Bad Dream


Cast    : Lee Jieun [IU], Kim Myungsoo [L] etc.

Genre : Mistery, PG.

Length: Oneshoot.


Coba bikin fanfiction horror lagi hehe , tapi gak serem kok. Mungkin gaje dan membingungkan tapi Selamat menikmati !


Ia berdiri, berdiri seorang diri dibawah langit yang tak bisa dibilang malam tapi bukan juga siang. Awan menutupi sinar matahari dan udara kelewat sejuk. Sepi, itulah yang dirasakan yeoja bernama lengkap Lee Jieun.

Jieun menaiki sebuah bus yang berhenti didepannya, suasana lengang , angin yang berhembus, dan dedaunan yang terbawa angin tak membuat gadis itu curiga. Ia  Melangkah pelan menaiki satu persatu anak tangga bus itu. Gaun putih polos yang dipakainya sedikit tertiup angin, menyapa kaki dan mulai membuat bulu halus dikakinya berdiri.

Ada Lelaki tua bertopi yang terlihat menunduk di kursi paling belakang. Ia tampak tertidur. Dan satu lagi, yeoja yang mungkin seusianya yang terus saja memperhatikan keluar jendela, membuat Jieun tak bisa melihat jelas wajahnya. Yeoja itu memakai pakaian hitam dengan rambut sebahu dan dua tangkai mawar merah ditangannya. Selain itu tak ada penumpang lagi.
Jieun duduk dikursi paling depan, dekat dengan supir. Ia menoleh memandang supir disampingnya yang terlihat serius memandangi jalan dihadapannya. Wajah tanpa ekspresi dan dingin sangat terlihat jelas. Membuat Jieun tertarik untuk melihat jalan dihadapannya juga. Tidak ada yang aneh disana ? Hanya jalanan yang tampak lengang dan panjang tertutup kabut, mungkin hanya dua ratus meter saja jarak pandangnya, Sebenarnya apa yang sedang supir itu perhatikan ? Dan saat ia kembali menatap supir disampingnya, tidak ada siapapun disana. Membuat Jieun terkejut dan bingung, Segera ia juga menoleh kebelakang, menoleh kearah bangku yeoja dan lelaki tua yang dilihatnya tadi. Matanya melebar karena ia tak melihat siapapun disana, kemana semua orang itu?

Jieun bangkit dan sedikit tergesa, ia mengarahkan kedua kakinya keluar dari bus yang ditumpanginya itu. Ia kembali terkejut, kini ia sudah berada ditempat yang berbeda, bangunan menjulang tinggi, suasana suram, dan tembok- tembok terlihat hangus menyapa penglihatannya.

Ia berjalan diatas jalanan panjang yang terlingat lengang, mencari orang yang mungkin bisa membantunya untuk kembali ke rumah.

Dengan wajah bingung, Jieun masih berjalan tak tentu arah. ia menghentikan langkahnya saat mendengar suara isak tangis, ia mendekat, mendekati anak gadis yang berjongkok dipinggir bangunan itu. Bangunan tua dengan beberapa jendela tanpa kaca, catnya bahkan sudah pudar. Anak itu masih menangis dengan posisi memunggungi Jieun. Sesenggukan, membuat bahunya terlihat naik turun.

Hiks hiks

Semakin dekat, Jieun mencondongkan badannya, mencoba membelai kepala anak itu.
"Kau kenapa sayang ?" tanya Jieun halus. Perlahan suara tangisan itu tak terdengar lagi dan kepala anak itu mulai bergerak perlahan menoleh ke arah Jieun. Berputar 180 derajat tanpa membalikan badannya.

"AAAAA..." Jieun menjerit tatkala matanya melihat wajah gadis itu hancur dengan bola mata yang hampir copot. Cairan hitam pekat mengalir disudut-sudutnya. Anak itu menyeringai dan mulai tertawa nyaring, Jieun pun berbalik badan berniat melarikan diri namun , ia kembali melihat orang-orang yang tampak mengenaskan , supir itu, yeoja yang seusianya, dan lelaki tua bertopi itu memegang pisau yang sama ditangan mereka. Terus mendekat kearah Jieun.
"AAAA..." Jieun terbangun dari tidurnya, nafasnya memburu, ia menghirup udara banyak-banyak untuk mengisi paru-parunya. Matanya menatap remang jam dinding.

Semenjak ia  selamat dari kecelakan, Jieun jadi sering bermimpi seram. Dan dimimpinya ia selalu melihat bus.

Teng ..

teng ..

teng..

