Cast : Lee Jieun
(IU), Miura Haruma, Kim Soo Hyun etc.
Genre : Drama, Angst, romance.
Length: Oneshoot.
Hai hai aku cameback dengan ff baru, kalian tahu gak, Miura
Haruma yang main film Kimi Ni Todoke ? aku termasuk fans nya loh #gaknanya-_- .
karena itu aku bikin ff nya hehe .. mian klo gak suka sama couple ini. Yaudah
lah gak usah basa-basi lagi, mian kalo ada typo, selamat menikmati ^_^
Jieun, menghirup udara dalam-dalam, udara yang beberapa
tahun lalu ia tinggalkan. Haruskah ia senang karena ditugaskan ke kota ini ?
kota dimana ia menambatkan hatinya pada sosok pria idamannya, pria jepang
dengan senyum menenangkannya. Senyum yang selalu membuatnya tenang saat ia
merasa kacau ataupun penat menjalani hidupnya dan pekerjaannya hanya dengan
membayangkannya.
Jieun menaiki sebuah taksi bersama atasannya, ia akan menuju
sebuah hotel untuk bebehari tinggal sampai urusan pekerjaannya selesai. Jieun
memandangi kota Hokkaido dari balik kaca mobil. Memandangi seperti ini
membuatnya teringat dengan kenangan masa SMA nya disana.
“Kau boleh istirahat dulu, karena pertemuan dengan client
bukan sekarang mungkin sekitar dua hari lagi” ujar atasannya setelah mereka
sampai dihotel tujuannya.
“Ah ne sajangnim ..” ujar Jieun membungkuk kecil.
Jieun menenteng tas berisi pakaian menuju kamar hotelnya.
Sesampainya dikamar hotel, ia meletakan tas yang ditentengnya, ia melangkah
menghampiri jendela besar yang terdapat satu kursi yang terlihat nyaman
disampingnya. Ia mendudukan diri dikursi tersebut sembari memandangi pemandangan
dari balik jendela besar itu. Pemikirannya melayang jauh seraya memandangi
langit yang kebiruan.
“Sempai bagaimana kabarmu sekarang?” gumamnya masih dengan
pandangan menerawangnya.
Note#Sempai=sunbae=senior
Flashback
“Eun-chan tunggu aku ..” teriak pria berseragam rapi dan
juga tampan. Mencoba mengejar gadis yang sudah beberapa langkah jauh
dihadapannya.
“Iisshh sempai kenapa lama sekali ?” ujar Jieun
mengerucutkan bibirnya lucu. Dia, pria itu, pria yang selalu memanggilnya
eun-chan adalah senior Jieun disekolahnya, mereka tetangga, dan pria itu adalah
teman pertama yang Jieun kenal saat ia baru pindah ke Jepang tepatnya ke kota
Hokkaido.
“Hehe .. maaf , aku telat bangun lagi” ujar pria bernama
Miura Haruma itu, ia menggaruk kepalanya canggung.
“Ck ck ck .. sempai kau ini .. Ya sudah ayo kita berangkat
nanti kita bisa telat”
“Iya iya .. uh cerewet” Haruma mencubit gemas pipi tembam
Jieun membuat Jieun semakin kesal.
“Isshh ..”
<><>
“Sempai ayo kita beli takoyaki” ajak Jieun saat mereka baru
keluar dari sekolah menandakan pembelajaran hari ini telah usai.
“Oh, kau menyukai makanan itu ?”
“Ne sangat sempai .. kemarin ayah membelikannya, dan aku
rasa aku menyukainya sekarang”
“Jajanan di Jepang memang enak-enak, kau harus coba yang
lain”
“Yang lain ?”
“Hmm .. seperti dorayaki”
“Dorayaki ? bukankah itu kue kesukaan doraemon, kukira itu
hanya fiktif belaka”
“Tidak, kue dorayaki itu ada .. kau pasti akan menyukainya,
rasanya enak dan ada kacang merang didalamnya”
“Wuaa, membayangkannya saja membuat ku lapar sempai” ujar
Jieun menjilati bibirnya membayangkan
betapa enaknya kue bernama dorayaki itu.
