Lee Jieun (IU) | Kim
Soo Hyun.
Angst, sad.
Drabble.
Hello para readers,
sekarang mungkin gak bisa ngpost sesering pas libur kemarin, udh mulai kuliah
tapi gak hiatus kok. Ya udah itu aja, selamat menikmati ^^
Sebuah janji adalah ikatan yang harusnya ditepati. Sebuah
janji adalah ikrar yang membuat seseorang mempercayai perkataan seseorang yang
lain. Sebuah janji akan membuat orang lain tenang, gelisah bahkan menjadi
setia.
Janji itu juga yang membuat seorang gadis dikursi pinggir
sungai Han itu menunggu seseorang yang entah kapan akan menepati janjinya.
Lee Jieun, memandang air tenang ditemani lembayung senja. Setiap
matahari terbenam gadis itu datang, datang ketempat ia menunggu seseorang. Seorang
namja yang membuatnya tampak seperti
orang tak waras, namja yang membuatnya datang kala sunset tiba. Menunggu meski
harapan itu menipis.
Jieun selalu menanti janji namja itu, namja bernama Kim Soo
Hyun. Janji yang akan menemuinya dikursi pinggir sungai Han dimana Jieun selalu
menunggu kehadiran Soo Hyun. Tak pernah ada kabar ataupun berita dari namja
yang dua tahun lalu pergi mengejar impiannya menjadi arsitek diuar negeri.
Anggap saja Jieun bodoh karena selalu menanti kedatangan Soo Hyun seperti
janjinya sebelum ia berangkat ke Inggris, negeri dimana namja itu menggantungkan
cita-citanya.
Cinta itu tak pernah berubah, Cinta yang dimulai dua tahun
lalu itu tak pernah berubah meskipun hanya sekejap mereka bersama. Cinta memang
selalu kalah dengan sebuah cita-cita. Cita-cita yang terlampau tinggi bisa
membuat cinta hanya dipandang sebelah mata. Dan karena cita-cita Soo Hyun pula
lah, Jieun berpisah dengan orang itu. Jieun memang tak ingin menjadi penghalang
untuk cita-cita Soo Hyun namun Jieun pun tak rela dengan kepergian Soo Hyun ke
luar negeri.
Jieun masih menunggu, hingga kaki kecil yang tadinya sangat
kuat berubah menjadi lemah karena suatu penyakit yang menyerangnya. Gadis yang
semula memiliki fisik kuat, kini berbanding terbalik itu masih setia menunggu
seorang Kim Soo Hyun. Sweater tebal dan scarf yang melilit dilehernya
melindunginya dari hembusan angin sore. Wajah manis itu berubah pucat. Mata itu
berubah sayu. Memandang penuh harap pada matahari yang mulai kembali
kesinggahsananya.
Kapan kau datang oppa
?
Aku .. aku .. ak ...
Mata itu akhirnya terpejam dan tak akan pernah terbuka lagi.
Jieun terkulai lemas dan perlahan membeku, tertidur panjang dan tak akan pernah
terbangun lagi. Akhirnya takdir menjemputnya dan membebaskannya dari penantian
tiada akhir menunggu sang pujaan hati.
Di tempat lain, disebuah bukit yang terdapat banyak
pepohonan. Gundukan tanah itu mulai ditumbuhi semak yang terlihat semakin
meninggi. Gundukan tanah dengan batu nisan bertuliskan R.I.P Kim Soo Hyun. Angin
berhembus menerbangkan sebagian dedaunan yang mulai menguning. Seakan
memberikan tanda bahwa cinta itu telah gugur karena takdir tak mengizinkan
mereka bersatu.
The end
Comments
Post a Comment