Give Me A Job



Cast    : IU / Lee Jieun, Park Chanyeol, Kim Taehyung (V).

Genre  : Drama.

Length : Chapter

Hai, author kembali dengan chapter, tapi ini belum pasti chapter, bisa aja twoshoot atau bisa juga three shoot. Entahlah .. ya udah selamat membaca aja. Jangan minta cepet2 update, sekarang author mau nyantai-nyantai aja biar ceritanya juga ga buyar :p
Oia Jangan lupa komen dan mian klo ada typo harap maklum aja y ;D



Saat semua orang sibuk menghindari hujan, gadis dengan rambut panjangnya itu justru terlihat tak menghiraukan jutaan tetes air hujan. Dingin, tetesan air hujan itu begitu dingin saat sampai dipermukaan kulitnya. Jieun, dia bukan gadis yang tengah patah hati karena seorang lelaki. Bukan pula tengah bersedih karena kehilangan seseorang.

Jieun menghembuskan nafasnya yang tampak mengepul dicelah-celah tetesan hujan. Ia memang tengah bersedih, bersedih karena baru saja kehilangan pekerjaannya. Pekerjaan yang amat ia cintai, namun sepertinya ia tidak ditakdirkan untuk menjadi seorang Jurnalis. Hampir 2 tahun ia bekerja, memang belum terlalu lama tapi mampu membuatnya putus asa seperti sekarang. Ia dipecat dengan alasan tak dibutuhkan lagi. Jieun ingin menertawakan dirinya sendiri. Ia bekerja mati-matian selama dua tahun kebelakang namun dipecat begitu saja karena alasan tak masuk akal itu. Ia tahu, alasan yang sebenarnya adalah karena namja itu. Namja jangkung sok ramah bernama Park Chanyeol. Namja baru yang kini menggantikan posisinya. Mendapat kemudahan memasuki pekerjaan karena bantuan saudaranya yang tak lain adalah atasan Jieun bernama Park Min Jung.


“Sialan ..” Jieun mengumpat seorang diri. Merutuki dirinya yang kini tampak menyedihkan. Berjalan dengan menenteng kardus ditengah guyuran hujan. Sepatu  tingginya begitu membuat kakinya kesemutan. Rambut panjangnya lepek tak karuan plus baju basah yang membuatnya terlihat seperti kucing tercebur air. Lagi-lagi hanya bisa menghembuskan nafas pelan seraya menutup matanya sekejap. Jieun belum mempunyai rencana setelah ini. Apa yang harus ia lakukan, jawaban apa yang harus ia berikan saat ibunya tahu bahwa ia sudah tak bekerja lagi, semuanya berputar membuat kepalanya berdenyut.


“Jieun ?” Jieun menoleh saat sebuah suara terdengar menyebut namanya.


Oh tidak, kenapa harus dia ...


“Jieun .. kau .. ada apa denganmu ?” tanya seorang yeoja berambut panjang ikal dengan payung hitamnya. Terlihat berlawanan arah dengan Jieun. Dan kini mereka berhenti dari langkah masing-masing. Pertemuan tak sengaja yang sebenarnya sangat tidak Jieun harapkan.

“Kau pasti senang melihatku seperti ini” ucap Jieun datar. Joo Yerin, teman SMA Jieun yang terlihat high class dan suka pamer apapun kepada teman-temannya itu mengernyit bingung.

“Eiy .. apa maksudmu ?”

Kau tahu apa maksudku

“Aku baru saja dipecat” jawab Jieun malas.

“MWO !?” Yerin menutup mulutnya yang berbentuk O saat mendengar Jieun si Juara kelas kini dipecat dari pekerjaannya. Yerin,  tersenyum kecil, dalam hati ia berkata ‘Kabar yang sangat bagus untuk disebarkan’

“Omo, kasihan sekali uri Jieunie” ucap Yerin sok prihatin. Padahal Jieun juga tahu yeoja itu hanya tengah meledeknya. Jieun memutar kedua bola matanya malas.

“Kalau begitu aku duluan” ucap Jieun berniat mengakhiri pertemuan tak sengaja itu.

“Oh okey, bye” Jieun kembali berjalan dan Yerin masih menatap kepergian Jieun dengan lambaian tangan yang terlihat merendahkan.

“Sulit dipercaya” gumam Yerin sebelum kembali melangkahkan kaki.

___

Bruukk

Jieun mengistirahatkan badannya disebuah sofa, badannya kini terasa lebih ringan setelah mandi air hangat. Matanya kini memandang kardus yang tadi ia bawa, tergeletak tak berdaya di ruang setelah pintu depan. Basah dan mengenaskan.

“Apa yang harus kulakukan sekarang ?” bergumam kecil lalu menyandarkan kepalanya. Memejamkan mata berniat supaya sebuah ide terlintas dan kembali membuka matanya cepat.