“Hahaha .. baiklah ayo kita beli sekarang”
“Ne ayo”
Hari demi hari Jieun juga Haruma semakin dekat, menghabiskan
waktu bersama, saling bercerita budaya negara mereka masing-masing, saling
membanggakan keunikan negara mereka masing-masing, saling mengenal satu sama
lain membuat Jieun mempunyai perasaan lain. Rasa suka, seorang gadis yang masih
polos telah menodai hatinya dengan menyukai seorang lelaki bernama Haruma, pria
pertama yang membuat gadis itu tersenyum-senyum saat membayangkannya, pria
pertama yang mampu membuat seorang Lee Jieun berdebar saat berada dengan jarak
yang dekat. Namun Jieun, gadis itu selalu takut untuk mengungkapkan
perasaannya, ia takut pertemanan itu berubah menjadi permusuhan karena dirusak
oleh perasaannya.
Hari demi hari juga, ia hanya bisa melihat senyum itu tanpa
bisa memilikinya, senyum yang selalu menghadiahi matanya, senyum manis yang
selalu hadir bahkan dimimpi-mimpinya kala ia tidur. Senyum yang mampu
membuatnya membeku saat melihatnya. Senyum yang tak akan pernah bisa ia lupakan
bahkan sampai saat ini. Jieun bahagia, meskipun hanya bisa menikmati senyum itu
sebagai teman.
Namun suatu hari, hari dimana semuanya harus berakhir, hari
dimana Jieun tak bisa lagi melihat senyum itu dikarenakan ia juga keluarganya
harus kembali ke Korea , negara asalnya.
Jieun menangis, menangis tanpa memperdulikan tatapan-tatapan
orang yang berlalu-lalang disekitar bandara, bandara yang akan membawanya
kembali ke Korea. Disana, pria itu masih berdiri dihadapannya masih dengan
upaya untuk membuat gadis itu tenang.
“Eun-chan jangan menangis lagi, kau bisa mengunjungiku jika
kau merindukanku .. “ ujar Haruma mencoba menenangkan Jieun dengan memegang
kedua tangan mungil gadis itu.
Bukan itu .. bukan itu
sempai, aku sedih karena aku tak bisa lagi disampingmu, tak bisa lagi melihat
senyumu, dan .. tak bisa lagi bersama dengan orang kusukai ..yaitu kau sempai.
“Sempai jangan pernah lupakan aku ..” ujar Jieun masih
dengan isakan kecilnya.
“Tentu saja, mana bisa aku melupakanmu .. melupakan teman
wanita korea ku yang paling cantik” ujar Haruma dengan senyum tulusnya. Namun
berbeda dengan Jieun, ia hanya menampakan senyum terpaksanya, kata ‘Teman’ yang
keluar dari mulut pria itu membuat hatinya sedikit kecewa.
“Pergilah, lihat, keluargamu sudah menaiki pesawat” tambah
Haruma mencoba melepas kepergian Jieun.
Baru akan melepas tautan tangannya
ditangan Jieun, dengan tak rela Jieun menarik kembali tangan pria itu, ia tak
ingin melepas tautan itu.
“Sempai ..” gumam Jieun.
“Hmm .. ada apa lagi Eun-chan ?” pria itu tampak sabar
menghadapi Jieun. Ia tahu benar, Jieun tak ingin berpisah dengannya.
“Aku .. aku ..” Jieun bingung, haruskah ia menyatakan
perasaannya sekarang ? tapi jika bukan sekarang kapan lagi ? ini kesempatan
terakhirnya.
Haruma masih dengan sabar menunggu Jieun merampungkan
kalimatnya.
“Aku .. aku akan selalu mengingatmu sempai, selamat tinggal”
gadis itu dengan bodohnya tak mau menyatakan perasaannya bahkan sampai detik
terakhir perpisahan mereka. Jieun berjalan cepat setelah mengatakan hal itu,
tanpa berbalik lagi, ia melangkah cepat menuju pesawatnya menyisakan Haruma
yang manatap sedih kepergian Jieun.
“Sayonara Eun-chan” gumam Haruma.
Flashback End
Jieun terbangun, rasa lelah yang menyergapi dirinya kemarin,
hilang sudah. Ia menyuap kecil, menghantarkan rasa kantuknya. Ia bangkit,
berjalan menuju jendela besar itu. membuka gorden, membuat matahari menyapa
wajahnya. Hangat, itulah yang ia rasakan pertama kali.
“Meeting masih dua hari lagi .. haruskah aku berkeliling
selama dua hari ini ?”
“Tapi kemana ?”
