Hospital Secret


Cast    : Lee Jieun (IU), Song Min Ra (oc), etc. 

Genre : Mistery, Thriller.

Length : Oneshoot.

Cerita ini terinspirasi dari cerita urban legend yang pernah admin baca. Tahu kan urban legend ? ituloh mitos dari mulut ke mulut yang biasanya ada disuatu daerah tertentu. #banyakomongnih -_- Oke langsung aja eh mian kalo banyak typo , Check It Out ..


Jieun baru tiga hari menjadi perawat magang dirumah sakit Dong Dun. Rumah sakit dikota kecil bernama Seok Ma. Entah apa yang membuat gadis itu justru ditempatkan dikota kecil seperti ini, bukan seperti yang diharapkannya, magang di rumah sakit terkenal di Seoul. Mungkin nasib malang sedang menimpanya sehingga bisa ditempatkan dikota kecil itu. Namun Jieun tidak sendirian, ada satu lagi temannya yang juga magang disana, yeoja bernama Song Min ra. 

"Ji .."

"Hmm .." Jieun mendongak menatap temannya itu.

" Bulgogi ini enak sekali ya" Jieun mengangguk mantap. Ia akui makanan ini sangat enak tak heran kedai yang ia kunjungi itu selalu ramai oleh pengunjung. Kedai sederhana tak jauh dari rumah sakit. Selain itu harganya juga terjangkau, membuat banyak orang memilih mengisi perut mereka dikedai itu.

"Setidaknya masih ada makanan enak disini" ucap Jieun dan kembali menyuapkan seiris daging bernama bulgogi itu kedalam mulutnya, mengunyah pelan menikmati kelembutan dan bumbu yang meresap pas dalam dagingnya.

"Eh kau tahu"

"Tahu apa ?"

"Kemarin ada pasien yang meninggal lagi loh"

"Bukankah memang akan selalu ada yang meninggal dirumah sakit, wajar kan ?"

"Iya juga yah"

"Aissh dasar kau ini"

Setelah jam istirahat usai, dua yeoja itu bergegas kembali kerumah sakit. Kembali menjalani rutinitas sebagai perawat magang.

"Jieun !" panggil salah satu pimpinan yang bertanggung jawab atas semua anak magang dirumah sakit itu.

"Ya pak"

"Tolong kemari, bantu aku mendorong mayat ini keruang mayat"

"Baik pak" Jieun pun bangkit dan sedikit berlari menuju pimpinannya itu. Ia dan juga pimpinannya bernama Jung Sal Woo itu mendorong mayat yang sudah tertutupi selimut menuju ruang mayat.

"Apa kau tidak takut ?" tanya Sal Woo disela-sela kegiatan mereka.

"Ahaha, untuk apa takut, sebagai perawat aku harus bisa membiasakan diri kan pak ?"

"Benar, mayat hanya seonggok daging yang sudah tidak berharga jadi untuk apa takut" Jieun hanya tersenyum kecil menanggapi perkataan namja berusia 30 tahunan itu. Masih mendorong ranjang beroda itu menuju ruang mayat.

Kenapa orang ini berkata seperti itu, tetap saja mayat pun harus diperlakukan baik kan?

***

“Yaak kenapa dengan wajahmu itu ?” tanya Min Ra melihat Jieun kembali dengan wajah ditekuk seraya membawa bungkusan kantong plastik kecil.

“Ige” Jieun menyodorkan kantong plastik ditangannya kehadapan Min Ra.

“Ige myowa ?” tanya Min Ra.

“Sesuatu yang pasti kau sukai” Min Ra pun mengambil bungkusan itu dan membukanya. Matanya berbinar saat mendapati makanan yang sangat ia sukai dikota kecil ini. Oh tumben Jieun baik padanya ?

“Wooaah, gomawo Jieun-a !” Jieun hanya mengangguk kecil dan berlalu dari hadapan Min Ra.