“Aku tahu aku harus apa” tersenyum penuh semangat seperti ia yang sedia kala.

___

“Mwo !? kau dipecat ?” Jieun sedikit menjauhkan ponsel yang berada ditelinga kanannya.

“Ne” menjawab dengan nada malas kepada Suzy disebrang sana.

“Waee ? kenapa bisa dipecat ?” Jieun menghembuskan nafas.

“Panjang ceritanya”

“Lalu apa rencanamu sekarang ?”

“Aku berniat melamar kerja lagi. Tapi bisakah kau memberikan ku pekerjaan part time sementara ini ?”

“Ck ck ck .. kau itu lulusan S1 dan sekarang malah meminta pekerjaan pada ku yang hanya lulusan SMA, apa kau bercanda ?”

“Oh ayolah ini semua tidak ada hubungannya dengan latar belakang pendidikan”

“Okey, sebaiknya kita bertemu dulu” Suzy dan Jieun pun bersepakat untuk bertemu setelah ini. Suzy adalah gadis cantik yang Jieun kenal saat SMA, mereka cukup dekat namun sayangnya Suzy tak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena masalah biaya. Suzy bekerja disebuah restoran elit sebagai pelayan. Suzy dan Jieun masih sering bertemu dan mengobrol, Jieun tak pernah membeda-bedakan teman, baik yang miskin maupun kaya. Ia mencoba berhubungan dengan siapapun karena ia mempunyai motto bahwa lebih banyak orang yang kau kenal maka akan mempermudah hidupmu.

"Sekarang ?"

"Tentu saja tidak, bagaimana jika besok ?"

"Eum, bagaimana jika Minggu depan. Aku ingin mencari lowongan di perusahaan lain dan mencoba melamar"

"Oke baiklah"

<<>> 

Satu Minggu berikutnya, Jieun sudah duduk manis disebuah restoran tempat Suzy bekerja. Menunggu dalam diam seraya memperhatikan keadaan disekelilingnya.

“Hei” Jieun menoleh dan-

“Oh hei” membalas sapaan Suzy yang kini berdiri dengan nampan juga mengenakan seragam pelayan. Sebenarnya Suzy gadis yang cantik namun sayang nasibnya tak secantik parasnya. Oke, hentikan membahas Suzy. Jieun sudah cukup panik dengan statusnya yang pengangguran.

“Kau butuh pekerjaan kan ?” tanya Suzy dan Jieun tanpa ragu mengangguk mengiyakan.

“Sekarang ikut aku” Jieun berdiri dan mulai mengekori Suzy hingga sampailah ia didepan sebuah ruangan.

“Masuklah”

“Mwo ? untuk apa ?”

"Kau bilang kau butuh pekerjaan, sekarang masuklah dan temui bosku"

“Ku kukira kita akan mengobrol dulu”

“Aku sudah bicara pada bosku dan dia bilang dia membutuhkan pelayan baru karena keluarnya pelayan bernama Jo in park. Dan sekarang masuklah”

"Tapi bagaimana dengan penampilanku ?" Suzy memandang Jieun dari atas hingga bawah.

"Tidak apa, santai saja. Kau hanya akan menjadi pelayan bukan melamar sebagai karyawan kantoran"

“Oh oke, gomawoyo Suzy-a” Suzy mengangguk.

"Semangat" Ucap Suzy. Jieun mengangguk mantab.

Suzy kembali berjalan, meninggalkan Jieun yang kini terlihat menarik nafas sebelum memasuki ruangan dihadapannya. Jika tahu akan langsung bertemu dengan pemilik restoran itu mungkin Jieun bisa berpakaian sedikit lebih rapih. Sialnya, Jieun hanya menggunakan kaos oblong warna soft pink, sepatu kets dan jeans sobek-sobek sekarang ini. Tapi Jieun mencoba menenangkan diri dan-

Tok tok tok

“Masuk” Jieun membuka pintu dan membungkuk kecil. Terlihatlah namja paruh baya dengan perut sedikit buncit disana.

“Kau pasti Jieun bukan ?”

“Benar pak”

“Duduklah” Jieun mengangguk kecil dan menarik kursi dihadapan orang itu.

“Tidak perlu berbasa-basi, aku akan menerimamu, dan kau boleh menyerahkan portofoliomu besok, aku sudah mendengarnya dari Suzy bahwa kau seorang lulusan S1, aku tidak akan menanyakan apa alasanmu bekerja disini, kau bisa bekerja hari ini juga karena karyawan lain sedikit kerepotan dengan keluarnya pegawai kami bernama In park, selamat kau diterima Lee Jieun-ssi” Jieun hanya bisa melongo dengan kedipan mata berulang kali. Orang dihadapannya itu terlihat santai dalam pembawaannya, tidak seperti penampilannya yang terlihat galak. Dan yang membuatnya tidak percaya adalah ia langsung di terima ! Amazing, bahkan saat ia melamar dikantor sebuah majalah berita dulu tidak semudah ini. Kurang lebih ada 5 tahapan yang harus dilewati dan training selama dua bulan tapi sekarang ia langsung diterima begitu saja. Ya, itu membuat Jieun cukup kaget. Sepertinya Jieun lupa jika ia hanya melamar sebagai pelayan restoran, tentu saja berbeda dengan melamar diredaksi majalah berita.

