Playgirl




Cast    : Lee Jieun (iu), Myungsoo, Kai, Luhan, Suho, Kim Woo Bin.

Genre : Romance, PG16, Drama.

Length: Oneshoot.

Haaaayyyy, udah lama ya ga ngepost tapi tenang, sekarang author bawain ff baru. Cast cowonya siganteng Woo Bin, loh knp Woo Bin ? Soalnya kayanya belum pernah bkin ff  BinU. Typo harap dimaklumi, Ya udah selamat membaca :D


Tak tinggi, tak terlalu pintar, tak secantik para ulzzang juga. Namun seorang Lee Jieun mampu membuat para lelaki bertekuk lutut dihadapannya. Tentu dengan caranya sendiri.

Cinta hanya sebuah permainan bagi seorang Lee Jieun, gadis manis disalah satu universitas ternama di Seoul. Ia memiliki beberapa kekasih, ia menjadi seorang playgirl yang handal. Ia bisa mengatur semuanya dengan rapih tanpa diketahui kekasihnya yang lain. Lalu apa maksudnya ia menjadi gadis yang seperti itu ? jawabannya adalah ia hanya ingin bersenang-senang, apa itu salah ? bagi orang lain itu mungkin salah, namun bagi dirinya itu adalah suatu hal yang menyenangkan dan tentu saja membanggakan, disaat orang lain bahkan belum mempunyai namjachingu, ia justru sudah memiliki 4 namjachingu. Hebat bukan ? tentu saja, jangan panggil Lee Jieun jika ia tak bisa menaklukan namja yang ia inginkan.

“Chagiya ..”

“Hmm wae ?”

“Ah sepertinya aku tidak bisa berlama-lama” ujar Jieun dengan menampakan muka memelasnya yang tampak imut.

“Wae ?! kau baru saja datang” kesal Myungsoo, namja dingin namun memiliki senyum yang manis, namja dari salah satu kekasih Jieun.

“Eum .. mian, aku ada tugas yang harus dikerjakan, kau tahu kan Dosen ku yang satu itu galak sekali, bisa mati jika aku tak mengumpulkan tugas itu tepat waktu” ujar Jieun mencoba meyakinkan namja yang kini duduk disebelahnya.

Myungsoo tampak menghela nafas.

“Ne baiklah kau boleh pergi .. pergi saja tak usah datang lagi”

“Omo, kau marah eoh ?”

“Aniya” ucap Myungsoo cepat. Melihat hal itu Jieun mendekatkan diri kearah Myungsoo yang saat ini masih memainkan sendok kecil dicangkir expressonya. Jieun meletakan dagunya dibahu namja itu.

“Chagiya” panggil Jieun lembut.

“Aku tidak marah” ucap Myungsoo datar.

“Kau bohong” Jieun memutar-mutar telunjuknya diwajah mulus namja itu, sama sekali tidak merasa canggung dengan pengunjung caffe yang lain, yang mungkin memperhatikannya dengan pandangan aneh. Myungsoo terlihat menghembuskan nafasnya. Ia memegang jari telunjuk Jieun yang terus saja mengganggunya.

“Hey anak nakal, kalau mau merayuku jangan disini” bisik Myungsoo, yang kemudian saling melempar senyum.

“Isshh anak ini” Jieun mencubit gemas hidung mancung Myungsoo.

“Kau tidak marah lagi kan ?” tanya Jieun lagi.

“Mana mungkin aku bisa marah padamu, pergilah, kali ini aku melepaskan mu, tapi awas saja jika kau pergi lagi saat kita sedang berkencan”

“Ne aku janji tidak akan seperti ini lagi !” seru Jieun terlihat sungguh-sungguh dengan tanda peace dijarinya. Membuat namja itu lagi-lagi tersenyum dengan tingkah Jieun yang menurutnya sangat manis. Mengacak rambutnya gemas, meski sebenarnya Jieun tak menyukai hal itu. Lihatlah, kini rambutnya jadi berantakan kan!

Jieun berjalan dengan senyum merekah diwajahnya, ia memasang kacamata yang tadi bertengger dikepalanya ketempat dimana seharusnya berada. Wedges warna cokelat muda, jeans ketat panjang dan kaos yang memperlihatkan lekukan badannya membuat yeoja itu terlihat seksi namun imut. Untung saja sekarang musim panas jadi ia bisa memakai itu semua. Ia masih berjalan menjauh dari caffe dimana Myungsoo berada, meninggalkan namja itu dengan alasan tugas kuliahnya. Jieun masih berjalan dengan percaya diri, ia sudah terbiasa menjadi pusat perhatian para namja-namja yang lewat. Ia harus ketempat selanjutnya, tempat namjachingunya yang lain menunggu.

“Kau sudah lama menunggu ?” tanya Jieun sesampainya ditaman kota tempat Suho menunggu, namja baik hati yang hobi membaca buku, bahkan saat menunggu Jieun datang pun, buku terus menemaninya. Suho menoleh, memandang Jieun sembari menggeleng dan tersenyum manis, ia menutup buku digenggamannya.

“Chagiya, apakah tugas ku sudah selesai ?”

Suho tampak terlihat mengangguk.

“Omo, gomawo” Jieun memeluk lengan namja itu, membuat Suho membeku.

“Ji Jieun-a kau mau ice cream ?” tanya Suho sedikit tergagap. Jieun mendongak dan mengangguk antusias dengan senyuman manis. Suho melakukan hal itu agar Jieun tak lama-lama memeluk tangannya, bukannya ia tak suka namun ia tak bisa mengontrol debaran dijantungnya.

“Tunggu disini” ujar Suho mengacak pucuk rambut Jieun sejenak dan beranjak menghampiri sebuah stand penjual makanan manis itu. Lagi, Jieun sebal kenapa seorang namja selalu mengacak rambut yeojanya. Namun tak apa selama ia masih membutuhkan para namja bodoh itu. Jieun memandang jauh punggung Suho yang tengah membelikannya ice cream. Makanan itu memang laris saat musim panas.

“Kau namja ku yang paling baik Suho-ya” gumam Jieun.

Beberapa menit kemudian Suho kembali dengan dua ice cream ditangannya. Ia menyerahkan satu ice cream ditangannya pada Jieun.

“Gomawo”

Mereka memakan ice cream masing-masing dengan sesekali bertatapan dan tersenyum. Bukankah itu sangat manis ?

<><><> 

Dua insan itu tengah bercumbu disudut ruangan latihan yang biasa Jong in gunakan untuk latihan dance.

“Oppa”

“Apa ?”

“Jangan disitu geli”

“Diamlah, jangan bergerak-gerak terus”

Jieun sungguh tidak tahan jika namja itu bermain diarea lehernya.

14 menit berlalu, waktu yang terlalu pendek bagi seorang Kim Jong in mencumbu kekasihnya, Lee Jieun. Jika bukan karena Jieun mengeluh lelah, ia mungkin sudah berbuat yang lebih jauh.

“Ji ..”

“Hmm ?” Jieun menoleh pada namja yang kini memasang wajah serius disampingnya.

“Ada apa hmm ?” Jieun mulai menyandarkan kepalanya dibahu namja itu.

“Aku akan ke Prancis”

Jieun mendongak. “Prancis ?” Jong in mengangguk.

“Aku akan melanjutkan sekolah disana, aku mendapat beasiswa tari dari pelatihku”

Jieun mengangguk mengerti, Jong in menoleh.

“Kau tidak keberatan ?”

“Aniya, jika itu yang terbaik kenapa harus keberatan ?” ayolah masih banyak namja yang lebih berbakat dibanding Jong in yang menginginkan seorang Lee Jieun. Tidak ada alasan Jieun menghawatirkan Jong In.

