Cast : Lee Jieun [IU] | Kim Jongin | Byun Baekhyun.
Genre : Sad, Romance.
Length : Oneshoot.
Hai hoi, lama tak jumpa ya xixixi .. author bawa ff baru genre sad, kali-kali jangan happy mulu. Oia ini yang dicetak miring ceritanya flashback oke. Mian untuk typo dan segala kesalahannya, Ya udah selamat membaca :D
Dengan sweater hangatnya, Jieun masih duduk dengan mata
terpejam di kursi halaman rumahnya, halaman yang dipenuhi bunga berwarna ungu,
Lavender. Bunga yang menguarkan aroma wangi menyengat. Bunga dengan daun yang
juga memiliki wangi yang sama. Jieun menyukainya, menyukai bunga itu karena
seseorang. Seseorang yang masih ada didalam hatinya bahkan sampai saat ini. Saat
dimana ia sudah menjadi istri dari seorang pria bernama Baekhyun.
Namanya Kim Jongin, pria yang juga menyukai bunga Lavender.
Si badboy yang membuat si polos Jieun jatuh cinta dan menjadi cinta pertamanya.
Namja dengan berjuta pesona yang menyilaukan. Jieun bertemu dengan Jongin saat
ia kehilangan kartu mahasiswanya.
Kala itu, Jieun sibuk
dan cemas mencari kartu penting itu ke segala penjuru kampus, dahinya
berkeringat, kakinya lelah dan pegal karena berjalan mengelilingi semua tempat
dikampusnya. Jieun yang putus asa akhirnya menyerah, menghemsbuskan nafas kasar
dan berjalan lunglai menuju halte. Tak hanya itu kesialan Jieun, ditengah
perjalanannya menuju halte, hujan turun. Tak terlalu deras memang, namun mampu
membuat Jieun kesulitan berlari untuk menghindar karena ia memakai sepatu ber-hak.
Hingga akhirnya ia sampai disebuah kedai ramen. Jieun memasukinya, memandang
sejenak suasana didalam sana, terlihat lengang dan hanya ada satu namja yang
terlihat rakus memakan ramen hangatnya. Melihat hal itu membuat Jieun
menginginkan ramen juga.
Jieun mendudukan diri
sedikit lebih jauh dari namja tadi, lalu memesan. Sembari menunggu pesanannya,
Jieun mengeluarkan ponsel jadul miliknya.
“Aigoo .. satu lagi
kesialanku” keluhnya saat melihat baterai ponselnya hampir habis. Jieun
mengalihkan pandangannya dan saat itu ia sadar bahwa lelaki satu-satunya disana
tengah menatapnya intens dar kejauhan. Jieun melirik sekilas dan namja itu
masih memandanginya. Jieun lalu menunduk, memainkan ponselnya yang sebenarnya
sudah mati.
Omo .. kenapa namja
itu memandangiku terus ?
Aisshh .. apa ia
lelaki jahat ?
Berbagai pikiran buruk
melayang dibenak Jieun. Karena penasaran ia kembali mengangkat wajahnya dan ...
ia terperanjat saat lelaki tadi sudah berada dihadapannya.
“Agasshi, apa kau
bernama Lee Jieun ?” Tanya namja itu, Jieun hanya bisa mengernyit dan
mengangguk ragu. Lalu namja itu terlihat merogoh kantong di jaketnya.
“Igo, aku menemukannya
didepan toilet wanita, kau pasti bingung mencarinya kemana-mana” tanpa
diduga-duga namja itu memberikan kartu mahasiswa yang Jieun cari beberapa jam
kebelakang. Jieun terlihat amat senang.
“Gamsahamnida” ucap
Jieun dengan bungkukan berkali-kali, ia memandangi kartu mahasiswanya dengan
mata berbinar. Jieun sedikit terharu, kartu itu begitu penting, tanpa kartu itu
ia tidak bisa mengikuti ujian akhir semester. Tanpa diketahui Jieun, namja
dihadapannya tersenyum kecil seraya menggeleng pelan.
“Cheonma” namja itu
beranjak.
“Siapa namamu ?” tanya
Jieun saat ia mendongak.
“Jongin, Kim Jongin”
ucap namja itu seraya tersenyum manis. Dan detik itu juga Jieun heran pada
dirinya sendiri, ada apa dengannya ? kenapa jantungnya berdebar hanya karena
memandang senyum namja asing itu ? Oh, ia sedang tidak gila kan ?
