja, See Ya !


Jieun menelan ludahnya, Baru kali ini ia begitu takut, pandangan Taehyung benar-benar tidak seperti biasanya. Jieun dapat melihat jika ada rasa curiga, penasaran dan bingung bercampur disana.

Apa yang harus kulakukan ?

Apakah aku jujur saja ?

Taehyung masih menunggu Jieun membuka mulut. Namja itu semakin tak mengerti. Selama ia tinggal dirumah Baekhyun, Taehyung sudah memikirkan semuanya. Pikiran-pikiran itu membuatnya berfikir jika ada saling keterkaitan satu sama lain.

_

___


“Mi mian”Ucap Taehyung membuat Jieun makin bingung dengan situasi itu. Ia berpaling dari hadapan Jieun seraya memegangi kepalanya dengan kedua tangan.

“Mian noona, mungkin aku hanya sedang pusing. Mana mungkin kau ada hubungan dengan semua masalah ini” lanjut Taehyung. Jieun yang melihat hal itu justru semakin merasa bersalah.

Kau mengingatkanku pada Jimin.

Mian Taehyung-a

Jieun perlahan menggerakan tangannya, ia ingin membelai kepala Taehyung namun-

“AARRGGH” Jieun terkejut saat Taehyung tiba-tiba berteriak. Jieun sangat merasa bersalah, ia membuat bocah ceria itu seperti sekarang.

Aku tak punya pilihan lain

Taehyung kembali menunduk dan Jieun yang masih duduk disampingnya, kembali memberanikan diri untuk menenangkan Taehyung. Jieun meraih kepala Taehyung dan menyandarkan dibahunya.

“Kau tidak boleh seperti ini. Setidaknya kau sudah mengetahui semuanya”

“Tapi ini terlalu mengejutkan bagiku noona”

“Terima semua kenyataan itu Hyung-a, maka perasaanmu akan menjadi lebih baik”

Taehyung tersenyum miris. “Banyak hal yang sangat mudah untuk dikatakan tapi begitu sulit untuk dilakukan noona”

Jieun tahu itu, Jieun sangat tahu. Tapi setidaknya sekarang dia harus menghibur korban dari berita yang ia selidiki. Korban yang sebenarnya tidak Jieun inginkan.

“Temui ayah dan ibumu lalu bicarakan semuanya. Apapun alasannya mereka tetap menyayangimu dan menganggapmu sebagai anak, bukan ?”

“Mereka menjijikan”

Deg .. Jieun tidak menyangka Taehyung akan berucap kata-kata seperti itu. Jieun menoleh dan membelai wajah Taehyung.

“Jangan pernah mengucapkan hal buruk seperti itu pada orang tuamu” Taehyung menampik tangan Jieun lalu bangkit. Berdiri dihadapan Jieun dengan raut penuh amarah.

“Kau tidak tahu apa yang kurasakan noona !” berteriak frustasi dihadapan Jieun lalu pergi meninggalkan Jieun.

___

Jieun berjalan dengan tak bersemangat. Ia kembali ke restoran dimana Chanyeol masih menunggu seraya memakan daging panggang dan meminum bir.

“Eoh ? urusanmu sudah selesai Jieun-ssi ?” Jieun menghela nafas dan duduk.

Tidak mungkin akan selesai semudah itu, jawab Jieun dalam hati. Jieun mengambil sumpit dan mulai mengambil satu persatu irisan daging hasil panggangan Chanyeol. Memasukannya tanpa jeda membuat mulutnya penuh. Jieun memakannya dengan pandangan kosong kearah luar jendela restoran. Chanyeol yang memperhatikan hal itu hanya bisa mengernyit dan tampak cengo.

Ada apa dengannya ?

Aishh .. kenapa dia memakan semuanya !?

<<>> 

“Noona bagaimana kabarmu ?”

“Aku baik Jimin-a”

“Noona aku ingin mengunjungimu”

“Ey mana boleh, kau harus banyak istirahat sayang. Apa kau sudah meminum obat ?”

“Eum, aku meminumnya seperti aku memakan permen haha..” Jieun berkaca-kaca mendengar hal itu, adiknya yang memiliki penyakit parah itu bahkan masih bisa bercanda dengan penyakitnya. Inilah alasan Jieun, alasan Jieun kenapa ia harus mendapat pekerjaan yang layak, pekerjaan dengan gaji yang lumayan untuk dirinya, kehidupannya dan biaya perawatan adiknya, Lee Jimin.

“Jimin-a, noona memiliki adik baru disini, saat melihatnya aku jadi teringat padamu”

“Jinjja ? tapi aku lebih tampan kan haha..”