Beberapa detik kemudian
“Ah aku tahu” ujarnya semangat seperti ada lampu yang
menyala diotaknya. Ia bergegas membersihkan diri dan bersiap-siap.
Kini Jieun sudah siap, mantel dan juga topi bundar kecil
bertengger manis dikepalanya. Sekali lagi ia mengecek penampilannya didepan
cermin, tersenyum pada pantulan bayangannya sendiri.
“Ayo kita bernostalgia”
Drrt Drrt
Bunyi pesan membuat perhatiannya beralih pada smartphone
dihadapannya.
Dari Sajangnim
Jieun-ssi, bagaimana
jika hari ini kita berjalan-jalan ? Aku tak tahu harus kemana, aku belum
terlalu hafal kota ini, jika bersama mu mungkin lebih seru karena kau pernah
disini cukup lama. Eotthe ?
Belum sempat Jieun membalas ,ada satu pesan lagi masuk
Tapi jika kau tak
bisa , tak apa.
Jieun tampak menghela nafas.
Baiklah tak ada
salahnya berkeliling dengannya ..
Oh tentu saja bisa
sajangnim, aku juga berniat berkeliling, kita bisa pergi bersama.
Bagus lah kalau
begitu aku tunggu di lobi
Ne sajangnim
Karena Jieun sudah siap sejak tadi, ia langsung menuju lobi.
Duduk menunggu atasannya itu sembari memainkan ponselnya.
“Ah kau cepat sekali ?” tanya direktur Jieun ketika sampai
dilobi. Jieun hanya tersenyum.
“Sebenarnya aku sudah siap untuk pergi berkeliling ketika
sajangnim mengiriku pesan”
“Ah begitu .. haha mian menunggu lama karena ku”
“Gwenchana sajangnim”
“Baiklah ayo kita berangkat”
“Ne sajangnim”
Jieun juga atasannya menaiki sebuah taksi yang membawa
mereka ke festival jajanan tradisional Jepang. Jieun sangat merekomendasikannya
karena ia tahu benar, akan ada banyak sekali makanan-makanan enak
disana.
“Jieun-ssi”
“Ne sajangnim?”
“Bisakah kau memanggilku dengan nama saja jika sedang diluar
?”
“Ne ?”
“Umur kita tidak terlalu jauh, panggil namaku saja agar
lebih santai”
“Ah ne, So Soo Hyun-ssi” ujar Jieun sedikit sungkan saat
memanggil direkturnya itu dengan sebutan nama.
Namja bernama Kim Soo Hyun itupun tersenyum saat Jieun
menyebut namanya dengan rasa canggung.
“Begitu lebih baik”
Jieun hanya tersenyum menanggapinya.
><><
Jieun memandangi pedagang dihadapannya, ia melihat pedagang
itu dengan cekatan membuat jajanan jepang favoritnya, Takoyaki. Lagi-lagi
makanan itu membuatnya mengingat namja itu, Haruma, dimana ia sekarang ?
“Jieun-ssi “
“Oh ne sajang eh Soo Hyun-ssi” Soo hyun hanya terkekeh
melihat Jieun masih sungkan menyebut namanya.
“Itu .. takoyakinya sudah siap”
“Oh ya ampun .. arigato gozaimashta” ujar Jieun pada
pedagang itu dan menerima takoyakinya.
Mereka berdua kembali berjalan, berjalan diantara stan-stan
penjual jajanan. Berbagai aroma sedap singgah dihidung mereka, menggoda untuk
minta dicoba.
“Jieun-ssi”
“Ne Soo Hyun-ssi ?”
“Kulihat kau banyak melamun, wae ? apa yang sedang kau
pikirkan ?”
“Ah itu .. aniya Soo Hyun-ssi, aku hanya sedang mengingat
seseorang”
“Seseorang ? apakah kekasihmu ?”
“A aniya ..”
Kuharap dia memang
kekasihku tapi sayangnya bukan sajangnim
“Ahaha .. sepertinya memang benar”
“Benar apa?”
“Benar, kau sedang memikirkan orang yang kau sukai, meski
dia bukan kekasihmu”
Bagaimana ia tahu .. apakah
terlalu terlihat ?
