(IU) Lee
Jieun, Park Chanyeol, Kim Taehyung (V) etc | Drama | Chapter
Haaiiiiii, hehe akhirnya author bisa post ni ff. dengan keringat dan hasil begadang haha (emang ga bisa tidur deng) inilah kelanjutan GMAJ yang kalian tunggu (ga ada yg nunggu -_-). tapi mungkin ceritanya makin kesini makin gaje :p tapi ga papa, karena author orang yg bertanggung jwb jadi bkal diterusin nyampe END meski dengan alur yg berubah-ubah sesuai mood haha. Oia mungkin bkal bnyak typo, maklumin aja y :p
Jangan lupa kritik dan sarannya :-)
Oke segitu aja, See Ya !
Jieun menelan ludahnya, Baru kali ini ia begitu takut,
pandangan Taehyung benar-benar tidak seperti biasanya. Jieun dapat melihat jika
ada rasa curiga, penasaran dan bingung bercampur disana.
Apa yang harus
kulakukan ?
Apakah aku jujur saja
?
Taehyung masih menunggu Jieun membuka mulut. Namja itu
semakin tak mengerti. Selama ia tinggal dirumah Baekhyun, Taehyung sudah
memikirkan semuanya. Pikiran-pikiran itu membuatnya berfikir jika ada saling
keterkaitan satu sama lain.
_
___
“Mi mian”Ucap Taehyung membuat Jieun makin bingung dengan
situasi itu. Ia berpaling dari hadapan Jieun seraya memegangi kepalanya dengan
kedua tangan.
“Mian noona, mungkin aku hanya sedang pusing. Mana mungkin
kau ada hubungan dengan semua masalah ini” lanjut Taehyung. Jieun yang melihat
hal itu justru semakin merasa bersalah.
Kau mengingatkanku
pada Jimin.
Mian Taehyung-a
Jieun perlahan menggerakan tangannya, ia ingin membelai
kepala Taehyung namun-
“AARRGGH” Jieun terkejut saat Taehyung tiba-tiba berteriak.
Jieun sangat merasa bersalah, ia membuat bocah ceria itu seperti sekarang.
Aku tak punya pilihan
lain
Taehyung kembali menunduk dan Jieun yang masih duduk
disampingnya, kembali memberanikan diri untuk menenangkan Taehyung. Jieun
meraih kepala Taehyung dan menyandarkan dibahunya.
“Kau tidak boleh seperti ini. Setidaknya kau sudah
mengetahui semuanya”
“Tapi ini terlalu mengejutkan bagiku noona”
“Terima semua kenyataan itu Hyung-a, maka perasaanmu akan
menjadi lebih baik”
Taehyung tersenyum miris. “Banyak hal yang sangat mudah
untuk dikatakan tapi begitu sulit untuk dilakukan noona”
Jieun tahu itu, Jieun sangat tahu. Tapi setidaknya sekarang
dia harus menghibur korban dari berita yang ia selidiki. Korban yang sebenarnya
tidak Jieun inginkan.
“Temui ayah dan ibumu lalu bicarakan semuanya. Apapun
alasannya mereka tetap menyayangimu dan menganggapmu sebagai anak, bukan ?”
“Mereka menjijikan”
Deg .. Jieun tidak menyangka Taehyung akan berucap kata-kata
seperti itu. Jieun menoleh dan membelai wajah Taehyung.
“Jangan pernah mengucapkan hal buruk seperti itu pada orang
tuamu” Taehyung menampik tangan Jieun lalu bangkit. Berdiri dihadapan Jieun
dengan raut penuh amarah.
“Kau tidak tahu apa yang kurasakan noona !” berteriak
frustasi dihadapan Jieun lalu pergi meninggalkan Jieun.
___
Jieun berjalan dengan tak bersemangat. Ia kembali ke
restoran dimana Chanyeol masih menunggu seraya memakan daging panggang dan
meminum bir.
“Eoh ? urusanmu sudah selesai Jieun-ssi ?” Jieun menghela
nafas dan duduk.
Tidak mungkin akan
selesai semudah itu, jawab Jieun dalam hati. Jieun mengambil sumpit dan
mulai mengambil satu persatu irisan daging hasil panggangan Chanyeol.
Memasukannya tanpa jeda membuat mulutnya penuh. Jieun memakannya dengan
pandangan kosong kearah luar jendela restoran. Chanyeol yang memperhatikan hal
itu hanya bisa mengernyit dan tampak cengo.
Ada apa dengannya ?
Aishh .. kenapa dia
memakan semuanya !?
<<>>
“Noona bagaimana kabarmu ?”
“Aku baik Jimin-a”
“Noona aku ingin mengunjungimu”
“Ey mana boleh, kau harus banyak istirahat sayang. Apa kau
sudah meminum obat ?”
“Eum, aku meminumnya seperti aku memakan permen haha..”
