Lee Jieun [IU], Oh
Sehun [exo], Kim Myungsoo [infinite] etc
PG, Mistery, Drama
Oneshoot.
Jieun diasingkan keluarga juga sanak saudaranya. Ia tinggal
seorang diri disebuah rumah tua bergaya eropa. Ia tetap dibiayai oleh orang
tuanya yang kaya. Ia tidak kekurangan jika masalah uang dan kebutuhan. Tapi ada
satu yang sangat yeoja itu butuhkan, kasih sayang dan dukungan. Ia tidak pernah
mendapatkannya.
Harinya hanya diisi dengan pulang pergi kuliah, ia tidak
mempunyai teman. Ia menutup diri dan menjauh dari sesuatu yang bisa membuatnya
menjadi pusat perhatian. Waktunya banyak ia habiskan didalam rumah besar yang
ditinggalinya, semua fasilitas ada dirumahnya. Kolam renang, perpustakaan
dengan jutaan buku dan ruang luas, ruang musik dengan jejeran piringan hitam
berisi musik klasik, ruang tempat melukis dengan tumpukan kanvas dan cat air,
juga masih banyak lagi. Namun rumah besar itu tak pernah diisi dengan
kehangatan sebuah keluarga. Rumah itu bahkan tak terurus dan berbalut debu yang
setiap harinya menebal, Tidak ada orang lain apalagi pembantu yang siap
melayani Jieun. Gadis itu hanya tinggal seorang diri, benar-benar seorang diri.
Lalu apa alasan dibalik itu semua ? Entah sejak kapan, Jieun
menjadi gadis yang berbahaya, setiap malam ia akan berteriak kesakitan dengan
alasan yang tidak jelas, mengerang, jari-jarinya mengeluarkan kuku-kuku panjang
dengan aliran darah disekitarnya, matanya panas dan berair. semua itu akan
berakhir saat matahari terbit, menyisakan Jieun dengan luka lebam yang tak
diketahui disekujur tubuhnya. Selalu seperti itu, setiap malamnya. Segala upaya
sudah keluarga Jieun lakukan namun tak ada yang berhasil dari usaha yang mereka
lakukan sampai pada suatu hari ayah Jieun yang putus asa memutuskan untuk
mengasingkan anak gadisnya itu, disebuah rumah tua peninggalan leluhurnya yang
memang menikah dengan orang asing. Tentu Jieun menolak, ia menangis, memohon,
dan meminta belas kasih ayahnya namun semua itu tidak berpengaruh sama sekali
dengan keputusan yang ayahnya ambil. Sejak itu lah Jieun seakan mati rasa, ia
hidup seperti seseorang yang tidak mempunyai nyawa. Melakukan rutinitas yang
sama tanpa bisa mengeluh. Hidupnya hanya diisi dengan buku, musik, melukis dan
kesendirian.
“Hey lihatlah, dia si anak yang misterius itu kan ?”
“Benar, aku belum pernah melihatnya berbicara pada
seseorang”
“Kau ini, dia kan memang tidak mempunyai teman”
“Tapi Jung saem sangat menyayanginya”
“Ah dia itu kan memang selalu cari muka pada setiap dosen”
Jieun masih terus berjalan dengan menundukan wajah, sweater
hitam yang selalu ia kenakan seakan membuat imejnya makin misterius. Ia
melakukan itu untuk menutupi luka lebam yang ia dapat setiap pagi. Buku tebal
Psychology selalu ia bawa kemana pun.
<<>>
Lelaki tampan dengan mobil keluaran terbaru itu menghentikan
mobilnya diparkiran gedung sebuah perguruan tinggi. Ia akan berkuliah disana,
ia akan menjadi mahasiswa pindahan yang menjadi gosip terhangat. Ia seseorang
yang dingin, tampan, dan percaya diri.
Membuka pintu mobilnya, memandang penuh pesona pada gedung
dihadapannya. Membuat beberapa pasang mata para perempuan disekitarnya berbisik
dengan sesekali teriakan heboh. Namja tampan nan tinggi itu bernama Oh Sehun,
ia memakai sebuah kacamata hitam sebelum akhirnya berjalan memasuki gedung.
Sehun sudah terbiasa dengan pandangan memuja yang ia dapat,
wajah dinginnya membuat para mahasiswi yang memandanginya histeris gemas.
Postur tubuhnya yang tinggi tegap lebih cocok menjadi seorang top model dari
pada seorang mahasiswa. Wajah mulus nan putih itu lebih cocok untuk iklan
komestik dari pada menjadi wajah yang dipandangi yeoja haus namja.
Sehun akan keruang rektor, ia bertanya pada seorang yeoja
yang justru tersenyum seperti simpanse kegirangan. Menanyakan dimana ruang
rektor dengan wajah yang masih datar dan dingin. Melangkah pergi tanpa ucapan
terima kasih meski sudah mendapat bantuan dari mahasiswi yang sepertinya tidak
keberatan dengan sikap Sehun itu. Yang justru bertanya dengan tidak masuk akal
pada namja penuh pesona dihadapannya.
