Cast : Lee Jieun
(iu), Myungsoo, Kai, Luhan, Suho, Kim Woo Bin.
Genre : Romance, PG16,
Drama.
Length: Oneshoot.
Haaaayyyy, udah lama ya ga ngepost tapi tenang, sekarang author bawain ff baru. Cast cowonya siganteng Woo Bin, loh knp Woo Bin ? Soalnya kayanya belum pernah bkin ff BinU. Typo harap dimaklumi, Ya udah selamat membaca :D
Tak tinggi, tak terlalu pintar, tak secantik para ulzzang
juga. Namun seorang Lee Jieun mampu membuat para lelaki bertekuk lutut
dihadapannya. Tentu dengan caranya sendiri.
Cinta hanya sebuah permainan bagi seorang Lee Jieun, gadis
manis disalah satu universitas ternama di Seoul. Ia memiliki beberapa kekasih,
ia menjadi seorang playgirl yang handal. Ia bisa mengatur semuanya dengan rapih
tanpa diketahui kekasihnya yang lain. Lalu apa maksudnya ia menjadi gadis yang
seperti itu ? jawabannya adalah ia hanya ingin bersenang-senang, apa itu salah
? bagi orang lain itu mungkin salah, namun bagi dirinya itu adalah suatu hal
yang menyenangkan dan tentu saja membanggakan, disaat orang lain bahkan belum
mempunyai namjachingu, ia justru sudah memiliki 4 namjachingu. Hebat bukan ?
tentu saja, jangan panggil Lee Jieun jika ia tak bisa menaklukan namja yang ia
inginkan.
“Chagiya ..”
“Hmm wae ?”
“Ah sepertinya aku tidak bisa berlama-lama” ujar Jieun
dengan menampakan muka memelasnya yang tampak imut.
“Wae ?! kau baru saja datang” kesal Myungsoo, namja dingin
namun memiliki senyum yang manis, namja dari salah satu kekasih Jieun.
“Eum .. mian, aku ada tugas yang harus dikerjakan, kau tahu
kan Dosen ku yang satu itu galak sekali, bisa mati jika aku tak mengumpulkan
tugas itu tepat waktu” ujar Jieun mencoba meyakinkan namja yang kini duduk
disebelahnya.
Myungsoo tampak menghela nafas.
“Ne baiklah kau boleh pergi .. pergi saja tak usah datang
lagi”
“Omo, kau marah eoh ?”
“Aniya” ucap Myungsoo cepat. Melihat hal itu Jieun
mendekatkan diri kearah Myungsoo yang saat ini masih memainkan sendok kecil
dicangkir expressonya. Jieun meletakan dagunya dibahu namja itu.
“Chagiya” panggil Jieun lembut.
“Aku tidak marah” ucap Myungsoo datar.
“Kau bohong” Jieun memutar-mutar telunjuknya diwajah mulus
namja itu, sama sekali tidak merasa canggung dengan pengunjung caffe yang lain,
yang mungkin memperhatikannya dengan pandangan aneh. Myungsoo terlihat
menghembuskan nafasnya. Ia memegang jari telunjuk Jieun yang terus saja
mengganggunya.
“Hey anak nakal, kalau mau merayuku jangan disini” bisik
Myungsoo, yang kemudian saling melempar senyum.
“Isshh anak ini” Jieun mencubit gemas hidung mancung
Myungsoo.
“Kau tidak marah lagi kan ?” tanya Jieun lagi.
“Mana mungkin aku bisa marah padamu, pergilah, kali ini aku
melepaskan mu, tapi awas saja jika kau pergi lagi saat kita sedang berkencan”
“Ne aku janji tidak akan seperti ini lagi !” seru Jieun
terlihat sungguh-sungguh dengan tanda peace dijarinya. Membuat namja itu
lagi-lagi tersenyum dengan tingkah Jieun yang menurutnya sangat manis. Mengacak
rambutnya gemas, meski sebenarnya Jieun tak menyukai hal itu. Lihatlah, kini
rambutnya jadi berantakan kan!
Jieun berjalan dengan senyum merekah diwajahnya, ia memasang
kacamata yang tadi bertengger dikepalanya ketempat dimana seharusnya berada. Wedges
warna cokelat muda, jeans ketat panjang dan kaos yang memperlihatkan lekukan
badannya membuat yeoja itu terlihat seksi namun imut. Untung saja sekarang
musim panas jadi ia bisa memakai itu semua. Ia masih berjalan menjauh dari
caffe dimana Myungsoo berada, meninggalkan namja itu dengan alasan tugas
kuliahnya. Jieun masih berjalan dengan percaya diri, ia sudah terbiasa menjadi
pusat perhatian para namja-namja yang lewat. Ia harus ketempat selanjutnya,
tempat namjachingunya yang lain menunggu.
“Kau sudah lama menunggu ?” tanya Jieun sesampainya ditaman
kota tempat Suho menunggu, namja baik hati yang hobi membaca buku, bahkan saat
menunggu Jieun datang pun, buku terus menemaninya. Suho menoleh, memandang Jieun
sembari menggeleng dan tersenyum manis, ia menutup buku digenggamannya.
“Chagiya, apakah tugas ku sudah selesai ?”
Suho tampak terlihat mengangguk.
“Omo, gomawo” Jieun memeluk lengan namja itu, membuat Suho
membeku.
“Ji Jieun-a kau mau ice cream ?” tanya Suho sedikit tergagap.
Jieun mendongak dan mengangguk antusias dengan senyuman manis. Suho melakukan
hal itu agar Jieun tak lama-lama memeluk tangannya, bukannya ia tak suka namun
ia tak bisa mengontrol debaran dijantungnya.
“Tunggu disini” ujar Suho mengacak pucuk rambut Jieun
sejenak dan beranjak menghampiri sebuah stand penjual makanan manis itu. Lagi,
Jieun sebal kenapa seorang namja selalu mengacak rambut yeojanya. Namun tak apa
selama ia masih membutuhkan para namja bodoh itu. Jieun memandang jauh punggung
Suho yang tengah membelikannya ice cream. Makanan itu memang laris saat musim
panas.
“Kau namja ku yang paling baik Suho-ya” gumam Jieun.
Beberapa menit kemudian Suho kembali dengan dua ice cream
ditangannya. Ia menyerahkan satu ice cream ditangannya pada Jieun.
“Gomawo”
Mereka memakan ice cream masing-masing dengan sesekali
bertatapan dan tersenyum. Bukankah itu sangat manis ?
<><><>
Dua insan itu tengah bercumbu disudut ruangan latihan yang
biasa Jong in gunakan untuk latihan dance.
“Oppa”
“Apa ?”
“Jangan disitu geli”
“Diamlah, jangan bergerak-gerak terus”
Jieun sungguh tidak tahan jika namja itu bermain diarea
lehernya.
14 menit berlalu, waktu yang terlalu pendek bagi seorang Kim
Jong in mencumbu kekasihnya, Lee Jieun. Jika bukan karena Jieun mengeluh lelah,
ia mungkin sudah berbuat yang lebih jauh.
“Ji ..”
“Hmm ?” Jieun menoleh pada namja yang kini memasang wajah
serius disampingnya.
“Ada apa hmm ?” Jieun mulai menyandarkan kepalanya dibahu
namja itu.
“Aku akan ke Prancis”
Jieun mendongak. “Prancis ?” Jong in mengangguk.
“Aku akan melanjutkan sekolah disana, aku mendapat beasiswa
tari dari pelatihku”
Jieun mengangguk mengerti, Jong in menoleh.
“Kau tidak keberatan ?”
“Aniya, jika itu yang terbaik kenapa harus keberatan ?” ayolah
masih banyak namja yang lebih berbakat dibanding Jong in yang menginginkan
seorang Lee Jieun. Tidak ada alasan Jieun menghawatirkan Jong In.
