Insomnia


Cast    : Lee Jieun / IU, Ahn Jaehyun, Lee Ji Sun (oc) etc.

Genre : Mistery, romance, PG.

Length: Ficlet.



Gadis itu gelisah, bergerak tak tentu arah dalam tidurnya. Raut wajah berkerut tampak bingung. Apa yang sedang ia pikirkan dalam tidurnya ? Jieun selalu saja insomnia. Sulit tertidur kala malam tiba. Membuatnya selalu tertidur saat pagi tiba. Saat seharusnya ia bekerja.

"Wae ?" dan suara serak yang sangat mengantuk itu terdengar kala Jieun sedikit mengganggu tidurnya.

"Aku hanya tidak bisa tidur" jawab Jieun Seraya menampakan wajahnya pada namja yang tidur disampingnya.

"Lagi ?"

Jieun mengangguk pelan.

"Kemarilah" Jieun meringsut kearah namjanya, namja bernama Ahn Jaehyun. Namja tampan yang memilih tinggal bersama Jieun meski hanya berstatus sebagai tunangan. Sekarang tidak harus menikah jika ingin tinggal bersama kan, setidaknya mereka sudah saling mengikat satu sama lain. Dan para orang tua pun tidak keberatan akan hal itu.

<><><> 

Wajah itu, seakan pantulan dari diri Jieun. Paras yang sama namun dengan rambut yang berbeda. Rambut sedikit bergelombang panjang, nampak pas diwajah kecilnya. Tersenyum penuh tulus dan perlahan menjauh.

"Tu tunggu !" seru Jieun.

Jieun terbangun sekaligus, sedikit terkejut karena mimpinya. Menghembuskan nafas pelan saat ia tahu itu hanya mimpi.

"Ji kau tidak papa ?" tegur Hye Ming. Rekan kerja dikantornya.

"Eoh ? .. Gwe-gwenchana" ucap Jieun dengan senyum seadanya.Perlahan meluntur saat pikirannya memikirkan mimpi yang baru saja dialaminya. Jieun benar-benar melihat dirinya sendiri. Atau mungkin orang lain ? Tapi kenapa begitu mirip dengannya ? Jieun hanya anak tunggal. Tak mempunyai saudara. Itu yang ia tahu. Jikapun ia memiliki saudara, mana mungkin ayah atau ibunya tidak menceritakannya sama sekali.

Jieun menghela nafas, ia bangkit dari meja kerjanya. Melangkah kearah ruang office boy untuk meminta secangkir kopi. Mungkin hanya minuman itu yang bisa membantunya sekarang.

<><><> 

"Oppa"

"Hmm ?"

"Aku bermimpi aneh tadi siang"

"Mimpi apa ?"

Jieun menghirup udara dalam sebelum menceritakannya.

"Aku bermimpi melihat orang yang mirip denganku"

"M mwo ? Lalu ?"

"Ia tersenyum padaku, senyum diwajah pucatnya, ia juga memiliki rambut panjang yang indah"

"Berarti itu bukan kau chagi. Lihat, rambutmu pendek sebahu" jelas Jaehyun.

"Lalu ia siapa ?"

"Sudah jangan terlalu dipikirkan, mimpi hanya bunga tidur. Kau mungkin terlalu lelah dikantor" ucap Jaehyun sembari membelai pucuk kepala Jieun sayang.

Jieun mengangguk, mungkin perkataan Jaehyun ada benarnya. Belakangan ini memang jadwal kerjanya bisa dibilang padat. Deadline menanti yang mau tak mau membuat Jieun harus menyelesaikan pekerjaan secepatnya. Aktivitas yang melelahkan seharusnya membuat Jieun mudah tidur saat malam namun itu malah membuatnya sulit memejamkan mata. Jieun tak pernah insomnia sebelumnya, Semua ini mulai terjadi saat Jieun menemukan dua buah liontin dikamar rumahnya. Tergeletak disebuah box kecil yang tak sengaja tersenggol dan jatuh saat ia mencari sesuatu.

Dua buah liontin cantik. Jieun tak sempat menanyakan pada ibunya liontin siapa itu. Ia hanya berkunjung kerumahnya untuk membawa beberapa barang yang dibutuhkannya. Dan langsung kembali ke apartment, karena menurutnya liontin itu menarik ia pun sengaja membawa liontin itu bersamanya.

Jieun mendongak, menatap Jaehyun yang sudah terlelap. Jieun Perlahan mulai bangkit tanpa menimbulkan suara sedikitpun. Berjalan kearah sofa dan kembali memandangi liontin yang dibawanya.

"Haruskah kutanyakan pada ibu ?" gumamnya.

Karena bosan dan merasa belum mengantuk, Jieun beranjak, berjalan mengambil mantelnya dan keluar dari apartement.

Dan disinilah ia sekarang, ditaman kecil depan gedung apartementnya. Taman sederhana dengan dua ayunan. Jieun merasa membutuhkan udara segar malam ini. Mungkin itu bisa membuatnya lebih tenang. Ia bukan seorang penakut yang tidak berani keluar dijam-jam malam seperti ini. Ayunan yang didudukinya sedikit bergerak karena dorongan kakinya. Udara sejuk membuatnya terlena untuk memejamkan mata sejenak.

