Cast : Lee Jieun
(iu), Oh Sehun, Xi Luhan.
Genre : Drama,
Family, Romance, PG.
Maaf kalo bertele-tele atau membosankan (_ _) atau membingungkan hehe .. aku juga bingung sendiri ,,, (curcol). Maaf kalo banyak typo.
Preview
“Ayah
memanggil mu untuk makan malam”
“Oh,
lalu kenapa kau yang kesini, ada banyak pelayan yang bisa memberitahukannya
padaku?”
Sehun
tersenyum dengan ekspresi yang sulit dijelaskan, Jieun memasang tampang
bingungnya.
Selalu
saja ada perasaan tidak enak saat ia tersenyum seperti itu
****
“Ah ani, aku hanya menawarkan diri untuk memanggilmu”
Sehun mengedikan bahunya.
Jieun masih tak mempercayai ucapan kakak tirinya itu.
“Aahh benarkah? Tidak ada maksud lain ?” selidik Jieun.
Sehun sempat terkekeh sebentar. “Tentu saja tidak ada,
maksud lain apa ? Cepatlah aku tunggu diluar, kita turun bersama-sama”
“M mwo? Kenapa harus bersama-sama, pergi saja duluan”
ujar Jieun sengit.
Sehun melipat kedua tangannya diatas dada dan memandang
Jieun datar.
“N ne baiklah, tunggulah diluar”
Sehun berlalu dari hadapan Jieun.
“Kenapa aku harus menurut padanya, aisshh jinjja ..”
gerutu Jieun.
Jieun keluar dari kamarnya, memakai dress santai namun
tetap elegan. Sehun memandangi
Jieun sembari mengangguk-angguk pelan. Entah apa
maksudnya. Jieun hanya bisa mengernyitkan dahi dan menggeleng tak paham.
“Sehun-ssi ...” panggil Jieun lirih ketika mereka menuju
ruang makan yang terletak dilantai paling dasar rumahnya, cukup jauh dari
lantai mereka berada saat ini.
Sehun menoleh “ Panggil aku oppa” ujarnya dan kembali
menatap lurus dihadapannya.
“Cihh .. mimpi saja sana, jangan harap aku akan mengakui
mu sebagai kakak ku”
“Ani aku juga tidak mengharapkannya, aku ingin kau
memanggil ku oppa sebagai kekasihmu”
Jieun menatap Sehun tak percaya, namun Sehun masih tetap
berjalan santai.
“Ka ..”
“Kita sudah sampai” Sehun memotong ucapan Jieun yang
bahkan belum terselesaikan.
Jieun menarik kursi disamping ayahnya, dan Sehun menarik
kursi disamping ibunya, mereka saling berhadapan.
“Omo, aku senang melihat kalian akhirnya bisa akrab” ujar
ayah Jieun yang mendapat senyuman kecil dari Oh Ha ni.
“An ..”
“Ne kita sudah mulai akrab akhir-akhir ini” jawab Sehun
datar. Jieun memandang kesal Sehun.
“Baguslah” ujar ayah Jieun.
Semuanya makan dengan keadaan cukup hening, hanya ada
suara denting jarum jam. Jieun memandang nanar makanan dihadapannya, ia tidak
selera makan seperti biasanya.
“Makan makananmu dengan benar Jieun-a” ujar ibu tirinya.
“Ne eomma”
Dalam hati Jieun mengumpat ibu tirinya itu, rasanya
mulutnya akan rabies jika ia menyebut wanita itu dengan sebutan eomma. Bukan
tanpa alasan ia bersikap seperti itu, ia pernah mengumpat wanita itu didepan
ayahnya hasilnya ia dikurung digudang selama 2 malam, tanpa penerangan dan
hanya dengan sebotol air. Sungguh, Jieun tak percaya ayahnya tega memberi
hukuman seperti itu pada anak kandungnya sendiri.
Cihh
dasar penjilat, enyah saja kau bitch !
Sehun melihatnya, ia tahu betapa benci Jieun pada ibunya,
sama seperti Jieun ia juga sama bencinya pada ayah Jieun dan juga ibu
kandungnya sendiri. Ibunya memilih menikah dengan ayah Jieun ketika ayahnya
sendiri meregang nyawa dan akhirnya meninggal karena tak mampu lagi membiayai
rumah sakit. Ia tak pernah menunjukan kekesalannya terang-terangan seperti yang
Jieun lakukan dulu namun ia juga tak menunjukan sikap hormatnya, ia sadar ia
masih butuh uang dari orang itu sampai ia bisa melepas diri kelak setelah
dewasa. Upacara makan malam pun usai, Jieun juga Sehun meninggalkan meja
terkecuali ayah dan ibu tirinya. Bukan berjalan kearah kamar, Jieun memijakan
kakinya kearah luar, ia menuju kolam renang.
Udara dingin menyeruak ketika ia
sudah berada diluar. Jieun sedikit mengusap tangannya, ia berdiri memandangi
air dihadapannya, semilir angin menyapa wajahnya.