“Tapi ekspresimu terlalu biasa mendengar namjanya akan
pergi”
“Benarkah ? lalu aku harus bereaksi seperti apa ?”
“Ah aku tahu .. mungkin seperti ini, Oppa kajima T.T” Jieun
mengubah wajahnya seakan-akan menangis, membuat Jong in terkekeh dan menggeleng
pelan. Jieun, memang bukan wanita biasa.
“Atau seperti ini, Chagiya aku akan mati jika kau pergi”
ucap Jieun penuh haru yang malah membuat keduanya tertawa tak henti.
“Jieun ku memang sangat istimewa” ucap Jong in sembari
menarik hidung Jieun gemas.
Jieun tersenyum namun kemudian merubah ekspresinya menjadi
serius.
“Jadilah seseorang yang bisa kubanggakan”
“Pasti, aku akan kembali lalu melamarmu”
Mwoya !? melamar ..
kau bercanda kan ?
“Pikirkan saja masa depanmu Jong in-a”
“Oke siap tuan putri” ucap Jong in dengan tanda hormat.
“Hahaha ..” tawa keduanya kembali mengisi ruangan kosong
itu.
<><><>
“Luhan ..”
“Hmm ..”
“Kau lebih suka rubik atau aku ?”
“Tentu saja kau, My Sweetie” jawab Luhan namun masih memainkan
rubik itu, memutar-mutarnya sampai semua warnanya menyatu.
“Terus kenapa masih memaikan rubik eoh !?” seru Jieun. Ia
hanya berpura-pura sebal karena seakan tak dihiraukan.
“Ahehe mian” Luhan pun meletakan rubik itu dan kini membelai
kepala Jieun yang terbaring dipangkuannya.
“Ji ..”
“Ya ?”
“Bolehkah aku main kerumahmu ?”
“Ke ke rumah ?” Kenapa Jieun jadi tergagap.
“Ne, Wae ? apa ada masalah ?”
“Aniya, hanya saja aboeji bukanlah orang yang ramah, aku
takut kau kena marah”
“Hey aku kan hanya berkunjung, kenapa harus marah ?”
“Sebaiknya jangan sekarang Lu, mungkin lain kali saja”
“Begitukah ? baiklah jika itu maumu”
Jieun bangkit, melingkarkan tangan mungilnya dileher Luhan.
“Lu ..” bisik Jieun.
“Ne my sweetie” jawab Luhan dan kini menoleh membuat mereka
berhadapan.
“Aku merindukanmu”
“Aku juga”
Jieun mulai usil dengan gerakan-gerakan kecil dileher sang
namja. Mengecup dan menghembuskan nafasnya pelan. Dan semuanya berlanjut.
<><><>
“Aaahh Jinjja, lelahnya” Jieun membaringkan diri disofa
ruang tengah rumahnya.
“Tapi menyenangkan” lanjutnya dengan senyum mengembang.
“Jieun-a” Ayah Jieun mulai menuruni anak tangga rumah mereka
seraya memanggil Jieun.
“Ne aboeji”
“Kau dari mana saja baru pulang ?” tanya tuan Lee memicing.
“Seperti yang aku bilang, aku pergi mengerjakan tugas
bersama Min Ra aboeji”
“Kau tidak bohong kan ?”
“Aniya, tanyakan saja pada Min ra jika aboeji tidak percaya
pada ucapanku” Jieun selain playgirl ia juga pandai berbohong. Ayolah, hanya
berbohong seperti ini tidak terlalu berdosa kan ? lagi pula ia sudah menyumpal
mulut Min Ra dengan sejumlah uang agar tak mengatakan hal-hal buruk pada
ayahnya.
“Baiklah-baiklah aboeji percaya padamu”
Jieun hanya tinggal dengan ayahnya, ibu Jieun telah
meninggal saat melahirkan Jieun. Itulah mengapa ia sedikit berbeda karena Jieun
tumbuh tanpa sosok seorang ibu disampingnya. Tuan Lee terkadang memang sedikit
keras pada anak semata wayangnya itu.
“Besok malam, berdandan lah, tuan Kim mengundang kita makan
malam dirumahnya”
“Untuk apa aku ikut ?”
“Tentu untuk menemani Aboeji mu ini sayang”
“Aboeji aku tidak ingin kesana” rengek Jieun, pastilah bukan
hanya sekedar makan malam, Jieun mulai curiga dengan alasan ayahnya sebenarnya.
“Kau harus ikut, TITIK !”
Jieun hanya mendengus saat ayahnya mulai kembali ke
kamarnya.
<><><>
Dan malam dimana Jieun harus datang pada perjamuan makan
malam pun tiba. Jieun memakai Gaun cantik yang mengekspos bahunya, gaun dengan
renda berbentuk bunga disekitar lengannya, berwarna ungu tua. Seperti biasanya,
ia tampak seksi dan imut bersamaan.
“Ah inikah anak anda tuan Lee ?” tanya ahjumma yang
sepertinya istri dari tuan Kim, orang yang mengundang Jieun dan ayahnya dalam
perjamuan makan malam.
“Ne ini anak ku namanya Lee Jieun” Jieun hanya tersenyum
sekenanya saat sang ayah memperkenalkan dirinya pada ahjumma itu.
“Omo, cantik sekali, tak salah aku memilih menantu”
Mwoya !?
Jieun hampir saja berteriak kaget mendengar hal itu, namun
ditahannya saat sesosok namja tinggi mulai hadir dalam perjamuan makan malam
itu. Hanya bisa memandang, dan merekapun saling pandang sejenak. Tak cukup lama
karena namja itu menarik kursi dan duduk diseberang Jieun.
“Ini Kim Woo Bin anak pertama kami”
“Tampan sekali, sangat cocok dengan Jieunku” ucap ayah Jieun
yang membuat Jieun hanya bisa mendengus pelan.
Firasatku benar .. Ini
perjodohan. Aiishh jinjja !
Makan malam pun dimulai, hanya para orang tua yang sibuk
bercengkrama. Jieun dan namja bernama Woo Bin hanya sesekali memandang. Tak ada
pembicaraan disana. Dugaan Jieun benar, ada sesuatu dibalik makan malam ini.
Kenapa masih ada perjodohan di abad 21 ? bahkan tuan Lee tak membicarakannya
terlebih dahulu dengan Jieun.
Aku akan menghancurkan
perjodohan ini ..
“Nak, ajaklah Jieun berkeliling” ucap Ny.Kim pada anaknya.
“Baiklah eomma”
Jieun dan Woo Bin beranjak, niat keduanya mungkin sama.
ingin saling membicarakan sesuatu tanpa diketahui para orang tua. Tanpa
penolakan keduanya menyetujui saran Ny Kim. Woo Bin menggiring Jieun ketaman
depan rumahnya.
“Aku tidak ingin dijodohkan” ucap Jieun saat mereka sampai
ditaman.
“Lee Jieun, seorang mahasiswi Seoul Univercity jurusan seni
dan budaya. Terkenal playgirl dan suka mempermainkan hati para lelaki” ucap Woo
Bin mengabaikan ucapan Jieun bahwa ia tidak mau dijodohkan. Ia malah bernarasi
sendiri.
“Ck jadi kau juga namja yang menyukai ku ? Aiishh jinjja
sepertinya aku memang terlalu mempesona”
“Untuk ukuran yeoja pendek sepertimu, kau cukup hebat bisa
menjadi playgirl” ucap Woo Bin dengan mengusap dagunya memandang Jieun dari
ujung kaki sampai ujung rambut.
“Yaakk ! a apa maksudmu !?” kesal Jieun. Kenapa namja itu
malah mengomentari dirinya seperti itu.
“Dan juga ..” Woo Bin menatap Jieun dari atas hingga bawah.
“Cukup seksi”
“Yaakk ahjussi cabul, tidak sopan !”
“Tapi kau memang terlalu pendek” ucap Woo Bin lagi. Mengabaikkan
wajah kesal Jieun yang sudah ingin melempar lelaki bermulut pedas itu ke
jurang.