“Boleh aku meminta nomor ponselmu ?” dan saat itu pula Sehun
melenggang pergi tanpa sepatah katapun keluar dari mulutnya.
“Yaak ! bodoh kau ini memalukan” yeoja itu mendapat pukulan
kecil dari yeoja disebelahnya. Sehun hanya menyeringai kecil mendengar
pertikaian itu dan masih berjalan dengan tenangnya sampai-
BRUUKK
Seorang yeoja dengan wajah suram itu tergeletak dilantai
seraya meraih buku tebalnya. Yeoja yang ternyata adalah Jieun. Sehun masih
berdiri tanpa rasa bersalah, membuka kacamatanya memandang Jieun yang terlihat
menyedihkan dan berkata-
“Apa kau buta ?” berucap setenang dan sedingin itu tanpa
memberikan bantuan.
Jieun mendongak dan-
DEG
Sehun melebarkan matanya saat matanya dan mata Jieun
bertemu. Menelan salivanya susah payah dan dengan cepat berlalu dari hadapan
Jieun yang mengernyit aneh memandang namja yang menabraknya itu. Mengedikan
bahu dan kembali bangkit.
“Ada apa dengan orang itu ?” gumam Jieun seraya membersihkan
baju bagian belakangnya yang sedikit terkena debu akibat terjatuh.
<<>>
“Jurnal yang kau buat selalu mengesankan Jieun”
“Gamsahamnimda saem” Jieun membungkuk kecil meski ia sedang
duduk.
“Tapi kenapa aku belum pernah melihatmu berbaur dengan yang
lainnya ?”
“Saya bukan orang yang pandai berbaur”
“Tapi cobalah untuk berbaur Jieun, kita ini mahluk sosial
dan tidak mungkin hidup sendirian”
“Ne saem” menjawab ‘iya’ meski ia tidak yakin akan bisa
berbaur karena ia tidak akan bisa membahayakan orang yang dekat dengannya.
“Kalau begitu saya permisi” Jung saem mengangguk.
__
Setelah menemui rektor dan mengurus kepindahannya ke
perguruan ini Sehun memilih untuk mengisi kerongkongannya yang haus dikantin
kampus. Namja itu menyesap jusnya tak karuan, bukan karena haus tapi karena
gadis yang ia tabrak tadi. Apa Sehun menyukainya ? bukan, bukan itu tapi hal
lain.
“Gelap, dia dikelilingi aura gelap” gumam namja itu, Sehun
memiliki indra keenam yang tidak orang lain ketahui, memiliki tingkat
kesensitifan tinggi terhadap hal-hal yang menjurus pada hal ghaib dan mistis.
Lagi, namja itu menyeruput jus kotaknya sampai terdengar
suara kosong.
<<>>
“Bagaimana kabarmu sayang ?”
“Ibu tahu benar keadaanku seperti apa”
Ny Lee justru terisak diujung sana. Naluri seorang ibu tidak
akan pernah bisa jauh dari anaknya. Ny lee selalu menelpon Jieun setiap ia
mempunyai waktu, sekedar untuk mendengar suara Jieun lewat sambungan telepon.
“K kau makan dengan baik kan ?” Jieun mendengar suara serak
itu, kenapa harus seperti ini saat ibunya menelpon ? apa tidak bisa jika tanpa
tangisan dan air mata. Apa tidak bisa bersikap biasa saja dan tak membebani
anaknya.
“Aku makan dengan baik ibu”
“K kau harus belajar dengan baik”
“Aku belajar dengan baik lebih dari siapapun”
“Ibu ingin ka-“
“Ibu”
“Ya sayang ?”
“Aku tutup ya” tanpa mendengar jawaban dari sang ibu, Jieun
memutus sambungan telepon itu, meringkuk dikursi bacanya seraya terisak pelan. Kapan
semua ini berakhir ? sebenarnya apa salah Jieun sampai ia bisa mendapat
penyakit aneh seperti itu ? Apa benar-benar tidak ada orang yang bisa
menolongnya dari semua ini ? bohong jika ia tidak lelah, bohong jika ia tidak
bosan menjalani hari-harinya. Ingin rasanya Jieun mati sungguhan, jika ia hidup
seperti orang mati terus-menerus seperti ini. Ia ingin seperti orang normal
lainnya. Ia benci harus terjaga dengan raungan hebat saat malam seperti
monster.
<<>>
Hari ini hari kedua Sehun berkuliah di perguruan tinggi
barunya. Layaknya mahasiswa biasa, ia datang, mengikuti mata kuliah dan
melakukan rutinitas seperti mahasiswa lain.
“Hai anak baru” Seorang namja bernama Baekhyun menghampiri
Sehun yang tengah membaca seraya duduk diruang kantin yang langsung menghadap
ke taman kampus.
Sehun mendongak.
“Oh Hai”
“Kau jurusan Sastra ?” Sehun mengangguk.
“Kau ?”
“Aku sekelas denganmu bodoh“
“Oh maaf aku tidak tahu”
“Wajar lah kau kan anak baru pasti belum hafal” Sehun hanya
tersenyum seadanya.
