I Love U Nappeun Yeoja



Cast: Lee Jieun (iu),Xi Luhan (exo)

Other cast: Na rin (oc), Kim Jong in 

Genre: Friendship, Romance, PG 17+

Lenght: Twoshoot



Lee Jieun adalah gadis SMA yang pembangkang dan terkenal pemalas namun populer, suka seenaknya sendiri dan suka hura-hura. Mungkin karena terlahir dari keluarga yang kaya namun kurang perhatian dari kedua orangtuanya yang seorang pebisnis ia menjadi seperti itu. Jieun mempunyai rumah yang megah bak istana namun ia hanya tinggal dengan pembantu-pembantu rumah tangganya. Ayah dan ibu Jieun kadang pulang satu minggu sekali bahkan tak jarang mereka pulang hanya satu bulan sekali.

“Yaak lihat nilaimu, lagi-lagi kau hanya mendapat 30. Apa kau tak peduli eoh? Sebentar lagi akan ada ujian, bagaimana jika kau tak lulus ?” Omel Jung songsaenim menceramahi anak didik yang kini berdiri dihadapannya itu. Jieun hanya menatapnya acuh. sesekali ia menunduk menatap sepatunya dan menggerakannya pelan, ia bosan terus-terusan dimarahi pak Jung. seakan ada yang kurang jika Pak Jung tak memarahinya, entah itu karena nilai yang buruk ataupun tingkahnya yang seenaknya. 

Orang tua ku bahkan tak peduli sama sekali , apa kau tau itu? batin Jieun.

“Baiklah bapak akan menunjuk salah satu siswa bapak yang pintar untuk mengajarimu les privat dan kau tidak boleh menolaknya” Tambahnya.

“Mwo ? ta tapi...” Muka malas Jieun tiba-tiba berubah terkejut. 

“Tidak ada penolakan, kau boleh kembali ke kelas!” ucap Jung songsaenim

“Ne..” ujar Jieun lalu membungkuk dan kembali kekelasnya.

Iisshh orang tua itu seenaknya saja menyuruhku les privat Umpat jieun dalam hati.

Dengan hati masih sedikit dongkol Ia berjalan dengan muka datar menuju kelasnya tapi tiba-tiba ia tersenyum geli, matanya menangkap sosok namja yang dinilainya sangat culun dan gayanya yang sangat tidak enak dipandang mata. Jieun melihat siswa laki-laki yang dilihatnya dilorong sekolah. Jieun menatapnya dari ujung kepala sampai ujung kaki, namja itu memakai kacamata, rambutnya rapi dan klimis dan sepertinya ia sedang kesusahan membawa buku-buku tebalnya itu.

Haha... di zaman modern seperti ini ternyata masih ada style yang  seperti itu. Dasar freak Pikir Jieun.

Setidaknya pemandangan itu sedikit menghiburnya, Ia pun melanjutkan langkahnya.

“Hei apa yang dikatakan pak Jung padamu...?” tanya Na rin saat Jieun tiba dikelasnya.

“Seperti biasa dia memarahi ku karena nilai tes ku jelek lagi “ jawab Jieun datar.

“Hahaha sudah kuduga ..” tawa Na rin.

“Isshh kau ini, senang sekali melihatku menderita” ujar Jieun lalu menoyor kepala Na rin.

“Ne ne mian.. bagaimana kalau kita ke club nanti malam?” tanya Na rin dan  Na rin tau pasti Jieun akan menyetujuinya.

Na rin adalah anak dari seorang pengacara terkenal di Seoul, dia sudah sejak lama berteman dengan Jieun. Dia hafal betul sikap dan tabiat Jieun tapi diluar semua itu Na rin sebenarnya kasihan melihat Jieun yang kurang perhatian dari kedua orangtuanya. Na rin bukan anak pembangkang dan bukan pula anak yang baik. Di sekolah ia menjadi murid yang baik tapi diluar sekolah ia sama seperti Jieun yang suka berhura-hura dan keluar malam mencari hiburan. 

“Ne ne aku setuju” jawab Jieun girang, Senyum dibibirnya pun kembali mengembang.