“Tapi ekspresimu terlalu biasa mendengar namjanya akan pergi”

“Benarkah ? lalu aku harus bereaksi seperti apa ?”

“Ah aku tahu .. mungkin seperti ini, Oppa kajima T.T” Jieun mengubah wajahnya seakan-akan menangis, membuat Jong in terkekeh dan menggeleng pelan. Jieun, memang bukan wanita biasa.

“Atau seperti ini, Chagiya aku akan mati jika kau pergi” ucap Jieun penuh haru yang malah membuat keduanya tertawa tak henti.

“Jieun ku memang sangat istimewa” ucap Jong in sembari menarik hidung Jieun gemas.

Jieun tersenyum namun kemudian merubah ekspresinya menjadi serius.

“Jadilah seseorang yang bisa kubanggakan”

“Pasti, aku akan kembali lalu melamarmu”

Mwoya !? melamar .. kau bercanda kan ?

“Pikirkan saja masa depanmu Jong in-a”

“Oke siap tuan putri” ucap Jong in dengan tanda hormat.

“Hahaha ..” tawa keduanya kembali mengisi ruangan kosong itu.

<><><> 

“Luhan ..”

“Hmm ..”

“Kau lebih suka rubik atau aku ?”

“Tentu saja kau, My Sweetie” jawab Luhan namun masih memainkan rubik itu, memutar-mutarnya sampai semua warnanya menyatu.

“Terus kenapa masih memaikan rubik eoh !?” seru Jieun. Ia hanya berpura-pura sebal karena seakan tak dihiraukan.

“Ahehe mian” Luhan pun meletakan rubik itu dan kini membelai kepala Jieun yang terbaring dipangkuannya.

“Ji ..”

“Ya ?”

“Bolehkah aku main kerumahmu ?”

“Ke ke rumah ?” Kenapa Jieun jadi tergagap.

“Ne, Wae ? apa ada masalah ?”

“Aniya, hanya saja aboeji bukanlah orang yang ramah, aku takut kau kena marah”

“Hey aku kan hanya berkunjung, kenapa harus marah ?”

“Sebaiknya jangan sekarang Lu, mungkin lain kali saja”

“Begitukah ? baiklah jika itu maumu”

Jieun bangkit, melingkarkan tangan mungilnya dileher Luhan.

“Lu ..” bisik Jieun.

“Ne my sweetie” jawab Luhan dan kini menoleh membuat mereka berhadapan.

“Aku merindukanmu”

“Aku juga”

Jieun mulai usil dengan gerakan-gerakan kecil dileher sang namja. Mengecup dan menghembuskan nafasnya pelan. Dan semuanya berlanjut.

<><><> 

“Aaahh Jinjja, lelahnya” Jieun membaringkan diri disofa ruang tengah rumahnya.

“Tapi menyenangkan” lanjutnya dengan senyum mengembang.

“Jieun-a” Ayah Jieun mulai menuruni anak tangga rumah mereka seraya memanggil Jieun.

“Ne aboeji”

“Kau dari mana saja baru pulang ?” tanya tuan Lee memicing.

“Seperti yang aku bilang, aku pergi mengerjakan tugas bersama Min Ra aboeji”

“Kau tidak bohong kan ?”

“Aniya, tanyakan saja pada Min ra jika aboeji tidak percaya pada ucapanku” Jieun selain playgirl ia juga pandai berbohong. Ayolah, hanya berbohong seperti ini tidak terlalu berdosa kan ? lagi pula ia sudah menyumpal mulut Min Ra dengan sejumlah uang agar tak mengatakan hal-hal buruk pada ayahnya.

“Baiklah-baiklah aboeji percaya padamu”

Jieun hanya tinggal dengan ayahnya, ibu Jieun telah meninggal saat melahirkan Jieun. Itulah mengapa ia sedikit berbeda karena Jieun tumbuh tanpa sosok seorang ibu disampingnya. Tuan Lee terkadang memang sedikit keras pada anak semata wayangnya itu.

“Besok malam, berdandan lah, tuan Kim mengundang kita makan malam dirumahnya”

“Untuk apa aku ikut ?”

“Tentu untuk menemani Aboeji mu ini sayang”

“Aboeji aku tidak ingin kesana” rengek Jieun, pastilah bukan hanya sekedar makan malam, Jieun mulai curiga dengan alasan ayahnya sebenarnya.

“Kau harus ikut, TITIK !”

Jieun hanya mendengus saat ayahnya mulai kembali ke kamarnya.

<><><> 

Dan malam dimana Jieun harus datang pada perjamuan makan malam pun tiba. Jieun memakai Gaun cantik yang mengekspos bahunya, gaun dengan renda berbentuk bunga disekitar lengannya, berwarna ungu tua. Seperti biasanya, ia tampak seksi dan imut bersamaan.

“Ah inikah anak anda tuan Lee ?” tanya ahjumma yang sepertinya istri dari tuan Kim, orang yang mengundang Jieun dan ayahnya dalam perjamuan makan malam.  

“Ne ini anak ku namanya Lee Jieun” Jieun hanya tersenyum sekenanya saat sang ayah memperkenalkan dirinya pada ahjumma itu.

“Omo, cantik sekali, tak salah aku memilih menantu”

Mwoya !?

Jieun hampir saja berteriak kaget mendengar hal itu, namun ditahannya saat sesosok namja tinggi mulai hadir dalam perjamuan makan malam itu. Hanya bisa memandang, dan merekapun saling pandang sejenak. Tak cukup lama karena namja itu menarik kursi dan duduk diseberang Jieun.

“Ini Kim Woo Bin anak pertama kami”

“Tampan sekali, sangat cocok dengan Jieunku” ucap ayah Jieun yang membuat Jieun hanya bisa mendengus pelan.

Firasatku benar .. Ini perjodohan. Aiishh jinjja !

Makan malam pun dimulai, hanya para orang tua yang sibuk bercengkrama. Jieun dan namja bernama Woo Bin hanya sesekali memandang. Tak ada pembicaraan disana. Dugaan Jieun benar, ada sesuatu dibalik makan malam ini. Kenapa masih ada perjodohan di abad 21 ? bahkan tuan Lee tak membicarakannya terlebih dahulu dengan Jieun.

Aku akan menghancurkan perjodohan ini ..

“Nak, ajaklah Jieun berkeliling” ucap Ny.Kim pada anaknya.

“Baiklah eomma”

Jieun dan Woo Bin beranjak, niat keduanya mungkin sama. ingin saling membicarakan sesuatu tanpa diketahui para orang tua. Tanpa penolakan keduanya menyetujui saran Ny Kim. Woo Bin menggiring Jieun ketaman depan rumahnya.

“Aku tidak ingin dijodohkan” ucap Jieun saat mereka sampai ditaman.

“Lee Jieun, seorang mahasiswi Seoul Univercity jurusan seni dan budaya. Terkenal playgirl dan suka mempermainkan hati para lelaki” ucap Woo Bin mengabaikan ucapan Jieun bahwa ia tidak mau dijodohkan. Ia malah bernarasi sendiri.

“Ck jadi kau juga namja yang menyukai ku ? Aiishh jinjja sepertinya aku memang terlalu mempesona”

“Untuk ukuran yeoja pendek sepertimu, kau cukup hebat bisa menjadi playgirl” ucap Woo Bin dengan mengusap dagunya memandang Jieun dari ujung kaki sampai ujung rambut.

“Yaakk ! a apa maksudmu !?” kesal Jieun. Kenapa namja itu malah mengomentari dirinya seperti itu.

“Dan juga ..” Woo Bin menatap Jieun dari atas hingga bawah. “Cukup seksi”

“Yaakk ahjussi cabul, tidak sopan !”

“Tapi kau memang terlalu pendek” ucap Woo Bin lagi. Mengabaikkan wajah kesal Jieun yang sudah ingin melempar lelaki bermulut pedas itu ke jurang.