“Jadi ?”
“Jadi ?” Sehun justru mengucapkan ulang kata yang Baekhyun
lontarkan.
“Jadi apa alasanmu terus memperhatikan Jieun ?”
“Siapa ?”
“Itu, wanita yang dipojok pohon namanya adalah Lee Jieun si
misterius”
“A aku aku tidak-“
“Jangan harap bisa dekat dengannya” Seolah mendapat ancaman
dari seseorang yang menyukai wanita yang ia tabrak saat itu, Sehun memandang
lain kearah Baekhyun.
“Bukan, kau salah. Aku tidak menyukainya” Baekhyun tahu arti
tatapan itu.
“Dia itu tertutup dan sulit didekati” lanjut namja bernama
Baekhyun.
Sudah ku duga
“Kenapa ?”
“Entahlah, sejak pertama masuk kuliah sampai hari ini dia
belum pernah sekalipun mengobrol dengan mahasiswa lain”
“Bagaimana kau tahu, apa kau selalu mengawasinya ?”
“A aniyo, itu rahasia umum yang kudengar tentang dirinya”
Sehun hanya mengangguk-angguk tak jelas. Sehun teringat saat ia menabrak Jieun,
ia terkejut setengah mati saat mata gadis itu berubah hitam pekat dan tajam.
Sehun melihat ada hal lain yang mengelilingi gadis itu. membuatnya penasaran
dan ingin tahu lebih banyak.
“Lalu jika ia tak pernah mengobrol dengan yang lain
bagaimana jika ia mengerjakan tugas kelompok ?”
“Maksudku dia tak pernah berbaur. Yang ku dengar, ia selalu
mengerjakannya seorang diri, dia itu pintar, dan menjadi kesayangan Jung saem.
Tapi ya begitulah, ia terlihat aneh”
Pasti aura gelap itu
yang membuatnya seperti ini.
“Oh begitu” Baekhyun mengangguk. Sehun menutup bukunya,
meminum jus mangganya sampai tak tersisa dan beranjak dari kursi.
“Kau mau kemana ?”
“Ada sesuatu yang harus kuurus, kalau begitu aku tinggal
dulu ..”
“Baekhyun, namaku Baekhyun”
“Kutinggal dulu Baekhyun-ssi”
“Oh ne”
<<>>
Sehun kini tertarik dengan berbagai buku mistis yang ia
pinjam dari perpustakaan kampus. Membawanya pulang untuk sekedar mencari tahu
lebih banyak dan mengisi rasa ingin tahunya. Ia menjadi seperti ini setelah
melihat yeoja bernama Jieun itu. Ia ingin tahu apa yang mengelilingi Jieun,
apakah sesuatu yang bisa diatasinya atau tidak. Mahluk sebuas apa yang menempel
pada Jieun. Berbagai pertanyaan mengisi pikirannya.
Lembaran demi lembaran diperhatikan dengan seksama oleh
Sehun. Ia tengah membaca buku tentang pengusiran arwah.
__
“ARRGGGHHH ..” Dirumah besar nan kosong itu Jieun menahan
sakit seorang diri. Meraung layaknya serigala terkena panah. Menghancurkan
apapun yang ada didekatnya. Perlahan-lahan kuku-kuku tajam keluar dari
jari-jarinya, aliran darah mulai menguar dietiap sisinya. Matanya memanas bak
air mendidih, air matanya mengalir tak henti.
“ARGGHH ..” Meraung tanpa lelah meski tak akan ada yang
mendengar dan menolong. Malam seakan menjadi neraka bagi seorang Lee Jieun.
Berharap ini cepat berakhir, berharap sinar matahari cepat terbit dan
mengakhiri penderitaan itu. Seperti ribuan jarum yang menusuk-nusuk didalam
tubuhnya, mungkin bisa mati jika Jieun tak bisa bertahan menahan rasa sakit
disekujur tubuhnya.
Ruangan luas dengan ranjang besar berseprei putih
acak-acakan itu mulai tersinari matahari. Bulu-bulu halus yang terkoyak dari
dalam bantal menghiasi pemandangan. Jieun masih tertidur dan tak sadarkan diri
dilantai dengan kemeja besar yang membuatnya terlihat kecil.
Melenguh dan mulai membuka matanya, meringis pelan saat
merasakan badannya terasa nyeri dibeberapa bagian. Selalu seperti itu, Pagi
Jieun diisi dengan ringisan kesakitan yang selalu sama. Gadis itu bangun dan
berjalan gontai menuju dapur dilantai bawah, hanya diisi dengan suara jarum jam
dan keheningan yang memuakan. Menuruni satu persatu anak tangga yang panjang
dan melingkar.
Rasa haus sudah teratasi, menarik kursi dan duduk disana
dengan roti tawar dan selai nanas yang diambilnya dari lemari pendingin.
Menyuapkan perpaduan dari keduanya kedalam mulut, mengunyah pelan seraya
memperhatikan ke sekeliling rumah besar itu. Hening, tentu saja, apalagi selain
keheningan yang bisa Jieun rasakan dan lihat.
