Cast : Lee
Jieun (iu), Do Kyungsoo, Yoo In Na, Kim Jongin, Xi Luhan.
Genre : Sad, drama.
Lenght : Oneshoot.
Cinta memang tak selamanya sesuai harapan, itulah yang kualami
saat ini, aku merelakan mereka bersama. Tentu saja, apalagi yang bisa
kuperbuat, tak mungkin aku memaksakan keinginan ku. Dia, namja yang kusukai
sejak pertama kali aku mengenalnya, namanya Kyungsoo, siswa cerdas ketua club
memanah. Dan dia In na teman sekelasku, kami berteman hampir dua tahun lamanya.
Mereka diam-diam saling menyukai dan akhirnya menjalin sebuah hubungan. Hati
ini sakit setiap kali In na curhat tentang kemesraannya dengan Kyungsoo. Mereka
berdua sama sekali tidak tahu mengenai perasaan ku yang sebenarnya. Aku
mengenal Kyungsoo saat sama-sama mendaftar Club memanah, sampai saat ini dia
menjadi ketuanya. Selalu saja aku tersenyum dibalik perih yang kurasakan. Bersikap layaknya orang bodoh didepan orang
yang kusukai dan didepan teman ku. Aku bisa saja menghianati In na dengan
menggoda Kyungsoo namun tak kulakukan, aku tak Serendah itu. Hari ini lagi-lagi
aku melihat mereka berjalan berdampingan dengan tangan saling bertautan. Aku hanya
bisa menghela nafas berat dan menghindar agar tak semakin membuat sakit hati.
"Jieun-a"
"hmm
.."
"aku
ingin mengenalkanmu pada seseorang" lagi-lagi In na mencoba mencomblangkan
ku dengan namja pilihannya. Ia terlihat antusias jika sudah menjodohkan ku
dengan namja kenalannya. Ia tahu aku belum pernah berpacaran. Andai saja ia
tahu, aku menyukai namjachingunya, mungkin aku tak akan pernah dipandangnya
lagi. Kadang aku ingin ia tahu yang sebenarnya, aku terlalu lelah dengan semua
ini tapi aku tak boleh melakukannya aku terlalu menyayanginya seperti saudara
perempuan ku sendiri. Kalau dipikir-pikir aku memang orang yang baik. Selalu
Menjaga perasaan orang lain namun malah menyakiti perasaan ku sendiri.
"Mengenalkanku
pada siapa?" tanyaku.
"Ah
namanya Xi Luhan, ia siswa pindahan dari China"
"Oh"
jawabku seadanya, aku sama sekali tak tertarik dengan perjodohan seperti ini.
"Tunggu
lah, sebentar lagi dia akan segera datang"
Aku hanya
mengangguk dan kembali meminum jus strawberry didepanku.
"Ah itu
dia orangnya" mataku teralih pada sosok namja yang berjalan kearah kami.
Namja yang sepertinya selalu memakai sunblock diwajahnya, ia jauh, jauh dari
type ku. Ia sangat jauh berbeda dengan Kyungsoo. Ah lagi-lagi aku
memikirkannya.
"Annyeong..."
sapanya.
"Ah annyeong
Luhan-ssi" balas In na dengan senyum dibibirnya. Aku hanya mengangguk
kecil.
"Perkenalkan
ini Luhan dan Luhan ini Jieun temanku"
aku tersenyum yang terkesan dipaksakan. Ia juga tersenyum, senyum nya
lebih mirip dengan pororo, ia terlalu imut untuk ukuran seorang namja.
"Kalian
berbincanglah, aku harus segera menemui Kyungsoo hehe, bye" In na dengan
seenaknya meninggalkan kami yang didera rasa canggung. Aku meminum jus ku lagi,
ia menggaruk kepalanya yang tampak tak gatal.
"Ah
Jieun-ssi kau kelas apa?"
"Aku
sekelas dengan In na" jawabku datar.
"Ah
begitu,, apa boyband favoritmu ?"