“Haha .. tentu saja kau lebih tampan sayang”

“Noona ku harap kau selalu sehat dan menemaniku sampai akhir”

“Y yaak kenapa berbicara seperti itu. Kau akan hidup lebih lama dariku, kau tidak boleh mati sebelum aku, arraseo ?”

“Eum” Jimin mengangguk meski Jieun tak dapat melihatnya.

____

Mentri Myung tengah memperhatikan sebuah foto. Menatapnya lama seraya duduk dikursi ruangan kerjanya.

“Mereka wartawan dari MMC tuan”

“Beraninya mereka”

“Mereka hanya diberi tugas, oleh atasan mereka bernama Park Min Jung”

“Park Min Jung ? Selidiki wanita bernama Park Min Jung itu” lelaki tegap dengan pakaian rapi itu membungkuk dan pergi.

<<>> 

Udara pagi ini begitu berbeda, Setidaknya berbeda bagi Jieun. Pagi ini adalah hari ia kembali bekerja di MMC. Pakaian rapih, make up alami, sepatu mengkilap, dan tak lupa sebuah camera menggantung dilehernya. Jieun siap bekerja lagi.

Jimin-a, noona janji akan menghasilkan banyak uang !

Jieun merasa termotivasi dengan semangatnya. Hari ini dan hari-hari selanjutnya ia akan bekerja lebih keras dari siapapun. Dan jangan sampai ia dipecat lagi.

“Pagi Jieun-ssi”

“Eo ? pagi Chanyeol-ssi” senyum sumringah Jieun berikan pada setiap orang yang ia temui tak terkecuali Chanyeol.

Jieun sampai dimeja tempat biasa ia bekerja dulu. Jieun berdiri sejenak dan memperhatikan meja kerjanya itu.

Akhirnya aku bisa kembali.. Entah harus senang atau sedih. Semua kekacauan yang Jieun buat dihidup orang lain adalah karena menginginkan pekerjaannya lagi. Disatu sisi ia senang namun disisi lain ia merasa menjadi orang paling jahat. Jieun sedang berusaha menjadi sisi yang bahagia karena impiannya untuk kembali bekerja akhirnya terwujud namun sisi bersalahnya pada Taehyung selalu mencuat tanpa komando.

Sudahlah Jieun, pikirkan saja Jimin. Kau harus mendapat banyak uang dan bertahan ! Ya ! Fighting !

Jieun mengesampingkan orang lain karena dirinya sendiri pun perlu dikasihani.

“Owh selamat datang Jieun-ssi” suara itu tampak tak asing ditelinga Jieun. Jieun menoleh dan mendapat Min Jung disana. Masih dengan gayanya yang sok elegan.

“Eoh terima kasih Park sajangnim”

“Bisakah kita berbicara diruanganku ?”

“Oh te tentu sajangnim” Tanpa berlama-lama Jieun pun mengekori Min Jung menuju ruangan atasannya itu.

Disisi lain Chanyeol yang sedari tadi memperhatikan Jieun hanya bisa mengernyit keheranan.

Untuk apa bibi menyuruh Jieun keruangannya ?

Chanyeol memang tak lagi menempati meja Jieun dan sekarang ia menempati meja salah satu karyawan yang dimutasi juga oleh bibinya. Awalnya Chanyeol ingin kembali protes. Kenapa bibinya tidak pernah berubah ? memutuskan apa saja sesuai keinginan sendiri namun bibi Chanyeol menjelaskan alasan memindahkan karyawan itu. bukan demi Chanyeol tapi karena kinerjanya yang menurun dan cabang didaerah itu memang membutuhkan karyawan baru. Itulah alasan bibi Chanyeol memindahkan karyawan yang sebelumnya menempati meja Chanyeol.

“Duduklah” Jieun pun duduk.

“Jieun-ssi, kali ini aku tidak menyangka”

“Maksud sajangnim ?”

“Aku tidak menyangka jika kau berhasil mendapat berita scandal mentri M itu”

“Ah itu hanya- ”

“Sangat bagus, sebagai seorang wartawan kau harus seperti itu. berani dan percaya diri, cari sampai akar dan jangan pernah menyerah” Jieun hanya tersenyum canggung.

Kau tidak tahu saja bagaimana pengorbananku ..

“Dan sekarang aku yakin kau sudah berubah, jadilah wartawan yang agresif oke ? aku yakin kau akan menjadi wartawan yang hebat kelak”

“Ne sajangnim”

“Baiklah kau boleh pergi” Jieun mengangguk, bangkit dan keluar ruangan Min Jung. Jieun hanya bisa menghela nafas.

____

“Apa yang bibi katakan padamu ?”