Setelah dua mata pelajaran yang ia lewati dengan mendengarkan lagu-lagu Big Bang dari earphone nya, akhirnya tiba waktu pulang sekolah. Jieun merentangkan kedua tangannya keatas. Ia menguap seenaknya. Na rin hanya menggelengkan kepala.

Pantas saja Jieun selalu mendapat nilai buruk, ia tak pernah memperhatikan gurunya dengan benar Pkikir Na rin.

“Bye Jieun, nanti malam aku tunggu ne ...” ujar Na rin lalu berjalan keluar kelas.

“Ne...” jawab Jieun semangat. Jieun membereskan buku yang bahkan tak ada catatan didalamnya, ia hanya menggunakan buku itu untuk menutupi wajah malasnya saat guru memberikan penjelasannya. Jieun pun bangkit setelah dirasa semua barang-barangnya sudah berada dalam tasnya. Belum sempat Jieun melangkah, sudah ada namja didepannya.

Dia?  bukankah dia namja yang kulihat dilorong tadi, sedang apa dia disini ? Mungkinkah...

“Annyeong ... a apakah kau yang namanya Lee Jieun ?” tanya namja itu dengan nada yang hampir tak 
terdengar oleh Jieun, pelan. Jieun sejenak terdiam, matanya kemudian melirik name tag namja itu.

Xi Luhan.

“Bukan, kau salah orang” Jieun mencoba berbohong.

“Ta tapi di nametag mu tertulis nama Lee Jieun” ucap namja itu melihat dengan hati-hati nametag Jieun.

Aaisshh aku lupa ada nametag diseragamku.  Bodoh, itulah yang baru saja aku tunjukan padanya.

“Ooh.. Ne kau benar aku hanya mengetesmu, kau siapa dan ada perlu apa kau mencari ku ?” tanya Jieun sinis mencoba menghilangkan rasa malunya.

“Mi mianhe aku disuruh oleh Pak Jung untuk mengajarimu les privat. Luhan imnida” ujar Luhan sedikit terbata. Jieun menatap Luhan lekat, tetapi lelaki itu hanya menunduk.

Benar dugaan ku, dia anak suruhan pak Jung ... tapi kalau dilihat dari dekat seperti ini, ia lumayan juga, dia tinggi, putih dan juga lumayan tampan apalagi jika old fashion nya dirubah. Aissh apa yang kupikirkan sebenarnya ... Jieun mengibas-ngibaskan tangannya membuang pikiran anehnya.

“Ka kau kenapa Jieun-ssi ?” tanya Luhan hati-hati

“Ani. Oke baiklah,, kita akan privat dirumahku malam ini jam 7, eotthe ?”

“Kenapa malam-malam ?” Tanya Luhan polos.

Kau itu namja kenapa takut sekali keluar malam? Anak mami Pikir Jieun.

“Terserah kalau kau tidak mau” tambah Jieun.

“Ne ne baiklah.. “ jawab Luhan pasrah. ia tak ingin terlihat tidak amanah dimata Pak Jung.

Jieun membuka tasnya dan menyobek kertas bukunya, ia menuliskan alamat rumahnya lalu ia serahkan pada namja dihadapannya itu. Luhan menatap kertas yang Jieun berikan padanya.
Jieun melenggang pergi begitu saja.

~~

Jieun berguling-guling dikasurnya, ia bosan namun ia baru ingat, ia ada janji dengan Na rin malam ini.

Omo kau memang bodoh Jieun, aku lupa aku ada janji dengan Na rin eothokke ? yah terpaksa aku batalkan ke club malam ini.

Jika Jieun membatalkan les privat nya sudah dipastikan anak itu akan melapor pada Jung songsaenim dan Jieun pasti kena marah lagi. Jieun meniup poninya malas.

Pasti akan membosankan malam ini pikir Jieun.

Tapi beberapa saat  kemudian ia tersenyum miring seakan menyeringai, ia tahu supaya anak itu tak mau mengajarinya lagi dan tak membuatnya mati kebosanan, Jieun harus mengerjainya. Kenapa otaknya sangat lancar jika diminta untuk berfikir jahat ? 