Jieun berkaca-kaca mendengar hal itu, adiknya yang memiliki penyakit parah itu
bahkan masih bisa bercanda dengan penyakitnya. Inilah alasan Jieun, alasan
Jieun kenapa ia harus mendapat pekerjaan yang layak, pekerjaan dengan gaji yang
lumayan untuk dirinya, kehidupannya dan biaya perawatan adiknya, Lee Jimin.
“Jimin-a, noona memiliki adik baru disini, saat melihatnya
aku jadi teringat padamu”
“Jinjja ? tapi aku lebih tampan kan haha..”
“Haha .. tentu saja kau lebih tampan sayang”
“Noona ku harap kau selalu sehat dan menemaniku sampai akhir”
“Y yaak kenapa berbicara seperti itu. Kau akan hidup lebih
lama dariku, kau tidak boleh mati sebelum aku, arraseo ?”
“Eum” Jimin mengangguk meski Jieun tak dapat melihatnya.
____
Mentri Myung tengah memperhatikan sebuah foto. Menatapnya
lama seraya duduk dikursi ruangan kerjanya.
“Mereka wartawan dari MMC tuan”
“Beraninya mereka”
“Mereka hanya diberi tugas, oleh atasan mereka bernama Park
Min Jung”
“Park Min Jung ? Selidiki wanita bernama Park Min Jung itu”
lelaki tegap dengan pakaian rapi itu membungkuk dan pergi.
<<>>
Udara pagi ini begitu berbeda, Setidaknya berbeda bagi
Jieun. Pagi ini adalah hari ia kembali bekerja di MMC. Pakaian rapih, make up
alami, sepatu mengkilap, dan tak lupa sebuah camera menggantung dilehernya.
Jieun siap bekerja lagi.
Jimin-a, noona janji akan
menghasilkan banyak uang !
Jieun merasa termotivasi dengan semangatnya. Hari ini dan
hari-hari selanjutnya ia akan bekerja lebih keras dari siapapun. Dan jangan
sampai ia dipecat lagi.
“Pagi Jieun-ssi”
“Eo ? pagi Chanyeol-ssi” senyum sumringah Jieun berikan pada
setiap orang yang ia temui tak terkecuali Chanyeol.
Jieun sampai dimeja tempat biasa ia bekerja dulu. Jieun
berdiri sejenak dan memperhatikan meja kerjanya itu.
Akhirnya aku bisa
kembali.. Entah harus senang atau sedih. Semua kekacauan yang Jieun buat
dihidup orang lain adalah karena menginginkan pekerjaannya lagi. Disatu sisi ia
senang namun disisi lain ia merasa menjadi orang paling jahat. Jieun sedang
berusaha menjadi sisi yang bahagia karena impiannya untuk kembali bekerja
akhirnya terwujud namun sisi bersalahnya pada Taehyung selalu mencuat tanpa
komando.
Sudahlah Jieun,
pikirkan saja Jimin. Kau harus mendapat banyak uang dan bertahan ! Ya !
Fighting !
Jieun mengesampingkan orang lain karena dirinya sendiri pun
perlu dikasihani.
“Owh selamat datang Jieun-ssi” suara itu tampak tak asing
ditelinga Jieun. Jieun menoleh dan mendapat Min Jung disana. Masih dengan
gayanya yang sok elegan.
“Eoh terima kasih Park sajangnim”
“Bisakah kita berbicara diruanganku ?”
“Oh te tentu sajangnim” Tanpa berlama-lama Jieun pun
mengekori Min Jung menuju ruangan atasannya itu.
Disisi lain Chanyeol yang sedari tadi memperhatikan Jieun
hanya bisa mengernyit keheranan.
Untuk apa bibi
menyuruh Jieun keruangannya ?
Chanyeol memang tak lagi menempati meja Jieun dan sekarang
ia menempati meja salah satu karyawan yang dimutasi juga oleh bibinya. Awalnya
Chanyeol ingin kembali protes. Kenapa bibinya tidak pernah berubah ? memutuskan
apa saja sesuai keinginan sendiri namun bibi Chanyeol menjelaskan alasan memindahkan
karyawan itu. bukan demi Chanyeol tapi karena kinerjanya yang menurun dan
cabang didaerah itu memang membutuhkan karyawan baru. Itulah alasan bibi
Chanyeol memindahkan karyawan yang sebelumnya menempati meja Chanyeol.
“Duduklah” Jieun pun duduk.
“Jieun-ssi, kali ini aku tidak menyangka”
“Maksud sajangnim ?”
“Aku tidak menyangka jika kau berhasil mendapat berita
scandal mentri M itu”
“Ah itu hanya- ”
“Sangat bagus, sebagai seorang wartawan kau harus seperti
itu. berani dan percaya diri, cari sampai akar dan jangan pernah menyerah”
Jieun hanya tersenyum canggung.