“O oh, gamsahamnimda sajangnim, sekali lagi gamsahamnida” Jieun tersadar setelah beberapa detik mendengarkan penuturan orang yang bahkan namanya saja belum ia ketahui.

“Ne ne .. untuk paraturan dan tugasmu, Suzy akan menyampaikannya nanti” Jieun tersenyum dan mengangguk.

“Kalau begitu kau boleh pergi” Jieun beranjak dan sekali lagi membungkuk kecil.

“Annyeong sajangnim”

Menghembuskan nafas lega saat diluar ruangan, tersenyum bak orang yang baru saja mendapat lotre. Apapun pekerjaannya kau harus tetap mensyukurinya kan ?

___

Dan setengah jam Jieun lewati dengan mendengarkan ucapan Suzy tentang peraturan dan tugas yang harus Jieun lakukan, sedikit pelatihan sebelum benar-benar bekerja.

“Lihat, kau harus menuangkannya setinggi ini dan jangan sampai luber oke ?”

“Eiy kenapa menuangkan air putih saja begitu ribet seperti ini”

“Jieun, ini restoran elit jadi memang harus seperti ini”

“Oke oke baiklah” ucap Jieun seraya mempraktikan apa yang Suzy ajarkan padanya.

“Ini seragam mu” Suzy menyerahkan baju berwarna pastel pada Jieun.

“Hwaiting !” ucap Suzy menyemangati.

“Hwaiting !” balas Jieun tak kalah semangat.

<<>> 

“Noona, ada apa dengan hidungmu ?”

“Noona harusnya kau melakukan operasi plastik haha”

Jieun tengah menahan amarahnya, baru tiga hari ia bekerja sebagai pelayan dan tidak mungkin perjuangannya sia-sia hanya karena bocah ingusan dihadapannya. Entahlah dia siapa, yang pasti anak itu jauh lebih muda darinya dan sepertinya dia anak orang kaya. Anak itu sudah mengganggunya sejak hari kedua Jieun bekerja disana, Jieun tidak tahu maksudnya apa tapi yang ia dengar anak itu pelanggan tetap direstoran tempat ia bekerja sekarang. Anak yang menyebalkan dan jahil bernama Kim taehyung. Dan kali ini sepertinya Jieun menjadi sasaran empuk si anak nakal dihadapannya.
Jieun masih menuangkan air kedalam gelas pelanggannya. Setelah selesai ia berdiri tegak dengan kedua tangan dihadapan perut.

“Ada lagi yang anda butuhkan ?” tanya Jieun pada Taehyung.

“Eumm .. tidak ada lagi yang kubutuhkan tapi sepertinya kau membutuhkan operasi plastik agar hidungmu lebih berisi haha”

Sial .. anak ini benar-benar. Gerutu Jieun dalam hati.

“Baiklah kalau begitu saya permisi” Jieun berbalik dengan raut muka mencibir Taehyung.

___

“Aish jinjja !” Setelah sampai diruang para pelayan berkumpul, Jieun mengeluarkan emosinya.

“Waeyo ?” tanya Suzy menghampiri Jieun.

“Anak itu, Hah ! aku ingin membunuhnya !” Bukannya prihatin Suzy justru terkekeh melihat tingkah Jieun dan membuat Jieun mendelik kesal pada temannya itu.

“Jieun kau orang baru disini tapi lama-kelamaan pasti kau akan terbiasa, Taehyung memang anak yang nakal dan akan semakin senang saat berhasil menjahili seseorang”

“Kenapa restoran sebagus ini mempunyai pelanggan seperti dia” rutuk Jieun. Jieun benar-benar tak habis pikir.

“Sabarlah, kau bilang kau akan keluar setelah mendapat pekerjaan yang tepat kan ?” Jieun berubah lesu.

“Belum ada panggilan satupun dari perusahaan yang sudah ku titipi surat lamaranku”

“Gwenchana, kau hanya perlu lebih bersabar, aku yakin pasti akan ada pekerjaan yang sesuai dengan keinginanmu” Jieun mengangguk.

“Semoga saja”

<<>> 

Pukul 7 malam, Jieun yang sudah berganti pakaian menenteng tas kecilnya. Berjalan menuju halte terdekat untuk menunggu bis. Jieun tidak bekerja sampai malam karena ia hanya bekerja untuk shift siang. Jieun duduk dengan sekotak jus yang beberapa menit lalu dibelinya disebuah mini market. Jieun menunggu dalam diam, tidak mungkin kan ia harus bernyanyi seorang diri guna menghilangkan rasa bosan ?