<<>>
Namja itu berkeliling dari rak satu ke rak lainnya, banyak
kursi yang bisa ia pakai didalam perpustakaan itu namun bukan tentang kursi
yang tengah dicarinya melainkan gadis bernama Lee Ji Eun. Setelah berjalan
cukup lama, Sehun akhirnya menemukan gadis itu, bersandar disamping jendela
besar dengan headset yang menyumpal dikedua telinganya.
Sehun berniat menghampiri Jieun namun langkahnya terhambat
karena-
“Hai Sehun” nada manja dengan kerlingan menggelikan membuat
wajah Sehun semakin datar.
“Minggir”
“Eiy, galak sekali. Kau mau kemana tampan ?”
“Kau menghalangi jalanku”
“Oh ayolah, bagaimana jika kita ke kantin, akan kutraktir
apapun yang kau mau”
“Aku kaya dan tidak perlu traktiranmu” Merasa terganggu dan
tidak akan berakhir dengan mudah Sehun memilih menerobos kumpulan yeoja centil
itu dan berjalan kearah Jieun.
“Oh Sehun, kenapa pergi begitu saja !?” lihatlah, suara
lembut menggelikan itu berubah cempreng saat Sehun meninggalkan gerombolan para
yeoja kurang kerjaan dibelakangnya.
Sehun sudah berdiri dihadapan gadis yang tengah menuliskan
sesuatu pada bukunya itu. terlihat asik dan tidak menyadari kehadiran Sehun.
Sehun hanya bisa menghela nafas, banyak yeoja yang menginginkannya tapi kenapa
yeoja dihadapannya ini terlihat biasa saja dihampirinya olehnya ? dan
berpura-pura tidak mengetahui kehadiran Sehun disana, itu pikir Sehun.
Mengambil paksa buku yang tengah Jieun gunakan untuk
menulis, membuat yeoja itu mendongak dan melepas kedua headset ditelinganya.
Memandang dengan tatapan tajam itu, tapi kini Sehun sudah memberanikan diri
untuk tak terlihat takut meski tatapan itu berubah hitam pekat dimatanya.
“Kontrol emosimu atau ia akan terus menatapku seperti itu”
Jieun mengernyit. Apa maksud namja dihadapannya itu ?
“Siapa kau ?”
“Boleh aku duduk ?”
“Tidak”
“Baiklah aku akan duduk” mengabaikan jawaban Jieun dan
menarik kursi dari meja dekat jendela itu.
“Sebenarnya apa maumu ?”
“Sudah kubilang tahan emosimu atau dia akan menatapku
seperti itu terus” Sehun mulai risih dengan mata hitam pekat Jieun yang terus
memandangnya. Hanya Sehun yang bisa melihat hal itu, ia tahu jika Jieun marah,
maka mata itu akan keluar. Sehun yang tidak tahan memilih untuk memakai
kacamata hitamnya.
“begini lebih baik” ucap namja itu.
“Aku Oh Sehun dan aku tahu apa masalahmu”
“Aku tidak mengerti”
“Ada jiwa jahat yang mengelilingimu Jieun-ssi”
“Aku sama sekali tidak mengerti apa yang sedang kau
bicarakan”
“Apakah kau mengalami hal aneh ?”
Bagaimana bisa ia tahu
?
“Aku tidak mungkin menceritakan sesuatu pada orang asing”
“Ceritakan saja, aku sangat tertarik dan belum pernah
melihat yang seperti ini”
“Apa hakmu untuk membuatku bercerita ?” Sehun benar-benar
geram dengan sikap dingin dan tertutup yang ditunjukan Jieun. Ia hanya
penasaran dan membuang harga dirinya menghampiri gadis itu untuk mendengar
cerita aneh yang dialami Jieun. Tidak mungkin jika gadis itu tertempel roh
jahat tapi tidak terjadi apa-apa pasti ada sesuatu yang selalu Jieun rasakan
atau alami dan hal itulah yang ingin Sehun dengar.
“Aku bisa membantumu” kalimat pendek yang diucapkan Sehun
seakan memberi harapan kecil bagi Jieun.
“Tapi aku harus tahu dulu apa yang terjadi”
Jieun masih terdiam, memandang Sehun yang masih menunggu
Jieun membuka mulut. Sehun yang tak sabaran hanya bisa menghela nafas. Ia pun
menceritakan dirinya sendiri pada Jieun bahwa ia mempunyai indra keenam, saat
pertama melihat Jieun Sehun melihat ada hal yang aneh, Sehun juga menceritakan
bahwa dirinya sering mengusir roh jahat bersama temannya yang juga memiliki
indra keenam sama seperti dirinya. Namun Sehun belum pernah melihat hal segelap
ini yang menghinggapi Jieun.
“Setiap malam .. “Jieun mulai membuka aibnya, berharap jika
Sehun benar-benar bisa menolongnya dan bukan mencoba untuk bermain-main
dengannya.
Sehun masih memperhatikan dengan seksama cerita yang tengah
Jieun ungkap padanya.
“Mengerikan” satu kata yang keluar dari mulut Sehun setelah
mendengar semua penuturan Jieun. Jieun hanya bisa menunduk.