Kau tidak tahu saja
bagaimana pengorbananku ..
“Dan sekarang aku yakin kau sudah berubah, jadilah wartawan
yang agresif oke ? aku yakin kau akan menjadi wartawan yang hebat kelak”
“Ne sajangnim”
“Baiklah kau boleh pergi” Jieun mengangguk, bangkit dan
keluar ruangan Min Jung. Jieun hanya bisa menghela nafas.
____
“Apa yang bibi katakan padamu ?”
“...” Jieun hanya memakan makan siangnya dan tak berniat
menjawab pertanyaan Chanyeol. Lagi pula sejak kapan namja itu duduk dihadapan
Jieun ? Jieun tidak menyadarinya sama sekali. Kali ini Jieun hanya akan
memfokuskan diri untuk bekerja dan tak akan memikirkan hal lain.
“Ya ! apa kau tidak mendengarkanku ?” Jieun mendongak dengan
jengah.
“A aku hanya ingin tahu” jawab Chanyeol kemudian.
“Bibimu hanya memujiku atas penyelidikan scandal mentri M
itu”
“Ooh.. apa hanya itu ?”
“Hanya itu” Chanyeol diam sejenak.
Hanya itu tapi kenapa
kau lebih banyak diam dari biasanya. Apa dia masih memikirkan Taehyung ?
____
Satu Minggu berlalu dan dalam kurun waktu tersebut, Jieun
mendapati Taehyung berubah, anak ceria yang sebenarnya baik itu mulai
menunjukan sikap yang berbeda. Ia bahkan pernah datang ke apartement Jieun
dalam keadaan mabuk dan Taehyung bercerita jika kini ia tidak pernah pulang
kerumah dan menginap dirumah Baekhyun. Hal itu mau tak mau memunculkan perasaan
bersalah yang Jieun pendam. Jieun tidak ingin lagi memikirkan rasa bersalahnya
itu namun selama ia masih berhubungan dengan Taehyung dan melihat kekacauan
yang ia buat pada hidup anak itu, Jieun tidak akan bisa tenang meski ia
mendapat pekerjaannya kembali.
Hingga pada suatu hari Jieun benar-benar tidak pernah
mendapat kabar dari Taehyung lagi. Nomor ponselnya pun tidak aktif, entah Jieun
harus khawatir atau senang karena tiba-tiba Taehyung tak lagi berada
disekitarnya.
Apa anak itu sudah
tahu semuanya ?
Jieun hanya bisa menebak-nebak. Kenapa Taehyung tak lagi
menghubunginya ? kemana anak itu ? ada rasa khawatir dan lega karena dengan
kata lain Jieun sedikit melupakan dilema dihatinya kepada Taehyung jika anak
itu tak lagi menemuinya.
___
5 Bulan kemudian
“Hoi”
“Ya ampun, kau mengejutkanku Chanyeol-ssi”
“Ahehe.. ini, jus untukmu” Jieun hanya melihat kotak jus
yang Chanyeol sodorkan padanya.
“Ey, ayo cepat ambil” dengan ragu dan penuh tanya akhirnya
jus itu berpindah tangan.
Benar.. perlakuan
Chanyeol padaku semakin hari semakin berubah, dia menjadi jauh lebih perhatian.
Apa mungkin.. dia menyukaiku ?
Ah aniya aniya..
jangan terlalu percaya diri Ji.
"Apa
kau sudah mendapat berita untuk headline minggu depan ?" Tanya namja itu.
Jieun mengangguk Seraya meninum jus pemberian Chanyeol.
"Waah
daebak, apa berita yang akan kau muat ?"
"Kurasa
kasus keracunan yang terjadi pada karyawan di pabrik Zan Soo"
"Eum
itu memang berita yang sedang hangat tapi apa kau yakin bisa menyelidikinya ?
Pihak pabrik itu sangat tertutup dan sulit diwawancarai"
"Aku
akan melakukan apapun. Aku tidak akan mengecewakan kepercayaan yang sudah
diberikan padaku untuk menentukan headline"
"Benar
sih.. Kau beruntung mendapat kesempatan seperti ini"
"Aku
tahu" Jieun menyadari hal itu. Bertahun-tahun ia bekerja namun baru kali
ini ia diberi kesempatan untuk menentukan headline berita yang akan di publish.
Jieun tidak akan mengecewakan kesempatan yang ia dapat.
___
Libur
adalah sesuatu yang sangat sulit didapatkan oleh seorang wartawan namun hari
ini Jieun mendapatkan jatah liburnya dan ia menggunakan itu untuk pulang
kampung. Menemui kedua orang tuanya, juga adiknya.
Berkumpul
dan menikmati masakan ibu. Meraskan hangatnya sebuah keluarga dan semua itu
terjadi saat mereka makan bersama.
"Apa
pekerjaanmu lancar Ji ?"