___

_

-

Hari demi hari dijalani Jieun juga Min Ra dengan rutunitas yang tak terlalu melelahkan. Rumah sakit itu tidak terlalu banyak menangani pasien, juga tidak sering menangani penyakit-penyakit yang serius. Terbilang santai dan mengalir.

Namun Jieun serasa terganggu dengan satu hal yang terkait dengan rumah sakit itu. Membuatnya penasaran dan sering terlihat melamun.

"Hoy !"

"Oh ya ampun, Song Min Ra kau menganggetkanku bodoh !"

"Aheheh .. Maaf, kau sedang memikirkan apa sih ?" tanya Min Ra penasaran. Ia mengikuti duduk disamping Jieun yang berjajar kursi tunggu disisi koridor rumah sakit.

"Kurasa ada yang janggal Min ra-ya"

"Mwo maksudmu ?"

"Dengar, bukankah dirumah sakit ini hanya memiliki pendingin mayat 30 buah"

"Uhm setahu juga begitu, lalu ?"

"Kemarin aku memasukan satu lagi mayat dan masih tersisa satu buah pendingin kosong padahal sebelumnya semua pendingin itu penuh, itu artinya ada satu mayat yang hilang kan ?" 

"-dan kuperhatikan selalu ada saja pendingin yang kosong padahal sebelumnya penuh" lanjut Jieun.

"Aih kau tidak tahu prosedur dirumah sakit ini ya ?" Jieun mengernyit tak paham dan Min Ra pun melanjutkan perkataannya.

"Disini, jika dalam 10 hari keluarga dari si mayat tidak ada yang mengambil mayat tersebut maka pihak rumah sakit akan menguburkannya jadi itu lah kenapa selalu ada mayat yang berkurang dari dalam pendingin, pihak rumah sakit melakukan hal itu karena terbatasnya pendingin mayat"

"Oh jinjja ?" Tanya Jieun. Min Ra mengangguk lagi.

"Tapi, aku pernah melihat hal aneh lainnya"

"Apa lagi ?"

"Aku pernah melihat mobil ambulans pembawa mayat melintas ke arah selatan bukankah pemakaman rumah sakit diarah yang berlawanan ?"

"Kau yakin mereka membawa mayat ?"

"Tentu, aku melihatnya sendiri saat aku kembali ke rumah sakit pada jam 9 malam karena menyadari ponselku tertinggal, dan saat itu aku melihat beberapa staf dan pak Sal Woo membawa mayat dan memasukannya kedalam ambulans tapi selanjutnya aku melihat dari balik jendela, mereka kearah yang berlawanan dengan pemakaman"

"Ya ampun Jieun jangan berfikiran sempit seperti itu, bisa saja kan mereka mendapat telepon dari pihak keluarga mayat untuk membawakan jenazah yang meninggal itu"

"Ah .. Benar juga sih tapi-"

“Sudahlah, kita hanya perawat magang, tidak baik jika ikut campur apalagi berfikiran negatif seperti itu” Min Ra mencoba menasehati temannya itu. Jieun hanya mengangguk mengerti tapi sejujurnya Jieun belum terlalu puas dengan semua ini. Rasa penasaran terus saja mengganggunya.

***

"Ya ampun kenapa penuh sekali !?" gerutu Min ra saat datang ke kedai yang biasa ia kunjungi dijam istirahat makan siang. Hampir semua meja penuh dan tak ada lagi meja kosong yang tersisa.

"Sudahlah kita kembali saja, aku membawa bekal roti bakar kok, cukup untuk kita berdua"
Min Ra membuang nafas kesal namun kemudian menyetujui ide Jieun untuk kembali kerumah sakit dan memakan bekal yang Jieun bawa. 

---

Sampai pada lobi rumah sakit, Jieun dan Min ra seakan tertarik dengan keributan kecil yang terjadi disana.

“Apakah rumah sakit ini berbohong padaku hah !?”