“Sangat” ucap Jieun.
“Tapi tenang aku akan menolongmu”
“Kenapa ?” Tanya Jieun kembali memandang namja dihadapannya.
“Aku tipe orang yang penasaran terhadap sesuatu yang belum
pernah ku temui sebelumnya”
“Jadi kau menolongku karena rasa penasaran ?” Sehun
mengangguk mantap.
“Kau orang yang aneh”
“Kau lebih aneh”
“Aku tahu itu”
“Baiklah, aku akan memperkenalkan temanku padamu nanti”
“Datang saja kerumahku” Jieun menuliskan sesuatu, merobek
kertas itu dan menyerahkannya pada Sehun.
“Ini alamat rumahku”
“Baiklah” Sehun menerima secarik kertas pemberian Jieun,
membacanya sekilas dan pergi begitu saja. Jieun masih menatap sampai Sehun tak
terlihat lagi. Kembali menuliskan sesuatu pada bukunya.
<<>>
Dua lelaki tinggi itu berdiri disebuah bangunan besar dengan
halaman luas namun terlihat tidak terurus, dindingnya dipenuhi tumbuhan
merambat, rumput mulai meninggi dan menjalar tak karuan, dedaunan kering dari
pohon diatasnya memenuhi halaman bangunan itu.
“Kau yakin ini rumahnya ?” tanya salah satu dari kedua namja
itu, namja dengan nama Kim Myungsoo. Rekan dari Sehun yang ia ceritakan pada
Jieun.
“Betul ini rumahnya” jawab Sehun seraya menatap kertas kumal
yang sudah rikes pemberian Jieun.
“Kalau begitu ayo kita masuk”
Sehun menekan bel yang terlihat sudah tak berfungsi, memilih
mengetuk pintu yang terlihat antik didepannya.
“Assh bodoh, kenapa aku tidak meminta nomor ponselnya” gumam
Sehun kesal karena ketukan itu tidak mungkin terdengar dilihat dari betapa
besarnya rumah itu.
Myungsoo hanya bisa memandang Sehun datar.
“Kalian mencari siapa ?” Suara halus seorang gadis seketika
membuat dua lelaki itu berbalik, sedikit terkejut melihat kehadiran orang yang
mereka cari tengah berdiri dengan sekantung belanjaan.
Jieun termenung sejenak memandang bergantian lelaki didepan
pintu rumahnya itu tanpa mengucapkan apapun.
“Masuklah” Jieun melewati mereka berdua, membuka pintu yang
berdecit menggunakan kunci yang ada disakunya.
“Dia kah orangnya ?” bisik Myungsoo, Sehun mengangguk.
“Kau lihat kan auranya sangat gelap”
“Dia manis” Sehun melirik malas temannya itu.
“Fokus lah bodoh” Myungsoo hanya tersenyum lebar.
__
Mata Sehun dan juga Myungsoo
tak lelah memandang isi rumah Jieun yang lebih pantas menjadi museum pra
sejarah, bangunan khas eropa yang sering mereka tonton difilm-film asing
kerajaan inggris.
“Dia tinggal seorang diri ?” tanya Myungsoo memastikan.
Sehun memang sudah menceritakan semuanya tapi Myungsoo tidak yakin apakah bisa
seorang gadis tinggal seorang diri dibangunan sebesar ini ? apa ia tidak takut
?
“Itu yang dia bilang padaku”
“Daebak”
“Tapi kau juga melihatnya kan ?” Myungsoo mengangguk.
“Iya aku melihatnya, sesuatu yang sangat gelap”
Jieun datang dengan dua cangkir teh yang dibuatnya, membuat
dua namja itu langsung membungkam mulut. Hanya memandang gadis itu yang
berjalan anggun kemudian meletakan cangkir-cangkir itu dimeja bundarnya.
“Silahkan diminum” ucap Jieun lalu mendudukan dirinya. Sehun
memandang Myungsoo sejenak kemudian dua namja itu meraih cangkir berisi teh
dihadapannya dan meminumnya sedikit.
“Ini teman yang kuceritakan Jieun-ssi” ucap Sehun
memperkenalkan Myungsoo.
“Perkenalkan namaku Kim Myungsoo” ucap Myungsoo dengan
uluran tangan namun tak disambut oleh Jieun membuat namja itu menarik kembali
tangannya canggung. Sehun terkekeh pelan melihatnya.
“Kau pasti sudah mendengar tentangku dari Sehun” Myungsoo
mengangguk malas, sedikit kesal karena sambutan tangannya tak disambut baik
oleh Jieun.
“Jadi sekarang apa yang harus kulakukan ?”
“Aku telah menyelidiki dari gejala yang kau ceritakan,
perkiraanku adalah sesuatu yang ada dalam dirimu bukan sesuatu yang mudah untuk
dihilangkan” jelas Sehun.
“Aku tahu karena sudah puluhan orang yang berusaha
menyembuhkanku namun tidak berhasil”
“Aku dan Myungsoo akan menginap malam ini”
“MWO !?” ucapan Sehun justru membuat Myungsoo memandang
namja itu tak percaya, Sehun tak mengatakan apa-apa padanya sebelumnya.