Suara jam berdenting diruang tengah tampak terdengar, menandakan sudah tengah malam tepat pukul 00.00

Jieun langsung meraih segelas air dinakas samping ranjangnya, Meneguk habis mengisi kerongkongannya yang kering.

Flashback

Seperti biasa Jieun pulang malam setelah bekerja. Ia menaiki bus tanpa perduli memperhatikan kesekelilingnya, Jieun duduk dibangku urutan kedua dari depan. Punggungnya pegal, matanya ngantuk dan perutnya keroncongan. Ia menyenderkan kepalanya, berniat untuk terpejam sebentar.

“Kucing Hitam” gumamnya saat tak sengaja melihat keluar jendela.

Dan malam itu lah Jieun mengalami kecelakaan, ia terbangun tiga hari kemudian dirumah sakit. Ayah dan ibu Jieun datang dari luar kota untuk menjenguk anak semata wayangnya itu. Ibunya sempat memimpikan Jieun dibawa pergi oleh kakeknya yang telah meninggal dan keeseokan harinya Ny.Lee mendapat kabar Jieun mengalami kecelakaan bus.

“Eomma ..” Jieun sadar, memegangi kepalanya yang diperban.

“Sayang kau sudah sadar ? Syukurlah”

“Aku .. dimana ?”

“Kau dirumah sakit sayang, kau mengalami kecelakaan bus”

“Ke celakaan ? Siapa saja yang selamat ?”

“Hanya kau sayang”

“Ha hanya aku ?” Ny.Lee mengangguk membenarkan. Jieun mengingat-ngingat saat terakhir ia menaiki bus.

Aku melihat kucing hitam, apakah itu pertanda ?

Telah terjadi sebuah kecelakaan bus yang menewaskan hampir seluruh penumpangnya, Hanya satu orang yang dapat diselamatkan oleh tim pemadam kebakaran sebelum bus itu terbakar dan meledak. Tak hanya itu, seorang gadis kecil yang tengah bermain dipinggir jalan pun menjadi korbannya.

Cuplikan breaking news yang Jieun dengar dari televisi memperjelas semua pertanyaan yang ingin Jieun tanyakan pada ibunya.

Flashback end

<><> 

Jieun berjalan malas, ia selalu tak mendapat jawaban yang memuaskannya. Psikolog itu bilang Jieun hanya mengalami halusinasi dan itu akan hilang jika Jieun juga tidak terus-terusan memikirkan kejadian yang dialaminya satu bulan lalu. Kejadian saat dirinya berhasil selamat dari kecelakaan yang membuat semua penumpang mati kecuali Jieun.

“Bodoh, kau pikir siapa yang mau mengingat-ngingat hal seperti itu ?” gumamnya, masih berjalan dengan sesekali menendang kerikil kecil.

Jieun memasuki sebuah Caffe yang biasa ia kunjungi,  duduk disalah satu meja disudut ruangan. Matanya bergerilya memandangi menu dihadapannya.

"Mereka ingin kau juga mati"

Jieun mengedarkan kepalanya mencari sosok yang bersuara. Jieun mendapati seorang namja berkaos lengan panjang berwarna putih duduk dimeja dibelakangnya.

"Kau berbicara padaku ?"

Namja itu bangkit dan melangkah ke meja Jieun membuat Jieun hanya menatapnya bingung. Orang itu terlihat misterius, ia terus saja menunduk dengan rambut depan sedikit menutupi wajahnya.

"Kau siapa ?" tanya Jieun lagi.

"Nama ku Kim Myungsoo , Aku bisa merasakan dan melihat mahluk ghaib"

"Lalu apa maksud perkataan mu tadi ?"

"Kau pernah selamat dari kecelakaan kan ? Ada beberapa arwah yang tak Rela kau hidup, mereka berfikir kau harus mati seperti mereka"

Bagaimana ia bisa tahu ?

"Mwo ? Kau pasti hanya ingin menakut-nakutiku kan ?"

Tanpa menjawab, namja itu menyerahkan kartu nama berukuran kecil kedepan Jieun.

“Hubungi aku jika kau membutuhkan sesuatu” ucapnya lalu pergi meninggalkan Jieun, membuat gadis itu mengernyit heran, matanya kembali beralih pada kartu kecil itu.