“Kalau begitu batalkan perjodohannya jika kau tak menyukai
yeoja pendek sepertiku”
Woo Bin tersenyum sembari mendekatkan wajahnya
“Siapa bilang aku tak menyukaimu” Jieun membalasnya,
mengikuti apa yang Woo Bin lakukan. Ia mendekatkan wajahnya juga. Hingga jarak
wajah keduanya hanya beberapa centi saja.
“Jadi kau menyukaiku ? sayangnya aku tidak” jawab Jieun juga
dengan seringaiannya.
“Well kau memang cukup menarik, kau yakin tidak menyukaiku
?”
“Ck sudah kubilang kan aku tidak menyukaimu, apa kau sudah
pikun ahjussi ?”
“Ucapanmu juga kasar” komentar Woo Bin.
“Terserah” Jieun berlalu namun sebelum ia melangkahkan
kakinya. Tangan Woo Bin menariknya, membuatnya berbalik dan dengan nakal
melingkarkan tangannya dipinggang Jieun membuat Yeoja itu melotot tak terima.
“Yaaaakkk !”
“Apa ? bukankah kau sering melakukan ini ?” namja itu
menyeringai.
“Tap ..eumhp” Omelan Jieun seketika terbungkam dengan bibir
Woo Bin yang seenaknya saja mencium Jieun. Yeoja itu berontak, namun bukan
melepaskannya Woo Bin malah semakin erat melingkarkan tangannya. Mengulum namun
dengan ekspresi mengejek. Jieun tidak terima diperlakukan seperti itu. ia
memang sering melakukan skinship dengan banyak namja, tapi tidak sembarangan
juga. Dan bukan dibawah paksaan seperti ini.
Woo Bin melepaskan tautannya, menyeringai dengan ibu jari
mengelap sudut bibirnya.
“Brengsek !” Jieun bersungut tak terima.
“Siapa yang lebih brengsek, aku atau kau yang sering mempermainkan
namja ? Jawab aku”
“Kau tidak punya hak mengurusi kehidupanku !”
“Aku punya, karena sebentar lagi kita akan bertunangan” ucap
Woo Bin masih dengan senyum evilnya. Woo Bin memang beberapa kali dijodohkan
orang tuanya namun ia selalu tidak setuju dengan para yeoja yang ditawarkan
ibunya. Ia selalu mencari tahu dulu latar belakang yeoja yang akan dijodohkan
dengannya sebelum bertemu. Semua yeoja yang disodorkan ibunya tak ada yang
membuat seorang Kim Woo Bin tertarik. Rata-rata mereka polos, manja, arogan,
dan lain sebagainya. Saat ibunya memberikan foto Jieun padanya dan Woo Bin
mulai mencari tahu latar belakang Jieun, ia sedikit tertarik. Playgirl ? itu
membuatnya tertantang untuk menaklukan seorang Lee Jieun.
“Yaakk ! aku tidak akan pernah mau bertunangan denganmu”
Jieun bergegas meninggalkan Woo Bin yang masih menatapnya dengan senyum itu.
“Kita lihat saja Lee Jieun-ssi” gumam Woo Bin.
Jieun sampai dimeja perjamuan makan malam itu, dengan raut
kesal ia kembali duduk disana.
“Mana Woo Bin Jieun-a ?” tanya Ny.Kim
“Dia didepan” jawab Jieun datar.
“Ayah, aku ingin pulang” lanjut Jieun, ia pun bangkit dan
menyambar tas kecilnya. Tanpa memperdulikan ekspresi sang ayah yang tidak enak
atas sikap Jieun, Jieun berjalan cepat.
“Ah maafkan anak ku .. mungkin dia sedang tidak enak badan”
bohong tuan Lee.
“Ne gwencaha anak gadis memang seperti itu” jawab Ny. Kim
dengan senyumnya. Woo Bin kembali dan mengernyit saat tak mendapati Jieun
disana.
“Sayang, kau dari mana saja ? Jieun baru saja pulang. Cepat
kejar dia dan antarkan pulang ne. Mungkin dia belum jauh”
“Aku tidak mau”
“Woo Bin cepat kejar dia, tidak baik membiarkan anak gadis
pulang sendirian” ucap tuan Kim. Woo Bin menghembuskan nafasnya kasar. Dan
akhirnya berbalik dengan menyambar kunci mobil.
“Merepotkan” gumamnya. Kini ia melajukan mobilnya perlahan.
Dan tampaklah Jieun sedang melambai mencari taksi namun belum juga ada yang
berhenti. Dengan gaun seperti itu memang terlalu berbahaya membiarkan Jieun
pulang sendirian. Woo Bin menghentikan mobilnya tepat dihadapan Jieun, membuat
yeoja itu mengernyit memandangnya. Woo Bin turun, menghampiri Jieun yang kini
menatapnya sengit.
“Apa lagi ?” tanya Jieun sinis. Tak ada kata yang keluar
dari mulut namja itu. ia malah membuka jasnya dan memakainnya dibahu Jieun.
“Apa sih ?”
“Diamlah, dan cepat masuk mobil”
“Tidak mau”
“Kau mau berdiri disini berjam-jam ?”
“Aku naik taksi saja”
“Masuk atau kutarik kau sekarang juga” ancam Woo Bin. Jieun
menghembuskan nafasnya kasar, Pandangan tajam itu pastilah tak main-main.
Pandangan dari namja yang seenaknya menyentuh bibir Jieun. Dengan hentakan
kecil dari kakinya, Jieun terpaksa menuruti ucapan Woo Bin. Memasuki mobil
merah itu dengan rasa yang bercampur aduk.
Hening .. Tidak ada niat sama sekali untuk membuka
percakapan dari Jieun. Woo Bin pun sibuk menyetir dan memandang jalanan
dihadapannya. Namun karena bosan, Jieun pun membuka mulutnya duluan.
“Kenapa ?”
“Apa ?”
“Kenapa kau menyetujui perjodohan ini ?”
“Siapa bilang aku menyetujuinya ?”
“Mwo ? Ku kira kau ..”
“Aku tidak menyetujuinya tapi juga tidak menolak”
“Kau gila”
“...” Woo Bin kembali diam.
“Aku masih kuliah”
“Aku tahu”
“Aku tidak ingin menikah cepat-cepat”
“Kita hanya akan bertunangan”
Jieun memutar kedua bola matanya malas. Namja itu terlalu
pintar berbicara, pikir Jieun.
“Tapi aku tidak akan setuju”
“Kau tidak mungkin menolak kemauan ayahmu”
“Siapa bilang ? aku bisa menolaknya”
“Bilang saja kau tidak ingin terikat”
“Ck .. kau memang pintar”
“Akhirnya kau mengakuinya juga”
“Jangan tinggi hati dulu, tetap tidak akan merubah
keputusanku”
“Bertunanganlah dengan ku dan aku akan membiarkan mu bersama
para namja mu itu”
“Benarkah ?” Jieun merasa tawaran Woo Bin menarik.
“Dengan satu syarat”
“Apa syaratnya ?”
“Datang kapanpun aku memanggilmu”
Jieun tampak berfikir. Hanya itu persayaratannya ? Jika ia
setuju, ia tak perlu berdebat dengan ayahnya, juga tak harus meninggalkan para
namjachingunya hanya karena ia bertunangan. Jieun sedikit memicingkan matanya,
menatap wajah dari namja yang tengah menyetir itu. ia sedikit tidak yakin untuk
menyetujuinya, Jieun tahu Woo Bin bukanlah namja bodoh seperti namjanya yang
lain. Jieun merasa ada sesuatu yang tidak akan baik dihidupnya setelah mengenal
namja itu.