“Disini dingin masuklah” Sehun menyampirkan sebuah
selendang dibahu Jieun. Ia kemudian berjongkok dan memainkan air kolam dengan
tangannya.
“Kau tahu disini dingin, kenapa masih keluar?” ujar Jieun
datar. Ia mengeratkan selendang yang ada dibahunya.
“Aku tahu kau sangat membenci ibuku” ujar Sehun tanpa
mempedulikan pertanyaan Jieun.
“Kau tahu dengan sangat jelas lalu kenapa kalian memasuki
keluargaku?”
“Aku sama sepertimu, aku juga sangat membenci ayahmu”
Sehun masih memainkan air kolam.
Jieun masih terpaku dengan pandangannya, ia sama sekali
tak terkejut dengan pernyataan Sehun barusan.
“Sudah sewajarnya” ujar Jieun.
“Keluarga tidak akan disebut utuh, ketika kau tinggal
dengan orang yang bukan darah dagingmu sebaik apapun itu, ikatan darah lebih
kental”
“Apa maksudmu mengatakan hal itu ?” tanya Jieun.
“Entahlah, aku hanya mengatakan apa yang ada dipikiranku”
Sehun berdiri ia mengusap kedua telapak tangannya. Udara dingin mulai terasa
olehnya. Sehun beranjak masuk meninggalkan Jieun yang masih betah berdiri
diluar.
Orang
aneh
Tak lama Jieun pun masuk dan kembali menuju kamarnya.
Jieun sedikit terkejut ketika melihat Sehun sedang berbaring ditempat tidurnya
sembari membaca buku yang terlihat lumayan tebal. Kamar Jieun sepi tak ada
satupun pelayan yang biasa menungguinya didepan pintu.
“Apa yang ..”
“Ssstt.. aku sedang membaca buku” ujar Sehun sembari
memberi isyarat untuk diam.
Orang
ini selalu saja memotong ucapanku
“Yaakkk kau pikir ini perpustakaan eoh ?” teriak Jieun.
Sehun tampak tak peduli dengan omelan Jieun, ia masih
membaca bukunya.
“Yaaakk, ada banyak ruangan dirumah ini, kenapa harus
kamarku?” lagi, Jieun mengeluarkan kekesalannya yang tak ditanggapi Sehun sama
sekali.
Jieun putus asa, ia berdecak sebal Sehun tak mempedulikannya,
baiklah ia pun tak akan mempedulikan keberadaan Sehun. Jieun berjalan menuju
sofa, ia mengeluarkan isi tasnya, ia mengerjakan beberapa PR yang diberikan
gurunya. Jieun mencoba fokus namun ia tak bisa, beberapa kali matanya melirik
Sehun yang masih tenang membaca bukunya. Jieun menghela nafas, ia sungguh tak
mengerti watak Sehun.
Ia kesini hanya untuk membaca buku ?
Kenapa harus jauh-jauh kekamarnya?
Apa dia gangguan jiwa? Ah itu berlebihan Jieun, tapi
mungkin saja kan ?
Bukannya menyelesaikan PR nya, Jieun sibuk dengan
spekulasi-spekulasi yang berputar diotaknya.
“Aku sudah selesai” ujar Sehun yang menyadarkan Jieun
dari pikiran-pikirannya.
“Eoh ?”
Bukannya pergi Sehun menarik selimut dan menutupi
tubuhnya. Ia mengubah posisinya miring menghadap langsung kearah Jieun berada.
Lagi-lagi Jieun menghela nafasnya, apa yang harus
dilakukannya untuk membuat Sehun jera mengganggunya. Jieun memandangn datar
Sehun, namun Sehun mengembangkan senyumannya.
“Apa lagi yang kau mau sekarang? Haruskah kuadukan pada
ayah agar kau jera?”
“Aku suka, aku suka ketika kau marah, aku suka ketika kau
tersenyum, aku suka ketika kau memejamkan mata, aku suka saat memandangimu”
Sehun mengucapkannya yang terdengar tulus.
Jieun terdiam mendengar ucapan Sehun yang terdengar
curahan dari hatinya, ekspresi saat mengatakannya, entahlah seperti anak kecil
yang tidak bisa berbohong.
“Oh”
Sehun tak percaya, ia sudah mengeluarkan rayuannya dan
hanya mendapat reaksi seperti itu dari Jieun. Sulit dipercaya, ia harus
berusaha sekeras mungkin untuk mendapatkan hati Jieun.
Jieun berlalu dan
berjalan kearah kamar mandinya.
“Yaa yaakk kau mau kemana ?”
“Mandi” jawab Jieun tanpa beban.
“Ada namja dikamarmu, dan kau mau mandi ?”
Jieun berbalik menatap Sehun “Wae ? tidak mungkin kan
seorang kakak berbuat macam-macam pada adiknya? “
“Mungkin saja, jika hanya adik tiri” jawab Sehun tak mau
kalah.