“Jangan hanya dipikirkan Jieun-ssi, kau tidak akan mendapat
apa-apa hanya dengan memikirkan orang yang kau sukai, nyatakan perasaanmu,
sekarang zaman modern tak akan ada salahnya jika wanita menyatakan perasaannya
duluan .. setidaknya kau tidak akan menyesal jika sudah menyatakan perasaanmu
meskipun belum tentu ia mempunyai perasaan yang sama sepertimu”
Jieun terdiam, kata-kata dari atasannya itu membuatnya
merenung .. memang benar perkataan atasannya itu tapi apakah semudah itu ? bahkan
saat ini Jieun tak tahu keberadaan orang yang masih mengganggu hatinya itu.
“Percaya padaku .. kau akan lega jika sudah menyatakannya
meskipun seandainya ia tidak menerima
perasaanmu” tambah Soo Hyun.
Mereka kembali berjalan, menembus kerumunan orang yang mulai
memadati festival itu. masih dengan pikirannya , Jieun menyuapkan takoyaki yang
mulai dingin digenggamannya.
><><
Waktu untuk Meeting dengan client pun tiba, berkali-kali
Jieun menatap dirinya didepan cermin dan menghembuskan nafasnya, ini pertama
kalinya ia meeting diluar Korea, dan yang pasti Meeting itu sangatlah penting.
Kini ia juga Soo hyun sudah duduk diruangan yang akan
dihadiri clientnya.
“Kau gugup ?” tanya Soo hyun yang seakan menyadari tingkah
bawahannya itu. Jieun hanya tersenyum.
“Sedikit sajangnim”
“Tenang saja, ada aku”
“Ah ne” Jawab Jieun, sebenarnya ia kurang mengerti dengan
maksud perkataan dari direkturnya itu.
Masuklah beberapa orang dengan pakaian rapi dan juga jas
yang melekat ditubuh orang-orang itu, namun disalah satu orang itu ...
Dia ...
Jieun tampak berfikir keras sembari menatap intens pada
salah satu orang yang masuk kedalam ruangan yang sama dimana ia berada.
Sempai ?!
Jieun baru menyadari orang itu adalah benar, Miura Haruma,
teman sekaligus orang yang ia sukai sejak SMA dulu. Namun Jieun sedikit kecewa,
lagi-lagi ia kecewa, kenapa ? karena Haruma tampak tak mengenalinya, tampak
seperti orang yang baru bertemu. Namun Jieun tak mampu mengalihkan pandangannya
dari sosok itu, sosok yang kini sedang mempresentasikan proyeknya dihadapan
semua orang yang berada diruangan ini.
Seandainya sekarang ia boleh menangis , ia akan menangis
tanpa henti, namun ia harus profesional, ia tak boleh mencampur adukan antara
pekerjaan dan kehidupan pribadi bukan ? Jieun menahan segala perasaan yang
ingin sekali membuncah sekarang.
Satu jam berlalu akhirnya meeting pun selesai.
“Terima kasih kuharap kerja sama kita dapat berjalan lancar”
ujar Soo Hyun menghakhiri Meeting itu dengan saling berjabat tangan.
Berakhirnya Meeting maka berakhir pula tugas Jieun hari ini
dan esok senja ia harus kembali lagi ke Korea.
“Jangan sampai ada berkas yang tertinggal Jieun-ssi”
“Ne sajangnim”
“Istirahatlah besok kita harus pulang”
“Ne sajangnim”
><><
Hari terakhir di Jepang, Jieun pergi kesuatu tempat sebelum
ia kembali pulang saat sore nanti. Ia mengunjungi sebuah Caffe didekat kompleks
rumahnya dulu, Caffe yang dulu sering ia kunjungi bersama Haruma. Caffe yang
menyuguhkan minuman kesukaannya yaitu Cokelat panas.
Tada kimi wo aishiteru
Tada kimi wo aishiteru
Suara alunan lagu yang sangat ia kenal, menyapa pendengarannya.
Lagu itu, adalah lagu yang sering ia dengar saat dulu ia menyukai Haruma.
“Haahhh .. “ Jieun menghembuskan nafasnya. “Kenapa selalu
saja mengingatnya, bangunlah Jieun , dia bahkan tak mengingatmu” tambahnya.
“Siapa yang tidak mengingatmu ?” tanya seseorang yang sudah
dari tadi berada dibelakang meja Jieun, membuat Jieun menoleh dan betapa
terkejutnya saat senyuman itu menyapanya. Senyuman yang sangat ia rindukan,
senyuman sempai Haruma.