“Jangan berfikir terlalu lama, persyaratanku terbatas”
“Baiklah aku setuju” Jawab Jieun tanpa pikir panjang, ia
menghembuskan nafasnya pelan. Ia tidak mungkin berdebat dengan ayahnya yang
mempunyai riwayat sakit jantung. Jika pun ia tidak mau dijodohkan pastilah
ayahnya tak akan berhenti meminta Jieun untuk menyetujuinya dengan berbagai
cara. Jieun tahu betul sifat keras ayahnya.
Woo Bin menyeringai kecil.
__
“Jieun !” Suara itu meninggi saat tiba dirumah. Jieun
terpaksa menggerakan kakinya, berjalan malas dan menuruni satu persatu anak
tangga rumahnya. Tampaklah sosok berwibawa nan keras itu. Siapa lagi kalau
bukan ayahnya.
“Apa ayah ?”
“Kau bilang apa !?”
Jieun tahu kemana arah pembicaraan ayahnya. Ini pasti soal
makan malam tadi.
“Aku hanya lelah, aku ingin pulang. Apa ada yang salah
dengan tindakan ku ?”
Tuan Lee terlihat memijit pelipisnya, menghirup udara
dalam-dalam sebelum benar-benar dibuat jantungan oleh anak semata wayangnya itu.
Anak ini benar-benar
sulit di atur !
“Jangan berfikir kau bisa menolak perjodohan ini”
“Tidak, siapa bilang aku akan menolak” dan tuan Lee
dibuatnya terkejut dengan jawaban yang diberikan Jieun. Berbeda dari
perkiraannya karena sikap Jieun yang terlihat kesal saat makan malam tadi.
“Kau serius ?”
“Dua rius ayah”
“Omo, baru kali ini kau membuat ayah senang”
Jieun tersenyum penuh arti.
“Aku tak pernah tak membuat ayah senang” ucap Jieun santai.
“Sudahlah, ayah lelah. Sebaiknya kau juga tidur”
Ayah kan yang
membangunkanku , dasar !
<><><>
Dan disinilah Jieun sekarang, duduk dihadapan namja yang
dengan santai membaca koran dengan segelas americano dihadapannya. Ini gila,
Jieun diminta datang kesana hanya untuk membelikan Woo Bin segelas americano.
Jika bukan karena perjanjian itu, sudah dipastikan Jieun mengguncang kantor Woo
Bin dengan teriakannya. Seenaknya saja menyuruh-nyuruh Jieun.
“Sudah kan ? aku ingin pulang” ucap Jieun dan mulai
beranjak.
“Siapa bilang kau boleh pulang ?” tanya Woo Bin dengan
melipat koran dan menaruhnya diatas meja. Matanya kini lurus menatap Jieun yang
mulai jengah berada disana.
“Untuk apa lagi aku disini ? aku sudah membelikanmu itu kan
?” ucap Jieun dengan sedikit melirik amricano.
“Kau ini bodoh atau apa ?”
“Yaakk apa maksudmu ?” Jieun bosan dengan ucapan Woo Bin
yang selalu berputar-putar membuat otak pentium rendahnya pusing.
“Kau pamitan pada ayahmu bahwa kau mau mengunjungi ku kan ?”
“Ne” Jieun mengangguk.
“Dia akan curiga jika kau pulang terlalu cepat”
Jieun diam, ia juga sih.
“Hmm .. kau benar juga” ucap Jieun setuju. Woo Bin tersenyum
kecil, kenapa ada playgirl sebodoh ini ? Tapi ia suka melihat wajah bodoh yang
ditampakan Jieun.
“Tapi siapa bilang aku akan pulang, aku akan ketempat lain
tahu”
“Kemana ?”
“Haruskah kau tahu ?”
“Tetap kau tidak boleh pergi dulu” Jieun mengernyit,
sebenarnya apa maksud Woo Bin memintanya tak boleh pergi.
“Wae ?”
“Karena aku yang memintanya dan kau tidak boleh menolak,
ingatkan ?”
Jieun berdecak pelan. Lagi-lagi mengungkit perjanjian itu.
“Minum americanonya” suruh Woo Bin.
“Yaakk, kenapa jadi aku yang meminumnya ? bukankah kau yang
memintanya ?”
Woo Bin mengedikan bahu.
“Aku sudah tidak ingin meminumnya, dan aku minta kau yang
meminumnya. Se-ka-rang” ucap Woo Bin penuh penekanan pada kalimat akhirnya.
Jieun benar-benar kesal, ia tahu sekarang, bahwa Woo Bin
hanya ingin mengerjainya. Susah payah Jieun datang kekantor namja itu dengan
waktu 15 menit yang Woo Bin berikan, belum lagi ia harus membeli kopi itu dulu.
Sial ! ingin sekali Jieun menyiram americano itu ke wajah Woo Bin.
“Bagaimana jika aku tidak mau ?”
“Itu mudah, aku akan membuat semua namjamu mengetahui kau
yang sebenarnya ditambah memberitahukan pada ayahmu bahwa anaknya seorang
playgirl dan selalu berbohong padanya. Hmm kurasa itu akan menarik” Woo Bin
kembali menyeringai dan membuat Jieun semakin benci melihatnya.
“Ck, mereka tidak akan percaya pada ucapanmu, apalagi ayahku”
“Kau yakin ? mau kubuktikan ?”
Sial, lagi-lagi Jieun tersudut. Ia tahu Woo Bin bukan orang
yang hanya berani menggertak, Jieun tahu meski baru mengenalnya beberapa hari
sejak perjamuan makan malam itu.
“Bagaimana nona Lee Jieun-ssi ?” tanya namja itu lagi dengan
seringaian diakhir kalimatnya.
Jieun menghembuskan nafasnya kasar. Kenapa bisa ia bertemu
dengan namja bernama Woo Bin ini.
Namja yang bisa dan berani membuat Jieun
patuh.
“Huft, baiklah-baiklah aku tidak akan pergi” pasrah Jieun
meski dengan sejuta kekesalan yang menumpuk dihatinya. Woo Bin tersenyum
semakin lebar. Ia suka saat ia menang.
“Tapi apa yang harus kulakukan disini ?”
“Kemarilah”
“Kemana ?”
“Duduk dipangkuanku”
“MWO !?”
“Hey hey hey, reaksimu berlebihan. Aku hanya ingin
memandangi mu lebih dekat”
Jieun terdiam. Dia
benar-benar mempermainkan ku.
“Baiklah kalau kau tidak mau, aku akan menelpon ayahmu” ucap
Woo Bin dengan gerakan mengangkat telepon yang ada dimejanya.
“A andwae ! baiklah baiklah” Jieun pun akhirnya beranjak,
berjalan menuju dimana Woo Bin duduk. Mulai mendudukan diri dipangkuan Woo Bin.
Memandang dengan ekspresi datar pada namja itu.
Woo Bin mengendus bau yang tidak enak saat Jieun sudah
berada dihadapannya.
“Yaak , kau tadi makan apa ?”
“Wae ? eumm.. tadi aku makan acar bawang”
“Mwo !? jauh-jauh dariku”
“Wae ?” bukannya menjauh Jieun justru mendekatkan wajahnya.
Akhirnya ia bisa juga membalas namja songong itu. ia ingin sekali tertawa
sekarang.
“Yaakk mulutmu bau bawang !” seru Woo Bin sembari menutupi
hidungnya.
“Haaaahh” Jieun malah menghembuskan nafas dalam mulutnya.
“Eotthe ? wangi kan , Woo Bin ku sayang hhaha“ lanjut Jieun.
“Yaakk aiishh jinjja !”Woo Bin segera beranjak, berjalan
dengan cepat keluar dari ruangan kantornya, menyisakan Jieun yang kini tertawa
dengan memegangi perutnya.
“Hahaha rasakan !”
<><><>
“Ada apa sayang ?” Tanya Luhan seraya membelai kepala Jieun.
“Aku hanya sedang badmood”
“Wae ? apa yang membuatmu badmood seperti ini ?”
