Die


Cast      : Lee Jieun (iu), Cho Kyuhyun, Byun Baekhyun.

Genre   : Drama, sad, comedy (sedikit).

Length  : Oneshoot

Cerita ini terinspirasi dari drama korea MIMI, tapi tenang ini beda kok ... hheehe yaiyalah klo sama plagiat donk. mian klo banyak typo, lagi galau makanya nulis ff sad hehe ... hope u like it

Jieun tinggal seorang diri, ia berasal dari panti asuhan, ia bekerja sebagai penulis, tanpa ia sadari ia mengidap suatu penyakit dan terlalu terlambat untuk disembuhkan, hidupnya hanya tinggal beberapa bulan lagi namun ia tak tahu itu, Jieun tak tahu apakah orang tuanya masih hidup atau sudah tiada, ia tak mau tahu, ia merasa mereka sudah membuangnya jadi untuk apa ia mencari orang yang sudah membuangnya.

Suatu malam ia pulang sendirian, ia melewati sebuah lorong yang terletak dibawah jembatan layang, sesekali Jieun menguap, ia selalu bekerja hingga larut malam. Tiba-tiba beberapa lampu berkedip-dekip seperti akan padam. Jieun menghentikan langkahnya, ia memperhatikan lampu disekitarnya yang berkedip-kedip, ia sedikit merasa takut, Jieun mempercepat langkahnya. Belum terlalu jauh ia melangkah, sesosok bayangan hitam seakan sedang memperhatikannya, ia berdiri disana, dibawah lampu yang sedari tadi berkedip-kedip. Jieun sempat tersentak, matanya bertemu dengan mata tajam yang sedari tadi memperhatikannya. Jieun menunduk ia semakin mempercepat langkahnya. Ia bernafas lega, ia sudah tak berada dilorong yang cukup menyeramkan itu, ia berbalik dan menoleh, lorong itu terlihat normal kembali, tak ada lampu berkedip-kedip lagi dan tak ada orang yang tadi memperhatikannya. Semuanya tampak normal, Jieun sedikit bingung, ia berfikir mungkin itu hanya efek dari rasa lelahnya, mungkin ia berhalusinasi, pikirnya. Jieun menggelengkan kepalanya berusaha mengusir pikiran-pikiran aneh yang melayang dipikirannya. Jieun tak punya cukup waktu untuk memikirkan hal yang baginya tidak bisa menghasilkan uang. Jieun tak munafik, ia sangat memuja yang namanya uang, waktu adalah uang. Slogan itu sangat menempel dipikirannya. Ia sibuk dengan novel terbarunya, editornya marah-marah karena tulisannya tak sesuai dengan keinginannya.

“Tulisanmu tak mempunyai emosi, ini seperti cerpen murahan” kalimat itu terus berdengung dikepalanya. Jieun hanya bisa menghela nafas. Ia mungkin penulis yang cukup terkenal dengan karya-karya sebelumnya namun itu tak bisa menjadi jaminan untuk membuat cerita bagus di karya terbarunya.

Jieun tiba diapartment nya. CLEKK .. ruangannya terlihat berantakan, berbagai kertas menumpuk, sisa-sisa bungkus makanan instan tersebar dimejanya. Jieun menuju lemari pendinginnya, ia mengambil satu botol air mineral, ia menenggaknya hingga habis. Kulkasnya terlihat tak terisi, hanya ada sisa kimchi yang ia buat kemarin, ia bahkan tak mempunyai waktu untuk sekedar berbelanja. Jam menunjukan pukul 10 malam. Haruskah ia ke mini market sekarang ? selain lelah ia juga lapar. Tak mungkin ia hanya makan kimchi, sisa berasnya pun tak mencukupi untuk esok hari. Jieun menghela nafas. Rasa mual tiba-tiba menyerangnya.
“Huekk...” ia membekap mulutnya dan berlari menuju kamar mandi. Darah, ia melihat sebercak darah yang keluar dari mulutnya. Ia tertegun melihat darah ditelapak tangannya, sedetik kemudian ia merasa panik. Ia bergegas membasuh darah ditangannya itu. Ia mengambil nafasnya dalam-dalam.

Tenang Jieun, mungkin ini hanya efek dari rasa lelahmu .. semuanya akan baik-baik saja. 

Aku sehat .. sangat sehat.