Pertemuan singkat itu
mengubah Jieun, sejak saat itu ia selalu penasaran dengan namja bernama Kim
Jongin. Jieun mencari tahu semuanya tentang Jongin. Dan Jieun sedikit ragu saat
mendengar kabar bahwa Jongin katanya seorang badboy. Mahasiswa yang jarang
masuk kelas, mahasiswa yang kadang berkelahi dengan fakultas lain, mahasiwa
pembangkang yang sering menjadi provokator mahsiswa lain untuk berdemo.
“Jinjja ?” Tanya Jieun
dan Ga Eun mengangguk.
“Kau yakin kau
menyukai namja seperti dia ?” Jieun terdiam, mana mungkin namja yang
mengembalikan kartu mahasiswanya yang hilang adalah namja seperti itu. Jieun
tidak percaya, kalaupun memang jika semua gosip itu benar pasti ada alasannya. Kesan
pertama yang Jieun dapat saat melihat Jongin memang sedikit menakutkan
mengingat tatapan namja itu begitu tajam dan datar namun setelah Jongin
mengembalikan kartunya yang hilang semua kesan negatif itu hilang, apalagi saat
namja itu menampakan senyumannya. Jieun merasa Jongin sosok yang baik hati.
<<>>
Jieun menghembuskan
nafasnya, melongok beberapa kali dari balik pintu ruang kesehatan dikampusnya,
ia menatap bekal yang ia bawa.
Ayolah Ji, beranikan
dirimu !
Jieun berniat
mengucapkan rasa terima kasihnya pada Jongin dengan memberikan namja itu
makanan buatannya. Dan jujur, Jieun ingin lebih jauh mengenal sosok Kim Jongin
yang katanya seorang badboy.
Jieun mengetuk pintu
yang sedikit terbuka itu. Lalu ia masuk, duduk dikursi dekat ranjang yang kini
digunakan Jongin untuk tidur.
“A annyeong” Sapa Jieun
sedikit nerveous namun Jongin masih belum membuka mata.
“Jongin” panggil Jieun
namun tak ada tanda-tanda bahwa Jongin akan terbangun.
“Aku Jieun dan aku
membawakan makanan sebagai ucapan terimakasih karena kau menemukan kartu
mahasiswaku” ucap Jieun lalu meletakan bekal yang ada ditangannya. Setelah
terdiam menanti reaksi namja itu, Jieun menghela nafas dan berjalan keluar
ruangan karena lagi-lagi tak ada balasan.
“Gomawo” satu kata itu
membuat Jieun berbalik dan Jongin sudah bangun terduduk diranjang itu seraya mengangkat
bekal Jieun. Jieun mengusap tengkuknya lalu tersenyum kecil dan mengangguk.
“Cheonma, Kalau begitu ak-“
“Bisakah kau
menemaniku saat aku memakan ini ?”
“Eoh ?”
___
Entah kenapa hari ini
begitu menyenangkan bagi Jieun, kini ia tengah memandangi namja yang sudah
mencuri hatinya. Makan dengan lahap makanan buatannya. Ia tersenyum tipis
namun tiba-tiba Jongin mendongak dengan mulut penuh.
“Kau tidak makan ?”
tanya namja itu tak jelas dan Jieun menggeleng pelan.
“Aku sudah makan tadi”
Jongin mengangguk dan kembali melanjutkan makannya.
Dia sangat lucu saat
mulutnya penuh makanan seperti itu ..
Dari sudut manapun ia
tidak terlihat seorang badboy
Jongin sudah
menghabiskan bekal yang Jieun berikan.
“Kau kelaparan ya ?”
tanya Jieun saat melihat wadah kosong
yang tadinya terisi makanan. Jongin hanya tersenyum seraya menggaruk kepala.
“Tapi aku senang
makanannya habis, bagaimana rasa masakanku ?”
“Sedikit asin”
“Be benarkah ?” Jongin
mengangguk.
“Harusnya kau tidak
memakannya”
“Kita harus menghargai
makanan” kalimat sederhana itu membuat Jieun kembali berfikir. Benarkah Jongin
seorang badboy ? tapi kenapa yang Jieun lihat sangat berbeda jauh.
Dan sejak saat itu
Jieun dan Jongin menjadi lebih dekat hingga suatu hari Jieun tahu alasan Jongin
tidak masuk kelas, memprovokasi mahasiswa untuk berdemo dan kadang berkelahi
dengan fakultas lain.
