Fault


Cast    : Ahn Jae Hyun, Lee Jieun etc.

Genre : PG 15, psychological, drama.

Length : Ficlet.

Ini ff udh lama tapi baru bisa diselesain dengan ending yang engga banget, yah ala kadarnya aja. Aku emang suka nulis jadi meskipun yang komen ga ada, masih tetep posting. Selamat membaca aja!



Dia lelaki tampan, bahkan sangat rupawan untuk digilai para perempuan. Dengan postur tinggi dan wajah masih terlihat muda dari usianya. Kacamata besar selalu bertengger manis dihidung mancungnya. Terlihat dingin namun memang itulah dia.

Tak hanya itu, dia pengusaha muda yang cukup sukses. Dengan latar belakang seperti itu siapa yeoja yang tidak ingin menjadi pasangannya ? orang tak waras pun mungkin mau.

Lalu siapa aku ? siapa orang yang tengah menceritakan pangeran kaya itu ?

Nama ku Lee Jieun, gadis panti asuhan yang kesehariannya disibukan dengan berjualan bunga keliling menggunakan sepeda satu-satunya yang kupunya. Gadis yang bahkan tak pernah merasakan bangku sekolah. Tak pernah merasakan kehangatan orang tua, tak pernah mendapat kehidupan yang semestinya.

Namun sejak saat itu, sejak aku bertemu dengan pangeran kaya itu, hidupku berubah. Berubah menjadi lebih menyedihkan .. kenapa ?

Dia memang tampan juga kaya, yang diimpikan semua orang ada padanya. Tapi satu hal yang tak pernah orang lain tahu , ia seorang psikopat, kalian tahu seorang psikopat ? mereka seperti kita jika dilihat dari luarnya, bahkan mereka terlihat mempesona dari kebanyakan orang, itu dari buku yang kubaca, jangan anggap aku anak bodoh hanya karena aku tak bersekolah.

Pertama kali aku bertemu dengannya, seperti biasanya aku tengah menawarkan bunga kepada setiap pengguna jalan yang sedang berhenti dilampu merah. Kala itu aku mengetuk kaca mobilnya, dengan senyum ramah meski ditengah terik matahari yang menyengat, kutawarkan sebuah bunga mawar merah padanya. Saat itu ia hanya memandangiku sejenak, entah apa yang sedang ia pikirkan.

“Tuan maukah kau membeli bungaku ?”

“Harganya tidak mahal tuan” tambahku.

Ia mengeluarkan uangnya, menyodorkannya padaku,uang itu bahkan lebih dari cukup untuk membayar satu tangkai bunga yang kutawarkan.

“I ini .. terlalu banyak tuan” ucapku tergagap, karena jarang melihat orang memberikan uang sebanyak itu padaku.

“Ambil saja, kau tidak akan menyesal”

“Go gomapseumnida”

Tampak namja tampan itu tersenyum membuat wajahnya semakin tampan, saat lampu merah kembali berubah warna, namja itu menancapkan gasnya. Kembali melaju tanpa mengambil bunga yang masih kugenggam.

“Tu tuan bunganya !” seruku meski ku tahu ia tak akan mendengarnya.

“Paboya ..” rutuku kala itu.

Dan sejak saat itu, aku selalu melihatnya dijalan yang sama dan waktu yang sama, dan sejak saat itu pula aku selalu menawarinya untuk membeli bunga dariku. Ia bahkan tak menolak dengan semua bunga yang kutawarkan. Juga ia selalu memberiku uang lebih. Apa aku senang ? tentu saja, aku mendapat uang lebih, aku bisa membanggakan diri didepan pengasuh-pengasuhku dipanti.

Hingga suatu hari aku mendapat kabar, bahwa ada yang akan mengadopsiku. Sepasang suami istri yang bertempat tinggal di Gangnam. Bukankah itu tempat-temat orang kaya ? haruskah aku berteriak sekarang ?

Mereka membawaku, kutanyakan siapa nama mereka saat mereka membawaku dengan mobil yang mungkin hanya pernah kulihat ditelevisi.

Author pov

“Saya Kim Dee”

“Jika anda nyonya ?”

“Saya Park Hyorin”

“Saya Lee Jieun”

“Kami tahu” sahut keduanya, Jieun hanya mengerutkan kening. Ah ia lupa, mana mungkin mereka tidak mengetahui nama dari anak yang mereka adopsi.