“Kalau begitu batalkan perjodohannya jika kau tak menyukai yeoja pendek sepertiku”

Woo Bin tersenyum sembari mendekatkan wajahnya

“Siapa bilang aku tak menyukaimu” Jieun membalasnya, mengikuti apa yang Woo Bin lakukan. Ia mendekatkan wajahnya juga. Hingga jarak wajah keduanya hanya beberapa centi saja.

“Jadi kau menyukaiku ? sayangnya aku tidak” jawab Jieun juga dengan seringaiannya.

“Well kau memang cukup menarik, kau yakin tidak menyukaiku ?”

“Ck sudah kubilang kan aku tidak menyukaimu, apa kau sudah pikun ahjussi ?”

“Ucapanmu juga kasar” komentar Woo Bin.

“Terserah” Jieun berlalu namun sebelum ia melangkahkan kakinya. Tangan Woo Bin menariknya, membuatnya berbalik dan dengan nakal melingkarkan tangannya dipinggang Jieun membuat Yeoja itu melotot tak terima.

“Yaaaakkk !”

“Apa ? bukankah kau sering melakukan ini ?” namja itu menyeringai.

“Tap ..eumhp” Omelan Jieun seketika terbungkam dengan bibir Woo Bin yang seenaknya saja mencium Jieun. Yeoja itu berontak, namun bukan melepaskannya Woo Bin malah semakin erat melingkarkan tangannya. Mengulum namun dengan ekspresi mengejek. Jieun tidak terima diperlakukan seperti itu. ia memang sering melakukan skinship dengan banyak namja, tapi tidak sembarangan juga. Dan bukan dibawah paksaan seperti ini.

Woo Bin melepaskan tautannya, menyeringai dengan ibu jari mengelap sudut bibirnya.

“Brengsek !” Jieun bersungut tak terima.

“Siapa yang lebih brengsek, aku atau kau yang sering mempermainkan namja ? Jawab aku”

“Kau tidak punya hak mengurusi kehidupanku !”

“Aku punya, karena sebentar lagi kita akan bertunangan” ucap Woo Bin masih dengan senyum evilnya. Woo Bin memang beberapa kali dijodohkan orang tuanya namun ia selalu tidak setuju dengan para yeoja yang ditawarkan ibunya. Ia selalu mencari tahu dulu latar belakang yeoja yang akan dijodohkan dengannya sebelum bertemu. Semua yeoja yang disodorkan ibunya tak ada yang membuat seorang Kim Woo Bin tertarik. Rata-rata mereka polos, manja, arogan, dan lain sebagainya. Saat ibunya memberikan foto Jieun padanya dan Woo Bin mulai mencari tahu latar belakang Jieun, ia sedikit tertarik. Playgirl ? itu membuatnya tertantang untuk menaklukan seorang Lee Jieun.

“Yaakk ! aku tidak akan pernah mau bertunangan denganmu” Jieun bergegas meninggalkan Woo Bin yang masih menatapnya dengan senyum itu.

“Kita lihat saja Lee Jieun-ssi” gumam Woo Bin.

Jieun sampai dimeja perjamuan makan malam itu, dengan raut kesal ia kembali duduk disana.

“Mana Woo Bin Jieun-a ?” tanya Ny.Kim

“Dia didepan” jawab Jieun datar.

“Ayah, aku ingin pulang” lanjut Jieun, ia pun bangkit dan menyambar tas kecilnya. Tanpa memperdulikan ekspresi sang ayah yang tidak enak atas sikap Jieun, Jieun berjalan cepat.

“Ah maafkan anak ku .. mungkin dia sedang tidak enak badan” bohong tuan Lee.

“Ne gwencaha anak gadis memang seperti itu” jawab Ny. Kim dengan senyumnya. Woo Bin kembali dan mengernyit saat tak mendapati Jieun disana.

“Sayang, kau dari mana saja ? Jieun baru saja pulang. Cepat kejar dia dan antarkan pulang ne. Mungkin dia belum jauh”

“Aku tidak mau”

“Woo Bin cepat kejar dia, tidak baik membiarkan anak gadis pulang sendirian” ucap tuan Kim. Woo Bin menghembuskan nafasnya kasar. Dan akhirnya berbalik dengan menyambar kunci mobil.

“Merepotkan” gumamnya. Kini ia melajukan mobilnya perlahan. Dan tampaklah Jieun sedang melambai mencari taksi namun belum juga ada yang berhenti. Dengan gaun seperti itu memang terlalu berbahaya membiarkan Jieun pulang sendirian. Woo Bin menghentikan mobilnya tepat dihadapan Jieun, membuat yeoja itu mengernyit memandangnya. Woo Bin turun, menghampiri Jieun yang kini menatapnya sengit.

“Apa lagi ?” tanya Jieun sinis. Tak ada kata yang keluar dari mulut namja itu. ia malah membuka jasnya dan memakainnya dibahu Jieun.

“Apa sih ?”

“Diamlah, dan cepat masuk mobil”

“Tidak mau”

“Kau mau berdiri disini berjam-jam ?”

“Aku naik taksi saja”

“Masuk atau kutarik kau sekarang juga” ancam Woo Bin. Jieun menghembuskan nafasnya kasar, Pandangan tajam itu pastilah tak main-main. Pandangan dari namja yang seenaknya menyentuh bibir Jieun. Dengan hentakan kecil dari kakinya, Jieun terpaksa menuruti ucapan Woo Bin. Memasuki mobil merah itu dengan rasa yang bercampur aduk.

Hening .. Tidak ada niat sama sekali untuk membuka percakapan dari Jieun. Woo Bin pun sibuk menyetir dan memandang jalanan dihadapannya. Namun karena bosan, Jieun pun membuka mulutnya duluan.

“Kenapa ?”

“Apa ?”

“Kenapa kau menyetujui perjodohan ini ?”

“Siapa bilang aku menyetujuinya ?”

“Mwo ? Ku kira kau ..”

“Aku tidak menyetujuinya tapi juga tidak menolak”

“Kau gila”

“...” Woo Bin kembali diam.

“Aku masih kuliah”

“Aku tahu”

“Aku tidak ingin menikah cepat-cepat”

“Kita hanya akan bertunangan”

Jieun memutar kedua bola matanya malas. Namja itu terlalu pintar berbicara, pikir Jieun.

“Tapi aku tidak akan setuju”

“Kau tidak mungkin menolak kemauan ayahmu”

“Siapa bilang ? aku bisa menolaknya”

“Bilang saja kau tidak ingin terikat”

“Ck .. kau memang pintar”

“Akhirnya kau mengakuinya juga”

“Jangan tinggi hati dulu, tetap tidak akan merubah keputusanku”

“Bertunanganlah dengan ku dan aku akan membiarkan mu bersama para namja mu itu”

“Benarkah ?” Jieun merasa tawaran Woo Bin menarik.

“Dengan satu syarat”

“Apa syaratnya ?”

“Datang kapanpun aku memanggilmu”

Jieun tampak berfikir. Hanya itu persayaratannya ? Jika ia setuju, ia tak perlu berdebat dengan ayahnya, juga tak harus meninggalkan para namjachingunya hanya karena ia bertunangan. Jieun sedikit memicingkan matanya, menatap wajah dari namja yang tengah menyetir itu. ia sedikit tidak yakin untuk menyetujuinya, Jieun tahu Woo Bin bukanlah namja bodoh seperti namjanya yang lain. Jieun merasa ada sesuatu yang tidak akan baik dihidupnya setelah mengenal namja itu.