“Kalian akan mati jika disampingku saat malam” ucap Jieun
dengan reaksi yang terlampau biasa. Sama sekali tak terkejut dengan ucapan
Sehun yang berencana menginap, Jikalau dua namja itu berniat tak baik padanya,
Jieun tak pernah khawatir karena saat malam bukan dirinyalah yang menguasai
tubuhnya tapi mahluk buas yang tak ia ketahui. Yang bisa membuat siapapun mati
jika didekatnya.
“Kau tidak perlu khawatir, kami akan menjaga diri kami
sendiri dan juga membantumu tentunya”
“Tidak, Oh Sehun ! dia .. bukan .. yang ada didalam dirinya
terlalu berbahaya !” Myungsoo sama sekali tidak setuju, rencana Sehun sama saja
membahayakan nyawa mereka berdua. Jieun diam dan hanya memperhatikan dua namja
didepannya yang berbeda pendapat.
“Myung ayolah, aku sudah memperhitungkan semuanya, lihat !
semua peralatan kita ada disini. Jadi kau tenang saja” Sehun menunjukan
peralatan yang telah ia bawa dalam tas punggungnya. Myungsoo hanya bisa
mendengus.
“Awas kalau kau membahayakanku”
“Calm down”
“Jadi ?” tanya Jieun. Sehun dan Myungsoo berpandangan
sejenak sebelum akhirnya menjawab mantap.
“Kami akan menginap” koor keduanya.
<<>>
Pukul lima sore, matahari perlahan mulai kembali
keperadabannya. Kini dua namja itu sibuk mengikat Jieun dengan rantai besi
tebal disebuah kursi. Mengeluarkan berbagai alat dari dalam tas punggung Sehun.
Beberapa lilin berwarna merah sudah Myungsoo letakan mengelilingi Jieun. Sebuah
tanda bintang sudah dibuat Sehun menggunakan benang putih yang berada tepat
dibawah kursi Jieun.
“Jieun-ssi aku sarankan kau jangan melupakan dirimu” saran
Myungsoo.
“Maksudmu ?”
“Berusahalah melawan hal jahat itu, jangan sampai ia
merubahmu”
“Kau tidak tahu betapa menderitanya aku selama ini, keadaan
yang mulai merubahku”
“Itu akan membuat ia menang, kau harus selalu mengingat
orang-orang yang menyayangimu” ucap Sehun.
“Aku bahkan tidak tahu ada orang yang benar-benar
menyayangiku atau tidak” Myungsoo dan Sehun berpandangan sejenak dan kembali
mempersiapkan peralatan mereka.
“Tentu ada, pasti ada, kau hanya perlu mempercayainya”
lanjut Sehun.
“Haruskah kalian mengikatku seperti ini ?”
“Kami tidak ingin mengambil resiko besar jika tidak
mengikatmu seperti ini” jawab Myungsoo.
“Hanya kalian harapanku satu-satunya” ucap Jieun dengan mata
berkaca-kaca. Lagi, dua namja itu berpandangan sejenak.
“Kami akan berusaha” balas Sehun.
Setelah selesai mempersiapkan semuanya, dua namja itu keluar
dari kamar Jieun untuk sekedar membuat kopi. Kembali duduk diruang tengah
seraya menyesap kopi yang mereka buat.
“Dia sangat menyedihkan” ucap Myungsoo, Sehun hanya bisa
mengangguk.
“Kurasa dia hebat bisa bertahan selama ini”
“Benar, roh jahat itu pasti semakin membuatnya frustasi dan
siapapun orangnya pasti akan memilih bunuh diri dari pada hidup seperti ini”
Sehun kembali mengangguk, setuju dengan ucapan kawannya itu.
Waktu
terus berjalan, detik demi detik mulai beranjak menuju angka enam yang berarti
matahari akan benar-benar tenggelam.
Mata
itu mulai memanas dan kukunya mulai memanjang perlahan. Jieun mulai kembali
berubah, lamat-lamat badannya seperti dihujani tusukan kecil.
"AAARRGGHH"
teriakan keras itu membuat Myungsoo dan Sehun langsung menuju lantai atas
dimana kamar Jieun berada.
Mereka
berdua masuk dan terdiam saat tubuh Jieun diam dengan kepala menunduk,
rambutnya menjuntai kedepan menutupi wajahnya.
"Siapa
kau ?" tanya Sehun. Tidak ada jawaban namun hanya suara cekikikan yang
keluar dari Jieun.
"Apa
Mau mu ?" kini giliran Myungsoo yang bertanya.
"Aku
ingin jiwa gadis ini" suara itu berat dan serak, membuat siapapun yang
mendengarnya merinding.
"Kau
tidak berh-"
"DIAAAMM
!" hampir saja Myungsoo serangan jantung dengan teriakan itu.
"Kau
pergi atau kami akan mengenyahkanmu" Jieun justru tersenyum Remeh, mulai
menegakan kepalanya perlahan. Menatap setajam pedang dengan mata sepekat tinta.