"Aku
tidak suka boyband, aku lebih menyukai penyanyi solo seperti Lee Seung Gi"
"Ah
sayang sekali, aku sangat menyukai boyband dan juga girlband, terutama SNSD
juga EXO hehehe tapi aku juga menyukai penyanyi solo"
"Oh
begitu" aku tak tertarik dengan topik ini.
Lagi kencan
buta yang In Na rencanakan, ku buat kacau, aku berjalan sembari sesekali
menyesap ice coffee yang kupegang. Aku tak semudah itu menyukai seseorang, Do
Kyungsoo entah mengapa aku tergila-gia padanya. Aku tahu perasaan yang seperti
ini sangat menyakitkan namun tak membuat perasaan ini dengan mudah hilang.
Musim dingin tak membuat hatiku dingin, hatiku panas saat melihat mereka saling
melempar senyum. Kenapa setiap aku melangkah, aku selalu melihat mereka, Tuhan
senang sekali menyiksaku.
“Ah Jieun ?
Kau sendirian, mana Luhan ? Sepertinya rencana ku gagal lagi” In Na memasang
wajah kecewanya.
“Siapa Luhan
?” Kyungsoo penasaran.
“Ah ani In Na
... kami cocok ko, hanya saja sepertinya lebih cocok berteman” jawabku mencoba
menghiburnya.
“Benarkah? Ah
aku harus lebih semangat lagi mencomblangkanmu” Aku tersenyum, tepatnya mencoba
tersenyum.
“Heyy kalian
mengabaikanku” Kyungsoo memanyunkan mulutnya
“Omo oppa
sangat menggemaskan” ujar In Na.
“ishh kau
ini” Lagi, kami tertawa lebih tepatnya mereka yang tertawa bahagia. Aku lebih
suka seperti ini, melihatnya tersenyum meski bukan untuk ku.
“Kalau begitu
aku pulang dulu” pamitku.
“Ne hati-hati
dijalan Jieun-ssi” ujar Kyungsoo.
“Ne annyeong,
selamat bersenang-senang” ujarku lalu berjalan meninggalkan dua insan itu.
Aku menatap
diriku iba, berjalan seorang diri ditengah musim dingin seperti ini, anehnya
aku malah membeli ice coffee di musim sedingin ini, aku tersenyum getir. Seperti melodrama, aku menjalani
hari-hariku. Mencuri pandang, mencoba dekat dengan Kyungsoo yang tersamarkan
sebagai persahabatan. Namun setiap detik juga hatiku sakit karena tak
henti-hentinya ia membahas Yoo In Na juga sebaliknya.
)()()()(
Sudah sekitar
lima tahun berlalu, sejak aku lulus sekolah. Kini aku bekerja disebuah apotek
kecil disudut kota. Apakah aku masih menyukai namja itu, Do Kyungsoo ?
entahlah, mungkin karena sudah cukup lama tak melihat wajahnya, cintaku
memudar. Tak ada sama sekali kabar tentangnya juga tentang In Na. Kami sama sekali kehilangan
kontak. Tapi mungkin aku salah, sepertinya aku masih menyukainya, terbukti
sampai sekarang aku masih belum pernah menjalin hubungan dengan seseorang.
Entah dosa apa yang pernah aku perbuat hingga bisa mencintai namja itu sampai
sekarang, lebih tepatnya namjachingu temanku. Aku mencoba, selalu mencoba untuk
melupakannya dan menghilangkannya dari pikiranku, namun entah mengapa, justru
sebaliknya, bayangannya semakin menghantuiku. Apalagi senyuman manisnya. Aku
ingat benar saat ia mulai menarik busurnya dan mengenai tepat pada sasarannya.
Ia sangat senang, senang sembari tersenyum padaku tepatnya pada kami semua yang
kala itu menunggu giliran untuk memanah.
Entah harus
sedih atau bahagia saat aku mengenang masa-masa kami di SMA dulu, aku masih
menyimpannya, menyimpan saat semua anggota club memanah berfoto bersama, aku
tepat berdiri disampingnya. Aku sempat kena marah karena tak memandang kamera
saat guru kami membidik kameranya, lalu kemana aku memandang? Kalian tahu
jawabannya, aku memandang namja yang dengan gagahnya berdiri disampingku. Guru
kami pun membidik sekali lagi, dengan senyum tiga jari menghiasi wajah semua
anggota club memanah akhirnya kami berhasil membuat satu foto yang bagus. Aku
sempat, sempat ingin membuang semua kenangan yang berhubungan dengan namja itu,
namun dengan cepat aku mengurungkan niatku itu. Biarlah, biarlah ini semua
berakhir ketika rasa cintaku juga berakhir.