Jieun mencoba menenangkan dirinya sendiri. Ia membasuh mukanya, ia memandang bayangan dirinya dicermin. Ia mencoba tersenyum memberikan semangat untuk dirinya sendiri. Lampu kamar mandinya berkelip-kelip persis seperti yang terjadi dilorong jembatan tadi. Ia baru menggantinya sekitar satu minggu lalu, mana mungkin sudah rusak lagi. Jieun keluar, hari ini ia merasa aneh, namun lagi-lagi Jieun mengabaikannya. Ia duduk disofa memegangi tengkuknya yang terasa kaku dan pegal. WUSSS ,,, angin menghembus lewat jendelanya. Jieun memandangnya sekejap sebelum ia beranjak menutup jendelanya.

“Oh Tuhan, apakah sekarang apartment ku berhantu ?” gumam Jieun asal. Ia mulai merasa kesal sekarang.

“Bukan hantu tapi malaikat” suara samar yang ia dengar membuat bulu kuduk Jieun meremang. Ia masih terpaku diposisinya. Ia tahu betul, ia sendirian disini, ia sudah mengunci pintu apartmentnya. Kenapa ada orang? Darimana ia masuk ? dan suara siapa yang barusan ia dengar ? Mungkinkah benar ada hantu diapartment nya ? Oh jangan bercanda, ini tak lucu. Mungkinkah ada orang yang mencoba usil kepadanya?
Jieun menghembuskan nafasnya perlahan, ia mencoba berbalik, pelan, ia melakukannya dengan pelan. Ia mulai takut sekarang. Dan ? tak ada siapapun disini. Jieun mengernyit heran. Jelas-jelas ia mendengar suara. Jieun terperangah sendiri.

Mungkinkah aku mulai gila .. oh. Yang kau perlukan sekarang hanya tidur Jieun dan besok semuanya akan kembali normal

Jieun akhirnya terlelap, ia tak mandi, tak makan bahkan tak ganti baju. Ia merasa otaknya mulai kacau dan solusi yang paling tepat adalah beristirahat.
Sosok bayangan, lagi-lagi memperhatikan Jieun dalam diam. Ia berdiri dipojok ruangan yang tak terkena cahaya. Hanya mata dan wajah dinginnya yang nampak, itupun sedikit samar. Sedetik kemudian bayangan itu hilang, seperti angin.

Jieun mengerjap pelan, sinar matahari mengganggu matanya. Lagi, jendelanya terbuka. Ia sedikit mengerang memegangi kepalanya, kepalanya sedikit pening. Bau masakan menusuk hidungnya. Siapa, siapa yang ada didapurnya? Ah Jieun tahu, ia tersenyum dan beranjak.

“Bibi Han ..” gumam Jieun saat mendapati sesosok yeoja yang ia sayangi tengah sibuk dengan masakannya.

“Ah kau sudah bangun ? duduklah bibi sedang menyiapkan makanan, tidak ada apapun dikulkas jadi bibi tadi berbelanja sedikit. Kau pulang larut malam lagi ? kau selalu begitu. Apartement mu seperti kapal pecah kau tahu ?. Kau itu yeoja, berbenahlah sesekali.” Ia mengoceh layaknya eomma Jieun.

Jieun hanya tersenyum, ia memang sudah menganggap wanita itu sebagai ibunya. Ia suka mendengar ocehan-ocehan yang keluar dari mulutnya. Wanita yang ia panggil bibi Han adalah orang yang mengasuhnya dipanti asuhan, kadang ia mengunjungi Jieun jika ia merindukannya.

“Kapan bibi datang ? bagaimana keadaan panti” Jieun balik bertanya.

“Bibi datang pagi-pagi sekali, hatiku merasa tidak enak, tadi malam fotomu terjatuh dari meja, entah kenapa. Ah mungkin hanya perasaan bibi saja dan semoga itu bukan pertanda buruk. Tapi sudah melihatmu baik-baik saja bibi merasa lebih tenang. Keadaan panti baik, sangat baik. Uang sumbangan darimu lebih dari cukup, kau tak perlu merasa terikat, gunakanlah uang mu untuk sedikit bersenang-senang jangan hanya bekerja saja” bibi Han selalu menjawab dengan panjang pertanyaan pendek Jieun.

“Gwenchana, aku tidak merasa terikat, aku dengan suka rela melakukannya. Tempat dimana aku dibesarkan, tempat aku bertemu dengan wanita sebaik bibi”

Wanita paruh baya itu tersenyum, ia berbalik sembari membawa beberapa mangkuk berisi masakan yang telah ia buat.

“Makanlah ... “

Jieun tersenyum, ia mengangguk. Setidaknya masih ada orang yang perduli padanya. Jika saja wanita itu benar-benar ibu yang melahirkannya, Jieun akan merasa sangat bahagia.