“Jangan berfikir terlalu lama, persyaratanku terbatas”

“Baiklah aku setuju” Jawab Jieun tanpa pikir panjang, ia menghembuskan nafasnya pelan. Ia tidak mungkin berdebat dengan ayahnya yang mempunyai riwayat sakit jantung. Jika pun ia tidak mau dijodohkan pastilah ayahnya tak akan berhenti meminta Jieun untuk menyetujuinya dengan berbagai cara. Jieun tahu betul sifat keras ayahnya.

Woo Bin menyeringai kecil.

__

“Jieun !” Suara itu meninggi saat tiba dirumah. Jieun terpaksa menggerakan kakinya, berjalan malas dan menuruni satu persatu anak tangga rumahnya. Tampaklah sosok berwibawa nan keras itu. Siapa lagi kalau bukan ayahnya.

“Apa ayah ?”

“Kau bilang apa !?”

Jieun tahu kemana arah pembicaraan ayahnya. Ini pasti soal makan malam tadi.

“Aku hanya lelah, aku ingin pulang. Apa ada yang salah dengan tindakan ku ?”

Tuan Lee terlihat memijit pelipisnya, menghirup udara dalam-dalam sebelum benar-benar dibuat jantungan oleh anak semata wayangnya itu.

Anak ini benar-benar sulit di atur !

“Jangan berfikir kau bisa menolak perjodohan ini”

“Tidak, siapa bilang aku akan menolak” dan tuan Lee dibuatnya terkejut dengan jawaban yang diberikan Jieun. Berbeda dari perkiraannya karena sikap Jieun yang terlihat kesal saat makan malam tadi.

“Kau serius ?”

“Dua rius ayah”

“Omo, baru kali ini kau membuat ayah senang”

Jieun tersenyum penuh arti.

“Aku tak pernah tak membuat ayah senang” ucap Jieun santai.

“Sudahlah, ayah lelah. Sebaiknya kau juga tidur”

Ayah kan yang membangunkanku , dasar !

<><><> 

Dan disinilah Jieun sekarang, duduk dihadapan namja yang dengan santai membaca koran dengan segelas americano dihadapannya. Ini gila, Jieun diminta datang kesana hanya untuk membelikan Woo Bin segelas americano. Jika bukan karena perjanjian itu, sudah dipastikan Jieun mengguncang kantor Woo Bin dengan teriakannya. Seenaknya saja menyuruh-nyuruh Jieun.

“Sudah kan ? aku ingin pulang” ucap Jieun dan mulai beranjak.

“Siapa bilang kau boleh pulang ?” tanya Woo Bin dengan melipat koran dan menaruhnya diatas meja. Matanya kini lurus menatap Jieun yang mulai jengah berada disana.

“Untuk apa lagi aku disini ? aku sudah membelikanmu itu kan ?” ucap Jieun dengan sedikit melirik amricano.

“Kau ini bodoh atau apa ?”

“Yaakk apa maksudmu ?” Jieun bosan dengan ucapan Woo Bin yang selalu berputar-putar membuat otak pentium rendahnya pusing.

“Kau pamitan pada ayahmu bahwa kau mau mengunjungi ku kan ?”

“Ne” Jieun mengangguk.

“Dia akan curiga jika kau pulang terlalu cepat”

Jieun diam, ia juga sih.

“Hmm .. kau benar juga” ucap Jieun setuju. Woo Bin tersenyum kecil, kenapa ada playgirl sebodoh ini ? Tapi ia suka melihat wajah bodoh yang ditampakan Jieun.

“Tapi siapa bilang aku akan pulang, aku akan ketempat lain tahu”

“Kemana ?”

“Haruskah kau tahu ?”

“Tetap kau tidak boleh pergi dulu” Jieun mengernyit, sebenarnya apa maksud Woo Bin memintanya tak boleh pergi.

“Wae ?”

“Karena aku yang memintanya dan kau tidak boleh menolak, ingatkan ?”

Jieun berdecak pelan. Lagi-lagi mengungkit perjanjian itu.

“Minum americanonya” suruh Woo Bin.

“Yaakk, kenapa jadi aku yang meminumnya ? bukankah kau yang memintanya ?”
Woo Bin mengedikan bahu.

“Aku sudah tidak ingin meminumnya, dan aku minta kau yang meminumnya. Se-ka-rang” ucap Woo Bin penuh penekanan pada kalimat akhirnya.

Jieun benar-benar kesal, ia tahu sekarang, bahwa Woo Bin hanya ingin mengerjainya. Susah payah Jieun datang kekantor namja itu dengan waktu 15 menit yang Woo Bin berikan, belum lagi ia harus membeli kopi itu dulu. Sial ! ingin sekali Jieun menyiram americano itu ke wajah Woo Bin.

“Bagaimana jika aku tidak mau ?”

“Itu mudah, aku akan membuat semua namjamu mengetahui kau yang sebenarnya ditambah memberitahukan pada ayahmu bahwa anaknya seorang playgirl dan selalu berbohong padanya. Hmm kurasa itu akan menarik” Woo Bin kembali menyeringai dan membuat Jieun semakin benci melihatnya.

“Ck, mereka tidak akan percaya pada ucapanmu, apalagi ayahku”

“Kau yakin ? mau kubuktikan ?”

Sial, lagi-lagi Jieun tersudut. Ia tahu Woo Bin bukan orang yang hanya berani menggertak, Jieun tahu meski baru mengenalnya beberapa hari sejak perjamuan makan malam itu.

“Bagaimana nona Lee Jieun-ssi ?” tanya namja itu lagi dengan seringaian diakhir kalimatnya.
Jieun menghembuskan nafasnya kasar. Kenapa bisa ia bertemu dengan namja bernama Woo Bin ini. 
Namja yang bisa dan berani membuat Jieun patuh.

“Huft, baiklah-baiklah aku tidak akan pergi” pasrah Jieun meski dengan sejuta kekesalan yang menumpuk dihatinya. Woo Bin tersenyum semakin lebar. Ia suka saat ia menang.

“Tapi apa yang harus kulakukan disini ?”

“Kemarilah”

“Kemana ?”

“Duduk dipangkuanku”

“MWO !?”

“Hey hey hey, reaksimu berlebihan. Aku hanya ingin memandangi mu lebih dekat”
Jieun terdiam. Dia benar-benar mempermainkan ku.

“Baiklah kalau kau tidak mau, aku akan menelpon ayahmu” ucap Woo Bin dengan gerakan mengangkat telepon yang ada dimejanya.

“A andwae ! baiklah baiklah” Jieun pun akhirnya beranjak, berjalan menuju dimana Woo Bin duduk. Mulai mendudukan diri dipangkuan Woo Bin. Memandang dengan ekspresi datar pada namja itu.
Woo Bin mengendus bau yang tidak enak saat Jieun sudah berada dihadapannya.

“Yaak , kau tadi makan apa ?”

“Wae ? eumm.. tadi aku makan acar bawang”

“Mwo !? jauh-jauh dariku”

“Wae ?” bukannya menjauh Jieun justru mendekatkan wajahnya. Akhirnya ia bisa juga membalas namja songong itu. ia ingin sekali tertawa sekarang.

“Yaakk mulutmu bau bawang !” seru Woo Bin sembari menutupi hidungnya.

“Haaaahh” Jieun malah menghembuskan nafas dalam mulutnya.

“Eotthe ? wangi kan , Woo Bin ku sayang hhaha“ lanjut Jieun.

“Yaakk aiishh jinjja !”Woo Bin segera beranjak, berjalan dengan cepat keluar dari ruangan kantornya, menyisakan Jieun yang kini tertawa dengan memegangi perutnya.

“Hahaha rasakan !”

<><><> 

“Ada apa sayang ?” Tanya Luhan seraya membelai kepala Jieun.

“Aku hanya sedang badmood”

“Wae ? apa yang membuatmu badmood seperti ini ?”