"Lancar
ayah, kurasa kinerjaku semakin baik"
"Bagus
sayang, ibu harap kau bisa mendapatkan promosi jabatan"
"Haha
ibu kau berlebihan tapi kuharap juga begitu"
"Wuaaah
noona ku hebat"
"Tentu
saja, noona hebat juga karena mempunyai adik sepertimu Jimin-a"
"Haha
noona kau pasti bercanda, apa yang bisa kau banggakan dari adik penyakitan
seperti ku"
"Hey,
jangan merusak suasana, kau ini"
"Ahaha
Mian, noona kau yang terbaik !" Hanya bisa tersenyum, itu yang Jieun
lakukan saat ini. Melihat adiknya tetap hidup dan tersenyum adalah hal yang
paling menyenangkan juga penuh syukur.
___
Malam
ini, sama seperti malam lainnya. Namun Jieun lebih bahagia karena dapat menghabiskannya
dengan sang adik. Ya, Jieun sengaja tidur dengan Jimin dikamarnya. Malam mulai
naik tapi Jieun juga Jimin masih membuka mata, sadar jika waktu seperti ini
jarang mereka dapati. Jadi sebisa mungkin untuk memanfaatkannya.
Jieun
sangat menyayangi Jimin lebih dari ia menyayangi kedua orang tuanya. Jimin
sakit sejak lahir. Dulu banyak anak yang kadang meledek Jimin namun Jieun
selalu setia disamping sang adik. Membelanya, menyayanginya dan melindunginya.
Ibu Jieun pernah bilang pada Jieun bahwa Jimin kemungkinan besar tidak akan
pernah lahir karena ibu Jieun pernah mengalami kecelakaan. Sebuah tabrak lari.
Hari itu ibu Jieun pendarahan hebat dan
sang dokter mengatakan kemungkinan janin didalam perutnya bisa meninggal jika
dipaksakan lahir namun sebuah keajaiban datang. Jimin lahir namun memiliki
penyakit yang membuat tubuhnya lemah dari bayi-bayi pada umumnya.
"Jimin-a"
"Eoh"
"Apa
ada yang ingin kau lakukan dan hal itu belum tercapai ?"
"Eum..
Kurasa aku ingin melihat kau memiliki kekasih, noona"
"M
mwo.. Kau ini pintar sekali bercanda. Jawab pertanyaan noona dengan
serius" Jimin menyunggingkan senyum.
"Aku
benar-benar serius noona, aku sedih melihatmu hanya bekerja dan bekerja. Aku
tahu kau begitu gila kerja dan membuatku khawatir"
"Khawatir
kenapa ?"
"Khawatir
apakah ada namja yang Mau dengan kakakku yang gila kerja dan uang, Haha"
"Y
yaak, dasar kau ini"
"Haha..
Kuharap noona segera menemukan namja idamanmu"
"Pria
idamanku adalah kau"
"Haha
.. Noona kau bisa saja. Oia noona, bagaimana kabar adik noona yang lain, yang
tak lebih tampan dariku, aku ingin tahu dia orang yang seperti apa ?"
Pertanyaan
itu , kembali membuka ingatan Jieun tentang Taehyung. Sudah berbulan-bulan
berlalu dan Jieun juga tidak tahu bagaimana kabar Taehyung sekarang. Jieun tak pernah
mendapat berita apapun tentang Taehyung sejak 5 bulan lalu. Jika memang
Taehyung sudah mengatahui semua keberannnya, tidak mungkin anak itu hanya
menghilang begitu saja. Jika benar Taehyung sudah mengetahui semuanya, anak itu
pasti akan datang kepada Jieun dan meminta penjelasan atau paling tidak anak
itu pasti akan mengeluarkan perasaan marah dan kecewa. Tapi hal itu tidak
terjadi, Taehyung hanya menghilang bak ditelan bumi. Entah kenapa dan apa
alasannya. Jieun sama sekali tidak tahu.
"Noona
juga tidak tahu"
"Mwo,
apa noona sudah tidak berhubungan atau bertemu dengannya lagi?" dan Jieun
membenarkan.
"Wae
?"
"Noona
tidak tahu, kurasa ia memiliki banyak masalah yang noona tidak tahu"
bohong Jieun. Justru mungkin Jieun menyebab semua itu.
"Ooh,
yasudahlah noona masih memiliki aku, anggap saja aku sebagai teman noona
juga"
"Tentu
saja. Sekarang giliranmu, ceritakan pada noona semua yang terjadi saat noona
tidak disini"
"Ahehe.."
"Wae
? Kenapa malah tersenyum ?"
"Sebenarnya
ada seorang gadis yang kusukai noona"
"Waah
Jinjja ?" Jimin mengangguk dan cerita berlanjut. Kakak adik itu seakan
lupa jika malam semakin larut, semua yang mereka alami menjadi ajang saling
mendekatkan diri. Mengetahui cerita-cerita baru yang dialami masing-masing.