Jieun tidak menjawab, ia justru menggeleng pelan dan semakin
menenggelamkan kepalanya dibahu Luhan. melihat hal itu Luhan hanya bisa
menenangkan Jieun dengan terus membelai rambutnya.
<><><>
Jieun
mendengus Sebal, ia menyetir mobil dengan sesekali cibiran kecil pada namja
yang tak berdaya di jok belakang. Sungguh, hidup Jieun berubah setelah
kehadiran Woo Bin.
Malam-malam
seperti ini pria itu menelponnya hanya untuk menjadi supir karena Woo Bin mabuk
berat. Bayangkan, Jieun dengan badan mungilnya harus memapah Woo Bin dengan
susah payah sampai ke mobil.
"Aiish
lama-lama ku buang kau ke Antartika" rutuk Jieun.
"Ayo
minum !" Woo bin mengigau tak karuan.
"Yaakk
berisik bodoh !" Jieun justru menanggapi hal itu dengan teriakan super
kencangnya.
Jieun
sampai, ia kembali memapah Woo Bin
menuju apartementnya. Jieun kembali mengecek alamat yang Woo Bin kirimkan
padanya, jangan sampai ia salah apartement. Setelah melihat pesan diponselnya
Jieun yakin kalau ia tak salah apartement. Badannya pasti akan rontok setelah
ini. Jieun menekan tombol lift susah payah.
Memapah Woo bin masuk dan menunggu ia sampai dilantai 5.
Bruuukk
Jieun
menghempaskan Woo Bin dikasur besar apartment namja itu. Sedikit meregangkan
bahunya saat berhasil melepaskan beban berat. Jieun melepas jas dan juga sepatu
Woo Bin. Kembali berjalan menuju dapur, mencari setetes air untuk mengisi
tenggorokannya yang kering.
Glek
glek glek
Jieun
meminum air mineral yang ia temukan di kulkas Woo Bin dengan beringas.
"Namja
itu benar-benar menganggap ku sebagai budak"
Jieun
mengusap mulutnya kasar. Ia harus pulang, ia malas berlama-lama di apartment
Woo bin.
Jieun
kembali ke kamar Woo bin untuk mengambil kunci Mobilnya. Kunci mobil sudah
ditangannya. Jieun sedikit membungkuk tepat diwajah Woo bin.
"Heh
bodoh, aku pulang dulu. Muntahlah dikemejamu sendiri, aku tak akan perduli
haha. Dadah Woo bin jel-"
Mata
Jieun melebar, saat Woo bin tiba-tiba bangkit dan mengecup bibir Jieun, setelah
itu Woo bin kembali tidur.
"Ya
ya Yaaakk!" Jieun berteriak dengan nada tiga oktafnya. Bagaimana bisa
namja yang sudah mabuk itu masih bisa mengerjainya seperti ini ?
"Aishh
jinjja .. Kau, awas kau ya !" Jieun segera beranjak pergi. Keluar dari
apartement Woo Bin dengan rasa kesal.
<><><>
Gaun merah menyala dengan paduan higheels tinggi terlihat
cocok ditubuh yeoja bernama Lee Jieun, yeoja yang kini harus menjadi pasangan
Woo Bin dipesta rekan bisnis namja itu. Tersenyum paksa saat rekan-rekan Woo
Bin menyapanya.
“Aku ingin muntah melihat senyummu” bisik Woo Bin tepat
ditelinga Jieun.
“Apalagi aku” balas Jieun.
“Annyeong Woo Bin-ssi”
“Oh Annyeong tuan Park”
Dan sapaan dari rekan kerja Woo Bin membuyarkan percakapan kecil
antara Jieun dengan namja itu. Rasanya malas sekali berlama-lama berdiam diri
disana dengan orang-orang sok kaya itu. Lebih baik Jieun duduk dan mencicipi
wine yang disediakan.
“Aku kesana dulu” ucap Jieun.
“Ne baiklah” jawab Woo Bin dan kembali berbincang-bincang.
Jieun duduk disalah satu bar kecil yang disediakan dipesta.
ia menyesap pelan minuman yang tadi diambilnya dari waiters. Memandang pada
namja tinggi yang masih mengobrol dengan asiknya.
Kim Woo Bin ia tidak
terlalu buruk
Tampan pintar tinggi
dan tentu saja mapan
Siapapun bisa ia dapatkan, tapi kenapa malah tidak
menolak dijodohkan denganku ?
Jieun benar-benar tak habis pikir. Namja itu bahkan pernah
bilang kalau Jieun pendek, tapi kenapa masih mempertahankan perjodohan ini ?
Apa ia hanya ingin
mempermainkanku ?
Berbagai pikiran melayang dikepala Jieun.
Ah masa bodoh ! aku
bisa gila jika terus memikirkannya
Jieun mengalihkan pandangannya dan betapa terkejutnya saat
melihat salah satu namjanya hadir dipesta ini, Kim Myungsoo, Dia ada di depan
Jieun dengan jarak yang tak terlalu jauh. Seketika membuat Jieun membalikan
badannya, memunggungi namja itu dan berharap Myungsoo tak menyadari kehadiran
Jieun.
“Aaa Jinjja !? Kenapa dia bisa ada disini ?” gumam Jieun.
Puk
Sebuah tepukan mendarat dibahu Jieun, membuat jantungnya
berdebar hebat. Mungkinkah itu Kim Myungsoo ? Jieun benar-benar ingin sekali
menghilang sekarang jika itu memang Myungsoo. Atau paling tidak memikirkan
berbagai alasan yang masuk ak-
“Heh bodoh kau kenapa ?” dan beberapa kalimat itu bagai
angin surga bagi seorang Lee Jieun, ia tahu betul itu suara Woo Bin. Seketika
Jieun berbalik dengan perasaan lega. Baru kali ini ia bahagia mendengar suara
Woo Bin, setidaknya bukan Myungsoo sipemilik suara itu. Jieun pun berbalik.
“Woo Bin-a, ayo kita pulang” rengek Jieun, Woo Bin memandang
Jieun aneh. Tumben sekali yeoja itu merengek padanya seperti itu. tidak seperti
biasanya yang dingin dan ketus.
“Wae ? pestanya bahkan belum selesai”
“A aku, aku sakit perut. ya sakit perut !” Woo Bin
mengernyit masih dengan memandangi Jieun.
“Ya sudah ayo kita pulang” dan jawaban itu sangat membuat
Jieun lega. Untunglah, kali ini Woo Bin bisa bekerja sama dan tak
menyusahkannya lebih lama.
Di perjalanan ..
“Sebenarnya ada apa ?” tanya Woo Bin karena ia tahu Jieun
hanya berbohong soal sakit perutnya.
“Kau tahu ya ?”
“Yaakk kau kira bisa membodohiku”
Jieun mengerucutkan bibirnya sebal.
“Tadi ada namjaku disana, dipesta itu”
“Nuguya ?”
“Kim Myungsoo”
“M myungsoo ?”
“Ne Wae ? apa kau mengenalnya ?”
“Dia anak rekan bisnis ku”
“Jinjja !?” Woo Bin mengangguk mengiyakan.
“Aisshh aku bisa gila !” rutuk Jieun kemudian.
“Ck .. makanya putuskan saja semua namja mu sebelum mereka
mencincangmu hidup-hidup jika tahu semuanya”
“Yaakk jangan menghasutku ! mana mungkin aku bisa hidup
tanpa namja-namja tampan itu, Suho si pintar, Kai si berbakat, Luhan si imut
dan Myungsoo si dingin”
“Yaakk haruskah kau memuji mereka didepanku !?”
Jieun memicing, memandang Woo Bin yang terlihat tidak suka.
“Wae ?”
“Ah sudahlah, jangan berbicara terus, berisik !”
Cih dasar, bukankah
dia yang pertama kali mengajak bicara ? dasar
namja aneh.
__
“Aku pulang” seru Jieun saat sampai dirumahnya.
“Kemana Woo Bin ?”