“...” Jieun hanya memakan makan siangnya dan tak berniat menjawab pertanyaan Chanyeol. Lagi pula sejak kapan namja itu duduk dihadapan Jieun ? Jieun tidak menyadarinya sama sekali. Kali ini Jieun hanya akan memfokuskan diri untuk bekerja dan tak akan memikirkan hal lain.

“Ya ! apa kau tidak mendengarkanku ?” Jieun mendongak dengan jengah.

“A aku hanya ingin tahu” jawab Chanyeol kemudian.

“Bibimu hanya memujiku atas penyelidikan scandal mentri M itu”

“Ooh.. apa hanya itu ?”

“Hanya itu” Chanyeol diam sejenak.

Hanya itu tapi kenapa kau lebih banyak diam dari biasanya. Apa dia masih memikirkan Taehyung ?

____

Satu Minggu berlalu dan dalam kurun waktu tersebut, Jieun mendapati Taehyung berubah, anak ceria yang sebenarnya baik itu mulai menunjukan sikap yang berbeda. Ia bahkan pernah datang ke apartement Jieun dalam keadaan mabuk dan Taehyung bercerita jika kini ia tidak pernah pulang kerumah dan menginap dirumah Baekhyun. Hal itu mau tak mau memunculkan perasaan bersalah yang Jieun pendam. Jieun tidak ingin lagi memikirkan rasa bersalahnya itu namun selama ia masih berhubungan dengan Taehyung dan melihat kekacauan yang ia buat pada hidup anak itu, Jieun tidak akan bisa tenang meski ia mendapat pekerjaannya kembali.

Hingga pada suatu hari Jieun benar-benar tidak pernah mendapat kabar dari Taehyung lagi. Nomor ponselnya pun tidak aktif, entah Jieun harus khawatir atau senang karena tiba-tiba Taehyung tak lagi berada disekitarnya. 

Apa anak itu sudah tahu semuanya ?

Jieun hanya bisa menebak-nebak. Kenapa Taehyung tak lagi menghubunginya ? kemana anak itu ? ada rasa khawatir dan lega karena dengan kata lain Jieun sedikit melupakan dilema dihatinya kepada Taehyung jika anak itu tak lagi menemuinya.

___

5 Bulan kemudian

“Hoi”

“Ya ampun, kau mengejutkanku Chanyeol-ssi”

“Ahehe.. ini, jus untukmu” Jieun hanya melihat kotak jus yang Chanyeol sodorkan padanya.

“Ey, ayo cepat ambil” dengan ragu dan penuh tanya akhirnya jus itu berpindah tangan.

Benar.. perlakuan Chanyeol padaku semakin hari semakin berubah, dia menjadi jauh lebih perhatian. Apa mungkin.. dia menyukaiku ?

Ah aniya aniya.. jangan terlalu percaya diri Ji.

"Apa kau sudah mendapat berita untuk headline minggu depan ?" Tanya namja itu. Jieun mengangguk Seraya meninum jus pemberian Chanyeol.

"Waah daebak, apa berita yang akan kau muat ?"

"Kurasa kasus keracunan yang terjadi pada karyawan di pabrik Zan Soo"

"Eum itu memang berita yang sedang hangat tapi apa kau yakin bisa menyelidikinya ? Pihak pabrik itu sangat tertutup dan sulit diwawancarai"

"Aku akan melakukan apapun. Aku tidak akan mengecewakan kepercayaan yang sudah diberikan padaku untuk menentukan headline"

"Benar sih.. Kau beruntung mendapat kesempatan seperti ini"

"Aku tahu" Jieun menyadari hal itu. Bertahun-tahun ia bekerja namun baru kali ini ia diberi kesempatan untuk menentukan headline berita yang akan di publish. Jieun tidak akan mengecewakan kesempatan yang ia dapat.

___


Libur adalah sesuatu yang sangat sulit didapatkan oleh seorang wartawan namun hari ini Jieun mendapatkan jatah liburnya dan ia menggunakan itu untuk pulang kampung. Menemui kedua orang tuanya, juga adiknya.

Berkumpul dan menikmati masakan ibu. Meraskan hangatnya sebuah keluarga dan semua itu terjadi saat mereka makan bersama.

"Apa pekerjaanmu lancar Ji ?"