Aisshh
orang ini, aku tak pernah menang berdebat dengannya.
Sebenarnya Jieun hanya berpura-pura akan mandi agar Sehun
pergi namun Sehun masih betah meniduri ranjangnya, tak mungkin kan ia mandi
malam-malam begini dan lagi udara sangat dingin.
“Terserah apa katamu ..” Jieun melanjutkan langkahnya, ia
tak akan mandi hanya akan berdiam disana sampai Sehun pergi dari kamarnya.
“Cihh ... begitulah sikap orang kalah” gumam Sehun, ia
meregangkan kedua tangannya. Ia merasa nyaman tiduran dikamar Jieun. Entahlah,
mungkin karena ini adalah kamar dari orang yang ia sukai.
Semakin hari Sehun semakin sering mendekati Jieun, meski
ia hanya punya waktu malam hari, jadwal Jieun sangat padat saat siang hari.
Sesekali Jieun jengah dengan sikap kakak tirinya itu, ia bingung bagaimana bisa
Sehun menyukai orang yang sangat membenci kehadiran ibu kandungnya itu. Dan
bukankah Sehun juga membenci ayahnya? Semakin Jieun memikirkannya, Jieun malah
semakin bingung. Lama-kelamaan Jieun mulai terbiasa, toh Sehun tak berbuat
macam-macam padanya, hanya waktu itu, ya waktu mereka digudang, hanya itu. Dan
Sehun tak pernah lagi berbuat aneh-aneh pada Jieun. Ayah Jieun senang, melihat
keakraban antara Jieun dan Sehun tanpa tahu maksud Sehun yang sesungguhnya. Ibu
Sehun tak pernah memikirkan tentang itu, ia terlihat cuek, mau akrab mau tidak,
sepertinya ia tidak perduli, yang ia pedulikan hanya uang dan foya-foya.
Namun suatu hari semua ketenangan berubah ketika ayah
Jieun melihat foto-foto yang diberikan pelayannya, foto-foto saat Sehun
memasuki kamar Jieun diam-diam tengah malam. Ayah Jieun tak terlalu berfikir
aneh-aneh namun tetap saja itu mengganggu pikirannya. Ia memanggil Jieun dan
Sehun keruang bacanya. Kini mereka berdiri berdampingan dihadapan sang ayah.
“Apa maksud semua ini ?” tanya tuan Lee sembari melempar
foto-foto dimejanya.
Sehun bersikap setenang mungkin namun berbeda dengan
Jieun, tangannya tak henti-henti meremas ujung kausnya.
“Aku hanya mengunjungi adik tiriku, apa itu salah? Kau
senang kan melihat kami akrab” ujar Sehun.
Tuan Lee memegangi pelipisnya dan menghembuskan nafas
kasar.
“Tapi tetap saja, kalian ini saudara tiri, tidak akan
baik hanya berdua saja didalam sebuah ruangan apalagi saat larut malam”
“Ne appa mian, kami tidak akan mengulanginya lagi” jawab
Jieun.
“Sudah, kalian kembalilah ke kamar” suruh tuan Lee. Jieun
mendahului keluar.
“Aku akan mengawasimu” ujar tuan Lee pada Sehun sebelum
benar-benar keluar dari ruangannya.
^^^^
Jieun menghembuskan nafasnya lega, ia membaringkan diri
dikasurnya. Kenapa ia sepanik itu tadi? Bukankah bagus jika Appa tahu, itu
artinya ia akan menjauhkan dirinya dari Sehun, dan mungkin saja mereka, Sehun
dan ibunya didepak keluar. Jieun harusnya senang jika hal itu terjadi namun
hatinya berkata sebaliknya.
“Mungkinkah aku
mulai menyukainya?” gumam Jieun.
“Ah ani, tidak mungkin” Jieun menggeleng pelan mencoba
menghilangkan pikirannya.
Ia memandangi sebuah foto berfigura besar yang tertempel
didinding kamarnya.
“Eomma, bagaimana jika benar aku menyukainya? Berdosa kah
?” gumam Jieun sembari memandang foto yeoja yang tampak tersenyum manis. Yang
tak lain adalah ibunya.
^^^^
“Nona, tuan menyuruhku untuk memberi tahu nona agar
bersiap-siap”
“Bersiap-siap? Untuk apa ?”
“Satu jam lagi, tuan akan menghadiri undangan pesta dan
seluruh keluarga harus ikut termasuk anda nona”
“Ah benarkah ? baiklah kalau begitu” pelayan itu pun
keluar.
“Kenapa Appa baru memberitahunya sekarang, apa yang harus
aku pakai?” Jieun beranjak dari meja belajarnya dan mengubek-ubek lemarinya,
mencari gaun yang pas untuk malam ini. Jieun menemukan satu gaun, gaun yang
pernah dipakai mendiang ibunya, gaun yang bernuansa eropa klasik namun masih
terkesan modern dengan modifikasi di bagian lengannya.
