Blind Date



Cast    : Lee Ji Eun [IU], Xi Luhan etc.

Genre  : Comedy, Romance, PG17.

Length : Ficlet.



Hujan turun tak cukup deras, gadis itu hanya memandanginya dengan sesekali menyeruput teh hijaunya.

“Ibu ingin kau cepat menikah” Kata-kata itu terus saja mengiang dibenak Jieun. Seperti sebuah beban. Angka 24, adalah angka yang pas untuk segera berkeluarga. Tapi bagi Jieun masih banyak yang harus ia raih dari pada memikirkan sebuah pernikahan. Ia belum terlalu tua kan ? masih ada sekitar 2 atau 3 tahun lagi untuk memikirkan pernikahan. Apa hanya pernikahan yang dipikirkan para orang tua ?

Lagi, Jieun menyeruput tehnya. Memandang jam ditangannya.

“Lama sekali” gumamnya kecil. Ia terperangkap di caffe itu karena permintaan ibunya. Apa lagi jika bukan untuk kencan buta. Oh, seumur-umur Jieun belum pernah melakukan hal itu. Apa ia begitu tidak laku sampai melakukan kencan buta seperti ini ? Ya, memang Jieun akui ia sudah menjomblo sejak tiga bulan lalu. Tapi hei, baru tiga bulan kan, bukan tiga tahun. Ibunya memang tak sabaran. Beri waktu Jieun satu bulan saja ia bisa menggandeng namja idaman, mungkin.

Akan seperti apa namja yang akan ditemuinya, Jieun bahkan tidak tahu. Harus seperti apa saat bertemu dengannya, Jieun tidak ahli dalam hal seperti ini. Bagaimana jika namja itu aneh atau bahkan jauh dari kriterianya ? Oh, Jieun tidak ingin membayangkannya. Jieun hanya tahu nama namja itu adalah Ja Dong Ha.

“Ekhem ..” Jieun beralih dari pandangannya terhadap hujan. Sosok namja tampan dengan setelan jas yang makin membuatnya mempesona berdiri tepat dihadapan Jieun.

“Oh Hai” ucap Jieun spontan. Namja itu tersenyum dan mulai mendudukan diri. Sementara Jieun masih terpaku dengan pandangan lurus pada namja itu. Ia kah namja dengan nama Ja Dong Ha ? tampan  sekali. Ibunya tidak salah memilih namja. Oke untuk kali ini Jieun tak akan mengomeli ibunya karena sudah memaksanya mengikuti kencan buta. Ia justru sangat bersyukur sekarang.

“Kau manis” ucap namja itu membuat wajah Jieun memanas.

“Ah gamsahamnida” ucap Jieun sopan seraya mengaitkan rambutnya kebelakang telinga.

“Tidak perlu seformal itu”

“Ah ne. Kau juga manis” Lagi, namja itu tersenyum manis.

 “Gomawo”

“Tapi Ji Na-ssi” Jieun mengernyit. Ji Na ? siapa itu ? Namanya Jieun bukan Ji Na.

“Kau terlihat sep-“

“Tu tunggu dulu” Jieun menyela ucapan namja itu.

“Eoh ? ada apa ?”

“Namaku Jieun bukan Ji Na”

“Bukankah kau yang namanya Lee Ji Na”

“Bukan, namaku Lee Jieun”

“Hah ? Ja jadi..”

“Kau Ja Dong Hun kan ?” tanya Jieun dan Namja dihadapannya itu menggeleng.

“Namaku Xi Luhan”

“Hah ?” Kalau begitu artinya mereka-

“Sepertinya kita salah bertemu orang” ucap Luhan yang sedetik kemudian membuat keduanya terkekeh pelan.

“Tapi sungguh, ini sangat lucu” ucap Jieun dengan sedikit kekehan yang mendapat anggukan dari Luhan. Bukannya berpisah, Jieun dan Luhan malah meneruskan acara blind date mereka yang terjadi karena kesalahan. Memilih berbincang, membicarakan apapun  untuk menghabiskan waktu dan mengenal satu sama lain. Mereka sudah saling tertarik satu sama lain dari awal jadi untuk apa mengakhirinya.

“Kau orang yang menyenangkan Luhan-ssi”

“Haha, kau juga orang yang tidak membosankan Jieun-ssi”

“Maaf” Seorang pria kurus menghampiri meja Jieun dan Luhan. Membuat keduanya mengernyit.

“Ya ?” jawab Jieun.

“Apa kau yang namanya Lee Jieun ?”

“Kau siapa ?”