"Lancar ayah, kurasa kinerjaku semakin baik"

"Bagus sayang, ibu harap kau bisa mendapatkan promosi jabatan"

"Haha ibu kau berlebihan tapi kuharap juga begitu"

"Wuaaah noona ku hebat"

"Tentu saja, noona hebat juga karena mempunyai adik sepertimu Jimin-a"

"Haha noona kau pasti bercanda, apa yang bisa kau banggakan dari adik penyakitan seperti ku"

"Hey, jangan merusak suasana, kau ini"

"Ahaha Mian, noona kau yang terbaik !" Hanya bisa tersenyum, itu yang Jieun lakukan saat ini. Melihat adiknya tetap hidup dan tersenyum adalah hal yang paling menyenangkan juga penuh syukur.

___

Malam ini, sama seperti malam lainnya. Namun Jieun lebih bahagia karena dapat menghabiskannya dengan sang adik. Ya, Jieun sengaja tidur dengan Jimin dikamarnya. Malam mulai naik tapi Jieun juga Jimin masih membuka mata, sadar jika waktu seperti ini jarang mereka dapati. Jadi sebisa mungkin untuk memanfaatkannya.

Jieun sangat menyayangi Jimin lebih dari ia menyayangi kedua orang tuanya. Jimin sakit sejak lahir. Dulu banyak anak yang kadang meledek Jimin namun Jieun selalu setia disamping sang adik. Membelanya, menyayanginya dan melindunginya. Ibu Jieun pernah bilang pada Jieun bahwa Jimin kemungkinan besar tidak akan pernah lahir karena ibu Jieun pernah mengalami kecelakaan. Sebuah tabrak lari. Hari itu ibu Jieun  pendarahan hebat dan sang dokter mengatakan kemungkinan janin didalam perutnya bisa meninggal jika dipaksakan lahir namun sebuah keajaiban datang. Jimin lahir namun memiliki penyakit yang membuat tubuhnya lemah dari bayi-bayi pada umumnya.

"Jimin-a"

"Eoh"

"Apa ada yang ingin kau lakukan dan hal itu belum tercapai ?"

"Eum.. Kurasa aku ingin melihat kau memiliki kekasih, noona"

"M mwo.. Kau ini pintar sekali bercanda. Jawab pertanyaan noona dengan serius" Jimin menyunggingkan senyum.

"Aku benar-benar serius noona, aku sedih melihatmu hanya bekerja dan bekerja. Aku tahu kau begitu gila kerja dan membuatku khawatir"

"Khawatir kenapa ?"

"Khawatir apakah ada namja yang Mau dengan kakakku yang gila kerja dan uang, Haha"

"Y yaak, dasar kau ini"

"Haha.. Kuharap noona segera menemukan namja idamanmu"

"Pria idamanku adalah kau"

"Haha .. Noona kau bisa saja. Oia noona, bagaimana kabar adik noona yang lain, yang tak lebih tampan dariku, aku ingin tahu dia orang yang seperti apa ?"

Pertanyaan itu , kembali membuka ingatan Jieun tentang Taehyung. Sudah berbulan-bulan berlalu dan Jieun juga tidak tahu bagaimana kabar Taehyung sekarang. Jieun tak pernah mendapat berita apapun tentang Taehyung sejak 5 bulan lalu. Jika memang Taehyung sudah mengatahui semua keberannnya, tidak mungkin anak itu hanya menghilang begitu saja. Jika benar Taehyung sudah mengetahui semuanya, anak itu pasti akan datang kepada Jieun dan meminta penjelasan atau paling tidak anak itu pasti akan mengeluarkan perasaan marah dan kecewa. Tapi hal itu tidak terjadi, Taehyung hanya menghilang bak ditelan bumi. Entah kenapa dan apa alasannya. Jieun sama sekali tidak tahu.

"Noona juga tidak tahu"

"Mwo, apa noona sudah tidak berhubungan atau bertemu dengannya lagi?" dan Jieun membenarkan.

"Wae ?"

"Noona tidak tahu, kurasa ia memiliki banyak masalah yang noona tidak tahu" bohong Jieun. Justru mungkin Jieun menyebab semua itu.

"Ooh, yasudahlah noona masih memiliki aku, anggap saja aku sebagai teman noona juga"

"Tentu saja. Sekarang giliranmu, ceritakan pada noona semua yang terjadi saat noona tidak disini"

"Ahehe.."

"Wae ? Kenapa malah tersenyum ?"

"Sebenarnya ada seorang gadis yang kusukai noona"

"Waah Jinjja ?" Jimin mengangguk dan cerita berlanjut. Kakak adik itu seakan lupa jika malam semakin larut, semua yang mereka alami menjadi ajang saling mendekatkan diri. Mengetahui cerita-cerita baru yang dialami masing-masing. Bertukar cerita saat waktu yang dilewati tanpa satu sama lain membuat keduanya mengisi kekosongan yang terlewatkan.