Jieun bersiap-siap, tak lama ia pun keluar dan gaun itu
sudah melekat ditubuhnya, sangat pas. Jieun sedikit membenarkan sepatunya. Ia
melangkah turun menuju lantai dasar. Ia tiba dan sudah ada ibu tirinya, juga
Sehun yang terlihat beda dari biasanya, Sehun sedikit mengangkat sudut bibirnya
ketika matanya bertemu dengan mata Jieun. Jieun hanya menatapnya malas, ia
sempat terpesona namun tak lagi.
“Ayo kita sudah hampir terlambat” ujar tuan Lee, ia
bergegas memasuki mobilnya sembari membenarkan kancing jasnya, ada dua mobil,
yang satu untuk ayah dan ibunya dan satunya lagi untuk Jieun dan Sehun.
“Neomu yeppeo” bisik Sehun ditelinga Jieun. Jieun
menyenggol lengan Sehun.
“Ada supir disini” bisik Jieun. Sehun hanya mengedikan
bahu seolah tak perduli.
Mereka sampai, sebuah perjamuan yang terlihat orang-orang
penting didalamnya. Ayah dan ibu tiri Jieun turun dan saling bergandengan
tangan, ia pun begitu. Mereka memisahkan diri.
Jieun duduk disalah satu meja,
ayah dan ibu tirinya terlihat sedang berbincang dengan tamu yang lain,
sedangkan Sehun berkeliling entah kemana.
Jieun mengambil minuman yang ditawarkan pelayan. Ia
menyesapnya sedikit.
“Hai nona, bolehkah saya duduk disini?” tampak seorang
namja menyapa Jieun. Jieun mendongak.
“Silahkan”
“Kau terlihat cantik”
“Ah gomawo”
“Maukah berdansa dengan ku?” pintanya sembari mengulurkan
tangan berharap Jieun membalasnya.
“Eoh ?”
Namja itu masih menunggu. Akhirnya Jieun pun membalas
uluran tangan itu.
Jieun dan namja itu mulai menggerakan badan mengikuti
alunan musik yang terdengar seperti musik pembawa tidur.
“Kalau boleh aku tahu, siapa namamu?” namja itu memulai
percakapan.
“Nama ku Lee Jieun dan anda?”
“Saya, Xi Luhan”
“Ah, senang berkenalan dengan anda tuan Xi “ namja itu
hanya tersenyum penuh pesona.
“Anda kesini sendirian?” tanya Jieun.
“Saya bersama kedua orang tua saya” Jieun mengangguk
paham.
Sehun menggenggam tangannya erat, urat-urat nadinya
serasa menegang, dari jarak yang cukup jauh, ia melihat Jieun tengah berdansa
dengan seorang namja yang tak dikenalnya, sesekali mereka saling melempar
senyum. Tak seharusnya ia meninggalkan Jieun sendirian tadi.
Kini Jieun dan namja yang bernama Xi Luhan duduk dimeja
yang sama.
“Ah tuan Xi ,
apakah anda masih bersekolah?”
“Panggil saja Luhan, tak perlu seformal itu, ani aku
sudah kuliah”
“Ah begitu ,, “
Tiba-tiba datang dan duduk disebelah Jieun, Luhan
mengernyit.
“Perkenalkan, dia kakak ku namanya Oh Sehun” ujar Jieun.
Sehun dan Luhan saling memandang sembari membungkuk
kecil.
“Dia siapa ?” bisik Sehun.
“Hey tidak sopan berbisik-bisik didepan orang lain” bukan
mendapat jawaban, Jieun malah menceramahinya yang membuat Sehun menekuk
wajahnya. Sehun memandang tak suka pada Luhan namun Luhan bersikap biasa saja
sembari menyesap minumannya.
“Ah ternyata kalian disini” ujar Oh Ha ni.
“Kalian sudah saling kenal?” tanya ayah Jieun.
“Kenal dengan siapa?” Jieun bingung.
“Dia anak dari teman Appa yang akan kami kenalkan padamu
Jieuna tapi sepertinya kalian sudah saling mengenal, baguslah”
Jieun memandang Luhan, dan Luhan pun mengangguk pelan
sembari tersenyum.
Sehun tahu maksud ayah tirinya, ia pasti akan menjodohkan
Jieun dan Luhan. Ia serasa tak dianggap disini. Sehun pergi begitu saja.
“Sehun-a kau mau kemana?” panggil ibunya namun tak
mendapat reaksi apapun, Sehun tetap melangkahkan kakinya keluar gedung. Jieun
hanya memandang Sehun yang mulai menjauh. Pasti ia tidak suka dengan Luhan.
“Kalian mengobrol lah, Appa kesana dulu”
“Jadi kau sudah tahu kita akan dikenalkan?” tanya Jieun
yang mendapat anggukan dari Luhan.
“Ne .. aku hanya ingin berkenalan dengan mu lebih dulu
tanpa orang tua kita. Bukan hanya mengenalkan mungkin orang tua kita juga
berniat menjodohkan kita.