Jieun merasa ada yang aneh saat seseorang dengan pakaian serba tertutup duduk disampingnya. Seperti seorang penjahat atau sejenisnya. Jieun berpikiran hal itu karena orang itu berpakaian hitam-hitam plus masker, topi dan kacamata. Jieun hampir tak bisa melihat wajah orang itu. Saat Jieun asik memperhatikan, tiba-tiba orang itu menoleh pada Jieun dan perlahan mulai membuka kacamatanya.

“Heoh !” orang itu melebarkan matanya dan menunjuk kearah Jieun sontak membuat Jieun mengernyit. Tak berapa lama orang itu pun membuka maskernya, menampakan wajah aslinya.

Dia ..

“Jieun Sunbae ?”

Kenapa harus bertemu dia ..

“Benarkan, kau Jieun sunbae ?”

Jieun mengangguk malas, ternyata orang misterius itu adalah park chanyeol. Namja yang menggantikan posisinya dikantor, namja yang membuatnya dipecat oleh Park Min Jung.

“Apa kabar sunbae ?” Tanya Chanyeol.

“Menurutmu ?” ucap Jieun sinis, melirik dengan tatapan tidak suka pada lelaki jangkung disampingnya itu. Jieun tidak tahu kenapa ada orang tebal muka seperti Chanyeol. Atau namja itu memang tidak tahu Jieun dipecat gara-gara dia ?

“Kuharap kau baik-baik saja, Sekarang sunbae bekerja dimana ?” Jieun malas berlama-lama disana, Jieun bahkan tak mempunyai niat untuk mengobrol dengan chanyeol. Jieun bahkan heran kenapa namja itu memanggilnya sunbae. Mereka hanya pernah bertemu di lift dengan perbincangan kecil dan setelah itu Jieun dipecat karena kedatangan namja yang ditemuinya di lift itu ternyata saudara menagernya. Plus alasan mengapa ia tiba-tiba dipecat.

“...”

“Sunbae kenapa kau diam saja ?” Jieun menghembuskan nafas kasar. Ia pengang dengan berbagai pertanyaan dari namja itu. Jieun menoleh, dengan wajah datarnya ia memandang Chanyeol geram.

“Kau” tunjuk Jieun didepan muka chanyeol  “Jangan sok akrab denganku. Kau itu bodoh atau apa hah ? kau tidak tahu ya kalau aku dipecat gara-gara bibimu itu ingin kau berada diposisiku, jadi mulai sekarang dengar, jangan pernah menyapa ku lagi, ingat itu” Akhirnya Jieun bisa mengeluarkan semua unek-uneknya. Sedangkan Chanyeol hanya bisa terdiam dengan beberapa kernyitan didahinya.

Jadi yeoja ini dipecat oleh bibi gara-gara aku ?

Mwoya ? kenapa aku sampai tidak tahu ?

Chanyeol baru saja ingin membuka mulutnya namun ia sadar Jieun sudah tidak disampingnya lagi, Jieun sudah menaiki bus yang ditunggunya.

<<>> 

Jieun berangkat kerja seperti biasa, namun ia sedikit lemas. Mungkin tubuh Jieun mulai protes karena pekerjaan sebagai pelayan ternyata terasa melelahkan. Jangan anggap remeh menjadi seorang pelayan itu tidak mudah, mondar-mandir membawa pesanan belum lagi jika ada pelanggan yang menyebalkan, contohnya si anak orang kaya seperti Taehyung. Selain lelah ia juga kesal.

Tiiit tiiit

Suara klakson mobil membuat Jieun terkejut, ia menoleh dan tampak kepala Taehyung menyembul dari balik jendela mobil dengan seragam sekolahnya.

“Hey noona !” Ucap namja ingusan itu ceria, melambaikan tangan seolah ia akrab dengan Jieun. Dan Jieun hanya menampakan reaksi malas nya. Pagi-pagi seperti ini kenapa harus bertemu bocah tengik itu ?

“Noona, aku berangkat sekolah dulu ya, dont miss me okay !”

“Cih ..” Dan mobil Taehyung kembali melaju. Meninggalkan Jieun yang kini memegangi kepalanya, terasa berputar-putar dan-

Bruukk

Jieun pingsan dipinggir jalan.

___

“Ah bibi kenapa berbuat seperti itu, aku jadi tidak enak pada yeoja itu” ucap Chanyeol disela-sela istirahat siang dikantornya.

“Ah jangan terlalu dipikirkan, bukankah kau sangat ingin bekerja disini ? Tidak ada posisi yang cocok untukmu selain posisi Jieun”

“Aku tahu, aku memang sangat ingin bekerja disini, tapi bukan begini juga caranya”

“Sudahlah jangan pedulikan Jieun, anak itu tidak pernah mendapat berita bagus jadi aku tidak salah memecatnya”

Chanyeol hanya bisa menghela nafas.