Jieun tidak menjawab, ia justru menggeleng pelan dan semakin menenggelamkan kepalanya dibahu Luhan. melihat hal itu Luhan hanya bisa menenangkan Jieun dengan terus membelai rambutnya.

<><><>

Jieun mendengus Sebal, ia menyetir mobil dengan sesekali cibiran kecil pada namja yang tak berdaya di jok belakang. Sungguh, hidup Jieun berubah setelah kehadiran Woo Bin.

Malam-malam seperti ini pria itu menelponnya hanya untuk menjadi supir karena Woo Bin mabuk berat. Bayangkan, Jieun dengan badan mungilnya harus memapah Woo Bin dengan susah payah sampai ke mobil.

"Aiish lama-lama ku buang kau ke Antartika" rutuk Jieun.

"Ayo minum !" Woo bin mengigau tak karuan.

"Yaakk berisik bodoh !" Jieun justru menanggapi hal itu dengan teriakan super kencangnya.
Jieun sampai,  ia kembali memapah Woo Bin menuju apartementnya. Jieun kembali mengecek alamat yang Woo Bin kirimkan padanya, jangan sampai ia salah apartement. Setelah melihat pesan diponselnya Jieun yakin kalau ia tak salah apartement. Badannya pasti akan rontok setelah ini. Jieun menekan tombol lift susah payah.  Memapah Woo bin masuk dan menunggu ia sampai dilantai 5.

Bruuukk

Jieun menghempaskan Woo Bin dikasur besar apartment namja itu. Sedikit meregangkan bahunya saat berhasil melepaskan beban berat. Jieun melepas jas dan juga sepatu Woo Bin. Kembali berjalan menuju dapur, mencari setetes air untuk mengisi tenggorokannya yang kering.

Glek glek glek

Jieun meminum air mineral yang ia temukan di kulkas Woo Bin dengan beringas.

"Namja itu benar-benar menganggap ku sebagai budak"

Jieun mengusap mulutnya kasar. Ia harus pulang, ia malas berlama-lama di apartment Woo bin.
Jieun kembali ke kamar Woo bin untuk mengambil kunci Mobilnya. Kunci mobil sudah ditangannya. Jieun sedikit membungkuk tepat diwajah Woo bin.

"Heh bodoh, aku pulang dulu. Muntahlah dikemejamu sendiri, aku tak akan perduli haha. Dadah Woo bin jel-"

Mata Jieun melebar, saat Woo bin tiba-tiba bangkit dan mengecup bibir Jieun, setelah itu Woo bin kembali tidur.

"Ya ya Yaaakk!" Jieun berteriak dengan nada tiga oktafnya. Bagaimana bisa namja yang sudah mabuk itu masih bisa mengerjainya seperti ini ?

"Aishh jinjja .. Kau, awas kau ya !" Jieun segera beranjak pergi. Keluar dari apartement Woo Bin dengan rasa kesal.

<><><> 

Gaun merah menyala dengan paduan higheels tinggi terlihat cocok ditubuh yeoja bernama Lee Jieun, yeoja yang kini harus menjadi pasangan Woo Bin dipesta rekan bisnis namja itu. Tersenyum paksa saat rekan-rekan Woo Bin menyapanya.

“Aku ingin muntah melihat senyummu” bisik Woo Bin tepat ditelinga Jieun.

“Apalagi aku” balas Jieun.

“Annyeong Woo Bin-ssi”

“Oh Annyeong tuan Park”

Dan sapaan dari rekan kerja Woo Bin membuyarkan percakapan kecil antara Jieun dengan namja itu. Rasanya malas sekali berlama-lama berdiam diri disana dengan orang-orang sok kaya itu. Lebih baik Jieun duduk dan mencicipi wine yang disediakan.

“Aku kesana dulu” ucap Jieun.

“Ne baiklah” jawab Woo Bin dan kembali berbincang-bincang.

Jieun duduk disalah satu bar kecil yang disediakan dipesta. ia menyesap pelan minuman yang tadi diambilnya dari waiters. Memandang pada namja tinggi yang masih mengobrol dengan asiknya.

Kim Woo Bin ia tidak terlalu buruk

Tampan pintar tinggi dan tentu saja mapan

Siapapun  bisa ia dapatkan, tapi kenapa malah tidak menolak dijodohkan denganku ?

Jieun benar-benar tak habis pikir. Namja itu bahkan pernah bilang kalau Jieun pendek, tapi kenapa masih mempertahankan perjodohan ini ?

Apa ia hanya ingin mempermainkanku ?

Berbagai pikiran melayang dikepala Jieun.

Ah masa bodoh ! aku bisa gila jika terus memikirkannya

Jieun mengalihkan pandangannya dan betapa terkejutnya saat melihat salah satu namjanya hadir dipesta ini, Kim Myungsoo, Dia ada di depan Jieun dengan jarak yang tak terlalu jauh. Seketika membuat Jieun membalikan badannya, memunggungi namja itu dan berharap Myungsoo tak menyadari kehadiran Jieun.

“Aaa Jinjja !? Kenapa dia bisa ada disini ?” gumam Jieun.

Puk

Sebuah tepukan mendarat dibahu Jieun, membuat jantungnya berdebar hebat. Mungkinkah itu Kim Myungsoo ? Jieun benar-benar ingin sekali menghilang sekarang jika itu memang Myungsoo. Atau paling tidak memikirkan berbagai alasan yang masuk ak-

“Heh bodoh kau kenapa ?” dan beberapa kalimat itu bagai angin surga bagi seorang Lee Jieun, ia tahu betul itu suara Woo Bin. Seketika Jieun berbalik dengan perasaan lega. Baru kali ini ia bahagia mendengar suara Woo Bin, setidaknya bukan Myungsoo sipemilik suara itu. Jieun pun berbalik.

“Woo Bin-a, ayo kita pulang” rengek Jieun, Woo Bin memandang Jieun aneh. Tumben sekali yeoja itu merengek padanya seperti itu. tidak seperti biasanya yang dingin dan ketus.

“Wae ? pestanya bahkan belum selesai”

“A aku, aku sakit perut. ya sakit perut !” Woo Bin mengernyit masih dengan memandangi Jieun.

“Ya sudah ayo kita pulang” dan jawaban itu sangat membuat Jieun lega. Untunglah, kali ini Woo Bin bisa bekerja sama dan tak menyusahkannya  lebih lama.

Di perjalanan ..

“Sebenarnya ada apa ?” tanya Woo Bin karena ia tahu Jieun hanya berbohong soal sakit perutnya.

“Kau tahu ya ?”

“Yaakk kau kira bisa membodohiku”

Jieun mengerucutkan bibirnya sebal.

“Tadi ada namjaku disana, dipesta itu”

“Nuguya ?”

“Kim Myungsoo”

“M myungsoo ?”

“Ne Wae ? apa kau mengenalnya ?”

“Dia anak rekan bisnis ku”

“Jinjja !?” Woo Bin mengangguk mengiyakan.

“Aisshh aku bisa gila !” rutuk Jieun kemudian.

“Ck .. makanya putuskan saja semua namja mu sebelum mereka mencincangmu hidup-hidup jika tahu semuanya”

“Yaakk jangan menghasutku ! mana mungkin aku bisa hidup tanpa namja-namja tampan itu, Suho si pintar, Kai si berbakat, Luhan si imut dan Myungsoo si dingin”

“Yaakk haruskah kau memuji mereka didepanku !?”
Jieun memicing, memandang Woo Bin yang terlihat tidak suka.

“Wae ?”

“Ah sudahlah, jangan berbicara terus, berisik !”

Cih dasar, bukankah dia yang pertama kali mengajak bicara ? dasar namja aneh.

__

“Aku pulang” seru Jieun saat sampai dirumahnya.