“Mwo? Menjodohkan ..”
“Tapi aku masih sekolah” tambah Jieun.
“Tentu saja mereka tidak akan langsung menikahkan kita,
mungkin untuk pendekatan dulu” ujar Luhan santai.
Jieun semakin tak paham tapi kenapa Luhan begitu santai,
apa ia menyetujui perjodohan ini.
“Dan kau menyetujuinya ?” tanya Jieun hati-hati.
“Hahaha entahlah, awalnya aku tidak menyetujuinya namun
setelah bertemu dengan mu kurasa tak ada salahnya kita saling mengenal dulu
satu sama lain. Lagi pula aku juga sedang single”
Jieun memutar kedua bola matanya jengah.
Sikapnya
mengingatkanku dengan seseorang, Oh Sehun. Mereka mirip.
Ngomong-ngomong
ia pergi kemana ya ?
Mungkinkah
ia langsung pulang kerumah ?
Aisshh
kenapa sekarang aku mengkhawatirkannya.
“Wae ada apa Jieun-ssi ?” Luhan melihat Jieun sedikit tak
fokus dengan pembicaraan mereka.
“Ah ani tidak apa-apa Luhan-ssi, aku permisi dulu” Jieun
beranjak. Ia melangkahkan kakinya keluar gedung, mungkin saja Sehun belum
pulang dan masih diluar. Jieun mengedarkan pandangannya, ia tersenyum ketika
menemukan sosok yang ia cari. Sehun tengah duduk disalah satu kursi taman
sembari melemparkan batu kedalam kolam dihadapannya.
“Kau sedang apa disini?” Jieun membuyarkan lamunan Sehun.
Ia menoleh.
“Aku hanya bosan didalam” jawabnya masih tetap menatap
lurus.
“Ah begitu ..” suasana kembali hening.
Kenapa
aku jadi secanggung ini ? tak biasanya.
“Aku masuk saja disini dingin” Belum sempat melangkah,
Sehun menggenggam tangan Jieun pelan.
“Wae ada apa ?” tanya Jieun. Sehun menghembuskan nafas.
“Aku tidak suka kau bersama namja itu” ujar Sehun lirih.
“Bagaimana kalau kita pulang saja?”
“Tapi bagaimana jika nanti Appa marah?” cemas Jieun.
“Aku yang akan menjelaskannya”
“Kalau begitu baiklah” ujar Jieun dan mereka pun pulang
dengan mobil yang juga membawa mereka kemari.
^^^^
Sehun masih menggenggam lengan Jieun bahkan ketika mereka
sampai dirumah. Sehun membawanya menuju ruang yang sering Jieun kunjungi untuk
bermain piano. Sehun mendudukan Jieun dan ia berjongkok dihadapannya. Jieun tak
tahu apa yang akan Sehun lakukan.
“Tolong jawab aku ?” Jieun hanya bisa memandang penuh
tanya namun akhirnya ia mengangguk.
“Sebenarnya kau menyukai atau tidak?” tanya Sehun lagi.
Jieun tampak berfikir. Ia pun tak tahu jawabannya.
“Entahlah ..” Jieun menjawab jujur. Sehun menghembuskan nafasnya
kasar seperti kurang puas dengan jawaban yang keluar dari mulut Jieun.
“Tapi aku mulai merasa nyaman saat didekatmu dan tak
ingin kau jauh” tambah Jieun.
Senyuman mulai mengembang dibibir Sehun. Ia
merengkuh gadis itu dalam pelukannya.
“Aku tahu, kau akan menyukaiku” ujar Sehun disela-sela
pelukannya.
“Ta tapi aku tidak mengatakan begitu” Jieun secara
sepihak melepas pelukan mereka. Sehun terkekeh.
“Kau belum mengakuinya” ujar Sehun, ia melangkah pergi
meninggalkan gadis yang masih bergulat dengan pikirannya sendiri itu. Ia merasa
lega, setidaknya usahanya selama ini sedikit membuahkan hasil.
^^^^
Ayah Jieun murka mendapati Jieun dan Sehun pulang tanpa
izinnya. Ibu Sehun mencoba menyakinkannya dengan mengatakan mungkin saja mereka
lelah. Ia curiga sejak awal, Sehun mempunyai maksud lain mendekati anak
gadisnya itu. Ia memanggil Sehun keruangannya.
“Kenapa kalian pulang duluan ?”
Sehun menjawab sembari sedikit menunduk “Jieun bilang ia
lelah, dan memintaku untuk mengajaknya pulang Appa”
“Tsk , jangan berbohong bocah tengik, aku sudah tahu
semuanya”
Sehun menarik keplanya memandang lelaki paruh baya
dihadapannya, selama ini ia belum pernah memanggilnya bocah tengik dan itu
sangat menyinggung perasaan Sehun.