Wajah itu tersenyum namun air mata mulai membasahi pipinya. Masih tersenyum tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Menatap dari balik gedung. Menatap wanita yang tengah duduk diayunan. Disudut gelap ia memperhatikan tanpa bergeming sedikitpun.

Jieun kembali berjalan masuk ke apartement nya, udara yang sejuk entah mengapa berubah menjadi dingin menusuk kulit. Ia rasa malam sudah menampakan wujud aslinya.

Tring .. Lift terbuka dilantai apartementnya berada, bersamaan dengan itu seorang yeoja masuk kedalam lift yang baru saja ditinggalkan Jieun. Tidak ada raut curiga yang ditampakan Jieun. Ia masih berjalan menuju apartement nya yang berada disudut koridor. Jieun bahkan tak melihat wajahnya, ia hanya sekilas melihat gaun yang dikenakan yeoja itu.

Deg

Jieun tiba-tiba mengingat sesuatu. Gaun iya gaun, gaun yang dikenakan yeoja tadi, sangat mirip dengan gaun yeoja yang ada dimimpinya. Bahkan detail nya pun persis.
Dengan sedikit panik, Jieun berbalik berniat menyusul yeoja itu, hanya untuk memenuhi rasa penasarannya saja.

Kini Jieun berdiri didepan lift, tidak terlihat bahwa ada seseorang yang yang tengah menggunakannya. Ia memencet salah satu tombol dan terbukalah lift namun sama sekali kosong. Tidak ada tanda-tanda yeoja tadi kelantai berapa. Kenapa bisa secepat itu ia menghilang ?

Jieun menghembuskan nafasnya pelan.

Deg

Jantungnya kembali berpacu saat dirasa ada sesuatu menepuk bahunya.

"Chagi" jieun berbalik. Menghembuskan nafas lega saat mendapati Jaehyun lah orang yang berada dibelakangnya.

"Oppa" reflek Jieun memeluk namja yang kini mulai bingung dengan sikap Jieun.

"Wae ? Kau darimana saja, jangan menghilang seperti itu lagi, aku khawatir" ucap Jaehyun dengan nada cemasnya.

Jieun tak menjawab, ia hanya membutuhkan pelukan hangat saat ini.

"Ayo kita kembali" ucap Jaehyun sembari menuntun Jieun.

__

"Kau mau kubuatkan teh hangat ?"

Jieun menggeleng pelan.

"Oppa Mian, aku pasti mengganggu waktu istirahat mu"

"Gwenchana" Jaehyun turut duduk disamping Jieun. Menatap Jieun sendu, menarik wajah itu untuk turut menatapnya juga.

"Apapun masalahmu, ceritakan padaku"

Jieun menghela nafas.

"Aku belum yakin, aku akan menceritakan pada oppa jika semuanya sudah jelas"

Jaehyun mengangguk "Baiklah, aku tunggu"

Jieun mendekatkan wajahnya, lambat namun berhasil menyatukan bibirnya dengan namja itu, ia hanya ingin mengalihkan pikirannya yang tak karuan. Sebuah kecupan mungkin bisa membuatnya kembali tenang. Jaehyun sedikit terkejut, tentu saja, Jieun tak pernah mencium duluan sebelumnya. Jaehyun rasa Jieun benar-benar sedang banyak pikiran sekarang. Ia tahu apa yang Jieun butuhkan sekarang adalah dirinya. Saling bertautan, kegiatan itu memang selalu ampuh membuang berbagai pikiran aneh diotak seorang Lee Jieun.

Menghirup udara dalam-dalam saat pasokan diparu-paru menipis, menempelkan dahi dan tersenyum setelahnya.

"Mwo ?" tanya Jieun saat matanya bertemu dengan manik mata namja dihadapannya.

"Gadis ku mulai nakal eoh?"

"Sesekali tak apa kan"

"Ch .. Berulang kali pun tak apa Kok" jawab Jaehyun dengan senyum khasnya.

Jieun memutar kedua bola matanya jengah.

"Aku selalu siap menerima semua kenakalanmu" lanjut Jaehyun dengan kekehannya.

Dan malam kembali hangat, terutama diapartement 309. Apartement dengan sepasang sejoli bernama Jieun dan Jaehyun. Mungkin begadang tak terlalu buruk jika dilewatkan dengan hal seru seperti ini. Saling menggebu menekan tombol yang tersalur pada televisi, biasa disebut play station.

Dengan taruhan manis saat yang kalah harus mengecup bibir yang menang. Itu memang kekanakan namun juga menyenangkan.

<><><> 

Jieun tak bisa menutupi, meski kini malamnya selalu ditenangkan Jaehyun namun mimpi tentang sosok itu masih mengganggunya. Bahkan Jieun sering melihat yeoja itu saat sadar bahwa yeoja itu ada disekelilingnya. Kini ia banyak melamun saat dikantor.