“Dia langsung pulang Ayah, ia bilang ia lelah”
“Ah begitu” tuan Lee Mengangguk.
“Bagaimana pestanya ?”
“Sama seperti pesta lainnya, membosankan” jawab Jieun
sembari meminum kopi ayahnya. Tidak sopan -_-
“Setidaknya kalian semakin dekat, baguslah”
Ya ya ya, itu menurut
ayah
Jieun hanya menampakan senyum seadanya menanggapi ucapan
tuan Lee. Ia pun beranjak menuju kamarnya.
“Aku keatas Ayah, aku lelah”
“Ne tidurlah sayang”
Jieun membuka gaunnya, menggantinya dengan hotpans dan
kemeja putih kebesaran. Merebahkan diri diatas kasur nyamannya.
<><><>
Bawakan sup ayam ke apartment ku
sekarang ! Waktumu hanya 10 menit.
Jieun
mendengus Sebal. Tak bisakah Woo bin membiarkannya istirahat sebentar saja? Ia
bahkan baru pulang kuliah dan pantatnya baru merasakan duduk santai melepas
lelah disofa lembut miliknya.
"Aaargh
jinjja !"
__
"Ji
Mau kemana kau baru pulang kan ?"
"Woo
bin menghubungiku ayah"
"Ah
begitu ya sudah pergilah .. Hati-hati dijalan sayang"
"Neee"
jawab Jieun panjang yang terdengar tak ikhlas.
__
Jieun
risih dengan pandangan tajam itu, ia harus apa ? Ia memang tak tahu harus
kemana lagi mencari sup ayam. Tempat yang biasa menjual sup ayam ternyata sudah
habis dan hanya tempat itu yang Jieun tahu, ia benar-benar tak tahu lagi dimana
mencari penjual sup ayam.
"Kau
bohong kan ?"
"Aniya,
kalau tidak percaya ya sudah"
"Sekarang
kau masak sup untuk ku, aku lapar"
"Yaakk
aku tidak bisa memasak"
"Lalu
kau ingin membuat ku mati kelaparan eoh ?!"
"Kalau
aku bisa itu yang ku Mau" gumam Jieun.
"Mwo
!?"
"Yaaak
kau tidak dengar aku tidak bisa memasak, kau bisa kan memesan makanan
delivery"
"Ah
kau benar, sekarang pesankan aku spageti"
Jieun
memutar bola matanya malas. Berdebat hanya akan mengurangi energinya lagi,
Jieun memilih menuruti namja songong itu.
<><><>
Tring tring
Ponselnya berdering tanda ada pesan masuk. Jieun malas
bahkan untuk mengambil ponsel yang hanya beberapa centi saja dari tangannya.
Tring tring
Tring tring
Tiga tanda pesan masuk berbunyi. Jieun tahu pasti itu adalah
pesan dari namja-namjanya. Lama kelamaan ini memang tak menyenangkan lagi.
Haruskah Jieun memutuskan mereka semua ? Tidak mungkin, Jieun masih membutuhkan
Suho dan menyukai namja imut Xi Luhan. Bagaimana dengan Kai dan Myungsoo ?
Beberapa minggu lalu Kai sudah berangkat ke Prancis, dan
Myungsoo, Jieun sudah mulai bosan dengan namja itu. Baiklah, Mungkin Jieun akan
memutuskan Myungsoo saja.
Jieun menghembuskan nafasnya yakin. Ia meraih ponselnya,
mengetikan beberapa kalimat ucapan tanda putus yang ditujukan untuk Kim
Myungsoo.
Klik dan pesan itu terkirim. Jieun langsung mematikan
ponselnya. Lagi-lagi menghembuskan nafasnya lega.
“Oke, Kim Myungsoo its over” ucap Jieun dengan tanda
menyilang dari tangannya.
“Haruskah aku mengganti nomor ?”
“Ah mungkin itu antisipasi yang bagus” lanjut Jieun. Ia tahu
Myungsoo pasti akan langsung menghubungi nomor ponselnya yang lama dan
memberondongi Jieun dengan berbagai pertanyaan kenapa bisa memutuskannya begitu
saja.
“Huaaamm aku ngantuk”
<><><>
“Tunggu” namja itu menarik lengan Jieun paksa.
“Apa lagi eoh !?”
“Kenapa kau melakukan ini padaku Ji ?” tanya Myungsoo. Ia
tidak terima diputuskan sepihak tanpa ada penjelasan yang masuk akal. Ia tidak
berselingkuh atau bermain dibelakang Jieun.
“Temanku melihatmu bersama yeoja dan karena itu aku
memutuskanmu” bohong Jieun.
“Mwo ? dan kau percaya ?”
Jieun mengangguk.
“Ne, aku percaya”
“Ta tapi semua itu bohong Ji, aku bahkan tak pernah bersama
wanita selainmu”
“Sudahlah Myungsoo-ya, kita sudah berakhir dengan
terkirimnya pesan dariku malam itu”
“Ji jebal jangan seperti ini, bukankah kau terlalu egois ?
aku masih dan akan selalu mencintaimu Ji”
Jieun melepaskan genggaman Myungsoo yang mulai mengendur.
“Kita putus Kim Myungsoo dan kau harus menerima itu” ucap
Jieun dan berlalu dari hadapan namja yang masih memandangnya dengan raut wajah
sedih.
<><><>
“Wae ?”
“Apa ?”
“Kenapa kau diam, tumben tidak protes. Sudah terbiasa ya
dengan permintaanku ?”
Lagi-lagi Woo Bin meminta Jieun datang dan kali ini meminta
sekotak Pizza, bukan datang kekantor ataupun kerumahnya melainkan ke apartement
Woo Bin yang hanya sesekali ia kunjungi. Jieun sudah tak punya energi untuk
memperdebatkan hal ini lagi. Mungkin benar, ia sudah terbiasa diperbudak Woo
Bin.
“Aku baru saja memutuskan salah satu namjaku”
“Baguslah, tapi kenapa jadi kau yang galau ?”
“Yaakk kau kira memutuskan orang itu mudah, aku memang
playgirl tapi bukan berarti tak mempunyai perasaan”
“Wuaa, seorang playgirl juga bisa berperasaan ternyata haha”
Jieun hanya bisa mendengus sebal menanggapi tawa Woo
Bin.
“Siapa yang kau putuskan ?”
“Kim Myungsoo”
“Si namja yang dipesta itu ?” Jieun mengangguk.
“Wae ?”
“Eumm .. mungkin karena aku mulai bosan dengannya”
“Tidak adakah namja yang benar-benar kau inginkan ?”
“Maksudmu ?”
“Namja yang bisa merubahmu dan kau tidak ingin
kehilangannya”
Jieun tampak berfikir. Hampir semua namja yang ditemui
selalu berakhir sama, awalnya Jieun menyukai mereka namun lama-kelamaan semua
itu menjadi tak menarik. Semua itu menjadi membosankan.
“Entahlah, aku belum menemukan yang seperti itu”
Woo Bin mengangguk
Akan kubuat kau
menemukannya
“Sepertinya kita sudah mulai akrab”
“Mungkin” Jieun tak menampik, Woo Bin memang menyebalkan
tapi juga enak untuk diajak ngobrol.
“Tapi jangan senang dulu, bukan berarti aku menyukaimu” lanjut
Jieun.
“Santai saja”
<><><>
Tiga bulan berlalu dan Jieun belum menyadari bahwa ia sudah
mulai menyukai seorang Kim Woo Bin, benar-benar menyukainya. Hingga pada suatu
saat ia dibuatnya sedikit resah.
Jieun tengah bergerak asal dikasurnya. Berguling-guling tak
jelas.
“Sebenarnya siapa yeoja itu ?”
“Aiisshh jinjja kenapa Woo Bin tersenyum padanya !?”
“Rubah sialan !” rutuk Jieun.
“Eh tu tunggu dulu” Jieun bangkit dan terduduk dikasurnya.