3 hari tidaklah cukup bahkan satu bulan dirasa tidak cukup bagi Jieun untuk berlama-lama dirumahnya. Namun ia harus kembali bekerja. Kembali pada rutinitasnya yang menunggu.
Jieun sudah menenteng ranselnya. Setelah berpamitan pada kedua orang tuanya dan juga Jimin, ia melangkah pergi ke stasiun kereta. Menunggu dengan sabar kereta yang akan membawanya kembali ke Seoul. Kota sejuta cerita.

Setelah beberapa menit, kereta datang dan akhirnya Jieun duduk disalah satu kursi dipinggir jendela. Hanya duduk dan menatap keluar jendela saat kereta mulai kembali melaju.

Termenung, laju kereta yang semakin cepat membuat jejeran rerumputan yang Jieun lihat seperti berlarian. Dan tiba-tiba perutnya berbunyi. Ah Jieun ingat, ia hanya minum susu karena tidak sempat sarapan. Jieun menolak sarapan karena bisa terlambat naik kereta yang paling pagi. Hasilnya kini ia merasa lapar.

Sebuah roti keju muncul dihadapannya. Jieun lalu menoleh kesampingnya. Seorang pria manis mengulurkan tangannya dengan sebuah roti menjulur dihadapan Jieun.

"O oh tidak perlu" tolak Jieun yang padahal ingin sekali ia menyambar roti dihadapannya.

Kenapa harus keju !? Itu favoritku ! Batin Jieun.

"Gwenchana, terima saja. Kebetulan aku memilikinya lebih" ucap namja itu, namja yang terlihat tampan dari sisi Jieun melihat.

"Ba baiklah. Gamsahamnida" ucap Jieun Seraya mengambil roti itu sungkan. Namja itu tersenyum manis.

"Kalau boleh tahu kau akan turun distasiun mana ?" tanya namja itu.

"Gwi Yang, bagaimana denganmu ?"

"Benarkah ? Kalau begitu kita sama. Oia kenalkan nama ku Hyun Woo, Lee Hyun Woo"

"Nama ku Lee Jieun. Senang berkenalan denganmu" lagi , namja itu kembali tersenyum. Dan setelah itu suasana kembali Hening, Jieun tak berniat mengobrol lebih jauh. Perlahan ia membuka roti pemberian Hyun Woo dan memakannya dalam diam. Kembali memandangi segala objek diluar jendela.

<<>> 

Jieun kembali masuk kerja, hari yang padat dan sibuk kembali menyapanya.

“Pagi Ji”

“Pagi Minri” Dengan bersemangat Jieun memasuki kantor tempat ia bekerja. Menyapa setiap orang yang berpapasan dengannya. Melangkah dengan percaya diri memasuki lift.

“Kau tahu kabar terbaru yang tengah beredar ?” ucap Minri membuat Jieun menoleh.

“Memang ada kabar apa ?”

“Min Jung sajangnim menghilang”

“M mwo ? menghilang bagaimana maksudmu ?”

“Sejak kau cuti, Min Jung sajangnim menghilang, kabar yang kudengar ia tidak bisa ditemukan dimanapun. Ia bahkan tak terlihat masuk kerja sejak saat itu” jelas Minri.

Apa yang terjadi saat aku cuti ?

____

Jieun memegang dua buah cup kopi susu ditangannya. Memandang seorang namja yang tengah duduk terdiam, entah apa yang tengah dipikirkannya. Jieun berjalan mendekat. Menghampiri namja yang ternyata Chanyeol, menyodorkan salah satu kopi ditangannya pada namja itu.

“Mau kopi ?” tanpa menjawab, Chanyeol menerima kopi pemberian Jieun. Memperhatikan kopi itu sejenak lalu menyeruputnya. Jieun mulai menduduki kursi panjang itu, kursi yang juga digunakan Chanyeol.

“Sebenarnya apa yang terjadi dengan bibimu ?” Chanyeol hanya menggeleng.

“Aku tidak tahu Ji, bibi menghilang sejak 4 hari yang lalu. Aku tidak bisa menghubunginya dan tidak ada kabar sama sekali dari bibi”

“Kau sudah melapor pada polisi ?” 

“Tentu saja sudah, tapi polisi belum menemukannya juga. Aku sudah memikirkan beberapa kemungkinan, mungkin bibi kecelakaan tapi mana mungkin tak ada laporan kecelakaan yang datang pada keluarga kami. Kemungkinan yang kedua, mungkin bibi diculik”

“Diculik ?” Chanyeol mengangguk.

“Kurasa itu yang paling mungkin, tapi sampai hari ini kami tak mendapat telepon ataupun seseorang yang menghubungi kami untuk meminta tebusan”

Jieun pun mulai berfikir. Memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.

