Drabble
Lee Ji Eun [IU]
Di khianati, siapa yang tidak akan terluka jika itu terjadi.
Bahkan kami akan melangsungkan pernikahan satu Minggu kemudian. Bahkan wajah
ini berseri saat mencoba memakai gaun putih idaman setiap wanita itu. Menyesali
semuanya, menangis, bukan untuk pria itu tapi menangis untuk kebodohan diri
yang bahkan sudah terluka namun masih memikirkannya. Kenapa begitu bodoh ,
kenapa hati ini begitu naif untuk masih memikirkan orang yang telah
menduakanmu.
Berkali-kali air mata ini mengalir dan jatuh tidak akan bisa
menghapus semuanya, kenangan manis dan pahit diakhir. Kenapa meski sudah
menjauh dan pergi namun hati ini masih saja menemukan bayangannya dimanapun ?
apa sesulit ini untuk melupakan seseorang ? apa sesulit ini mengenyahkan panah
yang sudah tertancap terlalu dalam. Apa dia sadar begitu mudahnya menduakanku ?
apa perasaannya terbuat dari batu ? apa ia gila melakukan hal itu disaat
semuanya hampir berakhir dipelaminan ? semua berputar diotaku.
Kembali meneteskan ungkapan dari hati yang terluka. Jika
saja hati dapat berbicara, akan seperti apa ia sekarang ? Jika saja hati dapat
berteriak, akan seperti apa amarahnya ?
Apakah ini cinta yang sesungguhnya ? apa mungkin memang
selalu seperti ini ? manis dan pahit diakhir, apa harus selalu seperti itu ?
Hati yang sakit tapi kenapa berimbas pada semuanya ? lihat
mata sembab itu, wajah pucat yang tak berseri itu, kulit kusam itu dan hati
yang remuk meski tak tampak itu. Jieun ingin, ia amat sangat menginginkan hal
itu, jika saja ia bukan lagi manusia, ia ingin berteriak pada namja itu meski
tak akan didengar. Meski tak akan ditanggapi, meski akan diacuhkan setelah
semuanya. Jieun menginginkannya sekali saja. Mengeluarkan semua penyakit yang ada
dihatinya pada namja itu agar ia tahu tapi apa ? sekarang yang ia lakukan adalah
bepergian seorang diri, disaat dirinya rapuh.
Seperti pengecut yang akan
bersembunyi dari balik tempat dan berharap semuanya akan berakhir tanpa harus
ikut campur padahal ia lah sumber masalah itu.
Mengenakan sweater tebal dengan melempar kerikil kecil pada
hamparan laut luas dihadapannya. Jieun hanya bisa melakukan semua hal
menjemukan itu tiap hari.
“Selamat ..”
“Selamat Lee Jae Jin, kau benar-benar berhasil
menghancurkanku” Lihat, hanya mengucapkan namanya saja lagi-lagi membuat air
mata berharga Jieun kembali menetes. Jatuh pada karang-karang dengan permukaan
kasar, seolah sama seperti Jieun yang jatuh terlalu dalam pada keputusasaan.
Entah akan berapa lama Jieun benar-benar bisa melupakan namja dengan senyum
manis itu. entah harus berapa tahun semua ini akan berakhir. Berbeda jika semua
ini hanya cinta picisan, berbeda cerita jika ini hanya cinta monyet. Ia adalah
cinta pertama, namja pertama, orang pertama, dan orang terlama yang ada
disamping Jieun. Bagaimana akan mudah untuk melupakan orang seperti itu ? Jika
diibaratkan seperti nafas yang menyatu ditubuhmu. Bagaimana cara untuk
melepaskannya ? jika kau tahu hanya matilah cara satu-satunya.
Apa Jieun harus mati ?
Jangan katakan itu hal bodoh karena kau tidak tahu betapa remuknya
berada diposisi Jieun saat ini.
Lembaran baru sudah tidak bisa dibuka karena Jieun tepat
dilembaran paling akhir. Bagaimana ia bisa memulai kehidupan dari awal tanpa
lelaki itu ? Kenyataan tak akan semudah ungkapan motivasi diseminar, tak akan
semudah kata mutiara yang ditujukan kepadamu, Kenyataanya memang tak akan
semudah sesuatu yang abstrak.
Fin~
Comments
Post a Comment