Jongin adalah seorang
ketua sebuah aktivis, Jongin mengajak mahasiswa lain untuk berdemo agar semua
mahasiwa mendapatkan kejelasan, banyak mahasiswa tidak mampu yang membayar
lebih untuk pengadaan lab komputer namun sejak dulu lab komputer masih terbatas
dan komputernya pun masih keluaran pertama yang tentu saja tidak memenuhi
spesifikasi pembelajaran. Itu artinya pihak kampus bermain curang. Jongin
memiliki idealisme yang tinggi. Ia hanya mahasiswa biasa yang tidak bisa
melihat teman-temannya yang bersusah payah untuk berkuliah namun tak mendapatkan
fasilitas yang layak. Kadang Jongin berkelahi dengan fakultas ekonomi, fakultas
yang terkenal sebagai kumpulan anak-anak orang kaya dengan gaya mewah, yang
bisanya hanya mencibir para aktivis kampus seperti Jongin. Mereka bilang Jongin
tidak berguna lah, buang-buang waktu, melakukan usaha yang sia-sia lah. Jongin
tak segan-segan melayangkan tinjunya jika ada yang mengakatan hal seperti itu
dan mulai tersebarlah gosip bahwa ia suka berkelahi dan mencari masalah,
padahal dia hanya membela diri.
Dan untuk masalah ia
jarang masuk kelas adalah karena Jongin geram dengan dosen yang bisanya hanya memperdulikan
kepada mahasiswa yang memberikan ia uang agar nilai mereka bagus tanpa
memperdulikan mahasiswa lain yang sebenarnya memiliki potensi lebih dalam. Jongin
kadang tersenyum miris, kenapa universitas sebesar itu memiliki sistem yang
sangat memberatkan mahasiswa. Universitas yang katanya terbaik di Seoul itu
memiliki sistem yang carut-marut dan KKN yang tinggi. Jongin lelah memikirkan
semua itu. Ruang kesehatan atau UKS membuatnya lebih tenang dan damai. Namun
kini bukan hanya ruang kesehatan yang membuatnya damai, Kini ada Jieun, gadis
manis yang membuat semangatnya kembali terisi hanya dengan melihat senyumannya.
___
Jieun sedikit berlari
saat ia datang terlambat. Jongin mengajaknya bertemu ditaman setelah selesai
perkuliahan.
“Mian” ucap Jieun lalu
terengah mengambil nafas.
“Apa kau sudah
menunggu lama ?” tanya Jieun dan Jongin menggeleng pelan.
“Santai saja, sekarang
duduklah dulu” Jieun mengangguk. Ia mendudukan diri disamping Jongin seraya menetralkan
nafasnya yang tadi terengah-engah.
“Apa yang mau kau
bicarakan padaku ?” Tanya Jieun setelah nafasnya kembali normal.
Jongin menggaruk
kepalanya, terlihat sungkan. Membuat Jieun bertanya-tanya.
“Waeyo ?”
“Aku .. Maukah kau
menjadi kekasihku ?” tanya Jongin seraya mengeluarkan setangkai mawar yang
hampir layu dari balik punggungnya.
“E eoh ?” Jieun tidak
bisa berfikir apa-apa lagi. Ia hanya bisa melebarkan matanya sangking
terkejutnya.
“Mian, aku bukan tipe
namja yang romantis, aigoo bahkan mawarnya sudah layu, kau pasti terkejut dan
bing-“
“Aku mau” sergah
Jieun.
“Hah ?” Jongin
menampakan wajah terkejutnya.
“Iya aku mau menjadi
kekasihmu Kim Jongin dan satu lagi, aku tidak menyukai mawar” ucap Jieun seraya
tersenyum manis, ini momen yang ia tunggu-tunggu dan bersyukur akhirnya datang
juga.
“Aku tidak menyukai
bunga apapun” tambah Jieun.
“Benarkah ?” Jieun
mengangguk
“Tapi aku menyukai
satu bunga” ucap Jongin.
“Bunga apa ?”
“Lavender”
“Kalau begitu mulai
sekarang aku juga akan menyukai bunga bernama Lavender”
“Wae ?”
“Karena kau
menyukainya” Jongin tersenyum tipis mendengar ucapan Jieun. Mengacak pelan
pucuk rambut Jieun. Jieun pun tersenyum dan memeluk Jongin.
<<>>
“Chagiya” Jieun mengernyit terkejut saat seorang namja
memeluknya dari belakang. Ia membuka matanya. Lamunannya tentang Jongin menguap
entah kemana.