“Kemana Woo Bin ?”

“Dia langsung pulang Ayah, ia bilang ia lelah”

“Ah begitu” tuan Lee Mengangguk.

“Bagaimana pestanya ?”

“Sama seperti pesta lainnya, membosankan” jawab Jieun sembari meminum kopi ayahnya. Tidak sopan -_-

“Setidaknya kalian semakin dekat, baguslah”

Ya ya ya, itu menurut ayah

Jieun hanya menampakan senyum seadanya menanggapi ucapan tuan Lee. Ia pun beranjak menuju kamarnya.

“Aku keatas Ayah, aku lelah”

“Ne tidurlah sayang”

Jieun membuka gaunnya, menggantinya dengan hotpans dan kemeja putih kebesaran. Merebahkan diri diatas kasur nyamannya.

<><><> 

Bawakan sup ayam ke apartment ku sekarang ! Waktumu hanya 10 menit.

Jieun mendengus Sebal. Tak bisakah Woo bin membiarkannya istirahat sebentar saja? Ia bahkan baru pulang kuliah dan pantatnya baru merasakan duduk santai melepas lelah disofa lembut miliknya.

"Aaargh jinjja !"

__

"Ji Mau kemana kau baru pulang kan ?"

"Woo bin menghubungiku ayah"

"Ah begitu ya sudah pergilah .. Hati-hati dijalan sayang"

"Neee" jawab Jieun panjang yang terdengar tak ikhlas.

__

Jieun risih dengan pandangan tajam itu, ia harus apa ? Ia memang tak tahu harus kemana lagi mencari sup ayam. Tempat yang biasa menjual sup ayam ternyata sudah habis dan hanya tempat itu yang Jieun tahu, ia benar-benar tak tahu lagi dimana mencari penjual sup ayam.

"Kau bohong kan ?"

"Aniya, kalau tidak percaya ya sudah"

"Sekarang kau masak sup untuk ku, aku lapar"

"Yaakk aku tidak bisa memasak"

"Lalu kau ingin membuat ku mati kelaparan eoh ?!"

"Kalau aku bisa itu yang ku Mau" gumam Jieun.

"Mwo !?"

"Yaaak kau tidak dengar aku tidak bisa memasak, kau bisa kan memesan makanan delivery"

"Ah kau benar, sekarang pesankan aku spageti"

Jieun memutar bola matanya malas. Berdebat hanya akan mengurangi energinya lagi, Jieun memilih menuruti namja songong itu.

<><><> 

Tring tring

Ponselnya berdering tanda ada pesan masuk. Jieun malas bahkan untuk mengambil ponsel yang hanya beberapa centi saja dari tangannya.

Tring tring

Tring tring

Tiga tanda pesan masuk berbunyi. Jieun tahu pasti itu adalah pesan dari namja-namjanya. Lama kelamaan ini memang tak menyenangkan lagi. Haruskah Jieun memutuskan mereka semua ? Tidak mungkin, Jieun masih membutuhkan Suho dan menyukai namja imut Xi Luhan. Bagaimana dengan Kai dan Myungsoo ?

Beberapa minggu lalu Kai sudah berangkat ke Prancis, dan Myungsoo, Jieun sudah mulai bosan dengan namja itu. Baiklah, Mungkin Jieun akan memutuskan Myungsoo saja.

Jieun menghembuskan nafasnya yakin. Ia meraih ponselnya, mengetikan beberapa kalimat ucapan tanda putus yang ditujukan untuk Kim Myungsoo.

Klik dan pesan itu terkirim. Jieun langsung mematikan ponselnya. Lagi-lagi menghembuskan nafasnya lega.

“Oke, Kim Myungsoo its over” ucap Jieun dengan tanda menyilang dari tangannya.

“Haruskah aku mengganti nomor ?”

“Ah mungkin itu antisipasi yang bagus” lanjut Jieun. Ia tahu Myungsoo pasti akan langsung menghubungi nomor ponselnya yang lama dan memberondongi Jieun dengan berbagai pertanyaan kenapa bisa memutuskannya begitu saja.

“Huaaamm aku ngantuk”

<><><> 

“Tunggu” namja itu menarik lengan Jieun paksa.

“Apa lagi eoh !?”

“Kenapa kau melakukan ini padaku Ji ?” tanya Myungsoo. Ia tidak terima diputuskan sepihak tanpa ada penjelasan yang masuk akal. Ia tidak berselingkuh atau bermain dibelakang Jieun.

“Temanku melihatmu bersama yeoja dan karena itu aku memutuskanmu” bohong Jieun.

“Mwo ? dan kau percaya ?”

Jieun mengangguk.

“Ne, aku percaya”

“Ta tapi semua itu bohong Ji, aku bahkan tak pernah bersama wanita selainmu”

“Sudahlah Myungsoo-ya, kita sudah berakhir dengan terkirimnya pesan dariku malam itu”

“Ji jebal jangan seperti ini, bukankah kau terlalu egois ? aku masih dan akan selalu mencintaimu Ji”
Jieun melepaskan genggaman Myungsoo yang mulai mengendur.

“Kita putus Kim Myungsoo dan kau harus menerima itu” ucap Jieun dan berlalu dari hadapan namja yang masih memandangnya dengan raut wajah sedih.

<><><> 

“Wae ?”

“Apa ?”

“Kenapa kau diam, tumben tidak protes. Sudah terbiasa ya dengan permintaanku ?”

Lagi-lagi Woo Bin meminta Jieun datang dan kali ini meminta sekotak Pizza, bukan datang kekantor ataupun kerumahnya melainkan ke apartement Woo Bin yang hanya sesekali ia kunjungi. Jieun sudah tak punya energi untuk memperdebatkan hal ini lagi. Mungkin benar, ia sudah terbiasa diperbudak Woo Bin.

“Aku baru saja memutuskan salah satu namjaku”

“Baguslah, tapi kenapa jadi kau yang galau ?”

“Yaakk kau kira memutuskan orang itu mudah, aku memang playgirl tapi bukan berarti tak mempunyai perasaan”

“Wuaa, seorang playgirl juga bisa berperasaan ternyata haha”

Jieun hanya bisa mendengus sebal menanggapi tawa Woo Bin. 

“Siapa yang kau putuskan ?”

“Kim Myungsoo”

“Si namja yang dipesta itu ?” Jieun mengangguk.

“Wae ?”

“Eumm .. mungkin karena aku mulai bosan dengannya”

“Tidak adakah namja yang benar-benar kau inginkan ?”

“Maksudmu ?”

“Namja yang bisa merubahmu dan kau tidak ingin kehilangannya”
Jieun tampak berfikir. Hampir semua namja yang ditemui selalu berakhir sama, awalnya Jieun menyukai mereka namun lama-kelamaan semua itu menjadi tak menarik. Semua itu menjadi membosankan.

“Entahlah, aku belum menemukan yang seperti itu”

Woo Bin mengangguk

Akan kubuat kau menemukannya

“Sepertinya kita sudah mulai akrab”

“Mungkin” Jieun tak menampik, Woo Bin memang menyebalkan tapi juga enak untuk diajak ngobrol.

“Tapi jangan senang dulu, bukan berarti aku menyukaimu” lanjut Jieun.

“Santai saja”

<><><> 

Tiga bulan berlalu dan Jieun belum menyadari bahwa ia sudah mulai menyukai seorang Kim Woo Bin, benar-benar menyukainya. Hingga pada suatu saat ia dibuatnya sedikit resah.
Jieun tengah bergerak asal dikasurnya. Berguling-guling tak jelas.

“Sebenarnya siapa yeoja itu ?”

“Aiisshh jinjja kenapa Woo Bin tersenyum padanya !?”

“Rubah sialan !” rutuk Jieun.