“Apa Min Jung sajangnim terlihat berbeda sebelum ia menghilang, mungkin ia terlihat memiliki masalah atau hal lainnya ?” Chanyeol kembali menggeleng.

“Tidak ada, aku melihat bibi seperti biasanya. Tidak ada yang mencurigakan”

“Kemungkinan ini memang penculikan Yeol tapi dengan motif yang berbeda”

“Motif yang berbeda ?” Jieun mengangguk lalu menjelaskan apa yang ia pikirkan.

“Mungkin ada orang yang tidak menyukai bibimu dan berniat jahat padanya. Ini bukan masalah uang tapi lebih ke dendam”

“Astaga, tapi siapa orang yang tidak menyukai bibi !?”

Kurasa banyak batin Jieun karena ia juga tak terlalu menyukai managernya itu.

“Aku tidak tahu” lirih Jieun.

____

Kepala itu terkulai lemah, tangan dan kakinya terikat. Baju dan penampilannya sudah terlihat mengenaskan. Tak seperti biasanya yang selalu rapi dan elegan. Kini Park Min Jung lebih seperti pengemis yang tak makan berhari-hari. Rambut itu tak lagi tertata rapih. Mencuat dan kusut dibeberapa bagian. Hanya bisa terduduk dikursi kayu yang sama sekali tidak terlihat nyaman.
Krit,suara pintu ruangan gelap dimana Min Jung disekap itu terbuka. Menampakan seorang pria yang terlihat berkarisma dan berwibawa. Berjalan mendekati Min Jung yang tertidur dan lemas.

“Bangun” ucap pria itu namun Min Jung masih belum membuka matanya.

“Siram dia dengan air” titah pria itu pada dua pria yang menjaga pintu.

Byuuurr.. seketika guyuran air itu membuat Min Jung tersadar dari tidurnya. Menegakan kepala dan menatap remang pria yang sudah berdiri dihadapannya.

“Bagaimana, apa kau sudah setuju dengan permintaanku ?”

“Lepaskan aku” racau Min jung.

“Kau akan kulepaskan jika sudah mengabulkan permintaanku”

“Lepaskan aku” racau Min Jung lagi.

“Yaaakk !”

“Lepaskan aku, dasar kau gay kepar*t !” pekik Min Jung pada pria yang sudah terlihat merah padam karena kesal.

“Sumpal mulut wanita itu dengan handuk kotor !” balas pria itu memekik. Pria yang sebenarnya adalah mantan seorang mentri dikorea selatan. Menteri yang dinonaktifkan karena pemberitaan scandal atas perintah Park Min Jung. Wanita yang dulu menyukainya namun merasa terhina karena ia menyukai seorang namja yang ternyata gay sebagai cinta pertamanya. Benar, orang yang menculik Min Jung adalah ayah Taehyung. Mentri Kim Myung Woo.

“Hmm..hmmpt...hmrr..” Min Jung hanya bisa bergumam tak jelas saat mulutnya sudah tersumpal handuk membuat mentri Myung tersenyum kecil melihatnya.

“Wanita sialan ! Aku hanya ingin kau membersihkan namaku dengan mengakui bahwa kau memiliki maksud lain saat menyebarkan berita itu, lagi pula kau benar-benar aneh. Aku bahkan tak mengenalmu, kenapa kau bisa membenciku ? semua salahmu karena kau menyukai orang yang salah sepertiku, semua salahmu, jadi jangan menyalahkanku karena aku berbeda nyonya Park Min Jung” ucap mentri Myung dihadapan Min Jung dan wanita itu hanya bisa menggeram dengan pandangan setajam pedang.

“Buka penutup mulutnya” titah mentri Myung. Ia ingin mendengar apa yang akan dikatakan wanita itu setelah ia berbicara seperti itu.

“Cih, aku memang menyukaimu tapi itu dulu ! dan aku menyesal pernah menyukai namja sepertimu. Aku hanya tidak bisa melihat kau bisa sesukses sekarang bahkan menjadi mentri dan membohongi semua orang bahwa kau lelaki normal, Kim Myung Woo !”

“Kau wanita gila !”

“Lepaskan aku sekarang juga” desis Min Jung

“Jangan harap kau bisa pergi sebelum menerima persyaratannya” Min Jung mengalami dilema, jika ia menerima persyaratan Myung Woo, karirnya bisa hancur. Mungkin ia bisa dipecat dari MMC setelah pengakuannya tersebar. Memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan pribadi. Orang akan mengecap dirinya seperti itu. Tapi jika bersikukuh untuk menolak, ia akan terkurung disana selamanya. Diruangan gelap dengan satu lampu remang bersamanya. Terikat dan tak bisa melakukan apa-apa. Kemungkinan terburuk adalah bisa saja ia mati.