“Sup akan membuat badanmu segar, makanlah yang banyak”

Jieun makan, ia makan dengan lahap, masakan ini sangat ia rindukan. Melihat Jieun makan dengan antusias, Bibi Han hanya bisa tersenyum. Anak polos ini, anak yang dulu hanya terdiam ketika teman-teman sebayanya bermain, anak yang hanya menggerakan kepalanya ketika ia menjawab. Anak yang setiap senja duduk termenung memandang sunset. Bibi Han bersyukur setidaknya Jieun tumbuh dengan baik, bahkan ia bisa bekerja disalah satu perusahaan penerbitan terkenal di Korea.

“Bibi tidak makan ? Jangan hanya memandangiku saja, makanlah bersama ku” Jieun bertanya dengan mulut penuh makanan.

“Isshh anak ini, kunyahlah dulu nasi dimulutmu” Jieun hanya bisa tersenyum.

Suatu saat nanti bibi akan memberitahu semuanya tentang keluargamu Jieun. Bibi janji namun tak sekarang .. kurasa kau belum siap.

“Kalau begitu bibi pulang dulu”

“Aku masih merindukanmu bibi, tunggulah beberapa saat lagi ..”

“Bibi ada urusan, gunakan akhir pekan ini dengan istirahat cukup, bibi akan marah jika kau mencoba bekerja, jangan sentuh komputermu. Arraso ?”

Jieun mengangguk, ia mengacungkan jempolnya. Mereka tertawa sebentar, bibi Han mulai melangkah keluar. Lagi, Jieun tersenyum, ia kembali melahap hidangan dihadapannya. Bibi Han selalu bisa membuatnya berarti hidup didunia ini. Seseorang pasti mempunyai alasan saat ia menjalani hidup, jika tidak sudah bisa dipastikan ia akan menjadi mayat hidup. Hidup namun tak hidup. Kadang Jieun merasa seperti mayat hidup namun ketika terbayang senyum bibi Han dan anak-anak panti, ia merasa benar-benar hidup. Bukan hanya dia seorang diri didunia ini yang mempunyai nasib tak beruntung. Masih banyak, bahkan lebih banyak yang tak seberuntung Jieun. Ia harus bersyukur akan hal itu. Setidaknya ia sedikit lebih beruntung.

Kring kring ... bunyi ponselnya memecah kegiatan makan Jieu.

“Yoboseyo...”

“Ah ye nona Lee Jieun, mobil anda sudah selesai kami perbaiki”

“Ye, aku akan segera kesana satu jam lagi”

Tuttt .. Jieun bersyukur ia tak perlu lagi menaiki kereta dan berjalan menuju apartmentnya saat pulang kerja. Mobilnya sudah berada dibengkel selama 3 hari dan akhirnya selesai diperbaiki. Akhir-akhir ini sering terjadi hal aneh, mobilnya sangat jarang bermasalah namun beberpa hari lalu mobilnya mogok dan tak dapat ia gunakan. Namun setidaknya sekarang sudah tak bermasalah lagi. Jieun bersiap-siap, ia berjalan menuju halte. Hanya itu satu-satu alat transportasi yang bisa ia gunakan untuk kebengkel. Jieun masih menunggu, sedikit lama dari biasanya. Ia memainkan poselnya mengusir rasa bosan. Terlihat dari kejauhan bus mulai datang. Jieun mendongak dan kini bus sudah berhenti dihadapannya. Jieun sedikit berdesakan ketika akan memasuki bus, seakarang hari Minggu tentu saja ramai.

“Ahh ponselku .... “ Jieun kehilangan ponselnya.

“Ahh dimana ..” sibuk mencari ponselnya, bus sudah berjalan lagi. Jieun meniup poninya sebal.

“Chogi, apakah ini ponsel anda” sebuah uluran tangan menggenggam ponselnya muncul dihadapan Jieun. Jieun yang terlalu senang langsung mengambilnya tanpa memandang si penemu ponselnya, ia sibuk membersihkan debu-debu disekitar ponselnya, ah ia lupa, ia belum mengucapkan terima kasih. Jieun mendongakan kepalanya, matanya mengerjap heran, kemana orang itu ? cepat sekali perginya ? Jieun mendapati ia seorang diri disana.

“O omo .. “ Jieun terkejut sendiri. Ia berfikir sejenak, ia mengingat-ingat tangan orang yang menemukan ponselnya tadi, tangannya begitu putih pucat dan sedikit bersinar, satu lagi tangan itu terasa dingin saat tak sengaja bersentuhan dengan tangan Jieun. Jieun merinding, ia berdiri ketika ada bus lagi yang datang. Berbeda dengan yang tadi, bus yang ini terlihat tak banyak penumpangnya, Jieun segera menaikinya. Jieun masih terganggu dengan apa yang ia alami tadi. Mungkinkah benar-benar ada hantu yang mengikutinya ?