Aku melihat
jam yang bertengger manis dilenganku.
“Jam 10”
gumamku, sudah waktunya aku pulang dan menutup apotek kecil ini. Malam mulai
larut, angin cukup dingin ketika menyapa kulitku. Aku berjalan cepat, sembari
sesekali mengeratkan mantel yang kupakai.
Brukk
Aku merasakan
menabrak seseorang. Aku membungkuk meminta maaf.
“Jieun .. Lee
Jieun ?”
Aku
mendongak, sepertinya suara itu tak asing. aku tak percaya saat melihat siapa
yang kutabrak. Teman satu club memanah ku dulu, Kim Jongin.
“Jongin,, apa
itu kau ?” aku berbalik bertanya, ia mengangguk mantab.
“Ne ini aku,
Omo sudah lama sekali kita tak pernah bertemu sejak lulus SMA. Bagaimana kalau
kita minum dulu” akupun menyetujuinya, kami berjalan menuju salah satu warung
pinggir jalan yang masih buka dimalam sedingin ini, tampak kepulan uap katika
aku melihat para pengunjung warung ini bercakap-cakap.
Bibi penjaga
warung menyuguhi kami sebotol soju juga makanan pendampingnya.
“Bagaimana
kabarmu ? kau bekerja dimana ?” Jongin memulai percakapan.
“Aku baik,
aku bekerja di apotek diujung perempatan jalan. Kau sendiri, bagaimana kabarmu
? kau bekerja dimana sekarang ?”
“Aku, aku
bekerja sebagai instruktur memanah disalah satu tempat les Jieun-a, tidak
banyak yang diharapkan dari seorang instruktur Ji” Jongin meneguk gelas kecil
berisi soju yang aku tuangkan.
“Ah, sama
sepertimu, tidak banyak juga yang bisa diharapkan dari seorang penjaga apotek
sepertiku Jongin-a” aku tersenyum kecut, ketika orang lain melanjutkan
pendidikannya saat lulus SMA, aku juga anak lain yang tak beruntung justru
harus mencari pekerjaan untuk menghidupi diri sendiri juga keluarga.
“Kau tahu, si
babo Chanyeol saat lulus SMA ia membuka usaha makanan kecil dan sekarang ia
menjadi pengusaha sukses, haha aku sulit percaya”
“Benarkah ?
haha si babo itu ternyata ia bisa juga menjadi orang, takdir memang menyimpan
sesuatu yang tak pernah kita bayangkan” Jongin mengangguk setuju. Chanyeol,
anak pembangkang yang selalu meleset saat memanah. Jieun tak percaya kini ia
menjadi orang yang berhasil. Ia ingat betul, anak itu dulu siswa terbodoh dalam
hal memanah dan selalu menjadi bahan olokannya juga Jongin.
“Ah, dan
kudengar Kyungsoo sudah menikah”
Aku hanya
diam, entah aku harus bereaksi seperti apa. Seakan membeku ditengah dinginnya
malam di Seoul.
“Saat lulus
SMA ia melanjutkan kuliah di Belanda dan yang aku dengar ia menikah
disana. Ah anak itu, kenapa tidak
mengundang kita” lanjut Jongin. Aku hanya tersenyum kecut dan menenggak kasar
soju dihadapanku. Mungkin inilah akhir, akhir dari kisah cintaku yang tak
pernah terbalas dan tak pernah diketahui.
“Jieun-a
kenapa kau diam ? ah sepertinya kau sudah mabuk”
The end
what the hell? o_O
ReplyDeletejadi cinta jieun gak di ketahui siapapun?
aish...poor my Jieun XD
hehe .. ia gak ada yg tau, kebanyakan waktu SMA kaya gtu kan ? keke #curhat
Deletemakasih udh baca :)