“Cih, kau pikir aku akan menghubungi mu ? Jangan bercanda“

Jieun akhirnya memesan satu porsi pasta dan segelas jus jeruk. Tak lama pesanannya pun datang, memakan dengan lahap tanpa memperdulikan kartu nama yang masih berada dimejanya itu. Bisa saja Jieun meremas dan membuangnya tapi hal itu tak dilakukannya.
Jieun selesai, piring dan gelas itu sudah kosong tak bersisa. Ia berniat membayar dan langsung pulang ke rumahnya namun matanya kembali menatap kartu nama itu.

Apa yang harus kulakukan pada kartu nama itu ?

Jieun yang bingung dan merasa membuang waktu langsung beranjak sembari menyaut kartu nama itu dan memasukannya dalam tas.

Mungkin aku akan membutuhkannya suatu saat.

Menunggu adalah hal yang membosankan, meski Jieun pernah mengalami kecelakaan bus tak membuatnya trauma untuk menaiki kendaraan umum  itu. Ia masih menggunakan bus karena hanya itu kendaraan umum yang menurutnya tak menguras hasil gaji yang tak seberapa. Sekarang hari Senin, ia sengaja meminta izin untuk tidak masuk kerja. Berharap semua mimpi buruknya hilang dengan mendatangi seorang psikolog. Namun apa yang diterimanya ? ia malah mendapat penjelasan panjang lebar yang sama sekali tak membantunya. Membuat uang yang ia keluarkan menguap begitu saja.

Jieun mengusap tengkuknya. Merasa angin yang berhembus kelewat dingin. Ini siang hari yang terik kenapa ia malah merasa dingin ?

Jieun menoleh dan

DEG

Jantungnya berdegup kencang seketika. Bulu kuduknya meremang tegap. Menutup mata segera, berharap rasa takut dan kaki bergetar itu hilang. Mencoba menghirup udara terburu. Pemandangan yang baru saja menyapa penglihatannya itu benar-benar bisa membuat Jieun jantungan kapan saja. Jieun melihat yeoja dalam mimpinya, yeoja berambut sebahu, memakai dress hitam dengan dua tangkai mawar ditangannya.

“Kau kenapa agasshi ?”

Jieun menoleh perlahan. Membuka matanya juga perlahan. Terheran saat tak mendapati pemandangan menyeramkan yang baru saja dilihatnya beberapa detik lalu.

Berubah, kemana yeoja dengan pakaian hitam itu ?

Kini yang dilihatnya hanya yeoja dengan rambut dikepang dua dan mengenakan kaos juga jeans. Memandang Jieun penuh kerutan dikeningnya.

“Kau baik-baik saja ?” tanya yeoja itu lagi.

“Ne ..“ Jieun mengangguk ragu.

“Ah baguslah kalau begitu” ucap yeoja itu sedikit memandang Jieun aneh dan kembali terfokus pada ponselnya. Sedangkan Jieun hanya mengucek matanya berulang kali dan kembali memandang kesampingnya.

Mataku, apa aku salah lihat eoh ?

Bus pun akhirnya datang, berhenti tepat didepan halte, membuat beberapa orang yang menunggu disana terburu memasukinya, begitu pula Jieun.

Jieun sampai dirumahnya, rumah kecil yang berhasil dibeli dari hasil kerja kerasnya. Rumah sekecil itupun cukup mahal mengingat ia dikota besar sekarang. Jieun tinggal  seorang diri disana. Kadang nenek disamping rumahnya menjenguk Jieun dengan sesekali membawa makanan untuknya. Nenek dengan satu cucu siswa SMA.

Semakin hari, mimpi itu semakin mengganggu hidup Jieun, membuatnya bangun tengah malam dan tidak dapat kembali tidur. Bukan hanya mimpi buruk, kini semua arwah itu mengganggu Jieun dengan cara menampakan diri. Tak sampai membuat Jieun celaka namun  bisa membuat Jieun merinding ataupun membeku tiba-tiba.

<><> 

Jieun memandangi kartu nama dari namja misterius itu, memandangi dengan sesekali menyeruput Jus Mangganya. In Na, teman kerja Jieun dibuatnya bingung dengan tingkah aneh Jieun yang hanya terbengong memandangi sebuah kertas berukuran kecil yang sering disebut kartu nama itu.

“Ji ..”

“Hmm ..” gumam Jieun Tanpa mengalihkan pandangannya.

“Kenapa kau terus memandangi kartu itu ?”

Jieun menghembuskan nafasnya berat.

“Eonni, apa yang harus kulakukan ?”

“Kau sedang membahas apa sih ?”

“Mimpi itu, aku masih mengalaminya sampai sekarang”

“Kau sudah ke psikolog?” Jieun mengangguk. “Sudah dan sama sekali tak ada perubahan” 
jawabnya.