“Ngomong-ngomong bagaimana dengan penyelidikanmu ?”

“Ah molla, aku tidak menemukan sesuatu yang aneh pada mentri Myung”

“Tidak, pasti ada sesuatu, bibi pernah mendengar ada sesuatu yang aneh dari para wartawan yang pernah menyelidikinya tapi bodohnya mereka semua mundur karena tak menemukan scandal apapun maksudku mereka tidak mempunyai bukti, tapi Kim Myung Woo memang pintar menyembunyikan sesuatu, bibi yakin kau bisa mendapat berita besar darinya, selidiki saja” Chanyeol hanya mengangguk kecil.

“Reputasinya selalu baik”

“Itu hanya kedok”

“Ah molla”

<<>> 

Jieun mengerjapkan matanya, memegangi dahinya pelan seraya membiaskan cahaya masuk.

“Noona, kau sudah bangun ?”

Jieun sedikit terkejut karena dua namja berpakaian seragam sekolah tengah mengerubunginya.

“Dimana aku ?”

“Kau berada dirumah temanku, kulihat kau pingsan setelah mobilku melaju” ucap namja yang ternyata Taehyung. Namja itu mengurungkan niatnya untuk pergi ke sekolah setelah menatap kaca spionnya, Jieun pingsan dan banyak yang mengerubunginya dipinggir jalan. Namja itu pun memundurkan mobilnya lagi dan membawa Jieun kerumah Baekhyun, teman sekolahnya. Ia tidak mungkin membawa Jieun kerumahnya, bisa-bisa ia dimarahi karena tak masuk sekolah.

“Oh ..” Jieun mencoba membangunkan diri dan duduk diatas kasur empuk yang berada di ruangan besar.

“Minumlah ini noona” ucap Baekhyun, teman sekolah Taehyung. Namja itu menyerahkan secangkir teh hangat pada Jieun.

“Gomawo” ucap Jieun setelah menerima teh itu, meminumnya sedikit lalu meletakannya pada nakas yang berada disampingnya. Jieun menuruni ranjang, berniat untuk pulang.

“Noona, bisakah kau istirahat dulu ?” ucap Taehyung.

“Lebih baik aku pulang saja”

“Ck ck ck .. kau keras kepala sekali” Jieun mendelik.

“Kau, tumben baik padaku”

“Aku tak mungkin membiarkanmu tergeletak dijalanan begitu saja” Jieun mulai beranjak namun ia sedikit terhuyung, spontan membuat Taehyung reflek memeganginya.

“Inilah akibatnya jika terlalu keras kepala” ucap Taehyung.

“...”

“Kuantar noona pulang” lagi-lagi Jieun memandang Taehyung dengan tatapan aneh.

“Kau lupa meminum obat ya ?” Jieun justru menanyakan pertanyaan yang melenceng jauh.

“Sudah ayo, lagi pula aku tak ada kegiatan, aku bolos dan semua ini gara-gara kau”

Kenapa malah menyalahkan ku ..

Jieun yang masih dituntun Taehyung tak bisa menolak untuk tak diantarkan kerumahnya. Mereka lalu berpamitan pada Baekhyun. Dan keduanya hanya diam saat berada didalam mobil. Jieun yang diam hanya bisa meneliti semua isi yang berada di mobil bocah bernama Taehyung itu. Seakan nalurinya sebagai jurnalis datang. Matanya mondar-mandir menelisik seluruh penjuru mobil dan rasanya tidak ada yang aneh. Mobil bocah itu hanya berisi boneka minion kecil dan tisu plus pengharum berbentuk penguin.

Kekanakan sekali ..

“Noona”

“E eoh ?”

“Dimana kau bekerja sebelumnya ?”

“Kau tak perlu tahu”

“Ya ampun sinis sekali, kau masih kesal padaku ya ?”

“...”

Tidak perlu ditanyakan lagi kan ?

<<>> 

Jieun dan Taehyung sampai ditempat tinggal Jieun. Taehyung terheran-heran, benarkah Jieun tinggal diapartement itu ? bagaimana bisa ? bukankah Jieun hanya bekerja sebagai pelayan ? tapi kenapa bisa tinggal di apartement yang menurut Taehyung terasa tidak mungkin untuk ukuran orang yang hanya bekerja sebagai pelayan, Taehyung semakin penasaran.

Sampai didepan gedung apartement Jieun, Jieun turun dari mobil Taehyung “Aku masuk, gomawo untuk tumpangannya”

“Yaaa ! noona tidak akan memintaku untuk masuk ?”

“...”

“Noona kejam sekali”

“...” Jieun hanya diam seraya masih memandang Taehyung. Ia sedang bingung, haruskah ia memperbolehkan Taehyung ke apartementnya atau tidak. Lagi pula, mereka tidaklah dekat, maksud Jieun, bahkan mereka bukanlah teman. Mana mungkin bisa dibilang teman, bocah itu bahkan selalu mengganggunya saat direstoran. Tapi hari ini Taehyung sudah menolongnya.