“Saya Ja Dong Hun”

Ja jadi dia yang namanya Ja Dong Hun ? Jieun bingung harus melakukan apa dan-

“Maaf” Lagi, seorang yeoja lumayan gempal menghampiri meja Jieun dan Luhan. Memakai pakaian ketat yang terlihat tidak nyaman ditubuh besarnya.

“Ya ?” jawab Luhan.

“Apa kau yang namanya Xi Luhan ?”

“Kau siapa ?”

“Saya Lee Ji Na”

Jieun dan Luhan berpandangan. Sedikit mengembangkan senyum, seakan tahu apa yang harus melakukan apa. lalu-

“Bukan” jawab Jieun dan Luhan bersamaan kepada orang yang berbeda. Membuat kedua orang yang menghampiri meja mereka mengucapkan maaf dan beranjak pergi.

“Hahaha” Tawa itu seketika meledak dari Jieun dan Luhan setelah kedua orang itu jauh.

“Lalu ?”

“Lalu apa ?”

“Lalu kenapa kau berbohong ?” Tanya Jieun.

“Bukankah kau juga berbohong ?” tanya balik Luhan. Jieun hanya tersenyum.

“Wae ?” Luhan kembali bertanya. Kenapa Jieun malah tersenyum ? apa pertanyaannya salah ?

“Sepertinya kita cocok” jawab Jieun membuat Luhan tak bisa menyembunyikan senyumannya. Ia rasa juga begitu. Awal bertemu saja semenarik ini. Tidak ada salahnya mencoba.

<<>> 

Jieun tengah tersenyum tak jelas didepan televisinya membuat Ny.Lee mengernyit heran. Ibu Jieun itu menoleh kearah acara televisi didepan Jieun. Kembali mengernyit saat mendapati sebuah drama dengan adegan menangis disana, lalu kenapa anaknya tersenyum seperti itu ?

“Jieun” panggil Ny.Lee dengan senggolan kecil dibahu anaknya itu.

“Apa sih eomma ?”

“Apa kencannya berhasil ?”

“Ini lebih dari kata berhasil”

“Mwo ? maksudmu ?”

“Aku bertemu namja yang jauh lebih tampan dari pada Ja Dong Hun”

“Bagaimana bisa ?”

“Entahlah”

“Tak apa yang penting anak ku dapat jodoh”

“Isshh eomma, kesannya aku tidak laku saja”

“Memang” ucap Ny.Lee dengan menjulurkan lidah, kembali berjalan menuju dapur.

<<>> 

“Hyung menjauhlah, kau ini kenapa sih ?” Luhan tersenyum-senyum tak jelas dengan sesekali mengusap lengan Baekhyun, sepupunya. Membuat Baekhyun tak bisa fokus dengan game duel yang tengah ia mainkan. Apa sekarang hyungnya itu mulai menyukai namja ? Ih Baekhyun geli membayangkannya. Semoga saja pikirannya salah.

“Kau tahu, aku sedang bahagia”

“Kenapa ? apa kencanmu berhasil ?”

“Berlipat-lipat berhasil”

“Maksudmu ?”

“Aku bertemu dengan yeoja yang jauh lebih baik dari pada Lee Ji Na”

“Bagaimana bisa ?”

“Entahlah, yang pasti ia sudah membuatku seperti ini”

“Tapi jangan dekat-dekat denganku”

“Wae ?”

“Kau menakutkan, seperti gay haus kasih sayang”

“Yaakk apa kau bilang !?”

“Ahaha .. pergilah ih”

Luhan beralih pada bantal guling diranjang Baekhyun membuat Baekhyun menggeleng pelan. Hyungnya kadang-kadang aneh jika sedang jatuh cinta. 

<<>> 

Tiga bulan kemudian ..

Tok tok tok, Luhan tengah memasang tirai baru diflat baru yang akan Jieun tempati. Membereskan dan membantu kekasihnya itu pindahan adalah salah satu guna mempunyai namjachingu.

“Minuman datang !” seru Jieun dengan dua gelas orange jus buatannya. Luhan pun beranjak dan menghampiri Jieun.

“Kau lelah ?” Luhan mengangguk dan mengambil satu minuman itu. Menenggaknya sampai tersisa setengah.

“Pelan-pelan sayang”

“Aaahh segar”

“Istirahat saja dulu jika kau lelah”

Jieun dan Luhan memilih berbaring dilantai kayu flat itu. Sofa dan tempat duduk lainnya tengah dijemur diluar. Hanya tersisa lantai yang bisa mereka gunakan.

“Oh Lihatlah keringatmu” Jieun mengusap keringat yang ada disekitar dahi Luhan.