Aisshh itu tidak mungkin, jangan bodoh Jieun.

Jieun sampai, ia sampai ditempat tujuannya yaitu bengkel. Karyawan bengkel itu langsung menyambut Jieun ramah, ia tahu betul Jieun adalah langganannya disini.
Jieun pulang, ia mengendarai mobilnya sendiri, ia menyetel musik kesukaannya. Sesekali ia menggelengkan kepalanya.

“Haruskah aku pergi kesuatu tempat ? Ah mungkin saja aku akan mendapat inspirasi bagus, baiklah ... lets go Jieun” mobilnya memutar balik kearah sungai Han. Jieun suka memandangi air berjam-jam disana. Kadang ia mendapat inspirasi bagus disana. Jieun sampai, ia menghirup udara banyak-banyak. Ia duduk disalah satu kursi yang disediakan. Banyak pasangan kekasih disana, Jieun memperhatikan dengan seksama. Ada juga pasangan yang terlihat baru pertama kali berpacaran, mereka masih terlihat canggung satu sama lain. Ada lagi, kali ini sepertinya mereka sedang bertengkar, dilihat dari raut wajah yang berbeda. Jieun merasa seperti Sherlock Holmes ketika memperhatikan hal disekitarnya, ia tersenyum sendiri dengan apa yang ia pikirkan. Namun lagi, rasa mual itu datang lagi .“Hueekk ..” darah, ia melihat nya lagi. Pandangannya mulai buram, ia lemas dan brukkk. Jieun pingsan. Orang-orang mulai mengerubunginya.

“Mwo mwoya ?” suara Jieun terdengar lirih, ia sekarang tahu, kenapa akhir-akhir ini ia merasa mual bahkan mengeluarkan darah. Dokter yang memeriksanya menjelaskan semuanya. Jieun kurang paham dengan penjelasan-penjelasan yang sulit ia mengerti.

“Jadi intinya berapa lama lagi aku hidup ?” Jieun memotong perkataan dokter itu. Dokter itu menghembuskan nafas.

“Sekitar lima bulan lagi agasshi” Jieun terdiam, ia tak bisa lagi berkata-kata. Ia terkejut, sedih dan juga bingung. Ia keluar begitu saja.

“Sa saya  belum selesai menjelaskan agasshi” seru dokter itu, namun tak mendapat tanggapan dari Jieun.

“Ah nona, nona tak apa ? bukankah anda nona Lee penulis terkenal itu, saya penggemar berat novel-novel anda” Namja itu terus saja mengoceh, ia yang membawa Jieun kerumah sakit. Jieun menoleh.

“Gomawo” hanya kata itu yang Jieun ucapkan, ia kembali berjalan menyusuri koridor. Langkahnya terlihat lemah. Baekhyun nama namja itu, ia hanya mengernyit heran dan sedikit menunduk menanggapi ucapan terima kasih Jieun.

^*^*^

“Kau sudah tahu ?” lagi, suara itu datang lagi tanpa ada wujudnya.

“Si siapa, siapa kau ?” Jieun tak menghiraukan pertanyaan suara itu, ia justru panik.

“Kau sudah tahu, jadi aku bisa keluar sekarang”

“Ma maksud ... “ Jieun membelalakan matanya ketika ada sesosok namja menembus dari dinding apartmentnya. Namja dengan wajah rupawan, berpakaian serba hitam denga tatoo diwajah sebelah kanan dan juga tangan sebelah kanannya. Jieun mengucek matanya, mungkin saja matanya terkena katarak, namun ia masih bisa melihat namja itu, namja yang sekarang bersender dengan angkuhnya. Jieun hendak berkata-kata namun tak satu pun keluar dari mulutnya, ia seperti kehabisan kata-kata untuk menaggapi kejadian yang barusan ia alami.  
“Nama lengkap Lee Jieun, seorang anak yang ditinggalkan di yayasan Harapan Kasih, lahir tanggal 15 Juni 1993, mempunyai golongan darah O. Tinggal seorang diri diapartmentnya, oh satu lagi dan ia seorang penulis, diperkirakan nyawamu sekitar 4 bulan lagi. Apa ada yang terlewatkan ?”

O oh bagaimana bisa orang ini .. oke mungkin ia setan atau apa ? yang jelas ia bukan orang. Tapi bagaimana bisa ia tahu tentang riwayatku dan apa katanya, empat bulan, tapi dokter itu bilang lima bulan. Jieun mencoba menetralkan pikirannya, disaat seperti ini, ia tak boleh panik. Beberapa kali ia memejamkan matanya dan menghembuskan nafasnya pelan.

“Kau siapa ?”