“Anda benar tuan Lee, saya menyukai putri anda” Sehun tak
lagi memanggil lelaki itu dengan sebutan Appa. Ayah Jieun melebarkan matanya
mendengar ucapan teraang-terangan yang diberikan Sehun.
“M mwo ? tapi dia adikmu, inikah balasan mu terhadap
orang yang sudah mengangkat derajat ibumu. Kau tahu dia dulu seperti apa?”
“Tapi dia hanya adik tiriku dan aku sangat tahu ibuku
dulu seperti apa, tapi bukankah dia wanita yang anda cintai ?”
“Aku akan mengirimu sekolah diluar negeri” Sehun
membelalakan matanya tak percaya.
“Saya tidak mau”
“Kau harus mau, atau ibumu yang akan menerima akibatnya”
ayah Jieun mengancam. Ayah Jieun selalu serius dengan ucapannya. Sehun mungkin
terlihat benci pada ibunya tapi ia tak sanggup bila terjadi apa-apa pada wanita
yang telah melahirkannya itu dan dia adalah keluarga satu-satunya setelah
ayahnya meninggal.
“Aku akan memberi kesempatan untukmu bersama putriku
sebelum kau pergi tapi jangan sampai Jieun tahu”
“Baiklah” Sehun tak punya pilihan lain, harusnya ia masih
bersyukur ayah tirinya itu tak mendepak dia dan ibunya keluar.
“Pergilah” Sehun berbalik dan berjalan keluar. Sehun
mengacak rambutnya gusar, ia mengaku seperti tadi karena tahu ayah Jieun
bukanlah orang yang bodoh. Meskipun ia tak mengaku, bisa dipastikan ayah Jieun
akan mengetahunya sendiri.
^^^^
Sehun mengajak Jieun piknik pada hari Minggu, Jieun
sempat menolak tapi Sehun telah meyakinkannya dan sudah mendapat izin dari ayah
tirinya. Akhirnya Jieun pun setuju. Mereka berkemah ditempat perkemahan milik
ayah Jieun.
Sehun tengah membangun tenda sedangkan Jieun duduk
memandangi danau dihadapannya.
“Yaaakk bocah bantu aku” Jieun menoleh.
“Isshh aku tidak bisa membangun tenda, nanti tanganku
lecet keke”
“Cihh dasar nona manja”
“Tapi Sehun-ssi, apakah ini tidak terlalu aneh, Appa
menginzinkan kita berkemah hanya berdua saja”
“Panggil aku oppa” Sehun mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Baiklah oppa ..” Jieun menekankan saat menyebut oppa.
Sehun terkekeh melihat tingkah Jieun, akhirnya ia bisa mendengarnya
memanggilnya oppa.
“Sudahlah jangan terlalu dipikirkan, kita nikmati saja
alam yang indah ini”
Jieun mengangguk mantap “Ne kau benar juga” Setelah
beberapa menit Sehun pun selesai membangun tenda mereka. Ia sengaja hanya
membuat satu tenda saja.
“Kenapa hanya ada satu tenda saja?” Jieun mengernyit karena
Sehun duduk disampingnya setelah membangun satu tenda dan tak membangun tenda
untuknya.
“Aku lupa tidak membawa dua tenda”
Jieun hanya menggerutu.
“Kalau begitu aku akan suruh pelayan rumah untuk membawa
satu tenda lagi kesini” Jieun mencari nomor telepon rumah diponselnya.
“Heyss tidak perlu, kau selalu saja merepotkan orang,
kasian kan mereka harus pulang pergi jauh-jauh” itu hanya alasan Sehun saja.
“Tapi ...”
“Isshh kau selalu saja membantah. Aku tidak akan
macam-macam aku janji” Sehun membuat tanda peace dijarinya.
“Baiklah” Sehun tersenyum simpul.
^^^^
Matahari sudah mulai tenggelam dan tergantikan sang
malam. Sehun dan juga Jieun sedang duduk-duduk didepan tenda mereka sembari
membuat minuman hangat. Sehun memberikan satu minuman yang telah ia buat pada
Jieun dan kembali sibuk membuat minumannya sendiri.
“Jieun-a ..”
“Hmm ..”
“Ayo kita mengobrol”
“Bukankah kita sedang mengobrol ?”
“Isshh benar juga yah”
“Omo kenapa oppaku jadi pikun seperti ini keke .. oppa
ingin mengobrol tentang apa?”
“Aku hanya ingin mengetahui tentang sosok ibumu” Jieun
langsung terdiam, ia memandangi kepulan
asap yang keluar dari minumannya.
“Tapi jika kau tak mau menceritakannya tak apa”
“Eomma, dia wanita yang sangat baik dan juga anggun” ucap
Jieun kemudian. Sehun menoleh, Jieun terlihat sangat merindukan sosok ibunya.