“Kau sudah pulang ?” tanya Jieun seraya berbalik. Memandang lurus
seraya tersenyum manis. Namja itu adalah Baekhyun, suami Jieun. Namja yang
Jieun temui dirumah sakit, namja yang mengobatinya hingga kini menikahinya. Baekhyun
mengangguk.
“Kau sudah minum obat ?” Jieun menggeleng pelan. Baekhyun
menampakan wajah kesalnya yang dibuat-buat.
“Baiklah, ayo kita masuk dan minum obat” Jieun mengangguk. Baekhyun
tersenyum tipis dan memapah Jieun memasuki rumah yang tak terlalu besar dengan
warna cat kuning telur itu.
Jieun mengidap kanker mata, penyakit yang membuatnya menjauh
perlahan dari namja bernama Kim Jongin. Saat itu Jieun syok kala mengetahui
penyakit mengerikan itu bersarang dimatanya. Jieun tak melanjutkan
pendidikannya dan pindah kesuatu daerah untuk menjalankan pengobatan dan
disanalah ia bertemu dokter bernama Baekhyun. Dokter yang menangani
penyakitnya, Entah setan apa yang menghinggapi Baekhyun hingga akhirnya
menyatakan cinta pada wanita penyakitan seperti Jieun. Awalnya Jieun menolak,
ia tidak ingin menjadi beban seseorang dan alasan lainnya adalah bahwa ia masih
mencintai Jongin sampai kapanpun, namun karena tekad Baekhyun yang kuat
akhirnya Jieun menyerah dan mengikuti kemauan orang tuanya agar menikah dengan
Baekhyun agar Baekhyun bisa mengontrolnya setiap saat.
Jieun sudah menjalani operasi namun tidak mendapatkan
keberuntungan karena nyatanya kanker itu sudah terlalu lama bersarang
dimatanya. Membuat penglihatannya perlahan kabur hingga semuanya terihat gelap.
Kini Jieun sudah pasrah, ia hanya memikirkan agar
kepergiannya tidak banyak meninggalkan luka pada orang yang dicintainya. Setidaknya
orang yang paling ia cintai mungkin sekarang sudah sangat membencinya, namja
bernama Kim Jongin pastilah sangat membencinya. Jieun meninggalkannya tanpa
penjelesan, menghilang bak ditelan bumi. Tanpa kabar dan berita, Jieun hanya tidak
ingin Jongin semakin terluka jika ia tahu bahwa Jieun memiliki penyakit yang
mematikan. Jieun tidak ingin melihat Jongin lebih bersedih saat suatu hari
Jieun meninggalkan dunia ini. Jieun memilih dibenci Jongin dari pada melihat
namja itu terpuruk karenanya.
Kini Jieun mencoba meyakinkan Baekhyun agar meninggalkannya
juga. Jieun ingin mati sendirian agar tak banyak orang yang dicintainya merasa
sedih dan kehilangan. Namun Baekhyun memiliki pendirian yang kuat, namja itu
sulit untuk dipengaruhi dan diatur, Jieun tidak bisa mengganggu gugat jika
Baekhyun sudah memiliki keputusan. namja dengan wajah manis itu membuat hati
Jieun perlahan-lahan luluh, meski tak menggantikan posisi Jongin dihatinya.
Meski Jieun tak bisa melihat lagi, namun wajah ramah dan manis yang Baekhyun
miliki tersimpan di memorinya.
____
Baekhyun memeluk erat Jieun yang kini bersandar didadanya,
pasangan itu tengah menonton televisi meskipun Jieun hanya bisa mendengar
suaranya saja.
“Baekhyun”
“Eoh ?”
“Apa kau tidak ingin memiliki anak dariku ?”
“Aku tidak ingin melukaimu, kau tahu resikonya terlalu besar
jika kau hamil”
“Setidaknya sebelum aku meninggal-“
“Ji, geumanhae”
“Baekhyun”
“Hmm ..”
“Aku ingin memiliki anak darimu”
“Aku ingin tidur”
“Eumm” Jieun merengek manja saat Baekhyun akan beranjak dari
sofa.
“Hentikan pembicaraan ini”
“Arraseo” Jieun menghela nafas. Baekhyun benar-benar namja
yang mempunyai pendirian kuat.
Jieun ingin mereka memiliki anak agar bisa
menemani Baekhyun saat ia meninggal.
Hening ..