“Tenang dulu bu, kita bisa membicarakannya dengan baik-baik dan kepala dingin”

“Tidak ! Biar saja, biar saja semuanya tahu jika ada yang tidak beres dengan rumah sakit ini !”

“Ji kenapa dengan ibu itu ?” bisik Min Ra.

“Entahlah, kita lihat saja dulu” balas Jieun dan masih berdiri tak jauh dari keributan itu. Terlihat pasien lain pun memperhatikan ibu-ibu itu dan si wakil pimpinan rumah sakit Dong Dun.

“Mari bu, kita bicarakan diruangan saya saja” Bujuk sang wakil pimpinan, dengan raut yang masih kesal akhirnya ibu itu pun menyetujuinya.

Yah sayang sekali kita tidak bisa melanjutkan melihat tontonan itu”

“Aiish kau ini, sudah ah ayo kita makan, aku lapar Jieun” gerutu Min Ra pada Jieun.

***

Jieun tengah duduk di sebuah taman depan rumah sakit, ia tahu jika pikirannya tentang rumah sakit ini benar, pasti ada hal yang tidak beres.

Mata Jieun melebar saat ia melihat ibu-ibu yang marah tadi berjalan keluar rumah sakit dan melewatinya.

“Oh Nyonya, Tunggu dulu !” reflek Jieun mengangkat tangan, membuat ibu-ibu itu menoleh kearahnya. Jieun pun bangkit dan berlari kecil kearah nya.

“Ne ada apa agasshi ?”

“Annyeong, bisakah kita berbicara sebentar ?”

“Untuk apa ?”

Saya hanya ingin memperjelas tentang masalah yang nyonya keluhkan pada rumah sakit ini, mungkin saya bisa membantu”

“Oh ne Tentu saja” tanpa penolakan ibu itu pun menyetujuinya. Duduk bersama Jieun ditaman yang tak terlalu luas itu.

Ibu itu pun mulai bercerita, ia bercerita tentang anaknya yang meninggal dirumah sakit Dong Dun, ia terlambat mengetahui anaknya telah meninggal dirumah sakit itu. saat ia datang dan ingin membawa mayat anaknya pihak rumah sakit  mengatakan jika anaknya sudah disemayamkan dipemakaman umum milik rumah sakit dan menjelaskan prosedur yang ada dirumah sakit tersebut namun saat pihak keluarga sang ibu mencoba kembali menggali kuburan anaknya guna memindahkan jasad anaknya ke pemakaman Seoul, mereka tidak mendapati apa-apa disana. Hanya tanah dan tanah yang terlihat, sama sekali tidak ada mayat anaknya bahkan tulang pun tidak ada. Hal Itu membuat sang ibu heran, kenapa tidak ada jasad anaknya disana ? bukankah pihak rumah sakit bilang bahwa anaknya telah dikuburkan disana ? Karena penasaran dan sedikit kesal ibu itupun mendatangi rumah sakit untuk mendapat penjelasan selanjutnya.
Mendengar cerita itu Jieun kembali pada spekulasi yang ada dipikirannya.

“Lalu apa pembelaan yang rumah sakit katakan pada nyonya ?”

“Mereka bilang, mungkin mayat itu digali anjing liar atau semacamnya karena memang banyak kejadian seperti itu disini, apalagi dibelakang kota ini kan  ada sebuah gunung dengan hutan yang lebat, kemungkinannya sangat besar mayat hilang dibawa binatang buas”

Aniyo, tidak mungkin. Kemungkinannya mungkin memang mayat itu tidak pernah dikuburkan disana.

“Apa makam anak nyonya terlihat berantakan seperti ada galian binatang buas ?”

“Itu yang saya herankan, jika memang dimakan binatang buas pasti makam anak saya berantakan tapi tidak, makam itu utuh dengan gundukan tanah yang masih rapi” Jieun mengangguk kecil, tatapannya menerawang seakan sedang memikirkan sesuatu.