“Dulu ayah tak seperti ini, ia sosok yang hangat dan juga
bijaksana itu semua karena ada eomma disampingnya, tapi semenjak eomma divonis
mengidap kanker hati, Appa berubah, ia suka pulang larut malam dan bau alkohol
menyeruak dari dalam mulutnya. Entah apa maksudnya Appa melakukan hal itu tapi
mungkin ia frustasi karena kata dokter usia eomma tak sampai 6 bulan” Jieun
menunduk, ia tak bisa menyembunyikan kesedihannya, bulir-bulir air mata membasahi
pipinya.
Sehun menarik Jieun dalam pelukannya, ia menepuk-nepuk
punggung Jieun. Seakan memberikan ketenangan pada yeoja itu. Jieun menghapus
air matanya. Ia mencoba tersenyum.
“Tapi aku tak pernah menyesal mempunyai eomma seperti
dia, ia wanita terhebat yang pernah kukenal karena disisa hidupnya ia masih
sempat mengajariku hal-hal baik seperti untuk perduli pada orang-orang yang tak
seberuntung kami”
“Terlihat dari cerita mu, ia sosok wanita yang sangat
mengagumkan”
“Ne, sangat ... “
“Kapan-kapan bolehkah aku mengunjunginya”
“Tentu, ia pasti akan sangat senang. Aku selalu membawa
bunga jasmine jika kemakamnya, ia suka wangi jasmine” Sehun mengacak rambut
Jieun gemas.
“Lalu bagaimana dengan sosok ayah kandung oppa? Seperti
apa dia?”
“Dia .. lelaki yang hebat, ia bekerja keras siang dan
malam untuk keluarganya, sampai suatu saat dia sakit dan ibukulah yang menjadi
penggantinya mencari nafkah, ibu kesal karena setelah sekian lama ayah tak
kunjung sembuh, dan ia mulai mencari pengganti ayah. Dan kau tahu kan cerita
selanjutnya ...”
Jieun mengangguk lemah.
Sehun dan Jieun menghembuskan nafas bersamaan. Ada satu
hal yang membuat mereka merasa sama yaitu kedua orang yang disayanginya telah
pergi jauh.
“Ah bagaimana kalau kita membakar jagung ..” Jieun
mengangguk. Sehun mengambil dua buah jagung, dan mulai menusuknya, ia taruh
diatas api yang telah dibuatnya. Suasana kembali hening, entah saling
memikirkan apa. Mata keduanya tertuju pada api yang menyala-nyala ditengah
kegelapan malam ini. Api yang ada dihadapan mereka.
^^^^
“Mwo? Kau akan mengirim anak ku keluar negri ?” Oh Ha Ni,
ibu Sehun terkejut mendengar penuturan suaminya.
“Ta tapi apa alasanmu ?”
“Dia menyukai Jieun, ini tidak boleh dibiarkan, jika
wartawan tahu reputasiku bisa hancur”
“Mwo? Sehun menyukai Jieun, tapi apa buktinya?”
“Dia sudah mengakuinya sendiri, lihat bahkan ibunya
sendiri tidak tahu menahu tentang anaknya, sudahlah kau cukup diam dan menurut
saja, aku hanya mengirimnya keluar negri untuk kelangsungan pendidikannya”
“Cihh aku tahu jalan pikiran mu, bukan sekedar pendidikan
alasan mu mengirimnya kesana, pasti alasan utamamu untuk menjauhkannya dari
Jieun kan ?”
“Sudahlah terserah apa katamu, aku lelah, aku ingin
tidur”
Omo
Sehun anak ku... mian eomma tak bisa berbuat apa-apa. Tapi ini juga salahmu,
kenapa kau menyukai saudara tirimu sendiri?
^^^^
“Eumm enak ..” ujar Jieun saat menggigit jagung hasil
buatan Sehun.
“Waah benarkah ?”
“Cobalah ..” Jieun menyodorkan jagungnya, Sehun pun
mencobanya.
“Eumm iya enak ..”
Momen-momen seperti ini tidak akan Sehun dapatkan lagi,
ia akan segera berangkat keluar negri, tapi ia tak akan menyesal mengenal Jieun
juga menyukainya. Ia tersenyum melihat tingkah manis Jieun saat memakan jagung
buatannya. Keduanya tampak antusias memakan jagung itu.
“Jieun-a”
“Hmm ..”
“Bolehkah ...?” Sehun tampak ragu.
“Mwo ?”
“Ah ani tidak jadi ...”
“Issh kau ini, apa katakan saja ?”
Sehun menggaruk kepalanya canggung.
“Bolehkan aku menciumu ?” Jieun hampir menyemburkan
jagung yang sudah berada didalam mulutnya. Jieun menatap namja disampingnya
itu. Terlihat raut kecemasan di wajah Sehun.
Jieun sedikit terkekeh. Ia heran,
sebelumnya Sehun bahkan tak meminta izinnya saat menciumnya digudang namun
sekarang, apa yang salah dengannya?