“Eh tu tunggu dulu” Jieun bangkit dan terduduk dikasurnya.

“Kenapa denganku ? Bukankah itu bagus jika ia mempunyai seorang kekasih, itu berarti perjodohan batal”

“Ta tapi kenap-“

“Aniya aniya aniya, jangan bilang kau mulai menyukai namja songong itu”

“Aaaa, aniya aniya ini tidak boleh terjadi” Jieun benar-benar kalut saat ini, ia merasa kesal saat datang kekantor Woo Bin seperti biasa karena permintaan Woo Bin dan tentu saja dengan americano namun sekarang menjadi dua gelas. Jieun pikir itu satu untuknya namun ternyata salah, satunya lagi untuk yeoja berambut panjang nan cantik, entah siapa namanya Jieun tak ingin tahu. Dan yang lebih menyebalkan lagi Woo Bin menyuruh Jieun pergi setelah mengatarkan dua gelas americano itu. Ingin rasanya Jieun menarik rambut wanita itu dan mematahkan lengan Woo Bin. Entah mengapa ia tidak rela melihat mereka tertawa bersama.

Cklek

Pintu kamar Jieun terbuka, sedikit terkejut saat mendapati namja yang tengah dipikirkannya berdiri memandanginya.

“Yaakk sedang apa kau disini ?”

“Aku hanya ingin mengunjungimu”

“Kau punya tangan kan ? tak bisakah kau mengetuk dulu ?”

“Karena tidak terkunci jadi aku masuk saja”

“Bagaimana jika ayahku tahu, kau akan mati karena masuk seenaknya”

“Ahjussi Lee tahu kok, bahkan ia memperbolehkannya”

“Jinjja !?”

“Tak bisakah tak berlebihan seperti itu ?”

Jieun mengedus sebal.

“Kenapa tidak mengangkat telepon ku ?”

Jieun mengernyit.

“Tidak ada telepon masuk”

“Benarkah ? coba lihat ponselmu” Jieun meraih ponselnya dan mendapat beberapa panggilan tak terjawab dari Woo bin.

“Ah aku lupa, ponselku di silent”

“Bilang saja kau sengaja”

“Aniya”

Dan hening .. Jieun sibuk dengan memutar-mutar ponselnya.

“Kau kenapa ?”

“Kenapa apa ?”

“Kau tidak seperti biasanya”

“Aku tidak papa” jawab Jieun dengan nada datarnya.

“Coba kulihat” Woo Bin berjalan menghampiri Jieun, menempelkan punggung tangannya didahi gadis itu. Membuat jantung Jieun berdegup kencang. namun tak lama kemudian ia menampik lengan Woo Bin.

“Sudah kubilang aku tidak papa” jawab Jieun ketus.

“Tidak usah sinis bisa kan ?”

Belum sempat Jieun menjawab, suara deringan ponsel membuatnya mengabaikan Woo Bin.

“Yoboseyo” lirih Jieun.

“...”

“Ah Luhanie, aku ? aku sedang memikirkanmu” ucap Jieun dibuat-buat dan sekilas melirik kearah Woo Bin yang mulai berubah datar.

“...”

“Omo, kau juga ? senangnya bisa berada dipikiranmu”

“...”

“Haha .. haruskah kita bertemu ?”

“...”

Dan sreet, Woo Bin menyambar ponsel Jieun dan memutuskan panggilan itu.

“Yaaakk ! apa yang kau lakukan !?”

“Kau ingin tahu yang akan kulakukan ?” ucap Woo Bin perlahan mulai mendekat dan mendekat kearah Jieun.

“Yaa yaakk ! Kau mau apa ?”

Jieun menciut, ia memejamkan matanya dan menunggu apa yang akan terjadi.

“Fuuuhh .. ada semut dimatamu” Jieun seketika membuka matanya. Dan lega saat Woo Bin kembali ke posisi semula.

“Ayo kita makan” ajak Woo Bin.

“Tidak mau”

“Ini perintah !”

“Aku tidak mau, aku sedang malas”

“Akan ku adukan pada ayahmu”

“Adukan saja aku tidak takut” Woo Bin mengernyit, ada apa dengan Jieun ? pikirnya.

“Baiklah jika kau tidak mau, aku akan dikamarmu terus”

“Terserah” Jieun mengacuhkan Woo bin yang mulai mendudukan diri disofa kamar gadis itu. matanya tak pernah memandang kearah lain, hanya Jieun yang ia lihat dan itu membuat Jieun sedikit risih.

“Apa ?”

“Apanya yang apa ?”

“Apa yang sedang kau lihat ?”

“Aku sedang melihatmu”

“...” Jieun mendelik sebal.

“Kau pasti sibuk kan, pergilah”

“Aku manager, perusahaan tidak akan bangkrut hanya karena aku tidak datang satu kali”

“Cihh, sombong sekali”

“Sepertinya kau ingin menanyakan sesuatu ?”

“Siapa bilang ? sok tahu !”

“Kau boleh bertanya apapun dan aku pasti akan menjawabnya” Jieun mengembungkan pipinya, sedikit melirik Woo Bin untuk memastikan ucapan namja itu bisa dipercaya, kenapa pria itu mudah sekali tahu apa yang Jieun pikirkan ? memang ada banyak pertanyaan yang ingin Jieun tanyakan. Terutama soal wanita yang dilihatnya begitu akrab dengan Woo Bin saat dikantor.

“Ayolah, aku tahu kau ingin menanyakan sesuatu”

“Tapi jangan terlalu percaya diri dulu karena pertanyaanku ini, jangan salah paham”

“Ne ne memang apa pertanyaannya ?”

“Eumm .. i itu ..” Jieun sedikit bermain dengan selimutnya, memutar-mutar dengan jari kecilnya. Woo bin menunggu dengan sabar meski Jieun begitu terlihat berbelit-belit dan sedikit aneh ?

"Siapa yeoja dikantormu waktu itu ?"

"Yang mana ?"

"Yeoja berambut panjang dan cantik itu, saat kau memintaku membawakan dua americano, jangan berpura-pura tidak ingat"

Woo bin memicing, ah tentu saja ia masih sangat ingat, ingat betul saat ekspresi Jieun berubah kesal karena Woo bin langsung menyuruh Jieun pergi setelah menyerahkan dua gelas americano. Apakah Jieun sedang cemburu?

"Wae kenapa kau menanyakannya ?"

"Yaakk sudah kubilang kan jangan salah paham dulu"

"Salah paham bagaimana menurutmu?"

"Ah kau ini memang menyebalkan, sudah lah tidak perlu dijawab"

"Ahaha, begitu saja marah. Kau ingin tahu siapa yeoja waktu itu? Namanya Kang Haneul, ia mantan kekasihku"

Deg .. Jieun sedikit terkejut namun ia sebisa mungkin terlihat biasa saja.

"Oh" hanya itu tanggapan Jieun, berbeda dengan hatinya yang mulai kesal dan panas karena sebab yang belum ia ketahui.

"Kami tidak sengaja bertemu saat rapat yang dilakukan dengan rekan kerjaku dan ternyata ia juga bekerja disana"

"Oh" lagi-lagi Jieun mengucapkan 'oh' dari mulutnya.

"Kau cem-"

"Baguslah, kita bisa membatalkan pertunangan jika kalian sudah kembali"

Woo bin terdiam, namun sedetik kemudian ia membuka mulut.

"Ne itu memang niatku"

Jieun membulatkan matanya, terkejut dengan ucapan Woo Bin yang terdengar tanpa beban. Ia tak serius mengatakan hal itu. Kenapa Rasanya tidak rela jika perjodohan itu batal ? Bukankah dari awal ia menginginkan semua itu ?

"M Mwo!?"

"Wae kenapa begitu terkejut ?"