Bertukar cerita saat waktu yang dilewati tanpa satu sama lain membuat keduanya
mengisi kekosongan yang terlewatkan.
3 hari
tidaklah cukup bahkan satu bulan dirasa tidak cukup bagi Jieun untuk
berlama-lama dirumahnya. Namun ia harus kembali bekerja. Kembali pada rutinitasnya
yang menunggu.
Jieun
sudah menenteng ranselnya. Setelah berpamitan pada kedua orang tuanya dan juga
Jimin, ia melangkah pergi ke stasiun kereta. Menunggu dengan sabar kereta yang
akan membawanya kembali ke Seoul. Kota sejuta cerita.
Setelah
beberapa menit, kereta datang dan akhirnya Jieun duduk disalah satu kursi
dipinggir jendela. Hanya duduk dan menatap keluar jendela saat kereta mulai
kembali melaju.
Termenung,
laju kereta yang semakin cepat membuat jejeran rerumputan yang Jieun lihat
seperti berlarian. Dan tiba-tiba perutnya berbunyi. Ah Jieun ingat, ia hanya
minum susu karena tidak sempat sarapan. Jieun menolak sarapan karena bisa
terlambat naik kereta yang paling pagi. Hasilnya kini ia merasa lapar.
Sebuah
roti keju muncul dihadapannya. Jieun lalu menoleh kesampingnya. Seorang pria
manis mengulurkan tangannya dengan sebuah roti menjulur dihadapan Jieun.
"O
oh tidak perlu" tolak Jieun yang padahal ingin sekali ia menyambar roti
dihadapannya.
Kenapa harus keju !? Itu favoritku ! Batin Jieun.
"Gwenchana,
terima saja. Kebetulan aku memilikinya lebih" ucap namja itu, namja yang
terlihat tampan dari sisi Jieun melihat.
"Ba
baiklah. Gamsahamnida" ucap Jieun Seraya mengambil roti itu sungkan. Namja
itu tersenyum manis.
"Kalau
boleh tahu kau akan turun distasiun mana ?" tanya namja itu.
"Gwi
Yang, bagaimana denganmu ?"
"Benarkah
? Kalau begitu kita sama. Oia kenalkan nama ku Hyun Woo, Lee Hyun Woo"
"Nama
ku Lee Jieun. Senang berkenalan denganmu" lagi , namja itu kembali
tersenyum. Dan setelah itu suasana kembali Hening, Jieun tak berniat mengobrol
lebih jauh. Perlahan ia membuka roti pemberian Hyun Woo dan memakannya dalam
diam. Kembali memandangi segala objek diluar jendela.
<<>>
Jieun
kembali masuk kerja, hari yang padat dan sibuk kembali menyapanya.
“Pagi
Ji”
“Pagi
Minri” Dengan bersemangat Jieun memasuki kantor tempat ia bekerja. Menyapa
setiap orang yang berpapasan dengannya. Melangkah dengan percaya diri memasuki
lift.
“Kau
tahu kabar terbaru yang tengah beredar ?” ucap Minri membuat Jieun menoleh.
“Memang
ada kabar apa ?”
“Min
Jung sajangnim menghilang”
“M mwo ?
menghilang bagaimana maksudmu ?”
“Sejak
kau cuti, Min Jung sajangnim menghilang, kabar yang kudengar ia tidak bisa
ditemukan dimanapun. Ia bahkan tak terlihat masuk kerja sejak saat itu” jelas
Minri.
Apa yang terjadi saat aku cuti ?
____
Jieun
memegang dua buah cup kopi susu ditangannya. Memandang seorang namja yang
tengah duduk terdiam, entah apa yang tengah dipikirkannya. Jieun berjalan
mendekat. Menghampiri namja yang ternyata Chanyeol, menyodorkan salah satu kopi
ditangannya pada namja itu.
“Mau
kopi ?” tanpa menjawab, Chanyeol menerima kopi pemberian Jieun. Memperhatikan
kopi itu sejenak lalu menyeruputnya. Jieun mulai menduduki kursi panjang itu,
kursi yang juga digunakan Chanyeol.
“Sebenarnya
apa yang terjadi dengan bibimu ?” Chanyeol hanya menggeleng.
“Aku
tidak tahu Ji, bibi menghilang sejak 4 hari yang lalu. Aku tidak bisa
menghubunginya dan tidak ada kabar sama sekali dari bibi”
“Kau
sudah melapor pada polisi ?”
“Tentu
saja sudah, tapi polisi belum menemukannya juga. Aku sudah memikirkan beberapa
kemungkinan, mungkin bibi kecelakaan tapi mana mungkin tak ada laporan
kecelakaan yang datang pada keluarga kami. Kemungkinan yang kedua, mungkin bibi
diculik”
“Diculik
?” Chanyeol mengangguk.