“Baiklah agasshi saya pulang dulu”

“Oh, kalau begitu terima kasih atas penjelasannya. Saya akan mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi karena saya juga belum lama magang dirumah sakit ini”

“Oh benarkah ?” Jieun mengangguk.

“Saya juga berasal dari Seoul” lanjut Jieun.

“Oh begitu”

“Tapi bolehkah saya meminta nomor telepon anda ?”

“Tentu, tentu saja agasshi”

Jieun dan ibu itu saling bertungkar nomor telepon sebelum akhirnya ibu itu pergi.

***

Waktunya pulangpun tiba, Jieun selalu barjalan bersama Min Ra, melewati beberapa rumah dan tentu saja selalu melewati kedai bulgogi itu jika ingin sampai pada rumah kecil yang mereka sewa selama magang di Seok Ma. Min Ra sibuk bergumam tak jelas karena lagu yang ia dengar dari headsetnya sedang Jieun hanya berjalan santai dengan sesekali menendang kerikil kecil. 

“Yah tutup”

“Apanya ?” Jieun menoleh kearah Min Ra.

“Itu kedai itu” ucap Min Ra menujuk dengan bibirnya kearah kedai yang selalu ramai itu.

“Memang kalau malam selalu tutup kan ?”

“Iya sih, tapi kenapa coba harus tutup jika malam, bukankah pengunjungnya selalu ramai, jika saja mereka buka sampai malam mungkin akan semakin ramai”

“Mungkin pasokan daging mereka terbatas”

Seakan mendapat pencerahan Jieun melebarkan matanya.

Daging ?

Selatan ? Jieun reflek berbalik, memandang rumah sakit tempatnya magang yang berdiri kokoh yang masih tampak dari kejauhan. Ia memandang jalan dari rumah sakit hingga depan kedai itu.

“Ada apa Jieun ?” Tanya Min Ra yang melihat gelagat aneh Jieun.

Benar ! jika memang pikiranku benar, malam itu ambulans pembawa mayat pasti melewati kedai ini kan ? Mungkinkah ...

Hueekk !” Jieun merasa mual dan tak bisa membayangkan hal yang ia pikirkan memang benar-benar terjadi.

“Ji ka kau kau kenapa ?”

“A aniyo .. aku hanya sedikit pusing”

“Ya ampun, baiklah sebaiknya kita cepat-cepat, bagaimana jika kau pingsan disini. Aiish merepotkan” Jieun menahan lengan Min Ra.

“Apa lagi ayo cepat !”

“Min Ra-ya”

“Mwo ?”

“Temani aku

“Aiishh kemana lagi ? Lihat sepertinya akan hujan”

“Ayolah sebentar saja” Tanpa menunggu jawaban Min Ra, Jieun manrik lengan gadis itu dan berlari kecil kearah Kedai bulgogi itu. Mengendap pelan saat mereka sampai pada bagian belakang kedai sederhana itu.

“Sebenarnya untuk apa kita kesini ?” bisik Min Ra.

“Diamlah, turuti saja aku kali ini dan jangan banyak bicara” Min Ra hanya bisa mengangguk kesal.

Langkah dua yeoja itu sama sekali tak terdengar, mengendap-endap dan mengintip dari balik dinding kayu kedai itu. Jieun rasa mereka sudah berada dibagian dapur karena bau-bau sedap rempah makin menyengat.

Mata kecil itu menyusuri tiap inchi dari apa yang sedang dilihatnya dari celah kayu itu. Benar, apa yang dilihatnya adalah bagian dapur. Ada kompor, peralatan makan yang didominasi mangkuk, dan sebuah bak besar yang entah apa isinya.

Jieun menahan nafas saat ada seorang ahjuma terlihat memasuki dapur dari ruang depan, terlihat berjalan kesana-kesini untuk membuat bumbu.

Tidak ada yang aneh, apa mungkin pikiranku salah ?