“Kau harus mencari paranormal Ji, memang tak masuk akal tapi mendengar semua cerita yang kau alami, aku hanya bisa menyarankan hal itu”

Jieun mengangkat satu alisnya sembari memandang yeoja yang dipanggilnya eonni.

“Eonni yakin ?”

In Na mengangguk. “Hanya itu yang terlintas diotakku” ucap In Na kembali menyesap expressonya.

Haruskah aku menghubungi namja itu ?

“Ayolah Ji, aku tidak ingin melihatmu gila hanya karena hal seperti ini

“Eonni kau ini, memang ada yang seperti itu. kau berlebihan”

“Aku pernah mendengar Ji, ada yang terus diganggu setan, mereka lama-kelamaan tak bisa membedakan dunia nyata dan dunia halusinasi dan akhirnya menjadi gila. Kau mungkin tabu dengan hal-hal seperti itu tapi bukankah sekarang kau mengalaminya? Mau tak mau kau harus percaya"

Jieun hanya terdiam, masih memandangi kartu nama dari namja bernama Kim Myungsoo.

Aku tidak ingin menjadi gila

In Na melihat jam tangannya. “Ayo, waktu makan siang sudah habis” In Na juga Jieun beranjak.

“Saatnya bekerja bekerja bekerja !” seru In Na membuat Jieun sedikit menyunggingkan senyum melihatnya.

<><> 

Jieun memandangi bangunan dihadapannya, ia melihat kearah ponselnya, memastikan apakah alamat itu benar. Jieun akhirnya menghubungi Myungsoo dan namja itu pun memberikan sebuah alamat dan meminta Jieun untuk datang kesana.

Rumah itu terlihat sesuram pemiliknya, halaman kecil dengan tanaman merambat ke dinding-dinding rumahnya. Hanya malam hari Jieun bisa kesana, karena siang hari ia tak mempunyai waktu, ia harus bekerja.

Perlahan Jieun mulai mengetuk pintu itu karena tak ada bel disana. Mengulanginya beberapa kali berharap sang pemilik rumah segera keluar. Disana dingin dan waktu sudah menunjukan pukul delapan malam. Memang belum terlalu malam, tapi itu mampu membuat Jieun mengusap lengannya berkali kali kedinginan.

Akhirnya namja itu membuka pintu membuat Jieun bernafas lega. Jieun mulai menapakan kakinya perlahan. Memasuki dengan ragu rumah itu. Matanya tertegun melihat mawar kering disalah satu nakas didalam rumah itu.

“Duduklah”

Jieun menurutinya. Duduk disalah satu kursi kayu.

“Kau lama sekali menghubungiku”

Jieun hanya tersenyum sembari mengangguk.

“Jadi apa yang harus kulakukan ?”

“Ada total empat arwah yang tak rela kau hidup, selebihnya mereka iklas kau selamat”

“Yeoja, ahjussi bertopi, supir dan anak kecil” lanjut Myungsoo. Jieun mengangguk membenarkan.

“Kau hanya perlu pergi ke makam mereka dan meletakan ini” Myungsoo menyerahkan 4 biji kacang merah yang sudah direbus sebelumnya.

Kacang merah ? Hanya itu ?

Jieun meraihnya, menggenggamnya dan mulai memperhatikan keempat kacang merah itu.

Ini kacang merah biasa kan ? Memang tampak biasa.

“Dan ucapkan seperti ini, ‘Jangan bunuh aku sebelum kacang ini tumbuh’ “

Jieun mengangguk.

“Hanya itu ?”

“Ya, hanya itu”

“Bagaimana jika kacang ini tumbuh ?”

“Itu hal yang mustahil karena itu sudah direbus terlebih dahulu”

“Aku harus melakukannya siang atau malam hari ?”

“Itu terserah kau”

“Baiklah”

Jieun membuka tasnya, mengambil amplop berisi beberapa ribu won untuk Myungsoo.

“Ini, untuk mu sebagai ucapan terima kasih”

Myungsoo menolaknya. “Aku dengan senang hati menolongmu” ucapnya dengan senyuman yang lebih mirip seringaian. Jieun yang melihatnya sedikit merinding. Ia menarik kembali tangannya dan membalas senyum Myungsoo sekena nya.