“Kurasa
itu yang paling mungkin, tapi sampai hari ini kami tak mendapat telepon ataupun
seseorang yang menghubungi kami untuk meminta tebusan”
Jieun
pun mulai berfikir. Memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.
“Apa
Min Jung sajangnim terlihat berbeda sebelum ia menghilang, mungkin ia terlihat
memiliki masalah atau hal lainnya ?” Chanyeol kembali menggeleng.
“Tidak
ada, aku melihat bibi seperti biasanya. Tidak ada yang mencurigakan”
“Kemungkinan
ini memang penculikan Yeol tapi dengan motif yang berbeda”
“Motif
yang berbeda ?” Jieun mengangguk lalu menjelaskan apa yang ia pikirkan.
“Mungkin
ada orang yang tidak menyukai bibimu dan berniat jahat padanya. Ini bukan
masalah uang tapi lebih ke dendam”
“Astaga,
tapi siapa orang yang tidak menyukai bibi !?”
Kurasa banyak batin Jieun karena ia juga tak terlalu
menyukai managernya itu.
“Aku
tidak tahu” lirih Jieun.
____
Kepala
itu terkulai lemah, tangan dan kakinya terikat. Baju dan penampilannya sudah
terlihat mengenaskan. Tak seperti biasanya yang selalu rapi dan elegan. Kini
Park Min Jung lebih seperti pengemis yang tak makan berhari-hari. Rambut itu
tak lagi tertata rapih. Mencuat dan kusut dibeberapa bagian. Hanya bisa
terduduk dikursi kayu yang sama sekali tidak terlihat nyaman.
Krit,suara
pintu ruangan gelap dimana Min Jung disekap itu terbuka. Menampakan seorang
pria yang terlihat berkarisma dan berwibawa. Berjalan mendekati Min Jung yang
tertidur dan lemas.
“Bangun”
ucap pria itu namun Min Jung masih belum membuka matanya.
“Siram
dia dengan air” titah pria itu pada dua pria yang menjaga pintu.
Byuuurr..
seketika guyuran air itu membuat Min Jung tersadar dari tidurnya. Menegakan
kepala dan menatap remang pria yang sudah berdiri dihadapannya.
“Bagaimana,
apa kau sudah setuju dengan permintaanku ?”
“Lepaskan
aku” racau Min jung.
“Kau
akan kulepaskan jika sudah mengabulkan permintaanku”
“Lepaskan
aku” racau Min Jung lagi.
“Yaaakk
!”
“Lepaskan
aku, dasar kau gay kepar*t !” pekik Min Jung pada pria yang sudah terlihat
merah padam karena kesal.
“Sumpal
mulut wanita itu dengan handuk kotor !” balas pria itu memekik. Pria yang
sebenarnya adalah mantan seorang mentri dikorea selatan. Menteri yang
dinonaktifkan karena pemberitaan scandal atas perintah Park Min Jung. Wanita
yang dulu menyukainya namun merasa terhina karena ia menyukai seorang namja
yang ternyata gay sebagai cinta pertamanya. Benar, orang yang menculik Min Jung
adalah ayah Taehyung. Mentri Kim Myung Woo.
“Hmm..hmmpt...hmrr..”
Min Jung hanya bisa bergumam tak jelas saat mulutnya sudah tersumpal handuk
membuat mentri Myung tersenyum kecil melihatnya.
“Wanita
sialan ! Aku hanya ingin kau membersihkan namaku dengan mengakui bahwa kau
memiliki maksud lain saat menyebarkan berita itu, lagi pula kau benar-benar
aneh. Aku bahkan tak mengenalmu, kenapa kau bisa membenciku ? semua salahmu
karena kau menyukai orang yang salah sepertiku, semua salahmu, jadi jangan
menyalahkanku karena aku berbeda nyonya Park Min Jung” ucap mentri Myung
dihadapan Min Jung dan wanita itu hanya bisa menggeram dengan pandangan setajam
pedang.
“Buka
penutup mulutnya” titah mentri Myung. Ia ingin mendengar apa yang akan
dikatakan wanita itu setelah ia berbicara seperti itu.
“Cih,
aku memang menyukaimu tapi itu dulu ! dan aku menyesal pernah menyukai namja
sepertimu. Aku hanya tidak bisa melihat kau bisa sesukses sekarang bahkan
menjadi mentri dan membohongi semua orang bahwa kau lelaki normal, Kim Myung
Woo !”
“Kau
wanita gila !”