“Wae ? kenapa kau diam ? apa kau tengah memikirkan semua resikonya ? kau harusnya memikirkan hal itu sebelum berurusan denganku. Bukan malah menuruti dendam yang tak berasalan itu” Min Jung hanya bisa diam, menatap kosong tembok disampingnya.

“Ma maafkan aku” Myung Woo mengernyit saat mendengar apa yang wanita dihadapannya itu ucapkan.

“Maafkan aku Myung Woo, aku tahu aku salah, aku minta maaf atas semuanya. Kau tidak tahu perasaanku, kau tidak mengerti, dulu aku begitu menyukaimu dan selalu mengawasimu tapi saat aku tahu kau tidak menyukai perempuan, aku berbalik membencimu, kau menghina perasaanku. Aku tidak bisa menerima semua kenyataan itu. Terlebih saat melihatmu menjadi orang yang sukses, aku makin membencimu karena selalu melihat ataupun mendengar semua kabar tentangmu. Kau tahu kan aku bekerja dimana ? sebuah perusahaan berita yang cukup besar, kau bisa bayangkan kami tak akan jauh dari pemberitaan tentang pemerintahan apalagi para mentrinya dan disana ada kau, mentri dengan reputasi terbaik yang selalu hadir ditelinga dan mataku. Aku mungkin gila karena membencimu dengan alasan yang terdengar sepele tapi aku yang merasakannya sedangkan kau tidak” jelas Min Jung panjang lebar. Tak ada raut kebohongan dari penuturannya itu.

“Kau tahu apa yang kau hancurkan ? bukan reputasi ataupun jabatanku. Kau menghancurkan perasaan seorang anak yang selama ini kujaga. Kau tahu kenapa aku tak mengakui pada publik bahwa aku seorang gay ? bukan karena reputasi ataupun jabatan tapi karena seorang anak yang tak pernah kubayangkan akan lahir dan menjadi anaku yang paling ku sayangi. Aku berusaha menjadi ayah yang sewajarnya. Menjadi ayah dambaan seperti yang ada dalam bayangan anakku. Hanya itu Min Jung, mungkin awalanya aku memang selalu memikirkan reputasiku tapi sejak Taehyung hadir, aku mulai memikirkan semuanya. Memikirkan Bagaimana menjadi ayah dan bagaimana menjaga perasaan anaknya jika ia tahu bahwa ayahnya tidak normal. Kau pasti tidak bisa membayangkan reaksi dan sikap anak ku sekarang pada ku, aku sedih melihatnya melebihi rasa sedihku yang mendapat cercaan dari masyarakat karena ketidak normalanku. Kau tidak mengerti karena kau tidak merasakannya” papar mentri Myung. Membuat Min Jung diam seribu bahasa. Ia tahu ia salah. Ia tidak pernah memikirkan semua itu. ia hanya menuruti egonya saja. ego betapa senangnya saat melihat Myung Woo hancur.

“Maafkan aku” hanya itu yang dapat Min Jung ucapkan setelah mendengar penuturan dari Myung Woo.

“Simpan kata maaf mu itu, kau akan membusuk disini jika tetap menolak persyaratanku”

“A..andwae. a aku akan menerima persyaratanmu. Kau boleh merekam pengakuanku dan menyebarkannya diinternet ataupun media lainnya” mentri Myung sempat terkejut namun kemudian ia tersenyum dan mempersiapkan semuanya.

<<>> 

Jieun tengah mengetik materi untuk headline minggu ini. Meski Min Jung sajangnim tidak ada, dan perusahaan sedikit teralihkan pada menghilangnya wanita itu, Jieun harus tetap bekerja seperti biasa. Ia harus memberikan yang terbaik. Kadang ia berkonsultasi pada Han Gi Jong soal materi yang dibuatnya. Han Gi Jong adalah seniornya dikantor, namja berumur 40 tahunan itu orang yang cukup baik menurut Jieun. Memberikan wawasan lebih dan orangnya ramah. Jieun sudah menganggap orang itu seperti kakak nya sendiri.

Dengan segelas susu yang menemaninya, Jieun terlihat serius mengerjakan pekerjaannya diruang tengah apartemennya itu.

Drrt drrt

Ponsel yang ia letakan dimeja kecil itu bergetar. Meski tak ada bunyi yang keluar,  hal itu cukup mengganggu Jieun karena bergetar beberapa kali saat Jieun tak mengangkatnya. Membuat Jieun kesal saat ponsel itu kembali bergetar.