“Sempai ?”
Haruma beranjak, dan kini ia pun duduk dihadapan gadis itu,
gadis dengan mata berkaca-kaca.
“Bagaimana kabarmu ?” tanya Haruma tanpa rasa bersalah.
“Aku sangat tidak baik karena seseorang telah mengacuhkanku”
ucap Jieun dengan nada menyindir.
“Maaf Eun-chan aku berniat menyapamu setelah meeting usai,
namun aku tak menemukanmu dimanapun, kau pasti langsung pulang ya ?”
“Sempai kau jahat ...”
“Kau merindukanku eoh ?”
“Kau sangat tahu jawabannya sempai”
“Eun-chan maaf, kau masih marah padaku karena meeting
kemarin eoh ?”
“Aniya, aku marah karena kau baru menyapaku sekarang, kemana
saja kau sempai, tak bisa kah kau menghubungiku sekali saja ?”
“Maaf Eun-chan maaf .. aku sedang sibuk untuk mencari cincin
yang pas”
Cincin ? untuk apa ia
mencari cincin ?
“Kau akan bertunangan ya ? selamat sempai” ucap Jieun lirih,
ia menunduk mencoba agar tak menangis dihadapan lelaki itu.
“Ya kau benar ..” ujar Haruma.
Seakan tersambar petir, Jieun tak mampu lagi menahan semua
itu. Baru akan beranjak dari tempat itu, tangan kekar Haruma menahan lengan
Jieun.
“Aku akan bertunangan dengan wanita dihadapanku ini, wanita
yang sedang kupegang tangannya”
Jieun membelalakan matanya, menatap lelaki dihadapannya yang
kini tengah tersenyum lebar dengan polosnya.
“Se sem ..”
“Aku mencintaimu Eun-chan, sejak dulu sejak kita bersama,
aku takut , aku takut jika kau tak mempunyai perasaan yang sama seperti
perasaanku terhadapmu, aku rela , jika dulu kita hanya berteman , tapi sekarang
aku tidak akan bertindak bodoh lagi, aku tidak akan membuatmu pergi lagi”
Jieun seakan kehabisan kata-kata, jadi selama ini, lelaki
yang ia sukai juga menyukainya, kenapa ada dua orang bodoh yang saling menyukai
namun hanya bisa berdiam diri saja seperti mereka ? betapa konyolnya semua ini,
sekonyol perasaan yang selama bertahun-tahun tak pernah berubah.
“Eun-chan will you marry me ?” tanya Haruma menyodorkan
sebuah cincin manis dihadapan Jieun.
Jieun mengulas senyumannya, sedikit menghapus air disudut
matanya.
“I will sempai i will ..”
Haruma beranjak memakaikan sebuah cincin dijari Jieun,
keduanya saling menautkan tangan, saling berpandangan dan akhirnya mereka pun
berpelukan, menghantarkan rasa rindu yang begitu besar, rasa rindu yang tak
pernah bisa tersalurkan oleh orang lain.
Suara riuh tepuk tangan para pengunjung Caffe pun pecah
membuat suasana semakin manis dan yang pasti, itu tak akan pernah terlupakan
bagi keduanya.
“Saranghae sempai” bisik Jieun
“Aishiteru Eun-chan” balas Haruma.
Ditempat lain
“Ternyata kau sudah mempunyai seseorang yang istimewa” gumam
namja yang sedari tadi berdiri diluar Caffe memperhatikan wanita itu, wanita
yang beberapa bulan lalu membuat matanya selalu ingin melihatnya. Bukan tanpa
alasan ia mengajak Jieun untuk ke Jepang, ia hanya ingin lebih dekat dengan
wanita itu , tapi ternyata , Jieun sudah menutup hatinya untuk orang lain
karena ada pria itu.
Soo hyun tersenyum miris, ia berbalik, memunggungi Caffe itu
dan berjalan dengan kedua tangan disaku mantelnya. Ia menengadah, menatap
birunya langit di Hokkaido sembari tersenyum pahit.
“Kuharap kau bahagia Jieun-ssi”
Soo Hyun kembali berjalan menembus angin yang berhembus
menusuk kulit dan hatinya.
The end
Eotthe ? ceritanya membosankan yah , ga apa lah hehe
itung-itung menyalurkan inspirasi. Kritik dan saran ditunggu ^_^
Comments
Post a Comment