Haha kau pintar Jieun. Jieun pun mengangguk-ngangguk sendiri sembari mengusap-usap dagunya layaknya peran antagonis yang memikirkan niat jahat.

Tok tok tok

“Nona...”

“Ada apa ahjuma ... “ teriak Jieun tanpa membuka pintu kamarnya.

“Makanan sudah siap nona “

“Ne aku akan turun .. “ Jieun beranjak dari tempat tidurnya.

~~

Makanan sudah tersaji di meja makan, semua jenis makanan terhidang disana, Jieun yang menatapnya hanya bisa menghela nafas. Ia bosan , bosan selalu makan sendirian , makanan sebanyak ini hanya tersaji untuk dirinya dan ia harus memakannya seorang diri, Jieun menatap malas para pelayannya yang berbaris di pinggir meja sembari tertunduk. Lagi-lagi Jieun menghela nafasnya. Jieun pun menyuapkan beberapa sendok sup sarang burung walet ke mulutnya, pikirannya melayang entah kemana. Ia ingat, ingat pada kakaknya yang sangat menyukai sup sarang burung walet. Sejak saat itu, ia pun mulai menyukai makanan yang juga disukai kakaknya itu.

Eonni kapan kau pulang? Bogoshipoyo eonni .. Kenapa kau tidak membawaku saja ikut bersamamu 
ke London? Batin Jieun.

Jieun tersadar dari lamunannya dan menyudahi acara makannya. Ia pun beranjak dari kursinya. Sama sekali tak ada nafsu untuk memakan makanan sebanyak itu seorang diri. 

“Ahjumma jika nanti ada seseorang yang datang bernama Luhan, suruh  dia langsung kekamarku” pinta Jieun pada pembantunya.

“Ne nona..”

Jieun kembali menuju kamarnya.

~~

Jieun mengeser-geser layar handphonenya, ia mencari kontak Na rin, setelah menemukannya, ia menekan tombol call.

“Yoboseyo , Na rin mian aku tidak bisa ke Club malam ini ..” ucap Jieun to the point.

“Mwo? Kenapa kau tiba-tiba membatalkannya?” tanya Na rin dari sebrang. 

“Besok ku ceritakan,, kututup ya bye, selamat bersenang-senang” Ujar Jieun lalu menutup sambungan teleponnya tanpa memberi Na rin kesempatan berbicara lagi.

Tok tok tok

“Nona teman anda sudah datang..” teriak ahjumma dari luar kamarnya.

“Ne chankaman .. “ Jieun dengan cepat beranjak dari kasurnya, ia membuka lemari lalu mencari pakaian yang cocok, ia mengeluarkan hotpans nya dan kaos kebesaran yang sedikit transparan. Ia pun memakainya. Ia akan mengerjai si anak cupu itu. Jieun sedikit terkekeh pelan membayangkan reaksi Luhan.

Jieun sudah siap, ia pun membuka pintunya. Sudah ada Luhan disana menunggunya dengan sabar.

“Masuklah Luhan .. “ Ujar Jieun.

Luhan menatap Jieun beberapa detik kemudian kembali tersadar dan memasuki kamar Jieun, ia sedikit membenarkan letak kacamatanya.

Hahaha .. Jieun puas, sepertinya rencananya akan berhasil. Jieun menyeringai, ia tahu tipe-tipe namja seperti Luhan, menurut tebakan Jieun, Luhan pasti belum pernah mempunyai yeoja chingu dan masih sangat polos.

“Duduklah...” Jieun mempersilahkan. Luhan mulai duduk dan mengeluarkan buku-buku dari dalam ranselnya.

Jieun pun duduk dihadapannya, hanya meja yang menjadi penghalang antara mereka berdua. Meja yang tak terlalu besar. Luhan sesekali menatap Jieun namun dengan cepat ia mengalihkan pandangannya. Berbeda dengan Jieun, ia terus menatap Luhan sembari sesekali memainkan bibirnya sendiri. Luhan semakin salah  tingkah, ia serasa panas dingin sekarang. Jieun yang melihat Luhan tampak gelisah hanya bisa terkekeh, jika ia tidak menahan tawanya sudah dipastikan ia akan tertawa terbahak-bahak sekarang. 