Dua
namja itu sedikit gentar.
"Pergilah
atau kubunuh gadis ini" ancam roh yang ada pada tubuh Jieun.
"Kau
tidak akan bisa membunuhnya" ucap Sehun. Jieun memiringkan kepalanya.
"Benarkah
?" tanya Jieun menyeramkan. Dan-
"Myung
cepat tutup matanya !" seru Sehun, dengan gesit Myungsoo berlari kearah
Jieun dan menutup matanya dari belakang. Sedangkan Sehun mengeluarkan kertas
kecil dari dalam sakunya dan mulai membacanya.
Kursi
yang diduduki Jieun mulai bergetar hebat, tangan itu bergoyang-goyang meminta
lepas dari rantai yang membelitnya. Memberontak semakin menjadi-jadi saat Sehun
terus membaca tulisan pengusir roh dikertas itu.
"AAARGGHH
.." raungan Jieun semakin keras.
Darah
segar perlahan-lahan keluar dari celah-celah tubuh Jieun.
"Sehun
! Dia tidak akan bertahan !" Seru Myungsoo. Sehun menatap sejenak Myungsoo
namun kembali membaca tulisan itu. Keringat mulai keluar dan membasahi dahinya.
BRAAAKK
Satu
tangan kanan Jieun berhasil lepas dari jeratan rantai dikursinya.
"Aaarrrghh
.." tangan itu mencekik Myungsoo.
"Seh
.. hun !" Myungsoo dengan suara tercekat masih memanggil Sehun.
"Georoluss
!" seru Sehun mengakhiri membaca mantranya. Dan Jieun tak sadarkan diri,
tangan yang mencekik Myungsoo pun berangsur melemah dan terlepas. Laki-laki itu
menghirup udara dalam-dalam. Kuku-kuku Jieun kembali normal, matanya tidak lagi
hitam, hanya tersisa darah yang menempel dibeberapa bagian tubuhnya.
"Kau
gila !" pekik Myungsoo dan menatap tajam Sehun. Mengusap pelan lehernya
yang tertusuk kuku Jieun dibeberapa bagian mengakibatkan darahnya keluar.
"Kau
tahu aku harus menyelesaikan mantra ini atau kita akan benar-benar mati"
jelas Sehun.
"Dia
hampir saja membunuhku !"
"Oh
ayolah Myung kita sudah mengalami yang seperti ini belasan kali"
"Tapi
tidak separah ini"
"Oke
oke yang terpenting kita selamat" Myungsoo mendengus pelan.
"Haruskah
kita melepaskannya ?" tanya Myungsoo yang melihat Jieun pingsan
dikursinya.
"Tidak,
tunggu sampai fajar"
"Yaak,
kau tidak kasihan padanya eoh ? Kita sudah berhasil, roh itu sudah pergi"
"Dengar
saja kataku atau kita bisa mati malam ini"
"Baiklah-baiklah"
Kini,
dua namja itu mengambil kursi dan duduk dihadapan Jieun yang tidak berdaya.
Memperhatikan gadis dihadapannya takut-takut kembali berubah, jika Sehun
berhasil harusnya Jieun sudah terbebas dan tidak kembali berubah.
Malam
semakin gelap dan jarum jam pun berangsur naik. Pukul 01.00 dini hari, angin
berhembus menusuk kulit. Sehun tertidur dan Myungsoo yang berjaga dengan mata
yang mulai layu. Berat dan ingin sekali terpejam. Sesekali menguap lebar,
meneguk kopinya yang mulai habis.
Jieun
mulai bergerak, mengangkat kepalanya yang bersender pada bagian senderan
punggung. Mengerjap pelan.
"Jieun-ssi
kau sudah sadar ?" tanya Myungsoo yang melihat Jieun bergerak. Jieun
mengangguk lemah.
"Apa
yang terjadi padaku ?" Jieun masih terlihat pusing.
"Kau
mengamuk dan hampir membunuhku"
"Benarkah
?" Myungsoo mengangguk.
"Tapi
bisakah kau melepaskan ikatan ini ?"
"Tapi
Sehun melarangku mel-"
"Tanganku
sakit Myungsoo-ssi" Myungsoo tidak tahu harus berbuat apa. Wajah Jieun
terlihat letih dan membuatnya kasihan, pasti pegal duduk sepanjang malam
disebuah kursi seperti itu.
"Baiklah"
Myungsoo beranjak dari kursi namun-
"Tidak
Myung" sebuah genggaman tangan menghentikan langkah Myungsoo. Dan itu
adalah Sehun.
"Sehun-ssi"
panggil Jieun.
"Maaf
Jieun-ssi, tapi aku tidak bisa. Tunggulah sampai fajar"
"AKU
INGIN KAU MELEPASKANKU !!" suara Jieun berubah, matanya kembali menggelap
dan tubuhnya memberontak. Tangan kanan yang bebas itu menocba melepaskan tangan
kirinya yang terikat rantai.