“Aku malaikat maut”

“A .. APA?! Jangan bercanda, aku serius. Aku tak percaya pada hal-hal seperti itu”

“Kau percaya adanya Tuhan ?”

“Aku, tentu saja aku percaya”

“Meskipun kau tak pernah melihatnya”

Jieun mengangguk “ iya aku percaya”

“Jika kau percaya Tuhan itu ada, harusnya kau juga percaya adanya malaikat, aku, sosok yang berdiri dihadapanmu adalah malaikat maut, pelayan yang dipercaya Tuhan”
Masih sukar Jieun mempercayai ini semua, logikanya seakan-akan menguap begitu saja.

“Baik, beri aku waktu untuk berfikir”

“Jika kau malaikat maut, itu berarti kau yang akan mencabut nyawaku?”
Malaikat itu mengangguk yakin.

“Lalu kenapa kau menampakan wujudmu?”

“Entahlah, ketika manusia akan menemui ajalnya, ia akan bisa melihat apa yang biasanya tidak bisa ia lihat”

“Jadi bisakah kau memberitahuku, tanggal dan jam aku akan meninggal ?”

“Kalau soal itu, aku tak boleh membocorkannya”

“Wae? Bukankah pada akhirnya aku juga akan mati”

“Itu peraturannya” Jieun menghela nafas.

“Aku .. lapar” ujar malaikat maut itu sembari memegangi perutnya, sedangkan Jieun hanya bisa mengerutkan kening.

Jadi malaikat juga bisa merasa lapar ? Ha ? yang benar saja.

“Bukan hanya manusia saja yang bisa merasakan lapar, aku juga bisa” Seakan mampu membaca pikiran Jieun, malaikat itu berkata seperti itu.

Aku bahkan belum mengatakan apa-apa

“Aku dengar, kau mengatakan sesuatu dan aku bisa tahu” Jieun membekap mulutnya tak percaya.

“Jangan terkejut seperti itu”

Jieun mencoba menetralkan sikapnya, ia berdehem kecil.

“La lalu apa yang kau makan ? apa kau makan seperti manusia?”

Malaikat itu menggeleng.

Omo, apa makanannya sesuatu yang mengerikan ? ah dia kan malaikat maut, pasti begitu.

“Yaaakk aku dengar”

“A aah mian” Jieun memukul kepalanya sendiri, ia lupa malaikat itu bisa membaca pikirannya.

“Tapi tunggu dulu, kau mempunyai nama kan ?”

“Namaku Cho Kyuhyun, panggil saja aku malaikat Cho”

Jieun mengangguk paham. “Jadi apa makananmu?” Jieun sedikit cemas dengan jawaban yang akan Kyuhyun berikan. Semoga saja bukan sesuatu yang mengerikan seperti darah atau bangkai. Jieun, terlalu banyak membaca buku fiksi.

“Hanya sebuah apel merah”

“Apel ? Ha hanya apel ?” Jieun sedikit bingung namun ia bersyukur, perkiraannya salah. Hanya sebuah apel, itu hal kecil untuknya.

“Ne, apa kau punya ?”

“Ah tunggu disini” Jieun beranjak menuju dapurnya, ia membuka kulkas, semoga saja bibi Han tadi sempat membeli buah apel. Jieun menemukannya, ada tiga buah disana.

“Ini ..” Jieun menyerahkan apel merah ditangannya dan bukan dimakannya, apel itu langsung mengeriput ditangan Kyuhyun, seperti hanya menghisap sarinya saja. Kyuhyun memejamkan matanya ketika apel itu perlahan-lahan mengerut kering, seakan sangat menikmati hidangannya malam ini.

“Whoaa daebak” gumam Jieun, baru kali ini ia menyaksikan yang biasanya hanya ia tonton di film-film fantasy nya.

“Ini belum seberapa, akan lebih hebat ketika mencabut nyawamu” Kyuhyun, malaikat itu menyeringai pada Jieun.

“Cihh .. jangan menakutiku tidak akan berpengaruh” Jieun beranjak menuju kamarnya, sebenarnya Jieun cukup merinding saat Kyuhyun mengatakan hal itu namun tak mungkin ia menunjukannya kalau ia takut, Kyuhyun hanya terkekeh pelan, ia tahu Jieun takut dengan kejahilannya.

Jieun merebahkan diri, ia menghembuskan nafas.

Usiaku tidak lama lagi, haruskah aku mencari orang tua kandungku?

Aish andwae Jieun, untuk apa? Mereka sudah membuangmu? Benar, itu hanya akan membuatmu semakin sakit.

Mungkin buku yang sedang kukerjakan akan menjadi karya terakhirku, aku harus bisa menyelesaikannya. Benar. Harus.