“Ayolah noona, biarkan aku mampir, aku benar-benar tak punya kegiatan lain. Aku tidak mungkin pulang, sudah kujelaskan kan tadi, aku bisa habis dimarahi ayah jika ia tahu aku membolos” ucap Taehyung mengiba. Jieun menghembuskan nafas dan akhirnya ia mengangguk.

“Baiklah, kau boleh mampir” Taehyung tertawa lebar dengan konyol yang membuat Jieun hanya bisa memutar bola matanya malas.

<<>>

Chanyeol menyeruput es cincau nya. Dengan pakaian serba tertutup, sejak dua jam lalu ia masih duduk di Caffe itu, sebuah Caffe cake dan minuman didepan sebuah hotel berbintang.

Aku penasaran kenapa bibi menginginkan aku menyelidiki Kim Myung Woo, jelas-jelas jika orang itu mempunyai reputasi yang bersih.

Aneh ..

Tapi aku lebih aneh karena aku malah menyetujuinya ..

“Aishh” Chanyeol malah menggerutu seorang diri. Pandangan Chanyeol beralih pada beberapa gadis yang berjalan melewatinya dan entah mengapa saat melihat salah satu yeoja berambut panjang disana, ia jadi teringat Jieun.

Yeoja itu .. aku benar-benar merasa tidak enak karena dia dipecat gara-gara aku. Apa yang harus kulakukan untuk mengatasi rasa bersalahku ?

Chanyeol malah bingung sendiri. Menggaruk pelan kepalanya.

Disebrang sana orang yang ia selidiki keluar dari hotel dan memasuki mobilnya juga tak lupa selalu ada tangan kanannya. Namja yang Chanyeol ketahui bernama Ja Dong Min. Namja yang hampir seusia dengan Chanyeol. Setelah beberapa hari mengikuti semua kegiatan Myung Woo, Chanyeol menyimpulkan bahwa Dong Min orang yang dipercaya oleh Myung Woo terbukti namja itu selalu berada dimanapun saat Myung Woo pergi. Dan lagi-lagi Chanyeol tak menangkap ada yang aneh dari hal itu. Memang tidak ada yang aneh. Wajarlah jika bawahan selalu mengikuti majikannya kemana pun. Lagi-lagi hal itu membuat Chanyeol hanya bisa menghembuskan nafas. Penyelidikan itu sia-sia, pikirnya.

Dari pada bosan dengan penyelidikannya yang tanpa hasil. Chanyeol beranjak dari kursinya. Terbersit dipikirannya untuk mencari tahu tentang Jieun, bukan untuk apa-apa. Ia hanya ingin tahu, apa yang yeoja itu lakukan setelah tak bekerja lagi dikantor. Chanyeol benar-benar merasa bersalah.

<<>> 

Taehyung akhirnya bisa memasuki apartement Jieun. Matanya memandang kesana-kesini. Ia masih tak percaya jika Jieun mampu tinggal ditempat itu hanya dengan mengandalkan gajinya sebagai pelayan.

Tanpa dipersilahkan, Taehyung sudah mendaratkan pantatnya disofa berwarna cream milik Jieun. Tak jauh berbeda, Jieun pun akhirnya bisa mengistirahatkan tubuhnya disofa empuk itu.

“Yaa, noona tidak membuatkanku minum ?” Baru saja Jieun bersantai, bocah menyebalkan itu kembali mengoceh. Jieun melirik malas kearah Taehyung.

“Aku sedang sakit, kau ingin aku pingsan lagi eoh ?”

“Eu .. Ya tapi kan aku haus”

“Aku bukan pelayan jika diluar restoran” Taehyung cemberut.

“Oke oke, aku juga tak bermaksud menyuruh noona untuk membuatkanku minuman” Taehyung lalu beranjak.

Akhirnya dia kesal juga, jika sudah begitu dia pasti pergi dari sini. Jieun tersenyum dalam hati.

“Aku buat minuman ku saja sendiri” ucap Taehyung yang membuat Jieun kembali memasang muka datar.

Aishh kukira dia akan pulang ..

“Dapurnya disana kan ?” tanya Taehyung. Jieun hanya mengangguk malas. Yeoja itu kembali menyenderkan punggungnya dan menutup matanya yang serasa kurang nyaman untuk terus terbuka. Jieun tidak suka gejala-gejala sakit. Lebih baik ia langsung sakit saja.

Beberapa menit kemudian, Taehyung sudah kembali duduk dengan segelas jus yang ia tuangkan dari botol di kulkas Jieun. Namja itu menyeruput jusnya seraya memperhatikan Jieun yang begitu tenang dengan memejamkan matanya tapi terlihat jelas keadaannya sedang tidak baik.