"Pasti ada yang salah" gumam Jieun dan langsung beranjak dari kursi kebesarannya.

"Mau kemana Ji ?" tanya Hye ming.

"Aku keluar sebentar"

Hye ming hanya bisa mengangguk bodoh dengan edikan kedua bahunya.

Jieun melajukan Mobilnya, menacap gas yang paling cepat. Ia sudah tidak tahan, semua ini tak bisa dibiarkan terlalu lama. Ia juga penasaran sebenarnya siapa yeoja yang selalu dilihatnya ? Mungkinkah memang ia mempunyai saudara kembar ? Ah terlalu banyak pertanyaan dibenaknya.

__

"Ini" Jieun meletakan dua liontin itu dimeja dan membuat Ny.Lee cukup terkejut.

"Jelaskan padaku bu, sebenarnya ini milik siapa ?"

Ny. Lee menghela nafas, mungkin memang seharusnya Jieun tahu.

"Ini milkmu dan milik Ji Sun"

Jieun mengernyit. Siapa lagi Ji sun ?

"Nuguya ?"

"Dia adikmu Jieun-a"

Jieun membelalakan matanya. Menatap ibunya tak percaya. Adik ? Sejak kapan Jieun mempunyai adik ? Ini benar-benar terlalu mengejutkan.

"Adik ? Ta tapi .. Bukankah aku anak tunggal bu ?"

Ny.Lee tampak menggeleng.

"Dia saudara kembarmu"

"Mwo ? Ke kembar ? ... Ceritakan padaku semuanya bu"

"Kalian lahir dalam keadaan kembar siam, saat itu keadaan kalian semakin kritis dan dokter menyarankan untuk memisahkan kalian dengan jalan operasi, namun resikonya adalah salah satu diantara kalian tidak bisa bertahan"

Jieun membekap mulutnya tak percaya. Mungkinkah ini jawaban dari semuanya ? Jadi yeoja dalam mimpinya dan yang selalu menggangu penglihatannya adalah Ji Sun, saudara kembarnya ?

Ny.Lee tak bisa membendung air matanya saat mengingat betapa berat memberikan keputusan kala itu.

"Kenapa eomma tidak pernah menceritakannya padaku ?" tanya Jieun lirih.

"Eomma hanya tidak ingin kau merasa bersalah atas kematian Ji Sun"

"Aku akan semakin merasa bersalah jika hidup tanpa mengetahui bahwa aku mempunyai adik, eomma"

"Maaf, maafkan eomma"

Dan Jieun memeluk ibunya itu. Ia tahu perasaan ibunya, ia tak bisa menyalahkannya begitu saja. Setidaknya semua lebih jelas sekarang.

__

Meletakan bunga lili putih diatas gundukan tanah dihadapannya. Jieun membungkuk kecil.

"Eonni menyukai bunga ini Ji Sun-a, kuharap kau juga menyukainya. Maafkan eonni baru bisa mengunjungi mu hari ini, maafkan eonni karena membuatmu merasa tidak pernah ada" Setetes cairan bening meluncur begitu saja diwajah Jieun. Ia tak bisa lagi menyembunyikan kesedihannya. Jika saja ia yang mati saat itu, mungkin Ji Sun masih hidup dengan bahagia. Tapi apa boleh buat, ia bahkan belum dapat berbicara saat semua itu terjadi.

"Hiks .. Maafkan eonni Ji Sun-a" Jaehyun menepuk pelan bahu Jieun yang mulai bergetar dalam isakannya. Jaehyun sudah tahu semuanya saat Jieun menceritakannya diapartement.

"Eonni janji, eonni akan sering mengunjungi mu, eonni akan membersihkan makam mu hingga tak akan ada daun kering yang menutupinya, eonni janji kau akan selalu eonni ingat Ji Sun-a"

"Ji Sun-a, hiduplah dengan tenang. Eonni mu sangat bahagia saat mengetahui ia mempunyai saudara meski semuanya sudah terlambat. Aku tahu bahwa ia sangat menyayangimu, berbahagialah disana. Ditempat semua orang akan kembali. Biarkan eonni mu hidup bahagia Ji Sun-a" ucap Jaehyun.

Jieun dan Jaehyun beranjak pergi setelah meletakkan liontin milik Ji Sun dimakamnya.

"Gomawo eonni kau sudah mengakuiku" senyum itu benar-benar tulus. Mengembang tanpa ada lagi air mata. Menghilang bersama daun yang gugur.

__

Jieun tak lagi insomnia, sebulan setelah mengetahui semuanya, ia menikah dengan Jaehyun. Dan seperti ucapannya, Jieun rutin mengunjungi makan saudara kembarnya. 
Berlama-lama bercerita pada gundukan tanah yang ia tahu tak mungkin merespon namun hanya itu cara agar Jieun bisa menebus rasa bersalahnya pad Ji Sun. Saudara kembar yang belum lama ia ketahui. Menceritakan semuanya, agar Ji Sun tahu bahwa Jieun memang benar-benar berniat mengakrabkan diri dengannya meski semua sudah berubah.

The end  






Comments

Post a Comment