Sampailah mereka didepan rumah yang terlihat seperti istana. Jieun tak bisa menutupi kekagumannya, matanya sama sekali tak berkedip memandangi setiap inchi yang terlihat mewah itu. wanita bernama Park Hyorin itu membawa Jieun melewati anak-anak tangga yang begitu panjang, melewati lorong yang sisi-sisi nya tampak seperti sebuah kamar. Jieun tak akan menyesal, meskipun jika ia diadopsi hanya untuk menjadi seorang pembantu rumah tangga disana.  

Tibalah Jieun disuatu ruangan.

“Tunggulah disini”

“Nyo nyonya mau kemana ?”

“Kubilang tunggu saja disini”

“N ne ..”

Jieun kini seorang diri diruangan besar itu, ruangan yang tampak seperti hotel berbintang lima. Sebuah ranjang yang besar, lemari pakaian yang bahkan terlihat berkelas, dan tak lupa pernak-pernik lain penghias kamar luas itu, tak sejengkalpun dibiarkan kosong tanpa hiasan.

Cklekk

Suara pintu terbuka membuyarkan kekaguman Jieun yang masih belum puas memandangi setiap inchi ruangan besar itu.

“Tu tuan ?” Jieun mengernyit tatkala seorang namja yang selalu membeli bunga darinya memasuki ruangan itu. mungkinkah dia anak dari orang yang telah mengadopsi Jieun ?

Namja tinggi itu tersenyum, tersenyum dengan cara yang sama seperti kala ia membeli bunga dari Jieun.

“Kita bertemu lagi Lee Jieun”

“Tu tuan tahu namaku ? ah pasti nyonya Hyorin sudah memberitahukannya .. apakah ia ibu tuan ?”

Namja itu tampak menggeleng pelan.

“Dia orang suruhanku”

“Suruhan ? maksud tuan ?”

“Aku yang meminta mereka untuk mengadopsimu untuk ku .. tidak mungkin panti asuhan mengizinkan pria lajang sepertiku diperbolehkan mengadopsi mu kan ?”

Jieun terdiam. Apa maksud semua ini ? lelaki itu mengadopsinya ? untuk apa ?

“Ja jadi ..”

“Tapi untuk apa tuan mengadopsiku ? tuan tidak mungkin kan memintaku menjadi anak ?”

“Haha .. kau lucu Lee Jieun, tentu saja aku mempunyai alasan lain saat mengadopsimu” seringaian itu muncul, membuat Jieun makin kebingungan dan sedikit ... takut mungkin. Jangan-jangan ia akan dijual untuk dijadikan wanita penghibur ? Tidak, itu lebih buruk dari pada harus tinggal dipanti asuhan.

Dia, namja bernama Ahn jae hyun itu mulai mendekat kearah Jieun membuat Jieun sedikit memundurkan badannya. Mencengkram bahu Jieun dan mendekat membuat Jieun memejamkan matanya.

“Aku ingin menjadikanmu wanitaku” bisiknya membuat bulu kuduk Jieun meremang.

“Tu tuan ta tapi ... “

“YAAKK JANGAN MEMBANTAHKU !”

“Ingat, dengan kata lain aku sudah membelimu sayang” suaranya melembut.

“Jadi i inikah alasan tuan selalu membeli bunga dariku ?”

“Kau yang terlebih dulu menawariku bukan ?”

“Aku tidak akan menawarimu jika kutahu akan berujung seperti ini”

“MWO ? KATAKAN SEKALI LAGI !” namja itu mencengkram rambut panjang Jieun. 

“Tu tuan sakit ..” gadis itu meringis saat helaian rambutnya memanas akibat cengkraman Jae hyun.

“Sakit ? apakah sakit ? kau ingin yang lebih sakit, bukankah kau selalu merasakan yang lebih sakit ?”

“Tu tuan ku kumohon lepaskan ..” Jieun tampak meringis kesakitan.

“O omo, apakah sesakit itu ? mian mian mian .. jangan khawatir aku akan menjagamu putri bungaku sayang” namja itu, kini terlihat 180 derajat berbeda dengan yang baru saja ia lakukan, kini ia menarik Jieun untuk memeluknya, membelai rambut panjang Jieun sayang. Mendekapnya seakan tak akan pernah melepasnya. Jieun, ia bingung, ia gemetar, ia cemas juga ia takut .. kenapa hidupnya begitu sial sampai bertemu orang aneh seperti Jae hyun ?

“Lebih baik kita mandi” ujar jae hyun melepas pelukannya.

“Ki kita ?” gumam Jieun. Kita ? maksudnya mereka akan mandi bersama ? apa pria itu gila ?!