"Sebenarnya siapa yang menelpon malam-malam seperti ini, mengganggu saja" rutuk Jieun Seraya bangkit untuk meraih ponselnya. Melihat sejenak nama yang tertera dilayar kecil itu.

Chanyeol ? Apakah ada sesuatu yang penting ?

"Hall-"

"Jieun nyalakan tv sekarang" suara itu terdengar memaksa dan terburu-buru.

"Memangnya ada apa ?"

"Nyalakan sekarang !" Tanpa bertanya lagi Jieun berlari meraih remote tvnya dan menyalakannya. Melebarkan matanya saat melihat Min Jung sajangnim disana. Duduk disebuah sofa disebuah ruangan yang terlihat bersih. Terlihat baik-baik saja dan elegan seperti biasa.

"Bu bukankah itu Min Jung sajangnim ?" ucap Jieun.

"Benar, itu bibi tapi dimana dia sekarang ?"

"Kenapa breaking news memberitakan dia ?"

"Ada sebuah video yang tersebar diinternet dan kini banyak yang menyebarluaskannya, bahkan diacara berita seperti yang kau tonton saat ini" Jieun menjauhkan ponselnya, ia memperhatikan dengan seksama acara berita yang ditontonnya.

Mwo ? Jadi alasan Min Jung sajangnim mempublikasi berita scandal itu hanya karena dendam ?

Jieun mengganti chanel dan berita tentang video pengakuan Park Min Jung sangat mendominasi. Dimana-mana membicarakan video pengakuan itu.

Jieun kembali menempelkan ponselnya ditelinga.

"Apa kau sudah tahu semua ini Chanyeol ?"

"A aku sudah tahu" jawab Chanyeol ragu.

"Kenapa kau tidak memberitahuku !" pekik Jieun dan langsung menutup telepon. Kini rasa bersalah yang mulai luntur itu  kembali hadir dan semakin besar. Dengan bodoh Jieun menyerahkan berita scandal orang tua Taehyung hanya untuk ajang balas dendam atasannya ? Oh Jieun tidak bisa mempercayai hal itu. Harusnya Jieun tak pernah setuju untuk menyerahkan rekaman itu kepada Park Min Jung. Tapi pikiran lain muncul, bertanya dengan penuh keingintahuan.

Tapi kenapa sampai ada pengakuan Min Jung sajangnim diinternet ? Apa mungkin semua ini ulah mentri Myung ?

Ah molla ..

Jieun menyenderkan punggungnya pada sandaran sofa. Terdiam dengan beribu pertanyaan dan analisa dikepalanya.

Sehari setelah video pengakuan itu beredar dan menjadi perbincangan diberbagai media. Min Jung dilepaskan didepan rumahnya sendiri pada pagi-pagi buta. Sesampainya dirumah, In Jung dan Chanyeol langsung menyambutnya. Menanyakan berbagai hal sarat akan kekhawatiran mereka. Min Jung beralasan, ia menghilang karena menenangkan diri untuk menghadapi pengakuan yang akan ia publikasi.

"Jadi bibi sendiri yang menyebarkan video itu diinternet ?"

"Benar"

"Eomma kenapa kau melakukan semua ini ?" Tanya In Jung pada sang ibu.

"Eomma hanya merasa bersalah. Eomma tidak bisa hidup karena kesalahan eomma itu. Eomma akan tanggung semua resikonya" bohong, Min Jung tidak menceritakan penculikan itu karena ia sudah menandatangi perjanjian untuk tak memberitahukan pada siapapun apa yang terjadi saat penculikan yang dialaminya. Sekali lagi In Jung memeluk sang ibu. Mengusap punggung sang ibu berulang kali sedangkan Chanyeol hanya bisa memicing.

Benarkah apa yang bibi ceritakan ?

Aku tidak yakin, bibi bukan orang seperti itu. aku mengenalnya, dia bukan orang yang mudah mengakui kesalahannya begitu saja. apa mungkin ... 

To Be Continue






Comments

  1. Jieun chanyeol kapan jadian~ kkkk~ mumpung ultah chanyeol nih sekarang :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ini kn bkan ff romance :p hehe blm tau Jieun sm chanyeol apa engga.
      Oia mksih udh komen :D

      Delete
  2. Jieun ama taehyung aja dah ~
    Kasihn bner dah taehyungnya, dia pergi kmana? Gak bnuh dri kn? Sbar taehyung noona dsini menantimu...

    ReplyDelete
  3. Lanjut dong. Romance.a masukin yah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya pasti d lanjut tp ga tau kapan, tggu aja :-)

      Delete

Post a Comment