“Noona”

“Hmm ..”

“Apa pekerjaanmu sebelumnya ?” Jieun membuka matanya lalu membernarkan posisi duduknya.

“Aku seorang wartawan”

“Daebak .. lalu kenapa kau bisa keluar dari perusahaanmu ?” Jieun memandang kosong kehadapannya.

“Molla”

“Ey jawaban macam apa itu ?” Taehyung kembali meminum jusnya.

“Aku dipecat bodoh” rutuk Jieun.

“Oh” Taehyung tak berniat bertanya lebih jauh. Ia tahu pasti Jieun akan terbawa emosi dan berdampak buruk terhadapanya. Taehyung mungkin akan mendengar umpatan lebih banyak.

“Aku ingin tidur, kau mau pergi atau tinggal itu terserah padamu” Jieun bangkit dengan sedikit sempoyongan, berjalan menuju kamarnya. sedangkan Taehyung memperhatikannya sampai Jieun benar-benar masuk dan menutup pintu kamarnya. Taehyung menghela nafas, ia bingung harus melakukan apa. Ia beranjak namun tak berniat meninggalkan apartement Jieun, ia justru melihat-lihat isi apartement Jieun namun tak ada yang menarik, ia bahkan tak menemukan foto anggota keluarga Jieun yang lain. Isinya hanya beberapa hiasan seperti ruangan pada umumnya.

<<>> 

Chanyeol menyembunyikan diri saat ia akan menghampiri Jieun, ia sudah mencari tahu semua tentang Jieun dan ia mendatangi tempat kerja Jieun yaitu direstoran namun ia sedikit kaget saat mendapati Jieun tengah mengobrol didepan restoran dengan seorang namja. Namja muda yang Chanyeol ketahui sebagai anak Kim Myung Woo yaitu Kim Taehyung. Bagaimana bisa Jieun kenal dengan Taehyung ? Melihat hal itu, Chanyeol memiliki rencana baru. Namja itu tersenyum misterius.

___

Dengan tenang, Chanyeol masih duduk disana, ditempat ia bertemu dengan Jieun yaitu halte bus. Namja itu sedikit menyunggingkan senyum saat yeoja yang ia tunggu mulai menuju tempat ia duduk sekarang. Jieun tidak menyadari bahwa Chanyeol ada disana. Duduk dengan sabar di halte bus. 

Chanyeol menarik nafas dalam-dalam. Sedikit ragu menyapa Jieun mengingat kejadian saat mereka bertemu setelah Jieun dipecat. Jieun pantas tidak menyukainya karena Chanyeol lah sebab ia dipecat.

“Ekhem ..” Chanyeol mendehem namun Jieun tak menoleh, yeoja itu justru sibuk memperhatikan orang yang berlalu lalang. Chanyeol menggaruk rambutnya yang tak gatal. Ia membuang nafas dan-

“Annyeong Jieun sunbae” mengucapkan tiga kata itu dengan cepat, sedikit keras seraya membungkuk membuat beberapa orang disana termasuk Jieun memandangnya.

“Kau” ucap Jieun setelah ia dapat melihat wajah Chanyeol.

“Sunbae aku ing-“

“Ikut aku” Jieun berdiri dan sedikit menjauh dari halte yang terdapat banyak orang. Chanyeol mengikutinya.

“Apa lagi ? sudah kubilang kan jangan pern-“

“Aku ingin mengatakan sesuatu sunbae”

“Yaaak, beraninya kau memotong ucapanku”

“Sunbae kali ini saja, aku akan memberikanmu pekerjaan”

“Mwo ? kau pikir kau siap-“

“Sunbae tolong sunbae dengarkan aku dulu” ucap Chanyeol seraya membungkuk 90 derajat. Jieun menghela nafas. Akhirnya ia menyerah, kali ini saja ia akan menuruti keinginan namja itu. Chanyeol mengajak Jieun ke sebuah Caffe terdekat guna mengatakan keinginannya. Jieun dengan wajah datarnya hanya mengiyakannya dan kini mereka sudah berada di Caffe. Chanyeol memesan dua minuman.

“Apa yang ingin kau katakan ?” Jieun tak berniat berlama-lama dengan Chanyeol jadi ia menginginkan semua ini berlalu dengan cepat.

“Sunbae sebelumnya aku benar-benar ingin minta maaf karena kau dipecat gara-gara aku. Aku benar-benar merasa bersalah dan-“

“Katakan saja apa maumu ? kau pikir mudah memaafkan begitu saja” Chanyeol menghela nafas lagi. Sepertinya tidak mudah untuk mengambil hati yeoja dihadapannya.

“Aku ingin kita bekerja sama”

“Mwo ? maksudmu ?”