Lagi, Jieun menghembuskan nafasnya. Ia harus kembali kedokter besok, ia belum tahu jelas apa penyakit yang dideritanya. Ia terlalu terkejut tadi, ia sama sekali tak mendengar penjelasan yang dokter itu katakan.

^*^*^*

Jieun terduduk dikursi koridor rumah sakit. Ia meminta cuti hari ini, ia ingin mendengar semua tentang penyakitnya. Jieun menundukan kepalanya, ia merasa sedih namun tak ada tempat untuk ia bersandar dan mengadu. Ia bukan orang seperti ini, namun kenapa ia merasa selemah ini sekarang. Dia, Cho Kyuhyun hanya memperhatikan Jieun, ia mengikuti kemana pun Jieun pergi kecuali toilet tentunya.

“Kau harus mencari orang tuamu ?” ujar Kyuhyun. Jieun mendongak menatapnya.

“Ani, untuk apa?” ujar Jieun sinis. Setiap kali membahas tentang orang tuanya, ia merasa sesuatu seperti ingin meledak dihatinya.  

“Kau tidak penasaran dengan orang tua kandungmu?”

“Ani” Jieun menjawabnya lirih, ia kembali menunduk menenggelamkan wajahnya dikedua telapak tangannya.

“Bohong, kau sangat ingin mengetahui mereka”

“YAAAKK BISAKAH KAU DIAM, JANGAN URUSI URUSANKU” Jieun tak mampu lagi menahan emosinya, jauh didalam hatinya ia ingin menemukan orang tuanya, mengetahui keadaan mereka namun semua itu tertutup dengan rasa bencinya. Orang-orang disekitar Jieun menatap Jieun heran sembari berbisik-bisik.

“YAAAKK APA YANG KALIAN PERHATIKAN ?!” Lagi, Jieun melampiaskan kemarahannya pada orang-orang yang memperhatikannya. Orang-orang itu kembali dengan kegiatan mereka setelah mendapat teriakan Jieun namun masih ada beberapa suster yang berbisik.

Jieun duduk kembali, ia menghembuskan nafasnya kasar.

“Mereka akan menganggap mu gila jika kau seperti ini” Jieun menatap Kyuhyun tajam seakan mengisyaratkan malaikat itu untuk diam. Kyuhyun langsung diam dan mengalihkan pandangannya.

“Eoh, nona Jieun kau disini?”

Jieun menatap seseorang yang menyapanya.

“Kau, kau yang kemarin kan, kenapa ada disini ?” Jieun menatap lelaki yang kini duduk disampingnya. Baekhyun, nama lelaki itu, ia hanya tersenyum.

“Aku bekerja disini”

“Kau seorang dokter ?” Baekhyun menggeleng.

“Aku seorang perawat”

“Hahaha, kenapa seorang namja bisa menjadi perawat” Kyuhyun terkekeh, Hanya Jieun yang bisa mendengarnya. Jieun mendelik. Kyuhyun hanya mengedikan bahu.

“Aaa begitu .. gomawo untuk yang kemarin karena sudah membawaku kerumah sakit. Mian atas sikapku kemarin” ujar Jieun.

“Ah aku lapar .. aku pergi dulu” ujar Kyuhyun, ia hilang begitu saja.

“Aa gwenchana ... sepertinya kau sedang sakit, kudoakan semoga lekas sembuh”

“Ne gomawo, namamu siapa?”

“Byun Baekhyun .. ah nona Lee bolehkan aku meminta tanda tanganmu disini”

“Oh ne tentu saja” Jieun menandatangi disebuah bukunya yang berjudul Go Home, itu adalah bukunya yang menjadi bestseller. Buku melodrama yang menyedihkan, ia heran jarang-jarang seorang namja menyukai buku dengan genre seperti itu.

“Ahh gomawo ..” Baekhyun merasa sangat senang karena bisa mendapatkan tanda tangan dari penulis idolanya.

“Cheonmaneyo .. panggil saja aku Jieun, sepertinya kita seumuran. Mungkin kita akan sering bertemu” Jieun tersenyum.

“Ah ne. Tapi sebenarnya apa penyakit mu nona eh Jieun-ssi?”

Jieun terdiam. “Ah mian jika aku terlalu jauh bertanya, tak perlu dijawab Jieun-ssi” Jieun mencoba tersenyum.

“Kalau begitu, saya pulang dulu Baekhyun-ssi”

“Ne hati-hati Jieun-ssi, gomawo tanda tangannya” Jieun mengangguk, ia pun bergegas meninggalkan rumah sakit.