"A aniya, baguslah bagus, akhirnya perjodohan kita batal" Jieun menunduk, bodoh, kenapa malah ia ingin menangis ? Bukankah ini kemauannya ?

"Aku berencana melamarnya sesegera mungkin"

"I itu bagus" suara Jieun terdengar sedikit bergetar.

"Kalau begitu aku pergi"

Jieun hanya bisa mengangguk kecil. Dan begitu suara pintu terdengar tertutup kembali, Jieun mengeluarkan tangisnya. Seperti inikah rasanya dikecewakan ? Apakah seperti ini rasanya jika patah hati ?

Patah hati ? Jieun bahkan belum menyadari jika rasa sakit itu adalah patah hati.

Cklek .. Pintu kembali terdengar terbuka. Jieun masih belum berani mengangkat wajahnya. Dan-


Greepp


Kini tangan kekar melingkar memeluknya dari depan.

"Bodoh ! Kau bahkan masih belum menyadarinya sampai akhir"

"Woo bin"

"Katakan kalau kau menyukaiku"

"Tapi Kang Ha-"

"Katakan !"

Bukannya mengungkapkan perasaannya Jieun justru semakin terisak.

"Aku menyukai mu Ji, Haneul hanya sebagai alat agar kau terpancing"

Jieun terdiam, bodoh, kenapa ia jadi melankolis seperti ini ? Ia menangis untuk Woo Bin ? Apakah ia memang sudah terjerat pada namja itu ? Jieun bahkan dengan mudahnya terjatuh dalam permainan Woo Bin.

Jieun memukul pelan bahu Woo bin.

"Kau jahat"

"Jadi apakah kau juga menyukaiku ?" Jieun mengangguk pelan dalam pelukan Woo Bin.
Namja itu tersenyum senang.

"Tapi lakukan satu hal yang ku Mau" Jieun melepas pelukan mereka, memandang penuh tanya apa permintaan Woo Bin kali ini ?

<><><> 

Langit biru cerah, udara sejuk menyegarkan, cuaca sangat baik hari ini namun berbeda dengan gadis yang tengah menekuk wajahnya itu, duduk dengan muka kusut dibangku taman meski ditemani namja tampan yang tengah menjilati ice creamnya, dewasa bukan berarti tak boleh memakan ice cream kan ? Lelaki itu tampak nyaman memakan ice creamnya dibawah pohon ek. Ia menoleh dan mendapati wajah gadis itu dengan eskpresi kacau.

"Wae ? Apa kau belum menerima permintaan terakhir ku ?"

Jieun mengangkat wajahnya. Menghembuskan nafas pelan.

"Aku sudah melakukan permintaan terakhirmu tapi-"

"Tapi apa ? Kau masih tidak rela putus dari pacar-pacarmu itu eoh ?"
Jieun mengerucutkan bibirnya.

"Aniya, aku hanya merasa menjadi orang jahat karena telah memutuskan Suho dan Luhan tanpa alasan"

"Kau memang jahat nona Lee"

"Iishh bukankah ini permintaanmu !?"

"Ne, dan aku melakukannya untuk kita, mana mungkin aku membagi mu dengan namja lain"

"Dasar egois"

"Yaakk itu namanya setia, bodoh! Tenang saja aku juga akan melakukan hal yang sama. Woo bin hanya untuk Jieun dan Jieun juga hanya untuk Woo bin"

"Ck .. Aku ingin muntah mendengarnya"

"Yaakk ! Kau ini , tenang saja aku akan mengajarimu cinta yang sesungguhnya"

"Aku benar-benar ingin muntah sekarang"

"-_-"

Hening ..

Mata kecil itu mengarah pada pemandangan dihadapannya. Sedikit tertarik saat seorang ayah begitu gembira tertawa bersama gadis kecilnya.

Keluarga kecil itu membuat setiap orang iri akan kebahagian mereka. Bermain di taman dan sang ibu menyiapkan makan untuk suami dan anak perempuannya.

Cinta ? Jieun bahkan tak tahu apa itu cinta. Ia hanya merasa bangga jika bisa menaklukan hati para namja. Itu menjadi kepuasan tersendiri baginya tapi itu dulu, sebelum namja tampan dan menyebalkan disampingnya datang. Namja yang bisa membuat Jieun menangis hanya karena melihat ia bertemu dengan mantan kekasihnya. Namja itu bahkan berani menciumnya saat pertemuan pertama. Jieun hanya bisa menyunggingkan senyum mengingat momen-momen saat hal-hal bodoh yang mulai terjadi sejak ia mengenal seorang Kim Woo bin. Ayahnya tak salah menjodohkan Jieun dengan lelaki itu, Jieun kini justru bersyukur karenanya sekarang.

Melihat keluarga kecil itu saling melempar senyum membuat Jieun pun mengembangkan senyumannya. Seakan kebahagiaan mereka menular pada Jieun. Wajah kusut Jieun berangsur berubah melihat hal itu.

Ia harus meminta maaf dengan tulus setelah ini, ia akan meminta maaf pada mantan-mantan kekasihnya meskipun mungkin Jieun hanya akan mendapat makian. Jieun tak sadar jika sikapnya malah menyakiti para namja itu. Ia hanya ingin bersenang-senang selagi ia masih muda namun sekarang ia tahu itu salah.

Jieun menoleh, memandang dalam diam pada namja yang kini tengah tersenyum memandang apa yang Jieun perhatikan tadi. Keluarga kecil bahagia disana.

Bahkan Jieun masih beruntung masih bisa mendapat namja Tampan nan kaya seperti Woo Bin setelah prilaku buruknya. Hidung itu, mata itu, mulut itu Jieun menyukai semuanya. Mulutnya tersenyum saat menyadari betapa namja disampingnya begitu mempesona. Jieun berjanji akan mencintai Woo Bin setulus dan semurni yang ia bisa.

Deg .. Jantung Jieun berdegup saat melihat Woo Bin menjilat ice creamnya lagi. Seakan slow motion yang entah mengapa membuat Jieun memanas. Bodoh ! Apa yang kau pikirkan Jieun ? Jieun ingin ... Hanya ingin ...

"Tuan Kim" suara itu tampak berbeda, Jieun melembutkan suaranya dan terdengar err seksi. Ada apa ? Kenapa tiba-tiba ? Woo Bin menoleh menampakan wajah bingungnya.

Jieun semakin dekat, meraba pelan dasi Woo Bin.  Sedikit memainkan bibirnya seduktif.

"Aku ingin ..." Woo bin semakin dibuatnya terlena. Bisakah sekarang ia membawa Jieun ke Hotel ? Untuk apa ? Entahlah, tanyakan pada otak Woo Bin.

"K kau ingin a apa ?" Namja memang selalu tergoda dengan hal-hal seperti ini. Woo bin menelan ludahnya susah payah. Ayolah , apa tenggorokannya menyempit tiba tiba ?

Perlahan Woo Bin menutup matanya namun-

Sreeet

Jieun merebut ice cream vanilla Woo Bin dan berlari menjauh Seraya menjulurkan lidahnya pada Woo Bin yang tampak cengo.

"Haha .. Tuan Kim apa yang sedang kau pikirkan eoh !?" pekik gadis itu dengan seringaian kecil Seraya kembali memainkan bibirnya menjilat ice cream.

"Yaakk ! Berhenti disana kau gadis nakal !"

"Hahaha .."

The end~


Comments

  1. Kerennnnnnnn sukaaaaaaaaaaaa banget :*
    Bkin sequel.y dong eon!?!!
    Atau bkin lgi BinU eoh?? (^∇^)(^v^)

    ReplyDelete
  2. ffnya bgs bgt eon... bikin sequelnya dong eon ato ngak bikin iu ma woo bin lagi ya

    ReplyDelete

Post a Comment