“Bilang saja mau menyentuhku”

“Isshh percaya diri sekali. Ya sudah kalau tidak mau dibersihkan” Baru saja Jieun akan menarik lengannya, Luhan mencengramnya.

“Apa ?”

“Teruskan pekerjaan yang kau mulai”

“Cih dasar, bilang saja kau menyukainya” Luhan hanya tersenyum irit begitu pula Jieun.

“Lihatlah kau tersenyum, kau senang eoh ?” tanya Jieun.

“Kau juga tersenyum bodoh”

“Tidak”

“Iya”

“Memang kau melihatnya ?”

“Tidak”

“Isshh”

“Tapi Lu”

“Apa ?”

“Aku baru tahu”

“Tahu apa ?”

“Kenapa kita bisa bertemu saat kencan buta waktu itu”

“Kenapa ?”

“Aku salah menempati meja”

“Hhaha benarkah ?” Jieun mengangguk.

“Kenapa bisa sama”

“Benarkah !?”

“Tidak usah berlebihan seperti itu”

“Hhaha, tapi ini benar-benar aneh”

“Itu namanya takdir, cantik. Jika kita tidak bertemu mungkin kau sudah menjadi istri dari namja cungkring itu haha”

“Issh, kau juga mungkin sudah menjadi suami yeoja gempal itu haha”

“Eh tapi tunggu dulu”

“Apa ?”

“Memang kita akan menikah ?”

“Oh jadi begitu .. okeh, kau bisa pergi kapan saja dari sini” ucap Jieun sinis.

“Haha kau marah ?”

“Aniyo”

“Aku hanya bercanda”

“Sudahlah, masih ada barang yang harus ku bereskan” Jieun beranjak namun Luhan menarik lengan gadis itu dan-

Chuu~

“Lihatlah tampang mu, Haha” Luhan kembali memasang tirai meninggalkan Jieun yang sudah seperti patung yang dikutuk oleh ibunya.

“Ya yaak ! kau mempermainkan ku eoh ?!”

“Ahaha, dasar bodoh”

“Yaak !”

<<>> 

“Sebenarnya kenapa kau pindah ?”

“Kau tahu kan aku dipindah tugaskan dan semakin jauh jaraknya dari rumah”

“Tapi ini sebuah keuntungan”

“Wae ?”

“Kau jauh dari ibu dan ayahmu membuatku bisa sering-sering kesini hehe”

“Awas kau kalau berani macam-macam” ucap Jieun dengan kepalan ditangannya.

“Ahaha kita kan akan bertunangan, tidak ada salahnya sedikit ..”

“Mwo ? Sedikit apa ? berani menyentuhku sedikit saja akan kuadukan pada Appa”

“Huh dasar anak manja”

“Biar saja. Kau tahu kan Appa kalau marah seperti apa ?”

“Tentu aku tahu, Appa mu kalau marah seperti banteng”

“Mwo !? Baiklah aku akan benar-benar mengadukanmu” Jieun meraih ponselnya, berpura-pura menekan beberapa angka dikeypadnya.

“Ya yaak, Ja jangan .. kau ini ..” Jieun tersenyum didalam hati.

“Hallo Appa” Luhan merebut ponsel Jieun.

“Ha hallo a aboenim” Namun tak ada jawaban dari sebrang sana. Luhan mengalihkan pandangannya pada Jieun yang kini tertawa dengan sesekali menjulurkan lidah.

“Kau !”

“Whahaha, namjaku yang tampan ini bisa tertipu juga” Jieun puas sekali sudah membuat namja itu kesal. Sementara Luhan meletakan ponsel Jieun dan kembali makan dalam diam, menunduk menghabiskan sup buatan Jieun itu tanpa sepatah katapun.

“Hey, kau marah ?”

“...” tidak ada jawaban.

“Ah cemen”

“...”

“Baiklah-baiklah aku kalah, aku minta maaf”

“Bagaimana jika pertunangan batal jika kau mengadukan pada ayahmu”

“Hey, aku hanya bercanda, jangan terlalu serius seperti itu” Luhan kembali membisu, memilih menghabiskan makanannya dan kembali membereskan flat baru Jieun. Jieun hanya mengernyit saat Luhan beranjak dan mulai mengecat dinding.

“Apa ia sedang datang bulan ?”

“Aiishh apa yang ku pikirkan” Jieun memilih mengikuti Luhan. mengecat asal yang justru membuat warna dindingnya tak karuan.

“Yaak bukan begitu caranya !” Jieun menampakan wajah bodohnya membuat Luhan meletakan alat catnya dan membimbing Jieun. Beralih kebelakang Jieun, memegang alat cat yang juga tengah Jieun pegang. Jieun seketika gugup. Luhan mulai mengayunkan alat cat itu.