Ini masih intro sayang, kau bahkan sudah seperti ibu kehilangan anaknya Haha. Dalam hati Jieun tak henti-hentinya tertawa.

Luhan memberikan satu buku pada Jieun dan satu buku lagi digenggamanya, membuka halaman yang harus dipelajari hari ini, Luhan pun mulai menjelaskan. Jieun menatap buku dihadapannya dengan ogah-ogahan. menatap rentetan kalimat dibuku itu saja membuat kepalanya pusing dan matanya berkunang-kunang. 

Setengah jam Jieun mendengarkan penjelasan Luhan, ia bosan setengah mati. Dari tadi Luhan hanya mengoceh saja tanpa berani memandang Jieun sedikitpun, kalau begini caranya Jieun bisa tidur kapan saja, ia bahkan tak mengerti apa yang sedang Luhan jelaskan padanya, namun  Ia  ingat dengan niat awalnya, ia akan melancarkan aksinya sekarang.

BRAKK

Jieun memukul meja dihadapannya lalu ia membuang buku dihadapannya ke sembarang arah. Luhan langsung menatapnya heran. Jieun dengan berani merangkak naik kemeja dengan gaya seseduktif mungkin. Ia merangkak pelan namun pasti, seperti model-model di video dewasa yang telah ia tonton.

“A a apa yang kau lakukan Ji Jieun-ssi?” tanya Luhan gemetaran tapi tetap diam ditempatnya. Luhan bingung sebenarnya apa yang sedang Jieun lakukan ? kenapa ia merangkak seperti bayi ? apa ia sedang kepanasan atau apa ? tapi bukankah ruangan ini ber-AC. 

Jieun hanya menyeringai tanpa menjawab pertanyaan Luhan, kini Jieun sudah berada didepan Luhan, Jieun membuka kacamata Luhan perlahan, tangannya merayap pada kedua bahu Luhan menuju lehernya, Jieun menarik tengkuk Luhan dan langsung mencium bibir Luhan bergairah. Jieun melumat bibir itu bergantian bawah dan atas.

Manis pikir Jieun.

Luhan yang mendapat perlakuan dari Jieun hanya bisa mematung tanpa membalas Jieun. Degupan jantungnya terus memompa cepat mungkin karena ini pertama kalinya ia mendapat perlakuan seperti itu. Namun lama kelamaan Luhan seperti terhanyut dengan permainan Jieun, ia belum pernah melakukan ini sebelumnya, namun Luhan tetaplah lelaki normal yang tidak akan menolak godaan, apalagi godaan dari yeoja terpopuler disekolahnya itu, Luhan mulai menutup matanya perlahan dan tangannya mulai merayap dan membelai punggung Jieun. Jieun menyeringai dalam ciumannya.

Kau kena Luhan-ssi, tak mungkin kau menolak pesonaku Haha...

Tanpa Jieun bayangkan Luhan mulai membalas ciuman Jieun lebih menuntut lagi. Bagaimana mungkin anak polos itu berubah secepat ini ? Jieun berpikir mungkin ia sudah cukup mengerjai Luhan kali ini. Dengan polosnya Jieun melepas ciuman mereka ketika Luhan sudah hampir melayang dibuatnya. Jieun menatap Luhan, Wajahnya berubah datar seoah-olah tak terjadi apapun barusan.

“Apa yang kau lakukan Luhan-ssi ?” tanya Jieun polos padahal ia tahu ia yang memulainya.

Luhan gelagapan sendiri, ia tampak bingung harus berkata apa. Ia mengambil kacamatanya yang diletakan Jieun dilantai dengan dahi penuh keringat dan tangan gemetaran.

“Mi Mianhae Jieun-ssi, Ku kurasa cukup untuk malam ini” ujar Luhan lau membereskan buku-buku yang dibawanya.

“Ne? Kenapa kau minta maaf? Ayo kita lanjutkan Luhan-ssi “ Ucap Jieun dengan suara yang menggoda. Wajah datarnya berubah seakan-akan ingin membuat Luhan bingung.

“Mwo?” Luhan tersentak. Jieun rasa reaksi Luhan berlebihan (haha).