“Jieun ayo kita pulang disini banyak nyamuk” bisik Min Ra lagi. Jieun mendelik tajam pada temannya itu, mengisyaratkan untuk diam. Jieun kembali mengintip dan betapa terkejutnya saat sebuah tangan manusia terjulur keluar dari bak besar yang sebelumnya diberi bumbu oleh si ahjumma. Jieun membekap mulutnya sendiri, sangat tak percaya melihat apa yang sedang terjadi. Dengan santainya ahjumma itu menguliti kemudian mengiris daging bagian lengan mayat dengan kulit pucat itu.

Benar ! semua firasatku benar !

Jieun segera menarik lengan Min Ra menjauh, berlari secepat yang ia bisa. Tak mengindahkan pertanyaan-pertanyaan Min Ra padanya.

***

Degupan jantung Jieun masih memompa bahkan saat mereka sudah sampai dirumah yang Jieun dan Min Ra sewa. 

“Jieun sebenarnya ada apa ?”

“Min Ra sekarang aku tahu”

“Tahu ap-“

“Mayat yang hilang itu adalah Bulgogi yang selalu kita makan !”

“MWO !? Yaakk apa kau gila !”

“Yang kulihat tadi, ahjumma itu tengah mengiris dan membumbui sebuah mayat Min Ra-ya”

“Huueekk , Ji kau membuatku mual bodoh !”

“Min-Ra dengar aku, kita harus melaporkan ini kepada polisi”

“Tapi apa kau punya bukti ?”

“Aku sudah tahu bagaimana membuktikannya”

Semuanya sudah terjawab, ambulans yang dilihat Jieun, Mayat yang selalu berkurang dalam pendingin, kuburan yang kosong dan alasan wakil pimpinan rumah sakit menolak saat Jieun memberikannya bulgogi terenak dikota kecil ini, membuat Jieun kala itu heran dan akhirnya memberikan bungkusan bulgogi yang sudah dibelinya pada Min Ra. Jieun tahu siapa saja yang terlibat dalam kasus penjualan mayat ini, sang wakil pimpinan, Pak Sal Woo dan stafnya.

***
Nguing nguing nguing 

Sirene polisi terdengar diseluruh penjuru rumah sakit, orang yang Jieun curigai tengah tertunduk lesu dengan borgol ditangan mereka. Warga disekitar kedai membakar kedai itu sampai tak tersisa karena kemarahan pada para pelaku. Rencana Jieun ternyata berhasil, Ia menghubungi ibu-ibu yang penah marah-marah dilobi untuk memanggil polisi dan membongkar seluruh pemakaman yang ada dan hasilnya tak ada satu jasad pun yang ditemukan. Setelah itu polisi menggrebek kedai penjual bulgogi saat malam tiba karena Jieun tahu jika ahjumma itu memasak dan membumbui mayat saat malam. Polisi menggeledah dan menemukan mayat yang meringkuk didalam bak besar yang sudah dibumbui, sebagian daging pahanya hilang memperlihatkan tulang dengan daging merah pucat disekitarnya. Kepala jasad itu bersih dari rambut, mungkin sudah dicabuti. Itu yang Jieun dengar, ia tak mungkin sanggup melihat hal mengerikan seperti itu secara langsung. Dan alasan kenapa pihak rumah sakit melakukan hal itu adalah agar mendapat penghasilan tambahan, sebenarnya rumah sakit itu hampir bangkrut dan terlilit hutang, wakil pimpinan pun memutuskan untuk menjual mayat-mayatnya karena besarnya permintaan.
Jieun masih tak bisa percaya jika ia telah memakan bangkai manusia bahkan Min Ra sangat menyukai masakan bulgogi mayat itu.

“Ough menjijikan” gumam Min Ra dan kembali berlari menuju toilet. Sudah kesekian kali yeoja itu muntah-muntah jika membayangkan apa yang sebelumnya terjadi. Terutama apa yang telah masuk kedalam perutnya.

The end ~





 


Comments

Post a Comment