“Seperti ini bodoh”

“N ne” Jieun memejamkan matanya saat suaranya berubah gemetar. Luhan tersenyum simpul, ia tahu Jieun tengah gugup dan namja itu sengaja semakin merapatkan tubuhnya dengan Jieun.

“Iya, Iya sekarang aku sudah bisa !” seru Jieun, Luhan kembali tersenyum.

“Benarkah ?” Jieun mengangguk canggung.

“Tapi kenapa aku menyukai posisi ini ya ?” Jieun mendengus, sial, lagi-lagi namja itu mengerjainya. Jieun melepaskan alat cat yang juga dipegang Luhan. Berbalik dan menatap tajam namja yang menengadah menatap dinding itu.

“Sayang” Jieun mengelus pelan dada Luhan membuat namja itu mengarah pada Jieun.

“Apa ?”

“Posisi ini membuatku ingin .. aaah” Jieun memainkan bibirnya seraya menatap dengan pandangan puppy eyes nya. Luhan menelan salivanya susah payah. Ada apa dengan Jieun ? kenapa ia seperti itu ? lenguhannya membuat Luhan tidak tahan ingin .. aahh andwae, mereka belum menikah.

“I ingin apa ?” kini suara Luhanlah yang gemetar. Jieun tertawa puas dalam hati. Ia selalu bisa membalas Luhan.

“Ingin menginjakmu !” ucap Jieun dengan mata melotot dan kaki menginjak kaki Luhan.

“Aaaww.. Yaakk”

“Haha, rasakan” Jieun menjauh dari Luhan dengan sedikit ejekan.

“Yaak.. ah aku bisa gila menghadapimu”

“Bilang saja kau tergila-gila padaku”

“Das- Aaaw” Luhan kini terduduk dilantai dengan sesekali meniup kakinya.

“Oh ayolah aku tidak akan tertipu”

“Bodoh, ini benar-benar sakit tahu !” Jieun mengernyit, jangan sampai Luhan membalasnya lagi.

“Mendekat jangan mendekat jangan” memutuskan mendekat atau tidak dengan menghitung kancing kemejanya.

“A aww” Luhan masih bertahan dengan kesakitannya disana dan Jieun pun mendekat. Berjongkok dihadapan namja itu dan benar, kaki Luhan membiru akibat injakan Jieun. Oh, apa Jieun melakukannya dengan keras tadi ?

“Sakit ?”

“Sudah tahu sakit masih bertanya !?” Jieun hanya cemberut mendengar teriakan Luhan.

“Ayo kubantu berdiri”

“Tidak perlu”

“Ayolah” Luhan pun luluh dan menerima bantuan Jieun. Jieun memapah Luhan menuju sofa yang sudah dijemur tadi.

“Diam disini, aku akan mengambilkan obat”

“Eh ..” Jieun kembali.

“Apa lagi, cepat ambil obat, kakiku berdenyut tahu”

“Aku lupa, disini mana ada obat”

“Lalu bagaimana ?”

“Biarkan saja nanti juga sembuh”

“Kau tega padaku ?” Jieun memutar matanya malas.

“Kau berlebihan kau tahu. Tenang saja ini akan sembuh setelah beberapa saat”

“Ini penganiayaan dalam rumah tangga”

“Luhan hentikanlah”

“Huhuhu sakit” Jieun jengah dengan sikap kekanakan namja itu. Ia pun duduk disebelah Luhan dan ikut meniupi memar yang membiru itu.

“Luhan lihat aku”

“Apa ?” Luhan memandang Jieun datar.

“Aku akan melakukan itu”

“Apa ?”

“I itu .. “

“Apa ? bicara yang jelas !”

“Itu loh” Jieun memainkan jari telunjuknya.

“Karena aku merasa bersalah jadi aku .. eum.. kau boleh meminta apapun sekarang” lanjut Jieun.

“Benarkah ?” Luhan bertanya dengan penuh binar. Jieun mengangguk kecil. Namja itu sedikit menyeringai.

“Baiklah aku ingin itu”

“I itu ?”

“Iya itu” Ucap Luhan dengan alis turun naik.

“Kau serius ?”

“Tentu saja serius”

“Sekarang ?”

“Tahun depan, tentu saja sekarang”

“Ta tapi ..”

“Cepat lakukan”

“Baiklah” Jieun pun pasrah, ia pun beranjak tapi kemudian-

“Tapi apa kau tega aku bertemu kepiting ?”