“Boleh” ujar Jieun, seketika Sehun menoleh. Perlahan
tangannya menarik dagu Jieun untuk menghadapnya. Sehun mendekatkan wajahnya,
semakin dekat dan Jieun mulai menutup matanya, Sehun sampai pada bibir Jieun,
suasana seromantis ini membuatnya terlena dalam ciumannya bersama Jieun. Cukup
lama namun tak menuntut layaknya ciuman pertamanya digudang waktu itu. Perlahan
Sehun menjauhkan wajahnya, suasana menjadi canggung.
Keduanya memasuki tenda setelah dirasa malam mulai larut
dan hawa dingin mulai menusuk tulang. Jieun juga sehun memakai baju tebal yang
melilit tubuh mereka, seperti kepompong (apa namanya gak tau :P).
“Jaljayo ..” ujar Sehun
“Jalja oppa”
^^^^
Jieun bingung, seharian ini ia belum bertemu dengan
Sehun, saat makan malam pun Sehun tak ada.
Ia
kemana ? Apa ia sakit karena berkemah kemarin ?
Ia beranjak dan berjalan kekamar Sehun, sesampainya
didepan pintu kamar Sehun ia tak langsung memasukinya. Jieun sempat ragu namun
akhirnya ia memasukinya juga. Tidak dikunci. Ia mengernyit, tak ada apa-apa
disini hanya ada ranjang dan lemari. Tidak mungkin kan Sehun tak mempunyai
barang-barang lain dikamarnya. Jieun membuka lemari Sehun dan tak menemukan
satu pasang bajupun disana. Jieun mulai panik, sebenarnya Sehun kemana ? ia
berlari mencari ayahnya. Nafasnya tersengal-sengal akibat langkah kakinya yang
cepat.
“Appa Sehun dimana ?”
“Dia ke Amerika”
“M mwo ? kapan ia kesana? Kenapa tidak ada yang
memberitahuku ? apa alasan Appa mengirimnya kesana ?” semua pertanyaan didalam
otak Jieun, ia keluarkan semua.
Ayah Jieun melepaskan kacamatanya, ia memandang Jieun.
“Ia berangkat tadi pagi tanpa sepengatahuan mu, ayah
menjauhkannya darimu karena ayah tahu dia menyukaimu. Ayah tidak mau ada
scandal dikeluarga ayah”
Jieun menatap ayahnya tak percaya, itu artinya perkemahan
kemarin adalah hari terakhirnya bersama Sehun.
“Dia mengakuinya sendiri pada ayah jika ia menyukaimu,
awalnya ia tidak mau pergi namun ayah mengancamnya dan ia setuju untuk
bersekolah diluar negri”
Seketika tubuh Jieun lemas. Seperti ada setengah nyawa
yang hilang dari tubuhnya.
“Ayah kau .. jahat” ia mengatakannya sebelum berlalu dari
hadapan ayahnya. Jieun berjalan lunglai menuju kamarnya, namun ia melewati
kamarnya, ia berjalan menuju ruang piano nya, matanya menangkap sebuah surat
tergeletak diatas pianonya beserta foto dirinya tengah tersenyum dihadapan
jendela. Perlahan ia membuka surat itu.
Hey
.. Aku tak akan lama di Amerika. Jangan bersedih, aku akan segera kembali. Jaga
dirimu baik-baik. Mian aku tak memberitahumu apa-apa karena Appa yang
memintanya. Gomawo atas semuanya J
. Tunggu aku, aku akan jadi orang sukses dan membawamu keluar dari rumah itu,
makanlah yang teratur dan jangan terlalu lelah dalam les-les mu, dan ingat
pakailah pakaian ketika tidur jangan hanya memakai handuk kimono, aku tak bisa
membayangkan jika ada namja lain melihatmu seperti itu keke .. Oh satu hal
lagi, jauhi namja bernama Xi Luhan itu arra? Aku mencintaimu. Kakak tirimu Oh
Sehun.
“Kau bahkan belum menepati janjimu untuk pergi kemakam
eomma” gumam Jieun.
Jieun terduduk setelah membaca surat yang Sehun
tinggalkan untuknya. Ia bahkan belum sempat mengucapkan kata cinta pada Sehun.
Ia memeluk erat surat itu, ia menangis tak tertahan.
Seperti
rasa pahit Sehun hadir dikeluarga Jieun, namun seiring berjalannya waktu rasa
pahit itu berubah menjadi madu yang manis. Dan kini madu yang manis itu berubah
menjadi rasa hambar. Tak lagi ada rasa pahit dan manisnya madu.
Fin ~
Ceritanya keren..... sayang sad ending... :( semoga ada sequelnya yaa... ^ ^
ReplyDeleteMakasih chingu udh bca :) ... Iya dh klo ada inspirasi lg aku bkn sequel ny ..
ReplyDeletesequel plisssss,,,,,,
ReplyDeletedicoba deh, ditunggu aja plisss :p
Deletehuaaaa sad ending nangis bcanya.. :'(
ReplyDeletekerenn bngeggg chingu, saya suka :)
Wah gomawo .. Udah ada sequelnya kok cingu.
DeleteAda sequelnya kah?
ReplyDelete