“Kenapa denganku ? Bukankah itu bagus jika ia mempunyai
seorang kekasih, itu berarti perjodohan batal”
“Ta tapi kenap-“
“Aniya aniya aniya, jangan bilang kau mulai menyukai namja
songong itu”
“Aaaa, aniya aniya ini tidak boleh terjadi” Jieun
benar-benar kalut saat ini, ia merasa kesal saat datang kekantor Woo Bin
seperti biasa karena permintaan Woo Bin dan tentu saja dengan americano namun
sekarang menjadi dua gelas. Jieun pikir itu satu untuknya namun ternyata salah,
satunya lagi untuk yeoja berambut panjang nan cantik, entah siapa namanya Jieun
tak ingin tahu. Dan yang lebih menyebalkan lagi Woo Bin menyuruh Jieun pergi
setelah mengatarkan dua gelas americano itu. Ingin rasanya Jieun menarik rambut
wanita itu dan mematahkan lengan Woo Bin. Entah mengapa ia tidak rela melihat
mereka tertawa bersama.
Cklek
Pintu kamar Jieun terbuka, sedikit terkejut saat mendapati
namja yang tengah dipikirkannya berdiri memandanginya.
“Yaakk sedang apa kau disini ?”
“Aku hanya ingin mengunjungimu”
“Kau punya tangan kan ? tak bisakah kau mengetuk dulu ?”
“Karena tidak terkunci jadi aku masuk saja”
“Bagaimana jika ayahku tahu, kau akan mati karena masuk
seenaknya”
“Ahjussi Lee tahu kok, bahkan ia memperbolehkannya”
“Jinjja !?”
“Tak bisakah tak berlebihan seperti itu ?”
Jieun mengedus sebal.
“Kenapa tidak mengangkat telepon ku ?”
Jieun mengernyit.
“Tidak ada telepon masuk”
“Benarkah ? coba lihat ponselmu” Jieun meraih ponselnya dan
mendapat beberapa panggilan tak terjawab dari Woo bin.
“Ah aku lupa, ponselku di silent”
“Bilang saja kau sengaja”
“Aniya”
Dan hening .. Jieun sibuk dengan memutar-mutar ponselnya.
“Kau kenapa ?”
“Kenapa apa ?”
“Kau tidak seperti biasanya”
“Aku tidak papa” jawab Jieun dengan nada datarnya.
“Coba kulihat” Woo Bin berjalan menghampiri Jieun,
menempelkan punggung tangannya didahi gadis itu. Membuat jantung Jieun berdegup
kencang. namun tak lama kemudian ia menampik lengan Woo Bin.
“Sudah kubilang aku tidak papa” jawab Jieun ketus.
“Tidak usah sinis bisa kan ?”
Belum sempat Jieun menjawab, suara deringan ponsel
membuatnya mengabaikan Woo Bin.
“Yoboseyo” lirih Jieun.
“...”
“Ah Luhanie, aku ? aku sedang memikirkanmu” ucap Jieun
dibuat-buat dan sekilas melirik kearah Woo Bin yang mulai berubah datar.
“...”
“Omo, kau juga ? senangnya bisa berada dipikiranmu”
“...”
“Haha .. haruskah kita bertemu ?”
“...”
Dan sreet, Woo Bin menyambar ponsel Jieun dan memutuskan
panggilan itu.
“Yaaakk ! apa yang kau lakukan !?”
“Kau ingin tahu yang akan kulakukan ?” ucap Woo Bin perlahan
mulai mendekat dan mendekat kearah Jieun.
“Yaa yaakk ! Kau mau apa ?”
Jieun menciut, ia memejamkan matanya dan menunggu apa yang
akan terjadi.
“Fuuuhh .. ada semut dimatamu” Jieun seketika membuka
matanya. Dan lega saat Woo Bin kembali ke posisi semula.
“Ayo kita makan” ajak Woo Bin.
“Tidak mau”
“Ini perintah !”
“Aku tidak mau, aku sedang malas”
“Akan ku adukan pada ayahmu”
“Adukan saja aku tidak takut” Woo Bin mengernyit, ada apa
dengan Jieun ? pikirnya.
“Baiklah jika kau tidak mau, aku akan dikamarmu terus”
“Terserah” Jieun mengacuhkan Woo bin yang mulai mendudukan
diri disofa kamar gadis itu. matanya tak pernah memandang kearah lain, hanya
Jieun yang ia lihat dan itu membuat Jieun sedikit risih.
“Apa ?”
“Apanya yang apa ?”
“Apa yang sedang kau lihat ?”
“Aku sedang melihatmu”
“...” Jieun mendelik sebal.
“Kau pasti sibuk kan, pergilah”
“Aku manager, perusahaan tidak akan bangkrut hanya karena
aku tidak datang satu kali”
“Cihh, sombong sekali”
“Sepertinya kau ingin menanyakan sesuatu ?”
“Siapa bilang ? sok tahu !”
“Kau boleh bertanya apapun dan aku pasti akan menjawabnya”
Jieun mengembungkan pipinya, sedikit melirik Woo Bin untuk memastikan ucapan
namja itu bisa dipercaya, kenapa pria itu mudah sekali tahu apa yang Jieun
pikirkan ? memang ada banyak pertanyaan yang ingin Jieun tanyakan. Terutama
soal wanita yang dilihatnya begitu akrab dengan Woo Bin saat dikantor.
“Ayolah, aku tahu kau ingin menanyakan sesuatu”
“Tapi jangan terlalu percaya diri dulu karena pertanyaanku
ini, jangan salah paham”
“Ne ne memang apa pertanyaannya ?”
“Eumm .. i itu ..” Jieun sedikit bermain dengan selimutnya,
memutar-mutar dengan jari kecilnya. Woo bin menunggu dengan sabar meski Jieun begitu terlihat
berbelit-belit dan sedikit aneh ?
"Siapa
yeoja dikantormu waktu itu ?"
"Yang
mana ?"
"Yeoja
berambut panjang dan cantik itu, saat kau memintaku membawakan dua americano,
jangan berpura-pura tidak ingat"
Woo bin
memicing, ah tentu saja ia masih sangat ingat, ingat betul saat ekspresi Jieun
berubah kesal karena Woo bin langsung menyuruh Jieun pergi setelah menyerahkan
dua gelas americano. Apakah Jieun sedang cemburu?
"Wae
kenapa kau menanyakannya ?"
"Yaakk
sudah kubilang kan jangan salah paham dulu"
"Salah
paham bagaimana menurutmu?"
"Ah
kau ini memang menyebalkan, sudah lah tidak perlu dijawab"
"Ahaha,
begitu saja marah. Kau ingin tahu siapa yeoja waktu itu? Namanya Kang Haneul,
ia mantan kekasihku"
Deg ..
Jieun sedikit terkejut namun ia sebisa mungkin terlihat biasa saja.
"Oh"
hanya itu tanggapan Jieun, berbeda dengan hatinya yang mulai kesal dan panas
karena sebab yang belum ia ketahui.
"Kami
tidak sengaja bertemu saat rapat yang dilakukan dengan rekan kerjaku dan
ternyata ia juga bekerja disana"
"Oh"
lagi-lagi Jieun mengucapkan 'oh' dari mulutnya.
"Kau
cem-"
"Baguslah,
kita bisa membatalkan pertunangan jika kalian sudah kembali"
Woo bin
terdiam, namun sedetik kemudian ia membuka mulut.
"Ne
itu memang niatku"
Jieun
membulatkan matanya, terkejut dengan ucapan Woo Bin yang terdengar tanpa beban.
Ia tak serius mengatakan hal itu. Kenapa Rasanya tidak rela jika perjodohan itu
batal ? Bukankah dari awal ia menginginkan semua itu ?
"M
Mwo!?"
"Wae
kenapa begitu terkejut ?"
"A
aniya, baguslah bagus, akhirnya perjodohan kita batal" Jieun menunduk,
bodoh, kenapa malah ia ingin menangis ? Bukankah ini kemauannya ?