“Aku diminta menyelidiki mentri Kim Myung Woo”

“Myung Woo ? kau gila ya, untuk apa menyelidiki namja bersih seperti dia”

“Aku juga bingung, belum ada kemajuan sama sekali dengan penyelidikanku. Aku ingin kau membantuku menyelidiki orang itu karena kulihat kau dekat dengan anaknya”

“Hah ? sebenarnya kau mengatakan apa, aku sama sekali tidak mengenal anaknya dan dari mana kau tahu aku dekat dengan anaknya”

“Nama anaknya bernama Kim Taehyung, kau pasti mengenalnya bukan ?”

“Kim .. Taehyung ?” Jieun mencoba mengingat-ingat kembali nama yang Chanyeol sebutkan.

Mungkinkah si bocah ingusan itu ... dia kan juga ... Taehyung !

Jadi ia anak mentri Kim Myung Woo. Eiy aku ini bodoh atau apa ..

Aku benar-benar tidak mengetahuinya ..

“Sunbae” Chanyeol menyadarkan lamunana Jieun.

“Eoh ?”

“Kau mengenalnya kan ?”

“Kurasa begitu, mungkin memang benar Taehyung yang ku kenal adalah orang yang sama dengan yang kau maksud karena yang ku tahu dia itu anak orang kaya”

“Jadi maukah sunbae membantuku menyelidiki mentri Kim ?” Jieun melibat tangannya didepan dada lalu menyenderkan diri dipunggung kursi. Tidak langsung menerima permintaan Chanyeol.

“Apa imbalan untuk ku jika aku menyetujuinya ?”

“Ku jamin kau akan kembali masuk ke perusahaan lagi” Jieun tertawa remeh.

“Aku tak percaya padamu, kau ini anak baru mana mungkin bisa membuat ku kembali bekerja disana”

“Aku berjanji sunbae, aku akan meminta bibi untuk menempatkanmu lagi namun dengan syarat kita harus mendapatkan berita besar dari penyelidikan ini” Jieun kembali diam. Dia menatap Chanyeol. Berbagai kemungkinan berputar di kepalanya. Jieun belum terlalu lama mengenal Chanyeol, sulit untuk percaya sepenuhnya dengan perkataan namja itu.

“Jika sunbae tidak mempercayai ucapanku, kau bisa membuat surat pernyataan dan aku akan dengan senang hati menandatanganinya” ucap Chanyeol mencoba meyakinkan.

“Aku butuh waktu, kita bertemu disini 3 hari lagi”

“Oke, baiklah” Jieun beranjak.

“Sunbae”

“Apa lagi ?”

“Aku bisa mengantarmu, pasti akan lama lagi menunggu bus datang”

“Oke baiklah, bayar minuman itu lalu antar aku pulang” ucap Jieun lalu keluar dari Caffe dan menunggu Chanyeol diluar. Sementara Chanyeol sedikit mencibir, ia seperti dijadikan budak oleh Jieun. Ia tidak bisa melawan karena rasa bersalahnya pada Jieun yang masih belum termaafkan.

Sesampainya di apartement, Jieun langsung memasuki apartemennya tanpa menawarkan Chanyeol untuk mampir. Tak ada sepatah katapun keluar, Jieun turun dari motor, memandang Chanyeol dengan lambaian kecil dan berlalu memasuki gedung apartemennya. Membuat Chanyeol hanya bisa menghela nafas di balik helm nya. Kembali melaju saat Jieun benar-benar tak terlihat lagi.

___

Jieun membaringkan diri diatas kasur. Menatap langit-langit seraya memikirkan semuanya. Ia sudah lumayan dekat dengan bocah itu, bocah bernama Taehyung. Jieun akui, bocah itu memang menyebalkan namun disisi lain anak itu baik hati. Dan sekarang seorang namja lagi datang, meminta ia menyelidiki ayah Taehyung, Jieun merasa ia jahat. Ia memanfaatkan pertemanannya dengan Taehyung untuk urusan lain. Untuk mendapatkan pekerjaannya lagi. Jikapun ia mendapatkan sesuatu dari penyelidikannya pastilah sesuatu itu akan dimuat dimedia dan pasti akan membuat keluarga Taehyung terguncang atau mengalami masalah. Jieun merasa menjadi seorang wartawan itu pekerjaan yang sulit, mereka tidak bisa mendapat uang jika tidak mencari kesalahan dan kelemahan orang lain. Memang Jieun belum menerima tawaran Chanyeol tapi sepertinya Jieun akan menyetujuinya. Ia ingin kembali bekerja sebagai wartawan, profesi yang disukainya. Juga karena faktor lain, yaitu belum mendapat pekerjaan yang lebih layak dari pada pekerjaan sebelumnya. Tidak mungkin kan ia harus menjadi pelayan restoran seumur hidup, ough Jieun bisa mati jika ayahnya di Gwangju tahu ia menjadi seorang pelayan.

“Huft” Jieun menghembuskan nafasnya.

To Be Continue ..



Comments

Post a Comment