^*^*^*

Jari-jemari Jieun tak henti-hentinya menari diatas keyboard komputernya. Saat sedang menulis ia seakan kesetanan, sebuah inspirasi datang ketika ia sedang bersantai diatap apartmentnya. Jieun terlihat serius, ia tak menyadari Kyuhyun bersender dan memperhatikannya dengan seksama, Kyuhyun hanya diam, ia tak ingin mendapat tatapan tajam dari Jieun jika ia mengganggunya. Jari-jari Jieun perlahan terdiam tak lagi berpindah-pindah mengetikan huruf. Jieun menyenderkan punggungnya disenderan kursinya, ia mereganggangkan kedua tangannya keatas.

“Sudah selesai?” tanya Kyuhyun. Jieun menoleh

“Kau, sejak kapan kau disitu?”

“Sejak satu jam lalu, kau seperti orang kesetanan saat menulis, menakutkan”

“Jika tak langsung ditulis, inspirasi yang datang bisa saja hilang. Ah untuk apa menjelaskannya padamu, kau tidak tahu apa-apa soal menulis. Aku menakutkan ?  Cihh bukankah kau lebih menakutkan?” Jieun beranjak menuju ruang dapur, menyeduh mie instan, ia membawanya keruang tamu dan menyalakan televisinya. Kyuhyun hanya mengekori.

“Lagi pula aku juga tak berminat menjadi penulis. Kau hanya menghabiskan hidupmu untuk menulis? Meyedihkan sekali” lagi, Jieun mendelik.

“Mwo ? aku sudah biasa mendapat tatapan tajam darimu, itu sudah tak mempan lagi”

“Ck .. dasar malaikat aneh, sesekali gantilah bajumu”

“Yaa yaak ,, aku menggantinya setiap 13 jam sekali, hanya saja modelnya memang hanya seperti ini”

Jieun terkekeh “Haha ,, kau lebih menyedihkan” Kyuhyun hanya bergumam kesal.

“Yaak tidak ada apel disini ?” Kyuhyun membuka kulkas namun tak ada makanan yang dicarinya.

“Ah mian, aku lupa membelinya, aku sibuk tadi”

“Ah aku lapar, jebal belilah sebentar”

“Kau ini kan malaikat, ambilah satu dimini market, toh tidak akan ada yang tahu”

“Yaa yaa yaak ... tentu saja tidak boleh seperti itu. Ppaliwa belikan sebentar, atau ku kacaukan seisi apartement mu”

“Cihh,,, apakah mengancamku seenaknya diperbolehkan?”

“Mungkin, karena tak ada peraturan tentang hal itu hehe itu menguntungkan ku bukan? Ppali aku akan menunggu disini” mau tak mau Jieun punn beranjak dengan sesekali menggerutu pelan.

^*^*^*

Dua bulan telah Jieun lalui namun tulisannya masih belum bisa ia selesaikan, ia bingung menentukan bagian akhirnya, ia menulis buku berjudul Love Blind yang menceritakan sebuah hubungan terlarang. Penyakitnya semakin hari semakin memperburuknya, ia lebih sering cuti dan mengerjakan tulisannya di apartement. Namun setidaknya kini Jieun mempunyai teman, ia lebih akrab dengan Baekhyun. Baekhyun sudah mengtahui tentang penyakit Jieun. Lalu dimana Kyuhyun sang malaikat maut ? ia masih tetap mengekori Jieun kemana pun. Sore itu bibi Han datang, tak biasanya  ia datang ke apartement Jieun menjelang malam. Ia memberikan sebuah alamat. Bibi Han menjelaskan yang selama ini ia simpan, tentang asal usul Jieun. Jieun sangat terguncang, ia berteriak dan menangis dihadapan bibi Han. Setelah bibi Han pulang. Jieun masih termenung diruang tamunya.

“Hiks ,, sungguh hidupku penuh drama, mungkin jika aku menuliskannya, ini akan menjadi bestseller” Jieun bergumam, air matanya seakan tak pernah habis. Ia mengetahuinya sekarang bahwa ibunya seorang wanita penghibur disudut kota kecil. Itu berarti Jieun anak haram yang tak diinginkan.

“Heyy ,, tabahlah setidaknya kau hidup bahagia” Kyuhyun mencoba menghiburnya.

“Cihh,, kau sendiri kan yang bilang hidupku menyedihkan, aku tidak  bahagia aku hanya berpura-pura bahagia, berpura-pura semuanya baik-baik saja” Jieun meremas kasar kertas ditangannya, kertas berisikan alamat juga biodata sang ibu. Ia melemparkannya kesudut ruangan.

Kyuhyun hanya bisa menghela nafas, Hidup Jieun memang menyedihkan, ibunya seorang wanita penghibur dan kini hidupnya tak lama lagi.