“Lepaskan
aku sekarang juga” desis Min Jung
“Jangan
harap kau bisa pergi sebelum menerima persyaratannya” Min Jung mengalami
dilema, jika ia menerima persyaratan Myung Woo, karirnya bisa hancur. Mungkin
ia bisa dipecat dari MMC setelah pengakuannya tersebar. Memanfaatkan jabatannya
untuk kepentingan pribadi. Orang akan mengecap dirinya seperti itu. Tapi jika
bersikukuh untuk menolak, ia akan terkurung disana selamanya. Diruangan gelap
dengan satu lampu remang bersamanya. Terikat dan tak bisa melakukan apa-apa.
Kemungkinan terburuk adalah bisa saja ia mati.
“Wae ?
kenapa kau diam ? apa kau tengah memikirkan semua resikonya ? kau harusnya
memikirkan hal itu sebelum berurusan denganku. Bukan malah menuruti dendam yang
tak berasalan itu” Min Jung hanya bisa diam, menatap kosong tembok
disampingnya.
“Ma
maafkan aku” Myung Woo mengernyit saat mendengar apa yang wanita dihadapannya
itu ucapkan.
“Maafkan
aku Myung Woo, aku tahu aku salah, aku minta maaf atas semuanya. Kau tidak tahu
perasaanku, kau tidak mengerti, dulu aku begitu menyukaimu dan selalu
mengawasimu tapi saat aku tahu kau tidak menyukai perempuan, aku berbalik
membencimu, kau menghina perasaanku. Aku tidak bisa menerima semua kenyataan
itu. Terlebih saat melihatmu menjadi orang yang sukses, aku makin membencimu
karena selalu melihat ataupun mendengar semua kabar tentangmu. Kau tahu kan aku
bekerja dimana ? sebuah perusahaan berita yang cukup besar, kau bisa bayangkan
kami tak akan jauh dari pemberitaan tentang pemerintahan apalagi para mentrinya
dan disana ada kau, mentri dengan reputasi terbaik yang selalu hadir ditelinga
dan mataku. Aku mungkin gila karena membencimu dengan alasan yang terdengar
sepele tapi aku yang merasakannya sedangkan kau tidak” jelas Min Jung panjang
lebar. Tak ada raut kebohongan dari penuturannya itu.
“Kau
tahu apa yang kau hancurkan ? bukan reputasi ataupun jabatanku. Kau
menghancurkan perasaan seorang anak yang selama ini kujaga. Kau tahu kenapa aku
tak mengakui pada publik bahwa aku seorang gay ? bukan karena reputasi ataupun
jabatan tapi karena seorang anak yang tak pernah kubayangkan akan lahir dan
menjadi anaku yang paling ku sayangi. Aku berusaha menjadi ayah yang
sewajarnya. Menjadi ayah dambaan seperti yang ada dalam bayangan anakku. Hanya
itu Min Jung, mungkin awalanya aku memang selalu memikirkan reputasiku tapi
sejak Taehyung hadir, aku mulai memikirkan semuanya. Memikirkan Bagaimana
menjadi ayah dan bagaimana menjaga perasaan anaknya jika ia tahu bahwa ayahnya
tidak normal. Kau pasti tidak bisa membayangkan reaksi dan sikap anak ku
sekarang pada ku, aku sedih melihatnya melebihi rasa sedihku yang mendapat
cercaan dari masyarakat karena ketidak normalanku. Kau tidak mengerti karena
kau tidak merasakannya” papar mentri Myung. Membuat Min Jung diam seribu
bahasa. Ia tahu ia salah. Ia tidak pernah memikirkan semua itu. ia hanya
menuruti egonya saja. ego betapa senangnya saat melihat Myung Woo hancur.
“Maafkan
aku” hanya itu yang dapat Min Jung ucapkan setelah mendengar penuturan dari
Myung Woo.
“Simpan
kata maaf mu itu, kau akan membusuk disini jika tetap menolak persyaratanku”
“A..andwae.
a aku akan menerima persyaratanmu. Kau boleh merekam pengakuanku dan
menyebarkannya diinternet ataupun media lainnya” mentri Myung sempat terkejut
namun kemudian ia tersenyum dan mempersiapkan semuanya.
<<>>
Jieun
tengah mengetik materi untuk headline minggu ini. Meski Min Jung sajangnim
tidak ada, dan perusahaan sedikit teralihkan pada menghilangnya wanita itu,
Jieun harus tetap bekerja seperti biasa. Ia harus memberikan yang terbaik.
Kadang ia berkonsultasi pada Han Gi Jong soal materi yang dibuatnya. Han Gi
Jong adalah seniornya dikantor, namja berumur 40 tahunan itu orang yang cukup
baik menurut Jieun. Memberikan wawasan lebih dan orangnya ramah. Jieun sudah
menganggap orang itu seperti kakak nya sendiri.
Dengan
segelas susu yang menemaninya, Jieun terlihat serius mengerjakan pekerjaannya
diruang tengah apartemennya itu.
Drrt
drrt
Ponsel
yang ia letakan dimeja kecil itu bergetar. Meski tak ada bunyi yang
keluar, hal itu cukup mengganggu Jieun
karena bergetar beberapa kali saat Jieun tak mengangkatnya. Membuat Jieun kesal
saat ponsel itu kembali bergetar.