Baekhyun mengernyit saat ia mendengar isakan kecil yang
berasal dari Jieun. Oh ya ampun, kenapa yeoja itu menangis ? apa Baekhyun
melukainya ?
“Ji, hey , ada apa denganmu ?” Jieun mendongak dan-
“Mianhae, mianhae, harusnya kau bisa mendapat yeoja yang
lebih baik dan mencintaimu ..” Baekhyun tidak mengerti kenapa tiba-tiba Jieun
berkata seperti itu.
“Uljimma” ucap Baekhyun seraya menghapus air mata Jieun.
“Aku hanya ingin meninggalkanmu dengan tenang, aku ingin
anak kita menjagamu saat aku pergi” ucapan Jieun membuat Baekhyun tak mampu
menahan emosinya, entah sejak kapan matanya berkaca-kaca. Baekhyun tidak
memiliki alasan lain saat menikahi Jieun, ia hanya ingin terus berada disamping
yeoja yang ia cintai, yeoja yang terlihat rapuh, yeoja yang sering ia lihat
termenung di balkon rumah sakit. Yeoja berparas manis dengan rambut tergerai
indah. Baekhyun jatuh terlalu dalam pada Jieun meskipun tahu riwayat penyakit
wanita itu sukar disembuhkan.
“Arraseo, arraseo, uljimma, aku akan mengijinkanmu untuk
hamil” Baekhyun akhirnya menyerah, ia tidak bisa melihat Jieun menangis seperti
itu dihadapannya.
Selang beberapa bulan, Perut Jieun membuncit, Ia hanya bisa
berdiam diri dirumah dengan Baekhyun yang menjaganya setiap saat, namja itu
memutuskan untuk cuti dari pekerjaannya. Jieun terlihat makin pucat, tubuhnya
kurus namun dengan perut membuncit, kadang Baekhyun tak tega saat Jieun
mengeluhkan sakit diperutnya. Baekhyun merawat Jieun dengan sangat baik. Menyuapinya
makan, memandikannya, menyisir rambutnya dan banyak hal lagi.
Jauh dilubuk hati Baekhyun, ia bahagia meskipun hanya
mendapat posisi kedua dihati yeoja itu. Ia tahu semua kisah cinta Jieun dan
Jongin, Jieun orang yang terbuka, begitu terbuka hingga menceritakan semuanya
pada Baekhyun. Dan setelah mendengar semua itu Baekhyun benar-benar tidak
menyangka jika Jieun akan rela mati-matian mengandung anaknya.
“Eomma” gadis berumur 11 tahun itu tersenyum tipis.
“Kau tahu, aku mendapat peringkat pertama loh dikelas, aku
hebat kan ?” namanya Baek Ji In. Anak dari Baekhyun dan Jieun.
“Eomma, jawab aku .. hiks .. aku ingin melihatmu eomma” Ji
In mulai terisak dihadapan gundukan tanah dari makam Jieun.
Jieun meninggal tepat setelah satu hari melahirkan Ji In. Baek
Ji In adalah gabungan nama dari Baekhyun, Jieun dan Jongin. Baekhyun sedikit
keberatan saat Jieun mengajukan hal itu namun akhirnya Baekhyun menyetujuinya. Setelah
Jieun meninggal, Baekhyun mencari Jongin, menceritakan alasan Jieun meninggalkan
namja itu. Jongin syok, tentu saja. ia menyalahkan dirinya sendiri sejak
mendengar semua cerita Baekhyun, ia depresi hingga harus dirawat dirumah sakit
namun setelah ia dapat menguasai perasaan dan emosinya. Ia mengunjungi makan
Jieun setiap satu Minggu.
“Eomma, saranghae”
“Saranghae Jieun-a”
“Saranghae chagiya”
The End
Baca ff ini bikin mewek ������
ReplyDeletewaah masa !? Brrti feelnya dapet :D
Deletemakasih komenannya
Bagus thor ������
ReplyDeleteIya makasih :)
DeleteNyesrk binggo kak :( yaampun seremlah kanker mata :( ahhhhh lain kali bikin yang happy ending aja kak, gakuat aku gakuat kkkkk~ =))
ReplyDeletehehe, ga kuat ? lambaikan tangan ke kamera.
DeleteIya next time bikin yg hepi2 :p
Keren thor (y)
ReplyDeleteIni nggak tau gue yang emang lagi baperan apa ceritanya emang sedih banget yang jelas gue nangis-nangis baca nih ff :))
mungkin faktor dua2nya :p
Deletemakasih komenannya