Jieun mencari tahu semua asal usul keempat arwah yang mengganggunya, mencari alamat dan mendatangi keluarga mereka satu persatu. Tapi tak mengatakan kalau Jieun juga bersama mereka saat kecelakaan itu. ia hanya ingin tahu mereka dimakamkan. Satu persatu Jieun meletakan kacang merah itu dan mengucapkan kalimat yang Myungsoo ajarkan. Mulai dari makam si anak kecil, ahjussi bertopi, supir dan terakhir yeoja dengan dress hitam.

Hujan deras, langit gelap dan hembusan angin mewarnai penantian Jieun saat selesai mengunjungi semua makam itu. Ia cukup bernafas lega dan mulai hari ini ia tidak akan bermimpi buruk lagi.

Satu minggu ini, kehidupan Jieun mulai kembali normal, Ia tak lagi bermimpi buruk atau melihat penampakan apapun.

Pulang malam, itulah rutinitas Jieun saat pulang bekerja. Menanti Bus datang membawanya pulang kerumah.

“Eonni” sesosok bocah perempuan berwajah manis menghampirinya.

“Ada apa sayang ? kenapa malam-malam disini ?”

“Aku .. itu .. lihat boneka ku terjatuh ditengah jalan dan aku kehilangan orang tuaku” raut wajah itu terlihat sedih, tampak seperti akan menangis.

“Omo, kasihan sekali .. dimana alamat rumah mu ?”

“Aku tidak ingin pulang sebelum eonni mengambilkan boneka ku”

“Ah begitu, ne ne baiklah .. eonni akan mengambilkannya untukmu” Jieun mulai beranjak, sedikit menengok kanan kiri, memastikan tidak ada kendaraan yang lewat.

Jieun sedikit berlari, menundukan badannya dan meraih boneka yang cukup kumal itu. ia bangkit, hendak kembali kesebrang jalan namun keningnya mengernyit saat mendapati beberapa orang dihalte tampak mengatakan sesuatu, wajah mereka histeris namun Jieun tak bisa mendengar suara mereka sama sekali. Ia melihat anak perempuan itu tersenyum dan juga ia melihat namja itu ...

BRAAKKK

Jieun terpental beberapa meter, bus besar itu mengklaksoninya berulang kali karena tak sempat mengerem dengan laju bus yang cukup cepat. Namun Jieun malah diam, masih berdiri dengan boneka ditangannya. Memandang orang yang tampak histeris tanpa bisa mendengar suara mereka.

KREEKK

Tulang leher Jieun patah terhempas trotoar, Kepala itu mengeluarkan banyak darah. Sayup-sayup ia melihat orang mulai berlarian ke arahnya. Namun ia melihat bocah kecil itu kembali tersenyum dan mulai berubah mengenaskan dan menyeramkan.

I itu ,, itu bocah dalam mimpiku !

Ke kenapa ..

Yang Jieun heran ia juga melihat namja itu, namja bernama Kim Myungsoo juga tersenyum melihatnya.

Tanpa Jieun tahu, Kim Myungsoo ternyata adalah namjachingu dari yeoja pembawa mawar itu, arwah yeoja yang menggangu Jieun dan kalimat yang Jieun ucapkan menjadi kenyataan karena kacang merah itu masih mentah. Myungsoo hanya membual soal kacang itu sudah direbus dan Mulai tumbuh setelah satu Minggu berlalu.

‘Jangan bunuh aku sebelum kacang ini tumbuh’

Seharusnya

‘Jangan ganggu aku sebelum kacang ini tumbuh’ karena para arwah itu tak mempunyai hak untuk mengambil nyawa orang tanpa orang itu memintanya.

Jieun terengah-engah, tubuhnya remuk menghantam badan jalan. Bau anyir menguar dari setiap inchi lukanya yang menganga. Kaki itu mulai pucat, berangsur menjalar kearah kepala. Tanda Jieun sedang meregang nyawa.

Uhuuk

Cairan kental nan merah keluar dari mulutnya. Beragam reaksi dari orang yang melihat kejadian itu. Dan akhirnya Jieun menutup mata.

“Itu akan membebaskanmu dari semuanya” gumam Myungsoo dan berlalu, dari jauh ia melihat yeojanya tersenyum dan mulai menghilang terbawa angin.


Fin~













Comments

  1. Lah myungsoonya nyebelin gitu -_- aahhhh ceritanya selalu keren ka ^^ buat lagi ff myungu atau sesekali taemin sama iu kan belum pernah kayaknya :)

    ReplyDelete
  2. Taemin ya .. Iya blm pernah. Nanti deh klo ada inspirasi lagi.
    btw maksih udh komen ;)

    ReplyDelete

Post a Comment