“Maksudku, ayo kita lanjutkan belajarnya” tambah Jieun dengan nada suara kembali normal.

“O oh itu.. ku kurasa besok saja” Jieun sampai berdehem untuk menyembunyikan tawanya yang bisa meledak kapan saja.

Luhan keluar begitu saja meninggalkan Jieun yang hampir meledakan tawanya. Setelah Luhan tak lagi dalam pandangannya. Jieun terbahak sambil memegangi perutnya bahkan ia mengeluarkan sedikit air disudut matanya. Baru kali ini Jieun berurusan dengan namja sepolos itu, namun tetap saja Luhan pun seorang lelaki yang mempunyai nafsu yang bisa kapan saja terpancing. 

“Luhan-ssi apa aku keterlaluan padamu? Haha mian” racau Jieun masih tak bisa mengontrol tawanya.
Jieun menghela nafas lalu tersenyum puas.

Kita lihat apakah kau besok masih mau mengajariku ? kalau kau tidak datang berarti aku menang dan jika kau masih datang berarti aku kalah dan aku berjanji akan belajar dengan serius. Batin Jieun.

Ia tersenyum miring dan ia pun turun dari atas meja, sedikit mengelap sudut bibirnya dengan punggung tangannya.

~~

Disekolah Jieun menceritakan alasan ia tidak bisa datang ke club dan menceritakan semua yang ia lakukan dengan Luhan pada Na rin, mereka terbahak-bahak sampai mendapat pandangan tidak senang dari siswa lain dikantin karena kegaduhan yang mereka timbulkan.

“Haha kau gila Jieun ... “ Ucap Na rin. Tanpa sengaja Jieun melihat Luhan berjalan menuju kantin.

“Sesekali tidak apa kan, hehe .. Kau mau tau anaknya. Itu dia”ujar Jieun mengarahkan pandangannya kearah Luhan, Na rin pun mengikuti arah pandang Jieun.

“Luhan-ssi hay...” teriak Jieun dari kejauhan sembari melambai-lambaikan tangannya. Luhan yang menyadarinya langsung memutar arah keperpustakaan menghindari Jieun. Seketika kedua yeoja itu kembali terbahak-bahak. 

“Hahahaha...” Jieun dan Na rin serempak. Mereka berdua semakin mendapat tatapan tajam dari para siswa dikantin yang sedang menghabiskan waktu istirahat mereka. 

"Mwo ? apa yang sedang kalian lihat  ?!" seru Jieun dan anak-anak itu kembali pada aktifitasnya masing-masing.

“Yaakk sudahlah. Hey kau ingat Kim Jongin tidak?” tanya Na rin tiba-tiba.

“Hah namja brengsek itu? Aku trauma jika bertemu dengannya. Memangnya kenapa kau tiba-tiba membicarakannya?” Jieun bertanya balik sembari meminum jus alpukat dihadapannya. 

“Ani.. kemarin di Club dia mencarimu. Sepertinya ada yang ingin ia bicarakan denganmu, mungkin saja serius”

“Cihh aku tidak akan mau menemuinya lagi, kau tau ? dia itu lelaki brengsek, dia hampir merenggut mahkotaku. Omo aku tak bisa membayangkan jika hal itu terjadi” Jieun membayangkannya ngeri.

“Mwo? Jinjja? .... Lelaki seperti itu memang harus dijauhi” angguk Na rin setuju.

Mungkin Jieun dan Na rin memang sering pergi ke Club malam tapi mereka tak pernah sekalipun melakukan free sex ataupun mencoba narkoba. Mungkin Mereka sering mabuk tetapi tidak ada pikiran yang lebih jauh dari itu, mereka masih menyayangi diri mereka sendiri.

“Lalu bagaimana kau bisa lolos waktu itu?” tanya Na rin penasaran, mungkin saja ia akan mengalami hal seperti itu dan mendapat tips dari Jieun untuk mengatasinya.

“Hahaha kau tidak akan percaya ini,, aksesoris wanita ternyata berguna untuk menjaga diri”

“Maksudmu ?” Na rin tak mengerti.