"Myung,
siram dia dengan air suci !" pekik Sehun dan byur. Myungsoo menyiramkan
sebotol air tepat dikepala Jieun membuat gadis itu kembali tak sadarkan diri.
"Oh
ya tuhan.." Myungsoo menghembuskan nafasnya lega.
"Apa
roh itu masih ada ?" tanya Myungsoo.
"Entahlah,
kurasa kita hanya perlu menjaganya sampai fajar dan melihat apakah Jieun akan
kembali mengalami hal ini keesokan malamnya"
<<>>
Setelah
hampir satu Minggu, Jieun dinyatakan sembuh, ia benar-benar telah terbebas dari
roh jahat yang mengelilinginya. Sehun memberitahukan Jieun jika ia selalu
mendengar bisikan dari roh jahat itu. Bisikan yang entah apa artinya, bisikan
yang berkata 'vallum' dan saat itulah Jieun tahu, apa dan kenapa ia seperti
ini.
"Vallum
adalah Jun Ki"
"Jun
.. Ki ?" ulang Myungsoo.
Jieun
mengangguk. Jun ki adalah pria yang menyukainya saat ia SMP. Pria 20 tahun yang
aneh, jarinya dipenuhi cincin berbentuk tak biasa, ia selalu mengenakan pakaian
hitam. Pria itu pernah datang kerumah Jieun dan berbicara pada orang tua Jieun
bahwa ia menyukai Jieun dan berniat mempersuntingnya. Kaget, tak mengerti, dan
tiba-tiba. Hal itulah yang dirasakan orang tua Jieun kala itu yang membuat
mereka tak segan-segan menolak Jun Ki dengan berbagai alasan. Tentu saja, orang
tua mana yang Mau anaknya yang masih SMP rela dinikahi orang asing yang aneh
seperti Jun Ki.
"Mungkin
dia yang membuat mu seperti ini" ucap Myungsoo.
"Entahlah,
yang kutahu ia orang yang aneh"
"Jun
Ki .." Sehun menggumamkan nama yang Jieun sebut itu. Seketika itu juga dua
namja itu berpandangan yang membuat Jieun mengernyit.
"Apa
nama lengkapnya Ok Jun Ki ?"
"Aku
tidak tahu nama panjangnya"
"Sehun"
lirih Myungsoo.
"Iya
benar Myung, Jika pria itu adalah Ok Jun Ki berarti ini memang ulahnya"
"Wae
? Siapa itu Ok Jun Ki ?" tanya Jieun.
Sehun
dan Myungsoo mulai menjelaskan pada Jieun. Ok Jun Ki dikenal sebagai pemimpin
aliran hitam. Rumor yang beredar bahkan mengatakan jika pria itu tidak
bertambah tua, mengadakan pertemuan secara sembunyi-sembunyi dan merekrut orang
untuk menjadi pengikutnya. Banyak juga kabar burung yang mengatakan jika
perkumpulan itu sangatlah berbahaya dan mengerikan.
"Jadi
benar namja psycho itu yang membuat hidupku seperti ini"
"Mungkin"
jawab Sehun.
"Tapi
terimakasih atas bantuan kalian aku bisa sembuh"
"Sama-sama
Jieun-ssi" jawab Myungsoo dengan senyuman lebar.
"Dan
untukmu Sehun-ssi, terimakasih atas rasa penasaranmu"
"Mwo
?"
"Jika
bukan karena hal itu kau mungkin tidak akan menolongku" Sehun hanya
tersenyum seadanya. Itu memang benar, bukan rasa kasihan tapi karena rasa
penasaran ia menolong Jieun. Ingin tahu seperti apa roh yang ia rasakan pada
saat pertemuan awalnya bersama Jieun.
"Sehun
memang seperti itu Jieun-ssi"
Pletak
Pukulan
ringan itu mendarat tepat di dahi Myungsoo. Jieun hanya tersenyum melihatnya.
"Kau
manis saat tersenyum" koor kedua namja itu tanpa sadar. Membuat Jieun
kembali tersenyum.
<<>>
Gadis
itu gemetar, jantungnya memompa lebih cepat, peluh membasahi dahinya, sorot
matanya memperlihatkan kekhawatiran, lidahnya kelu tak tahu harus berucap
seperti apa.
"Hai
manis" senyuman itu, Jieun masih mengingatnya, meski sudah lama berlalu
namun tak tampak banyak berubahan.
"J
Jun Ki .."
The end
wahhh akhirnya bisa comment juga di blog kamu, mian aku selama ini jadi silent readers sebenarnya udah lama pengen comment tapi selalu gak bisa, soalnya kalo lewat hp susah commennya heheeh
ReplyDelete#curhat
suka banget sama ff yang misteri2 kayak gni heheeh
ffnya daebak di tunggu ff selanjutnya
Curhatnya bnyak bgt keke tp ga pp kok.
DeleteWaah makasih udh suka :)
Daebakkk 😀
ReplyDeleteKeren👍pasti terinspirasi the conjuring?😊junki nya ada lgi tuh, gmn dong😨😱
Iya bener:D the conjuring kren tuh film.
DeleteGimana y .. imajinasiin aja sendiri wkwk