Tanpa aba-aba diseretnya Jieun kedalam kamar mandi, dikuncinya pintu kamar mandi itu. Jieun hanya bisa memantung dengan keringat dingin yang mulai keluar dari pelipisnya, bergemetar hebat, kaki-kakinya serasa lemas tatkala melihat jae hyun mulai melucuti pakaiannya satu-persatu dihadapan Jieun, membuat Jieun seketika berbalik memunggunginya.

“YAAAKK CEPAT LEPAS PAKAIAN MU !!” suara itu tak bisakah tak membuat Jieun semakin gemetar.

Oh Tuhan apa yang harus kulakukan untuk kabur dari sini ?

Jieun berbalik masih dengan kepala menunduk, tak mungkinkan ia melihat namja tanpa pakaian ?

Ia bersujud, membuat Jae Hyun geram karena Jieun tak menuruti perintahnya.

“Tu tuan .. tuan kumohon jangan seperti ini, aku memang hanya manusia sampah, seperti katamu aku selalu merasakan sakit dan hidup berbeda dari kebanyakan orang, ta tapi tapi aku juga tak ingin diperlakukan seperti ini .. tuan, tuan kumohon, aku aku bukan pelacur” Bulir-bulir airmata Jieun meluncur begitu saja. Gemetar dan juga rasa takutnya semakin menjadi.

Jae Hyun, namja itu memandang dingin juga datar. Sama sekali tak tersentuh dengan permohonan Jieun.

“Kau mau mati ?” tanya Jae Hyun dengan suara dingin meski lirih. Jieun tak tahu harus menjawab atau tidak. Mati ? kenapa harus menanyakannya ? tentu Jieun akan menjawab tidak, ia tahu semua orang pada akhirnya akan mati tapi ia juga tak ingin mati sekarang.

“JAWAB AKU, APA KAU MAU MATI HAH !?”

Jieun menggeleng cepat dengan mata terpejam saat ia mendengar suara itu kembali meninggi.

<><><> 

Gadis itu duduk disudut ruangan megah, menangis dengan gerakan-gerakan kasar pada tubuhnya sendiri. Isakannya belum berhenti membuat matanya merah dan sembab. Jieun merutuki nasibnya karena bisa sampai berakhir seperti ini. Bertemu dengan lelaki bernama Jae hyun, lelaki yang seenaknya saja memperlakukan Jieun layaknya sebuah mainan.

Sedang lelaki itu masih sibuk memakai kembali kemejanya, menyatukan  kembali kancing-kacing dengan berdiri angkuh dihadapan sebuah cermin besar.

“Kau mau menangis disana seharian ?” ucap namja itu terdengar dingin tanpa menolehkan pandangannya hanya sekedar melihat Jieun yang seperti itu karena ulahnya. Jieun menatap tajam kearah Jaehyun, penuh kebencian disorot matanya. Memandang layaknya kucing yang ingin menggigit anjing namun ia tak bisa.

Rambut acak-acakan, wajah manis itu terhiasi air mata yang tak henti-hentinya meluncur, bercak merah menghiasi leher dan bahunya, kakinya lemas tak mampu lagi berdiri untuk saat ini.

Bajingan ! seru Jieun dalam hati. Namja itu telah memperlakukannya layaknya boneka namun lihat ekspresi itu, Jaehyun terlihat tenang dan santai seolah tak pernah terjadi apapun beberapa menit yang lalu. Gadis polos itu hilang sudah. Umpatan dalam hatinya bahkan begitu saja keluar dengan mudah.

“Makanlah, aku akan kembali dua jam lagi. Aku ada meeting” Melengos begitu saja saat ia merampungkan ucapannya, meninggalkan Jieun yang masih diam dan memandanginya penuh amarah. Saat Jaehyun benar-benar hilang dibalik pintu, Jieun murka, ia menjerit, menghancurkan apapun yang ada dihadapannya, menjadikan kamar mewah itu layaknya kapal pecah.  Nafas memburu, seakan semua itu tak cukup untuk menyalurkan perasaannya yang campur aduk saat ini. 

Lagi-lagi Jieun berteriak kencang.

“AAAARRGGHH ...”

<><><> 

Jaehyun menepati ucapannya, ia kembali dalam waktu dua jam seperti yang ia katakan. Berdiri mematung saat ia membuka pintu dan keadaan kamarnya benar-benar berantakan. Ekspresinya sama sekali tak terkejut, datar dan dingin. Ia tolehkan pandangan pada sosok gadis yang masih setia duduk dipojok kamar itu seraya menatapnya dalam diam.