“Karena waktu itu Jongin juga mabuk, aku melepas high heels ku dan langsung memukuli kepalanya tanpa 
ampun dan ia ambruk seketika”

“Waahh kau sadis Jieun, dia bisa mati” 

“Dari pada aku yang mati” jawab Jieun enteng.

“Lagi pula jika ia mati aku kan mempunyai pengacara yang handal yaitu ayahmu haha” tambah Jieun.

“Aisshh kau ini, aku serius”

“Ne aku juga serius, siapa yang tidak serius jika itu menyangkut sebuah virginity”

"Ne kalau itu aku sangat setuju"

Mereka berdua mengobrol sampai bunyi bel tanda masuk kelas menghentikan kicauan mereka. Jieun tak pernah menutupi apapun dari sahabat akrabnya itu begitupun sebaliknya. Bahkan ia tak sungkan menceritakan masalah keluarganya. Akhirnya bel tanda masuk pun berbunyi.
Didalam kelas Jieun terbayang kejadian saat mencium Luhan.

Mengapa bibirnya begitu manis, sangat lembut .. aku sudah sering berciuman tapi baru kali ini ada bibir yang sememimakat ini. Aisshh aku bisa gila, aku harus membuang jauh-jauh pikiran anehku lagi pula kau tidak akan bertemu dengannya lagi Jieun, ingat itu, ia pasti kapok berurusan dengan yeoja sepertimu.

Na rin memandang aneh teman disebelahnya, apa yang sedang Jieun pikirkan? Kenapa ia senyum-senyum sendiri? Anak aneh pikir Na rin.

~~

Jieun menatap layar kaca dihadapannya alias televisi dengan mata berkaca-kaca. Ia sedang menonton Melodrama kesukaannya. Jieun mungkin terlihat dewasa sebelum waktunya tapi ia hanya seorang remaja yang masih menyukai drama-drama seperti ini layaknya remaja lainnya. Snack yang ada ditangannya hampir habis, Jieun tersendu-sendu melihat si pemeran utama menangis. Jieun menyukai drama family, setidaknya ia tahu bagaimana arti keluarga sebenarnya meskipun itu hanya lewat sebuah tontonan.

“Annyeong Jieun-ssi ...” Tanpa Jieun sadari Luhan memasuki kamarnya dan menyapanya.

Jieun tersentak, ia terkejut Luhan sudah duduk manis di meja yang mereka gunakan ketika berciuman. Jieun langsung mengusap air matanya akibat menonton drama tadi. Ia pun beranjak dan duduk dihadapan Luhan. Jieun memandang Luhan tak percaya, bagaimana ia masih bisa datang kemari dan dengan sikap setenang itu? Seolah tak pernah terjadi apa-apa, ia kira Luhan akan jera dan tak akan datang lagi bahkan sikap Luhan siang tadi dikantin menunjukan bahwa seharusnya rencana Jieun berhasil. Entahlah, Jieun mengedikan bahunya. tapi ia masih tak habis pikir.

Jieun baru tersadar akan janji pada dirinya sendiri, kalau kau tidak datang berarti aku menang dan jika kau masih datang berarti aku kalah dan aku berjanji akan belajar dengan serius. Mwo? Berarti sekarang aku harus belajar dengan sungguh-sungguh. Jieun menyesali janjinya sendiri.

Luhan menatap Jieun heran. “Kau kenapa Jieun-ssi? Bisa kita belajar sekarang?” tanya Luhan.

“Ne te tentu saja” ujar Jieun dengan senyum terpaksanya. Namun beberapa menit kemudian ia menyemangati dirinya sendiri supaya bisa serius memperhatikan penjelasan yang Luhan berikan. ia tak ingin mengingkari janjinya sendiri. 

Hampir setengah jam Luhan menjelaskan kepada Jieun, namun Jieun hanya memperlihatkan tampang bodohnya tidak mengerti. Jieun mulai berani bertanya akan yang ia tidak mengerti kepada Luhan dan dengan senang hati Luhan menjelaskan kembali. Diam-diam Luhan tersenyum karena Jieun kali ini tidak berbuat aneh-aneh dan mau memperhatikannya.