"Sebenarnya
siapa yang menelpon malam-malam seperti ini, mengganggu saja" rutuk Jieun
Seraya bangkit untuk meraih ponselnya. Melihat sejenak nama yang tertera
dilayar kecil itu.
Chanyeol ? Apakah ada sesuatu yang
penting ?
"Hall-"
"Jieun
nyalakan tv sekarang" suara itu terdengar memaksa dan terburu-buru.
"Memangnya
ada apa ?"
"Nyalakan
sekarang !" Tanpa bertanya lagi Jieun berlari meraih remote tvnya dan
menyalakannya. Melebarkan matanya saat melihat Min Jung sajangnim disana. Duduk
disebuah sofa disebuah ruangan yang terlihat bersih. Terlihat baik-baik saja
dan elegan seperti biasa.
"Bu
bukankah itu Min Jung sajangnim ?" ucap Jieun.
"Benar,
itu bibi tapi dimana dia sekarang ?"
"Kenapa
breaking news memberitakan dia ?"
"Ada
sebuah video yang tersebar diinternet dan kini banyak yang menyebarluaskannya,
bahkan diacara berita seperti yang kau tonton saat ini" Jieun menjauhkan
ponselnya, ia memperhatikan dengan seksama acara berita yang ditontonnya.
Mwo ? Jadi alasan Min Jung sajangnim
mempublikasi berita scandal itu hanya karena dendam ?
Jieun
mengganti chanel dan berita tentang video pengakuan Park Min Jung sangat
mendominasi. Dimana-mana membicarakan video pengakuan itu.
Jieun
kembali menempelkan ponselnya ditelinga.
"Apa
kau sudah tahu semua ini Chanyeol ?"
"A
aku sudah tahu" jawab Chanyeol ragu.
"Kenapa
kau tidak memberitahuku !" pekik Jieun dan langsung menutup telepon. Kini
rasa bersalah yang mulai luntur itu
kembali hadir dan semakin besar. Dengan bodoh Jieun menyerahkan berita
scandal orang tua Taehyung hanya untuk ajang balas dendam atasannya ? Oh Jieun
tidak bisa mempercayai hal itu. Harusnya Jieun tak pernah setuju untuk menyerahkan
rekaman itu kepada Park Min Jung. Tapi pikiran lain muncul, bertanya dengan
penuh keingintahuan.
Tapi kenapa sampai ada pengakuan Min
Jung sajangnim diinternet ? Apa mungkin semua ini ulah mentri Myung ?
Ah molla ..
Jieun
menyenderkan punggungnya pada sandaran sofa. Terdiam dengan beribu pertanyaan
dan analisa dikepalanya.
Sehari
setelah video pengakuan itu beredar dan menjadi perbincangan diberbagai media.
Min Jung dilepaskan didepan rumahnya sendiri pada pagi-pagi buta. Sesampainya
dirumah, In Jung dan Chanyeol langsung menyambutnya. Menanyakan berbagai hal
sarat akan kekhawatiran mereka. Min Jung beralasan, ia menghilang karena
menenangkan diri untuk menghadapi pengakuan yang akan ia publikasi.
"Jadi
bibi sendiri yang menyebarkan video itu diinternet ?"
"Benar"
"Eomma
kenapa kau melakukan semua ini ?" Tanya In Jung pada sang ibu.
"Eomma
hanya merasa bersalah. Eomma tidak bisa hidup karena kesalahan eomma itu. Eomma
akan tanggung semua resikonya" bohong, Min Jung tidak menceritakan
penculikan itu karena ia sudah menandatangi perjanjian untuk tak memberitahukan
pada siapapun apa yang terjadi saat penculikan yang dialaminya. Sekali lagi In
Jung memeluk sang ibu. Mengusap punggung sang ibu berulang kali sedangkan
Chanyeol hanya bisa memicing.
Benarkah apa yang bibi ceritakan ?
Aku tidak yakin, bibi bukan orang
seperti itu. aku mengenalnya, dia bukan orang yang mudah mengakui kesalahannya begitu saja. apa mungkin ...
To Be Continue
Jieun chanyeol kapan jadian~ kkkk~ mumpung ultah chanyeol nih sekarang :D
ReplyDeleteIni kn bkan ff romance :p hehe blm tau Jieun sm chanyeol apa engga.
DeleteOia mksih udh komen :D
Jieun ama taehyung aja dah ~
ReplyDeleteKasihn bner dah taehyungnya, dia pergi kmana? Gak bnuh dri kn? Sbar taehyung noona dsini menantimu...
Lanjut dong. Romance.a masukin yah
ReplyDeleteIya pasti d lanjut tp ga tau kapan, tggu aja :-)
Delete