Jaehyun melangkah mendekat tanpa mengalihkan pandangannya pada mata Jieun. Sama sekali tidak terintimidasi dengan pandangan yang diberikan Jieun. Mereka saling pandang dan jarak mulai tak menghalangi lagi.

“Kau yang melakukan semua ini ?” tanya Jaehyun dingin. Jieun tak menjawab, ia justru memandangi Jaehyun dengan sedikit seringaiannya.

“APA KAU TULI !? JAWAB AKU !” pekik namja itu dihadapan wajah Jieun yang masih tak bergeming.

“Terima kasih” ucapan yang keluar dari mulut Jieun membuat Jaehyun bingung, memandang dengan penuh kerutan dikeningnya.

“Terima kasih karena telah membawaku kembali” seringaian itu muncul, Jaehyun semakin dibuatnya bingung. Belum sempat ia mempertanyakan apa yang ada dibenaknya, Jieun menusukan benda yang sedari tadi bersembunyi dibalik punggungnya. Benda tajam tipis yang disebut pisau. Sekali hujam dan tepat menembus jantung namja itu. Jaehyun tampak kaget, berucap namun semua kata-kata yang keluar dari mulutnya tak terdengar jelas.

“A .. Ap .. apa yang ..” ucapannya terpatah, seakan berebut dengan nafas yang mulai menipis mengisi paru-parunya.

Jieun bangkit, ia memandang Jaehyun yang sekarat dengan senyuman misteriusnya. Dalam hati Jaehyun berfikir, bagaimana bisa gadis polos itu berubah secepat ini ? Bahkan menusukan pisau itu padanya tanpa ragu.

Jaehyun tergopoh, ia mencoba mencabut pisau buah yang menancap tepat dijantungnya. Ia mundur perlahan saat Jieun berjalan maju.

“Ti .. tid ..” Jaehyun kembali terbata saat langkah lambat Jieun berubah menjadi cepat.

Jieun berjalan cepat menyambar pisau itu, mencabutnya dan menancapnya kebagian tubuh lain Jaehyun bertubi-tubi, Jleb jleb jleb, tanpa ekspresi juga tanpa canggung, mengabaikan semburan darah yang sedikit terciprat diwajahnya. Ia berubah seakan penjahat profesional yang sudah dengan sering membunuh keji.

Ia mencabut pisau itu saat dirasa manusia dihadapannya sudah tak bernyawa. Tergelatak bersimbah darah dihadapannya. Menjulurkan lidahnya saat pisau penuh darah itu meneteskan darah Jaehyun.

Tes .. setetes darah itu sampai dipermukaan lidah Jieun. Meresapinya dengan mata terpejam darah dari orang yang merenggut mahkotanya dan mengembalikan Ana dari tidur panjangnya.

Flashback

“Tidurlah Ji, kau harus banyak beristirahat” Jieun memandang bibi Han sebelum akhirnya mengangguk lemah dengan senyuman tipis. Jieun menempati kamar seorang diri tak seperti anak yatim piatu lainnya yang kadang berbagi kamar bersama 4 atau lebih dengan anak lainnya, kamar Jieun berada paling pojok dan atas gedung itu.

Bibi Han, pengasuhnya dipanti membelai kepala Jieun sebelum akhirnya ia keluar dan mengunci kamar Jieun.

“Apakah ia sudah benar-benar sembuh ?” tanya Min Jung yang juga menjadi pengasuh para anak panti lainnya. Song Han mengangguk.

“Ia sudah sembuh, tapi ingat jangan pernah mengguncang pikirannya atau membuatnya marah sekalipun ia berbuat salah. Berbicara dengan lembut jika berhadapan dengannya atau saat memberikannya nasehat”

Min Jung mengangguk paham. Mereka berjalan meninggalkan lantai atas itu.

Jieun mengidap gangguan jiwa pada umur 13 Tahun, ia mempunyai kepribadian ganda. Ia mencelakai teman panti asuhannya sampai patah tulang dan karena hal itu Jieun menjalani terapi selama tiga bulan disebuah rumah sakit kejiwaan.

Pribadi kejam dalam diri Jieun akhirnya hilang, ia kembali normal dan menjadi gadis yang amat ceria sebelum akhirnya Jaehyun datang dan menjemput pribadi kejam Jieun hadir lagi, pribadi yang menamai dirinya Lee Ana.

Flashback end

Finish ~



Comments