Tadinya Luhan mengajukan ketidaksanggupannya mengajar Jieun pada Pak Jung karena kejadian ciuman kemarin namun Pak Jung menjelaskan pada Luhan alasan kenapa Jieun menjadi anak pembangkang dan tabiatnya yang buruk. Luhan mengetahui bahwa Jieun kurang perhatiaan dari kedua orang tuanya. Luhan tahu sebenarnya Jieun kesepian. Luhan tahu Jieun melakukan itu semua karena bosan dan ingin mendapat perhatian dari orang lain. Tanpa Jieun ketahui, Pak Jung sering mendapat telepon dari kakak Jieun yang berada di London, ia selalu menanyakan perkembangan Jieun disekolah, dan pak Jung memberitahukan semua yang jieun lakukan. Kakak jieun selalu khawatir dan meminta pak Jung untuk terus memperhatikan jieun, kakak jieun tak sungkan menceritakan keadaan keluarganya yang membuat Jieun seperti itu, akhirnya pak jung pun memakluminya. Setelah mendengar semua itu dari Pak Jung, Luhan pun merasa iba dan bertekad untuk tetap mengajari Jieun bahkan kalau bisa ia akan mengubah sifat buruk Jieun bagaimanapun caranya. Ia tidak peduli jika Jieun akan mengerjainya lebih buruk lagi. Namun pikiran Luhan salah, dihari kedua ini Jieun bahkan tak melakukan hal-hal aneh, ia menjadi murid yang patuh.

Cukup sulit mengajari Jieun,  Luhan menjelaskan mulai dari dasar lagi tapi ia tak menyerah begitu saja untuk mengubah yeoja yang ada dihadapannya itu,yeoja yang sudah mengambil ciuman pertama Luhan.

~~

“Mwo? Dia datang kerumah mu lagi?” tanya Na rin pada temannya itu, ia sedikit tak percaya.

“Ne akupun sedikit heran,, ternyata perkiraan ku salah dan aku harus belajar dengan serius mulai sekarang” keluh Jieun.

“Haha seorang Lee Jieun tunduk pada namja kutu buku itu,, sungguh kejadian yang langka” ujar Na Rin terlihat meledek Jieun. 

PLETAK Jieun memukul kepala Na rin dengan sendok yang ia pegang. Tidak keras memang, namun  bisa membuat kepala sahabatnya itu, berdenyut sakit.

“Isshh kau ini senang sekali melihatku menderita”ujar Jieun. Na rin hanya mengusap-ngusap kepalanya.

“Sakit tahu” Na rin memanyunkan bibirnya.

“Rasakan” ujar Jieun dan kembali memakan makanannya.

“Tapi kenapa kau dengan mudah menurut padanya?” tanya Na rin penasaran.

“Karena aku pernah berkata pada diriku sendiri, kalau ia masih datang setelah kejadian itu maka aku akan belajar dengan serius” jelas Jieun.

“Haha kau termakan dengan ucapan mu sendiri..” Na rin kembali menertawakan Jieun. Jieun ingin sekali memukul kepala Na rin lagi.

“Tapi aku ikut senang” tambah Na rin.

“Wae?” tanya Jieun.

“Karena teman ku yang satu ini akan tobat hehe ...” Na rin pun kabur sebelum  kepalanya menjadi sasaran kemarahan Jieun lagi.

~~

Sudah sekitar satu minggu Jieun belajar dengan bimbingan Luhan, Jieun mulai menjadi sedikit berubah, ingat belum sepenuhnya berubah. dikelas ia tak lagi mendengarkan musik ataupun mengantuk ketika gurunya sedang menjelaskan materi terkecuali untuk mata pelajaran pertama karena Jieun masih belum bisa merubah aktivitasnya dimalam hari yaitu datang ke Club bersama Na rin.

~~

“Luhan ada yang ingin aku tanyakan padamu ..” ujar Jieun pada Luhan.

“Kau mau menanyakan apa? Apa ada yang kau tidak mengerti tentang penjelasanku?”