"Aku
berencana melamarnya sesegera mungkin"
"I
itu bagus" suara Jieun terdengar sedikit bergetar.
"Kalau
begitu aku pergi"
Jieun
hanya bisa mengangguk kecil. Dan begitu suara pintu terdengar tertutup kembali,
Jieun mengeluarkan tangisnya. Seperti inikah rasanya dikecewakan ? Apakah
seperti ini rasanya jika patah hati ?
Patah
hati ? Jieun bahkan belum menyadari jika rasa sakit itu adalah patah hati.
Cklek
.. Pintu kembali terdengar terbuka. Jieun masih belum berani mengangkat
wajahnya. Dan-
Greepp
Kini
tangan kekar melingkar memeluknya dari depan.
"Bodoh
! Kau bahkan masih belum menyadarinya sampai akhir"
"Woo
bin"
"Katakan
kalau kau menyukaiku"
"Tapi
Kang Ha-"
"Katakan
!"
Bukannya
mengungkapkan perasaannya Jieun justru semakin terisak.
"Aku
menyukai mu Ji, Haneul hanya sebagai alat agar kau terpancing"
Jieun
terdiam, bodoh, kenapa ia jadi melankolis seperti ini ? Ia menangis untuk Woo
Bin ? Apakah ia memang sudah terjerat pada namja itu ? Jieun bahkan dengan
mudahnya terjatuh dalam permainan Woo Bin.
Jieun
memukul pelan bahu Woo bin.
"Kau
jahat"
"Jadi
apakah kau juga menyukaiku ?" Jieun mengangguk pelan dalam pelukan Woo
Bin.
Namja
itu tersenyum senang.
"Tapi
lakukan satu hal yang ku Mau" Jieun melepas pelukan mereka, memandang
penuh tanya apa permintaan Woo Bin kali ini ?
<><><>
Langit
biru cerah, udara sejuk menyegarkan, cuaca sangat baik hari ini namun berbeda
dengan gadis yang tengah menekuk wajahnya itu, duduk dengan muka kusut dibangku
taman meski ditemani namja tampan yang tengah menjilati ice creamnya, dewasa
bukan berarti tak boleh memakan ice cream kan ? Lelaki itu tampak nyaman
memakan ice creamnya dibawah pohon ek. Ia menoleh dan mendapati wajah gadis itu
dengan eskpresi kacau.
"Wae
? Apa kau belum menerima permintaan terakhir ku ?"
Jieun
mengangkat wajahnya. Menghembuskan nafas pelan.
"Aku
sudah melakukan permintaan terakhirmu tapi-"
"Tapi
apa ? Kau masih tidak rela putus dari pacar-pacarmu itu eoh ?"
Jieun
mengerucutkan bibirnya.
"Aniya,
aku hanya merasa menjadi orang jahat karena telah memutuskan Suho dan Luhan
tanpa alasan"
"Kau
memang jahat nona Lee"
"Iishh
bukankah ini permintaanmu !?"
"Ne,
dan aku melakukannya untuk kita, mana mungkin aku membagi mu dengan namja
lain"
"Dasar
egois"
"Yaakk
itu namanya setia, bodoh! Tenang saja aku juga akan melakukan hal yang sama.
Woo bin hanya untuk Jieun dan Jieun juga hanya untuk Woo bin"
"Ck
.. Aku ingin muntah mendengarnya"
"Yaakk
! Kau ini , tenang saja aku akan mengajarimu cinta yang sesungguhnya"
"Aku
benar-benar ingin muntah sekarang"
"-_-"
Hening
..
Mata
kecil itu mengarah pada pemandangan dihadapannya. Sedikit tertarik saat seorang
ayah begitu gembira tertawa bersama gadis kecilnya.
Keluarga
kecil itu membuat setiap orang iri akan kebahagian mereka. Bermain di taman dan
sang ibu menyiapkan makan untuk suami dan anak perempuannya.
Cinta ?
Jieun bahkan tak tahu apa itu cinta. Ia hanya merasa bangga jika bisa
menaklukan hati para namja. Itu menjadi kepuasan tersendiri baginya tapi itu
dulu, sebelum namja tampan dan menyebalkan disampingnya datang. Namja yang bisa
membuat Jieun menangis hanya karena melihat ia bertemu dengan mantan
kekasihnya. Namja itu bahkan berani menciumnya saat pertemuan pertama. Jieun
hanya bisa menyunggingkan senyum mengingat momen-momen saat hal-hal bodoh yang
mulai terjadi sejak ia mengenal seorang Kim Woo bin. Ayahnya tak salah
menjodohkan Jieun dengan lelaki itu, Jieun kini justru bersyukur karenanya
sekarang.
Melihat
keluarga kecil itu saling melempar senyum membuat Jieun pun mengembangkan
senyumannya. Seakan kebahagiaan mereka menular pada Jieun. Wajah kusut Jieun
berangsur berubah melihat hal itu.
Ia
harus meminta maaf dengan tulus setelah ini, ia akan meminta maaf pada
mantan-mantan kekasihnya meskipun mungkin Jieun hanya akan mendapat makian.
Jieun tak sadar jika sikapnya malah menyakiti para namja itu. Ia hanya ingin
bersenang-senang selagi ia masih muda namun sekarang ia tahu itu salah.
Jieun
menoleh, memandang dalam diam pada namja yang kini tengah tersenyum memandang
apa yang Jieun perhatikan tadi. Keluarga kecil bahagia disana.
Bahkan
Jieun masih beruntung masih bisa mendapat namja Tampan nan kaya seperti Woo Bin
setelah prilaku buruknya. Hidung itu, mata itu, mulut itu Jieun menyukai
semuanya. Mulutnya tersenyum saat menyadari betapa namja disampingnya begitu
mempesona. Jieun berjanji akan mencintai Woo Bin setulus dan semurni yang ia
bisa.
Deg ..
Jantung Jieun berdegup saat melihat Woo Bin menjilat ice creamnya lagi. Seakan
slow motion yang entah mengapa membuat Jieun memanas. Bodoh ! Apa yang kau
pikirkan Jieun ? Jieun ingin ... Hanya ingin ...
"Tuan
Kim" suara itu tampak berbeda, Jieun melembutkan suaranya dan terdengar
err seksi. Ada apa ? Kenapa tiba-tiba ? Woo Bin menoleh menampakan wajah
bingungnya.
Jieun
semakin dekat, meraba pelan dasi Woo Bin.
Sedikit memainkan bibirnya seduktif.
"Aku
ingin ..." Woo bin semakin dibuatnya terlena. Bisakah sekarang ia membawa
Jieun ke Hotel ? Untuk apa ? Entahlah, tanyakan pada otak Woo Bin.
"K
kau ingin a apa ?" Namja memang selalu tergoda dengan hal-hal seperti ini.
Woo bin menelan ludahnya susah payah. Ayolah , apa tenggorokannya menyempit
tiba tiba ?
Perlahan
Woo Bin menutup matanya namun-
Sreeet
Jieun
merebut ice cream vanilla Woo Bin dan berlari menjauh Seraya menjulurkan
lidahnya pada Woo Bin yang tampak cengo.
"Haha
.. Tuan Kim apa yang sedang kau pikirkan eoh !?" pekik gadis itu dengan
seringaian kecil Seraya kembali memainkan bibirnya menjilat ice cream.
"Yaakk
! Berhenti disana kau gadis nakal !"
"Hahaha
.."
The
end~
Kerennnnnnnn sukaaaaaaaaaaaa banget :*
ReplyDeleteBkin sequel.y dong eon!?!!
Atau bkin lgi BinU eoh?? (^∇^)(^v^)
Makasih :)
DeleteSequel ? iya insya allah y ..
ffnya bgs bgt eon... bikin sequelnya dong eon ato ngak bikin iu ma woo bin lagi ya
ReplyDelete