“Aku ingin kepiting lada hitam sekarang, euumm pasti enak” Jadi mereka sedang membicarakan kepiting ? terlihat sangat dramatis. Dari dulu Jieun memang paling takut dengan kepiting dan parahnya Luhan justru menyukai kepiting, masakan apapun selama ada kepitingnya dia akan suka. Dari dulu Luhan ingin sekali Jieun memasakan kepiting untuknya namun tak pernah terwujud. Mungkinkah sekarang akan terwujud ? akhirnya.

“Kau tahu aku takut dengan kepiting”

“Kau bilang kau akan melakukan apapun”

“Itu artinya aku harus membeli kepiting dulu ?”

“Tentu saja, kau akan memasak kepiting dan harus mempunyai kepiting”

“Tapi ini akan membutuhkan waktu yang lama”

“Aku akan menunggunya” ucap Luhan tenang dengan lengan menyilang didepan dada.

“Ah aku takut, tidak jadi saja” Jieun berbalik dan kembali duduk.

“Mwo !? aku ingin sekali merasakan kepiting masakanmu”

“Tidak, aku takut, aku bisa dicapitnya dan mati gentayangan”

“Kau berlebihan Lee Jieun”

“Biar saja”

“Lalu bagaimana dengan janjimu”

“Permintaan lain saja, kali ini pasti akan kupenuhi”

“Hmm aku sudah tidak mood meminta apapun selain kepiting”

“Ayolah kau pasti punya permintaan lain” Luhan tampak berfikir.

“Cium aku”

“Mwo ?”

“Dengan cara yang tidak biasa”

“Mwo !?”

“Buat aku tergoda dulu”

“Mwoya !?”

“Kau pasti bisa”

“Aku tidak bisa”

“Kau bilang akan memenuhinya”

“Tapi .. apa kau gila memintaku untuk merayumu !?”

 “Kau bisa melakukannya tadi”

“Kapan ?”

“Sebelum kau menginjak kakiku”

“Itu .. aku hanya main-main”

“Oh tapi aku mengharapkannya seserius mungkin”

“Jangan mesum tuan Xi”

“Dan jangan ingkar janji nona Lee”

“Oke oke .. tapi apa yang harus kulakukan ?”

“Pikir saja”

Jieun menghirup udara dalam-dalam sebelumnya. Mulai mendekatkan diri kearah Luhan.

“Kau terlalu tegang”

“Aku sedang mencobanya, bodoh”

“Baiklah teruskan” Luhan ingin sekali terbahak sekarang.

“Ah aku tidak bisa” Jieun menyerah sebelum benar-benar mendekatkan wajahnya.

“Lakukan saja seperti tadi”

“Aku tidak bisa”

“Kau sangat lancar tadi”

“Aku akan melakukannya saat kita sudah menikah”

“Eiyy memang apa yang akan kita lakukan saat sudah menikah ?”

“Se sesuatu lah”

“Sesuatu apa ?”

“Ah sudahlah ini tidak akan selesai, kapan flat ini beres jika begini terus” Jieun beranjak namun lagi-lagi tangan namja itu menahannya. Menariknya pelan dan-

Chuu~

Bibir itu tepat mengenai sasarannya, Jieun mulai memejamkan matanya saat kecupan Luhan mulai menuntut. Sedikit membuka mulutnya dan membiarkan namjanya bermain disana. Oh tidak, Jieun bisa terbuai sekarang. Luhan namja terbaik dalam berciuman, itu dari pengalaman Jieun. Itu sebabnya Jieun kadang menjaga jarak jika namja itu mulai terlihat aneh.

Posisi ini masih menguntungkan Jieun karena Jieun berada diatas Luhan. menahan bobot tubuhnya dengan berpegangan pada senderan sofa. Jieun tidak tahu kenapa ia bisa menyukai namja bernama Luhan itu, benar-benar menyukainya. Jika mengingat pertama kali bertemu, hanya sebuah senyuman yang menghiasi wajah Jieun. Lucu dan tidak bisa dipercaya, mereka sama-sama berbohong kepada orang yang mestinya mereka temui. Pikiran spontan yang mereka ambil hanya dengan berpandangan. Mungkin karena mereka merasa sama-sama tertarik satu sama lain dan nyatanya memang begitu, jika tidak mana mungkin mereka bersama sekarang. Pertemuan yang aneh dan menggelikan.

Kesalahan tidak selalu merugikan, kesalahan mungkin akan membawamu kepada takdirmu. Seperti Jieun dan Luhan yang bertemu karena kesalahan namun mendapat apa yang tidak pernah mereka pikirkan.

The end ^^

Comments

Post a Comment