“Ani bukan itu, aku hanya penasaran, nama lengkapmu kan Xi Luhan. Apa kau berasal dari China?” tanya Jieun, ia hanya ingin tahu. Entahlah, Jieun mulai ingin tahu lebih banyak tentang Luhan.

“Oh itu, ani aku orang korea asli hanya saja ayahku adalah orang China dan dia memberiku nama dari negara asalnya itu” jelas Luhan lalu tersenyum. Jieun hanya menjawab “Oh” sembari mengangguk-ngangguk.

“Eumm Luhan...” ujar Jieun lirih.

“Ada apa lagi? Ada yang ingin kau tanyakan lagi?” tanya Luhan ramah.

Jieun menggaruk kepalanya sebentar, ia terlihat sungkan mengucapkannya.

“Soal yang waktu itu, aku minta maaf ne” ucap Jieun lalu menundukan kepalanya. Baru kali ini seorang Jieun meminta maaf, ia memang merasa bersalah, ia sudah mengerjai Luhan namun Luhan masih berbaik hati mau mengajarinya dengan sabar, bahkan kelewat sabar menurut Jieun.

Luhan terdiam, namun sedetik kemudian ia mengerti maksud Jieun. Ia pasti meminta maaf karena kejadian waktu itu.Raut mukanya berubah datar, ia masih menatap buku dihadapannya sembari menjawab Jieun

“Gwechana,, lagi pula aku sudah melupakannya. Sudah cepat kerjakan soal-soal itu”
Jieun yang melihat reaksi Luhan hanya bisa tertunduk kembali mengerjakan soal-soal latihan yang Luhan berikan.

Di lihat dari reaksinya pasti dia masih marah, tentu saja. Tapi mwo? Dia sudah melupakannya? Aku bahkan masih suka terbayang-bayang dengan kejadian itu yang notaben nya seorang playgirl haha , Aisshh  sudahlah apa yang kupikirkan! Kerjakan soal-soal itu Jieun!

Kenapa kau masih mengbahasnya Jieun-ssi, kau ingin mengerjai ku lagi hah? Aku marah kau tau? Karena sejak kejadian itu kau terus melayang dipikiranku seenaknya dan membuat debaran jantungku tak karuan.

Jieun dan Luhan sibuk dengan pikiran mereka masing-masing, suasana hening. Sesekali Jieun mengeluh karena tak bisa mengerjakan soal yang Luhan berikan. Diam-diam ia mencuri pandang kearah Jieun dan tersenyum melihat ekspresi Jieun yang tampak sedang berfikir keras.

Jieun sudah selesai mengerjakan soal yang Luhan berikan padanya.

“Ige, aku sudah mengerjakan semuanya” ujar Jieun sembari tersenyum senang karena soal-soal itu berhasil ia kerjakan meskipun belum tentu jawabannya benar. Luhan mengambil buku yang Jieun berikan padanya.

“Kalau begitu aku pulang dulu ne” Luhan mulai beranjak.

“Mwo? Kau tidak memeriksanya dulu?”

“Ah itu biar aku memeriksanya dirumah saja, besok aku ada ujian jadi aku harus belajar malam ini” jelas Luhan.

“Oh begitu .. Kalau begitu baiklah. Hati-hati dijalan ne”

“Ne gomawo Jieun-ssi”

Baru beberapa Luhan melangkah namun Jieun memanggilnya.

“Chankaman, eumm.. lusa besok aku ulang tahun, maukah kau datang?”

Luhan tampak berfikir, ia ingin menolak karena tak terlalu suka pesta dan pastinya akan banyak orang namun ia tak enak hati jika menolak.

“Ne, aku usahakan aku datang Jieun-ssi. Sebelumnya gomawo sudah mau mengundangku”

“Sama-sama, tak usah canggung begitu karena sekarang kita teman kan?”

Luhan menggangguk ragu. Benarkah Jieun mengajaknya berteman? Apa ia salah minum obat sehingga mau mengajaknya berteman?

To be Continued 

Comments

  1. Lanjuuuut.....><

    please update soon hehe
    cant wait for next chap

    ReplyDelete
  2. ahh aku baru tau ada ni ff
    keren asli..
    jieun nya nakal d sni hehe

    ReplyDelete

Post a Comment