“Apa aku bersalah dikehidupan sebelumnya, ah mungkin saja, mungkin aku seorang penghianat negara sehingga aku terlahir seperti ini” Jieun tak henti-hentinya bergumam, matanya sembab, pandangannya kosong. Wajahnya terlihat kacau.

^*^*^*

Tiga bulan tiga Minggu sudah Jieun lewati, kini ia berada di launching buku terbarunya, dengan susah payah ia berhasil menyelesaikan buku yang akan menjadi karya terakhirnya itu. Ia melempar senyum kepada setiap fans nya yang berjajar mengantri tanda tangan darinya.

“Ah Baekhyun-ssi” Jieun terkejut temannya itu masih saja mengantri padahal ia bisa datang ke apartment Jieun dengan mudah dari pada mengantri menunggu giliran.

“Ne, Chukkae karena sudah menyelesaikan bukumu”

“Gomawo” Jieun tersenyum, ia pun menanda tangani.

Setelah menyelesaikan buku terakhirnya, Jieun mengundurkan diri dari kantornya. Ia lebih banyak berjalan-jalan bersama Baekhyun mengunjungi tempat-tempat yang sebelumnya belum pernah ia kunjungi. Ia baru sadar ternyata banyak tempat bagus dikota ini. Ia baru sadar ia memang terlalu ambisius mencari uang dan melupakan indahnya hidup.

^*^*^*

“Jieun-a temuilah ibumu”

“Ani bibi, kaulah ibuku”

“Setidaknya kau tidak akan menyesal, karena sudah melihat wajah orang yang telah melahirkanmu”
Jieun menunduk, ia menangis, wktunya tak lama lagi, ia akan meninggalkan dunia ini. Bibi Han merengkuhnya dalam pelukan.

“Seburuk apapun dia, dia tetaplah ibumu. itu tidak akan bisa merubah ikatan darah diantara kalian. Temui dia Jieun sekali saja sehingga tak akan ada penyesalan”
Jieun mengangguk pelan didalam pelukan Bibi Han. Besok adalah hari terakhirnya, itu jika ia tak salah , tepat empat bulan sesuai perkataan Kyuhyun.

^*^*^*

Jieun ditemani Baekhyun dan juga tentunya sang malaikat maut mendatangi sebuah bar tempat ibu Jieun bekerja. Ia menghirup udara dalam-dalam sebelum memasuki tempat maksiat itu. Ia membuka secarik kertas yang dulu sempat ia remas dan lempar.

“Chogiyo, apakah anda tahu dimana saya bisa menemui orang yang bernama Lee Hye Rim ?” tanya Baekhyun pada salah satu bartender disana.

“Ah Hye Rim, dia disana ,, kau lihat, wanita yang sedang bersama namja disudut ruangan, itu dia Hye Rim wanita dengan dress warna merah pekat” mata Jieun langsung mengarah pada orang yang dimaksud bartender itu.

Jieun masih terdiam, ia hanya memperhatikan, wanita itu terlihat cantik, lebih tepatnya eommanya, ia lebih cantik dari Jieun. Jieun tak menunjukan eskpresi apapun. Jieun memandanginya cukup lama, ia merasa rindu, jijik, bingung, sedih, bahagia. Semuanya bercampur saat melihat wanita yang telah melahirkannya itu. Ia berbalik hendak pergi namun tangan Baekhyun menahannya.  

“Kau tidak ingin menyapanya?” tanya Baekhyun. Kyuhyun mengangguk mengiyakan pertanyaan Baekhyun. Jieun berbalik, ia menggeleng pelan. Kyuhyun tiba-tiba menghilang.

^*^*^*
Jieun membuka matanya perlahan, sebuah uluran tangan menantinya. Itu Kyuhyun.

“A apa itu aku ?” Jieun melihat  jasadnya tergeletak dilantai bar yang ia kunjungi bersama Baekhyun. Tampak riuh orang mengelilingi jasadnya, ia melihat Baekhyun tak henti-hentinya menangis menyuruhnya membuka mata. Ia melihat ibunya begitu saja melewatinya keluar dengan namja hidung belang, ia miris bahkan saat meninggalpun ibunya tak memperdulikannya. Jieun meraih uluran tangan Kyuhyun dan ia pun menghilang.


The end ~


Comments

  1. wahhhhh...... saaaaaad
    btw,miimi tuh yg pmainnya changmin ya

    ReplyDelete
  2. he masa sih , kyanya kurang sad deh kkk ..
    iya yang main changmin, widi mksih setia bgt komen, ku kasih 2 jempol deh :P

    ReplyDelete
  3. gakgakgak
    maklum aq maniak ff IU XD

    ReplyDelete

Post a Comment